Siiiiiuuu Ok
Siiiiiuuu Ok
TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan
Oleh
ERZHA CHOIRY NISSA
0602521040
NIM : 0602521040
telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang pada hari Rabu, tanggal 10 Januari 2024.
Ketua, Sekretaris,
Dr. Taufiq Hidayah, M.Kes. Dr. Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M.Pd.
NIP. 196707211993031002 NIP. 196510201991031002
Dr. Agus Raharjo, S.Pd., M.Pd. Dr. Ranu Baskora Aji Putra, S.Pd., M.Pd.
NIP. 198208282006041003 NIP. 197412151997031004
Penguji III,
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
Segala sesuatu yang datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta’alaa adalah kebaikan
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan yang tulus secara
teman-teman program studi Pendidikan Olahraga S-2 angkatan 2021 yang telah
iv
ABSTRAK
Nissa, Erzha Choiry. 2024. “Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep
Hygiene, Dan Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani Pada
Remaja”. Tesis. Program Studi Pendidikan Olahraga. Fakultas Ilmu
Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Heny
Setyawati, M.Si., Pembimbing II Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd. 198.
Kata Kunci: Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, Latihan Fisik, Kebugaran
Jasmani
Permasalahan yang terjadi pada remaja beragam, diantaranya pembelajaran
pendidikan jasmani yang membosankan, pola tidur yang tidak tepat, dan tidak aktif
melakukan latihan fisik yang dapat menurunkan kebugaran jasmani remaja.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh antara iklim
kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan jasmani terhadap
kebugaran jasmani remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan jasmani terhadap
kebugaran jasmani remaja.
Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode regresi serta
teknik survei cross sectional menggunakan kuesioner dan analisis uji regresi
melalui SPSS dengan sampel sebanyak 370 remaja SMA di Kota Tegal.
Hasil penelitian ini adalah 1) terdapat pengaruh yang siginfikan 0,00 (<0,05)
antara iklim kelas pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani dan kontribusi
variabel X1 terhadap Y sebesar 60,5%. Mengupayakan iklim pendidikan jasmani
yang menarik dapat membangkitkan semangat siswa untuk aktif sehingga
kebugaran tubuh dapat diperoleh, 2) terdapat pengaruh yang siginfikan 0,00
(<0,05) antara sleep hygiene terhadap kebugaran jasmani dan kontribusi variabel
X2 terhadap Y sebesar 58,2%. Menerapkan sleep hygiene dengan tepat dapat
memberikan kebugaran bagi tubuh, 3) terdapat pengaruh yang siginfikan 0,00
(<0,05) antara niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani dan kontribusi variabel
X3 terhadap Y sebesar 53,9%. Mengaplikasikan niat dalam latihan fisik dapat
mewujudkan kebugaran pada tubuh, 4) terdapat pengaruh yang signifikan 0,00;
0,00; dan 0,00 (<0,05) antara iklim kelas pendidikan jasmani sleep hygiene, dan
niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani, variabel independen secara bersama-
sama memengaruhi variabel dependen sebesar 0,00 (<0,05) dan kontribusi variabel
X1, X2, dan X3 terhadap Y sebesar 65,6% pada remaja. Kebugaran jasmani
diperoleh melalui membangun iklim kelas pendidikan jasmani, menerapkan pola
tidur bersih, dan niat yang kuat dalam latihan fisik serta mempraktikannya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap
kebugaran jasmani remaja SMA di Kota Tegal. Dengan demikian, guru dapat
menerapkan model dan metode pembelajaran yang bervariasi, menerapkan sleep
hygiene dan orang tua terlibat dalam memantau pola tidur, memiliki niat yang kuat
dan mempraktikkan latihan fisik, serta menerapkan pola hidup aktif dan sehat
sepanjang hayat.
v
ABSTRACT
Nissa, Erzha Choiry. 2024. “The Influnces of Physical Education Class Climate,
Sleep Hygiene, and Physical Exercise Intentions on Physical Fitness in
Adolescents”. Thesis. Sport Education Study Program. Faculty of Sports
Sciences. Universitas Negeri Semarang. Supervisor I Prof. Dr. Heny
Setyawati, M.Si., Supervisor II Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd. 198.
vi
PRAKATA
berjudul “Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, dan Niat
Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani Pada Remaja”. Tesis ini di susun
sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Program
Studi Pendidikan Olahraga. Penulis memahami dan menyadari bahwa tesis ini tidak
dapat terselesaikan tanpa bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh sebab
1. Bapak Prof. Dr. Martono, M.Si. selaku rektor Universitas Negeri Semarang.
4. Ibu Prof. Dr. Heny Setyawati, M.Si. dan Bapak Dr. Ranu Baskara Aji Putra,
Semarang.
vii
6. Bapak dan Ibu dosen program studi Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu
pimpin.
SMA Negeri di Kota Tegal yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam
penelitian.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ............................................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
ix
2.2 Kerangka Teoretis ...................................................................................... 18
4.5 Pengaruh Niat Latihan Fisik terhadap Kebugaran Jasmani ....................... 113
4.6 Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, dan Latihan
Fisik terhadap Kebugaran Jasmani............................................................. 119
BAB V PENUTUP
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Faktor Sleep Hygiene, Saran Implementasi, dan Dampak Pada
Tidur ................................................................................................ 26
Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Iklim terhadap Kebugaran Jasmani .................... 97
Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Iklim Terhadap Kebugaran Jasmani .................... 98
xi
Jasmani ............................................................................................. 99
Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran Jasmani .... 99
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran Jasmani ..... 100
Tabel 4.6 Hasil Uji Koenfisien Determinasi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran
Jasmani ............................................................................................ 101
Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Sederhana Niat Latihan Fisik Terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani .......................................................................... 102
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Sederhana Niat Latihan Fisik Terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani .......................................................................... 102
Tabel 4.9 Hasil Uji Determinasi Niat Latihan Fisik Terhadap Variabel Kebugaran
Jasmani ............................................................................................... 103
Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Berganda Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep
Hygiene, Dan Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani ... 104
Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Berganda Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep
Hygiene, Dan Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani .... 104
Tabel 4.13 Hasil Koenfisien Determinasi Iklim Kelas, Sleep Hygiene, dan
Niat Latihan Fisik Memengaruhi Kebugaran Jasmani ................... 109
Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Sederhana Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani ........................................................................ 113
Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Sederhana Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani ........................................................................ 114
Tabel 4.17 Hasil Uji Determinasi Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani ....................................................................... 115
Tabel 4.18 Hasil Uji Korelasi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene,
dan Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani ................... 120
Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi Berganda Iklim, Sleep Hygiene, Dan Niat
Latihan Fisik Terhadap Variabel Kebugaran Jasmani .................... 120
xii
Tabel 4.20 Hasil Uji F .................................................................................... 121
Tabel 4.21 Hasil Koenfisien Determinasi Iklim Kelas, Sleep Hygiene, dan
Niat Latihan Fisik Memengaruhi Kebugaran Jasmani .................. 122
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.2 Kualitas Tidur Remaja SMA Negeri di Kota Tegal .................... 112
Gambar 4.3 Niat Latihan Fisik Remaja SMA Negeri di Kota Tegal .............. 118
Gambar 4.4 Frekuensi Latihan Fisik Remaja SMA Negeri di Kota Tegal ..... 126
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian SMA Negeri 1 Kota Tegal ......................... 145
Lampiran 9 Rekap Skor Angket Uji Coba Physical Education Climate Classroom
Scale............................................................................................... 157
Lampiran.10 Rekap Skor Angket Uji Coba Sleep Hygiene Scale ................... 159
Lampiran 11 Rekap Skor Angket Uji Coba Intentions Of Physical Exercise For
Adolescents ................................................................................... 161
Lampiran 14 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Sleep Hygiene Scale ........... 166
Lampiran.15 Rekapitulasi Uji Reliabilitas Angket Sleep Hygiene Scale ....... 167
xv
Lampiran 18 Kuesioner Physical Education Classroom Climate Scale
(PECCS) ...................................................................................... 172
Lampiran 19 Kuesioner Adolescents Sleep Hygiene Scale (ASHS) ............... 174
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
dewasa. Menurut (Sawyer et al., 2018) masa remaja adalah fase kehidupan yang
membentang antara masa kanak-kanak dan dewasa. Rentang usia remaja memiliki
2014, remaja merupakan penduduk dengan rentang usia 10-18 tahun. Menurut
(WHO, 2015) remaja adalah individu yang memiliki rentang usia 10 hingga 19
usia 10 hingga 24 dan belum menikah. Dengan demikian, tidak terdapat konsensus
khusus terkait rentang usia berkenaan dengan kelompok remaja. Menurut (Chulani
& Gordon, 2014) masa remaja adalah tahap perkembangan yang ditentukan oleh
kompleks yang dimediasi oleh faktor genetik, hormonal, dan lingkungan yang
pengembangan identitas, dan transisi sosial yang dinamis hingga mencapai status
dewasa. Maka, rentang waktu remaja sangat esensial sehingga perlu dimanfaatkan
1
2
Penting bagi remaja dalam memiliki niat yang tepat dan mempraktikkan
segala sesuatu yang positif. Segala sesuatu yang akan dilakukan atau sebuah
tindakan individu ditentukan oleh niat. Niat didefinisikan sebagai tingkat dimana
seseorang memutuskan untuk bertindak dengan cara tertentu. Menurut (Morwitz &
Munz, 2020) niat adalah anteseden konseptual langsung dari suatu perilaku yang
menengahi hubungan antara sikap dan tindakan. Dalam hal ini, memiliki niat
latihan fisik dan dapat menerapkan dalam kesehariannya saat ini sangat dibutuhkan.
