Anda di halaman 1dari 214

PENGARUH IKLIM KELAS PENDIDIKAN JASMANI, SLEEP

HYGIENE, DAN NIAT LATIHAN FISIK TERHADAP


KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA

TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan

Oleh
ERZHA CHOIRY NISSA
0602521040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2024
PENGESAHAN UJIAN TESIS

Tesis dengan judul “PENGARUH IKLIM KELAS PENDIDIKAN JASMANI,


SLEEP HYGIENE, DAN NIAT LATIHAN FISIK TERHADAP KEBUGARAN
JASMANI PADA REMAJA” karya,

Nama : Erzha Choiry Nissa

NIM : 0602521040

Program Studi : Pendidikan Olahraga

telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang pada hari Rabu, tanggal 10 Januari 2024.

Semarang, Januari 2024


Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Dr. Taufiq Hidayah, M.Kes. Dr. Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M.Pd.
NIP. 196707211993031002 NIP. 196510201991031002

Penguji I, Penguji II,

Dr. Agus Raharjo, S.Pd., M.Pd. Dr. Ranu Baskora Aji Putra, S.Pd., M.Pd.
NIP. 198208282006041003 NIP. 197412151997031004

Penguji III,

Prof. Dr. Heny Setyawati, M.Si.


NIP. 196706101992032001

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya,


Nama : Erzha Choiry Nissa
Nim : 0602521040
Program Studi : Pendidikan Olahraga
menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis yang berjudul “Pengaruh Iklim Kelas
Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, dan Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran
Jasmani Pada Remaja” ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya
orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Atas pernyataan ini saya secara pribadi siap menanggung resiko/sanksi hukum
yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya ini.

Semarang, 10 Januari 2023


Yang membuat pernyataan,

Erzha Choiry Nissa


0602521040

Erzha Choiry Nissa


NIM. 0602521040

iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Segala sesuatu yang datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta’alaa adalah kebaikan

walaupun engkau tak melihat kebaikan pada sebuah musibah.

PERSEMBAHAN

Tesis ini, penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan yang tulus secara

mental, fisik, dan finansial.

2. Saudara sekandung yang telah memberikan semangat dan membantu dengan

sabar sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

3. Almamater Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang dan

teman-teman program studi Pendidikan Olahraga S-2 angkatan 2021 yang telah

memberikan semangat sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

iv
ABSTRAK

Nissa, Erzha Choiry. 2024. “Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep
Hygiene, Dan Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani Pada
Remaja”. Tesis. Program Studi Pendidikan Olahraga. Fakultas Ilmu
Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Heny
Setyawati, M.Si., Pembimbing II Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd. 198.
Kata Kunci: Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, Latihan Fisik, Kebugaran
Jasmani
Permasalahan yang terjadi pada remaja beragam, diantaranya pembelajaran
pendidikan jasmani yang membosankan, pola tidur yang tidak tepat, dan tidak aktif
melakukan latihan fisik yang dapat menurunkan kebugaran jasmani remaja.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh antara iklim
kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan jasmani terhadap
kebugaran jasmani remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan jasmani terhadap
kebugaran jasmani remaja.
Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode regresi serta
teknik survei cross sectional menggunakan kuesioner dan analisis uji regresi
melalui SPSS dengan sampel sebanyak 370 remaja SMA di Kota Tegal.
Hasil penelitian ini adalah 1) terdapat pengaruh yang siginfikan 0,00 (<0,05)
antara iklim kelas pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani dan kontribusi
variabel X1 terhadap Y sebesar 60,5%. Mengupayakan iklim pendidikan jasmani
yang menarik dapat membangkitkan semangat siswa untuk aktif sehingga
kebugaran tubuh dapat diperoleh, 2) terdapat pengaruh yang siginfikan 0,00
(<0,05) antara sleep hygiene terhadap kebugaran jasmani dan kontribusi variabel
X2 terhadap Y sebesar 58,2%. Menerapkan sleep hygiene dengan tepat dapat
memberikan kebugaran bagi tubuh, 3) terdapat pengaruh yang siginfikan 0,00
(<0,05) antara niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani dan kontribusi variabel
X3 terhadap Y sebesar 53,9%. Mengaplikasikan niat dalam latihan fisik dapat
mewujudkan kebugaran pada tubuh, 4) terdapat pengaruh yang signifikan 0,00;
0,00; dan 0,00 (<0,05) antara iklim kelas pendidikan jasmani sleep hygiene, dan
niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani, variabel independen secara bersama-
sama memengaruhi variabel dependen sebesar 0,00 (<0,05) dan kontribusi variabel
X1, X2, dan X3 terhadap Y sebesar 65,6% pada remaja. Kebugaran jasmani
diperoleh melalui membangun iklim kelas pendidikan jasmani, menerapkan pola
tidur bersih, dan niat yang kuat dalam latihan fisik serta mempraktikannya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap
kebugaran jasmani remaja SMA di Kota Tegal. Dengan demikian, guru dapat
menerapkan model dan metode pembelajaran yang bervariasi, menerapkan sleep
hygiene dan orang tua terlibat dalam memantau pola tidur, memiliki niat yang kuat
dan mempraktikkan latihan fisik, serta menerapkan pola hidup aktif dan sehat
sepanjang hayat.

v
ABSTRACT

Nissa, Erzha Choiry. 2024. “The Influnces of Physical Education Class Climate,
Sleep Hygiene, and Physical Exercise Intentions on Physical Fitness in
Adolescents”. Thesis. Sport Education Study Program. Faculty of Sports
Sciences. Universitas Negeri Semarang. Supervisor I Prof. Dr. Heny
Setyawati, M.Si., Supervisor II Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd. 198.

Keywords: Physical Education, Sleep Hygiene, Physical Exercise, Physical


Fitness
The problems that occur in teenagers vary, including boring physical
education lessons, inappropriate sleeping patterns, and not actively doing physical
exercise which can reduce teenagers' physical fitness. The formulation of the
problem in this research is the influence of physical education class climate, sleep
hygiene, and physical exercise intentions on adolescents' physical fitness. This
study aims to analyze the influence of physical education class climate, sleep
hygiene, and physical exercise intentions on adolescents' physical fitness.
The method in this research is quantitative with a regression method and
the technique used is a cross sectional survey using a questionnaire and analysis
using a regression test with SPSS with a sample of 370 teenagers who are in high
school in Tegal City.
The results of this research are 1) there is a significant influence of 0.00
(<0.05) between the physical education class climate on physical fitness and the
contribution of variable X1 to Y of 60.5%. Striving for an attractive physical
education climate can arouse students' enthusiasm to be active so that physical
fitness can be achieved. 2) there is a significant influence of 0.00 (<0.05) between
sleep hygiene on physical fitness and the contribution of variable X2 to Y of 58.2%.
Implementing sleep hygiene correctly can provide fitness for the body, 3) there is a
significant influence of 0.00 (<0.05) between the intention to exercise on physical
fitness and the contribution of variable X3 to Y of 53.9%. Applying intention in
physical exercise can create fitness in the body, 4) there is a significant effect of
0.00; 0.00; and 0.00 (<0.05) between physical education class climate, sleep
hygiene, and physical exercise intentions towards physical fitness, the independent
variables together influence the dependent variable by 0.00 (<0.05) and the
contribution of variables X1, X2, and X3 to Y is 65.6% in teenager. Physical fitness
can be obtained through building a physical education class climate, implementing
clean sleep patterns, and strong intention and determination in physical exercise
and practicing it to obtain physical fitness.
This research shows that there is a significant influence between physical
education class climate, sleep hygiene, and physical exercise intentions on the
physical fitness of high school teenagers in Tegal City. Thus, teachers can apply
varied learning models and methods, implement sleep hygiene and parents are
involved in monitoring sleep patterns, have strong intentions and practice physical
exercise, and implement an active and healthy lifestyle throughout life.

vi
PRAKATA

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’alaa yang telah memberikan

rahmat dan kebaikan-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis yang

berjudul “Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, dan Niat

Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani Pada Remaja”. Tesis ini di susun

sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Program

Studi Pendidikan Olahraga. Penulis memahami dan menyadari bahwa tesis ini tidak

dapat terselesaikan tanpa bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh sebab

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Martono, M.Si. selaku rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang.

3. Bapak Dr. Taufiq Hidayah, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu


Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

4. Ibu Prof. Dr. Heny Setyawati, M.Si. dan Bapak Dr. Ranu Baskara Aji Putra,

M.Pd. selaku pembimbing tesis yang telah mengarahkan dan memberikan

pengetahuan yang luas dalam penulisan tesis.

5. Bapak Dr. Hermawan Pamot Raharjo, M.Pd. selaku koordinator program

studi Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang.

vii
6. Bapak dan Ibu dosen program studi Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu,

motivasi dan pengalamannya dalam bidang ilmu keolahragaan.

7. Staf tenaga kependidikan program studi Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu


Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah membantu penulis

dalam hal administrasi.

8. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMA Negeri di Kota Tegal telah memberikan

izin untuk dapat melakakukan penelitian pada sekolah yang Bapak/Ibu

pimpin.

9. Bapak/Ibu guru Pendidikan, Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)

SMA Negeri di Kota Tegal yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam

membimbing dan meberikan kesempatan yang baik kepada penulis selama

penelitian.

Semarang, 13 Desember 2023


Penulis

Erzha Choiry Nissa


NIM. 0602521040

viii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ............................................................................................................ i

PENGESAHAN UJIAN TESIS ....................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................................... vi

PRAKATA ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 9

1.3 Cakupan Masalah ....................................................................................... 9

1.4 Rumusan Masalah ...................................................................................... 10

1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10

1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA

BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................... 13

ix
2.2 Kerangka Teoretis ...................................................................................... 18

2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 59

2.4 Hipotesis Penelitian.................................................................................... 62

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 64

3.2 Populasi dan Sampel .................................................................................. 64

3.3 Variabel Penelitian ..................................................................................... 69

3.4 Definisi Operasional Variabel .................................................................... 70

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 72

3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif ....................................................................... 97

4.2 Hasil Uji Prasyarat Analisis ...................................................................... 98

4.3 Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani terhadap Kebugaran


Jasmani ....................................................................................................... 103

4.4 Pengaruh Sleep Hygiene terhadap Kebugaran Jasmani ............................. 108

4.5 Pengaruh Niat Latihan Fisik terhadap Kebugaran Jasmani ....................... 113

4.6 Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, dan Latihan
Fisik terhadap Kebugaran Jasmani............................................................. 119

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 127

5.2 Saran ........................................................................................................... 128

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 130

LAMPIRAN ..................................................................................................... 139

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Faktor Sleep Hygiene, Saran Implementasi, dan Dampak Pada
Tidur ................................................................................................ 26

Table 2.2 Latihan Fisik Harian ........................................................................ 45

Tabel 2.3 Jenis dan Contoh Latihan Fisik ....................................................... 48

Tabel 3.1 Populasi Penelitian .......................................................................... 65

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ............................................................................. 68

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Skala Angket .................................................... 75

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Physical Education Climate Classroom


Scale (PECCS) ................................................................................. 76

Tabel 3.5 Kuesioner Angket Physical Education Climate Classroom


Scale (PECCS) ................................................................................... 76
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Adolescents Sleep Hygiene Scale (ASHS) ....................... 79

Tabel 3.7 Kuesioner Adolescents Sleep Hygiene Scale (ASHS)...................... 79

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Intentions Of Physical Exercise For Adolescents ........... 82

Tabel 3.9 Kuesioner Intentions Of Physical Exercise For Adolescents .......... 82

Tabel 3.10 Perhitungan Populasi Uji Coba ...................................................... 84

Tabel 3.11 Perhitungan Sampel Uji Coba ........................................................ 85

Tabel 3.12 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan .................................... 93

Tabel 3.13 Tingkat Nilai R Square .................................................................. 95

Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Iklim terhadap Kebugaran Jasmani .................... 97

Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Iklim Terhadap Kebugaran Jasmani .................... 98

Tabel 4.3 Hasil Uji Koenfisien Determinasi Iklim Terhadap Kebugaran

xi
Jasmani ............................................................................................. 99

Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran Jasmani .... 99

Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran Jasmani ..... 100

Tabel 4.6 Hasil Uji Koenfisien Determinasi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran
Jasmani ............................................................................................ 101

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Sederhana Niat Latihan Fisik Terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani .......................................................................... 102

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Sederhana Niat Latihan Fisik Terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani .......................................................................... 102

Tabel 4.9 Hasil Uji Determinasi Niat Latihan Fisik Terhadap Variabel Kebugaran
Jasmani ............................................................................................... 103

Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Berganda Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep
Hygiene, Dan Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani ... 104

Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Berganda Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep
Hygiene, Dan Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani .... 104

Tabel 4.12 Hasil Uji F (Simultan) .................................................................... 108

Tabel 4.13 Hasil Koenfisien Determinasi Iklim Kelas, Sleep Hygiene, dan
Niat Latihan Fisik Memengaruhi Kebugaran Jasmani ................... 109

Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi Sleep Hygiene dengan


Kebugaran Jasmani ........................................................................ 110

Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Sederhana Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani ........................................................................ 113

Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Sederhana Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani ........................................................................ 114

Tabel 4.17 Hasil Uji Determinasi Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani ....................................................................... 115

Tabel 4.18 Hasil Uji Korelasi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene,
dan Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani ................... 120

Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi Berganda Iklim, Sleep Hygiene, Dan Niat
Latihan Fisik Terhadap Variabel Kebugaran Jasmani .................... 120

xii
Tabel 4.20 Hasil Uji F .................................................................................... 121

Tabel 4.21 Hasil Koenfisien Determinasi Iklim Kelas, Sleep Hygiene, dan
Niat Latihan Fisik Memengaruhi Kebugaran Jasmani .................. 122

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tahapan Pembelajaran Iklim Kelas Pendidikan Jasmani ............. 24

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 62

Gambar 4.1 Pembelajaran Pendidikan Jasmani Remaja SMA Negeri di Kota


Tegal ............................................................................................. 107

Gambar 4.2 Kualitas Tidur Remaja SMA Negeri di Kota Tegal .................... 112

Gambar 4.3 Niat Latihan Fisik Remaja SMA Negeri di Kota Tegal .............. 118

Gambar 4.4 Frekuensi Latihan Fisik Remaja SMA Negeri di Kota Tegal ..... 126

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing Tesis.................................. 140

Lampiran.2 Persetujuan Pembimbing (Proposal Tesis) .................................. 141

Lampiran.3 Persetujuan Pembimbing .............................................................. 142

Lampiran 4.Persetujuan Tim Penguji Proposal Tesis ..................................... 143

Lampiran 5 Surat Tugas Penguji Propoosal Tesis .......................................... 144

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian SMA Negeri 1 Kota Tegal ......................... 145

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Di SMA Negeri 1


Kota Tegal .................................................................................... 150

Lampiran 8 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................................... 155

Lampiran 9 Rekap Skor Angket Uji Coba Physical Education Climate Classroom
Scale............................................................................................... 157

Lampiran.10 Rekap Skor Angket Uji Coba Sleep Hygiene Scale ................... 159

Lampiran 11 Rekap Skor Angket Uji Coba Intentions Of Physical Exercise For
Adolescents ................................................................................... 161

Lampiran 12 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Physical Education Climate


Classroom Scale ......................................................................... 163

Lampiran 13 Hasil Uji Reliabilitas Angket Physical Education Climate


Classroom Scale ......................................................................... 164

Lampiran 14 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Sleep Hygiene Scale ........... 166

Lampiran.15 Rekapitulasi Uji Reliabilitas Angket Sleep Hygiene Scale ....... 167

Lampiran 16 Rekapitulasi Uji Validitas Intentions Of Physical Exercise For


Adolescents ................................................................................... 169

Lampiran 17 Hasil Uji Reliabilitas Intentions Of Physical Exercise For


Adolescents .................................................................................. 170

xv
Lampiran 18 Kuesioner Physical Education Classroom Climate Scale
(PECCS) ...................................................................................... 172
Lampiran 19 Kuesioner Adolescents Sleep Hygiene Scale (ASHS) ............... 174

Lampiran 20 Kuesioner Intentions Of Physical Exercise For Adolescents ..... 176

Lampiran.21 Rekap Skor Angket Physical Education Climate Classroom


Scale, Sleep Hygiene Scale, Intentions Of Physical Exercise For
Adolescents, Dan Kebugaran Jasmani Pada Remaja .................. 177

Lampiran 22 Deskripsi Data Statistik ............................................................ 188

Lampiran 23 Hasil Uji Normalitas ................................................................. 189

Lampiran 24 Hasil Uji Linearitas .................................................................... 190

Lampiran 25 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................ 191

Lampiran 26 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 192

Lampiran 27 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................... 193

Lampiran 28 Hasil Analisis Korelasi Sederhana ............................................ 194

Lampiran 29 Hasil Analisis Regresi Sederhana ............................................. 195

Lampiran 30 Hasil Uji F ................................................................................ 196

Lampiran 31 Jadwal Penelitian ...................................................................... 197

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan masa peralihan (transition) dari anak-anak menuju

dewasa. Menurut (Sawyer et al., 2018) masa remaja adalah fase kehidupan yang

membentang antara masa kanak-kanak dan dewasa. Rentang usia remaja memiliki

berbagai variasi. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun

2014, remaja merupakan penduduk dengan rentang usia 10-18 tahun. Menurut

(WHO, 2015) remaja adalah individu yang memiliki rentang usia 10 hingga 19

tahun. Sedangkan, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) individu di sebut sebagai remaja apabila seseorang memiliki

usia 10 hingga 24 dan belum menikah. Dengan demikian, tidak terdapat konsensus

khusus terkait rentang usia berkenaan dengan kelompok remaja. Menurut (Chulani

& Gordon, 2014) masa remaja adalah tahap perkembangan yang ditentukan oleh

kematangan fisik dan psikososial. Tahapan remaja memuat serangkaian peristiwa

kompleks yang dimediasi oleh faktor genetik, hormonal, dan lingkungan yang

berpuncak pada kematangan somatik dan tercapainya kemampuan reproduksi.

Selain itu, dalam masa remaja dapat memperluas kemampuan kognitif,

pengembangan identitas, dan transisi sosial yang dinamis hingga mencapai status

dewasa. Maka, rentang waktu remaja sangat esensial sehingga perlu dimanfaatkan

dengan sikap dan perilaku yang terpuji dan menguntungkan.

1
2

Penting bagi remaja dalam memiliki niat yang tepat dan mempraktikkan

segala sesuatu yang positif. Segala sesuatu yang akan dilakukan atau sebuah

tindakan individu ditentukan oleh niat. Niat didefinisikan sebagai tingkat dimana

seseorang memutuskan untuk bertindak dengan cara tertentu. Menurut (Morwitz &

Munz, 2020) niat adalah anteseden konseptual langsung dari suatu perilaku yang

menengahi hubungan antara sikap dan tindakan. Dalam hal ini, memiliki niat

latihan fisik dan dapat menerapkan dalam kesehariannya saat ini sangat dibutuhkan.

Niat latihan fisik adalah keinginan untuk melakukan latihan fisik dengan berbagai

tujuan, diantaranya adalah mempertahankan atau meningkatkan kebugaran

jasmani, meningkatkan stamina, dan percaya diri. Menurut (World Health

Organization, 2018) latihan fisik dimaknai sebagai suatu aktivitas fisik yang

direncanakan, terstruktur, berulang, dan bertujuan untuk memperbaiki atau

mempertahankan satu atau lebih dari komponen kebugaran. Remaja dengan niat

dan mampu merealisasikan latihan fisik maka keuntungan akan didapatkan serta

dapat meminimalisir kebiasaan yang kurang baik dalam diri remaja.

Latihan fisik yang dilakukan secara konsisten terbukti menghasilkan manfaat

yang cukup besar. Dalam penelitian (Archer, 2014) latihan fisik pada remaja

memberikan dampak kesehatan yang cukup lengkap diantaranya adalah otot dan

tulang dapat berfungsi secara maksimal, peningkatan kekuatan dan daya tahan,

angiogenesis dan neurogenesis, penurunan risiko penyakit kronis seperti kelebihan

berat badan dan diabetes, peningkatan harga diri dan kesejahteraan psikologis

remaja, mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Para remaja penting untuk

memasukan list latihan fisik secara rutin dalam kehidupannya. Menurut (Alvarez-
3

Pitti et al., 2020) latihan fisik merupakan obat sedangkan perilaku sedenter atau

menetap dan tidak aktif dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, latihan fisik

telah diidentifikasi sebagai peluang kunci untuk menghasilkan manfaat yang besar

secara signifikan (Whitehead, 2019).

Menurut (Martín & Raquel, 2016) tidak aktif secara fisik pada remaja telah

meningkat secara eksponesial dalam beberapa tahun terakhir di seluruh dunia.

Lonjakan dapat disebabkan karena berbagai hal, menurut (Efendi & Widodo, 2021)

pergeseran ketidakaktifan fisik ditandai dengan meningkatnya kecanggihan

teknologi, khususnya dalam penggunaan perangkat elektronik yang diyakini

menyebabkan perilaku menetap sehingga tingkat kebugaran remaja menurun.

Penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan juga berdampak pada pola tidur

yang buruk, menurut (Keswara et al., 2019) 80% remaja menyatakan meggunakan

perangkat elektronik lebih dari 4 jam 17 menit dalam sehari dan secara global

menunjukkan prevalensi gangguan tidur sebesar 15,3%-39,2% serta di Indonesia

sebagian besar kualitas tidur pada remaja kurang terpenuhi sebanyak 63%.

Membatasi teknologi mungkin merupakan tuntutan yang tidak realistis untuk

diterapkan pada generasi muda yang telah terbiasa dengan komputer dan ponsel

pintar namun diharapkan dapat menggunakan perangkat elektronik dengan

bijaksana.

Menurut (Liu et al., 2018) gangguan pola tidur yang lain pada remaja dapat

disebabkan karena ketidakamanan sosial, masalah keluarga, penggunaan internet,

yang meningkatkan kecemasan dan mengganggu latensi tidur, gangguan tidur

seperti insomnia sehingga menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Tidur yang
4

cukup sangat penting untuk menyegarkan setiap aktivitas yang akan dilakukan serta

membantu dalam pembelajaran dan pemrosesan memori dan gangguan pada pola

tidur dapat memperburuk prestasi akademik (Jalil El hangouche et al., 2018). Salah

satu cara untuk mengatasi gangguan tidur dengan menerapkan sleep hygiene pada

kalangan remaja.

Sleep hygiene atau pola tidur bersih didefinisikan sebagai seperangkat

rekomendasi perilaku dan lingkungan yang dimaksudkan untuk mempromosikan

tidur yang sehat didorong untuk meningkatkan kualitas tidur dengan menghindari

gangguan yang memungkinkan akan muncul misalnya, menghindari kafein,

menghilangkan kebisingan dari lingkungan tidur, pertahankan jadwal tidur yang

teratur, dan latihan fisik secara teratur (Irish et al., 2016). Ketika remaja telah

menerapkan sleep hygiene dapat diartikan telah menciptakan lingkungan yang

dapat memungkinkan tidur nyenyak, cukup, dan nyaman sehingga merasa energik,

waspada, dan seimbang secara mental dan emosional setiap hari (Kaneita et al.,

2007). Mengaplikasikan sleep hygiene membantu meminimalisir dan mengatasi

gangguan pola tidur pada remaja. Menurut (Kansagra, 2020) untuk menerapkan

sleep hygiene pada remaja harus dilaksanakan secara disiplin dengan menjaga

jadwal tidur yang konsisten, menjaga lingkungan tidur tetap sejuk dan bebas dari

kebisingan, serta menghindari segala sesuatu yang menganggu tidur. Supaya

mendapatkan hasil yang maksimal dalam kualitas tidur maka petunjuk praktis harus

diperhatikan dengan benar.

Salah satu ajuran untuk berhasil dalam menerapkan sleep hygiene dengan

rutin latihan fisik dan berolahraga. Pada usia remaja untuk mengembangkan latihan
5

fisik dapat diperoleh melalui bangku pendidikan. Sekolah adalah tempat yang ideal

dalam menerapkan segala hal yang bermakna positif, terlebih yang berkaitan

dengan latihan fisik. Peserta didik dapat diberikan pengetahuan sekaligus

keterampilan bergerak dalam kegiatan pembelajaran melalui pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani telah maju sebagai sarana untuk mempromosikan latihan fisik

(Ntoumanis & Standage, 2009). Telah terbukti pendidikan jasmani sebagai jalan

dalam mendorong peserta didik aktif bergerak dan untuk hasil yang maksimal

diharapkan menciptakan iklim kelas yang tepat memalui motivasi dan enjoyment

ketika jam pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung. Selanjutnya, menurut

(Soini et al., 2014) dalam pembelajaran pendidikan jasmani guru memiliki peran

penting dalam pengembangan motivasi melalui penciptaan dan pemeliharaan iklim

sosial dan psikologis yang dirasakan oleh peserta didik melalui penggunaan metode

pedagogis dan didaktik yang berbeda oleh guru.

Melalui iklim kelas pendidikan jasmani dengan suasana pembelajaran yang

saling memotivasi dan menyenangkan yang terlahir dari guru dan peserta didik akan

membentuk semangat untuk bergerak lebih aktif. Iklim kelas merupakan salah satu

faktor penunjang dalam kegiatan pembelajaran (Kadarsih et al., 2019). Ketika

peserta didik telah memiliki motivasi dalam diri maka pola hidup aktif dengan

latihan fisik terpatri dalam dadanya maka akan menghasilkan produksi melatonin

yang lebih tinggi, hormon yang terkait dengan siklus sirkadian yang bertanggung

jawab untuk pengaturan tidur, sehingga orang yang melakukan latihan fisik

memiliki tidur yang lebih konsisten dan memiliki disfungsi yang lebih sedikit (de

Castro Toledo Guimaraes et al., 2008). Selanjutnya, menurut (Sucipto et al., 2019)
6

enjoyment atau kenikmatan dalam pendidikan jasmani memainkan peran penting

dalam latihan fisik dan olahraga. Enjoyment dalam pendidikan jasmani menjadi

salah satu faktor penting yang mewakili sikap positif terhadap latihan fisik dan

olahraga. Selain itu, motivasi dan enjoyment dalam pendidikan jasmani memiliki

korelasi secara signifikan yang dapat memengaruhi tingkat partisipasi dalam latihan

fisik (Hashim et al., 2008). Melalui pendidikan jasmani peserta didik dapat

diarahkan untuk dapat melakukan latihan fisik yang tepat untuk mendapatkan

manfaat yang besar. Pembelajaran pendidikan jasmani yang berkualitas

memberikan dasar bagi gaya hidup sehat dan aktif yang mendukung semua

pembelajaran dan bantuan memastikan kesuksesan dalam pengejaran masa depan

(Diamond, 2015).

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini diantaranya

adalah sebuah penelitian yang berjudul “Combination of Physical Activity,

Sedentary Behavior and Sleep: relationships with health indicators in school-aged

children and youth” menunjukkan hasil bahwa anak usia sekolah dan remaja yang

memiliki aktivitas fisik tinggi, tidur yang baik, dan perilaku sedenter yang rendah

umumnya memiliki ukuran adipositas (kegemukan) dan kesehatan kardiometabolik

yang lebih baik dibandingkan anak-anak dan remaja yang memiliki aktivitas fisik

rendah, tidur yang kurang, dan perilaku sedenter yang tinggi (Saunders et al., 2016).

Penelitian lain yang dilakukan (Kumar et al., 2015) yang berjudul “Physical

Activity and Health in Adolescence” mendapatkan hasil bahwa kurangnya aktivitas

fisik, perilaku menetap dan kebugaran kardiorespirasi yang rendah merupakan

faktor risiko yang kuat untuk berkembangnya penyakit kronis yang mengakibatkan
7

morbiditas dan mortalitas, serta beban ekonomi bagi masyarakat luas dari

penyediaan perawatan kesehatan dan sosial, dan penurunan produktivitas kerja.

Penting bagi remaja untuk melakukan latihan fisik, menjaga pola tidur yang baik,

dan menghindari perilaku menetap yang dapat menimbulkan permasalahan pada

kesehatan. Selanjutnya, penelitian lain yang dilakukan oleh (H Nurfadilah et al.,

2017) yang melibatkan 536 responden menghasilkan penumuan bahwa terdapat

hubungan antara screen based activity (SBA) dengan kualitas tidur dan aktivitas

fisik dengan durasi tidur, maka melakukan screen based activity (SBA) lebih dari

2 jam setiap hari menyebabkan kualitas tidur yang buruk serta peneliti menyarankan

untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Berbagai problematik yang terdapat pada kalangan remaja penting untuk

diselesaikan. Adanya dukungan orang yang disekitarnya, reward dan punishment

yang dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun orang lain, dan atmosfer yang

mendukung untuk tetap latihan fisik melalui kelas pendidikan jasmani dan pola

tidur yang bersih dapat membantu dalam menjaga dalam mengaplikasikan niat

untuk latihan fisik dalam kehidupan sehari-hari untuk memperoleh kebugaran

jasmani yang baik. Tatkala remaja telah melakukan, di dukung dengan menerapkan

sleep hygiene yang tepat memungkinkan untuk menerapkan latihan fisik dalam

hidupnya. Keuntungan lain yang diharapkan peserta didik dapat memahami dan

menerapkan literasi fisik dalam sepanjang hidupnya. Menurut (Margaret, 2013)

literasi fisik sebagai motivasi, kepercayaan diri, kompetensi fisik, pengetahuan dan

pemahaman untuk menghargai dan bertanggung jawab atas keterlibatan dalam

aktivitas fisik seumur hidup. Ketika literasi fisik telah melakat dalam jiwa peserta
8

didik maka mereka tetap aktif secara fisik dan latihan fisik di luar jam pelajaran

pendidikan jasmani.

Berdasarkan hasil observasi dan studi pendahuluan yang telah dilakukan

maka dapat disimpulkan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah

remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal

pada tahun 2022 merasakan keadaan iklim kelas pendidikan jasmani yang kurang

menyenangkan dan tidak memiliki memotivasi dalam mengikuti pembelajaran,

mengalami masalah pola tidur yang kurang tepat, dan para remaja kurang memiliki

minat untuk melakukan latihan fisik. Sebelumnya belum terdapat penelitian yang

membahas bagaimana pengaruh iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan

niat latihan fisik terhadap kebugaran jasamani pada remaja yang duduk di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal yang dinilai secara objektif. Maka,

berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penelitian ini akan menganalisis

pengaruh iklim kelas pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmai, pengaruh

sleep hygiene terhadap kebugaran jasmani, pengaruh niat latihan fisik terhadap

kebugaran jasmani, dan pengaruh iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene,

dan latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja, khususnya remaja yang

duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal tahun 2023.

Dengan mengetahui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam memahami peserta didik terkait iklim kelas pendidikan jasmani, sleep

hygiene, dan niat latihan fisik untuk mendorong peserta didik memiliki kebugaran

jasmani yang baik sehingga dapat menjadi rujukan dan perhatian dalam

melaksanakan pembelajaran yang lebih efektif dan efesien pada peserta didik.
9

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti menyimpulkan

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Remaja memiliki semangat dan motivasi yang rendah dalam mengikuti

pembelajaran pendidikan jasmani. Pembelajaran pendidikan jasmani di SMA

Negeri Kota Tegal yang membosankan dan kurang menarik membuat peserta

didik kurang memiliki antusias dalam mengikuti dan menikmati

pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Remaja memiliki pola tidur yang kurang teratur dan tidak mengetahui sleep

hygienie atau pola tidur sehat. Beberapa gangguan tidur yang didapati di

antara remaja SMA Negeri Kota Tegal adalah insomnia, hipersomnia, mimpi

buruk (nightmare), dan tidur berjalan (sleep walking) serta sleep hygiene

masih terasa asing bagi mereka.

3. Remaja kurang memiliki niat atau kehendak untuk melakukan latihan fisik.

Remaja di kalangan SMA Negeri Kota Tegal lebih memilih mengguakan

waktu luang bersama perangkat elektronik yang dimilikinya.

4. Remaja sering kali mengalami kelelahan secara fisik. Remaja di kalangan

SMA Negeri Kota Tegal merasa kelalahan setelah melakukan berbagai

kegiatan yang terdapat di sekolah.

1.3 Cakupan Masalah

Agar penelitian ini terarah maka peneliti mefokuskan membahas terkait iklim

kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, niat latihan fisik, dan kebugaran jasmani

pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.


10

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada cakupan masalah yang telah dijelaskan peneliti, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh antara iklim kelas pendidikan jasmani terhadap

kebugaran jasmani remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota

Tegal?

2. Bagaimana pengaruh antara sleep hygiene terhadap kebugaran jasmani pada

remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal?

3. Bagaimana pengaruh antara niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani

pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal?

4. Bagaimana pengaruh antara iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene,

dan niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh antara iklim kelas pendidikan jasmani terhadap

kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di

Kota Tegal.

2. Menganalisis pengaruh antara sleep hygiene terhadap kebugaran jasmani

pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.

3. Menganalisis pengaruh antara niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani

pada remaja Sekolah Mengengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.


11

4. Menganalisis pengaruh antara iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene,

dan niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah

Mengengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan

praktis. Manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan pengayaan

teori dalam berbagai bidang yang relevan dan dapat memberikan wawasan kepada

mahasiswa maupun civitas academica khususnya terkait pengaruh antara iklim

kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran

jasmani pada remaja Sekolah Mengengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis berfungsi secara langsung dari hasil penelitian tentang

pengaruh antara iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik

terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Mengengah Atas (SMA) Negeri

di Kota Tegal digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai jenis rumusan

masalah praktis. Diharapkan hasil penelitian mampu memberikan manfaat bagi

guru dan peserta didik.

1.6.2.1 Bagi Guru

Guru dapat memiliki pemahaman tentang pengaruh antara iklim kelas

pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran
12

jasmani pada remaja Sekolah Mengengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal

sehingga dapat mengoptimalkan edukasi dan bimbingan kepada peserta didik.

1.6.2.2 Bagi Peserta Didik

Peserta didik mendapatkan pengetahuan terkait penelitian tentang pengaruh

antara iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap

kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Mengengah Atas (SMA) Negeri di Kota

Tegal dan diharapkan dapat mengambil manfaat serta menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari peserta didik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS,

KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1 Iklim Kelas Pendidikan Jasmani

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Castillo et al., 2020) pada 2.210

remaja dengan judul “Transformational Teaching in Physical Education and

Students’ Leisure-Time Physical Activity: The Mediating Role of Learning Climate,

Passion and Self-Determined Motivation” mengungkapkan hasil penelitiannya

bahwa menggunakan gaya mengajar transformasional, guru pendidikan jasmani

dapat memengaruhi tingkat partisipasi dalam aktivitas fisik di waktu senggang pada

remaja dan niat untuk terlibat dalam latihan fisik di masa depan, dengan

menciptakan iklim motivasi di dalam kelas yang melibatkan tugas dapat

memperkuat gairah hingga harmonis diantara peserta didik, yang terkait dengan

motivasi yang ditentukan sendiri.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Jiang & Jia, 2017) di China dengan

judul “Effects of Physical Education Teachers’ Leadership Styles and Classroom

Climate on Learning Motivation for Basketball Course” mengungkapkan bahwa

dalam sebuah pembelajaran guru pendidikan jasmani selain membentuk sifat

kepemimpinan, percaya diri, semangat, dan vitalitas, guru harus benar-benar

berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan lebih banyak berinteraksi dengan peserta

didik sehingga peserta didik memiliki evaluasi dan identitas positif terhadap guru

pendidikan jasmani. Dengan demikian, guru penting dalam membentuk iklim kelas

13
14

yang penuh dukungan, afinitas, dan keterlibatan dapat secara positif memengaruhi

motivasi otonom peserta didik dalam pembelajaran.

Sebuah penelitian dengan judul “The Effects of Manipulating Goal Content

and Autonomy Support Climate on Outcomes of a PE Fitness Class” adalah

penelitian yang menguji potensi untuk memanipulasi tujuan dan motif remaja untuk

partisipasi dalam pelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Penelitian dengan

sampel sebanyak 592 peserta didik menghasilkan temuan peserta didik merasakan

pelajaran yang lebih bermakna dan mampu dalam mengendalikan serta membentuk

niat masa depan yang lebih kuat untuk latihan fisik atau berolahraga. Penting untuk

memanipulasi iklim pelajaran dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah

(Gillison et al., 2013).

2.1.2 Sleep Hygiene

Sebuah penelitian yang berjudul Adolescent Sleep Duration: Associations

with Social-Cognitive Determinants and The Mediating Role of Sleep Hygiene

Practices dengan sampel sebanyak 878 remaja di Belanda menghasilkan temuan

bahwa sleep hygiene atau praktik kebersihan tidur berpengaruh sebagai mediasi

sebesar 16% hingga 72% pada hubungan antara durasi tidur dan faktor penentu

sosial-kognitif dari Theory of Planned Behavior (yaitu, sikap, norma subjektif,

persepsi perilaku kontrol, dan niat) temuan ini menunjukkan bahwa sleep hygiene

dapat diterapkan durasi tidur serta kualitas tidur yang maksimal (Inhulsen et al.,

2022).

Sebuah penelitian yang lain, yang berjudul “The Relationship of Sleep

Hygiene With Quality of Sleep in Adolescents” dengan sampel 68 remaja yang


15

duduk di bangku SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di Padang menghasilkan

temuan bahwa sleep hygiene dapat memengaruhi kualitas tidur dikalangan remaja.

Remaja yang menerapkan sleep hygiene dapat memperbaiki kualitas tidurnya (Sari

& Annisa, 2021).

Penelitian pada remaja yang berjudul “Effects of the Young Adolescent Sleep

Smart Program on Sleep Hygiene Practices, Sleep Health Efficacy, and Behavioral

Well-Being” menghasilkan temuan bahwa program sleep smart dengan

menerapkan sleep hygiene memiliki kejelasan dalam membantu remaja di

lingkungan sekolah perkotaan dalam mempertahankan efektivitas kesehatan tidur,

meningkatkan kinerja akademik dan mengurangi masalah perilaku internalisasi

(Wolfson et al., 2015).

Menurut (Carrión-Pantoja et al., 2022) berpendapat bahwa sleep hygiene

yang buruk merupakan faktor risiko insomnia yang dapat memengaruhi penurunan

pencapaian akademis di sekolah dan menyarankan untuk menerapkan pola tidur

yang tepat sebagai salah satu cara efektif untuk meningkatkan prestasi akademis.

Beberapa penelitian terdahulu yang telah diterangkan diatas menunjukan sleep

hygiene mampu memengaruhi kualitas tidur dan memiliki dampak secara

keseluruhan untuk kesejahteraan serta kinerja akademik. Oleh sebab itu sleep

hygiene dianjurkan untuk diterapkan, khususnya pada kalangan remaja yang duduk

di bangku sekolah.

2.1.3 Niat Latihan Fisik

Sebuah penelitian yang berjudul “Predicting Exercise Behaviors and

Intentions of Taiwanese Urban High School Students Using the Theory of Planned
16

Behavior” yang dilakukan dengan melakukan peninjauan terhadap 915 remaja yang

duduk di sekolah menengah atas di kota Taipei menghasilkan temuan yang

mendukung bahwa konstruksi utama dari theory of planned behavior atau teori

perilaku terencana dapat secara efektif menentukan niat latihan fisik dengan teratur

di kalangan remaja dan hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai referensi bagi

bidang kesehatan maupun sekolah dalam pembelajaran pendidikan jasmani ketika

merumuskan strategi yang efektif untuk mendorong remaja terlibat dalam praktik

latihan fisik (Lu et al., 2022).

Penelitian dengan berjudul “Time Perspective and the Theory of Planned

Behavior: Moderate Predictors of Physical Activity Among Central Appalachian

Adolescents” yang dilakukan di wilayah pedesaan Appalachian pada remaja yang

duduk di bangku sekolah menghasilkan temuan bahwa theory planned of behavior

dapat digunakan untuk memprediksi aktivitas fisik di kalangan remaja. Peneliti

mengungkapkan bahwa meningkatkan partisipasi dalam aktivitas fisik akan

menghasilkan hasil kesehatan yang lebih baik untuk remaja di Appalachian.

Memahami theory planned of behavior yang berkaitan dengan aktivitas fisik akan

memandu praktisi dalam mengembangkan strategi intervensi yang efektif

menargetkan perilaku aktivitas fisik intervensi yang mendorong sikap positif dan

meningkatkan keyakinan kontrol terhadap aktivitas fisik akan meningkatkan niat

dan kemungkinan partisipasi lebih dalam aktivitas fisik (Gulley & Boggs, 2014).

Sebuah penelitian yang lain dengan berjudul “A Test of the Theory of Planned

Behavior to Explain Physical Activity in a Large Population Sample of Adolescents

From Alberta, Canada” merupakan penelitian dengan sampel remaja representatif


17

yang cukup besar yaitu sebanyak 4.073 dengan survei berbasis web menghasilkan

temuan bahwa konstruksi atau model Theory of Planned Behavior (yaitu, sikap,

norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku) berguna dalam memahami aktivitas

fisik dan peneliti menyoroti pentingnya seorang praktisi atau guru untuk

memberikan kegiatan yang menyenangkan dan strategi untuk meningkatkan

kepercayaan diri remaja dengan mengadopsi dan mempertahankan aktivitas fisik

dengan teratur (Plotnikoff et al., 2011).

2.1.4 Kebugaran Jasmani

Peneltian yang dilakukan oleh (Rocliffe et al., 2023) dengan judul “The

Impact of Typical School Provision of Physical Education, Physical Activity and

Sports on Adolescent Physical Activity Behaviors: A Systematic Literature Review”

memberikan hasil bahwa pembelajaran pendidikan jasmani, aktivitas fisik dan

olahraga sebagai strategi untuk memengaruhi remaja dalam perilaku aktivitas fisik

dan menemukan hubungan antara sekolah yang khas dengan pendidikan jasmani

maka remaja semakin memiliki sikap multifaset. Pembeajaran pendidikan jasmani

lebih dari 90 menit dapat memaksimalkan peluang untuk aktivitas fisik sedang

hingga berat dan meminimalkan peluang untuk perilaku menetap.

Selanjutnya, penelitian yang berjudul “Effects of Daily Physical Education

on Physical Fitness and Weight Status in Middle School Adolescents” menunjukkan

bahwa pembelajaran pendidikan jasmani dapat menghasilkan efek perilaku

manifestasi untuk mendorong aktivitas fisik gaya hidup aktif dan menyampaikan

kritis pesan kesehatan masyarakat untuk remaja, ada saatnya aktivitas fisik sehari-

hari, dan meluangkan waktu untuk aktif penting untuk kesehatan seseorang,
18

kesejahteraan secara keseluruhan, dan fungsi sehari-hari. Selain itu, Aktivitas fisik

di sekolah secara teratur juga memberikan manfaat akademik siswa yang lebih aktif

di sekolah dan lebih bugar secara fisik memiliki prestasi akademik yang lebih baik

dan hampir tidak pernah absen dan membolos di sekolah (Erfle & Gamble, 2015)

Penelitian yang berjudul Physical Fitness and Academic Performance In

Middle School Students dengan sampel sejumlah 838 siswa menghasilkan temuan

bahwa kapasitas aerobik dan daya tahan otot berpengaruh positif terhadap

akademik berprestasi pada siswa sekolah menengah dengan korelasi pada

kebugaran aerobik dan daya tahan otot (berkisar dari 0,12 hingga 0,27, semua p

<0,05). Penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan ada antara domain

kebugaran fisik tertentu dan prestasi akademik. Pentingnya kebugaran jasmani dan

aktivitas fisik untuk membantu meningkatkan prestasi akademik pada kalangan

siswa remaja (Bass et al., 2013).

2.2. Kerangka Teoretis

2.2.1. Konsep Dasar Iklim Kelas Pendidikan Jasmani

2.2.1.1. Definisi Iklim Kelas

Iklim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai

suasana atau keadaan. Beberapa istilah lain digunakan setara dengan kata iklim

adalah rasa, atmosfir, dan lingkungan. Sedangkan, kelas menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia memiliki arti ruang tempat belajar di sekolah. Dalam hal ini,

iklim kelas dapat sebut dengan group climate, learning environment, classroom

environment, dan classroom climate. Berikut adalah definisi iklim kelas menurut

para ahli (Hadiyanto, 2016):


19

a. Menurut Bloom (1964) iklim dimaknai sebagai suatu kondisi, pengaruh, dan

rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang

dapat memengaruhi peserta didik.

b. Menurut Hoy dan Forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim kelas adalah

aktivitas guru di dalam kelas dan organisasi sosial informal yang secara

spontan memengaruhi tingkah laku peserta didik.

c. Menurut Hoy dan Miskell (1982) istilah iklim seperti halnya kepribadian pada

manusia. Jika definisi Hoy dan Miskell tersebut diterapkan pada kelas, maka

iklim kelas diartikan kepribadian kelas. Definisi tersebut dapat diterima

dengan dasar bahwa setiap kelas mempunyai sifat (kepribadian) yang tidak

sama dengan kelas-kelas yang lain.

d. Menurut Kinney dan Hurst (1980) mengatakan bahwa iklim merupakan

suasana kejiwaan dan sosial dari anggota kelompok yang terjadi karena

interaksi dan kerja sama kelompok, seperti perasaan, kesan atau pengaruh,

sikap, pola hubungan timbal balik, kepemimpinan dan reaksinya, moral, dan

prestasi.

e. Menurut Zahn, Kagan, dan Widaman (1986) iklim kelas didefinisikan sebagai

seperangkat tingkah laku, persepsi dan respons afektif di antara peserta didik

yang saling berkaitan dengan proses belajar mengajar di dalam kelas.

Maka, dapat disimpulkan bahwa iklim kelas adalah suatu keadaan dan

suasana pembelajaran yang muncul akibat dari ikatan atau kontak antara guru dan

peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, dan akibat interaksi dari berbagai

macam faktor yang memengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas.


20

2.2.1.2. Dimensi Iklim Kelas

Menurut Moos (dalam, (Hadiyanto, 2016)) mengemukakan dimensi umum

yang dapat digunakan untuk mengukur lingkungan psikis dan sosial. Ketiga

dimensi tersebut adalah dimensi relationship (hubungan), dimensi personal growth

& development (pertumbuhan dan perkembangan pribadi), dimensi system

maintenance and change (perubahan dan perbaikan sistem), dan dimensi physical

environment (lingkungan fisik). Berikut adalah penjabaran dari dimensi-dimensi

tersebut:

a. Dimensi Relationship (Hubungan)

Dimensi hubungan dalam iklim kelas digunakan untuk melihat keterlibatan

peserta didik, saling mendukung dan membantu satu dengan yang lainnya, dan

mengekspresikan kemampuan mereka secara bebas dan terbuka. Kemudian,

dimensi ini mencakup aspek afektif dari interaksi antara peserta didik dengan guru

dan peserta didik dengan peserta didik lainnya. Dalam dimensi hubungan

didalamnya terdapat skala-skala diantaranya adalah di antaranya cohesiveness

(kekompakan), satisfaction (kepuasan), dan involvement (keterlibatan).

b. Dimensi personal growth & development (Pertumbuhan & Perkembangan

Pribadi)

Dimensi personal growth & development (pertumbuhan & perkembangan

pribadi) disebut dimensi yang berorientasi pada tujuan yaitu tujuan utama kelas

dalam mendukung pertumbuhan & perkembangan pribadi dan motivasi diri. Skala-

skala yang terkait dalam dimensi ini di antaranya difficulty (kesulitan), speed

(kecepatan), independence (kemandirian), dan competition (kompetisi).


21

c. Dimensi System Maintenance & Change (Perubahan dan Perbaikan Sistem)

Dimensi system maintenance & change (perubahan dan perbaikan sistem)

adalah dimensi yang membicarakan iklim kelas dapat mendukung harapan,

memperbaiki kontrol dan merespons perubahan. Skala-skala yang termasuk dalam

dimensi ini di antaranya formality (formalitas), democracy (demokrasi), rule clarity

(kejelasan aturan), innovation (inovasi).

d. Dimensi Physical Environment (Lingkungan Fisik)

Dimensi physical environment lingkungan fisik membicarakan sejauh mana

iklim kelas, seperti kelengkapan sumber, kenyamanan serta keamanan kelas ikut

memengaruhi proses belajar mengajar. Skala-skala yang termasuk dalam dimensi

ini di antaranya resource adequacy (kelengkapan sumber), safe & orderly

environment (keamanan dan keteraturan lingkungan), physical comfort

(kenyamanan lingkungan fisik), dan lingkungan fisik (material environment).

2.2.1.3. Jenis-Jenis Iklim Kelas

Iklim kelas dapat dibagi menjadi beberapa situasi. Nasution (2007)

menyatakan bahwa ada tiga jenis suasana yang dialami siswa selama proses

pembelajaran di sekolah, berdasarkan sikap guru terhadap anak dalam bahan ajar.

a. Iklim kelas authoritarian (otoriter)

Iklim kelas authoritarian (otoriter) adalah suasana di dalam kelas dengan

sikap guru yang otoriter. Suasana otoritarianisme tercipta ketika guru menggunakan

kekuasaannya untuk mencapai tujuan tanpa mempertimbangkan lebih jauh

dampaknya terhadap peserta didik, terutama perkembangan pribadinya. Melalui


22

hukuman dan intimidasi, peserta didik dipaksa untuk menguasai ujian dan materi

yang mungkin mereka butuhkan di masa depan.

b. Iklim kelas permissive (terbuka)

Iklim kelas permissive (terbuka) adalah suasana di dalam kelas berkaitan

dengan sikap guru yang terbuka. Lingkungan pendidikan dengan sikap mengajar

yang terbuka dicirikan oleh kenyataan bahwa peserta didik dapat tumbuh dengan

bebas tanpa tekanan, frustrasi, larangan, perintah atau paksaan yang besar.

Pelajarannya selalu menyenangkan. Guru tidak mengganggu dan berlama-lama

untuk memberikan bantuan bila diperlukan. Sikap ini mengutamakan

perkembangan pribadi peserta didik, terutama emosional, sehingga anak terbebas

dari goncangan psikologis dan mudah beradaptasi dengan lingkungan.

c. Iklim kelas real (nyata)

Iklim kelas real (nyata) adalah suasana kelas dengan sikap guru yang konkret.

Suasana kelas dicirikan oleh kebebasan seperti anak kecil dengan kontrol. Anak

diberi kesempatan yang luas untuk bermain secara bebas tanpa pengawasan atau

pengaturan yang ketat. Sedangkan peserta didik diberikan tugas di bawah arahan

dan pengawasan gurunya.

2.2.1.4. Definisi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani

Iklim kelas pendidikan jasmani adalah suasana dan keadaan pembelajaran

yang berasal dari hubungan yang terjalin antara guru dengan peserta didik, peserta

didik dengan peserta didik, dan akibat hubungan dari berbagai faktor seperti fisik,

materi, organisasi operasional, dan sosial yang memengaruhi proses pembelajaran

pendidikan jasmani. Menurut (Herdiyana & Prakoso, 2016) pendidikan jasmani


23

merupakan pendidikan secara menyeluruh dengan maksud untuk mengembangkan

berbagai aspek diantaranya ialah kebugaran jasmani, keterampilan dalam bergerak,

keterampilan dalam berberpikir kritis, keterampilan sosial, berpikir logis,

kemantapan emosional, tindakan moral, pola hidup sehat, dan pengenalan

lingkungan melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang direncanakan

secara sistematis dalam rangka menggapai tujuan pendidikan nasional.

Pembelajaran pada kelas pendidikan jasmani dapat dilaksanakan dengan berbagai

macam pendekatan, model, strategi, metode, gaya, dan teknik sesuai dengan

karakterisik atau sifat tugas gerak, siswa atau peserta didik, dan lingkungan belajar.

Iklim kelas pendidikan jasmani di bangun untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil penelitian study literature menunjukkan bahwa tujuan utama pendidikan

jasmani yaitu dapat memahami bagaimana persepsi siswa yang akan diajar,

meningkatkan persepsi untuk meningkatkan kebugaran jasmani, membimbing

siswa untuk memiliki gaya hidup aktif (Ariestika et al., 2021).

Menurut (Corbin, 2021) seorang pendidik atau guru dapat menerapkan

pembelajaran dengan iklim pendidikan jasmani dengan tahapan sebagai berikut:

a. Tahap awal (langkah 1 dan 2), pada tahap ini disebut dengan tahap

ketergantungan, peserta didik bergantung pada para guru. Mereka umumnya

belum memiliki pengetahuan tentang kebugaran, kesehatan, dan

kesejahteraan maka peserta didik akan mendapat manfaat dari gaya mengajar

secara langsung. Mereka berpartisipasi sesuai petunjuk dan mendapat

manfaat sesuai dengan kegiatan yang diarahkan oleh guru.


24

b. Tahap pertengahan (langkah 3 dan 4), pada tahap ini disebut dengan tahap

pengambilan keputusan, peserta didik mulai memahami dan menerapkan

konsep dan prinsip dan menggunakan keterampilan manajemen diri

(misalnya, penilaian diri, penetapan tujuan, pemantauan diri, perencanaan

diri). Mereka mulai menganalisis dan mengevaluasi perilaku mereka sendiri.

c. Tahap puncak (langkah 5 dan 6), pada tahap ini disebut dengan tahap

kemandirian, peserta didik menjadi mandiri dan otonom. Mereka menjadi

pemecah masalah yang mampu membuat keputusan yang dapat

meningkatkan kebugaran, kesehatan, dan kesejahteraan jangka panjang.

Sumber: (Corbin, 2021)

Gambar 2.1. Tahapan Pembelajaran Iklim Kelas Pendidikan


Jasmani

Maka iklim kelas pendidikan jasmani dapat disimpulkan sebagai suatu

keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk dari hasil interaksi antara

peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan peserta didik yang lainnya yang

bermuara pada tujuan pembelajaran pendidikan jasmani.


25

2.2.1.5. Instrumen Iklim Kelas Pendidikan Jasmani

Instrumen angket iklim kelas pendidikan jasmani menggunakan dan

mengadopsi Physical Education Classroom Climate Scale (PECCS) atau Skala

Iklim Kelas Pendidikan Jasmani yang diciptakan oleh Stuart K. Biddle, François

Cury, Mario Goudas, Philippe Sarrazin, Jean-Pierre Famose, Marc Durand pada

tahun 1995 (S. Biddle et al., 1995). Terdapat 28 kuesioner dan 6 domain dalam

angket PECCS, diantaranya adalah orientasi penguasaan kelas (6 item), promosi

guru orientasi penguasaan kelas (6 item), persepsi pilihan peserta didik (4 item),

dukungan guru (4 item), orientasi pertunjukkan kelas (4 item), dan khawatir tentang

kesalahan (4 item). Instrumen PECCS memiliki indeks kecocokan yang cukup baik

dengan Chi2/d.f ratio sebesar 2,26 yang artinya dapat diterima dan total alpha

coefficients adalah 0,81 yang bermakna memuaskan dikarenakan nilai alpha

coefficients melebihi 0,69 (Escartí & Gutiérrez, 2001). Instrumen PECCS

digunakan untuk mengukur untuk menyelidiki iklim kelas yang dirasakan dari

pelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

2.2.2. Konsep Dasar Sleep Hygiene

2.2.2.1. Definisi Sleep Hygiene

Sleep hygiene atau pola tidur bersih menurut National Sleep Foundation

merupakan berbagai macam praktik yang diperlukan untuk mendapatkan tidur

malam yang berkualitas dan kesiapan menjalani aktivitas pada keesokan harinya

(Gupta, 2019). Istilah sleep hygiene pertama kali diperkenalkan pada tahun 1939

oleh Nathaniel Kleitman, kemudian pada tahun 1977 oleh psikolog Peter Hauri

memperkenalkan konsep sleep hygiene dalam konteks obat tidur modern aturan
26

perilaku yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas tidur (Gigli & Valente,

2012). Sleep hygiene mencakup praktik berbagai faktor gaya hidup dengan

pertimbangan lingkungan tidur yang kondusif (Chow, 2022). Pola tidur bersih atau

dalam bahasa inggris disebut sleep hygiene merupakan istilah yang digunakan

untuk menggambarkan kebiasaan tidur yang baik dan menyehatkan.

Tabel 2.1
Faktor Sleep Hygiene, Saran Implementasi, dan Dampak Pada Tidur

Faktor Sleep Hygiene Saran Implementasi Dampak Pada Tidur

Tidur dan bangun pada


waktu yang hampir sama
Jadwal tidur Mengatur sistem sirkadian
setiap hari, usahakan untuk
tidur 7-9 jam setiap malam

Membangun kebiasaan
Batasi waktu tidur siang
Tidur siang untuk tidur malam sesuai
hingga 20 menit
pada waktunya

Hindari aktivitas yang


merangsang mental
Perangkat elektronik dapat
(misalnya, menonton
meniru sinar matahari dan
Aktivitas sebelum tidur televisi) dan lebih memilih
membatasi timbulnya fase
aktivitas yang membuat
yang merangsang tidur
rileks (membaca &
bermeditasi)

Dapat menyebabkan kantuk,


Batasi alkohol 4 jam
Konsumsi alkohol tetapi mengurangi tidur yang
sebelum tidur
memulihkan

Waktu paruh 6-8 jam,


Batasi kafein 6 jam sebelum memengaruhi kemampuan
Konsumsi kafein
tidur untuk memulai dan
mempertahankan tidur
27

Faktor Sleep Hygiene Saran Implementasi Dampak Pada Tidur

Berdampak pada
kemampuan untuk
Abstain atau batasi 6 jam
Konsumsi nikotin memulai/mempertahankan
sebelum tidur
tidur, mengidam dapat
mengganggu tidur
Membatasi faktor eksternal
Batasi cahaya dan
yang dapat mengganggu
kebisingan di lingkungan
Lingkungan kamar tidur tidur, lingkungan yang sejuk
kamar tidur, dan kendalikan
memicu fase penginduksi
suhu (idealnya 18 °C)
tidur
Perut yang penuh (kenyang)
menyebabkan kelelahan post
Jaga pola makan, hindari prandial, makan terlalu
Diet
makan besar sebelum tidur dekat dengan waktu istirahat
dapat menyebabkan refluks
gastrointestinal
Beberapa jalur fisiologis
Terlibat dalam olahraga
Latihan fisik dapat menyebabkan
teratur
peningkatan kualitas tidur
Sumber: (Shriane et al., 2020)

2.2.2.2. Rekomendasi Sleep Hygiene

Berikut adalah rekomendasi sleep hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur

individu dan konseling disajikan sebagai bentuk pendidikan (Hauri, 2012):

a. Tinjauan Lingkungan Tidur

1) Hilangkan kebisingan kamar tidur

Suara keras dapat mengganggu tidur, jika seseorang tidak dapat terbiasa

dengannya untuk membantu tidur lebih baik, dapat menggunakan

penyaringan suara misalnya, dengan kipas yang terus berjalan dan mesin

derau putih (white noise).

2) Mengatur suhu kamar tidur

Suhu kamar yang ekstrem (terlalu panas dan terlalu dingin) dapat

mengganggu tidur. Setiap individu memiliki kenyamanan terhadap suhu


28

kamar yang berbeda maka seseorang harus menemukan zona nyaman

tersebut. Misalnya, seseorang nyaman dengan suhu yang sejuk namun

dengan selimut tebal dan ada yang lebih nyaman dengan suhu hangat

namun dengan selimut lebih tipis.

3) Buat kamar tidur nyaman

Kamar tidur nyaman sebagian besar bergantung pada preferensi individu.

Misalnya, seseorang tidur lebih nyenyak dengan jendela terbuka,

menyukai kasur yang empuk, sementara yang lain tidur lebih nyenyak di

permukaan yang lebih keras. Direkomendasikan tidur dengan mematikan

lampu atau dengan keadaan pencahayaan yang redup karena cahaya

dapat disaring melalui kelopak mata yang tertutup hal tersebut

mengakibatkan efek modulasi pada irama tidur atau ketika bangun.

Kemudian, sangat disarankan kamar tidur terbebas dari elektronik seperti

televisi dan handphone yang dapat akses ke internet, terutama untuk

anak-anak dan remaja.

4) Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur

Kamar tidur tidak digunakan sebagai kantor sekunder dengan komputer

dan ponsel dapat dijangkau dari tempat tidur dan yang membuat aktif di

malam hari.

5) Hilangkan jam di kamar tidur

Seseorang penderita insomnia disarankan untuk tidak meletakan jam

pada dinding atau meja di kamar tidur, umumnya penderita insomnia

akan melihat jam secara terus menerus dan hal tersebut membuat frustrasi
29

karena menyadari bahwa waktu semakin berlalu sementara mereka tetap

terjaga.

b. Aturan Waktu Tidur dan Bangun

1) Kurangi waktu tidur siang

Ketika terlalu banyak menghabiskan waktu untuk tidur siang maka tidur

di malam hari cenderung semakin kurang nyenyak.

2) Kurangi waktu yang dihabiskan di tempat tidur

Waktu yang lebih lama di tempat tidur menyebabkan tidur lebih dangkal

dan terfragmentasi. Sebaliknya, mengurangi waktu yang dihabiskan di

tempat tidur menyebabkan tidur lebih dalam dan berkelanjutan.

3) Pertahankan waktu tidur yang teratur

Tampaknya intuitif bahwa tidur pada waktu yang tidak teratur dapat

mengganggu siklus sirkadian, sementara waktu tidur dan bangun yang

teratur memperkuat ritme 24 jam ini, sehingga memudahkan tidur.

Waktu bangun yang teratur, agak lebih awal dari yang diinginkan,

penting bagi mereka yang mengalami kesulitan tidur dan bagi orang

muda, karena kelompok ini biasanya bergumul dengan pola tidur yang

tertunda. Di sisi lain, untuk orang lanjut usia, sedikit penundaan waktu

tidur mungkin diinginkan untuk mengatasi kecenderungan pola tidur

lanjut.

c. Kegiatan Malam yang Kondusif untuk Tidur

1) Latihan fisik atau olahraga


30

Orang yang bugar secara fisik biasanya tidur lebih nyenyak daripada

orang yang tidak bugar. Efek olahraga selama satu hari pada tidur

selanjutnya bergantung pada intensitas dan waktu olahraga. Olahraga

ringan di pagi hari biasanya tidak banyak berpengaruh pada tidur malam

itu. Sebaliknya, olahraga yang terlalu dekat dengan waktu tidur dapat

mengaktifkan dan menunda tidur, meskipun hal ini tidak berlaku untuk

semua orang. Biasanya, orang yang memiliki masalah tidur disarankan

untuk berolahraga secara aerobik setidaknya tiga kali seminggu, mulai

berolahraga antara 4 dan 6 jam sebelum waktu tidur.

2) Lakukan aktivitas santai sebelum tidur

Sebagian besar membutuhkan waktu beberapa jam untuk melepas lelah

sebelum tidur. Bekerja atau belajar dengan intens hingga waktu tidur

tampaknya kontraproduktif. Bersantai di malam hari mungkin bahkan

lebih penting bagi orang yang kurang tidur yang biasanya lebih aktif

secara biologis daripada orang yang tidur nyenyak.

3) Buatlah daftar kekhawatiran

Beberapa orang mengeluh bahwa tidak dapat menghentikan pikiran

ketika mencoba untuk tidur oleh sebab itu dianjurkan untuk menyisihkan

sekitar 20 menit lebih awal di malam hari untuk fokus pada kekhawatiran

yang mungkin menyebabkan tidak dapat tidur di malam hari. Membuat

daftar masalah yang menjadi perhatian dan kemudian berpikir secara

hati-hati tentang setiap masalah tersebut, dengan tujuan untuk

mengidentifikasi tindakan yang mungkin dapat mereka lakukan besok


31

untuk mengatasi setiap masalah. Tujuan dari semua ini adalah untuk

secara sadar dan jujur menangani setiap kekhawatiran, mencari sesuatu

yang dapat diubah keesokan harinya, meskipun kecil.

4) Mandi air panas

Mandi air panas membantu relaksasi, terutama jika 1 sampai 2 jam

sebelum tidur. Setelah meningkatkan suhu inti tubuh secara artifisial,

baik dengan olahraga atau mandi air panas, efek pendinginan yang

muncul akan mendorong untuk tertidur.

2.2.2.3. Menerapkan Sleep Hygiene

Sleep hygiene atau pola tidur bersih yang baik dapat membantu seseorang

untuk tidur dengan nyenyak untuk setiap malam. Berikut adalah petunjuk praktis

untuk menerapkan sleep hygiene menurut (Suni & Vyas, 2023):

a. Atur jadwal tidur. Memiliki jadwal yang ditetapkan dapat menormalkan tidur

adalah bagian penting yang membuat otak dan tubuh terbiasa untuk

mendapatkan jumlah tidur yang dibutuhkan.

1) Memiliki waktu bangun yang tetap: Bangun pada waktu yang sama

karena jadwal yang berfluktuasi membuat tidak mendapatkan ritme

tidur yang konsisten.

2) Prioritaskan tidur: Jadikan tidur sebagai prioritas, hitung target waktu

tidur berdasarkan waktu bangun yang tetap dan lakukan yang terbaik

untuk bersiap tidur di setiap malam.


32

3) Lakukan penyesuaian secara bertahap: Jika akan mengubah waktu tidur

maka lakukan perubahan secara bertahap, hal tersebut untuk

menghindari jadwal tidur sebelumnya.

4) Tidak berlebihan dengan tidur siang: Tidur siang adalah cara yang

praktis untuk mendapatkan kembali energi di siang hari, namun apabila

dilakukan secara berlebihan dapat menganggu tidur di malam hari.

b. Lakukan rutinitas malam. Mempersiapkan tempat tidur dapat menentukan

seberapa mudah untuk tertidur. Berikut adalah pedoman sebelum tidur yang

membuat tubuh merasa nyaman dan lebih mudah untuk tertidur.

1) Jaga rutinitas secara konsisten: Mengikuti langkah yang sama setiap

malam, termasuk hal-hal seperti mengenakan piyama dan menyikat

gigi, dapat memperkuat pikiran bahwa ini adalah waktu tidur.

2) Gunakan waktu sekitar 30 menit untuk relaksasi: Manfaatkan apa pun

yang sesuatu yang membuat tenang seperti peregangan ringan,

membaca, dan/atau latihan relaksasi.

3) Redupkan lampu kamar: Menjauhkan diri dari cahaya terang karena

dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang diciptakan tubuh

untuk memfasilitasi tidur.

4) Hindari media elektronik: Sebelum tidur selama 30-60 menit yang

upayakan terbebas perangkat. Ponsel, tablet, dan laptop dapat

menyebabkan rangsangan mental yang sulit dimatikan dan juga

menghasilkan cahaya biru yang dapat menurunkan produksi melatonin.


33

5) Metode uji relaksasi: Meditasi, perhatian penuh, pernapasan, dan teknik

relaksasi lainnya dapat menempatkan pada pola pikir yang benar untuk

tidur.

6) Jangan melempar dan berbalik: Apabila setelah 20 menit belum dapat

tertidur, bangun dan lakukan peregangan, membaca, atau melakukan

sesuatu yang menenangkan dalam cahaya redup sebelum mencoba

tertidur lagi.

c. Kembangkan kebiasaan hidup sehat. Memasukkan rutinitas positif di siang

hari dapat mendukung ritme sirkadian dan membatasi gangguan tidur.

1) Dapatkan paparan sinar matahari: Sinar atau cahaya matahari adalah

salah satu pendorong utama ritme sirkadian yang dapat mendorong

kualitas tidur.