Niat latihan fisik adalah keinginan untuk melakukan latihan fisik dengan berbagai
Organization, 2018) latihan fisik dimaknai sebagai suatu aktivitas fisik yang
mempertahankan satu atau lebih dari komponen kebugaran. Remaja dengan niat
dan mampu merealisasikan latihan fisik maka keuntungan akan didapatkan serta
yang cukup besar. Dalam penelitian (Archer, 2014) latihan fisik pada remaja
memberikan dampak kesehatan yang cukup lengkap diantaranya adalah otot dan
tulang dapat berfungsi secara maksimal, peningkatan kekuatan dan daya tahan,
berat badan dan diabetes, peningkatan harga diri dan kesejahteraan psikologis
remaja, mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Para remaja penting untuk
memasukan list latihan fisik secara rutin dalam kehidupannya. Menurut (Alvarez-
3
Pitti et al., 2020) latihan fisik merupakan obat sedangkan perilaku sedenter atau
menetap dan tidak aktif dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, latihan fisik
telah diidentifikasi sebagai peluang kunci untuk menghasilkan manfaat yang besar
Menurut (Martín & Raquel, 2016) tidak aktif secara fisik pada remaja telah
Lonjakan dapat disebabkan karena berbagai hal, menurut (Efendi & Widodo, 2021)
Penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan juga berdampak pada pola tidur
yang buruk, menurut (Keswara et al., 2019) 80% remaja menyatakan meggunakan
perangkat elektronik lebih dari 4 jam 17 menit dalam sehari dan secara global
sebagian besar kualitas tidur pada remaja kurang terpenuhi sebanyak 63%.
diterapkan pada generasi muda yang telah terbiasa dengan komputer dan ponsel
bijaksana.
Menurut (Liu et al., 2018) gangguan pola tidur yang lain pada remaja dapat
seperti insomnia sehingga menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Tidur yang
4
cukup sangat penting untuk menyegarkan setiap aktivitas yang akan dilakukan serta
membantu dalam pembelajaran dan pemrosesan memori dan gangguan pada pola
tidur dapat memperburuk prestasi akademik (Jalil El hangouche et al., 2018). Salah
satu cara untuk mengatasi gangguan tidur dengan menerapkan sleep hygiene pada
kalangan remaja.
tidur yang sehat didorong untuk meningkatkan kualitas tidur dengan menghindari
teratur, dan latihan fisik secara teratur (Irish et al., 2016). Ketika remaja telah
dapat memungkinkan tidur nyenyak, cukup, dan nyaman sehingga merasa energik,
waspada, dan seimbang secara mental dan emosional setiap hari (Kaneita et al.,
gangguan pola tidur pada remaja. Menurut (Kansagra, 2020) untuk menerapkan
sleep hygiene pada remaja harus dilaksanakan secara disiplin dengan menjaga
jadwal tidur yang konsisten, menjaga lingkungan tidur tetap sejuk dan bebas dari
mendapatkan hasil yang maksimal dalam kualitas tidur maka petunjuk praktis harus
Salah satu ajuran untuk berhasil dalam menerapkan sleep hygiene dengan
rutin latihan fisik dan berolahraga. Pada usia remaja untuk mengembangkan latihan
5
fisik dapat diperoleh melalui bangku pendidikan. Sekolah adalah tempat yang ideal
dalam menerapkan segala hal yang bermakna positif, terlebih yang berkaitan
Pendidikan jasmani telah maju sebagai sarana untuk mempromosikan latihan fisik
(Ntoumanis & Standage, 2009). Telah terbukti pendidikan jasmani sebagai jalan
dalam mendorong peserta didik aktif bergerak dan untuk hasil yang maksimal
diharapkan menciptakan iklim kelas yang tepat memalui motivasi dan enjoyment
(Soini et al., 2014) dalam pembelajaran pendidikan jasmani guru memiliki peran
sosial dan psikologis yang dirasakan oleh peserta didik melalui penggunaan metode
saling memotivasi dan menyenangkan yang terlahir dari guru dan peserta didik akan
membentuk semangat untuk bergerak lebih aktif. Iklim kelas merupakan salah satu
peserta didik telah memiliki motivasi dalam diri maka pola hidup aktif dengan
latihan fisik terpatri dalam dadanya maka akan menghasilkan produksi melatonin
yang lebih tinggi, hormon yang terkait dengan siklus sirkadian yang bertanggung
jawab untuk pengaturan tidur, sehingga orang yang melakukan latihan fisik
memiliki tidur yang lebih konsisten dan memiliki disfungsi yang lebih sedikit (de
Castro Toledo Guimaraes et al., 2008). Selanjutnya, menurut (Sucipto et al., 2019)
6
dalam latihan fisik dan olahraga. Enjoyment dalam pendidikan jasmani menjadi
salah satu faktor penting yang mewakili sikap positif terhadap latihan fisik dan
olahraga. Selain itu, motivasi dan enjoyment dalam pendidikan jasmani memiliki
korelasi secara signifikan yang dapat memengaruhi tingkat partisipasi dalam latihan
fisik (Hashim et al., 2008). Melalui pendidikan jasmani peserta didik dapat
diarahkan untuk dapat melakukan latihan fisik yang tepat untuk mendapatkan
memberikan dasar bagi gaya hidup sehat dan aktif yang mendukung semua
(Diamond, 2015).
children and youth” menunjukkan hasil bahwa anak usia sekolah dan remaja yang
memiliki aktivitas fisik tinggi, tidur yang baik, dan perilaku sedenter yang rendah
yang lebih baik dibandingkan anak-anak dan remaja yang memiliki aktivitas fisik
rendah, tidur yang kurang, dan perilaku sedenter yang tinggi (Saunders et al., 2016).
Penelitian lain yang dilakukan (Kumar et al., 2015) yang berjudul “Physical
faktor risiko yang kuat untuk berkembangnya penyakit kronis yang mengakibatkan
7
morbiditas dan mortalitas, serta beban ekonomi bagi masyarakat luas dari
Penting bagi remaja untuk melakukan latihan fisik, menjaga pola tidur yang baik,
hubungan antara screen based activity (SBA) dengan kualitas tidur dan aktivitas
fisik dengan durasi tidur, maka melakukan screen based activity (SBA) lebih dari
2 jam setiap hari menyebabkan kualitas tidur yang buruk serta peneliti menyarankan
yang dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun orang lain, dan atmosfer yang
mendukung untuk tetap latihan fisik melalui kelas pendidikan jasmani dan pola
tidur yang bersih dapat membantu dalam menjaga dalam mengaplikasikan niat
jasmani yang baik. Tatkala remaja telah melakukan, di dukung dengan menerapkan
sleep hygiene yang tepat memungkinkan untuk menerapkan latihan fisik dalam
hidupnya. Keuntungan lain yang diharapkan peserta didik dapat memahami dan
literasi fisik sebagai motivasi, kepercayaan diri, kompetensi fisik, pengetahuan dan
aktivitas fisik seumur hidup. Ketika literasi fisik telah melakat dalam jiwa peserta
8
didik maka mereka tetap aktif secara fisik dan latihan fisik di luar jam pelajaran
pendidikan jasmani.
maka dapat disimpulkan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah
remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal
pada tahun 2022 merasakan keadaan iklim kelas pendidikan jasmani yang kurang
mengalami masalah pola tidur yang kurang tepat, dan para remaja kurang memiliki
minat untuk melakukan latihan fisik. Sebelumnya belum terdapat penelitian yang
membahas bagaimana pengaruh iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan
niat latihan fisik terhadap kebugaran jasamani pada remaja yang duduk di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal yang dinilai secara objektif. Maka,
sleep hygiene terhadap kebugaran jasmani, pengaruh niat latihan fisik terhadap
kebugaran jasmani, dan pengaruh iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene,
dan latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja, khususnya remaja yang
duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal tahun 2023.
dalam memahami peserta didik terkait iklim kelas pendidikan jasmani, sleep
hygiene, dan niat latihan fisik untuk mendorong peserta didik memiliki kebugaran
jasmani yang baik sehingga dapat menjadi rujukan dan perhatian dalam
melaksanakan pembelajaran yang lebih efektif dan efesien pada peserta didik.
9
Negeri Kota Tegal yang membosankan dan kurang menarik membuat peserta
2. Remaja memiliki pola tidur yang kurang teratur dan tidak mengetahui sleep
hygienie atau pola tidur sehat. Beberapa gangguan tidur yang didapati di
antara remaja SMA Negeri Kota Tegal adalah insomnia, hipersomnia, mimpi
buruk (nightmare), dan tidur berjalan (sleep walking) serta sleep hygiene
3. Remaja kurang memiliki niat atau kehendak untuk melakukan latihan fisik.
Agar penelitian ini terarah maka peneliti mefokuskan membahas terkait iklim
kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, niat latihan fisik, dan kebugaran jasmani
Tegal?
dan niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah
Kota Tegal.
dan niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
teori dalam berbagai bidang yang relevan dan dapat memberikan wawasan kepada
kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran
jasmani pada remaja Sekolah Mengengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal.
pengaruh antara iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik
terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Mengengah Atas (SMA) Negeri
di Kota Tegal digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai jenis rumusan
pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran
12
jasmani pada remaja Sekolah Mengengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal
antara iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap
kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Mengengah Atas (SMA) Negeri di Kota
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Castillo et al., 2020) pada 2.210
dapat memengaruhi tingkat partisipasi dalam aktivitas fisik di waktu senggang pada
remaja dan niat untuk terlibat dalam latihan fisik di masa depan, dengan
memperkuat gairah hingga harmonis diantara peserta didik, yang terkait dengan
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Jiang & Jia, 2017) di China dengan
berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan lebih banyak berinteraksi dengan peserta
didik sehingga peserta didik memiliki evaluasi dan identitas positif terhadap guru
pendidikan jasmani. Dengan demikian, guru penting dalam membentuk iklim kelas
13
14
yang penuh dukungan, afinitas, dan keterlibatan dapat secara positif memengaruhi
penelitian yang menguji potensi untuk memanipulasi tujuan dan motif remaja untuk
sampel sebanyak 592 peserta didik menghasilkan temuan peserta didik merasakan
pelajaran yang lebih bermakna dan mampu dalam mengendalikan serta membentuk
niat masa depan yang lebih kuat untuk latihan fisik atau berolahraga. Penting untuk
bahwa sleep hygiene atau praktik kebersihan tidur berpengaruh sebagai mediasi
sebesar 16% hingga 72% pada hubungan antara durasi tidur dan faktor penentu
persepsi perilaku kontrol, dan niat) temuan ini menunjukkan bahwa sleep hygiene
dapat diterapkan durasi tidur serta kualitas tidur yang maksimal (Inhulsen et al.,
2022).
temuan bahwa sleep hygiene dapat memengaruhi kualitas tidur dikalangan remaja.