2) Aktif secara fisik: Latihan fisik dan olahraga teratur dapat membuat

tidur lebih mudah di malam hari dan memberikan sejumlah manfaat

kesehatan lainnya.

3) Hindari merokok: Nikotin merangsang tubuh dengan cara mengganggu

tidur, merokok berkorelasi dengan banyak masalah tidur.

4) Hindari konsumsi alkohol: Alkohol dapat mengganggu tidur di malam

hari, maka sangat disarankan untuk tidak konsumsi alkohol.

5) Kurangi kafein di sore dan malam hari: Kafein merupakan stimulan

yang dapat membuat seseorang tetap terjaga bahkan ketika akan

beristirahat maka upayakan untuk menghindarinya.


34

6) Jangan terlambat makan: Makan malam sampai larut, terlebih jika

makan besar dan pedas maka organ-organ yang bertugas mencerna

makanan akan tetap bekerja saat seseorang tertidur.

7) Batasi aktivitas di tempat tidur: Gunakan tempat tidur hanya untuk

tidur, tidak untuk aktivitas lainnya.

d. Optimalkan kamar tidur. Komponen utama dari kebersihan tidur di luar

kebiasaan adalah lingkungan tidur hal ini bertujuan untuk memudahkan tidur

dan memunculkan ketenangan.

1) Gunakan kasur dan bantal yang nyaman: Permukaan tempat tidur

sangat penting untuk kenyamanan dan tidur tanpa rasa sakit maka

upayakan gunakan kasur dan bantal terbaik untuk kebutuhan tidur

dengan bijak.

2) Gunakan tempat tidur yang nyaman: Seprai dan selimut adalah hal

pertama yang di sentuh saat naik ke tempat tidur maka pastikan

semuanya sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing

individu.

3) Tetapkan suhu yang sejuk dan nyaman: Gunakan suhu kamar tidur

sesuai dengan kenyamanan setiap individu.

4) Blokir cahaya (block out light): Gunakan tirai tebal atau penutup mata

untuk mencegah cahaya yang akan mengganggu tidur.

5) Hilangkan kebisingan (drown out noise): Penyumbat telinga (ear plug)

dapat menghentikan kebisingan agar seseorang tetap terjaga dan apabila


35

tidak merasa nyaman maka gunakan mesin white noise misalnya, kipas

untuk meredam suara yang mengganggu.

6) Gunakan wewangian yang menenangkan: aroma yang ringan, seperti

lavender, dapat membuat pikiran lebih tenang dan membantu

menumbuhkan ruang positif untuk tidur.

Menurut hasil survei Wakefield Research for Princess Cruises, kultur di

Indonesia memiliki angka tidur cepat, yaitu sebanyak 40% tidur sebelum jam 22.00

malam dan bangun pada pukul 06.30 pagi. Hal tersebut dapat mendukung dalam

mengoptimalkan jadwal tidur, rutinitas sebelum tidur, dan rutinitas harian adalah

bagian dari memanfaatkan kebiasaan untuk membuat kualitas tidur terasa lebih

baik. Menciptakan lingkungan kamar tidur yang menyenangkan dapat menjadi

istirahat dan tertidur. Beberapa tip atau cara dapat membantu namun hal yang telah

dijelaskan diatas bukan persyaratan yang kaku, seseorang dapat menyesuaikan

sesuai dengan keadaan dan membuat daftar kebersihan tidur untuk membantu

mendapatkan tidur terbaik.

2.2.2.4. Instrumen Sleep Hygiene

Instrumen sleep hygiene menggunakan dan mengadopsi dari Adolescents

Sleep Hygiene Scale (ASHS) atau Skala Kebersihan Tidur Remaja. Adolescents

Sleep Hygiene Scale (ASHS) diciptakan oleh Monique K. LeBourgeois, Flavia

Giannotti, MD, Flavia Cortesi, Amy R. Wolfson dan John Harsh (LeBourgeois et

al., 2005). ASHS adalah alat laporan diri 28 item yang menilai praktik yang

memfasilitasi tidur dan menghambat tidur remaja berusia 12 hingga 18 tahun.

ASHS memiliki 9 domain konseptual yang berbeda diantaranya adalah fisiologis (5


36

item), kognitif (6 item), emosional (3 item), lingkungan tidur (4 item), siang hari

tidur (1 item), zat (2 item), rutinitas sebelum tidur (1 item), berbagi tempat tidur /

kamar tidur (2 item), dan stabilitas tidur (4 item). Nilai total domain instrumen

ASHS alpha koefisien adalah 0,80 yang berarti dapat diterima. Kemudian,

instrumen ini menunjukkan nilai yang valid dengan r=0,733-0,888 serta alpha

koefisien cronbach (α) 0,9 yang berarti reliabel (Purnama, 2019). Apabila

mendapatkan skor yang tinggi menunjukkan sleep hygiene atau penerapan

keberhasilan tidur yang lebih baik.

2.2.3. Konsep Dasar Niat Latihan Fisik

2.2.3.1. Definisi Niat Latihan Fisik

Niat dalam kamus besar bahasa Indonesia (KKBI) diartikan sebagai maksud

atau tujuan suatu perbuatan, kehendak (keinginan dalam hati) akan melakukan

sesuatu, dan janji untuk melakukan sesuatu jika cita-cita atau harapan terkabul.

Menurut (Ajzen, 2012) niat adalah keadaan mewakili kognitif dari kesiapan

seseorang untuk melaksanakan perilaku tertentu dan dipandang sebagai anteseden

terdekat pada perilaku. Awal dari sebuah tindakan, niat menjadi pendahulu dari

sebuah tindakan. Niat secara akurat dapat memprediksi kesesuaian perilaku (Ajzen,

2012). Niat atau intensi mencerminkan keinginan individu untuk melakukan suatu

perilaku tertentu. Semakin tinggi niat individu melakukan suatu perilaku, maka

semakin besar kemungkinan individu menerapkan perilaku tersebut.

Latihan fisik atau exercise adalah suatu gerakan tubuh yang dilakukan

dengan secara terencana, terstruktur, dan berulang yang melibatkan penggunaan

energi untuk meningkatkan kebugaran (Pranata & Kumaat, 2022). Menurut (World
37

Health Organization, 2018) latihan fisik dimaknai sebagai aktivitas fisik yang

direncanakan, terstruktur, berulang, dan bertujuan untuk memperbaiki atau

mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran. Selanjutnya, niat latihan

fisik adalah dorongan untuk melakukan latihan fisik dengan berbagai tujuan,

diantaranya adalah mempertahankan atau meningkatkan kebugaran jasmani,

meningkatkan stamina, dan percaya diri.

2.2.3.2. Komponen Niat Latihan Fisik

Theory of Planned Behavior atau teori perilaku terencana adalah teori yang

muncul pada tahun 1967 dan teori ini masih dikembangkan serta diperluas oleh

Icek Ajzen dan Martin Fishbein (Ajzen, 2012). Theory of Planned Behavior adalah

suatu teori yang menguraikan terkait perilaku manusia dan disusun menggunakan

proposisi dasar bahwasannya setiap insan berperilaku dengan sistem atau cara yang

sadar serta mempertimbangkan seganap informasi yang telah ada (Mahyarni, 2013).

Theory of Planned Behavior telah berhasil digunakan untuk menjelaskan

dan memprediksi dalam berbagai domain perilaku diantaranya adalah perilaku

penggunaan NAPZA, perilaku pemilihan mode perjalanan, perilaku konsumen,

perilaku pemilihan teknologi untuk perlindungan privasi, tak terkecuali perilaku

aktivitas dan latihan fisik (Ajzen, 2020). Menurut (Ahmad et al., 2014) Theory of

Planned Behavior adalah sebuah model tentang bagaimana tindakan manusia di

pandu sehingga dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya perilaku tertentu

dengan menghunungkan beberapa komponen didalamnya, diantaranya adalah

attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control.

Theory of Planned Behavior membagi tiga faktor dari penentu atau determinan dari
38

sebuah niat, faktor-faktor tersebut adalah attitude toward the behavior (sikap

terhadap perilaku), subjective norm (norma subjektif), dan perceived behavioral

control (kontrol perilaku yang dirasakan). Berikut adalah penjabaran dari faktor-

faktor penentu dari sebuah niat (Ajzen, 2020):

a. Attitude Toward The Behavior (Sikap Terhadap Perilaku)

Theory of Planned Behavior bergantung pada perumusan nilai harapan untuk

menggambarkan pembentukan sikap terhadap suatu perilaku. Secara khusus, sikap

terhadap perilaku diasumsikan sebagai fungsi dari keyakinan yang mudah diakses

mengenai kemungkinan konsekuensi perilaku, yang disebut perilaku keyakinan.

Keyakinan perilaku adalah kemungkinan subjektif seseorang bahwa melakukan

perilaku yang menarik akan mengarah pada hasil tertentu atau memberikan

pengalaman tertentu, misalnya keyakinan bahwa menggunakan smartwacht

(perilaku) dapat memantau jumlah langkah perhari (hasil) dan menggunakannya

nyaman atau tidak nyaman (pengalaman). Secara agregat, keyakinan perilaku

diteorikan untuk menghasilkan sikap positif atau negatif terhadap perilaku tersebut.

Secara khusus, valensi positif atau negatif dari setiap hasil atau pengalaman yang

diantisipasi berkontribusi pada sikap keseluruhan dalam proporsi langsung dengan

probabilitas subjektif bahwa perilaku akan menghasilkan hasil atau pengalaman

yang bersangkutan.

Sikap perilaku adalah kecenderungan untuk bereaksi terhadap sesuatu baik

yang disukai atau sebaliknya tentang suatu objek, orang, institusi maupun sebuah

peristiwa (Ajzen, 1991). Sikap terhadap perilaku dianggap sebagai variabel pertama

yang memengaruhi niat berperilaku. Ketika seorang individu menghargai positif


39

suatu perbuatan, maka ia memiliki kehendak untuk melakukan perbuatan tertentu.

Pandangan tentang suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan (behavioral beliefs)

sebagai akibat dari tingkah laku yang dilakukan. Pandangan atas perilaku diyakini

mempunyai dampak langsung terhadap kehendak untuk berperilaku yang kemudian

diafiliasikan dengan kontrol perilaku persepsian dan norma subjektif (Ajzen, 1991).

Dalam konteks penelitian ini remaja akan berkeinginan untuk melakukan

latihan fisik jika mereka memiliki keyakinan positif bahwa latihan fisik merupakan

kegiatan yang menguntungkan dan bermanfaat bagi mereka, sebaliknya niat remaja

dalam melakukan latihan fisik akan rendah apabila mereka mempresepsikan bahwa

melakukan latihan fisik akan memberikan kerugian bagi mereka.

b. Subjective Norm (Norma Subjektif)

Norma subjektif adalah perkiraan seseorang tentang desakan sosial untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sama halnya sikap terhadap perilaku,

norma subjektif dipengaruhi oleh keyakinan. Perbedaannya jika (attitude toward

the behavior) sikap terhadap perilaku ialah fungsi dari keyakinan individu terhadap

perilaku yang akan dilakukan (behavioral belief) maka norma subjektif merupakan

fungsi dari keyakinan individu yang didaptkan atas pandangan orang lain terhadap

objek sikap yang berkaitan dengan individu (normative belief) (Ramdhani, 2016).

Norma subjektif memiliki dua sub komponen, yang pertama yaitu keyakinan

normatif, keyakinan normatif adalah sebuah keyakinan terkait asumsi penting yang

di buat orang lain tentang perilaku tertentu dan yang kedua motivasi untuk

mematuhi, motivasi untuk mematuhi diartikan sebagai penilaian positif atau negatif

tentang setiap keyakinan (Ahmad et al., 2014). Dua jenis keyakinan normatif:
40

injunctive dan deskriptif. Normatif keyakinan injunctive adalah harapan atau

probabilitas subjektif bahwa referensi tertentu individu atau kelompok (misalnya,

teman, keluarga, pasangan, rekan kerja, dokter atau supervisor) menyetujui atau

tidak menyetujui melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan sedangkan

keyakinan normatif deskriptif adalah sebuah keyakinan, apakah penting orang lain

melakukan perilaku (Ajzen, 2020). Kedua jenis kepercayaan berkontribusi pada

keseluruhan tekanan sosial yang dirasakan untuk terlibat dalam perilaku atau

subjektif norma.

Norma subyektif dimaknai sebagai landasan berpikir yang dianggap benar

untuk menilai tekanan atau desakan sosial dari sumber yang dirasakan individu

untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu (Conner, 2020). Dalam

konteks ini, apabila para remaja dihadpakan dalam situasi dan kondisi layaknya

lingkungan yang mendukung untuk latihan fisik dengan contoh dalam suatu satuan

pendidikan terdapat seorang guru pendidikan jasmani yang menjelaskan bagaimana

aktif dalam latihan fisik dan olahraga, sebuah keluarga yang menerapkan perilaku

hidup sehat, atau teman sebaya yang mengajak untuk latihan fisik setiap weekend

dalam situasi dan kondisi tersebut di tambah dengan penjelasan berbagai macam

keuntungan dan manfaat yang didapatkan ketika seseorang melakukan latihan fisik

maka hal tersebut akan mendorong para remaja yang mendengar dan memahami

informasi tersebut untuk melakukan latihan fisik.

c. Perceived Behavioral Control (kontrol perilaku yang dirasakan)

Seperti halnya sikap yang diasumsikan didasarkan pada keyakinan perilaku

yang dapat diakses dan norma subjektif pada keyakinan normatif yang dapat
41

diakses, kontrol perilaku yang dirasakan diasumsikan didasarkan pada kontrol yang

dapat diakses keyakinan. Kontrol perilaku yang dirasakan ditentukan oleh

keyakinan tentang kemampuan individu dalam mengakses pada sumber daya yang

diperlukan dan peluang untuk melakukan perilaku dengan sukses, ditimbang oleh

kekuatan yang dirasakan dari masing-masing faktor (Ajzen, 1991). Keyakinan ini

berkaitan dengan adanya faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat

kinerja perilaku. Faktor kontrol termasuk keterampilan dan kemampuan yang

dibutuhkan seperti, ketersediaan atau kekurangan waktu, uang, dan sumber daya,

dan kerjasama dengan orang lain. Menurut (Ajzen, 1991) faktor-faktor yang

termasuk faktor kontrol internal diantaranya, informasi, kekurangan pribadi,

keterampilan, kemampuan, dan emosi sedangkan faktor eksternal diantaranya,

kesempatan, ketergantungan pada orang lain, dan kendala fisik.

Sebuah keyakinan kontrol didefinisikan sebagai probabilitas subjektif

seseorang bahwa faktor fasilitasi atau penghambat yang diberikan akan hadir dalam

situasi minat. Setiap keyakinan kontrol berkontribusi pada kontrol perilaku yang

dirasakan dalam interaksi dengan kekuatan yang dirasakan faktor untuk

memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku. Sikap yang menguntungkan dan

subjektif yang mendukung norma dikatakan mengarah pada pembentukan niat

perilaku yang menguntungkan sejauh orang percaya bahwa mereka mampu

melakukan perilaku yang bersangkutan. Demikian pula, seperti disebutkan

sebelumnya, individu hendaknya dapat bertindak sesuai dengan sejauh niat yang

dimiliki atas kendali kinerja suatu perilaku. Ketika pengetahuan tentang kontrol

perilaku yang terbatas, persepsi perilaku kontrol dapat digunakan sebagai perantara
42

untuk membantu dalam prediksi perilaku di bawah asumsi bahwa kontrol yang

dirasakan mencerminkan kontrol yang sebenarnya cukup baik (Ajzen, 2020). Maka,

sikap yang menguntungkan, norma subjektif yang mendukung memberikan

motivasi untuk terlibat dalam perilaku namun niat yang konkret untuk

melakukannya terbentuk hanya ketika kontrol yang dirasakan atas perilaku yang

cukup kuat.

Seseorang yang penuh dengan sikap positif, sokongan yang besar dari orang-

orang disekitar dan sedikitnya hambatan untuk melakukan suatu perilaku, maka

individu tersebut akan memiliki niatan yang kokoh dibandingkan dengan ketika

memiliki sikap yang positif dan dukungan dari orang didekatnya namun terdapat

berbagai hambatan yang muncul untuk melakukan sebuah perilaku atau tindakan

tersebut (Seni & Ratnadi, 2017). Remaja yang memuat sikap yang tegas dan positif,

dukungan orang orang-orang disekitarnya misalnya, keluarga, guru, dan teman

sejawat serta tidak terdapat halangan atau rintangan untuk melakukan latihan fisik,

maka semakin mudah remaja mewujudkan latihan fisik yang optimal.

Menurut (Kumar et al., 2015) kebiasaan latihan fisik dengan teratur yang

dikembangkan selama masa remaja memberikan manfaat yang signifikan bagi

kesehatan yang dapat dipertahankan bahkan hingga dewasa. Masa remaja

merupakan masa kritis untuk membentuk pola hidup sehat dan kebiasaan gaya

hidup hal tersebut dapat memengaruhi masa dewasa bahkan seumur hidup mereka

karena sebagian besar penyakit kronis dan kebiasaan tidak sehat berasal selama

periode ini (Lu et al., 2022). Maka, latihan fisik berperan dan penting untuk

diterapkan pada kalangan remaja. Menurut (Lu et al., 2022) menegaskan bahwa
43

konstruksi inti dari theory of planned behavior, yaitu attitude toward the behavior

(sikap terhadap perilaku), subjective norm (norma subjektif), dan perceived

behavioral control (kontrol perilaku yang dirasakan) secara signifikan dapat

memengaruhi niat latihan fisik remaja.

2.2.3.3. Pedoman Latihan Fisik

Aktivitas fisik yang kurang diketahui berdampak negatif pada kesehatan

mental dan fisik pada remaja (Piercy et al., 2018). World Health Organization

(WHO) merekomendasikan untuk anak-anak hingga remaja usia 5-17 tahun

setidaknya melakukan aktivitas fisik 60 menit per hari dengan intensitas sedang

hingga kuat untuk mencapai hasil kesehatan yang positif (Bull et al., 2020).

Kegiatan tersebut meliputi bermain, permainan, pendidikan jasmani di sekolah,

latihan fisik, dan kegiatan olahraga yang direncanakan (Vandoni et al., 2021).

Namun, untuk melakukan latihan fisik yang aman untuk mengikuti pedoman yang

telah ditetapkan, diantaranya oleh WHO dan Physical Activity Guidelines for

Americans. Berikut adalah rekomendasi latihan fisik dari WHO (Bull et al., 2020):

a. Melakukan beberapa aktivitas fisik lebih baik daripada tidak melakukan

apapun.

b. Jika anak-anak dan remaja tidak memenuhi rekomendasi, melakukan

beberapa aktivitas fisik akan bermanfaat bagi kesehatan mereka.

c. Latihan fisik dilakukan secara bertahap, meningkatkan frekuensinya,

intensitas dan durasi dari waktu ke waktu.

d. Penting untuk memberikan semua anak dan remaja kesempatan yang aman

dan adil serta dorongan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang
44

menyenangkan, menawarkan variasi, dan sesuai dengan usia dan kemampuan

mereka.

e. Disarankan untuk tidak menerapkan perilaku menetap (sedentary behavior)

dan membatasi jumlah waktu yang dihabiskan di depan layar.

Pedoman latihan fisik pada remaja yang lain dari Physical Activity

Guidelines for Americans (Piercy et al., 2018) adalah sebagai berikut:

1. Strategi praktis untuk mempromosikan latihan fisik dikalangan remaja

adalah mengganti perilaku menetap dengan aktivitas fisik yang sederhana.

Misalnya, apabila pantas dan aman, para remaja disarankan jalan kaki atau

menggunakan sepeda ke sekolah.

2. Apabila belum mampu untuk memenuhi bergerak selama 60 menit

perharinya, remaja harus perlahan-lahan meningkatkannya latihan fisik

sedang hingga kuat dalam langkah-langkah kecil dan dengan cara yang

menyenangkan. Peningkatan bertahap di jumlah hari dan waktu yang

dihabiskan untuk aktif akan membantu mengurangi risiko cedera.

3. Remaja yang telah memenuhi pedoman utama maka harus terus

melakukan latihan fisik intensitas sedang hingga kuat setiap hari dan

upayakan menjadi lebih aktif. Bukti menunjukkan melakukan latihan fisik

lebih dari 60 menit setiap hari dapat memberikan manfaat kesehatan

tambahan bagi remaja usia sekolah.

4. Apabila telah melebihi pedoman utama latihan fisik maka harus menjaga

tingkat dan variasi jenis latihan untuk mengurangi risiko overtraining atau

cedera.
45

Berikut adalah tabel dari contoh untuk melakukan latihan fisik harian

menurut Physical Activity Guidelines for Americans (Piercy et al., 2018).

Tabel 2.2
Latihan Fisik Harian

Hari Aktivitas Fisik Latihan fisik

▪ Berjalan bersama hewan ▪ Bermain bola basket bersama


Senin peliharaannya selama 10 teman-teman sekolahnya selama 50
menit menit
▪ Bermain tenis selama 30 menit
▪ Berjalan bersama hewan
▪ Plank dan push up bersama
peliharaannya selama 10
Selasa ayahnya di malam hari selama 5
menit
menit
▪ Bersepeda selama 15 menit
▪ Berjalan bersama hewan ▪ Bermain bola basket bersama
Rabu peliharaannya selama 10 teman-teman sekolahnya selama 50
menit menit
▪ Bermain tenis selama 30 menit
▪ Berjalan bersama hewan ▪ Plank dan push up bersama
Kamis peliharaannya selama 10 ayahnya di malam hari selama 5
menit menit
▪ Bersepeda selama 15 menit
▪ Memainkan frisbee di taman
Jumat bersama teman-temannya selama
60 menit
▪ Membersihkan rumah dan
▪ Bersepeda selama 30 menit
Sabtu membersihkan kamar mandi
selama 30 menit
46

▪ Bermain video game aktif dengan


keluarganya yang melibatkan
gerakan terus menerus dengan
Minggu kecepatan intensitas sedang selama
30 menit
▪ Melakukan latihan beban tubuh
selama 30 menit
Pedoman utama dengan melakukan aktivitas aerobik intensitas tinggi, penguatan tulang,
dan penguatan otot kegiatan minimal 3 hari seminggu:
▪ Aktivitas intensitas tinggi (vigorous-intensity) selama 4 hari: basket dan
bersepeda
▪ Kegiatan penguatan tulang (bone-strengthening) selama 4 hari: basket, tenis
▪ Aktivitas penguatan otot (muscle-strengthening) selama 3 hari: latihan beban
tubuh, termasuk plank dan push-up

2.2.3.4. Jenis-Jenis Latihan Fisik

Latihan fisik memiliki berbagai macam bentuk latihan. Menurut (PennState

College of Medicine, 2020) terdapat 2 jenis latihan dalam latihan fisik diantaranya

latihan aerobik dan latihan kekuatan. Pada latihan aerobik memiliki ciri latihan

yang melibatkan gerakan berulang yang besar kelompok otot dilakukan untuk

jumlah yang lebih lama waktu, dapat meningkatkan kebugaran kardiovaskular dan

komposisi tubuh, contohnya termasuk berjalan, jogging, bersepeda dan berenang.

Pada latihan ketahanan memiliki makna latihan yang dilakukan dengan tujuan

melatih otot-otot dalam tubuh dengan ciri latihan yang melibatkan gerakan dengan

resistensi tambahan untuk jumlah pengulangan yang ditentukan, meningkatkan

kekuatan otot, otot daya tahan dan komposisi tubuh, contohnya adalah latihan fisik

dengan barbel (dumbbell), mesin berat, alat kebugaran (kettlebell), dan resistance

band.
47

Jenis latihan fisik yang lain menurut Physical Activity Guidelines for

Americans (Piercy et al., 2018) adalah latihan fisik berfokus pada tiga jenis latihan,

masing-masing memiliki manfaat kesehatan yang penting. Jenis latihan fisik

tersebut adalah aktivitas aerobik (aerobic activities), aktivitas penguatan otot

(muscle-strengthening activities), dan aktivitas penguatan tulang (bone-

strengthening activities). Berikut adalah penjabarannya:

a. Aktivitas aerobik (aerobic activities) adalah sebuah latihan di mana para

remaja secara ritmis menggerakkan otot besar untuk jangka waktu yang

berkelanjutan. Lari, lompat, lompat tali, berenang, menari, dan bersepeda

adalah contoh aktivitas aerobik. Salah satu manfaat yang menonjol dalam

aktivitas aerobik adalah meningkatkan kebugaran kardiorespirasi.

b. Aktivitas penguatan otot (muscle-strengthening activities) adalah sebuah

latihan yang membuat otot bekerja lebih banyak dari biasanya selama

aktivitas kehidupan sehari-hari. Ini disebut kelebihan beban, dan memperkuat

otot. Aktivitas penguatan otot terbagi menjadi dua, yaitu aktivitas penguatan

otot terstruktur dan tidak terstruktur. Aktivitas penguatan otot terstruktur

misalnya, mengangkat beban atau berlatih resistance band sedangkan

aktivitas penguatan otot tidak terstruktur adalah bagian dari permainan,

seperti bermain di peralatan pada taman bermain, memanjat pohon, dan

bermain tarik tambang.

c. Aktivitas penguatan tulang (bone-strengthening activities) adalah sebuah

latihan yang menghasilkan kekuatan pada tulang tubuh yang mendorong

pertumbuhan dan kekuatan tulang. Latihan ini umumnya dihasilkan oleh


48

hentakkan dengan tanah misalnya, lari, lompat tali, bola basket, tenis, dan

latihan jingkat. Aktivitas penguatan tulang juga dapat berupa aerobik dan

penguatan otot. Berikut adalah tabel jenis latihan fisik dan contohnya:

Tabel 2.3
Jenis dan Contoh Latihan Fisik
Jenis Latihan Fisik Contoh latihan fisik
Jalan cepat, bersepeda, rekreasi aktif (misalnya,
kayak, hiking, dan renang), bermain game yang
Intensitas
membutuhkan penangkapan dan melempar
sedang
(misalnya, baseball dan softball), pekerjaan rumah
(Moderate
intensity) atau pekarangan (misalnya, menyapu dan
mendorong mesin pemotong rumput), dan bermain
video game yang termasuk kontinyu pergerakan
Aerobic
Berlari, bersepeda, game aktif yang melibatkan
Intensitas berlari dan mengejar (misalnya, sepak bola bendara),
tinggi lompat tali, ski lintas alam (cross-country skiing),
(Vigorous olahraga seperti (misalnya, sepak bola, bola basket,
intensity) berenang, tenis), seni bela diri dan tarian yang kuat

Permainan seperti tarik tambang, latihan resistensi menggunakan


Muscle beban tubuh, band resistensi, mesin berat, beban genggam, dan
Strengthening beberapa bentuk yoga

Bone Lompat tali, berlari, latihan yang melibatkan melompat atau


Strengthening perubahan cepat ke berbagai arah

2.2.3.5. Manfaat Latihan Fisik

Sejumlah penelitian telah mendukung manfaat kesehatan dari aktivitas fisik

secara teratur (gerakan yang membutuhkan pengeluaran energi) dan olahraga

(latihan fisik yang direncanakan, terstruktur dan berulang) (S. J. H. Biddle et al.,

2019).

Manfaat latihan fisik menurut (PennState College of Medicine, 2020)

diantaranya adalah terbukti mengurangi risiko kekambuhan berbagai kanker

(kanker payudara, usus besar dan prostat), latihan fisik mengurangi risiko penyakit
49

kronis (penyakit jantung, darah tinggi tekanan darah tinggi, diabetes dan

osteoporosis), dan yang utama adalah latihan fisik meningkatkan kebugaran fisik

yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang.

a. Manfaat Latihan Fisik Secara Kesehatan

Manfaat latihan fisik di tinjau dari sisi kesehatan sesuatu yang tidak diragukan

lagi. Berbagai penelitian telah banyak menghasilkan temuan yang bermanfaat.

Berikut adalah manfaat latihan fisik yang akan didapatkan ketika seseorang dengan

tepat melakukan latihan fisik:

1) Latihan fisik yang dilakukan secara rutin dan terdapat peningkatan

dalam latihannya dapat mengendalikan berat badan remaja yang sehat

(Lampard et al., 2016).

2) Latihan fisik merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah

penyakit kardiovaskular, gangguan mental, dan meningkatkan

kebugaran fisik (Yuksel et al., 2020).

3) Latihan fisik dengan teratur mengurangi faktor berbagai macam risiko

penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas (Chaddha

et al., 2017).

4) Latihan fisik yang dilakukan dengan tujuan jangka panjang dapat

bermanfaat dalam memperbaiki komposisi tubuh seseorang (Vandoni

et al., 2021).

5) Latihan fisik mampu mencegah penyakit tdak menular (PTM) seperti

obesitas, diabetes, stroke, dan tepat untuk menguatkan otot untuk


50

menghindari berkurangnya massa dan kekuatan otot seiring dengan

bertambahnya usia (sarcopenia) (Ahmad et al., 2014).

b. Manfaat Latihan Fisik Secara Psikososial

1) Latihan fisik secara teratur memiliki skor yang lebih baik pada

perhatian selektif dan kecepatan pemrosesan, serta konsep diri yang

lebih baik, efikasi diri dan kesehatan yang dirasakan sendiri (Reigal et

al., 2020).

2) Latihan fisik dengan cara berkelompok dengan teman sebaya atau

orang-orang yang mendukung adalah sebuah pengobatan untuk depresi

yang bermanfaat bagi remaja dalam jangka panjang (Reinodt et al.,

2022).

3) Latihan fisik secara teratur dapat berkontribusi untuk meningkatkan

fungsi psikososial anak-anak dan remaja, memengaruhi aspek seperti

persepsi konsep diri, efektivitas pribadi atau penilaian kesehatan sendiri

(Collins et al., 2019).

4) Intervensi latihan fisik dapat meningkatkan kesehatan kognitif, mental,

persepsi diri dan meningkatkan harga diri pada usia remaja (Lubans et

al., 2016).

5) Melakukan latihan fisik dapat memengaruhi kemampuan kognitif,

seperti perhatian dan konsentrasi, kecepatan pemrosesan, fungsi

kognitif yang menonjol (Donnelly et al., 2017).


51

6) Latihan fisik dapat membantu memaksimalkan kegiatan seseorang

dalam berpartisipasi di skeolah, aktivitas fisik sosial, dan pelatihn fisik

yang terstuktur dengan baik (Vandoni et al., 2021).

2.2.3.6. Instrumen Latihan Fisik

Instrumen niat latihan fisik menggunakan dan mengadopsi instrumen yang

diciptakan Mohamad Hasnan Ahmad, Suzana Shahar, Nur Islami Mohd, Fahmi

Teng, Zahara Abdul Manaf, Noor Ibrahim Mohd Sakian, dan Baharudin Omar pada

tahun 2014 (Ahmad et al., 2014) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan niat dalam latihan fisik berdasarkan theory of planned

behavior atau teori perilaku terencana pada remaja yang telah dimodifikasi.

Terdapat 20 kuesioner dan 4 domain diantaranya adalah attitude (5 item), subjective

norm (6 item), perceived behavioral control (7 item), dan intention (2 item).

Instrumen ini telah di uji reliabilitas yang menunjukkan nilai cronbach’s alpha yang

baik, yaitu masing-masing 0,69, 0,75, 0,55, dan 0,91 untuk sikap, norma subyektif,

persepsi kontrol perilaku, dan niat. Selain memiliki reliabilitas yang baik, instrumen

ini memiliki sebaran data yang normal dengan nilai lebih dari 0,5 yang bermakna

dapat diterima. Apabila remaja mendapatkan skor yang tinggi dapat menunjukkan

niat latihan fisik lebih optimal.

2.2.4. Konsep Dasar Kebugaran Jasmani

2.2.4.1. Definisi Kebugaran Jasmani

Bugar adalah keadaan tubuh yang sehat dan segar. Kemudian, jasmani

dimaknai sebagai tubuh, badan, dan lawan dari arti rohani. Kebugaran jasmani

menurut (Corbin et al., 2008) didefinisikan sebagai suatu kemampuan tubuh untuk
52

berfungsi secara efektif dan efesien. Seseorang dikatakan sehat jasmani apabila

mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terlihat kelelahan dan masih dapat

melakukan aktivitas lainnya (Yulianti & Roji, 2017). Maka, kebugaran jasmani

dapat disimpulkan sebagai kemampuan tubuh manusia untuk melakukan aktivitas

tanpa merasakan kelelahan yang tidak semestinya.

Dalam artian lebih luas, kebugaran jasmani menurut (Garcia et al., 2023)

serangkaian atribut atau karakteristik (misalnya, kekuatan dan daya tahan otot) yang

dimiliki atau dicapai seseorang yang berhubungan dengan kemampuan untuk

melakukan aktivitas fisik. Tidak sakadar kemampuan tubuh yang dapat . Kebugaran

jasmani atau physical fitness dikaitkan dengan seseorang kemampuan untuk bekerja

secara efektif, menikmati waktu senggang, sehat, menolak penyakit hypokinetic,

dan memenuhi situasi darurat (Corbin et al., 2008).

2.2.4.2. Komponen Kebugaran Jasmani

Komponen kebugaran jasmani terdiri dari kebugaran fisik yang

berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran fisik terkait keterampilan.

Komponen kebugaran memiliki 10 komponen, masing-masing berkontribusi

terhadap kualitas kehidupan. Kebugaran fisik dikaitkan dengan seseorang dengan

kemampuan untuk bekerja secara efektif, menikmati waktu senggang, sehat,

menolak penyakit hipokinetik, dan memenuhi situasi darurat (Corbin et al., 2008).

Meskipun perkembangan fisik kebugaran adalah hasil dari banyak hal, kebugaran

fisik yang optimal adalah tidak mungkin tanpa olahraga teratur. Berikut adalah

komponen kebugaran jasmani:


53

1. Komposisi tubuh

Komposisi tubuh dimaknai sebagai persentase relatif dari otot, lemak, tulang,

dan jaringan dalam tubuh. Terdapat empat komponen didalamnya, yaitu jaringan

lemak tubuh total (total body fat), jaringan bebas lemak (fat-free mass), mineral

tulang (bone mineral), dan cairan tubuh (body water). Komposisi tubuh seseorang

dapat di lihat dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT), Bioelectrical

Impedance Analysis (BIA), dan visceral fat.

2. Kekuatan

Kekuatan otot adalah kemampuan otot mengerahkan sebuah kekuatan

eksternal atau untuk mengangkat beban berat. Bentuk latihan yang dapat

meningkatkan kekuatan adalah push-up, back up, lunges, squat, atau dengan

mengangkat atau menggunakan berat tubuh sendiri.

3. Daya Tahan

Sebuah kemampuan dari hati, pembuluh darah, darah, dan sistem pernapasan

yang memasok nutrisi dan oksigen ke otot serta kemampuan otot untuk

memanfaatkan energi untuk memungkinkan latihan yang berkelanjutan. Komponen

ini, dapat bertahan dalam aktivitas fisik untuk waktu yang relatif lama tanpa stres

yang tidak semestinya. Contoh latihan dari daya tahan adalah berjalan dengan cepat,

berlari, berenang, dan bersepeda.

4. Fleksibilitas

Fleksibilitas atau kelenturan adalah kemampuan rentang gerak dalam satu

sendi. fleksibilitas dipengaruhi oleh panjang otot, struktur sendi, dan faktor lainnya.

Orang yang cocok bisa menggerakkan tubuh sendi melalui penuh rentang gerak di
54

bekerja dan bermain. Beberapa latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

fleksibilitas adalah yoga, tai chi, dan pilates.

5. Daya tahan otot

Daya tahan otot merupakan kemampuan kelompok otot untuk melakukan

kontraksi terus menerus dengan mempertahankan beban submaksimal selama

periode waktu tertentu. Bentuk latihan daya tahan otot adalah latihan beban, seperti

latihan dengan dumble, strech band, gym machine, medicine ball, atau tanpa alat

dapat dengan melakukan sit up, push up, dan squat. Jenis latihan tersebut yang dapat

merangsang kemampuan tubuh untuk bergerak secara optimal dalam jangka waktu

yang lama.

6. Kelincahan

Kelincahan adalah sebuah kemampuan untuk dengan cepat dan akurat

mengubah arah gerakan seluruh tubuh dalam ruang tanpa hilangnya keseimbangan.

Latihan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kelincahan adalah pliometrik,

lari zig-zag, dan shuttle run.

7. Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan untuk menggunakan indera dengan bagian

tubuh untuk melakukan tugas motorik dengan efektif dan akurat. Selain

keterampilan fisik, komponen kebugaran jasmani ini juga membutuhkan

konsentrasi dan kepekaan yang tinggi untuk gerakan yang kuat. Beberapa contoh

latihan koordinasi yang cukup mudah diantaranya adalah dengan melambungkan

dan menangkap bola dan memantulkan dan menangkap bola ke dinding.


55

8. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan atau

ketegangan dari tubuh dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Latihan

keseimbangan memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami cedera dan terjatuh

saat melakukan olahraga dan beraktivitas. Beberapa latihan yang dapat

meningkatkan keseimbangan adalah berjalan di atas balok kayu, berdiri dengan satu

kaki, dan sikap lilin.

9. Reaksi

Reaksi atau respon adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak dan

menangkap rangsangan yang ditangkap oleh panca indera. Latihan sederhana yang

dapat meningkatkan kecepatan reaksi adalah lempar dan tangkap bola dan

menangkap bola jatuh.

10. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan serupa secara berurutan

dalam waktu singkat, atau kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu

singkat. Contoh latihan untuk meningkatkan kecepatan adalah lari sprint 50 meter,

cone drills, dan ladder drills.

2.2.4.3. Kebugaran Jasmani Sebagai Tujuan Pembelajaran

Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai sekumpulan atribut yang dimiliki

dalam kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik atau

berolahraga dengan keterampilan tertentu (Schutte et al., 2016). Kebugaran jasmani

menjadi poin utama dalam pembelajaran jasmani (Garcia et al., 2023). Dalam

bidang pendidikan, menunjukkan bahwa kelas pendidikan jasmani atau physical


56

education merupakan konteks yang menguntungkan untuk penciptaan kebiasaan

latihan fisik yang sehat dan dapat motivasi diri yang akan menjadi kunci tingkat

dalam aktivitas fisik (Gea-garcía et al., 2020). Pendidikan jasmani memiliki peran

penting yang tak tergantikan dalam promosi serta penciptaan kebiasaan gaya hidup

sehat yang terkait dengan gaya hidup aktif (Kljajevi et al., 2022). Penelitian ilmiah

dalam beberapa tahun terakhir menyebutkan penurunan tingkat praktik aktivitas

fisik dari tahun ke tahun, dengan tren ketidakaktifan yang meningkat aktivitas

meningkat aktivitas berlanjut melalui masa remaja dan bahkan dewasa (Nader et

al., 2008). Oleh karena itu, untuk menangkal tren gaya hidup menetap (sedentary),

sangat penting untuk mempromosikan kebiasaan gaya hidup sehat sejak usia dini

yang juga dapat mengurangi perilaku kesehatan yang berbahaya (Kljajevi et al.,

2022). Berikut adalah tujuan pendidikan jasmani yang tertuang dalam kurikulum

merdeka:

1. Mengembangkan kesadaran arti penting aktivitas jasmani untuk mencapai

pertumbuhan dan perkembangan individu, serta gaya hidup aktif sepanjang

hayat.

2. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan diri dalam

upaya meningkatkan dan memelihara kebugaran jasmani, kesejahteraan

diri, serta pola perilaku hidup sehat.

3. Mengembangkan pola gerak dasar (fundamental movement pattern) dan

keterampilan gerak (motor skills) yang dilandasi dengan penerapan konsep,

prinsip, strategi, dan taktik secara umum.


57

4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-

nilai kepercayaan diri, sportif, jujur, disiplin, kerja sama, pengendalian diri,

kepemimpinan, dan demokratis dalam melakukan aktivitas jasmani sebagai

cerminan rasa tanggung jawab personal dan sosial (personal and social

responsibility).

5. Menciptakan suasana rekreatif yang berisi keriangan, interaksi sosial,

tantangan, dan ekspresi diri.

6. Mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan yang Maha Esa, kreatif, gotong royong, berkebinekaan

global, bernalar kritis, dan mandiri melalui aktivitas jasmani.

Pendidikan jasmani telah diatur kompleks dengan harapan tujuan-tujuan

tersebut dapat dicapai. Program terstruktur penting bagi peserta didik untuk

memperoleh pola baru dan kemajuan dalam belajar. Peserta didik membutuhkan

rangsangan dan tugas baru yang mendorong perolehan keterampilan secara

eksponensial, yang akan memperluas jangkauan motorik dan membantu dalam

setiap tantangan yang mereka hadapi. Peserta didik dapat memperoleh manfaat dari

praktik aktivitas fisik baik di masa sekarang (mempromosikan perkembangan yang

harmonis dan sehat) dan di masa depan (menunjukkan efek jangka panjang olahraga

terhadap kesehatan (Martins et al., 2023).

2.2.4.4. Manfaat Kebugaran Jasmani

Bugar secara jasmani telat terbukti bermanfaat dalam berbagai aspek

kehidupan. Manfaat ini membantu pemenuhan segala sesuatu yang dibutuhkan

seseorang. Berbagai penelitian ilmiah telah menyatakan manfaat yang besar ketika
58

seseorang memiliki kebugaran jasmani. Berikut adalah beberapa manfaat dari

kebugaran jasmani:

1. Salah satu untuk mendapatkan kebugaran jasmani dengan latihan fisik dan

olahraga yang memberikan manfaat dalam peningkatan kesehatan

psikososial serta perbaikan yang disebabkan oleh partisipasi aktivitas fisik

(Eime et al., 2013).

2. Aktif secara fisik dari semua kelompok umur dan etnis memiliki tingkat

kebugaran, kesehatan, dan kesejahteraan kardiorespirasi yang lebih tinggi,

dan risiko yang lebih rendah untuk mengembangkan beberapa penyakit

medis kronis (Fletcher et al., 2018).

3. Pemeliharaan rutin tingkat aktivitas oleh anak-anak dan remaja dapat

menghasilkan peningkatan kebugaran fisik, pengurangan lemak tubuh,

profil risiko penyakit kardiovaskular dan metabolik yang menguntungkan,

peningkatan kesehatan tulang dan pengurangan gejala depresi dan

kecemasan (US Department of Health and Human Services, 2008).

4. Memiliki kebugaran fisik yang tinggi dapat menyebabkan dorongan positif

yang dapat menghasilkan kesempatan tingkat partisipasi dan praktik dalam

aktivitas fisik yang lebih besar dan leluasa (Schutte et al., 2016).

Dalam pembelajaran kebugaran jasmani, peserta didik dapat memperoleh

manfaat dari praktik aktivitas fisik baik di masa sekarang (mempromosikan

perkembangan yang harmonis dan sehat) dan di masa depan (menunjukkan efek

jangka panjang olahraga terhadap kesehatan).


59

2.2.4.5. Instrumen Kebugaran Jasmani

Instrumen kebugaran jasmani menggunakan teknik pengumpulan data

dokumentasi yang dimiliki oleh guru pendidikan jasmani pada SMA Negeri di Kota

Tegal yakni nilai yang diperoleh dari hasil tes kebugaran jasmani dari tes kebugaran

jasmani yang dilaksanakan di sekolah.

2.3. Kerangka Berpikir

Masa remaja merupakan masa kritis untuk membentuk pola hidup sehat dan

kebiasaan gaya hidup aktif hal tersebut dapat memengaruhi masa dewasa bahkan

seumur hidup mereka karena sebagian besar penyakit kronis dan kebiasaan tidak

sehat berasal selama periode ini (Lu et al., 2022). Saat ini, kesehatan peserta didik

sekolah menengah umum terus memburuk (Shkola et al., 2021). Lebih dari 50%

memiliki kebugaran fisik yang tidak memuaskan (Otravenko, 2021). Penelitian

modern menunjukkan bahwa lulusan sekolah memiliki masalah kesehatan dan

hanya berkisar 5 hingga 25% jumlah lulusan sekolah dalam kondisi sehat (Shkola

et al., 2022). Berbagai cara dapat dilakukan untuk membentuk karakter peserta

didik agar bertanggung jawab atas dirinya dengan membangun melalui iklim kelas

pendidikan jasmani yang mengunutungkan. Salah satu tujuannya adalah untuk

mencegah timbulnya berbagai macam penyakit, memperoleh kebugaran jasmani,

serta mempertahankan kualitas hidup yang baik dengan menerapkan sleep hygiene

dan aktif melakukan latihan fisik.

Tidur dan latihan fisik memiliki peranan penting untuk kalangan remaja,

khususnya yang duduk di bangku sekolah. Menurut (Sulistia et al., 2018)

melakukan latihan fisik dan memiliki kualitas tidur yang baik mampu
60

meningkatkan daya konsentrasi dan memori belajar pada peserta didik sehingga

menyumbang hasil belajar kognitif. Kemudian, menerapkan sleep hygiene akan

berdampak pada kualitas tidur hal tersebut berperan baik dalam meningkatkan

suasana hati, perhatian, motivasi, memori, dan fungsi kognitif seseorang. Ketika

seseorang tidur pada malam hari, otak akan mengintegrasikan pengetahuan dan

membentuk asosiasi baru, sehingga membuat pikiran lebih nyaman dan sehat (Baert

et al., 2015).

Menurut (Hidayah & Haryani, 2012) niat ialah sebuah citra kognitif dari

kesiapan individu untuk melakukan suatu perilaku atau sebuah tindakan. Beberapa

faktor penyebab seseorang melakukan latihan fisik, diantaranya adalah attitude

toward the behavior (sikap terhadap perilaku), subjective norm (norma subjektif),

dan perceived behavioral control (kontrol perilaku yang dirasakan). Faktor yang

pertama, attitude toward the behavior (sikap terhadap perilaku) dimana seseorang

akan berkeinginan untuk melakukan latihan fisik jika mereka memiliki keyakinan

positif bahwa latihan fisik merupakan kegiatan yang menguntungkan dan

bermanfaat bagi mereka, sebaliknya niat remaja dalam melakukan latihan fisik akan

rendah apabila mereka mempresepsikan bahwa melakukan latihan fisik akan

memberikan kerugian bagi mereka.

Faktor yang kedua, subjective norm (norma subjektif) bilamana seorang

remaja dihadapkan dalam situasi dan kondisi layaknya lingkungan yang

mendukung untuk latihan fisik dengan contoh dalam suatu satuan pendidikan

terdapat seorang guru pendidikan jasmani yang menjelaskan bagaimana aktif dalam

latihan fisik dan olahraga, sebuah keluarga yang menerapkan perilaku hidup sehat,
61

atau teman sebaya yang mengajak untuk latihan fisik setiap weekend dalam situasi

dan kondisi tersebut di tambah dengan penjelasan berbagai macam keuntungan dan

manfaat yang didapatkan ketika seseorang melakukan latihan fisik maka hal

tersebut akan mendorong para remaja yang mendengar dan memahami informasi

tersebut untuk melakukan latihan fisik. Selanjutnya faktor yang ketiga, perceived

behavioral control (kontrol perilaku yang dirasakan) adalah sebuah pengalaman

dari individu, keluarga, guru atau teman sejawat tentang latihan fisik yang positif

maka hal tersebut dapat membentuk persepi atau keyakinan bahwa seseorang

mampu melakukan latihan fisik.

Seorang yang memiliki sikap yang positif, dukungan dari orang-orang

disekitar dan sedikitnya hambatan untuk melakukan suatu perilaku, maka orang itu

akan memiliki niatan yang kuat dibandingkan ketika memiliki sikap yang positif

dan dukungan dari orang sekitar namun banyak hambatan yang ada untuk

melakukan perilaku tersebut. Menurut (Lu et al., 2022) menegaskan bahwa

konstruksi inti dari theory of planned behavior, yaitu attitude toward the behavior

(sikap terhadap perilaku), subjective norm (norma subjektif), dan perceived

behavioral control (kontrol perilaku yang dirasakan) secara signifikan dapat

memengaruhi niat latihan fisik remaja.

Berbagai teori yang telah dijabarkan dengan kritis dan sistematis sehingga

menimbulkan sintesis terkait pengaruh antar variabel yang diteliti. Didalam

kerangka berpikir menggambarkan bagaimana pengaruh iklim kelas pendidikan

jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada

remaja. Oleh karena itu, untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini di
62

buat dengan bentuk bagan atau gambaran terkait hubungan antara variabel. Berikut

adalah bagan atau gambaran kerangka berpikir dalam penelitian ini:

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan

oleh peneliti, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

a). Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara iklim kelas pendidikan

jasmani terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah

Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.

b) Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara sleep hygiene terhadap

kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri di Kota Tegal

c) Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara niat latihan fisik terhadap

kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri di Kota Tegal


63

d) Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara iklim kelas pendidikan

jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap niat latihan

fisik kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Mengengah Atas

(SMA) Negeri di Kota Tegal.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu proses pencarian

pengetahuan dengan menggunakan data berbentuk angka-angka sebagai alat untuk

menganalisis informasi tentang apa yang ingin diketahui (Latipah, 2015).

Kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi dengan metode

menggunakan survei cross sectional design dimana pengumpulan informasi yang

dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden

dalam berbentuk sampel dari sebuah populasi dan bersifat temporer.

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menginginkan untuk mengetahui

pengaruh dari iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik

terhadap kebugaran jasmani pada remaja. Penelitian ini terdiri dari empat variabel

yaitu tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Oleh karena itu dalam penelitian

ini variabel yang dipengaruhi adalah kebugaran jasmani pada remaja (Y) sebagai

variabel terikat. Sedangkan variabel yang memengaruhi adalah iklim kelas

pendidikan jasmani (X1), sleep hygiene (X2), dan niat latihan fisik (X3) sebagai

variabel bebas.

3.2 Populasi dan Sampel

Pada bagian ini akan membahas tentang populasi dan sampel penelitian.

Apabila populasi jumlahnya besar, peneliti dapat mengambil sampel yang

64
65

merupakan bagian dari jumlah populasi. Dalam menentukan sampel penelitian

menggunakan teknik tertentu yang disesuaikan dengan kondisi objek penelitian.

Pengambilan sampel yang baik adalah yang bersifat representatif.

3.2.1 Populasi

Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan selanjutnya dibuat kesimpulan (Sugiyono, 2010: 61). Menurut

Ridwan (2015: 8) populasi sebagai objek maupun subjek yang terdapat pada suatu

wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu terkait dengan permasalahan

penelitian. Hasnunidah (2017: 78) menambahkan bahwa populasi merupakan

sekelompok elemen atau kasus, objek maupun peristiwa yang memiliki hubungan

dengan kriteria tertentu dan spesifik. Dari beberapa penjelasan tersebut disimpulkan

bahwa, populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang diteliti meliputi

karakteristik yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut.

Penelitian dilaksanakan di lima SMA Negeri Kota Tegal. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang merupakan peserta didik dari lima

SMA Negeri di Kota Tegal yang berjumlah 4.775 peserta didik. Daftar jumlah

peserta didik pada masing-masing sekolah terdapat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1.
Populasi Penelitian
No. Nama Sekolah Banyak Peserta didik
1. SMA Negeri 1 Kota Tegal 961 peserta didik
2. SMA Negeri 2 Kota Tegal 967 peserta didik
3. SMA Negeri 3 Kota Tegal 1.004 peserta didik
4. SMA Negeri 4 Kota Tegal 930 peserta didik
5. SMA Negeri 5 Kota Tegal 913 peserta didik
Jumlah 4.775 peserta didik
66

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang nantinya akan digunakan

untuk penelitian (Suharsimi, 2010: 150). Arikunto (2013: 174) menyatakan bahwa

sampel adalah sebagian atau yang dapat mewakili populasi yang akan diteliti.

Sugiyono (2010: 62) menambahkan bahwa sampel bagian dari jumlah dan

karakteristik yang ada pada populasi. Dapat disimpulkan bahwa sampel digunakan

oleh peneliti menjadi bagian yang sifatnya mewakili karakteristik populasi. Oleh

karena itu sampel yang digunakan dari populasi harus representatif atau mewakili.

Menentukan sampel dari suatu populasi dapat menggunakan teknik sampling yang

dibedakan menjadi dua kategori yaitu probability sampling dan non-probability

sampling. Probability Sampling merupakan teknik menentukan sampel dimana

setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih (Siregar, 2017:

31). Sebalikannya, non-probability sampling merupakan teknik menentukan

sampel dimana penentuan sampel tidak memberi kesempatan yang sama bagi setiap

anggota populasi (Sugiyono, 2010: 65).

Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling yaitu dengan

proportionate stratified random sampling. Pemilihan teknik ini dengan alasan

karena penelitian dilakukan di lima SMA Negeri Kota Tegal dimana setiap sekolah

mempunyai daerah populasi ada kalanya berbeda. Sehingga banyak sampel yang

digunakan dari setiap strata harus proporsional sehingga didapat sampel yang

representative dan merata. Menurut Siregar (2017: 34) Perhitungan jumlah sampel

menggunakan rumus slovin dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel sebesar

5%. Berikut adalah rumus slovin:


67

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

E = Perkiraan tingkat kesalahan

Penghitungan jumlah sampel penelitian dengan banyak populasi sejumlah

4.775 peserta didik, sebagai berikut.

Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin diperoleh hasil

sebanyak 370 peserta didik. Perhitungan sampel dari setiap strata menggunakan

rumus Proportionate Stratified Random Sampling (Sugiyono, 2010: 73) sebagai

berikut.
68

Keterangan:

= jumlah sampel menurut stratum

= jumlah sampel seluruhnya

= jumlah populasi menurut stratum

= jumlah populasi seluruhnya

Hasil perhitungan sampel penelitian pada masing-masing SMA di Kota

Tegal dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.
Sampel Penelitian

No. Nama Sekolah Jumlah Populasi Sampel Penelitian

1. SMA Negeri 1 Kota Tegal 961

2. SMA Negeri 2 Kota Tegal 967

3. SMA Negeri 3 Kota Tegal 1.004

4. SMA Negeri 4 Kota Tegal 930

5. SMA Negeri 5 Kota Tegal 913

Jumlah 4.775 peserta didik 370 peserta didik

Peneliti menggunakan sampel sebanyak 370 peserta didik dari jumlah

seluruh populasi 4.775 peserta didik. Peserta didik yang tidak menjadi bagian dari

sampel penelitian sebanyak 4.405 peserta didik dan sebagian dalam jumlah tersebut

yang akan digunakan untuk uji coba penelitian atau sebagai populasi peserta didik

uji coba.
69

3.3 Variabel Penelitian

Variabel didefinisikan sebagai objek atau atribut yang akan diteliti. Menurut

Arikunto (2013: 161) variabel penelitian yaitu objek penelitian atau hal yang

dijadikan titik perhatian oleh peneliti. Sugiyono (2010: 3) menambahkan bahwa

variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat yang berasal dari orang, objek,

maupun kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang dipilih oleh peneliti untuk

diamati kemudian diambil kesimpulannya. Menurut Hasnunidah (2017: 34)

variabel penelitian merupakan objek, fenomena, atau gejala yang di amati oleh

peneliti.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa variabel

penelitian adalah objek penelitian bersifat variasi yang akan diteliti untuk

memperoleh informasi atau data kemudian dapat diambil kesimpulannya.

Sugiyono (2010: 4) menjelaskan bahwa terdapat dua macam variabel yang saling

berhubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain dalam penelitian yaitu

variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel terikat).

3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen disebut juga sebagai variabel bebas, variabel stimulus,

predictor, serta antecedent. Sedangkan Sugiyono (2010: 4) berpendapat bahwa

variabel bebas merupakan variabel yang memberikan pengaruh atau penyebab

adanya perubahannya atau munculnya variabel terikat. Variabel bebas dalam

penelitian ini ada tiga yaitu iklim kelas pendidikan jasmani sebagai X1, sleep

hygiene sebagai X2, dan niat latihan fisik sebagai X3.


70

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen disebut sebagai variabel terikat, variabel output, kriteria,

dan konsekuensi. Sugiyono (2010: 4) menyampaikan bahwa variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi konsekuensi, sebab

adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kebugaran

jasmani (Y) pada remaja.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel digunakan untuk menyamakan persepsi antara

peneliti dengan pembaca supaya terhindar dari kekeliruan maksud dan tujuan yang

akan dicapai terhadap variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini, variabel yang

diteliti yaitu iklim kelas pendidikan jasmani (X1), sleep hygiene (X2), niat latihan

fisik (X3) dan kebugaran jasmani (Y). Variabel tersebut didefinisikan secara

operasional sebagai berikut.

3.4.1. Variabel Iklim Kelas Pendidikan Jasmani (X1)

Iklim kelas pendidikan jasmani adalah suasana dan keadaan pembelajaran

yang berasal dari hubungan yang terjalin antara guru dengan peserta didik, peserta

didik dengan peserta didik, dan akibat hubungan dari berbagai faktor seperti fisik,

materi, organisasi operasional, dan sosial yang memengaruhi proses pembelajaran

pendidikan jasmani. Pembelajaran pada kelas pendidikan jasmani dapat

dilaksanakan dengan berbagai macam pendekatan, model, strategi, metode, gaya,

dan teknik sesuai dengan karakterisik atau sifat tugas gerak, siswa atau peserta

didik, dan lingkungan belajar. Iklim kelas pendidikan jasmani di bangun untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Hasil penelitian study literature menunjukkan


71

bahwa tujuan utama pendidikan jasmani yaitu dapat memahami bagaimana persepsi

siswa yang akan diajar, meningkatkan persepsi untuk meningkatkan kebugaran

jasmani, membimbing siswa untuk memiliki gaya hidup aktif (Ariestika et al.,

2021). Maka iklim kelas pendidikan jasmani dapat disimpulkan sebagai suatu

keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk dari hasil interaksi antara

peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan peserta didik yang lainnya yang

bermuara pada tujuan pembelajaran pendidikan jasmani.

3.4.2. Variabel Sleep Hygiene (X2)

Sleep hygiene atau dalam bahasa Indonesia disebut pola tidur bersih

merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kebiasaan tidur yang

baik dan menyehatkan. Sleep hygiene atau pola tidur bersih menurut National Sleep

Foundation merupakan berbagai macam praktik yang diperlukan untuk

mendapatkan tidur malam yang berkualitas dan kesiapan menjalani aktivitas pada

keesokan harinya (Gupta, 2019). Sleep hygiene mencakup praktik berbagai faktor

gaya hidup dengan pertimbangan lingkungan tidur yang kondusif (Chow, 2022).

3.4.3. Variabel Niat Latihan Fisik (X3)

Niat adalah keadaan mewakili kognitif dari kesiapan seseorang untuk

melaksanakan perilaku tertentu dan dipandang sebagai anteseden terdekat pada

perilaku (Ajzen, 2012). Niat atau intensi mencerminkan keinginan individu untuk

melakukan suatu perilaku tertentu. Menurut (World Health Organization, 2018)

latihan fisik dimaknai sebagai aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur,

berulang, dan bertujuan untuk memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih
72

komponen kebugaran. Maka, niat latihan fisik dapat diartikan sebagai dorongan

untuk melakukan latihan fisik dengan berbagai tujuan, diantaranya adalah

mempertahankan atau meningkatkan kebugaran jasmani, meningkatkan stamina,

dan percaya diri.

3.4.4. Variabel Kebugaran Jasmani (Y)

Kebugaran jasmani menurut (Corbin et al., 2008) didefinisikan sebagai

suatu kemampuan tubuh untuk berfungsi secara efektif dan efesien. Seseorang

dikatakan sehat jasmani apabila mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa

terlihat kelelahan dan masih dapat melakukan aktivitas lainnya (Yulianti & Roji,

2017). Kebugaran jasmani memiliki beberapa komponen didalamnya, diantaranya

adalah komposisi tubuh, kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, daya tahan otot,

kelincahan, koordinasi, keseimbangan, reaksi, dan kecepatan. Tidak sakadar

kemampuan tubuh yang di dapat. Kebugaran jasmani atau physical fitness dikaitkan

dengan seseorang kemampuan untuk bekerja secara efektif, menikmati waktu

senggang, sehat, menolak penyakit hypokinetic, dan memenuhi situasi darurat

(Corbin et al., 2008). Maka, kebugaran jasmani dapat disimpulkan sebagai

kemampuan tubuh manusia untuk melakukan aktivitas tanpa merasakan kelelahan

yang tidak semestinya.

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian adalah teknik

yang digunakan untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan dalam

penelitian.
73

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik adalah metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data.

Riduwan (2015: 24) mengemukakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara

peneliti untuk mengumpulkan informasi atau data. Data yang diperoleh

dimaksudkan untuk mendapat kenyataan, keterangan, serta informasi yang

dipercaya. Sugiyono (2010: 187) menambahkan terdapat dua hal utama yang harus

diperhatikan yaitu kualitas pengumpulan data dan instrumen penelitian. Kualitas

instrumen penelitian berkaitan dengan uji validitas dan reliabilitas instrumen,

sedangkan kualitas pengumpulan data berkaitan dengan kesesuaian cara yang

digunakan untuk memperoleh data tersebut. Teknik pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adalah angket.

3.5.1.1. Angket

Angket berisi daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang

bertujuan mengetahui tanggapan dari responden baik secara individual maupun

kelompok (Hasnunidah, 2017: 89). Menurut Siregar (2017: 21) angket disebut juga

dengan kuesioner yang merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi,

kemudian dianalisis hasilnya. Biasanya mempelajari sikap-sikap, keyakinan,

perilaku, serta karakteristik beberapa orang. Arikunto (2013: 268) menjelaskan

bahwa angket memiliki banyak kelebihan seperti cocok digunakan ketika jumlah

responden cukup besar dan tersebar di tempat berbeda-beda dengan syarat cara dan

pengadaannya mengikuti aturan. Angket dibagi menjadi dua jenis yaitu angket

tertutup dan terbuka baik diberikan langsung ataupun tidak langsung.


74

Jenis angket yang peneliti gunakan adalah angket tertutup. Angket tersebut

berisi beberapa pertanyaan yang sudah disertai dengan pilihan jawaban, responden

hanya perlu menjawab dengan memberikan tanda centang ( ) pada jawaban yang

dinilai sesuai dengan hal yang dialami responden. Sehingga responden tidak diberi

kesempatan untuk menyampaikan pendapat secara meluas. Peneliti menggunakan

angket dengan skala likert rentang 5. Pada penelitian ini angket digunakan untuk

memeroleh data terkait variabel Iklim Kelas Pendidikan Jasmani (X1) yaitu angket

(PECCS) (X1), angket Sleep Hygiene (X2) yaitu angket Adolescents Sleep Hygiene

Scale (ASHS), dan angket Niat Latihan Fisik Pada Remaja (X3) yaitu angket

Intentions Of Physical Exercise For Adolescents.

3.5.1.2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka

dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian. Sugiyono (2010: 329) menyampaikan bahwa dokumentasi adalah

sebuah catatan kejadian yang terjadi dimasa lalu. Teknik dokumentasi dipilih

berdasarkan kesesuaian dengan tujuan dan fokus permasalahan penelitian. Teknik

dokumentasi dalam penelitian ini diterapkan untuk memperoleh data siswa dan

daftar hasil penilaian siswa muatan pelajaran PJOK khususnya dalam materi

kebugaran jasmani baik pada penilaian tes maupun non tes yang di peroleh dari

masing-masing guru pengampu mata pelajaran PJOK di SMA Negeri Kota Tegal.
75

3.5.1.3. Instrumen Pengumpulan Data

Siregar (2017: 25) berpendapat bahwa instrumen merupakan suatu alat yang

dimanfaatkan untuk mengumpulkan data dalam penelitian seperti angket atau

kuesioner. Instrumen juga membantu pekerjaan peneliti supaya lebih mudah dan

hasil penelitian semakin lengkap, teliti, dan sistematis sehingga memudahkan

proses olah data dan analisisnya (Arikunto, 2013: 203). Sugiyono (2010: 133)

menambahkan bahwa suatu alat ukur harus memiliki acuan yang telah disepakati

dalam menentukan interval yang ada pada alat ukur tersebut yaitu skala

pengukuran. Skala pengukuran untuk angket Iklim Kelas Pendidikan Jasmani

(PECCS), Sleep Hygiene (ASHS), dan Niat Latihan Fisik (Intentions Of Physical

Exercise For Adolescents) adalah skala Likert dengan rentang 5.

Tabel 3.3.
Pedoman Penilaian Skala Angket

Skor Pernyataan Skor Pernyataan


Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Sumber: Sugiyono (2010: 168)

3.5.1.4. Instrumen Angket Iklim Kelas Pendidikan Jasmani (PECCS)

Instrumen angket iklim kelas pendidikan jasmani menggunakan dan

mengadopsi Physical Education Classroom Climate Scale (PECCS) atau Skala

Iklim Kelas Pendidikan Jasmani yang diciptakan oleh Stuart K. Biddle, François

Cury, Mario Goudas, Philippe Sarrazin, Jean-Pierre Famose, Marc Durand pada

tahun 1995 (S. Biddle et al., 1995). Terdapat 28 kuesioner dan 6 domain dalam
76

angket PECCS, diantaranya adalah orientasi penguasaan kelas (6 item), promosi

guru orientasi penguasaan kelas (6 item), persepsi pilihan peserta didik (4 item),

dukungan guru (4 item), orientasi pertunjukkan kelas (4 item), dan khawatir tentang

kesalahan (4 item). Instrumen PECCS memiliki indeks kecocokan yang cukup baik

dengan Chi2/d.f ratio sebesar 2,26 yang artinya dapat diterima dan total alpha

coefficients adalah 0,81 yang bermakna memuaskan dikarenakan nilai alpha

coefficients melebihi 0,69 (Escartí & Gutiérrez, 2001). Instrumen PECCS

digunakan untuk mengukur untuk menyelidiki iklim kelas yang dirasakan dari

pelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Instrumen PECCS digunakan untuk mengukur untuk menyelidiki iklim

kelas yang dirasakan dari pelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Kisi-kisi

kuesioner PECCS sebagai berikut:

Tabel 3.4.
Kisi-Kisi Angket PECCS
Komponen No Item Jumlah
Orientasi penguasaan kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 6
Promosi guru orientasi penguasaan 7, 8, 9, 10, 11, 12 6
kelas
Persepsi pilihan peserta didik 13, 14, 15, 16 4
Dukungan guru 17, 18, 19, 20 4
Orientasi pertunjukkan kelas 21, 22, 23, 24 4
Khawatir tentang kesalahan 25, 26, 27, 28 4
Jumlah 28
Tabel 3.5.
Kuesioner PECCS
KUESIONER PHYSICAL EDUCATION CLASSROOM CLIMATE SCALE
(PECCS)
Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
Di dalam kelas pendidikan jasmani …
1. Saya merasa puas ketika mempelajari
keterampilan dan permainan baru
2. Saya biasanya mempelajari sesuatu yang
baru dan merasa senang dengan hal ini
77

KUESIONER PHYSICAL EDUCATION CLASSROOM CLIMATE SCALE


(PECCS)
Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
3. Saya merasa apa yang saya dipelajari akan
membuat lebih banyak berlatih
4. Saya merasa senang ketika mencoba
keterampilan yang dipelajari dengan benar
5. Saya merasa puas ketika melakukan
keterampilan yang telah saya pelajari
dengan benar
6. Saya merasa belajar dengan target adalah
hal yang penting
7. Saya merasa guru pendidikan jasmani
senang ketika saya belajar sesuatu yang
baru
8. Saya merasa guru pendidikan jasmani
sebuah kesalahan adalah bagian dari
pembelajaran
9. Saya merasa guru melanjutkan
pembelajaran ketika telah memastikan
peserta didiknya telah mengerti bagaimana
melakukan keterampilan yang baru
10. Saya merasa guru puas ketika peserta
didik berusaha dengan keras sehingga
kemampuan peserta didik meningkat
11. Saya merasa guru senang ketika semua
peserta didik dapat meningkatkan
keterampilannya
12. Saya merasa guru memberikan perhatian
khusus pada peserta didik yang belum
menguasai keterampilan
13. Saya diberikan kesempatan untuk
merencanakan kegiatan pembelajaran
bersama guru
14. Saya diberikan kesempatan untuk menilai
diri sendiri
15. Saya diberikan kesempatan untuk
mengatakan apa yang saya pikirkan
tentang kegiatan tertentu
16. Saya memiliki kesempatan untuk memilih
kegiatan yang ingin diikuti
17. Saya merasa guru peduli kepada peserta
didik
78

KUESIONER PHYSICAL EDUCATION CLASSROOM CLIMATE SCALE


(PECCS)
Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
18. Saya merasa guru memiliki
kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu pada peserta didik
19. Saya merasa guru dapat menjadi sosok
teman daripada sosok otoritas
20. Saya berusaha lebih baik dari peserta didik
lain
21. Saya mencoba mendapatkan penghargaan
dengan melakukan hal dengan lebih baik
dari peserta didik yang lain
22. Saya merasa puas ketika berhasil menjadi
lebih baik dari pada peserta didik yang
lain
23. Saya merasa peserta didik yang berhasil
adalah mereka yang lebih baik dalam
melakukan keterampilan
24. Saya menganggap penting bagi seorang
peserta didik untuk menunjukkan bahwa ia
lebih baik dalam keterampilan daripada
peserta didik yang lain
25. Saya khawatir melakukan kesalahan
karena akan menyebabkan ketidak
setujuan peserta didik yang lain
26. Saya khawatir tentang kemungkinan
kegalalan ketika guru tidak menyetujui
saya
27. Saya khawatir ketika berlatih keterampilan
yang saya tidak kuasai
28. Saya takut untuk mencoba keterampilan
baru

3.5.1.5. Instrumen Angket Sleep Hygiene

Instrumen sleep hygiene menggunakan dan mengadopsi dari Adolescents

Sleep Hygiene Scale (ASHS) atau Skala Kebersihan Tidur Remaja. Adolescents

Sleep Hygiene Scale (ASHS) diciptakan oleh Monique K. LeBourgeois, Flavia

Giannotti, MD, Flavia Cortesi, Amy R. Wolfson dan John Harsh (LeBourgeois et

al., 2005). ASHS adalah alat laporan diri 28 item yang menilai praktik yang
79

memfasilitasi tidur dan menghambat tidur remaja berusia 12 hingga 18 tahun.