Remaja yang menerapkan sleep hygiene dapat memperbaiki kualitas tidurnya (Sari
Penelitian pada remaja yang berjudul “Effects of the Young Adolescent Sleep
Smart Program on Sleep Hygiene Practices, Sleep Health Efficacy, and Behavioral
yang buruk merupakan faktor risiko insomnia yang dapat memengaruhi penurunan
yang tepat sebagai salah satu cara efektif untuk meningkatkan prestasi akademis.
keseluruhan untuk kesejahteraan serta kinerja akademik. Oleh sebab itu sleep
hygiene dianjurkan untuk diterapkan, khususnya pada kalangan remaja yang duduk
di bangku sekolah.
Intentions of Taiwanese Urban High School Students Using the Theory of Planned
16
Behavior” yang dilakukan dengan melakukan peninjauan terhadap 915 remaja yang
mendukung bahwa konstruksi utama dari theory of planned behavior atau teori
perilaku terencana dapat secara efektif menentukan niat latihan fisik dengan teratur
di kalangan remaja dan hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai referensi bagi
merumuskan strategi yang efektif untuk mendorong remaja terlibat dalam praktik
Memahami theory planned of behavior yang berkaitan dengan aktivitas fisik akan
menargetkan perilaku aktivitas fisik intervensi yang mendorong sikap positif dan
dan kemungkinan partisipasi lebih dalam aktivitas fisik (Gulley & Boggs, 2014).
Sebuah penelitian yang lain dengan berjudul “A Test of the Theory of Planned
yang cukup besar yaitu sebanyak 4.073 dengan survei berbasis web menghasilkan
temuan bahwa konstruksi atau model Theory of Planned Behavior (yaitu, sikap,
norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku) berguna dalam memahami aktivitas
fisik dan peneliti menyoroti pentingnya seorang praktisi atau guru untuk
Peneltian yang dilakukan oleh (Rocliffe et al., 2023) dengan judul “The
olahraga sebagai strategi untuk memengaruhi remaja dalam perilaku aktivitas fisik
dan menemukan hubungan antara sekolah yang khas dengan pendidikan jasmani
lebih dari 90 menit dapat memaksimalkan peluang untuk aktivitas fisik sedang
manifestasi untuk mendorong aktivitas fisik gaya hidup aktif dan menyampaikan
kritis pesan kesehatan masyarakat untuk remaja, ada saatnya aktivitas fisik sehari-
hari, dan meluangkan waktu untuk aktif penting untuk kesehatan seseorang,
18
kesejahteraan secara keseluruhan, dan fungsi sehari-hari. Selain itu, Aktivitas fisik
di sekolah secara teratur juga memberikan manfaat akademik siswa yang lebih aktif
di sekolah dan lebih bugar secara fisik memiliki prestasi akademik yang lebih baik
dan hampir tidak pernah absen dan membolos di sekolah (Erfle & Gamble, 2015)
Middle School Students dengan sampel sejumlah 838 siswa menghasilkan temuan
bahwa kapasitas aerobik dan daya tahan otot berpengaruh positif terhadap
kebugaran aerobik dan daya tahan otot (berkisar dari 0,12 hingga 0,27, semua p
<0,05). Penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan ada antara domain
kebugaran fisik tertentu dan prestasi akademik. Pentingnya kebugaran jasmani dan
suasana atau keadaan. Beberapa istilah lain digunakan setara dengan kata iklim
adalah rasa, atmosfir, dan lingkungan. Sedangkan, kelas menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki arti ruang tempat belajar di sekolah. Dalam hal ini,
iklim kelas dapat sebut dengan group climate, learning environment, classroom
environment, dan classroom climate. Berikut adalah definisi iklim kelas menurut
a. Menurut Bloom (1964) iklim dimaknai sebagai suatu kondisi, pengaruh, dan
rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang
b. Menurut Hoy dan Forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim kelas adalah
aktivitas guru di dalam kelas dan organisasi sosial informal yang secara
c. Menurut Hoy dan Miskell (1982) istilah iklim seperti halnya kepribadian pada
manusia. Jika definisi Hoy dan Miskell tersebut diterapkan pada kelas, maka
dengan dasar bahwa setiap kelas mempunyai sifat (kepribadian) yang tidak
suasana kejiwaan dan sosial dari anggota kelompok yang terjadi karena
interaksi dan kerja sama kelompok, seperti perasaan, kesan atau pengaruh,
sikap, pola hubungan timbal balik, kepemimpinan dan reaksinya, moral, dan
prestasi.
e. Menurut Zahn, Kagan, dan Widaman (1986) iklim kelas didefinisikan sebagai
seperangkat tingkah laku, persepsi dan respons afektif di antara peserta didik
Maka, dapat disimpulkan bahwa iklim kelas adalah suatu keadaan dan
suasana pembelajaran yang muncul akibat dari ikatan atau kontak antara guru dan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, dan akibat interaksi dari berbagai
yang dapat digunakan untuk mengukur lingkungan psikis dan sosial. Ketiga
maintenance and change (perubahan dan perbaikan sistem), dan dimensi physical
tersebut:
peserta didik, saling mendukung dan membantu satu dengan yang lainnya, dan
dimensi ini mencakup aspek afektif dari interaksi antara peserta didik dengan guru
dan peserta didik dengan peserta didik lainnya. Dalam dimensi hubungan
Pribadi)
pribadi) disebut dimensi yang berorientasi pada tujuan yaitu tujuan utama kelas
dalam mendukung pertumbuhan & perkembangan pribadi dan motivasi diri. Skala-
skala yang terkait dalam dimensi ini di antaranya difficulty (kesulitan), speed
iklim kelas, seperti kelengkapan sumber, kenyamanan serta keamanan kelas ikut
menyatakan bahwa ada tiga jenis suasana yang dialami siswa selama proses
pembelajaran di sekolah, berdasarkan sikap guru terhadap anak dalam bahan ajar.
sikap guru yang otoriter. Suasana otoritarianisme tercipta ketika guru menggunakan
hukuman dan intimidasi, peserta didik dipaksa untuk menguasai ujian dan materi
dengan sikap guru yang terbuka. Lingkungan pendidikan dengan sikap mengajar
yang terbuka dicirikan oleh kenyataan bahwa peserta didik dapat tumbuh dengan
bebas tanpa tekanan, frustrasi, larangan, perintah atau paksaan yang besar.
Iklim kelas real (nyata) adalah suasana kelas dengan sikap guru yang konkret.
Suasana kelas dicirikan oleh kebebasan seperti anak kecil dengan kontrol. Anak
diberi kesempatan yang luas untuk bermain secara bebas tanpa pengawasan atau
pengaturan yang ketat. Sedangkan peserta didik diberikan tugas di bawah arahan
yang berasal dari hubungan yang terjalin antara guru dengan peserta didik, peserta
didik dengan peserta didik, dan akibat hubungan dari berbagai faktor seperti fisik,
macam pendekatan, model, strategi, metode, gaya, dan teknik sesuai dengan
karakterisik atau sifat tugas gerak, siswa atau peserta didik, dan lingkungan belajar.
jasmani yaitu dapat memahami bagaimana persepsi siswa yang akan diajar,
a. Tahap awal (langkah 1 dan 2), pada tahap ini disebut dengan tahap
kesejahteraan maka peserta didik akan mendapat manfaat dari gaya mengajar
b. Tahap pertengahan (langkah 3 dan 4), pada tahap ini disebut dengan tahap
c. Tahap puncak (langkah 5 dan 6), pada tahap ini disebut dengan tahap
keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk dari hasil interaksi antara
peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan peserta didik yang lainnya yang
Iklim Kelas Pendidikan Jasmani yang diciptakan oleh Stuart K. Biddle, François
Cury, Mario Goudas, Philippe Sarrazin, Jean-Pierre Famose, Marc Durand pada
tahun 1995 (S. Biddle et al., 1995). Terdapat 28 kuesioner dan 6 domain dalam
guru orientasi penguasaan kelas (6 item), persepsi pilihan peserta didik (4 item),
dukungan guru (4 item), orientasi pertunjukkan kelas (4 item), dan khawatir tentang
kesalahan (4 item). Instrumen PECCS memiliki indeks kecocokan yang cukup baik
dengan Chi2/d.f ratio sebesar 2,26 yang artinya dapat diterima dan total alpha
digunakan untuk mengukur untuk menyelidiki iklim kelas yang dirasakan dari
Sleep hygiene atau pola tidur bersih menurut National Sleep Foundation
malam yang berkualitas dan kesiapan menjalani aktivitas pada keesokan harinya
(Gupta, 2019). Istilah sleep hygiene pertama kali diperkenalkan pada tahun 1939
oleh Nathaniel Kleitman, kemudian pada tahun 1977 oleh psikolog Peter Hauri
memperkenalkan konsep sleep hygiene dalam konteks obat tidur modern aturan
26
perilaku yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas tidur (Gigli & Valente,
2012). Sleep hygiene mencakup praktik berbagai faktor gaya hidup dengan
pertimbangan lingkungan tidur yang kondusif (Chow, 2022). Pola tidur bersih atau
dalam bahasa inggris disebut sleep hygiene merupakan istilah yang digunakan
Tabel 2.1
Faktor Sleep Hygiene, Saran Implementasi, dan Dampak Pada Tidur
Membangun kebiasaan
Batasi waktu tidur siang
Tidur siang untuk tidur malam sesuai
hingga 20 menit
pada waktunya
Berdampak pada
kemampuan untuk
Abstain atau batasi 6 jam
Konsumsi nikotin memulai/mempertahankan
sebelum tidur
tidur, mengidam dapat
mengganggu tidur
Membatasi faktor eksternal
Batasi cahaya dan
yang dapat mengganggu
kebisingan di lingkungan
Lingkungan kamar tidur tidur, lingkungan yang sejuk
kamar tidur, dan kendalikan
memicu fase penginduksi
suhu (idealnya 18 °C)
tidur
Perut yang penuh (kenyang)
menyebabkan kelelahan post
Jaga pola makan, hindari prandial, makan terlalu
Diet
makan besar sebelum tidur dekat dengan waktu istirahat
dapat menyebabkan refluks
gastrointestinal
Beberapa jalur fisiologis
Terlibat dalam olahraga
Latihan fisik dapat menyebabkan
teratur
peningkatan kualitas tidur
Sumber: (Shriane et al., 2020)
Suara keras dapat mengganggu tidur, jika seseorang tidak dapat terbiasa
penyaringan suara misalnya, dengan kipas yang terus berjalan dan mesin
Suhu kamar yang ekstrem (terlalu panas dan terlalu dingin) dapat
dengan selimut tebal dan ada yang lebih nyaman dengan suhu hangat
menyukai kasur yang empuk, sementara yang lain tidur lebih nyenyak di
dan ponsel dapat dijangkau dari tempat tidur dan yang membuat aktif di
malam hari.
akan melihat jam secara terus menerus dan hal tersebut membuat frustrasi
29
terjaga.
Ketika terlalu banyak menghabiskan waktu untuk tidur siang maka tidur
Waktu yang lebih lama di tempat tidur menyebabkan tidur lebih dangkal
Tampaknya intuitif bahwa tidur pada waktu yang tidak teratur dapat
Waktu bangun yang teratur, agak lebih awal dari yang diinginkan,
penting bagi mereka yang mengalami kesulitan tidur dan bagi orang
muda, karena kelompok ini biasanya bergumul dengan pola tidur yang
tertunda. Di sisi lain, untuk orang lanjut usia, sedikit penundaan waktu
lanjut.
Orang yang bugar secara fisik biasanya tidur lebih nyenyak daripada
orang yang tidak bugar. Efek olahraga selama satu hari pada tidur
ringan di pagi hari biasanya tidak banyak berpengaruh pada tidur malam
itu. Sebaliknya, olahraga yang terlalu dekat dengan waktu tidur dapat
mengaktifkan dan menunda tidur, meskipun hal ini tidak berlaku untuk
sebelum tidur. Bekerja atau belajar dengan intens hingga waktu tidur
lebih penting bagi orang yang kurang tidur yang biasanya lebih aktif
ketika mencoba untuk tidur oleh sebab itu dianjurkan untuk menyisihkan
sekitar 20 menit lebih awal di malam hari untuk fokus pada kekhawatiran
untuk mengatasi setiap masalah. Tujuan dari semua ini adalah untuk
baik dengan olahraga atau mandi air panas, efek pendinginan yang
Sleep hygiene atau pola tidur bersih yang baik dapat membantu seseorang
untuk tidur dengan nyenyak untuk setiap malam. Berikut adalah petunjuk praktis
a. Atur jadwal tidur. Memiliki jadwal yang ditetapkan dapat menormalkan tidur
adalah bagian penting yang membuat otak dan tubuh terbiasa untuk
1) Memiliki waktu bangun yang tetap: Bangun pada waktu yang sama
tidur berdasarkan waktu bangun yang tetap dan lakukan yang terbaik
4) Tidak berlebihan dengan tidur siang: Tidur siang adalah cara yang
seberapa mudah untuk tertidur. Berikut adalah pedoman sebelum tidur yang
relaksasi lainnya dapat menempatkan pada pola pikir yang benar untuk
tidur.
tertidur lagi.
kualitas tidur.
2) Aktif secara fisik: Latihan fisik dan olahraga teratur dapat membuat
kesehatan lainnya.
kebiasaan adalah lingkungan tidur hal ini bertujuan untuk memudahkan tidur
sangat penting untuk kenyamanan dan tidur tanpa rasa sakit maka
dengan bijak.
2) Gunakan tempat tidur yang nyaman: Seprai dan selimut adalah hal
individu.
3) Tetapkan suhu yang sejuk dan nyaman: Gunakan suhu kamar tidur
4) Blokir cahaya (block out light): Gunakan tirai tebal atau penutup mata
tidak merasa nyaman maka gunakan mesin white noise misalnya, kipas
Indonesia memiliki angka tidur cepat, yaitu sebanyak 40% tidur sebelum jam 22.00
malam dan bangun pada pukul 06.30 pagi. Hal tersebut dapat mendukung dalam
mengoptimalkan jadwal tidur, rutinitas sebelum tidur, dan rutinitas harian adalah
bagian dari memanfaatkan kebiasaan untuk membuat kualitas tidur terasa lebih
istirahat dan tertidur. Beberapa tip atau cara dapat membantu namun hal yang telah
sesuai dengan keadaan dan membuat daftar kebersihan tidur untuk membantu
Sleep Hygiene Scale (ASHS) atau Skala Kebersihan Tidur Remaja. Adolescents
Giannotti, MD, Flavia Cortesi, Amy R. Wolfson dan John Harsh (LeBourgeois et
al., 2005). ASHS adalah alat laporan diri 28 item yang menilai praktik yang
item), kognitif (6 item), emosional (3 item), lingkungan tidur (4 item), siang hari
tidur (1 item), zat (2 item), rutinitas sebelum tidur (1 item), berbagi tempat tidur /
kamar tidur (2 item), dan stabilitas tidur (4 item). Nilai total domain instrumen
ASHS alpha koefisien adalah 0,80 yang berarti dapat diterima. Kemudian,
instrumen ini menunjukkan nilai yang valid dengan r=0,733-0,888 serta alpha
koefisien cronbach (α) 0,9 yang berarti reliabel (Purnama, 2019). Apabila
Niat dalam kamus besar bahasa Indonesia (KKBI) diartikan sebagai maksud
atau tujuan suatu perbuatan, kehendak (keinginan dalam hati) akan melakukan
sesuatu, dan janji untuk melakukan sesuatu jika cita-cita atau harapan terkabul.
Menurut (Ajzen, 2012) niat adalah keadaan mewakili kognitif dari kesiapan
terdekat pada perilaku. Awal dari sebuah tindakan, niat menjadi pendahulu dari
sebuah tindakan. Niat secara akurat dapat memprediksi kesesuaian perilaku (Ajzen,
2012). Niat atau intensi mencerminkan keinginan individu untuk melakukan suatu
perilaku tertentu. Semakin tinggi niat individu melakukan suatu perilaku, maka
Latihan fisik atau exercise adalah suatu gerakan tubuh yang dilakukan
energi untuk meningkatkan kebugaran (Pranata & Kumaat, 2022). Menurut (World
37
Health Organization, 2018) latihan fisik dimaknai sebagai aktivitas fisik yang
fisik adalah dorongan untuk melakukan latihan fisik dengan berbagai tujuan,
Theory of Planned Behavior atau teori perilaku terencana adalah teori yang
muncul pada tahun 1967 dan teori ini masih dikembangkan serta diperluas oleh
Icek Ajzen dan Martin Fishbein (Ajzen, 2012). Theory of Planned Behavior adalah
suatu teori yang menguraikan terkait perilaku manusia dan disusun menggunakan
proposisi dasar bahwasannya setiap insan berperilaku dengan sistem atau cara yang
sadar serta mempertimbangkan seganap informasi yang telah ada (Mahyarni, 2013).
aktivitas dan latihan fisik (Ajzen, 2020). Menurut (Ahmad et al., 2014) Theory of
attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control.
Theory of Planned Behavior membagi tiga faktor dari penentu atau determinan dari
38
sebuah niat, faktor-faktor tersebut adalah attitude toward the behavior (sikap
control (kontrol perilaku yang dirasakan). Berikut adalah penjabaran dari faktor-
terhadap perilaku diasumsikan sebagai fungsi dari keyakinan yang mudah diakses
perilaku yang menarik akan mengarah pada hasil tertentu atau memberikan
diteorikan untuk menghasilkan sikap positif atau negatif terhadap perilaku tersebut.