ASHS memiliki 9 domain konseptual yang berbeda diantaranya adalah fisiologis (5

item), kognitif (6 item), emosional (3 item), lingkungan tidur (4 item), siang hari

tidur (1 item), zat (2 item), rutinitas sebelum tidur (1 item), berbagi tempat tidur/

kamar tidur (2 item), dan stabilitas tidur (4 item). Nilai total domain instrumen

ASHS alpha koefisien adalah 0,80 yang berarti dapat diterima. Kemudian,

instrumen ini menunjukkan nilai yang valid dengan r=0,733-0,888 serta alpha

koefisien cronbach (α) 0,9 yang berarti reliabel (Purnama, 2019). Apabila

mendapatkan skor yang tinggi menunjukkan sleep hygiene atau penerapan

keberhasilan tidur yang lebih baik. Kisi-kisi kuesioner ASHS sebagai berikut:

Tabel 3.6.
Kisi-Kisi Adolescents Sleep Hygiene Scale (ASHS)

Komponen No Jumlah
Fisiologis 2, 6, 8, 14, 15 5
Kognitif 7,9, 11, 12, 21, 24 6
Emosional 5, 10, 13 3
Lingkungan tidur 16,17,18,19 4
Tidur siang 1 1
Zat 3, 4 2
Rutinitas waktu tidur 23 1
Berbagi kamar tidur/kamar 20, 22 2
Stabilitas tidur 25, 26,27,28 4
Jumlah 28

Tabel 3.7.
Kuesioner Adolescents Sleep Hygiene Scale (ASHS)
KUESIONER ADOLESCENTS SLEEP HYGIENE SCALE (ASHS)
Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
1. Saya tidur siang yang berlangsung lebih
dari 1 jam
2. Setelah pukul 18:00, saya minum
minuman yang mengandung kafein
80

KUESIONER ADOLESCENTS SLEEP HYGIENE SCALE (ASHS)


Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
(misalnya, cola, root beer, iced tea,
kopi)
3. Setelah pukul 18:00, saya merokok atau
mengunyah tembakau
4. Setelah pukul 18:00, saya minum bir
(atau minuman yang mengandung
alkohol)
5. Selama 1 jam sebelum tidur, hal-hal
terjadi yang membuat saya merasakan
emosi yang kuat (misalnya, sedih,
marah, gembira)
6. Selama 1 jam sebelum tidur, saya sangat
aktif (misalnya: bermain di luar, berlari,
bergulat)
7. Selama 1 jam sebelum tidur, saya
melakukan hal-hal yang membuat saya
merasa sangat terjaga (misalnya,
bermain video game, menonton televisi,
berbicara di telepon)
8. Selama 1 jam sebelum tidur, saya
meminum 4 gelas air (atau cairan
lainnya)
9. Saya pergi tidur dan melakukan hal-hal
di tempat tidur saya yang membuat saya
tetap terjaga (misalnya, menonton
televisi, membaca)
10. Saya pergi tidur dengan perasaan kesal
11. Saya pergi tidur dan memikirkan hal-hal
yang perlu saya lakukan
12. Saya pergi tidur dan memutar ulang
kejadian hari itu berulang-ulang dalam
pikiran saya
13. Saya pergi tidur dan khawatir tentang
hal-hal yang terjadi di rumah atau di
sekolah
14. Saya pergi tidur dengan sakit perut
15. Saya pergi tidur merasa lapar
16. Saya tertidur sambil mendengarkan
musik yang keras
17. Saya tertidur saat menonton televisi
81

KUESIONER ADOLESCENTS SLEEP HYGIENE SCALE (ASHS)


Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
18. Saya tertidur di ruangan yang terang
benderang (misalnya, lampu di atas
kepala menyala)
19. Saya tertidur di ruangan yang terasa
terlalu panas atau terlalu dingin
20. Saya tidur sendirian
21. Saya menggunakan tempat tidur untuk
hal-hal selain tidur (misalnya, berbicara
di telepon, menonton televisi, bermain
video game, mengerjakan pekerjaan
rumah)
22. Saya tidur sepanjang atau sebagian
malam dengan orang lain (misalnya,
dengan orang tua, saudara perempuan,
atau saudara laki-laki)
23. Saya menggunakan rutinitas sebelum
tidur (misalnya, mandi, gosok gigi,
membaca)
24. Saya memeriksa jam saya beberapa kali
pada malam hari
25. Selama seminggu sekolah, saya
begadang setidaknya 1 jam melewati
waktu tidur saya yang biasa
26. Selama seminggu sekolah, saya tidur
lebih dari 1 jam melewati waktu bangun
saya yang biasa
27. Pada akhir pekan, saya begadang lebih
dari 1 jam melewati waktu tidur saya
yang biasa
28. Pada akhir pekan, saya tidur lebih dari 1
jam melewati waktu bangun saya yang
biasa

3.5.1.6. Instrumen Niat Latihan Fisik

Instrumen niat latihan fisik menggunakan dan mengadopsi instrumen yang

diciptakan Mohamad Hasnan Ahmad, Suzana Shahar, Nur Islami Mohd, Fahmi

Teng, Zahara Abdul Manaf, Noor Ibrahim Mohd Sakian, dan Baharudin Omar pada

tahun 2014 (Ahmad et al., 2014) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
82

berhubungan dengan niat dalam latihan fisik berdasarkan theory of planned

behavior atau teori perilaku terencana pada remaja yang telah dimodifikasi.

Terdapat 20 kuesioner dan 4 domain diantaranya adalah attitude (5 item), subjective

norm (6 item), perceived behavioral control (7 item), dan intention (2 item).

Apabila mendapatkan skor yang tinggi menunjukkan niat latihan fisik lebih

optimal. Model yang berguna untuk menentukan dan memprediksi latihan fisik

pada remaja. Berikut adalah kisi-kisi kuesioner Intentions Of Physical Exercise For

Adolescents:

Tabel 3.8.
Kisi-Kisi Intentions Of Physical Exercise For Adolescents

Komponen No Jumlah
Attitude 1, 2, 3, 4, 5 5
Subjective norm 6, 7, 8, 9, 10, 11 6
Perceived behavioral control 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 7
Intention 19, 20 2
Jumlah 20

Tabel 3.9.
Kuesioner Intentions Of Physical Exercise For Adolescents

KUESIONER INTENTIONS OF PHYSICAL EXERCISE FOR ADOLESCENTS


Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
1. Saya menilai latihan fisik adalah hal yang
penting untuk dilakukan.
2. Saya merasa setelah berolahraga badan terasa
sakit.
3. Saya ingin lebih sehat dengan melakukan latihan
fisik.
4. Saya kelelahan setelah latihan fisik.
5. Saya tidak termotivasi untuk latihan fisik.
6. Saya berada dalam lingkungan yang mendukung
saya untuk berpartisipasi dalam latihan fisik
secara teratur.
83

KUESIONER INTENTIONS OF PHYSICAL EXERCISE FOR ADOLESCENTS


Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
7. Saya mendapat pengaruh teman-teman untuk
melakukan latihan fisik.
8. Saya merasa apabila tidak latihan fisik dianggap
malas oleh teman-teman.
9. Saya mendapat dukungan keluarga untuk
melakukan latihan fisik.
10. Saya latihan fisik bersama teman.
11. Saya menilai berlatih fisik itu mudah.
12. Saya yakin keputusan untuk latihan fisik adalah
keputusan saya sendiri.
13. Saya yakin bahwa saya dapat melakukan latihan
fisik dengan teratur.
14. Saya melakukan latihan fisik ketika merasa
tubuh mulai tidak sehat.
15. Saya melakukan latihan fisik setelah mengetahui
manfaatnya.
16. saya melakukan latihan fisik ketika badan sehat.
17. Saya tidak memiliki waktu untuk latihan fisik
karena sibuk mengurus hewan peliharaan.
18. Saya telah melakukan banyak aktivitas sehari-
hari sehingga tidak perlu untuk latihan fisik.
19. Saya memiliki rencana untuk latihan fisik secara
teratur.
20. Saya latihan fisik untuk diri saya sendiri.

Instrumen niat latihan fisik menggunakan dan mengadopsi instrumen yang

diciptakan Mohamad Hasnan Ahmad, Suzana Shahar, Nur Islami Mohd, Fahmi

Teng, Zahara Abdul Manaf, Noor Ibrahim Mohd Sakian, dan Baharudin Omar pada

tahun 2014 (Ahmad et al., 2014) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan niat dalam latihan fisik berdasarkan theory of planned

behavior atau teori perilaku terencana pada remaja yang telah dimodifikasi.

Terdapat 20 kuesioner dan 4 domain diantaranya adalah attitude (5 item), subjective

norm (6 item), perceived behavioral control (7 item), dan intention (2 item).


84

Instrumen ini telah di uji reliabilitas yang menunjukkan nilai cronbach’s alpha yang

baik, yaitu masing-masing 0,69, 0,75, 0,55, dan 0,91 untuk sikap, norma subyektif,

persepsi kontrol perilaku, dan niat. Selain memiliki reliabilitas yang baik, instrumen

ini memiliki sebaran data yang normal dengan nilai lebih dari 0,5 yang bermakna

dapat diterima. Apabila remaja mendapatkan skor yang tinggi dapat menunjukkan

niat latihan fisik lebih optimal.

3.5.2. Uji Coba Instrumen

Instrumen harus melalui uji prasyarat terlebih dahulu sebelum digunakan

supaya instrument yang berupa kuesioner valid dan reliabel untuk menghimpun

data. Uji yang dilakukan berupa uji validitas dan reliabilitas. Langkah dalam uji

coba instrumen diawali dengan memberikan angket pada populasi yang berada

diluar sampel penelitian, berikutnya menganalisis hasil untuk mengetahui valid dan

reliabel, dan langkah terakhir menyeleksi serta mempertimbangkan butir

pertanyaan yang valid untuk tetap digunakan. Menurut Sugiyono (2010: 172)

instrumen diuji cobakan pada jumlah populasi yang telah diambil jumlah sampel,

serta dengan jumlah anggota sampel sekitar 30 orang. Jumlah pada populasi uji

coba didapatkan dari hasil pengurangan antara jumlah populasi dengan sampel

penelitian di setiap sekolah. Hasil perhitungan populasi uji coba dapat dilihat pada

Tabel 3.10.

Tabel 3.10.
Perhitungan Populasi Uji Coba

No. Nama Jumlah Peserta Jumlah Sampel Populasi Uji


Sekolah didik Penelitian Coba
1. SMA Negeri 1 961 – 74 = 887
Kota Tegal 961
85

No. Nama Jumlah Peserta Jumlah Sampel Populasi Uji


Sekolah didik Penelitian Coba
2. SMA Negeri 2 967 – 75 = 892
Kota Tegal 967
3. SMA Negeri 3 1.004 – 78 = 926
Kota Tegal 1.004
4. SMA Negeri 4 930 – 72 = 858
Kota Tegal 930

5. SMA Negeri 5 913 – 71 = 842


913
Kota Tegal
Jumlah 4.775 370 4.405

Penentuan sampel uji coba kuesioner menggunakan rumus proportionate

stratified random sampling sama dengan pengambilan sampel penelitian. Hasil

perhitungan sampel uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11.
Perhitungan Sampel Uji Coba

No. Nama Sekolah Populasi Uji Coba Sampel Uji Coba

1. SMA Negeri 1 Kota Tegal


887
2. SMA Negeri 2 Kota Tegal
892
3. SMA Negeri 3 Kota Tegal
926
4. SMA Negeri 4 Kota Tegal
858
5. SMA Negeri 5 Kota Tegal
842
Jumlah 4.405 peserta didik 30 peserta didik

3.5.3. Uji Validitas Instrumen

Instrumen atau dikenal dengan alat ukur dinyatakan valid apabila dapat

digunakan untuk menghimpun data-data penelitian yang dibutuhkan dengan valid

(Sugiyono, 2010: 168). Arikuton (2013: 211) menambahkan bahwa validitas adalah
86

tingkat kevalidan suatu instrumen yang dapat menunjukan ukuran, jika tingkat

validitas rendah artinya instrumen tersebut dinilai kurang valid serta sebaliknya jika

tingkat validitas tinggi artinya instrumen tersebut valid.

3.5.3.1. Uji Validitas

Uji validitas menggunakan korelasi product moment, dengan

mengkorelasikan setiap skor item pernyataan dengan skor total item. Untuk

menghitung setiap butir pertanyaan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

= besarnya koefisien korelasi antar variabel X dan Y

n = Jumlah subjek uji coba

X = skor variabel dari jawaban responden

Y = skor total variabel

Kriteria pengambilan keputusan menggunakan aturan berikut, apabila

rhitung>rtabel dengan taraf signifikasi α = 0,05 maka soal dikatakan valid. Sedangkan

jika rhitung < rtabel maka item dinyatakan tidak valid. Item pertanyaan yang dinyatakan

valid akan tetap digunakan, namun item yang tidak valid tidak akan dicantumkan

dalam kuesioner (Prayitno, 2014:22).

Pengujian validitas dengan Program Software Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 25. Langkah-langkah dalam uji validitas adalah klik

Analyze > Correlate > Bivariate > pada kotak dialog Bivariate Correlations,
87

masukkan semua variabel ke kotak Variables > pilih Pearson pada Correlations

Coefficients > kemudian klik OK (Prayitno, 2014: 23).

3.5.3.2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach untuk menentukan

suatu instrumen penelitian reliable atau tidak. Berikut rumus Alpha Cronbach yang

digunakan sebagai berikut:

Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan:

Menentukan nilai varians total:

Menentukan reliabilitas instrumen:

Keterangan:

n = jumlah sampel

X1 = jawaban responden untuk setiap item pertanyaan

∑X = total jawaban responden untuk setiap item pertanyaan

= varians total

= jumlah varians item

k = jumlah item pertanyaan


88

r11 = koefisien reliabilitas instrumen

Uji reliabilitas dari instrumen penelitian tersebut dengan tingkat

kepercayaan = 5% atau 0,05. Metode pengambilan keputusan apakah instrumen

reliabel atau tidak menggunakan batasan 0,6. Menurut Sekaran (1992) dalam

(Prayitno, 2014: 25), reliabilitas yang kurang dari 0,6 adalah kurang baik,

sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik. Langkah-langkah dalam

uji reliabilitas dengan cara klik Analyze > Scale > Reliability Analysis > pada kotak

dialog Reliability Analysis, masukan semua item angket ke kotak Items > klik OK

(Prayitno, 2014: 27). Pengambilan keputusan dalam uji reliablitas dengan melihat

output pada tabel Reliability Statistics bagian Cronbach’s Alpha.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan saat data sudah terkumpul dari responden atau

sumber data lainnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu

teknik statistik. Diantaranya analisis statistik deskriptif, uji prasyarat analisis, dan

uji hipotesis.

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis dari data penelitian yang

digunakan untuk menguji generalisasi hasil penelitian (Siregar, 2017). Analisis

statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran hasil olahan data dengan

cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data (Ghozali, 2016). Analisis

deskriptif digunakan untuk mempermudah melihat dalam membuat kesimpulan

dalam penelitian.

3.6.2 Uji Persyaratan Analisis


89

Uji prasyarat analisis yang pertama yaitu uji asumsi dasar dengan uji

normalitas dan uji linieritas. Kedua yaitu uji asumsi klasik regresi dengan uji

multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Pengujian prasyarat

menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 25.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Menurut Prayitno (2014: 73) uji normalitas data penting untuk dilakukan

karena dengan data yang berdistribusi normal, maka data tersebut dinilai mewakili

populasi. Sugiyono (2010: 79) menambahkan apabila data tidak normal maka perlu

menggunakan statistik nonparametris. Pada penelitian ini menggunakan uji

Liliefors dengan memasukan hasil perhitungan kuesioner Iklim Kelas Pendidikan

Jasmani (X1), Sleep Hygiene (X2), Niat Latihan Fisik (X3). Kriteria pengambilan

keputusan dalam uji ini, apabila nilai signifikasi lebih dari dari 0,05 maka dapat

disimpulkan data tersebut berdistribusi normal dan apabila nilai signifikasi kurang

dari sama dengan dari 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak berdistribusi normal

(Prayitno, 2014: 77). Langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut klik Analyze

> Descriptive Statictics > Explore > Plot > Kotak Explore: Plots beri tanda centang

( ) pada bagian Normality plots with test > Continue > OK (Prayitno, 2014: 70).

3.6.2.2 Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan sebagai uji prasyarat untuk mengetahui hubungan

antar variabel yang linier atau tidak (Prayitno, 2014: 80). Pengujian menggunakan

Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya

adalah apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maknanya hubungan antar

variabel linier, sedangkan apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 maknanya
90

hubungan antar dua variabel dinyatakan tidak linier (Prayitno, 2014: 78). Langlah

uji linieritas sebagai berikut, klik Analyze > Compare Means > Means > pindahkan

variabel Y ke Dependent List dan variabel X ke Independent List > klik Options >

beri tanda centang ( ) pada Test for Linearity>Continue > OK (Prayitno, 2014: 79).

3.6.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui antar variabel bebas memiliki

hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna. Metode uji

multikolinearitas dengan melihat nilai Tolerance and Variant Inflation Factor

(VIF) pada model regresi. Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih

dari 0,1 maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas (Prayitno, 2014: 134).

Langkah-langkah yang digunakan adalah klik Analyze > Regression > Regression

Linear > pindahkan variabel Y pada kotak Dependent dan variabel X ke kotak

Independent(s) > klik Statistics > beri tanda centang (√) pada Collinearity

Diagnostics > Continue > OK.

3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas merupakan keadaan dalam model regresi terdapat

varian residual yang tak sama. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi

adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, uji

heteroskedastisitas menggunakan uji koefisien korelasi Spearman’s rho yaitu

dengan cara mengorelasikan variabel bebas dengan residualnya (Prayitno, 2014:

109). Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji dua sisi. Kriteria

pengambilan keputusan dengan signifikansi lebih dari 0,05 (>0,05) maka dapat

disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Langkah-langkah dalam


91

analisis adalah klik menu Analyze > Regression > Linear > pindahkan Y ke

Dependent dan X1 ke Independent > klik Save > beri tanda centang (√) pada

Unstandarrdized > Continue > OK. Selanjutnya, hiraukan hasil pada output SPSS,

dan kembali pada halaman input data. Kemudian, akan terlihat variabel dengan

nama RES_1 (Unstandarrdized Residual). Tahap kedua yaitu melakukan analisis

dengan korelasi Spearman’s rho sebagai berikut, Analyze > Correlate > Bivariate

> masukan variabel X dan Unstandarrdized Residual ke kotak > Variables > beri

tanda centang (√) pada Spearman > hilangkan tanda tanda centang (√) pada

Pearson > klik OK (Prayitno, 2014: 109)

3.6.2.5 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi memiliki tujuan menunjukkan korelasi anggota observasi

yang diurutkan berdasarkan waktu atau ruang (Ajija, 2011). Gejala autokorelasi

dapat dideteksi menggunakan uji Durbin Watson Test dengan menentukan nilai

durbin watosn (DW). Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut

waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di

mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang

bersamaan. Uji Durbin-Watson digunakan untuk menguji autokorelasi dalam

kesalahan (residuals) model regresi. Uji ini umumnya digunakan dalam konteks

analisis regresi linier. Nilai uji Durbin-Watson (DW) berkisar antara 0 dan 4. Nilai

DW mendekati 2 menunjukkan ketiadaan autokorelasi, sementara nilai DW yang

jauh dari 2 menunjukkan adanya autokorelasi. Pengambilan keputusan ada atau

tidaknya autokorelasi menggunakan kriteria DW tabel dengan tingkat signifikansi

5% yaitu apabila nilai D-W di bawah -2 artinya terdapat autokorelasi positif, nilai
92

D-W di antara -2 sampai +2 artinya tidak ada autokorelasi, dan nilai D-W di atas

+2 artinya terdapat autokorelasi negatif. Langkah-langkah dalam analisis adalah

klik menu Analyze > Regression > Linear > pindahkan variabel Y ke Dependent

dan variabel X1, X2, dan X3 ke Independent(s) > klik Statistics > beri tanda centang

(√) pada Durbin-Waston > Continue > OK.

3.6.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini terdiri atas analisis korelasi sederhana,

analisis korelasi berganda, analisis determinasi, dan uji F. Semua uji hipotesis

tersebut dilakukan untuk memberi gambaran terkait korelasi dan sejauh mana

pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.6.3.1 Analisis Korelasi

Menurut Siregar (2017: 250) analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui

keeratan dan bentuk arah hubungan antar dua variabel atau lebih. Dalam penelitian

ini menggunakan korelasi Pearson product Moment atau Spearman’s rho dengan

kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai Sig. lebih dari 0,05 atau nilai

Sig. (>0.05) maka terdapat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat

sebaliknya apabila Sig. kurang dari 0,05 atau nilai Sig. (<0.05) maka tidak terdapat

hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Prayitno, 2014: 105).

apabila rhitung > rtabel maka H0 ditolak, sedangkan apabila rhitung < rtabel maka H0

diterima (Sugiyono, 2010: 244). Dalam perhitungan korelasi didaptkan nilai

koefisien korelasi (R) yang menunjukkan keeratan hubungan antar variabel. Nilai

koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Jika nilai semakin

mendekati 1 atau -1 hubungan akan semakin erat, sedangkan jika mendekati 0,


93

hubungan semakin lemah. Pengujian ini dilakukan dengan cara klik menu Analyze

> Correlate > Bivariate > pindahkan variabel ke kotak Variables > OK (Prayitno,

2014: 91). Panduan tingkat korelasi terdapat pada tabel 3.12.

Tabel 3.12.
Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No. Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan


1. 0,00 – 0,199 Sangat lemah
2. 0,20 – 0,399 Lemah
3. 0,40 – 0,599 Cukup
4. 0,60 – 0,799 Kuat
5. 0,80 – 0,100 Sangat kuat
Sumber: Siregar (2017: 251)

3.6.3.2 Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan sebagai media untuk memprediksi permintaan

pada masa depan berdasarkan data yang telah lalu atau mengetahui pengaruh satu

variabel bebas terhadap satu variabel terikat (Siregar, 2015: 284). Langkah-langkah

dalam pengujian ini dengan cara klik menu Analyze > Regression > Linear >

pindahkan Y ke Dependent dan X1 ke Independent > OK. Kriteria pengambilan

keputusan uji regresi adalah apabila nilai Sig. kurang dari 0,05 atau nilai Sig.

(<0.05) maka terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat

sebaliknya apabila Sig. lebih dari 0,05 atau nilai Sig. (>0.05) maka tidak terdapat

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Prayitno, 2014: 105).

Perhitungan regresi sederhana menggunakan rumus berikut:

Y = a + b.X
Keterangan:
94

Y = variabel terikat

X1 = variabel bebas

a = konstanta

Analisis regresi berganda memiliki tujuan yang sama dengan regresi sederhana,

perbedaan terletak pada jumlah variabel bebas yang digunakan lebih dari satu yang

memberi pengaruh pada variabel terikat. Pada penelitian ini, analisis regresi

berganda digunakan untuk menentukan pengaruh iklim kelas pendidikan jasmani

(X11), sleep hygiene (X2), dan niat latihan fisik (X3) terhadap kebugaran jasmani

pada remaja (Y). Langkah-langkah yang digunakan adalah klik Analyze >

Regression > Regression Linear > pindahkan variabel Y pada kotak Dependent dan

variabel X ke kotak Independent(s) > klik OK (Prayitno, 2014: 112). Kriteria

pengambilan keputusan uji regresi adalah apabila nilai Sig. kurang dari 0,05 atau

nilai Sig. (<0.05) maka terdapat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap

variabel terikat sebaliknya apabila Sig. lebih dari 0,05 atau nilai Sig. (>0.05) maka

tidak terdapat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat

(Prayitno, 2014: 105). Rumus regresi berganda menurut Siregar (2015: 301)

sebagai berikut:

Y = a + b1 +X1 + b2 +X2 + b3 +X3 + …. + bn +Xn

Keterangan:

Y = variabel terikat

X1 = variabel bebas pertama

X2 = variabel bebas kedua


95

X3 = variabel bebas ketiga

Xn = variabel bebas ke-n

a = konstanta

b1, b2, b3 = koefisien regresi

3.6.3.3 Analisis Determinasi

Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi

variabel bebas dalam menentukan variabel terikat. Koefisien determinan

merupakan kuadrat dari koefisien korelasi yang dikalikan dengan 100%. Rumus

koefisien determinan sebagai berikut:

KP = R2 x 100%

Keterangan:

KP = koefisien determinan

R = nilai koefisien korelasi

Nilai koefisien dapat dilihat pada output Model Summary kolom R Square

dari perhitungan analisis regresi berganda. Kriteria pengambilan keputusan

menurut Prayitno (2014: 66) jika R2 = 0 maka tidak ada persentase pengaruh yang

diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan apabila R2 = 1 maka

persentase pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah

100% atau sempurna. Pengelompokan nilai R Square yang disampaikan oleh Chin

(1998) dibagi dalam tiga kategori yang terdapat pada tabel 3.13.

Tabel 3.13
Tingkat Nilai R Square
96

No. Nilai R Square Tingkat


1. > 0,67 Kuat
2. 0,33 < R Square > 0,67 Moderat

3. 0,19 < R Square > 0,33 Lemah


Sumber: Chin (1998)

3.6.3.4 Uji F (Simultan)

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-

sama (simultan) memengaruhi variabel terikat secara signifikan. Uji F dilakukan

untuk melihat pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel terikat dan perhitungan uji F dapat di lihat pada output ANOVA dari hasil

analisis regresi berganda. Tingkatan yang digunakan adalah sebesar 0.5 atau 5%,

jika nilai signifikan F < 0.05 maka dapat diartika bahwa variabel bebas secara

simultan memengaruhi variabel terikat ataupun sebaliknya (Ghozali, 2016)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan sampel 370 peserta didik. Terdiri dari 152 peserta

didik laki-laki dan 218 peserta didik perempuan yang tersebar pada Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal. Berikut adalah grafik persebaran

sampel remaja di SMA Negeri Kota Tegal.

Sampel Remaja di SMA Negeri Kota Tegal


60
50
40
30
20
10
0
SMA N 1 SMA N 2 SMA N 3 SMA N 4 SMA N 5

Laki-laki Perempuan

Berikut adalah data dari nilai minimum, maximum, dan mean yang diperoleh
dari hasil penelitian.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IKPJ 370 43.00 106.00 73.9892 15.27755
SH 370 20.00 87.00 61.8270 13.26762
NLF 370 33.00 89.00 62.2892 12.66004
KJ 370 60.00 95.00 74.2432 11.19404
Valid N 370
(listwise)
Sumber: Hasil Olah Data SPSS Versi 25
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF
(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).

97
98

4.2 Hasil Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji

linieritas, uji multikolinieritas, uji heteroskedasititas, dan uji autokorelasi.

4.2.1 Hasil Uji Normalitas

Hasil uji normalitas variabel iklim kelas pendidikan jasmani, variabel sleep

hygiene, variabel niat latihan fisik, dan variabel kebugaran jasmani menunjukkan

nilai signifikansi 0,00; 0,00; 0,00; dan 0,00 yang memiliki makna nilai signifikansi

kurang dari (<0,05) sehingga persebaran data berdistribusi tidak normal.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
IKPJ SH NLF KJ
N 370 370 370 370
Normal Mean 73.9892 61.8270 62.289 74.2432
Parametersa,b 2
Std. 15.27755 13.26762 12.660 11.19404
Deviation 04
Most Extreme Absolute .124 .114 .126 .183
Differences Positive .124 .114 .126 .183
Negative -.078 -.095 -.095 -.134
Test Statistic .124 .114 .126 .183
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .000c .000c .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Hasil Olah Data SPSS Versi 25
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF
(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.2.2 Hasil Uji Linieritas

Hasil uji linieritas variabel iklim kelas pendidikan jasmani terhadap

kebugaran jasmani menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,06 yang memiliki

makna nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga terdapat hubungan yang linier
99

antara variabel iklim kelas pendidikan jasmani terhadap variabel kebugaran

jasmani.

Tabel 4.3 Hasil Uji Linieritas Iklim Kelas Pendidikan Jasmani dengan Kebugaran
Jasmani
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
KJ * Between (Combined) 32080.010 57 562.807 12.403 .000
IKPJ Groups Linearity 27954.033 1 27954.033 616.019 .000
Deviation 4125.977 56 73.678 1.624 .006
from
Linearity

Within Groups 14158.098 312 45.379


Total 46238.108 369

Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani) dan KJ (Kebugaran Jasmani)

Hasil uji linieritas variabel sleep hygiene terhadap variabel kebugaran jasmani

menunjukkan nilai signifikansi. 0,00 yang memiliki makna nilai signifikansi kurang

dari (<0,05) sehingga terdapat hubungan yang linier antara variabel sleep hygiene

terhadap kebugaran jasmani.

Tabel 4.4 Hasil Uji Linieritas Sleep Hygiene dengan Kebugaran Jasmani
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
KJ * Between (Combined) 31349.889 50 626.998 13.434 .000
SH Groups Linearity 26920.594 1 26920.594 576.810 .000
Deviation 4429.295 49 90.394 1.937 .000
from
Linearity

Within Groups 14888.219 319 46.672


Total 46238.108 369
Keterangan: SH (Sleep Hygiene) dan KJ (Kebugaran Jasmani)
100

Hasil uji linieritas variabel niat latihan fisik terhadap variabel kebugaran

jasmani menunjukkan nilai signifikansi. 0,06 yang memiliki makna nilai

signifikansi kurang dari (<0,05) sehingga terdapat hubungan yang linier antara

variabel niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani.

Tabel 4.5 Hasil Uji Linieritas Niat Latihan Fisik dengan Kebugaran Jasmani
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
KJ * Between (Combined) 29121.124 48 606.690 11.377 .000
NLF Groups Linearity 24940.268 1 24940.268 467.712 .000
Deviation 4180.855 47 88.954 1.668 .006
from
Linearity
Within Groups 17116.984 321 53.324
Total 46238.108 369
Keterangan: NLF (Niat Latihan Fisik) dan KJ (Kebugaran Jasmani)

Hasil uji normalitas menghasilkan persebaran data yang berdistribusi tidak

normal dan hasil uji linearitas linear sehingga uji korelasi menggunakan non

parametrik dengan uji Spearman rho yang cocok digunakan dalam penelitian ini.

4.2.3 Hasil Uji Multikolinieritas


Hasil uji multikolinieritas menunjukkan nilai tolerance variabel iklim kelas

pendidikan jasmani adalah 0,232, nilai tolerance variabel sleep hygiene adalah

0,248, dan nilai tolerance variabel niat latihan fisik adalah 0,293. Seanjutnya, hasil

uji multikolinieritas menunjukkan nilai Variant Inflation Factor (VIF) variabel

iklim kelas pendidikan jasmani adalah 4,316, nilai Variant Inflation Factor (VIF)

variabel sleep hygiene adalah 4,028, dan nilai Variant Inflation Factor (VIF)

variabel niat latihan fisik adalah 3.410.


101

Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka

dapat disimpulkan uji multikolinieritas memberikan hasil bahwa variabel bebas

memiliki hubungan yang linier mendekati sempurna dan tidak terjadi

multikolinieritas.