Secara khusus, valensi positif atau negatif dari setiap hasil atau pengalaman yang
yang bersangkutan.
yang disukai atau sebaliknya tentang suatu objek, orang, institusi maupun sebuah
peristiwa (Ajzen, 1991). Sikap terhadap perilaku dianggap sebagai variabel pertama
sebagai akibat dari tingkah laku yang dilakukan. Pandangan atas perilaku diyakini
diafiliasikan dengan kontrol perilaku persepsian dan norma subjektif (Ajzen, 1991).
latihan fisik jika mereka memiliki keyakinan positif bahwa latihan fisik merupakan
kegiatan yang menguntungkan dan bermanfaat bagi mereka, sebaliknya niat remaja
dalam melakukan latihan fisik akan rendah apabila mereka mempresepsikan bahwa
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sama halnya sikap terhadap perilaku,
the behavior) sikap terhadap perilaku ialah fungsi dari keyakinan individu terhadap
perilaku yang akan dilakukan (behavioral belief) maka norma subjektif merupakan
fungsi dari keyakinan individu yang didaptkan atas pandangan orang lain terhadap
objek sikap yang berkaitan dengan individu (normative belief) (Ramdhani, 2016).
Norma subjektif memiliki dua sub komponen, yang pertama yaitu keyakinan
normatif, keyakinan normatif adalah sebuah keyakinan terkait asumsi penting yang
di buat orang lain tentang perilaku tertentu dan yang kedua motivasi untuk
mematuhi, motivasi untuk mematuhi diartikan sebagai penilaian positif atau negatif
tentang setiap keyakinan (Ahmad et al., 2014). Dua jenis keyakinan normatif:
40
teman, keluarga, pasangan, rekan kerja, dokter atau supervisor) menyetujui atau
keyakinan normatif deskriptif adalah sebuah keyakinan, apakah penting orang lain
keseluruhan tekanan sosial yang dirasakan untuk terlibat dalam perilaku atau
subjektif norma.
untuk menilai tekanan atau desakan sosial dari sumber yang dirasakan individu
untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu (Conner, 2020). Dalam
konteks ini, apabila para remaja dihadpakan dalam situasi dan kondisi layaknya
lingkungan yang mendukung untuk latihan fisik dengan contoh dalam suatu satuan
aktif dalam latihan fisik dan olahraga, sebuah keluarga yang menerapkan perilaku
hidup sehat, atau teman sebaya yang mengajak untuk latihan fisik setiap weekend
dalam situasi dan kondisi tersebut di tambah dengan penjelasan berbagai macam
keuntungan dan manfaat yang didapatkan ketika seseorang melakukan latihan fisik
maka hal tersebut akan mendorong para remaja yang mendengar dan memahami
yang dapat diakses dan norma subjektif pada keyakinan normatif yang dapat
41
diakses, kontrol perilaku yang dirasakan diasumsikan didasarkan pada kontrol yang
keyakinan tentang kemampuan individu dalam mengakses pada sumber daya yang
diperlukan dan peluang untuk melakukan perilaku dengan sukses, ditimbang oleh
kekuatan yang dirasakan dari masing-masing faktor (Ajzen, 1991). Keyakinan ini
dibutuhkan seperti, ketersediaan atau kekurangan waktu, uang, dan sumber daya,
dan kerjasama dengan orang lain. Menurut (Ajzen, 1991) faktor-faktor yang
seseorang bahwa faktor fasilitasi atau penghambat yang diberikan akan hadir dalam
situasi minat. Setiap keyakinan kontrol berkontribusi pada kontrol perilaku yang
sebelumnya, individu hendaknya dapat bertindak sesuai dengan sejauh niat yang
dimiliki atas kendali kinerja suatu perilaku. Ketika pengetahuan tentang kontrol
perilaku yang terbatas, persepsi perilaku kontrol dapat digunakan sebagai perantara
42
untuk membantu dalam prediksi perilaku di bawah asumsi bahwa kontrol yang
dirasakan mencerminkan kontrol yang sebenarnya cukup baik (Ajzen, 2020). Maka,
motivasi untuk terlibat dalam perilaku namun niat yang konkret untuk
melakukannya terbentuk hanya ketika kontrol yang dirasakan atas perilaku yang
cukup kuat.
Seseorang yang penuh dengan sikap positif, sokongan yang besar dari orang-
orang disekitar dan sedikitnya hambatan untuk melakukan suatu perilaku, maka
individu tersebut akan memiliki niatan yang kokoh dibandingkan dengan ketika
memiliki sikap yang positif dan dukungan dari orang didekatnya namun terdapat
berbagai hambatan yang muncul untuk melakukan sebuah perilaku atau tindakan
tersebut (Seni & Ratnadi, 2017). Remaja yang memuat sikap yang tegas dan positif,
sejawat serta tidak terdapat halangan atau rintangan untuk melakukan latihan fisik,
Menurut (Kumar et al., 2015) kebiasaan latihan fisik dengan teratur yang
merupakan masa kritis untuk membentuk pola hidup sehat dan kebiasaan gaya
hidup hal tersebut dapat memengaruhi masa dewasa bahkan seumur hidup mereka
karena sebagian besar penyakit kronis dan kebiasaan tidak sehat berasal selama
periode ini (Lu et al., 2022). Maka, latihan fisik berperan dan penting untuk
diterapkan pada kalangan remaja. Menurut (Lu et al., 2022) menegaskan bahwa
43
konstruksi inti dari theory of planned behavior, yaitu attitude toward the behavior
mental dan fisik pada remaja (Piercy et al., 2018). World Health Organization
setidaknya melakukan aktivitas fisik 60 menit per hari dengan intensitas sedang
hingga kuat untuk mencapai hasil kesehatan yang positif (Bull et al., 2020).
latihan fisik, dan kegiatan olahraga yang direncanakan (Vandoni et al., 2021).
Namun, untuk melakukan latihan fisik yang aman untuk mengikuti pedoman yang
telah ditetapkan, diantaranya oleh WHO dan Physical Activity Guidelines for
Americans. Berikut adalah rekomendasi latihan fisik dari WHO (Bull et al., 2020):
apapun.
d. Penting untuk memberikan semua anak dan remaja kesempatan yang aman
dan adil serta dorongan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang
44
mereka.
Pedoman latihan fisik pada remaja yang lain dari Physical Activity
Misalnya, apabila pantas dan aman, para remaja disarankan jalan kaki atau
sedang hingga kuat dalam langkah-langkah kecil dan dengan cara yang
melakukan latihan fisik intensitas sedang hingga kuat setiap hari dan
4. Apabila telah melebihi pedoman utama latihan fisik maka harus menjaga
tingkat dan variasi jenis latihan untuk mengurangi risiko overtraining atau
cedera.
45
Berikut adalah tabel dari contoh untuk melakukan latihan fisik harian
Tabel 2.2
Latihan Fisik Harian
College of Medicine, 2020) terdapat 2 jenis latihan dalam latihan fisik diantaranya
latihan aerobik dan latihan kekuatan. Pada latihan aerobik memiliki ciri latihan
yang melibatkan gerakan berulang yang besar kelompok otot dilakukan untuk
jumlah yang lebih lama waktu, dapat meningkatkan kebugaran kardiovaskular dan
Pada latihan ketahanan memiliki makna latihan yang dilakukan dengan tujuan
melatih otot-otot dalam tubuh dengan ciri latihan yang melibatkan gerakan dengan
kekuatan otot, otot daya tahan dan komposisi tubuh, contohnya adalah latihan fisik
dengan barbel (dumbbell), mesin berat, alat kebugaran (kettlebell), dan resistance
band.
47
Jenis latihan fisik yang lain menurut Physical Activity Guidelines for
Americans (Piercy et al., 2018) adalah latihan fisik berfokus pada tiga jenis latihan,
remaja secara ritmis menggerakkan otot besar untuk jangka waktu yang
adalah contoh aktivitas aerobik. Salah satu manfaat yang menonjol dalam
latihan yang membuat otot bekerja lebih banyak dari biasanya selama
otot. Aktivitas penguatan otot terbagi menjadi dua, yaitu aktivitas penguatan
hentakkan dengan tanah misalnya, lari, lompat tali, bola basket, tenis, dan
latihan jingkat. Aktivitas penguatan tulang juga dapat berupa aerobik dan
penguatan otot. Berikut adalah tabel jenis latihan fisik dan contohnya:
Tabel 2.3
Jenis dan Contoh Latihan Fisik
Jenis Latihan Fisik Contoh latihan fisik
Jalan cepat, bersepeda, rekreasi aktif (misalnya,
kayak, hiking, dan renang), bermain game yang
Intensitas
membutuhkan penangkapan dan melempar
sedang
(misalnya, baseball dan softball), pekerjaan rumah
(Moderate
intensity) atau pekarangan (misalnya, menyapu dan
mendorong mesin pemotong rumput), dan bermain
video game yang termasuk kontinyu pergerakan
Aerobic
Berlari, bersepeda, game aktif yang melibatkan
Intensitas berlari dan mengejar (misalnya, sepak bola bendara),
tinggi lompat tali, ski lintas alam (cross-country skiing),
(Vigorous olahraga seperti (misalnya, sepak bola, bola basket,
intensity) berenang, tenis), seni bela diri dan tarian yang kuat
(latihan fisik yang direncanakan, terstruktur dan berulang) (S. J. H. Biddle et al.,
2019).
(kanker payudara, usus besar dan prostat), latihan fisik mengurangi risiko penyakit
49
kronis (penyakit jantung, darah tinggi tekanan darah tinggi, diabetes dan
osteoporosis), dan yang utama adalah latihan fisik meningkatkan kebugaran fisik
Manfaat latihan fisik di tinjau dari sisi kesehatan sesuatu yang tidak diragukan
Berikut adalah manfaat latihan fisik yang akan didapatkan ketika seseorang dengan
2) Latihan fisik merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah
et al., 2017).
et al., 2021).
1) Latihan fisik secara teratur memiliki skor yang lebih baik pada
lebih baik, efikasi diri dan kesehatan yang dirasakan sendiri (Reigal et
al., 2020).