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant) 28.023 1.800 15.564 .000

IKPJ .267 .047 .365 5.730 .000 .232 4.316

SH .245 .052 .291 4.725 .000 .248 4.028

NLF .181 .050 .205 3.612 .000 .293 3.410

a. Dependent Variable: KJ

Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF


(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.2.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan nilai signifikansi variabel iklim

kelas pendidikan jasmani 1,0, nilai signifikansi variabel sleep hygiene 1,0, nilai

signifikansi variabel niat latihan fisik 1,0 dikarenakan nilai signifikansi lebih dari

0,05 (>0,05) maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah pada

heteroskedastisitas.
102

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 3.442E-15 1.800 .000 1.000

IKPJ .000 .047 .000 .000 1.000 .232 4.316

SH .000 .052 .000 .000 1.000 .248 4.028

NLF .000 .050 .000 .000 1.000 .293 3.410

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual


Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF
(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.2.5 Hasil Uji Autokorelasi


Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai autokorelasi dengan Durbin-

Watson sebesar 2,040 nilai lebih dari 2 (>2) maka terdapat autokorelasi negatif yang

bermakna menyebabkan error akan diikuti oleh error yang berbeda tanda.

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi


Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .810a .656 .653 6.59341 2.040
a. Predictors: (Constant), NLF, SH, IKPJ

b. Dependent Variable: KJ

Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF


(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).
103

4.3 Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani terhadap Kebugaran


Jasmani
4.3.1 Hasil Penelitian Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani terhadap
Kebugaran Jasmani
4.3.1.1 Uji Korelasi

Hasil uji analisis korelasi sederhana dengan Spearman’s rho variabel iklim

kelas pendidikan jasmani terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA

Negeri Kota Tegal memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar .753**. Dimana nilai

sig. .753** > 0.05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kelas

pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani dengan tingkat hubungan yang

kuat karena berada pada rentang 0.600 – 0.799 dan arah hubungan yang positif yang

bermakna semakin tinggi iklim kelas pendidikan jasmani maka semakin tinggi

kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota tegal.

Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani terhadap Kebugaran
Jasmani
Correlations
IKPJ KJ
Spearman's rho IKPJ Correlation Coefficient 1.000 .753**
Sig. (2-tailed) . .000
N 370 370
**
KJ Correlation Coefficient .753 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 370 370
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani) dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.3.1.2 Uji Regresi

Hasil uji analisis regresi mendapatkan nilai sig sebesar .000. Dimana nilai Sig.

(<0.05) yang memiliki arti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel iklim kelas

pendidikan jasmani terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota

Tegal. Dengan demikian, hipotesis Ha1 yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara
104

iklim kelas pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal dapat di terima.

Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani Terhadap Kebugaran
Jasmani
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 32.091 1.814 17.686 .000
IKPJ .570 .024 .778 23.720 .000
a. Dependent Variable: KJ
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani) dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.3.1.3 Koefisien Determinasi

Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani
terhadap Kebugaran Jasmani

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


1 .778a .605 .603 7.04876
a. Predictors: (Constant), IKPJ

Uji analisis determinasi menghasilkan nilai R Square .605 yang memiliki arti

besarnya kontribusi variabel iklim kelas pendidikan jasmani dalam memengaruhi

variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal sebanyak

60,5% termasuk dalam kategori tingkat moderat sehingga sisanya sebesar 39,5%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diuji dalam penelitian.

4.3.2 Pembahasan Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani terhadap

Kebugaran Jasmani

Iklim kelas dikaitkan dengan suasana atau keadaan yang muncul dalam

kegiatan pembelajaran hasil dari interaksi antara guru dan peserta didik. Menjaga

iklim kelas yang baik untuk mendapatkan suasana kelas yang nyaman akan
105

menunjang pengelolaan kelas dapat mendorong peserta didik dalam berperilaku

yang menguntungkan (Sumekto et al., 2020). Pendidikan jasmani dan olahraga

dinyatakan sebagai konteks dan pengalaman positif di sekolah, yang mengarah pada

kenikmatan, keragaman, dan keterlibatan dengan peningkatan aktivitas dan

partisipasi fisik (Bailey, 2006). Suasana dalam pembelajaran pendidikan jasmani

dapat membentuk karakter dan literasi fisik yang baik. Pendidikan jasmani di

sekolah dapat memberikan pengaruh yang besar dalam membangun pola pikir

aktivitas fisik sepanjang hayat (Sallis & Mckenzie, 2013).

Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi yang signifikan sebesar .753**.

Dimana .753** > 0.05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kelas

pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani, menunjukkan regresi dengan

signifikansi 0.000. Kurang dari 0,05 maknanya terdapat pengaruh yang signifikan

antara iklim kelas pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani, dan kontribusi

variabel iklim kelas pendidikan jasmani dalam memengaruhi variabel kebugaran

jasmani sebanyak 60,5% sehingga termasuk dalam kategori moderat dan sisanya

39,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diujikan dalam penelitian.

Penelitian ini mendukung temuan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang

dilakukan oleh (Gillison et al., 2013) yang menguji potensi untuk memanipulasi

tujuan dan motif remaja untuk partisipasi dalam pelajaran pendidikan jasmani di

sekolah menghasilkan temuan bahwa peserta didik merasakan pelajaran pendidikan

jasmani yang lebih bermakna dan mampu dalam mengendalikan serta membentuk

niat masa depan yang lebih kuat untuk latihan fisik atau berolahraga. Maka, penting
106

untuk memanipulasi iklim pelajaran dalam pembelajaran pendidikan jasmani di

sekolah untuk mendapatkan manfaat secara maksimal pada peserta didik.

Penelitian yang lain mengungkapkan bahwa dalam sebuah pembelajaran guru

pendidikan jasmani selain membentuk sifat kepemimpinan, percaya diri, semangat,

dan vitalitas, guru harus benar-benar berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan lebih

banyak berinteraksi dengan peserta didik sehingga peserta didik memiliki evaluasi

dan identitas positif terhadap guru pendidikan jasmani. Dengan demikian, guru

penting dalam membentuk iklim kelas yang penuh dukungan, afinitas, dan

keterlibatan dapat secara positif memengaruhi motivasi otonom peserta didik dalam

pembelajaran (Jiang & Jia, 2017).

Selanjutnya, data sekunder dalam penelitian ini adalah peserta didik remaja

laki-laki sebesar 68,9% menganggap bahwa pembelajaran pendidikan jasmani

menyenangkan, kemudian sebesar 28,1% menganggap pembelajaran pendidikan

jasmani seperti hal biasa, dan sisanya 3% menganggap bahwa pendidikan jasmani

membosankan. Sedangkan, peserta didik remaja perempuan sebesar 49,8%

menganggap bahwa pembelajaran pendidikan jasmani menyenangkan, kemudian

sebesar 48,1% menganggap pembelajaran pendidikan jasmani seperti hal biasa, dan

sisanya 2,1% menganggap bahwa pendidikan jasmani membosankan. Diharapkan

iklim kelas pendidikan jasmani yang menarik sehingga dapat terwujud kegiatan

pembelajaran pendidikan jasmani dapat menyenangkan dan rasa bosan dapat

berkurang di kalangan peserta didik. Berikut adalah grafik aggapan pembelajaran

pendidikan jasmani pada remaja peserta didik yang duduk di bangku sekolah

menengah atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.


107

Grafik 4.1 Pembelajaran Pendidikan Jasmani Remaja SMA Negeri Di


Kota Tegal

Penelitian ini memberikan hasil terdapat pengarh antara iklim kelas

pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani pada remaja. Iklim kelas

pendidikan jasmani yang menyenangkan akan mengantar peserta didik untuk lebih

aktif baik saat pembelajaran di sekolah atau di waktu luang mereka. Menurut (Ács

et al., 2020) manfaat yang dihasilkan dari rutin dalam aktivitas fisik adalah beragam

diantaranya pada peningkatan fungsi kardiovaskular dan pernapasan, mengurangi

tingkat kecemasan dan depresi, meningkatkan rasa sejahtera, serta mengembangkan

keterampilan kognitif dan sosial. Sebaliknya, gaya hidup yang tidak aktif telah

dikaitkan dengan penurunan kemampuan fungsional, dan peningkatan angka

kesakitan dan kematian, serta peningkatan prevalensi penyakit kronis di masa yang

akan datang (González-gross et al., 2013)

Pendidikan jasmani memainkan peran mendasar dalam meningkatkan

kebiasaan dan gaya hidup sehat, serta dalam pengembangan keterampilan individu

dan kognitif. (Silva et al., 2022). Iklim kelas pendidikan jasmani penting diterapkan

dikalangan pada peserta didik khususnya pada remaja, ketika peserta didik
108

menikmati pembelajaran pendidikan jasmani dengan baik maka akan mendorong

semangat dalam mengikuti pembelajaran dan harapannya akan mendapatkan

kebugaran jasmani. Perkembangan kebugaran jasmani dalam konteks sekolah

selama kelas pendidikan jasmani meningkatkan kesehatan melalui perubahan

komposisi tubuh, berkurangnya kerentanan terhadap penyakit, dan kondisi fisik

yang lebih baik (Strong et al, 2005). Dengan demikian, iklim kelas pendidikan

jasmani dengan metode dan pendektan yang baik akan memengaruhi kebugaran

jasmani pada remaja yang duduk di bangku sekolah.

4.4 Pengaruh Sleep Hygiene terhadap Kebugaran Jasmani

4.4.1 Hasil Penelitian Pengaruh Sleep Hygiene terhadap Kebugaran Jasmani

4.4.1.1 Uji Korelasi

Hasil uji analisis korelasi sederhana dengan Spearman’s rho variabel sleep

hygiene terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota

Tegal memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar .747**. Dimana nilai .747** > 0.05

artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sleep hygiene terhadap kebugaran

jasmani dengan tingkat hubungan yang kuat karena berada pada rentang 0.600 –

0.799 dan arah hubungan yang positif yang bermakna semakin tinggi sleep hygiene

yang dimiliki maka semakin tinggi kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri

Kota Tegal.

Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran Jasmani

Correlations
SH KJ
Spearman's rho SH Correlation Coefficient 1.000 .747**

Sig. (2-tailed) . .000


N 370 370
109

Correlations
SH KJ
KJ Correlation Coefficient .747** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .


N 370 370
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan: SH (Sleep Hygiene) dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.4.1.2 Uji Regresi

Hasil uji analisis regresi mendapatkan nilai sig. sebesar .000. Dimana nilai Sig.

(<0.05) yang memiliki arti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel sleep hygiene

terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal. Dengan

demikian, hipotesis Ha2 yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara sleep hygiene

terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota

Tegal dapat di terima.

Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran Jasmani
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 34.440 1.798 19.160 .000
SH .644 .028 .763 22.646 .000
a. Dependent Variable: KJ
Keterangan: SH (Sleep Hygiene) dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.4.1.3 Koefisien Determinasi

Uji analisis determinasi menghasilkan nilai R Square .582 yang memiliki arti

besarnya kontribusi variabel sleep hygiene dalam memengaruhi variabel kebugaran

jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal sebanyak 58,2 % termasuk dalam

kategori tingkat moderat sehingga sisanya sebesar 41,8% dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak diuji dalam penelitian.


110

Tabel 4.14 Hasil Uji Koenfisien Determinasi Sleep Hygiene Dengan Kebugaran
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .763 .582 .581 7.24522
a. Predictors: (Constant), SH
Keterangan: SH (Sleep Hygiene)

4.4.2 Pembahasan Pengaruh Sleep Hygiene terhadap Kebugaran Jasmani

Tidur merupakan hal yang pokok dan memiliki fungsi yang penting dalam

menjalani kehidupan sehari-hari serta membatasinya dapat menimbulkan banyak

konsekuensi negatif. Kualitas dalam tidur akan menjadi lebih baik apabila

seseorang memiliki pola hidup aktif secara fisik dan melakukan olahraga (Machado

et al., 2018). Pentingnya tidur bagi kesehatan dan kesejahteraan selama masa

remaja diakui secara luas sebagai periode pertumbuhan dan perkembangan yang

signifikan (Vyazovskiy, 2015). Sleep hygiene merupakan metode yang baik sebagai

faktor pelindung untuk mencapai kualitas tidur yang optimal. Sleep hygiene adalah

berbagai macam praktik yang diperlukan untuk mendapatkan tidur malam yang

berkualitas dan kesiapan menjalani aktivitas pada keesokan harinya (Gupta, 2019).

Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi yang signifikan sebesar .747** .

Dimana nilai .747** > 0.05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sleep

hygiene terhadap kebugaran jasmani, menunjukkan regresi dengan signifikansi

0.000 > 0.05 maknanya terdapat pengaruh yang signifikan antara sleep hygiene

terhadap kebugaran jasmani, dan kontribusi variabel sleep hygiene dalam

memengaruhi variabel kebugaran jasmani sebanyak 58,2% sehingga termasuk

dalam kategori moderat dan sisanya 41,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang
111

tidak diujikan dalam penelitian. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Wolfson et al., 2015) pada remaja menghasilkan temuan bahwa

program sleep smart dengan menerapkan sleep hygiene memiliki kejelasan dalam

membantu remaja di lingkungan sekolah dalam mempertahankan efektivitas

kesehatan tidur, meningkatkan kinerja akademik dan mengurangi masalah perilaku

internalisasi. Dengan demikian sleep hygiene memiliki hubungan dan pengaruh

dengan kebugaran jasmani seseorang.

Penelitian yang lain (Carrión-Pantoja et al., 2022) bahwa sleep hygiene yang

buruk merupakan faktor risiko insomnia yang dapat memengaruhi penurunan

pencapaian akademis di sekolah dan menyarankan untuk menerapkan pola tidur

yang tepat sebagai salah satu cara efektif untuk meningkatkan prestasi akademis.

Beberapa penelitian terdahulu yang telah diterangkan diatas menunjukan sleep

hygiene mampu memengaruhi kualitas tidur dan memiliki dampak secara

keseluruhan untuk kesejahteraan serta kinerja akademik. Oleh sebab itu sleep

hygiene dianjurkan untuk diterapkan, khususnya pada kalangan remaja yang duduk

di bangku sekolah.

Sebuah penelitian yang lain, dengan sampel remaja menghasilkan temuan

bahwa sleep hygiene dapat memengaruhi kualitas tidur dikalangan remaja. Remaja

yang menerapkan sleep hygiene dapat memperbaiki kualitas tidurnya (Sari &

Annisa, 2021). Sebuah penelitian menghasilkan temuan bahwa sleep hygiene atau

praktik kebersihan tidur berpengaruh sebagai mediasi sebesar 16%-72% pada

hubungan antara durasi tidur dan faktor penentu sosial-kognitif dari Theory of

Planned Behavior (yaitu, sikap, norma subjektif, persepsi perilaku kontrol, dan
112

niat) temuan ini menunjukkan bahwa sleep hygiene dapat diterapkan durasi tidur

serta kualitas tidur yang maksimal (Inhulsen et al., 2022).

Selanjutnya, data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini adalah peserta

didik remaja laki-laki merasakan bahwa kualitas tidur sebesar 24%, kemudian

merasakan tidur biasa 67,1%, dan sisanya merasakan bahwa tidurnya menganggap

tidak berkualitas 8,9%. Peserta didik remaja perempuan merasakan bahwa kualitas

tidur sebesar 12%, kemudian merasakan tidur biasa 67,8%, dan sisanya merasakan

bahwa tidurnya menganggap tidak berkualitas 20,2%. Berikut adalah grafik

anggapan tentang kualitas tidur pada remaja peserta didik yang duduk di bangku

sekolah menengah atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.

Grafik 4.2 Kualitas Tidur Remaja SMA Negeri di Kota Tegal

Beberapa peserta didik remaja baik laki-laki maupun perempuan masih

menganggap bahwa tidak merasakan kualitas tidur yang baik. Hal ini akan

memengaruhi kebugaran jasmani sehingga dapat menganggu aktivitas sehari-hari

mereka. Seseorang dapat menerapkan sleep hygiene atau pola tidur bersih untuk

tidur lebih baik menurut (Suni & Vyas, 2023) yaitu dengan cara mengoptimalkan
113

jadwal tidur, menjalankan rutinitas sebelum tidur, dan menjalankan rutinitas harian

adalah bagian dari memanfaatkan kebiasaan untuk membuat kualitas tidur terasa

lebih baik. Menciptakan lingkungan kamar tidur yang menyenangkan dapat

menjadi istirahat dan tertidur. Beberapa tip atau cara dapat membantu namun hal

yang telah dijelaskan diatas bukan persyaratan atau pedoman yang kaku, seseorang

dapat menyesuaikan sesuai dengan keadaan dan membuat daftar pola tidur bersih

untuk membantu mendapatkan kualitas tidur terbaik.

4.5 Pengaruh Niat Latihan Fisik terhadap Kebugaran Jasmani

4.5.1 Hasil Penelitian Pengaruh Niat Latihan Fisik terhadap Kebugaran

Jasmani

4.5.1.1 Uji Korelasi

Hasil uji analisis korelasi sederhana dengan Spearman’s rho variabel niat

latihan fisik terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota

Tegal memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar .717**. Dimana nilai .717** > 0,05

yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara niat latihan fisik terhadap

kebugaran jasmani dengan tingkat hubungan yang kuat karena berada pada rentang

0.600 – 0.799 dan arah hubungan yang positif yang bermakna semakin tinggi niat

latihan fisik maka semakin tinggi kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri

Kota tegal.

Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Sederhana Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani
Correlations
NLF KJ
Spearman's rho NLF Correlation Coefficient 1.000 .717**
Sig. (2-tailed) . .000
N 370 370
114

Correlations
NLF KJ
KJ Correlation Coefficient .717** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 370 370
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan: NLF (Niat Latihan Fisik) dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.5.1.2 Uji Regresi

Hasil uji analisis regresi mendapatkan nilai sig. sebesar .000. Dimana nilai

Sig.(< 0.05) yang memiliki arti pengaruh yang signifikan antara variabel niat latihan

fisik terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal.

Dengan demikian, hipotesis Ha3 yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara niat

latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri di Kota Tegal dapat di terima.

Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Sederhana Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 33.794 1.988 16.996 .000
NLF .649 .031 .734 20.759 .000
a. Dependent Variable: KJ
Keterangan: NLF (Niat Latihan Fisik) dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.5.1.3 Koefisien Determinasi

Uji analisis determinasi menghasilkan nilai R Square .539 yang memiliki arti

besarnya kontribusi variabel niat latihan fisik dalam memengaruhi variabel

kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal sebanyak 53,9 %
115

termasuk dalam kategori tingkat moderat sehingga sisanya sebesar 46,1%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diuji dalam penelitian.

Tabel 4.17 Hasil Uji Determinasi Niat Latihan Fisik terhadap Variabel Kebugaran
Jasmani
Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .734a .539 .538 7.60753
a. Predictors: (Constant), NLF
Keterangan: NLF (Niat Latihan Fisik)

4.5.2 Pembahasan Pengaruh Niat Latihan Fisik terhadap Kebugaran

Jasmani

Niat diartikan sebagai maksud atau tujuan suatu perbuatan. Memiliki niat

dalam latihan fisik merupakan gabungan dari beberapa komponen yang kompleks

yang akan mendorong melakukan berbagai macam latihan fisik dan ketika

menerapkan latihan fisik secara otomatis manfaat akan diperoleh dengan baik.

Theory of planned behavior menjelaskan beberapa faktor penyebab seseorang

melakukan latihan fisik, diantaranya adalah attitude toward the behavior (sikap

terhadap perilaku), subjective norm (norma subjektif), dan perceived behavioral

control (kontrol perilaku yang dirasakan) (Ajzen, 2012).

Faktor yang pertama, attitude toward the behavior (sikap terhadap perilaku)

dimana seseorang akan berkeinginan untuk melakukan latihan fisik jika mereka

memiliki keyakinan positif bahwa latihan fisik merupakan kegiatan yang

menguntungkan dan bermanfaat bagi mereka, sebaliknya niat remaja dalam

melakukan latihan fisik akan rendah apabila mereka mempresepsikan bahwa

melakukan latihan fisik akan memberikan kerugian bagi mereka. Faktor yang
116

kedua, subjective norm (norma subjektif) bilamana seorang remaja dihadapkan

dalam situasi dan kondisi layaknya lingkungan yang mendukung untuk latihan fisik

dengan contoh dalam suatu satuan pendidikan terdapat seorang guru pendidikan

jasmani yang menjelaskan bagaimana aktif dalam latihan fisik dan olahraga, sebuah

keluarga yang menerapkan perilaku hidup sehat, atau teman sebaya yang mengajak

untuk latihan fisik setiap weekend dalam situasi dan kondisi tersebut di tambah

dengan penjelasan berbagai macam keuntungan dan manfaat yang didapatkan

ketika seseorang melakukan latihan fisik maka hal tersebut akan mendorong para

remaja yang mendengar dan memahami informasi tersebut untuk melakukan latihan

fisik. Selanjutnya faktor yang ketiga, perceived behavioral control (kontrol perilaku

yang dirasakan) adalah sebuah pengalaman dari individu, keluarga, guru atau teman

sejawat tentang latihan fisik yang positif maka hal tersebut dapat membentuk

persepi atau keyakinan bahwa seseorang mampu melakukan latihan fisik. Menurut

(Lu et al., 2022) menegaskan bahwa konstruksi inti dari theory of planned behavior,

yaitu attitude toward the behavior (sikap terhadap perilaku), subjective norm

(norma subjektif), dan perceived behavioral control (kontrol perilaku yang

dirasakan) secara signifikan dapat memengaruhi niat latihan fisik remaja.

Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi yang signifikan sebesar .717**.

Dimana nilai .717** > 0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani, menunjukkan regresi dengan

signifikansi 0.000 < 0,05 maknanya terdapat pengaruh yang signifikan antara niat

latihan fisik terhadap kebugaran jasmani, dan kontribusi variabel niat latihan fisik

dalam memengaruhi variabel kebugaran jasmani sebanyak 53,9% sehingga


117

termasuk dalam kategori moderat dan sisanya 46,1% dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak diujikan dalam penelitian. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Lu

et al., 2022) menghasilkan temuan yang mendukung bahwa konstruksi utama dari

theory of planned behavior atau teori perilaku terencana dapat secara efektif

menentukan niat latihan fisik dengan teratur di kalangan remaja dan hasil penelitian

ini dapat berfungsi sebagai referensi bagi bidang kesehatan maupun sekolah dalam

pembelajaran pendidikan jasmani ketika merumuskan strategi yang efektif untuk

mendorong remaja terlibat dalam praktik latihan fisik.

Penelitian yang lain (Gulley & Boggs, 2014) menghasilkan temuan bahwa

theory planned of behavior dapat digunakan untuk memprediksi aktivitas fisik di

kalangan remaja. Peneliti mengungkapkan bahwa meningkatkan partisipasi dalam

aktivitas fisik akan menghasilkan hasil kesehatan dan kebugaran jasmani yang lebih

baik untuk remaja. Memahami theory planned of behavior yang berkaitan dengan

aktivitas fisik akan memandu praktisi dalam mengembangkan strategi intervensi

yang efektif menargetkan perilaku aktivitas fisik intervensi yang mendorong sikap

positif dan meningkatkan keyakinan kontrol terhadap aktivitas fisik akan

meningkatkan niat dan kemungkinan partisipasi lebih dalam aktivitas fisik untuk

mendapatkan kebugaran jasmani yang maksimal.

Penelitian yang relevan yang lain yaitu menghasilkan temuan bahwa

konstruksi atau model Theory of Planned Behavior (yaitu, sikap, norma subjektif,

dan persepsi kontrol perilaku) berguna dalam memahami aktivitas fisik dan peneliti

menyoroti pentingnya seorang praktisi atau guru untuk memberikan kegiatan yang

menyenangkan dan strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja dengan


118

mengadopsi dan mempertahankan aktivitas fisik dengan teratur sehingga kebugaran

jasmani dapat diperoleh seiring dengan menerapkan latihan fisik yang tepat

(Plotnikoff et al., 2011).

Selanjutnya, data sekunder yang diperoleh peneliti pada remaja menunjukkan

bahwa peserta didik laki-laki memiliki niat dalam melakukan latihan fisik sebesar

95,2% dan sisanya tidak memiliki niat dalam melakukan latihan fisik sebesar 4,8%.

Sedangkan peserta didik perempuan memiliki niat dalam melakukan latihan fisik

sebesar 89,7% dan sisanya tidak memiliki niat dalam melakukan latihan fisik

sebesar 10,3%. Dengan demikian, peserta didik laki-laki memiliki niat latihan fisik

lebih tinggi dibandingankan dengan peserta didik perempuan. Berikut adalah grafik

aggapan niat latihan fisik pada remaja peserta didik yang duduk di bangku sekolah

menengah atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.

Grafik 4.3 Niat Latihan Fisik Remaja SMA Negeri di Kota Tegal

Niat dalam latihan fisik penting untuk di dukung dengan baik, peserta didik

remaja perlu di bimbing dengan baik supaya memiliki niat dan tekad yang kuat
119

untuk melakukan latihan fisik sehingga kebugaran jasmani dapat bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari sepanjan hayat. Seorang yang memiliki sikap yang positif,

dukungan dari orang-orang disekitar dan sedikitnya hambatan untuk melakukan

suatu perilaku, maka seseorang akan memiliki niatan yang kuat dibandingkan

ketika memiliki sikap yang positif dan dukungan dari orang sekitar namun banyak

hambatan yang ada untuk melakukan perilaku tersebut.

4.6 Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, dan Niat

Latihan Fisik terhadap Kebugaran Jasmani

4.6.1 Hasil Penelitian Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep

Hygiene, dan Niat Latihan Fisik terhadap Kebugaran Jasmani

4.6.1.1 Uji Korelasi Berganda

Berdasarkan Tabel 4.18, diperoleh nilai R yang menunjukakan korelasi

berganda antara variabel iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat

latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal.

Nilai rhitung sebesar .810, langkah berikutnya adalah menentukan nilai rtabel yang

dapat dilihat pada tabel r uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 dengan n = 370.

Nilai rtabel yang diperoleh sebesar 0.102. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

rhitung(0.810) > rtabel (0.102) maknanya terjadi korelasi antara variabel iklim kelas

pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran

jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota tegal. Nilai korelasi berganda berada

pada rentang 0.80 – 0.100 sehingga hubungan antar variabel tergolong sangat kuat.

Arah hubungan dengan melihat rhitung yang bernilai positif sehingga arah hubungan

positif yang bermakna semakin tinggi iklim kelas pendidikan jasmani, sleep
120

hygiene, dan niat latihan fisik maka semakin tinggi kebugaran jasmani pada remaja

di SMA Negeri Kota tegal.

Tabel 4.18 Hasil Uji Korelasi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, Dan
Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .810a .656 .653 6.59341
a. Predictors: (Constant), NLF, SH, IKPJ

Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF


(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.6.1.2 Uji Regresi Berganda

Hasil uji analisis regresi berganda mendapatkan nilai sig. (<0.05) yaitu,

variabel iklim kelas pendidikan jasmani ialah .000, nilai sig. variabel sleep hygiene

ialah .000, dan nilai sig. variabel niat latihan fisik ialah .000. yang memiliki arti

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel iklim kelas pendidikan jasmani,

sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap variabel kebugaran jasmani pada

remaja di SMA Negeri Kota Tegal. Dengan demikian, hipotesis Ha4 yaitu terdapat

pengaruh yang signifikan antara iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan

niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri di Kota Tegal dapat di terima.

Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi Berganda Iklim, Sleep Hygiene, Dan Niat Latihan
Fisik Terhadap Variabel Kebugaran Jasmani

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 28.023 1.800 15.564 .000
121

IKPJ .267 .047 .365 5.730 .000


SH .245 .052 .291 4.725 .000
NLF .181 .050 .205 3.612 .000
a. Dependent Variable: KJ
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF
(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.6.1.3 Hasil Uji F (Simultan)

Tabel 4.20 Hasil Uji F


ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 30326.974 3 10108.991 232.535 .000b
Residual 15911.134 366 43.473
Total 46238.108 369
a. Dependent Variable: KJ
b. Predictors: (Constant), NLF, SH, IKPJ
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF
(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).

Hasil uji F variabel iklim kelas pendidikan jasmani, variabel sleep hygiene,

dan variabel niat latihan fisik terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di

SMA Negeri Kota Tegal memperoleh nilai sig. sebesar .000. Dimana nilai sig .000

< 0,05 yang artinya seluruh variabel independen yaitu, variabel iklim kelas

pendidikan jasmani, variabel sleep hygiene, dan variabel niat latihan fisik secara

bersama-sama (simultan) memengaruhi variabel dependen yaitu, variabel

kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal.

4.6.1.4 Koefisien Determinasi

Uji analisis determinasi menghasilkan nilai R Square .656 yang memiliki arti

besarnya kontribusi variabel iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat

latihan fisik dalam memengaruhi variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA

Negeri Kota Tegal sebanyak 65,6% termasuk dalam kategori tingkat moderat
122

sehingga sisanya sebesar 34,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diuji

dalam penelitian.

Tabel 4.21 Hasil Koenfisien Determinasi Iklim Kelas, Sleep Hygiene, Dan Niat
Latihan Fisik Memengaruhi Kebugaran Jasmani
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .810a .656 .653 6.59341
a. Predictors: (Constant), NLF, SH, IKPJ
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF
(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).

4.6.2 Pembahasan Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep

Hygiene, dan Niat Latihan Fisik terhadap Kebugaran Jasmani

Penelitian ini membahas terkait iklim kelas pendidikan jasmani, sleep

hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja. Sesuai hasil

analisis penelitian ini menunjukkan bahwa rhitung (0.810) > rtabel (0.102) maknanya

terjadi korelasi antara variabel iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan

niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota

Tegal dengan tingkat hubungan sangat kuat dan arah hubungan positif.

Selanjutnya, menunjukkan regresi dengan signifikansi 0.000; 0.000; dan

0.000 dengan Sig. (<0.05) maknanya terdapat pengaruh yang signifikan antara

iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap

kebugaran jasmani, dan kontribusi variabel iklim kelas pendidikan jasmani, sleep

hygiene, dan niat latihan fisik dalam memengaruhi variabel kebugaran jasmani

sebanyak 65,6% sehingga termasuk dalam kategori moderat dan sisanya 34,4%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diujikan dalam penelitian. Iklim kelas
123

pendidikan jasmani yang mendukung dalam mencapai tujuan pembelajaran salah

satunya yaitu dengan hidup aktif sepanjang hayat, memiliki tidur yang berkualitas

dengan menerapkan sleep hygiene, dan memiliki niat dan tekad yang kuat untuk

melakukan latihan fisik serta menerapkannya maka akan memiliki pengaruh dalam

kebugaran jasmani pada remaja.

Berbagai cara untuk memperoleh kebugaran jasmani diantaranya adalah

suasana dan keadaan kelas yang menyenangkan dan memberikan motivasi pada

peserta didik khususnya dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang

menarik minat serta menyenangkan dengan dorongan yang membuat iklim kelas

pendidikan jasmani memberikan semangat peserta didik akan memberinya

pemahaman tentang aktif dalam aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur,

berulang dan memiliki tujuan untuk memperbaiki serta mempertahankan segenap

komponen kebugaran dalam tubuh seseorang. Pembelajaran pendidikan jasmani

yang berkualitas memberikan dasar bagi gaya hidup sehat dan aktif yang

mendukung semua pembelajaran dan bantuan memastikan kesuksesan dalam

pengajaran masa depan (Diamond, 2015). Melalui pendidikan jasmani peserta didik

dapat diarahkan untuk dapat melakukan latihan fisik yang tepat untuk mendapatkan

manfaat yang maksimal sehingga kebugaran jasmani dapat diperoleh seiring

dengan berjalannya kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dan harapan yang

lebih baik dapat melakukan aktivitas fisik pada waktu luang mereka.

Menerapkan sleep hygiene adalah salah satu cara memperoleh kebugaran

jasmani. Sleep hygiene atau pola tidur bersih sebagai seperangkat rekomendasi

perilaku dan lingkungan yang dimaksudkan untuk mempromosikan tidur yang sehat
124

didorong untuk meningkatkan kualitas tidur dengan menghindari gangguan yang

memungkinkan muncul misalnya, menghindari kafein, menghilangkan kebisingan

dari lingkungan tidur, pertahankan jadwal tidur yang teratur, dan latihan fisik secara

konsisten (Irish et al., 2016). Mematuhi tahapan dan rekomendasi sleep hygiene

yang tepat akan memperoleh kualitas tidur yang optimal sehingga membantu

terjaganya kebugaran jasmani seseorang. Remaja yang menerapkan sleep hygiene

dapat diartikan telah menciptakan lingkungan yang dapat memungkinkan tidur

nyenyak, cukup, dan nyaman sehingga merasa energik, waspada, dan seimbang

secara mental dan emosional setiap hari (Kaneita et al., 2007). Mengaplikasikan

sleep hygiene membantu meminimalisir dan mengatasi gangguan pola tidur pada

remaja. Menurut (Kansagra, 2020) untuk menerapkan sleep hygiene pada remaja

harus dilaksanakan secara disiplin dengan menjaga jadwal tidur yang konsisten,

menjaga lingkungan tidur tetap sejuk dan bebas dari kebisingan, serta menghindari

segala sesuatu yang menganggu tidur (Kansagra, 2020). Supaya mendapatkan hasil

kualitas tidur dilanjutkan memperoleh kebugaran yang baik maka petunjuk praktis

harus diperhatikan dengan benar.

Niat merupakan gambaran faktual dari kesiapan individu untuk melakukan

suatu perilaku atau sebuah tindakan (Hidayah & Haryani, 2012). Niat dalam latihan

fisik yang sugguh-sungguh diterapkan semakin besar peluang untuk mendapatkan

kebugaran jasmani. Beberapa faktor penyebab seseorang melakukan latihan fisik,

diantaranya adalah attitude toward the behavior (sikap terhadap perilaku),

subjective norm (norma subjektif), dan perceived behavioral control (kontrol

perilaku yang dirasakan). Faktor-faktor dalam niat latihan fisik yang kompleks
125

tersebut yang akan merangkai tindakan dalam latihan fisik menjadi terwujud.

Menurut (Lu et al., 2022) menegaskan bahwa konstruksi inti dari theory of planned

behavior, yaitu attitude toward the behavior (sikap terhadap perilaku), subjective

norm (norma subjektif), dan perceived behavioral control (kontrol perilaku yang

dirasakan) secara signifikan dapat memengaruhi niat latihan fisik remaja. Dalam

penelitian (Archer, 2014) latihan fisik pada remaja memberikan dampak kesehatan

yang cukup lengkap diantaranya adalah otot dan tulang dapat berfungsi secara

maksimal, peningkatan kekuatan dan daya tahan, angiogenesis dan neurogenesis,

penurunan risiko penyakit kronis seperti kelebihan berat badan dan diabetes,

peningkatan harga diri dan kesejahteraan psikologis remaja, mengurangi stres,

kecemasan, dan depresi. Menurut (Alvarez-Pitti et al., 2020) latihan fisik

merupakan obat sedangkan perilaku sedenter atau menetap dan tidak aktif dapat

menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, latihan fisik telah diidentifikasi sebagai

peluang kunci untuk menghasilkan manfaat yang besar secara signifikan, termasuk

didalamnya kebugaran jasmani seseorang (Whitehead, 2019).

Selanjutnya, data sekunder yang diperoleh peneliti pada remaja menunjukkan

bahwa peserta didik laki-laki memiliki frekuensi dalam melakukan latihan fisik

perminggu ialah lebih dari 5 kali sebesar 9%, 3 hingga 5 kali sebesar 14,4%, 1

hingga 3 kali sebesar 68,3% dan sisanya tidak melakukan latihan fisik sebesar 8,3%.

Sedangkan peserta didik perempuan memiliki frekuensi dalam melakukan latihan

fisik perminggu ialah lebih dari 5 kali sebesar 3%, 3 hingga 5 kali sebesar 3,9%, 1

hingga 3 kali sebesar 79,8% dan sisanya tidak melakukan latihan fisik sebesar 13%.

Hal ini merupakan gambaran frekuensi dalam melakukan latihan fisik setiap
126

minggu yang dijalankan oleh peserta didik remaja. Berikut adalah grafik freksuensi

latihan fisik yang dilakukan oleh remaja peserta didik yang duduk di bangku

sekolah menengah atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.

Grafik 4.4 Frekuensi Latihan Fisik Remaja SMA Negeri di Kota


Tegal

Iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik memiliki

hubungan dan saling memengaruhi dalam kebugaran jasmani remaja. Berbagai cara

dapat dilakukan untuk membentuk karakter peserta didik agar bertanggung jawab

atas dirinya dengan membangun melalui iklim kelas pendidikan jasmani yang

mengunutungkan. Salah satu tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya berbagai

macam penyakit, memperoleh kebugaran jasmani, serta mempertahankan kualitas

hidup yang baik dengan menerapkan sleep hygiene untuk memperoleh kualitas tidur

yang baik dan aktif dalam melakukan latihan fisik untuk mendapatkan kebugaran

jasmani sepanjang hayat.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

penulis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 0,00 (<0,05) antara iklim kelas

pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani dan variabel iklim kelas

pendidikan jasmani memberikan kontribusi dalam memengaruhi variabel

kebugaran jasmani sebesar 60,5% pada remaja SMA Negeri di Kota Tegal.

Mengupayakan iklim pendidikan jasmani yang bervariasi dan menarik

dapat membangkitkan semangat siswa untuk aktif sehingga kebugaran

tubuh dapat diperoleh.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 0,00 (<0,05) antara sleep

hygiene terhadap kebugaran jasmani dan variabel sleep hygiene

memberikan kontribusi dalam memengaruhi variabel kebugaran jasmani

sebesar 58,2% pada remaja SMA Negeri di Kota Tegal. Menerapkan sleep

hygiene atau pola tidur bersih dengan disiplin dan mengikuti petunjuk yang

tepat dapat memberikan kebugaran pada fisik.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 0,00 (<0,05) antara niat latihan

fisik terhadap kebugaran jasmani dan variabel niat latihan fisik memberikan

kontribusi dalam memengaruhi variabel kebugaran jasmani sebesar 53,9%

127
128

pada remaja SMA Negeri di Kota Tegal. Mengaplikasikan niat dan tekad

yang kuat dalam latihan fisik dapat mewujudkan kebugaran jasmani.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 0,00 (<0,05) antara iklim kelas

pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran

jasmani dan variabel independen secara bersama-sama memengaruhi

variabel dependen sebesar 0,00 (<0,05), serta variabel iklim kelas

pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik memberikan

kontribusi dalam memengaruhi variabel kebugaran jasmani sebesar 65,6%

pada remaja SMA Negeri di Kota Tegal. Kebugaran jasmani dapat diperoleh

melalui membangun iklim kelas pendidikan jasmani, menerapkan pola tidur

bersih, dan niat serta tekad yang kuat dalam latihan fisik dan

mempraktikannya adalah jalan untuk memperoleh kebugaran jasmani.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

penulis, maka saran dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dengan

metode menarik, dan pendekatan yang menyenangkan, sebagai contoh

dengan model pembelajaran think-pair-share, yaitu belajar dengan berpikir-

berpasangan, dan berbagi dapat digunakan untuk membangun iklim kelas

pendidikan jasmani dalam mencapai tujuan pembelajaran pendidikan

jasmani secara maksimal.


129

2. Menerapkan sleep hygiene atau pola tidur bersih dengan mengikuti petunjuk

dengan benar di kalangan remaja serta penting dari orang tua untuk

memantau pola tidur untuk mendapatkan tidur yang berkualitas.

3. Penting bagi remaja untuk memiliki niat dan tekad yang kuat dalam latihan

fisik serta dapat memprioritaskan waktu dalam mempraktikkan latihan fisik

untuk mendapatkan kebugaran fisik yang optimal.

4. Remaja perlu memahami dan meningkatkan pengetahuan terkait urgensi

kebugaran jasmani dan mengimplementasikan pola hidup aktif dan sehat

sepanjang hayat.
130

DAFTAR PUSTAKA

Ács, P., Betlehem, J., Oláh, A., Bergier, J., Melczer, C., Prémusz, V., & Makai, A.
(2020). Measurement of public health benefits of physical activity : validity
and reliability study of the international physical activity questionnaire in
Hungary. BMC Public Health, 20(Suppl 1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/s12889-020-08508-9
Ahmad, M. H., Shahar, S., Mohd Fahmi Teng, N. I., Abdul Manaf, Z., Mohd
Sakian, N. I., & Omar, B. (2014). Applying theory of planned behavior to
predict exercise maintenance in sarcopenic elderly. Clinical Interventions in
Aging, 9, 1551–1561. https://doi.org/10.2147/CIA.S60462
Ajzen, I. (1991). Theory of Planned Behaviour. Organization Behavior and Human
Decision Processes, 50, 179–211. https://doi.org/10.47985/dcidj.475
Ajzen, I. (2012). The theory of planned behavior. Handbook of Theories of Social
Psychology: Volume 1, January 2012, 438–459.
https://doi.org/10.4135/9781446249215.n22
Ajzen, I. (2020). The theory of planned behavior: Frequently asked questions.
Human Behavior and Emerging Technologies, 2(4), 314–324.
https://doi.org/10.1002/hbe2.195
Alvarez-Pitti, J., Casajús-Mallén, J. A., Leis-Trabazo, R., Lucía, A., López de Lara,
D., Moreno-Aznar, L. A., & Rodríguez-Martínez, G. (2020). Exercise as
medicine in chronic diseases during childhood and adolescence. Anales de
Pediatría, 92(3), 1–8. https://doi.org/10.1016/j.anpede.2020.01.001
Archer, T. (2014). Health Benefits of Physical Exercise for Children and
Adolescents. Journal of Novel Physiotherapies, 04(02), 2–5.
https://doi.org/10.4172/2165-7025.1000203
Ariestika, E., widiyanto, widiyanto, & Nanda, F. A. (2021). Implementasi Standar
Pedoman Nasional Terhadap Tujuan Pendidikan Jasmani. Sport Science,
21(1), 1–10. http://sportscience.ppj.unp.ac.id/index.php/jss/article/view/58
Baert, S., Omey, E., Verhaest, D., & Vermeir, A. (2015). Mister Sandman, bring
me good marks! On the relationship between sleep quality and academic
achievement. Social Science and Medicine, 130, 91–98.
https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2015.02.011
Bailey, R. (2006). General Article Physical Education and Sport in Schools : A
Review of Benefits and Outcomes. Journal of School Health, 76(8), 397–401.
Bass, R. W., Brown, D. D., Laurson, K. R., & Coleman, M. M. (2013). Physical
fitness and academic performance in middle school students. Acta Pædiatrica,
1–6. https://doi.org/10.1111/apa.12278
Biddle, S., Cury, F., Sarrazin, P., Famose, J.-P., & Durand, M. (1995). Development
of scale to measure perceived physical education class climate: A cross -
national project. British Journal of Educational Psychology, 341–358.
131

Biddle, S. J. H., Ciaccioni, S., Thomas, G., & Vergeer, I. (2019). Physical activity
and mental health in children and adolescents: An updated review of reviews
and an analysis of causality. Psychology of Sport and Exercise, 42(August),
146–155. https://doi.org/10.1016/j.psychsport.2018.08.011
Bull, F. C., Al-Ansari, S. S., Biddle, S., Borodulin, K., Buman, M. P., Cardon, G.,
Carty, C., Chaput, J. P., Chastin, S., Chou, R., Dempsey, P. C., Dipietro, L.,
Ekelund, U., Firth, J., Friedenreich, C. M., Garcia, L., Gichu, M., Jago, R.,
Katzmarzyk, P. T., … Willumsen, J. F. (2020). World Health Organization
2020 guidelines on physical activity and sedentary behaviour. British Journal
of Sports Medicine, 54(24), 1451–1462. https://doi.org/10.1136/bjsports-
2020-102955
Carrión-Pantoja, S., Prados, G., Chouchou, F., Holguín, M., Mendoza-Vinces, Á.,
Expósito-Ruiz, M., & Fernández-Puerta, L. (2022). Insomnia Symptoms,
Sleep Hygiene, Mental Health, and Academic Performance in Spanish
University Students: A Cross-Sectional Study. Journal of Clinical Medicine,
11(7), 1–13. https://doi.org/10.3390/jcm11071989
Castillo, I., Molina-García, J., Estevan, I., Queralt, A., & Álvarez, O. (2020).
Transformational Teaching in Physical Education and Students’ Leisure-Time
Physical Activity: The Mediating Role of Learning Climate, Passion and Self-
Determined Motivation. International Journal of Environmental Research and
Public Health, 17(13), 1–16. https://doi.org/10.3390/ijerph17134844
Chaddha, A., Jackson, E. A., Richardson, C. R., & Franklin, B. A. (2017).
Technology to Help Promote Physical Activity. American Journal of
Cardiology, 119(1), 149–152. https://doi.org/10.1016/j.amjcard.2016.09.025
Chow, C. M. (2022). Sleep Hygiene Practices: Where to Now? Hygiene 2022, Vol.
2, Pages 146-151, 2(3), 146–151. https://doi.org/10.3390/HYGIENE2030013
Chulani, V. L., & Gordon, L. P. (2014). Adolescent Growth and Development.
Primary Care - Clinics in Office Practice, 41(3), 465–487.
https://doi.org/10.1016/j.pop.2014.05.002
Collins, H., Booth, J. N., Duncan, A., & Fawkner, S. (2019). The effect of resistance
training interventions on fundamental movement skills in youth: a meta-
analysis. Sports Medicine - Open, 5(1), 2–14. https://doi.org/10.1186/s40798-
019-0188-x
Conner, M. (2020). Theory of Planned Behavior. In Handbook of Sport Psychology
(pp. 1–18). https://doi.org/10.1002/9781119568124.ch1
Corbin, C. B. (2021). Conceptual physical education: A course for the future.
Journal of Sport and Health Science, 10(3), 308–322.
https://doi.org/10.1016/J.JSHS.2020.10.004
Corbin, C. B., Corbin, W. R., Welk, G. J., Welk, K. A., Corbin, C. B., & Corbin,
W. R. (2008). Concepts of Physical Fitness Active Lifestyles for Wellness
Fourteenth Edition.
132

de Castro Toledo Guimaraes, L. H., de Carvalho, L. B. C., Yanaguibashi, G., & do


Prado, G. F. (2008). Physically active elderly women sleep more and better
than sedentary women. Sleep Medicine, 9(5), 488–493.
https://doi.org/10.1016/j.sleep.2007.06.009
Diamond, A. B. (2015). The Cognitive Benefits of Exercise in Youth. Current
Sports Medicine Reports, 14(4), 320–326.
https://doi.org/10.1249/JSR.0000000000000169
Donnelly, J. E., Ed, D., Co-chair, F., Hillman, C. H., Co-chair, P. D., Ph, D., Etnier,
J. L., Ph, D., Lee, S., Ph, D., Tomporowski, P., Ph, D., Lambourne, K., Ph, D.,
Szabo-reed, A. N., & Ph, D. (2017). Physical activity, fitness, cognitive
function, and academic achievement in children: A systematic review. In
Medicine and Science in Sports and Exercise (Vol. 48, Issue 6).
https://doi.org/10.1249/MSS.0000000000000901.Physical
Efendi, V. P., & Widodo, A. (2021). Literature Review Hubungan Penggunaan
Gawai Terhadap Aktivitas Fisik Remaja. Jurnal Kesehatan Olahraga, 09(04),
17–26.
Eime, R. M., Young, J. A., Harvey, J. T., Charity, M. J., & Payne, W. R. (2013). A
systematic review of the psychological and social benefits of participation in
sport for children and adolescents : informing development of a conceptual
model of health through sport. International Journal of Behavioral Nutrition
and Physical Activity, 10(98), 2–21.
Erfle, S. E., & Gamble, A. (2015). Effects of Daily Physical Education on Physical
Fitness and Weight Status in Middle School Adolescents. Journal of School
Health, 85(1), 27–35.
Escartí, A., & Gutiérrez, M. (2001). Influence of the motivational climate in
physical education on the intention to practice physical activity or sport.
European Journal of Sport Science, 1(4), 1–12.
https://doi.org/10.1080/17461390100071406
Fletcher, G. F., Landolfo, C., Niebauer, J., Ozemek, C., Arena, R., & Lavie, C. J.
(2018). Promoting Physical Activity and Exercise. JACC, 72(14), 1622–1638.
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2018.08.2141
Garcia, M. B., Yousef, A. M. F., Pereira de Almeida, R. P., Arif, Y. M., Happonen,
A., & Barber, W. (2023). Teaching Physical Fitness and Exercise Using
Computer- Assisted Instruction: A School-Based Public Health Intervention.
https://doi.org/10.4018/978-1-6684-7164-7.ch008
Gea-garcía, G. M., González-gálvez, N., Espeso-garcía, A., Marcos-pardo, P. J., &
González-fernández, F. T. (2020). Relationship Between the Practice of
Physical Activity and Physical Fitness in Physical Education Students : The
Integrated Regulation As a Mediating Variable. Frontiers in Psychology,
11(1910), 1–14. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.01910
Gigli, G. L., & Valente, M. (2012). Should the definition of “sleep hygiene” be
antedated of a century? A historical note based on an old book by Paolo
133

Mantegazza, rediscovered: To place in a new historical context the


development of the concept of sleep hygiene. Neurological Sciences, 34(5),
755–760. https://doi.org/10.1007/s10072-012-1140-8
Gillison, F. B., Standage, M., & Skevington, S. M. (2013). The effects of
manipulating goal content and autonomy support climate on outcomes of a PE
fitness class. Psychology of Sport and Exercise, 14(3), 342–352.
https://doi.org/10.1016/j.psychsport.2012.11.011
González-gross, M., Meléndez, A., & Obesidad, D. E. L. A. (2013). Sedentarism,
active lifestyle and sport: impact on health and obesity prevention. Nutr Hosp,
28(Supl.5), 89–98.
Gulley, T., & Boggs, D. (2014). Time Perspective and the Theory of Planned
Behavior: Moderate Predictors of Physical Activity Among Central
Appalachian Adolescents. Journal of Pediatric Health Care, 28(5), 1–7.
https://doi.org/10.1016/j.pedhc.2014.02.009
Gupta, P. (2019). Subjective sleep problems and sleep hygiene among adolescents
having depression: A case-control study. Asian Journal of Psychiatry, 44,
150–155. https://doi.org/10.1016/j.ajp.2019.07.034
H Nurfadilah, S., Ahmad, R., & Julia, M. (2017). Aktivitas fisik dan screen based
activity dengan pola tidur remaja di Wates Physical activity and screen based
activity with adolescent sleep patterns in Wates. Journal of Community
Medicine and Public Health, 33(7), 343–350.
Hadiyanto. (2016). Teori dan Pegembangan Iklim Kelas dan Iklim Sekolah (1st
ed.). KENCANA.
Hashim, H., Grove, R. J., & Whipp, P. (2008). Validating the Youth Sport
Enjoyment Construct in High School Physical Education. Research Quarterly
for Exercise and Sport, 79(2), 183–194.
https://doi.org/10.1080/02701367.2008.10599482
Hauri, P. J. (2012). Sleep/Wake Lifestyle Modifications: Sleep Hygiene. In Therapy
in Sleep Medicine. Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-1-4377-1703-
7.10011-8
Herdiyana, A., & Prakoso, G. P. W. (2016). Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Yang Mengacu Pada Pembiasaan Sikap Fair Play Dan Kepercayaan Pada
Peserta Didik. Jurnal Olahraga Prestasi, 12(1), 77–85.
Hidayah, S., & Haryani. (2012). IMPLEMENTASI NIAT (INTENTION) DALAM
KEHIDUPAN KERJA. Dharma Ekonomi, 66(36), 37–39.
Inhulsen, M. M. R., Busch, V., Stralen, M. M. Van, & Kalk, R. (2022). Adolescent
sleep duration : associations with social-cognitive determinants and the
mediating role of sleep hygiene practices. Journal of Sleep Research, 1–13.
https://doi.org/10.1111/jsr.13774
Irish, L. A., Kline, C. E., Gunn, H. E., Busyee, D. J., & Hall, M. H. (2016). The
Role of Sleep Hygiene in Promoting Public Health: A Review of Empirical
134

Evidence. Sleep Med Rev, 1–31. https://doi.org/10.4324/9781351246828-5


Jalil El hangouche, A., Jniene, A., Aboudrar, S., Errguig, L., Rkain, H., Cherti, M.,
& Dakka, T. (2018). Relationship between poor quality sleep, excessive
daytime sleepiness and low academic performance in medical students.
Advances in Medical Education and Practice, 9, 631–638.
https://doi.org/10.2147/AMEP.S162350
Jiang, Z., & Jia, Z.-R. (2017). Effects of Physical Education Teachers ’ Leadership
Styles and Classroom Climate on Learning Motivation for Basketball Course.
EURASIA Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 14(4),
1351–1357. https://doi.org/10.29333/ejmste/81296
Kaneita, Y., Ohida, T., Osaki, Y., Tanihata, T., Minowa, M., Suzuki, K., Wada, K.,
Kanda, H., & Hayashi, K. (2007). Association Between Mental Health Status
and Sleep Status Among Adolescents in Japan: A Nationwide Cross-Sectional
Survey. The Journal of Clinical Psychiatry.
https://doi.org/https://doi.org/10.4088/jcp.v68n0916
Kansagra, S. (2020). Sleep Disorders in Adolescents. Pediatrics, 145(s2), 204–209.
https://doi.org/10.1542/peds.2019-2056I
Keswara, U. R., Syuhada, N., & Wahyudi, W. T. (2019). Perilaku penggunaan
gadget dengan kualitas tidur pada remaja. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(3),
233–239. https://doi.org/10.33024/hjk.v13i3.1599
Kljajevi, V., Oršoli, M., ¯devi´c, D. Ð., Trkulja-Petkovi´c, D., Jovanovi´c, R.,
Plazibat, K., Oršoli´c, M., ˇCuri´c, M., & Sporiš, G. (2022). Physical Activity
and Physical Fitness among University Students — A Systematic Review. Int.
J. Environ. Res. Public Health, 19(158), 1–12.
https://doi.org/https://doi.org/10.3390/ijerph19010158
Kumar, B., Robinson, R., & Till, S. (2015). Physical activity and health in
adolescence. Clinical Medicine, Journal of the Royal College of Physicians of
London, 15(3), 267–272. https://doi.org/10.7861/clinmedicine.15-3-267
Lampard, A. M., Maclehose, R. F., Eisenberg, M. E., Larson, N. I., Davison, K. K.,
& Neumark-Sztainer, D. (2016). Adolescents who engage exclusively in
healthy weight control behaviors: Who are they? International Journal of
Behavioral Nutrition and Physical Activity, 13(1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/s12966-016-0328-3
LeBourgeois, M. K., Giannotti, F., Cortesi, F., Wolfson, A. R., & Harsh, J. (2005).
The relationship between reported sleep quality and sleep hygiene in Italian
and American adolescents. Pediatrics, 115(1), 257–265.
https://doi.org/10.1542/peds.2004-0815H
Liu, Y., Peng, T., Zhang, S., & Tang, K. (2018). The relationship between
depression, daytime napping, daytime dysfunction, and snoring in 0.5 million
Chinese populations: Exploring the effects of socio-economic status and age.
BMC Public Health, 18(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/S12889-018-5629-
9/TABLES/3
135

Lu, Y. J., Lai, H. R., Lin, P. C., Kuo, S. Y., Chen, S. R., & Lee, P. H. (2022).
Predicting exercise behaviors and intentions of Taiwanese urban high school
students using the theory of planned behavior. Journal of Pediatric Nursing,
62, e39–e44. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2021.07.001
Lubans, D., Richards, J., Hillman, C., Faulkner, G., Beauchamp, M., Nilsson, M.,
Kelly, P., Smith, J., Raine, L., & Biddle, S. (2016). Physical activity for
cognitive and mental health in youth: A systematic review of mechanisms.
Pediatrics, 138(3), 1–13. https://doi.org/10.1542/peds.2016-1642
Machado, L., Tenório, F., Oliveira, D., & Oliveira, A. (2018). Exercise or physical
activity : which is more strongly associated with the perception of sleep quality
by adolescents? Rev Paul Pediatr, 36(3), 322–328.
Mahyarni. (2013). Sebuah Kajian Historis tentang Perilaku. Jurnal El-Riyasah,
4(1), 13–23. http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/elriyasah/article/view/17/13%0Ask25
Margaret, W. (2013). Definition of Physical Literacy and clarification of related.
ICSSPE Bull J Sport Sci Phys Educ, 29, 28–33.
https://doi.org/10.4324/9780203702697-17
Martín, A., & Raquel. (2016). Prevalence of Childhood Obesity & Eating Habits in
Primary Education. Enfermeria Global, 52–62.
Martins, J., Honório, S., & Cardoso, J. (2023). Physical fitness levels in students
with and without training capacities – A comparative study in physical
education classes. Retos, 47, 43–50.
Morwitz, V. G., & Munz, K. P. (2020). Intentions. Consumer Psychology Review,
1–16. https://doi.org/10.4324/9781315807164-9
Nader, P. R., Bradley, R. H., Houts, R. M., Mcritchie, S. L., & Brien, M. O. (2008).
Moderate-to-Vigorous Physical Activity From Ages 9 to 15 Years. JAMA,
300(3), 295–305.
Ntoumanis, N., & Standage, M. (2009). Motivation in Physical Education Classes
A self-determination theory perspective. Theory and Research in Education
Copyright, 7(2), 194–202. https://doi.org/10.1177/1477878509104324
Otravenko, O. (2021). Leisure and recreational activities of student youth in the
context of health-preservation. Journal for Educators, Teachers and Trainers,
12(3), 146–154. https://doi.org/10.47750/jett.2021.12.03.014
PennState College of Medicine. (2020). Exercise vs. Physical Activity (pp. 1–2).
https://research.med.psu.edu/oncology-nutrition-exercise/patient-
guides/exercise-vs-activity/
Piercy, K. L., Troiano, R. P., Ballard, R. M., Carlson, S. A., Fulton, J. E., Galuska,
D. A., George, S. M., & Olson, R. D. (2018). Physical Activity Guidelines for
Americans 2nd edition. In DC: U.S. Department of Health and Human
Services (Vol. 2). https://doi.org/10.1001/jama.2018.14854
136

Plotnikoff, R. C., Lubans, D. R., Costigan, S. A., Trinh, L., Spence, J. C., Downs,
S., & McCargar, L. (2011). A test of the theory of planned behavior to explain
physical activity in a large population sample of adolescents from Alberta,
Canada. Journal of Adolescent Health, 49(5), 547–549.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2011.03.006
Pranata, D., & Kumaat, N. (2022). Pengaruh Olahraga Dan Model Latihan Fisik
Terhadap Kebugaran Jasmani Remaja: Literature Review. Jurnal Universitas
Negeri Surabaya, 10(02), 107–116.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-kesehatan-
olahraga/article/view/45189
Purnama, N. L. A. (2019). Sleep Hygiene Dengan Gangguan Tidur Remaja. Jurnal
Keperawatan, 8(2), 30–36.
Ramdhani, N. (2016). Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory of Planned
Behavior. Buletin Psikologi, 19(2), 55–69.
https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/11557
Reigal, R. E., Moral-Campillo, L., Morillo-Baro, J. P., de Mier, R. J. R., Hernández-
Mendo, A., & Morales-Sánchez, V. (2020). Physical exercise, fitness,
cognitive functioning, and psychosocial variables in an adolescent sample.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(3),
1–13. https://doi.org/10.3390/ijerph17031100
Reinodt, S., Haglund, E., Bremander, A., Jarbin, H., & Larsson, I. (2022).
Adolescents’ Long-Term Experiences of Manageability, Comprehensibility,
and Meaningfulness of a Group-Based Exercise Intervention for Depression.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(5),
1–14. https://doi.org/10.3390/ijerph19052894
Rocliffe, P., Keeffe, B. O., Walsh, L., Stylianou, M., Woodforde, J., García, L.,
Wesley, G., Tara, O. B., Ian, C., Patricia, S., & Mcnamara, M. (2023). The
Impact of Typical School Provision of Physical Education , Physical Activity
and Sports on Adolescent Physical Activity Behaviors : A Systematic
Literature Review. Adolescent Research Review, 1–27.
https://doi.org/10.1007/s40894-022-00200-w
Sallis, J. F., & Mckenzie, T. L. (2013). Physical Education’s Role in Public Health
Physical Education’s Role in Public Health. RQES Forum, 62(2), 124–137.
https://doi.org/10.1080/02701367.1991.10608701
Sari, D. H. A., & Annisa, N. (2021). The Relationship of Sleep Hygiene With
Quality of Sleep in Adolescents. Proceedings of the 1st International
Conference on Sport Sciences, Health and Tourism (ICSSHT 2019), 35(Icssht
2019), 309–312. https://doi.org/10.2991/ahsr.k.210130.066
Sawyer, S. M., Azzopardi, P. S., Wickremarathne, D., & Patton, G. C. (2018). The
age of adolescence. The Lancet Child and Adolescent Health, 2(3), 223–228.
https://doi.org/10.1016/S2352-4642(18)30022-1
Schutte, N. M., Nederend, I., Hudziak, J. J., & Geus, E. J. C. De. (2016). Differences
137

in Adolescent Physical Fitness : A Multivariate Approach and Meta-analysis.


Behavior Genetics, 46(2), 217–227. https://doi.org/10.1007/s10519-015-
9754-2
Seni, N. N. A., & Ratnadi, N. M. D. (2017). Theory Of Planned Behavior Untuk
Memprediksi Niat Berinvestasi. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Udayana, 12(6), 4043–4068.
Shkola, O., Zhamardiy, V., Kyzim, P., Ramsey, I., & Zaria, L. (2022). Fitness
exercises as a means of motivation for physical education classes for high
school students. Journal for Educators, Teachers and Trainers, 13(2), 243–
251. https://doi.org/10.47750/jett.2022.13.02.023
Shkola, O., Zhamardiy, V., Saienko, V., Tolchieva, H., & Poluliashchenko, I.
(2021). The Structure Model of Methodical System Usage Fitness-Technology
in Student Physical Education. International Journal of Applied Exercise
Physiology (IJAEP), 9(10), 89–96.
Shriane, A. E., Russell, A. M. T., Ferguson, S. A., Rigney, G., & Vincent, G. E.
(2020). Sleep hygiene in paramedics: What do they know and what do they
do? Sleep Health, 6(3), 321–329. https://doi.org/10.1016/j.sleh.2020.04.001
Silva, A., Ferraz, R., Forte, P., Teixeira, J. E., & Marinho, D. A. (2022). Classes in
School Context : Theoretical Considerations and Future Perspectives. Sports,
10(89), 1–11. https://doi.org/https://doi.org/10.3390/sports10060089
Soini, M., Liukkonen, J., Watt, A., Yli-Piipari, S., & Jaakkola, T. (2014). Factorial
Validity and Internal Consistency of the Motivational Climate in Physical
Education Scale. Journal of Sports Science and Medicine, 13, 137–144.
http://www.jssm.org
Strong et al. (2005). EVIDENCE BASED PHYSICAL ACTIVITY FOR
SCHOOL-AGE YOUTH. Origianal Articles, 146(6), 732–737.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2005.01.055
Sucipto, Hidayat, Y., & Rustandi, E. (2019). Konstruksi enjoyment : dasar-dasar
konseptual pengembangan skala psikologis. Jurnal Pendidikan Jasmani
Indonesia, 15(2), 80–86. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji
Sulistia, T., Djamahar, R., & Rahayu, S. (2018). Hubungan kualitas tidur dan
aktivitas fisik dengan hasil belajar kognitif sistem koordinasi manusia. Jurnal
Penelitian Pendidikan Biologi, 2(2), 113–120.
Sumekto, D. R., Setyawati, H., & Warsito, R. (2020). The Determinants of
Lecturers ’ Classroom Management as Depicted in Their Teaching
Performance. Pedagogika, 139(3), 136–156.
Suni, Eric., & Vyas, Nilong. (2023). Mastering Sleep Hygiene: Your Path to
Quality Sleep. https://www.sleepfoundation.org/ (diakses10 Desember 2023).
US Department of Health and Human Services. (2008). 2008 Physical Activity
Guidelines for Americans.
138

Vandoni, M., Codella, R., Pippi, R., Pellino, V. C., Lovecchio, N., Marin, L.,
Silvestri, D., Gatti, A., Magenes, V. C., Regalbuto, C., Fabiano, V., Zuccotti,
G., & Calcaterra, V. (2021). Combatting sedentary behaviors by delivering
remote physical exercise in children and adolescents with obesity in the covid-
19 era: A narrative review. Nutrients, 13(12), 1–19.
https://doi.org/10.3390/nu13124459
Vyazovskiy, V. V. (2015). Sleep, recovery, and metaregulation: explaining the
benefits of sleep. Nature and Science of Sleep, 7, 171–184.
Whitehead, M. (2019). Physical literacy across the world. In Physical Literacy
across the World. https://doi.org/10.4324/9780203702697
Wolfson, A. R., Harkins, E., Johnson, M., & Marco, C. (2015). Effects of the Young
Adolescent Sleep Smart Program on sleep hygiene practices, sleep health
efficacy, and behavioral well-being. Sleep Health, 1(3), 197.
https://doi.org/10.1016/J.SLEH.2015.07.002
World Health Organization. (2018). Global Standards for Health Promoting
Schools. In WHO. https://www.who.int/publications/i/item/global-standards-
for-health-promoting-schools
Yuksel, H. S., Şahin, F. N., Maksimovic, N., Drid, P., & Bianco, A. (2020). School-
Based Intervention Programs for Preventing Obesity and Promoting Physical
Activity and Fitness: A Systematic Review. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(1), 1–22.
https://doi.org/10.3390/ijerph17010347
Yulianti, E., & Roji. (2017). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
SMP/MTs Kelas VIII.
LAMPIRAN

139
140

Lampiran 1
SURAT KEPUTUSAN DOSEN PEMBIMBING TESIS
141

Lampiran 2

PERSETUJUAN PEMBIMBING (PROPOSAL TESIS)

Proposal tesis dengan judul “PENGARUH IKLIM KELAS PENDIDIKAN


JASMANI, SLEEP HYGIENE, DAN NIAT LATIHAN FISIK TERHADAP
KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA” karya,

nama : Erzha Choiry Nissa

NIM : 0602521040
Program Studi : Pendidikan Olahraga
telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Seminar Proposal Tesis.

Semarang, 7 Februari 2023

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Heny Setyawati, M. Si. Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd.
NIP.196706101992032001 NIP. 197412151997031004
142

Lampiran 3

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “PENGARUH IKLIM KELAS PENDIDIKAN JASMANI,


SLEEP HYGIENE, DAN NIAT LATIHAN FISIK TERHADAP KEBUGARAN
JASMANI PADA REMAJA” karya,

Nama : Erzha Choiry Nissa

NIM : 0602521040
Program Studi : Pendidikan Olahraga
telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang, 13 Desember 2023

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Heny Setyawati, M. Si. Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd.
NIP.196706101992032001 NIP. 197412151997031004
143

Lampiran 4
PERSETUJUAN TIM PENGUJI PROPOSAL TESIS

Proposal tesis dengan judul “PENGARUH IKLIM KELAS PENDIDIKAN


JASMANI, SLEEP HYGIENE, DAN NIAT LATIHAN FISIK TERHADAP
KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA” karya,

nama : Erzha Choiry Nissa

NIM : 0602521040
Program Studi : Pendidikan Olahraga
telah diseminarkan pada tanggal 21 Maret 2023 dan telah direvisi sesuai dengan
masukan tim penilai.
Semarang, 16 Mei 2023

Ketua Penguji Penguji I

Prof. Dr. Setya Rahayu, M.S. Dr. Agus Raharjo, M.Pd.