2022).
persepsi diri dan meningkatkan harga diri pada usia remaja (Lubans et
al., 2016).
diciptakan Mohamad Hasnan Ahmad, Suzana Shahar, Nur Islami Mohd, Fahmi
Teng, Zahara Abdul Manaf, Noor Ibrahim Mohd Sakian, dan Baharudin Omar pada
tahun 2014 (Ahmad et al., 2014) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
behavior atau teori perilaku terencana pada remaja yang telah dimodifikasi.
Instrumen ini telah di uji reliabilitas yang menunjukkan nilai cronbach’s alpha yang
baik, yaitu masing-masing 0,69, 0,75, 0,55, dan 0,91 untuk sikap, norma subyektif,
persepsi kontrol perilaku, dan niat. Selain memiliki reliabilitas yang baik, instrumen
ini memiliki sebaran data yang normal dengan nilai lebih dari 0,5 yang bermakna
dapat diterima. Apabila remaja mendapatkan skor yang tinggi dapat menunjukkan
Bugar adalah keadaan tubuh yang sehat dan segar. Kemudian, jasmani
dimaknai sebagai tubuh, badan, dan lawan dari arti rohani. Kebugaran jasmani
menurut (Corbin et al., 2008) didefinisikan sebagai suatu kemampuan tubuh untuk
52
berfungsi secara efektif dan efesien. Seseorang dikatakan sehat jasmani apabila
mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terlihat kelelahan dan masih dapat
melakukan aktivitas lainnya (Yulianti & Roji, 2017). Maka, kebugaran jasmani
Dalam artian lebih luas, kebugaran jasmani menurut (Garcia et al., 2023)
serangkaian atribut atau karakteristik (misalnya, kekuatan dan daya tahan otot) yang
melakukan aktivitas fisik. Tidak sakadar kemampuan tubuh yang dapat . Kebugaran
jasmani atau physical fitness dikaitkan dengan seseorang kemampuan untuk bekerja
menolak penyakit hipokinetik, dan memenuhi situasi darurat (Corbin et al., 2008).
Meskipun perkembangan fisik kebugaran adalah hasil dari banyak hal, kebugaran
fisik yang optimal adalah tidak mungkin tanpa olahraga teratur. Berikut adalah
1. Komposisi tubuh
Komposisi tubuh dimaknai sebagai persentase relatif dari otot, lemak, tulang,
dan jaringan dalam tubuh. Terdapat empat komponen didalamnya, yaitu jaringan
lemak tubuh total (total body fat), jaringan bebas lemak (fat-free mass), mineral
tulang (bone mineral), dan cairan tubuh (body water). Komposisi tubuh seseorang
2. Kekuatan
eksternal atau untuk mengangkat beban berat. Bentuk latihan yang dapat
meningkatkan kekuatan adalah push-up, back up, lunges, squat, atau dengan
3. Daya Tahan
Sebuah kemampuan dari hati, pembuluh darah, darah, dan sistem pernapasan
yang memasok nutrisi dan oksigen ke otot serta kemampuan otot untuk
ini, dapat bertahan dalam aktivitas fisik untuk waktu yang relatif lama tanpa stres
yang tidak semestinya. Contoh latihan dari daya tahan adalah berjalan dengan cepat,
4. Fleksibilitas
sendi. fleksibilitas dipengaruhi oleh panjang otot, struktur sendi, dan faktor lainnya.
Orang yang cocok bisa menggerakkan tubuh sendi melalui penuh rentang gerak di
54
bekerja dan bermain. Beberapa latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
periode waktu tertentu. Bentuk latihan daya tahan otot adalah latihan beban, seperti
latihan dengan dumble, strech band, gym machine, medicine ball, atau tanpa alat
dapat dengan melakukan sit up, push up, dan squat. Jenis latihan tersebut yang dapat
merangsang kemampuan tubuh untuk bergerak secara optimal dalam jangka waktu
yang lama.
6. Kelincahan
mengubah arah gerakan seluruh tubuh dalam ruang tanpa hilangnya keseimbangan.
7. Koordinasi
tubuh untuk melakukan tugas motorik dengan efektif dan akurat. Selain
konsentrasi dan kepekaan yang tinggi untuk gerakan yang kuat. Beberapa contoh
8. Keseimbangan
ketegangan dari tubuh dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Latihan
keseimbangan memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami cedera dan terjatuh
meningkatkan keseimbangan adalah berjalan di atas balok kayu, berdiri dengan satu
9. Reaksi
Reaksi atau respon adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak dan
menangkap rangsangan yang ditangkap oleh panca indera. Latihan sederhana yang
dapat meningkatkan kecepatan reaksi adalah lempar dan tangkap bola dan
10. Kecepatan
dalam waktu singkat, atau kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu
singkat. Contoh latihan untuk meningkatkan kecepatan adalah lari sprint 50 meter,
menjadi poin utama dalam pembelajaran jasmani (Garcia et al., 2023). Dalam
latihan fisik yang sehat dan dapat motivasi diri yang akan menjadi kunci tingkat
dalam aktivitas fisik (Gea-garcía et al., 2020). Pendidikan jasmani memiliki peran
penting yang tak tergantikan dalam promosi serta penciptaan kebiasaan gaya hidup
sehat yang terkait dengan gaya hidup aktif (Kljajevi et al., 2022). Penelitian ilmiah
fisik dari tahun ke tahun, dengan tren ketidakaktifan yang meningkat aktivitas
meningkat aktivitas berlanjut melalui masa remaja dan bahkan dewasa (Nader et
al., 2008). Oleh karena itu, untuk menangkal tren gaya hidup menetap (sedentary),
sangat penting untuk mempromosikan kebiasaan gaya hidup sehat sejak usia dini
yang juga dapat mengurangi perilaku kesehatan yang berbahaya (Kljajevi et al.,
2022). Berikut adalah tujuan pendidikan jasmani yang tertuang dalam kurikulum
merdeka:
hayat.
nilai kepercayaan diri, sportif, jujur, disiplin, kerja sama, pengendalian diri,
cerminan rasa tanggung jawab personal dan sosial (personal and social
responsibility).
tersebut dapat dicapai. Program terstruktur penting bagi peserta didik untuk
memperoleh pola baru dan kemajuan dalam belajar. Peserta didik membutuhkan
setiap tantangan yang mereka hadapi. Peserta didik dapat memperoleh manfaat dari
harmonis dan sehat) dan di masa depan (menunjukkan efek jangka panjang olahraga
seseorang. Berbagai penelitian ilmiah telah menyatakan manfaat yang besar ketika
58
kebugaran jasmani:
1. Salah satu untuk mendapatkan kebugaran jasmani dengan latihan fisik dan
2. Aktif secara fisik dari semua kelompok umur dan etnis memiliki tingkat
aktivitas fisik yang lebih besar dan leluasa (Schutte et al., 2016).
perkembangan yang harmonis dan sehat) dan di masa depan (menunjukkan efek
dokumentasi yang dimiliki oleh guru pendidikan jasmani pada SMA Negeri di Kota
Tegal yakni nilai yang diperoleh dari hasil tes kebugaran jasmani dari tes kebugaran
Masa remaja merupakan masa kritis untuk membentuk pola hidup sehat dan
kebiasaan gaya hidup aktif hal tersebut dapat memengaruhi masa dewasa bahkan
seumur hidup mereka karena sebagian besar penyakit kronis dan kebiasaan tidak
sehat berasal selama periode ini (Lu et al., 2022). Saat ini, kesehatan peserta didik
sekolah menengah umum terus memburuk (Shkola et al., 2021). Lebih dari 50%
hanya berkisar 5 hingga 25% jumlah lulusan sekolah dalam kondisi sehat (Shkola
et al., 2022). Berbagai cara dapat dilakukan untuk membentuk karakter peserta
didik agar bertanggung jawab atas dirinya dengan membangun melalui iklim kelas
serta mempertahankan kualitas hidup yang baik dengan menerapkan sleep hygiene
Tidur dan latihan fisik memiliki peranan penting untuk kalangan remaja,
melakukan latihan fisik dan memiliki kualitas tidur yang baik mampu
60
meningkatkan daya konsentrasi dan memori belajar pada peserta didik sehingga
berdampak pada kualitas tidur hal tersebut berperan baik dalam meningkatkan
suasana hati, perhatian, motivasi, memori, dan fungsi kognitif seseorang. Ketika
seseorang tidur pada malam hari, otak akan mengintegrasikan pengetahuan dan
membentuk asosiasi baru, sehingga membuat pikiran lebih nyaman dan sehat (Baert
et al., 2015).