NIP. 196111101986012001 NIP. 19820828006041003

Penguji II, Penguji III,

Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd. Prof. Dr. Heny Setyawati, M. Si.
NIP. 197412151997031004 NIP.196706101992032001
144

Lampiran 5
SURAT TUGAS PENGUJI PROPOSAL TESIS
145

Lampiran 6
SURAT IZIN PENELITIAN SMA NEGERI 1 KOTA TEGAL
146

SURAT IZIN PENELITIAN SMA NEGERI 2 KOTA TEGAL


147

SURAT IZIN PENELITIAN SMA NEGERI 3 KOTA TEGAL


148

SURAT IZIN PENELITIAN SMA NEGERI 4 KOTA TEGAL


149

SURAT IZIN PENELITIAN SMA NEGERI 5 KOTA TEGAL


150

Lampiran 7
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN
DI SMA NEGERI 1 KOTA TEGAL
151

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN


DI SMA NEGERI 2 KOTA TEGAL
152

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN


DI SMA NEGERI 3 KOTA TEGAL
153

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN


DI SMA NEGERI 4 KOTA TEGAL
154

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN


DI SMA NEGERI 5 KOTA TEGAL
155

Lampiran 8
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
SISWA MENGISI ANGKET PENELITIAN

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN


156
REKAP SKOR ANGKET UJI COBA PHYSICAL EDUCATION CLIMATE CLASSROOM SCALE

Lampiran 9
No Physical Education Climate Classroom Scale (X1)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 5 4 5 3 3 2 2 3 3
2 3 3 3 5 5 3 3 4 4 3 4 5 3 4 4 3 3 3 3 5 5 5 3 4 3 4 2 3
3 4 3 3 5 5 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 2 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3
6 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3
7 3 3 4 4 4 3 3 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 4 3 3 2 3 3
8 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 2 2 1 4
9 2 3 3 4 4 5 4 4 4 5 5 3 3 5 5 4 4 4 4 2 3 5 5 3 1 1 1 1
10 5 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 4 2 3 3 3
11 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
12 3 5 4 4 5 5 3 5 5 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 3 5 5 3 3 3 3 3 3
13 3 3 4 3 3 4 3 3 5 5 5 5 4 4 3 3 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 2 3
14 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4
15 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 5 5 2 4 4 4 4 3 2 2 2 4
16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17 4 5 5 4 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 3 5 1 4 1 2
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
20 3 4 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 3 3 3 4 3 4 4 5 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 2 3

157
No Physical Education Climate Classroom Scale (X1)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
22 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 4 4
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 5 5 5 4 2 2 2 2 3 5
25 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 1 1 1 4
26 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 4 4 5 1 2 3 2
27 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 2 2 2 4

158
REKAP SKOR ANGKET UJI COBA SLEEP HYGIENE SCALE

Lampiran 10
No Sleep Hygiene Scale (X2)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 2 3 5 5 3 4 3 3 3 5 4 5 4 5 4 5 3 5 4 4 2 2 5 3 5 5 3 4
2 2 2 5 5 2 5 2 2 4 3 3 3 3 2 3 4 4 5 5 3 1 5 3 3 1 1 1 3
3 3 5 5 5 2 2 3 2 4 4 2 3 4 4 4 3 4 5 5 2 4 4 5 4 4 3 3 2
4 5 3 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3
5 2 3 5 5 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3
6 2 4 5 5 3 5 3 3 2 3 2 4 3 5 5 5 3 5 5 5 3 1 5 3 4 5 4 4
7 1 3 5 5 3 5 1 3 3 3 1 1 1 5 3 5 5 1 1 5 5 4 4 1 2 2 2 3
8 4 1 5 5 5 5 3 3 4 3 4 2 2 5 5 5 5 4 4 5 3 1 5 2 2 2 1 1
9 1 3 5 5 1 4 1 2 1 3 1 1 1 4 3 4 5 2 3 1 1 5 5 3 1 3 1 4
10 2 3 5 5 1 5 3 3 1 3 2 3 2 3 4 4 3 2 1 2 2 4 4 3 3 3 3 3
11 2 4 4 4 4 2 2 2 2 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3
12 2 5 5 5 1 3 1 1 1 3 1 1 1 4 5 4 4 1 1 3 3 3 5 1 1 1 4 1
13 1 5 5 5 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 1 2 5 2 2 5 1 3 3 3 3
14 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 2 5 5 5 5 2 2 5 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 4 5 5 3 2 3
16 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 2
17 1 5 3 2 2 2 1 1 3 3 3 4 4 4 3 1 5 3 5 4 2 3 5 3 3 4 4 1
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 5 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
20 5 3 3 5 5 5 3 5 3 5 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 2 2 3 5 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 4 4 2 4 2 2 2

159
No Sleep Hygiene Scale (X2)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
22 2 4 4 4 3 2 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 2 4 4
23 3 3 3 4 4 5 3 3 3 4 5 3 3 3 4 4 4 5 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3
24 1 2 1 2 1 5 1 3 2 3 2 3 3 5 5 3 3 5 3 5 1 1 3 1 2 5 2 1
25 1 2 1 4 1 1 1 3 1 4 1 1 1 4 4 1 3 3 5 5 1 3 5 3 4 3 1 2
26 2 2 3 5 4 2 1 2 2 3 1 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 5 3 2 3 2 2 5
27 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 3 5 5 5 5 5 3 3 3 5 3 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

160
REKAP SKOR ANGKET UJI COBA INTENTIONS OF PHYSICAL EXERCISE FOR ADOLESCENTS

Lampiran 11
No Intentions Of Physical Exercise For Adolescents (X3)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 3 5 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3
2 4 3 4 1 2 3 4 4 3 3 3 4 4 1 3 4 2 2 4 4
3 4 2 4 4 4 4 2 3 3 2 4 5 5 2 3 4 3 3 5 5
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
5 3 2 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4
6 4 5 4 5 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 5
7 5 5 5 3 3 3 4 3 5 2 3 5 5 3 5 3 3 2 5 5
8 3 2 4 4 5 3 2 2 4 2 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4
9 2 3 4 3 2 2 1 1 3 1 1 5 3 4 5 4 4 3 5 5
10 3 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
11 4 4 5 3 4 5 5 5 5 5 4 4 5 2 5 5 4 3 4 4
12 5 3 5 3 1 4 4 4 4 3 2 3 3 2 1 5 1 2 5 5
13 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1
16 4 3 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4
17 5 3 4 3 3 3 4 4 5 5 5 3 4 5 4 5 1 2 4 3
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4

161
No Intentions Of Physical Exercise For Adolescents (X3)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
22 4 2 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 5 4 5 5 5 3 4 4 4 4 3 5 5 5 3 4 5 3 4 5
25 5 4 5 3 4 5 5 3 3 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
26 5 4 5 5 2 4 3 5 3 5 3 4 3 2 5 4 4 4 4 5
27 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3
30 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 3 3 3

162
163

Lampiran 12

REKAPITULASI UJI VALIDITAS


ANGKET PHYSICAL EDUCATION CLIMATE CLASSROOM SCALE
rtabel = 0,361 , N = 30 , Taraf Signifikansi 0,05

Nomor Pearson Kriteria


Item Corelation
1 .484** Valid
**
2 .686 Valid
**
3 .812 Valid
**
4 .777 Valid
**
5 .804 Valid
**
6 .738 Valid
**
7 .700 Valid
**
8 .634 Valid
**
9 .625 Valid
**
10 .681 Valid
**
11 .650 Valid
**
12 .715 Valid
**
13 .711 Valid
**
14 .594 Valid
**
15 .6S17 Valid
**
16 .563 Valid
**
17 .652 Valid
**
18 .588 Valid
**
19 .655 Valid
**
20 .561 Valid
**
21 .588 Valid
**
22 .525 Valid
*
23 .410 Valid
*
24 .448 Valid
25 -.317 Tidak Valid
26 -.155 Tidak Valid
27 -.154 Tidak Valid
28 .310 Tidak Valid
*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
164

Lampiran 13

HASIL UJI RELIABILITAS


ANGKET PHYSICAL EDUCATION CLIMATE CLASSROOM SCALE

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.939 24

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X101 85.6000 135.834 .407 .939
X102 85.6333 132.516 .641 .936
X103 85.6000 130.041 .752 .934
X104 85.3667 130.792 .739 .934
X105 85.3333 129.885 .769 .934
X106 85.4333 130.599 .710 .935
X107 85.7000 131.872 .662 .935
X108 85.3333 132.989 .594 .936
X109 85.6000 135.076 .582 .937
X110 85.4333 132.806 .667 .935
X111 85.5000 132.397 .618 .936
X112 85.5667 131.840 .662 .935
X113 85.8667 133.706 .669 .936
X114 85.8667 133.292 .645 .936
X115 85.8000 132.855 .632 .936
X116 85.9333 135.789 .585 .937
X117 85.6333 133.068 .651 .936

164
165

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X118 85.7667 134.530 .576 .937
X119 85.7667 131.771 .623 .936
X120 85.6000 134.386 .482 .938
X121 85.7000 134.700 .504 .938
X122 85.5333 134.395 .498 .938
X123 86.0000 137.310 .444 .938
X124 85.8667 135.982 .449 .938
166

Lampiran 14

REKAPITULASI UJI VALIDITAS


ANGKET SLEEP HYGIENE SCALE

rtabel = 0,361 , N = 30 , Taraf Signifikansi 0,05


Nomor Pearson Kriteria
Item Corelation
1 .401* Valid
2 .256 Tidak Valid
3 .434* Valid
4 .368* Valid
5 .591** Valid
6 .380* Valid
7 .663** Valid
8 .424* Valid
9 .566** Valid
10 .556** Valid
11 .620** Valid
12 .690** Valid
13 .548** Valid
14 .187 Tidak Valid
15 .288 Tidak Valid
16 .483** Valid
17 .151 Tidak Valid
18 .559** Valid
19 .374* Valid
20 .144 Tidak Valid
21 .415* Valid
22 -.398* Tidak Valid
23 .028 Tidak Valid
24 .428* Valid
25 .463** Valid
26 .400* Valid
27 .376* Valid
28 .264 Tidak Valid
*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
167

Lampiran 15
HASIL UJI RELIABILITAS
ANGKET SLEEP HYGIENE SCALE

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.839 20

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X201 56.9667 95.206 .451 .831
X202 55.5000 98.534 .236 .842
X203 55.1000 100.369 .204 .842
X204 56.5000 90.672 .583 .823
X205 56.0333 97.620 .260 .841
X206 57.0000 92.828 .708 .821
X207 56.5667 97.289 .439 .831
X208 56.7333 95.306 .556 .827
X209 56.1000 98.093 .453 .831
X210 56.7333 91.030 .668 .820
X211 56.4667 91.430 .674 .820
X212 56.5667 94.392 .559 .826
X213 56.1333 98.326 .295 .838
X214 56.1000 92.231 .494 .828
X215 56.3000 98.631 .256 .840
168

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X216 56.7333 99.237 .306 .837
X217 56.7667 97.564 .418 .832
X218 56.5000 96.879 .396 .833
X219 56.4667 99.154 .283 .838
X220 56.7000 100.286 .265 .838
169

Lampiran 16

REKAPITULASI UJI VALIDITAS


ANGKET INTENTIONS OF PHYSICAL EXERCISE FOR ADOLESCENTS
rtabel = 0,361 , N = 30 , Taraf Signifikansi 0,05

Nomor Pearson Kriteria


Item Corelation
1 .773** Valid
2 .466** Valid
3 .815** Valid
4 .362* Valid
5 .448* Valid
6 .672** Valid
7 .597** Valid
8 .378* Valid
9 .574** Valid
10 .554** Valid
11 .536** Valid
12 .650** Valid
13 .743** Valid
14 .377* Valid
15 .485** Valid
16 .667** Valid
17 .416* Valid
18 .387* Valid
19 .608** Valid
20 .655** Valid
*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
170

Lampiran 17

HASIL UJI RELIABILITAS


ANGKET INTENTIONS OF PHYSICAL EXERCISE FOR ADOLESCENTS

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.876 20

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X301 63.7000 73.666 .730 .861
X302 64.3000 79.459 .398 .872
X303 63.5333 74.326 .784 .860
X304 63.9333 79.237 .252 .880
X305 64.2000 79.131 .370 .873
X306 64.0667 77.651 .630 .866
X307 64.2000 76.786 .533 .868
X308 64.2000 80.441 .300 .876
X309 63.9000 78.645 .521 .869
X310 64.2000 77.131 .482 .870
X311 64.1667 78.351 .472 .870
X312 63.7333 76.892 .598 .866
X313 63.8667 75.361 .702 .863
X314 64.5333 79.085 .271 .879
X315 64.0000 77.931 .402 .873
171

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X316 63.7667 77.082 .620 .866
X317 64.2667 79.099 .327 .876
X318 64.5333 81.016 .321 .874
X319 63.8333 76.144 .541 .868
X320 63.6667 74.506 .588 .866
172

Lampiran 18

KUESIONER PHYSICAL EDUCATION CLASSROOM CLIMATE SCALE


(PECCS)
Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
Di dalam kelas pendidikan jasmani …
1. Saya merasa puas ketika mempelajari
keterampilan dan permainan baru
2. Saya biasanya mempelajari sesuatu yang
baru dan merasa senang dengan hal ini
3. Saya merasa apa yang saya dipelajari akan
membuat lebih banyak berlatih
4. Saya merasa senang ketika mencoba
keterampilan yang dipelajari dengan benar
5. Saya merasa puas ketika melakukan
keterampilan yang telah saya pelajari
dengan benar
6. Saya merasa belajar dengan target adalah
hal yang penting
7. Saya merasa guru pendidikan jasmani
senang ketika saya belajar sesuatu yang
baru
8. Saya merasa guru pendidikan jasmani
sebuah kesalahan adalah bagian dari
pembelajaran
9. Saya merasa guru melanjutkan
pembelajaran ketika telah memastikan
peserta didiknya telah mengerti bagaimana
melakukan keterampilan yang baru
10. Saya merasa guru puas ketika peserta
didik berusaha dengan keras sehingga
kemampuan peserta didik meningkat
11. Saya merasa guru senang ketika semua
peserta didik dapat meningkatkan
keterampilannya
12. Saya merasa guru memberikan perhatian
khusus pada peserta didik yang belum
menguasai keterampilan
13. Saya diberikan kesempatan untuk
merencanakan kegiatan pembelajaran
bersama guru
14. Saya diberikan kesempatan untuk menilai
diri sendiri
173

15. Saya diberikan kesempatan untuk


mengatakan apa yang saya pikirkan
tentang kegiatan tertentu
16. Saya memiliki kesempatan untuk memilih
kegiatan yang ingin diikuti
17. Saya merasa guru peduli kepada peserta
didik
18. Saya merasa guru memiliki
kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu pada peserta didik
19. Saya merasa guru dapat menjadi sosok
teman daripada sosok otoritas
20. Saya berusaha lebih baik dari peserta didik
lain
21. Saya mencoba mendapatkan penghargaan
dengan melakukan hal dengan lebih baik
dari peserta didik yang lain
22. Saya merasa puas ketika berhasil menjadi
lebih baik dari pada peserta didik yang
lain
23. Saya merasa peserta didik yang berhasil
adalah mereka yang lebih baik dalam
melakukan keterampilan
24. Saya menganggap penting bagi seorang
peserta didik untuk menunjukkan bahwa ia
lebih baik dalam keterampilan daripada
peserta didik yang lain
174

Lampiran 19

KUESIONER ADOLESCENTS SLEEP HYGIENE SCALE (ASHS)


Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
1. Saya tidur siang yang berlangsung lebih
dari 1 jam
2. Setelah pukul 18:00, saya merokok atau
mengunyah tembakau
3. Setelah pukul 18:00, saya minum bir
(atau minuman yang mengandung
alkohol)
4. Selama 1 jam sebelum tidur, hal-hal
terjadi yang membuat saya merasakan
emosi yang kuat (misalnya, sedih,
marah, gembira)
5. Selama 1 jam sebelum tidur, saya sangat
aktif (misalnya: bermain di luar, berlari,
bergulat)
6. Selama 1 jam sebelum tidur, saya
melakukan hal-hal yang membuat saya
merasa sangat terjaga (misalnya,
bermain video game, menonton televisi,
berbicara di telepon)
7. Selama 1 jam sebelum tidur, saya
meminum 4 gelas air (atau cairan
lainnya)
8. Saya pergi tidur dan melakukan hal-hal
di tempat tidur saya yang membuat saya
tetap terjaga (misalnya, menonton
televisi, membaca)
9. Saya pergi tidur dengan perasaan kesal
10. Saya pergi tidur dan memikirkan hal-hal
yang perlu saya lakukan
11. Saya pergi tidur dan memutar ulang
kejadian hari itu berulang-ulang dalam
pikiran saya
12. Saya pergi tidur dan khawatir tentang
hal-hal yang terjadi di rumah atau di
sekolah
13. Saya tertidur sambil mendengarkan
musik yang keras
14. Saya tertidur di ruangan yang terang
benderang (misalnya, lampu di atas
kepala menyala)
175

15. Saya tertidur di ruangan yang terasa


terlalu panas atau terlalu dingin
16. Saya menggunakan tempat tidur untuk
hal-hal selain tidur (misalnya, berbicara
di telepon, menonton televisi, bermain
video game, mengerjakan pekerjaan
rumah)
17. Saya memeriksa jam saya beberapa kali
pada malam hari
18. Selama seminggu sekolah, saya
begadang setidaknya 1 jam melewati
waktu tidur saya yang biasa
19. Selama seminggu sekolah, saya tidur
lebih dari 1 jam melewati waktu bangun
saya yang biasa
20. Pada akhir pekan, saya begadang lebih
dari 1 jam melewati waktu tidur saya
yang biasa
176

Lampiran 20

KUESIONER INTENTIONS OF PHYSICAL EXERCISE FOR ADOLESCENTS


Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
1. Saya menilai latihan fisik adalah hal yang
penting untuk dilakukan.
2. Saya merasa setelah berolahraga badan terasa
sakit.
3. Saya ingin lebih sehat dengan melakukan latihan
fisik.
4. Saya kelelahan setelah latihan fisik.
5. Saya tidak termotivasi untuk latihan fisik.
6. Saya berada dalam lingkungan yang mendukung
saya untuk berpartisipasi dalam latihan fisik
secara teratur.
7. Saya mendapat pengaruh teman-teman untuk
melakukan latihan fisik.
8. Saya merasa apabila tidak latihan fisik dianggap
malas oleh teman-teman.
9. Saya mendapat dukungan keluarga untuk
melakukan latihan fisik.
10. Saya latihan fisik bersama teman.
11. Saya menilai berlatih fisik itu mudah.
12. Saya yakin keputusan untuk latihan fisik adalah
keputusan saya sendiri.
13. Saya yakin bahwa saya dapat melakukan latihan
fisik dengan teratur.
14. Saya melakukan latihan fisik ketika merasa
tubuh mulai tidak sehat.
15. Saya melakukan latihan fisik setelah mengetahui
manfaatnya.
16. saya melakukan latihan fisik ketika badan sehat.
17. Saya tidak memiliki waktu untuk latihan fisik
karena sibuk mengurus hewan peliharaan.
18. Saya telah melakukan banyak aktivitas sehari-
hari sehingga tidak perlu untuk latihan fisik.
19. Saya memiliki rencana untuk latihan fisik secara
teratur.
20. Saya latihan fisik untuk diri saya sendiri.
177

Lampiran 21

REKAP SKOR ANGKET PHYSICAL EDUCATION CLIMATE


CLASSROOM SCALE, SLEEP HYGIENE SCALE, INTENTIONS OF
PHYSICAL EXERCISE FOR ADOLESCENTS, DAN KEBUGARAN
JASMANI PADA REMAJA

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
1 52 51 37 70
2 53 20 44 60
3 79 73 65 75
4 77 63 62 75
5 75 56 57 65
6 94 81 73 90
7 56 51 80 70
8 62 47 50 60
9 66 61 59 85
10 84 68 65 75
11 63 51 52 60
12 92 73 80 90
13 63 50 52 60
14 80 62 77 75
15 63 45 46 60
16 72 51 47 60
17 83 69 66 85
18 71 61 64 70
19 74 63 58 70
20 56 44 67 65
21 98 73 81 90
22 59 51 56 65
23 60 57 49 65
24 98 78 82 85
25 63 58 50 65
26 97 82 79 85
27 92 77 85 85
28 60 61 45 60
29 99 76 82 90
30 59 40 55 60
178

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
31 57 34 54 70
32 79 68 71 65
33 53 58 55 60
34 58 55 58 65
35 100 75 85 90
36 59 49 51 65
37 93 81 80 95
38 91 81 76 90
39 53 65 52 60
40 61 41 46 65
41 93 82 85 95
42 79 49 50 75
43 79 73 72 80
44 72 49 43 60
45 97 82 83 95
46 60 61 70 80
47 61 54 47 65
48 74 54 59 80
49 89 78 64 65
50 89 81 76 90
51 66 49 54 60
52 68 67 59 80
53 62 45 51 70
54 80 75 66 75
55 86 60 49 85
56 93 77 74 85
57 80 72 73 70
58 94 84 84 95
59 91 75 79 85
60 63 52 47 60
61 98 79 79 85
62 78 78 63 75
63 55 48 53 70
64 92 74 73 65
65 81 61 58 70
66 56 42 57 65
67 63 56 52 65
179

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
68 55 51 63 60
69 64 48 49 70
70 79 68 70 75
71 66 44 49 60
72 98 87 81 90
73 65 44 48 60
74 86 71 66 75
75 96 77 78 90
76 85 74 67 70
77 49 47 52 60
78 69 55 58 80
79 85 77 68 75
80 96 81 78 90
81 65 52 53 60
82 94 71 83 70
83 85 68 63 65
84 61 55 49 70
85 58 48 49 60
86 73 61 50 90
87 89 75 67 85
88 59 43 52 60
89 104 80 74 95
90 72 57 66 70
91 55 45 55 65
92 76 53 52 80
93 95 82 83 85
94 68 46 54 65
95 55 44 50 65
96 55 45 48 60
97 98 80 80 95
98 90 79 76 90
99 69 58 63 70
100 61 53 80 60
101 68 43 55 70
102 58 44 44 65
103 86 50 59 75
104 67 47 49 65
180

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
105 53 58 80 60
106 94 82 83 95
107 66 50 55 70
108 99 80 83 95
109 70 68 49 75
110 59 46 80 60
111 100 82 79 85
112 80 66 72 65
113 63 47 55 70
114 63 57 49 70
115 69 61 61 70
116 57 43 80 60
117 50 52 57 65
118 78 59 53 90
119 79 74 65 75
120 93 77 80 90
121 55 51 52 60
122 64 45 45 60
123 75 63 60 85
124 70 60 63 70
125 57 52 54 65
126 98 82 75 90
127 76 80 63 75
128 62 50 55 65
129 98 78 75 85
130 88 63 73 70
131 57 51 33 60
132 58 49 56 65
133 74 69 73 75
134 98 78 81 95
135 93 76 82 95
136 91 62 73 70
137 66 54 55 65
138 104 80 78 85
139 59 48 53 60
140 96 84 77 95
141 91 62 73 80
181

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
142 83 70 68 80
143 64 57 46 70
144 87 73 75 85
145 60 55 58 65
146 69 54 68 80
147 81 68 73 70
148 64 46 43 65
149 97 83 81 95
150 78 46 55 80
151 79 60 64 75
152 43 60 42 60
153 57 57 45 60
154 99 70 76 90
155 52 50 48 70
156 80 61 76 85
157 60 47 55 65
158 71 54 66 75
159 67 52 59 70
160 49 57 42 65
161 78 48 56 80
162 90 85 85 95
163 57 55 58 60
164 68 60 54 60
165 78 70 64 75
166 66 49 50 65
167 73 59 60 90
168 97 81 74 95
169 101 73 75 85
170 88 74 69 65
171 59 53 54 60
172 60 58 54 70
173 62 57 55 65
174 79 73 76 85
175 53 52 61 70
176 79 62 69 80
177 61 48 55 70
178 100 83 74 85
182

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
179 96 66 68 70
180 66 45 50 70
181 74 45 58 65
182 61 57 46 65
183 62 46 49 70
184 94 81 81 95
185 57 44 47 70
186 76 65 67 90
187 92 82 77 85
188 74 68 71 75
189 61 61 64 90
190 80 74 65 85
191 71 50 49 65
192 63 53 58 70
193 58 58 45 65
194 82 72 74 75
195 67 49 50 65
196 98 84 78 95
197 79 56 68 80
198 81 69 74 85
199 74 78 69 80
200 64 53 54 65
201 77 64 64 85
202 72 69 49 80
203 60 52 50 60
204 58 60 43 60
205 64 64 59 90
206 87 65 73 85
207 83 66 76 80
208 50 49 46 70
209 94 71 74 65
210 106 81 81 90
211 60 51 52 70
212 55 46 53 65
213 83 75 81 70
214 54 48 48 70
215 81 69 53 75
183

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
216 70 67 75 75
217 93 81 79 95
218 78 64 71 80
219 81 77 72 85
220 64 44 57 70
221 66 54 52 60
222 59 48 55 70
223 71 57 66 90
224 87 63 60 70
225 90 75 79 90
226 51 48 45 60
227 87 83 77 90
228 99 87 79 90
229 74 57 64 80
230 62 50 49 60
231 65 50 52 65
232 59 53 52 60
233 97 82 82 85
234 62 47 53 60
235 52 53 47 65
236 96 85 81 85
237 79 71 68 90
238 72 64 67 85
239 64 52 46 65
240 60 51 59 60
241 55 56 54 60
242 100 79 78 85
243 98 82 79 95
244 101 72 67 70
245 60 52 49 70
246 64 51 36 65
247 55 50 48 65
248 66 49 53 60
249 62 51 63 60
250 62 52 51 70
251 100 80 72 90
252 59 44 52 65
184

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
253 78 55 67 85
254 63 51 48 60
255 64 52 48 65
256 85 73 72 80
257 76 74 68 85
258 61 74 50 70
259 94 82 74 95
260 99 80 81 85
261 85 63 72 80
262 65 48 66 90
263 96 78 79 95
264 82 77 63 80
265 59 53 52 65
266 96 74 68 85
267 59 53 61 70
268 62 42 45 65
269 54 45 50 70
270 99 78 89 90
271 59 50 44 60
272 65 52 55 65
273 93 86 82 95
274 82 83 73 85
275 51 42 42 65
276 61 63 65 70
277 61 53 46 60
278 48 49 48 60
279 83 77 74 85
280 81 77 73 75
281 96 79 82 85
282 89 81 80 70
283 51 56 49 65
284 95 78 78 90
285 75 49 45 65
286 75 67 69 80
287 74 64 70 85
288 84 75 72 65
289 99 80 75 85
185

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
290 57 41 49 70
291 83 64 78 65
292 58 42 50 60
293 94 78 76 85
294 54 50 56 70
295 79 65 60 75
296 65 53 59 70
297 67 49 55 60
298 67 64 45 80
299 91 85 76 90
300 60 54 56 65
301 59 50 49 65
302 90 63 66 80
303 61 54 52 60
304 61 50 48 60
305 76 74 72 75
306 60 54 51 65
307 62 46 52 60
308 77 70 73 85
309 97 76 79 90
310 80 67 72 80
311 53 43 45 60
312 70 57 63 75
313 66 52 49 60
314 85 59 68 85
315 94 74 79 90
316 67 56 48 65
317 99 80 78 85
318 76 56 66 75
319 78 74 63 70
320 82 67 70 70
321 60 46 46 60
322 51 39 48 65
323 63 59 45 65
324 62 54 46 65
325 97 81 79 90
326 56 59 54 75
186

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
327 67 42 45 60
328 45 54 51 65
329 98 78 84 90
330 69 74 69 75
331 89 67 60 65
332 66 42 48 70
333 61 48 51 70
334 66 48 49 60
335 71 48 48 60
336 74 54 52 85
337 58 40 54 60
338 82 79 69 80
339 89 79 74 95
340 91 81 81 95
341 56 52 49 65
342 71 60 59 80
343 89 76 65 80
344 59 54 53 65
345 58 53 54 65
346 78 63 79 65
347 83 62 72 75
348 55 56 52 65
349 97 81 85 85
350 86 68 55 75
351 99 86 82 85
352 58 53 50 70
353 62 55 54 65
354 88 65 59 85
355 97 84 77 95
356 52 61 46 70
357 55 51 47 65
358 57 50 61 65
359 83 54 71 90
360 62 57 41 65
361 73 62 66 80
362 97 85 79 90
363 63 44 46 70
187

NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
364 57 53 52 70
365 75 69 72 85
366 65 52 48 70
367 81 77 65 85
368 59 47 58 70
369 99 87 79 85
370 97 81 81 85
188

Lampiran 22

DESKRIPSI DATA STATISTIK

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IKPJ 370 43.00 106.00 73.9892 15.27755
SH 370 20.00 87.00 61.8270 13.26762
NLF 370 33.00 89.00 62.2892 12.66004
KJ 370 60.00 95.00 74.2432 11.19404
Valid N (listwise) 370
189

Lampiran 23

HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


IKPJ SH NLF KJ
N 370 370 370 370
Normal Parametersa,b Mean 73.9892 61.8270 62.2892 74.2432
Std. Deviation 15.27755 13.26762 12.66004 11.19404
Most Extreme Differences Absolute .124 .114 .126 .183
Positive .124 .114 .126 .183
Negative -.078 -.095 -.095 -.134
Test Statistic .124 .114 .126 .183
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .000c .000c .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
190

Lampiran 24
HASIL UJI LINEARITAS

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KJ * IKPJ Between (Combined) 32080.010 57 562.807 12.403 .000
Groups Linearity 27954.033 1 27954.033 616.019 .000
Deviation 4125.977 56 73.678 1.624 .006
from Linearity
Within Groups 14158.098 312 45.379
Total 46238.108 369

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KJ * SH Between (Combined) 31349.889 50 626.998 13.434 .000
Groups Linearity 26920.594 1 26920.594 576.810 .000
Deviation 4429.295 49 90.394 1.937 .000
from Linearity
Within Groups 14888.219 319 46.672
Total 46238.108 369

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KJ * NLF Between (Combined) 29121.124 48 606.690 11.377 .000
Groups Linearity 24940.268 1 24940.268 467.712 .000
Deviation from 4180.855 47 88.954 1.668 .006
Linearity
Within Groups 17116.984 321 53.324
Total 46238.108 369
191

Lampiran 25

HASIL MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 28.023 1.800 15.564 .000
IKPJ .267 .047 .365 5.730 .000 .232 4.316
SH .245 .052 .291 4.725 .000 .248 4.028
NLF .181 .050 .205 3.612 .000 .293 3.410
a. Dependent Variable: KJ
192

Lampiran 26

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 3.442E-15 1.800 .000 1.000
IKPJ .000 .047 .000 .000 1.000 .232 4.316
SH .000 .052 .000 .000 1.000 .248 4.028
NLF .000 .050 .000 .000 1.000 .293 3.410
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
193

Lampiran 27

HASIL UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .810a .656 .653 6.59341 2.040
a. Predictors: (Constant), NLF, SH, IKPJ
b. Dependent Variable: KJ
194

Lampiran 28

HASIL ANALISIS KORELASI SEDERHANA

Correlations
IKPJ SH NLF KJ
Spearman's IKPJ Correlation 1.000 .812** .777** .753**
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000
N 370 370 370 370
**
SH Correlation .812 1.000 .774** .747**
Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 . .000 .000
N 370 370 370 370
**
NLF Correlation .777 .774** 1.000 .717**
Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 .000 . .000
N 370 370 370 370
**
KJ Correlation .753 .747** .717** 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .
N 370 370 370 370
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
195

Lampiran 29

HASIL ANALISIS REGRESI SEDERHANA

Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .810a .656 .653 6.59331 2.040
a. Predictors: (Constant), NiatLatihan, SleepHygiene, IklimKelas
b. Dependent Variable: Kebugaran

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Collinearity
Coefficients Statistics
Model B Std. Beta t Sig. Tolerance VIF
Error
1 (Constant) 28.019 1.801 15.560 .000
Iklim Kelas .267 .047 .365 5.731 .000 .232 4.315
Sleep Hygiene .245 .052 .291 4.726 .000 .248 4.027
Niat Latihan .181 .050 .205 3.614 .000 .294 3.407

a. Dependent Variable: Kebugaran


196

Lampiran 30

HASIL UJI F
a
ANOVA

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 30327.470 3 10109.157 232.546 .000b
Residual 15910.638 366 43.472
Total 46238.108 369
a. Dependent Variable: Kebugaran
b. Predictors: (Constant), NiatLatihan, SleepHygiene, IklimKelas
197

Lampiran 31

JADWAL PENELITIAN

2022 2023
No. Kegiatan
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pengajuan
1 Topik
Penelitian
Observasi di
2 SMA Negeri
Kota Tegal
Penyelesaian
Penulisan
3 dan
Bimbingan
Proposal
Bimbingan
4 Instrumen
Penelitian
Sidang
5
Proposal
Mengurus
Perizinan
6 Penelitian di
SMA Negeri
Kota Tegal
Menyebarka
7 n Angket Uji
Coba
Pengujian
8 Validitas dan
Reliabilitas
Menyebarka
9 n Angket
Penelitian
Penskoran,
Rekapitulasi,
10
dan Tabulasi
Data
Analisis Data
11 dan Uji
Hipotesis
Menyimpulk
12 an Hasil
Analisis Data
198

2022 2023
No. Kegiatan
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Memperoleh
Surat
Balasan
13
Telah
Melaksanaka
n Penelitian
Penyelesaian
Penulisan
14 dan
Bimbingan
Tesis

Anda mungkin juga menyukai