Menurut (Hidayah & Haryani, 2012) niat ialah sebuah citra kognitif dari
kesiapan individu untuk melakukan suatu perilaku atau sebuah tindakan. Beberapa
toward the behavior (sikap terhadap perilaku), subjective norm (norma subjektif),
dan perceived behavioral control (kontrol perilaku yang dirasakan). Faktor yang
pertama, attitude toward the behavior (sikap terhadap perilaku) dimana seseorang
akan berkeinginan untuk melakukan latihan fisik jika mereka memiliki keyakinan
bermanfaat bagi mereka, sebaliknya niat remaja dalam melakukan latihan fisik akan
mendukung untuk latihan fisik dengan contoh dalam suatu satuan pendidikan
terdapat seorang guru pendidikan jasmani yang menjelaskan bagaimana aktif dalam
latihan fisik dan olahraga, sebuah keluarga yang menerapkan perilaku hidup sehat,
61
atau teman sebaya yang mengajak untuk latihan fisik setiap weekend dalam situasi
dan kondisi tersebut di tambah dengan penjelasan berbagai macam keuntungan dan
manfaat yang didapatkan ketika seseorang melakukan latihan fisik maka hal
tersebut akan mendorong para remaja yang mendengar dan memahami informasi
tersebut untuk melakukan latihan fisik. Selanjutnya faktor yang ketiga, perceived
dari individu, keluarga, guru atau teman sejawat tentang latihan fisik yang positif
maka hal tersebut dapat membentuk persepi atau keyakinan bahwa seseorang
disekitar dan sedikitnya hambatan untuk melakukan suatu perilaku, maka orang itu
akan memiliki niatan yang kuat dibandingkan ketika memiliki sikap yang positif
dan dukungan dari orang sekitar namun banyak hambatan yang ada untuk
konstruksi inti dari theory of planned behavior, yaitu attitude toward the behavior
Berbagai teori yang telah dijabarkan dengan kritis dan sistematis sehingga
jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada
remaja. Oleh karena itu, untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini di
62
buat dengan bentuk bagan atau gambaran terkait hubungan antara variabel. Berikut
a). Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara iklim kelas pendidikan
c) Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara niat latihan fisik terhadap
jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap niat latihan
METODE PENELITIAN
Kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi dengan metode
dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden
pengaruh dari iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik
terhadap kebugaran jasmani pada remaja. Penelitian ini terdiri dari empat variabel
yaitu tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Oleh karena itu dalam penelitian
ini variabel yang dipengaruhi adalah kebugaran jasmani pada remaja (Y) sebagai
pendidikan jasmani (X1), sleep hygiene (X2), dan niat latihan fisik (X3) sebagai
variabel bebas.
Pada bagian ini akan membahas tentang populasi dan sampel penelitian.
64
65
3.2.1 Populasi
Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan selanjutnya dibuat kesimpulan (Sugiyono, 2010: 61). Menurut
Ridwan (2015: 8) populasi sebagai objek maupun subjek yang terdapat pada suatu
sekelompok elemen atau kasus, objek maupun peristiwa yang memiliki hubungan
dengan kriteria tertentu dan spesifik. Dari beberapa penjelasan tersebut disimpulkan
bahwa, populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang diteliti meliputi
dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang merupakan peserta didik dari lima
SMA Negeri di Kota Tegal yang berjumlah 4.775 peserta didik. Daftar jumlah
Tabel 3.1.
Populasi Penelitian
No. Nama Sekolah Banyak Peserta didik
1. SMA Negeri 1 Kota Tegal 961 peserta didik
2. SMA Negeri 2 Kota Tegal 967 peserta didik
3. SMA Negeri 3 Kota Tegal 1.004 peserta didik
4. SMA Negeri 4 Kota Tegal 930 peserta didik
5. SMA Negeri 5 Kota Tegal 913 peserta didik
Jumlah 4.775 peserta didik
66
3.2.2 Sampel
untuk penelitian (Suharsimi, 2010: 150). Arikunto (2013: 174) menyatakan bahwa
sampel adalah sebagian atau yang dapat mewakili populasi yang akan diteliti.
Sugiyono (2010: 62) menambahkan bahwa sampel bagian dari jumlah dan
karakteristik yang ada pada populasi. Dapat disimpulkan bahwa sampel digunakan
oleh peneliti menjadi bagian yang sifatnya mewakili karakteristik populasi. Oleh
karena itu sampel yang digunakan dari populasi harus representatif atau mewakili.
Menentukan sampel dari suatu populasi dapat menggunakan teknik sampling yang
setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih (Siregar, 2017:
sampel dimana penentuan sampel tidak memberi kesempatan yang sama bagi setiap
karena penelitian dilakukan di lima SMA Negeri Kota Tegal dimana setiap sekolah
mempunyai daerah populasi ada kalanya berbeda. Sehingga banyak sampel yang
digunakan dari setiap strata harus proporsional sehingga didapat sampel yang
representative dan merata. Menurut Siregar (2017: 34) Perhitungan jumlah sampel
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
sebanyak 370 peserta didik. Perhitungan sampel dari setiap strata menggunakan
berikut.
68
Keterangan:
Tabel 3.2.
Sampel Penelitian
seluruh populasi 4.775 peserta didik. Peserta didik yang tidak menjadi bagian dari
sampel penelitian sebanyak 4.405 peserta didik dan sebagian dalam jumlah tersebut
yang akan digunakan untuk uji coba penelitian atau sebagai populasi peserta didik
uji coba.
69
Variabel didefinisikan sebagai objek atau atribut yang akan diteliti. Menurut
Arikunto (2013: 161) variabel penelitian yaitu objek penelitian atau hal yang
variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat yang berasal dari orang, objek,
maupun kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang dipilih oleh peneliti untuk
variabel penelitian merupakan objek, fenomena, atau gejala yang di amati oleh
peneliti.
penelitian adalah objek penelitian bersifat variasi yang akan diteliti untuk
Sugiyono (2010: 4) menjelaskan bahwa terdapat dua macam variabel yang saling
berhubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain dalam penelitian yaitu
penelitian ini ada tiga yaitu iklim kelas pendidikan jasmani sebagai X1, sleep
adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kebugaran
peneliti dengan pembaca supaya terhindar dari kekeliruan maksud dan tujuan yang
akan dicapai terhadap variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini, variabel yang
diteliti yaitu iklim kelas pendidikan jasmani (X1), sleep hygiene (X2), niat latihan
fisik (X3) dan kebugaran jasmani (Y). Variabel tersebut didefinisikan secara
yang berasal dari hubungan yang terjalin antara guru dengan peserta didik, peserta
didik dengan peserta didik, dan akibat hubungan dari berbagai faktor seperti fisik,
dan teknik sesuai dengan karakterisik atau sifat tugas gerak, siswa atau peserta
didik, dan lingkungan belajar. Iklim kelas pendidikan jasmani di bangun untuk
bahwa tujuan utama pendidikan jasmani yaitu dapat memahami bagaimana persepsi
jasmani, membimbing siswa untuk memiliki gaya hidup aktif (Ariestika et al.,
2021). Maka iklim kelas pendidikan jasmani dapat disimpulkan sebagai suatu
keadaan psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk dari hasil interaksi antara
peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan peserta didik yang lainnya yang
Sleep hygiene atau dalam bahasa Indonesia disebut pola tidur bersih
baik dan menyehatkan. Sleep hygiene atau pola tidur bersih menurut National Sleep
mendapatkan tidur malam yang berkualitas dan kesiapan menjalani aktivitas pada
keesokan harinya (Gupta, 2019). Sleep hygiene mencakup praktik berbagai faktor
gaya hidup dengan pertimbangan lingkungan tidur yang kondusif (Chow, 2022).
perilaku (Ajzen, 2012). Niat atau intensi mencerminkan keinginan individu untuk
berulang, dan bertujuan untuk memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih
72
komponen kebugaran. Maka, niat latihan fisik dapat diartikan sebagai dorongan
suatu kemampuan tubuh untuk berfungsi secara efektif dan efesien. Seseorang
terlihat kelelahan dan masih dapat melakukan aktivitas lainnya (Yulianti & Roji,
adalah komposisi tubuh, kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, daya tahan otot,
kemampuan tubuh yang di dapat. Kebugaran jasmani atau physical fitness dikaitkan
yang digunakan untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan dalam
penelitian.
73
Riduwan (2015: 24) mengemukakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara
dipercaya. Sugiyono (2010: 187) menambahkan terdapat dua hal utama yang harus
3.5.1.1. Angket
Angket berisi daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang
kelompok (Hasnunidah, 2017: 89). Menurut Siregar (2017: 21) angket disebut juga
bahwa angket memiliki banyak kelebihan seperti cocok digunakan ketika jumlah
responden cukup besar dan tersebar di tempat berbeda-beda dengan syarat cara dan
pengadaannya mengikuti aturan. Angket dibagi menjadi dua jenis yaitu angket
Jenis angket yang peneliti gunakan adalah angket tertutup. Angket tersebut
berisi beberapa pertanyaan yang sudah disertai dengan pilihan jawaban, responden
hanya perlu menjawab dengan memberikan tanda centang ( ) pada jawaban yang
dinilai sesuai dengan hal yang dialami responden. Sehingga responden tidak diberi
angket dengan skala likert rentang 5. Pada penelitian ini angket digunakan untuk
memeroleh data terkait variabel Iklim Kelas Pendidikan Jasmani (X1) yaitu angket
(PECCS) (X1), angket Sleep Hygiene (X2) yaitu angket Adolescents Sleep Hygiene
Scale (ASHS), dan angket Niat Latihan Fisik Pada Remaja (X3) yaitu angket
3.5.1.2. Dokumentasi
memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka
dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung
sebuah catatan kejadian yang terjadi dimasa lalu. Teknik dokumentasi dipilih
dokumentasi dalam penelitian ini diterapkan untuk memperoleh data siswa dan
daftar hasil penilaian siswa muatan pelajaran PJOK khususnya dalam materi
kebugaran jasmani baik pada penilaian tes maupun non tes yang di peroleh dari
masing-masing guru pengampu mata pelajaran PJOK di SMA Negeri Kota Tegal.
75
Siregar (2017: 25) berpendapat bahwa instrumen merupakan suatu alat yang
kuesioner. Instrumen juga membantu pekerjaan peneliti supaya lebih mudah dan
proses olah data dan analisisnya (Arikunto, 2013: 203). Sugiyono (2010: 133)
menambahkan bahwa suatu alat ukur harus memiliki acuan yang telah disepakati
dalam menentukan interval yang ada pada alat ukur tersebut yaitu skala
(PECCS), Sleep Hygiene (ASHS), dan Niat Latihan Fisik (Intentions Of Physical
Tabel 3.3.
Pedoman Penilaian Skala Angket
Iklim Kelas Pendidikan Jasmani yang diciptakan oleh Stuart K. Biddle, François
Cury, Mario Goudas, Philippe Sarrazin, Jean-Pierre Famose, Marc Durand pada
tahun 1995 (S. Biddle et al., 1995). Terdapat 28 kuesioner dan 6 domain dalam
76
guru orientasi penguasaan kelas (6 item), persepsi pilihan peserta didik (4 item),
dukungan guru (4 item), orientasi pertunjukkan kelas (4 item), dan khawatir tentang
kesalahan (4 item). Instrumen PECCS memiliki indeks kecocokan yang cukup baik
dengan Chi2/d.f ratio sebesar 2,26 yang artinya dapat diterima dan total alpha
digunakan untuk mengukur untuk menyelidiki iklim kelas yang dirasakan dari
Tabel 3.4.
Kisi-Kisi Angket PECCS
Komponen No Item Jumlah
Orientasi penguasaan kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 6
Promosi guru orientasi penguasaan 7, 8, 9, 10, 11, 12 6
kelas
Persepsi pilihan peserta didik 13, 14, 15, 16 4
Dukungan guru 17, 18, 19, 20 4
Orientasi pertunjukkan kelas 21, 22, 23, 24 4
Khawatir tentang kesalahan 25, 26, 27, 28 4
Jumlah 28
Tabel 3.5.
Kuesioner PECCS
KUESIONER PHYSICAL EDUCATION CLASSROOM CLIMATE SCALE
(PECCS)
Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
Di dalam kelas pendidikan jasmani …
1. Saya merasa puas ketika mempelajari
keterampilan dan permainan baru
2. Saya biasanya mempelajari sesuatu yang
baru dan merasa senang dengan hal ini
77
Sleep Hygiene Scale (ASHS) atau Skala Kebersihan Tidur Remaja. Adolescents
Giannotti, MD, Flavia Cortesi, Amy R. Wolfson dan John Harsh (LeBourgeois et
al., 2005). ASHS adalah alat laporan diri 28 item yang menilai praktik yang
79
item), kognitif (6 item), emosional (3 item), lingkungan tidur (4 item), siang hari
tidur (1 item), zat (2 item), rutinitas sebelum tidur (1 item), berbagi tempat tidur/
kamar tidur (2 item), dan stabilitas tidur (4 item). Nilai total domain instrumen
ASHS alpha koefisien adalah 0,80 yang berarti dapat diterima. Kemudian,
instrumen ini menunjukkan nilai yang valid dengan r=0,733-0,888 serta alpha
koefisien cronbach (α) 0,9 yang berarti reliabel (Purnama, 2019). Apabila
keberhasilan tidur yang lebih baik. Kisi-kisi kuesioner ASHS sebagai berikut:
Tabel 3.6.
Kisi-Kisi Adolescents Sleep Hygiene Scale (ASHS)
Komponen No Jumlah
Fisiologis 2, 6, 8, 14, 15 5
Kognitif 7,9, 11, 12, 21, 24 6
Emosional 5, 10, 13 3
Lingkungan tidur 16,17,18,19 4
Tidur siang 1 1
Zat 3, 4 2
Rutinitas waktu tidur 23 1
Berbagi kamar tidur/kamar 20, 22 2
Stabilitas tidur 25, 26,27,28 4
Jumlah 28
Tabel 3.7.
Kuesioner Adolescents Sleep Hygiene Scale (ASHS)
KUESIONER ADOLESCENTS SLEEP HYGIENE SCALE (ASHS)
Pilihan
No Daftar Pertanyaan
SS S N TS STS
1. Saya tidur siang yang berlangsung lebih
dari 1 jam
2. Setelah pukul 18:00, saya minum
minuman yang mengandung kafein
80
diciptakan Mohamad Hasnan Ahmad, Suzana Shahar, Nur Islami Mohd, Fahmi
Teng, Zahara Abdul Manaf, Noor Ibrahim Mohd Sakian, dan Baharudin Omar pada
tahun 2014 (Ahmad et al., 2014) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
82
behavior atau teori perilaku terencana pada remaja yang telah dimodifikasi.
Apabila mendapatkan skor yang tinggi menunjukkan niat latihan fisik lebih
optimal. Model yang berguna untuk menentukan dan memprediksi latihan fisik
pada remaja. Berikut adalah kisi-kisi kuesioner Intentions Of Physical Exercise For
Adolescents:
Tabel 3.8.
Kisi-Kisi Intentions Of Physical Exercise For Adolescents
Komponen No Jumlah
Attitude 1, 2, 3, 4, 5 5
Subjective norm 6, 7, 8, 9, 10, 11 6
Perceived behavioral control 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 7
Intention 19, 20 2
Jumlah 20
Tabel 3.9.
Kuesioner Intentions Of Physical Exercise For Adolescents
diciptakan Mohamad Hasnan Ahmad, Suzana Shahar, Nur Islami Mohd, Fahmi
Teng, Zahara Abdul Manaf, Noor Ibrahim Mohd Sakian, dan Baharudin Omar pada
tahun 2014 (Ahmad et al., 2014) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
behavior atau teori perilaku terencana pada remaja yang telah dimodifikasi.
Instrumen ini telah di uji reliabilitas yang menunjukkan nilai cronbach’s alpha yang
baik, yaitu masing-masing 0,69, 0,75, 0,55, dan 0,91 untuk sikap, norma subyektif,
persepsi kontrol perilaku, dan niat. Selain memiliki reliabilitas yang baik, instrumen
ini memiliki sebaran data yang normal dengan nilai lebih dari 0,5 yang bermakna
dapat diterima. Apabila remaja mendapatkan skor yang tinggi dapat menunjukkan
supaya instrument yang berupa kuesioner valid dan reliabel untuk menghimpun
data. Uji yang dilakukan berupa uji validitas dan reliabilitas. Langkah dalam uji
coba instrumen diawali dengan memberikan angket pada populasi yang berada
diluar sampel penelitian, berikutnya menganalisis hasil untuk mengetahui valid dan
pertanyaan yang valid untuk tetap digunakan. Menurut Sugiyono (2010: 172)
instrumen diuji cobakan pada jumlah populasi yang telah diambil jumlah sampel,
serta dengan jumlah anggota sampel sekitar 30 orang. Jumlah pada populasi uji
coba didapatkan dari hasil pengurangan antara jumlah populasi dengan sampel
penelitian di setiap sekolah. Hasil perhitungan populasi uji coba dapat dilihat pada
Tabel 3.10.
Tabel 3.10.
Perhitungan Populasi Uji Coba
Tabel 3.11.
Perhitungan Sampel Uji Coba
Instrumen atau dikenal dengan alat ukur dinyatakan valid apabila dapat
(Sugiyono, 2010: 168). Arikuton (2013: 211) menambahkan bahwa validitas adalah
86
tingkat kevalidan suatu instrumen yang dapat menunjukan ukuran, jika tingkat
validitas rendah artinya instrumen tersebut dinilai kurang valid serta sebaliknya jika
mengkorelasikan setiap skor item pernyataan dengan skor total item. Untuk
Keterangan:
rhitung>rtabel dengan taraf signifikasi α = 0,05 maka soal dikatakan valid. Sedangkan
jika rhitung < rtabel maka item dinyatakan tidak valid. Item pertanyaan yang dinyatakan
valid akan tetap digunakan, namun item yang tidak valid tidak akan dicantumkan
Service Solution (SPSS) versi 25. Langkah-langkah dalam uji validitas adalah klik
Analyze > Correlate > Bivariate > pada kotak dialog Bivariate Correlations,
87
masukkan semua variabel ke kotak Variables > pilih Pearson pada Correlations
suatu instrumen penelitian reliable atau tidak. Berikut rumus Alpha Cronbach yang
Keterangan:
n = jumlah sampel
= varians total
reliabel atau tidak menggunakan batasan 0,6. Menurut Sekaran (1992) dalam
(Prayitno, 2014: 25), reliabilitas yang kurang dari 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik. Langkah-langkah dalam
uji reliabilitas dengan cara klik Analyze > Scale > Reliability Analysis > pada kotak
dialog Reliability Analysis, masukan semua item angket ke kotak Items > klik OK
(Prayitno, 2014: 27). Pengambilan keputusan dalam uji reliablitas dengan melihat
Analisis data adalah kegiatan saat data sudah terkumpul dari responden atau
sumber data lainnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu
teknik statistik. Diantaranya analisis statistik deskriptif, uji prasyarat analisis, dan
uji hipotesis.
statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran hasil olahan data dengan
dalam penelitian.
Uji prasyarat analisis yang pertama yaitu uji asumsi dasar dengan uji
normalitas dan uji linieritas. Kedua yaitu uji asumsi klasik regresi dengan uji
menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 25.
Menurut Prayitno (2014: 73) uji normalitas data penting untuk dilakukan
karena dengan data yang berdistribusi normal, maka data tersebut dinilai mewakili
populasi. Sugiyono (2010: 79) menambahkan apabila data tidak normal maka perlu
Jasmani (X1), Sleep Hygiene (X2), Niat Latihan Fisik (X3). Kriteria pengambilan
keputusan dalam uji ini, apabila nilai signifikasi lebih dari dari 0,05 maka dapat
disimpulkan data tersebut berdistribusi normal dan apabila nilai signifikasi kurang
dari sama dengan dari 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak berdistribusi normal
(Prayitno, 2014: 77). Langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut klik Analyze
> Descriptive Statictics > Explore > Plot > Kotak Explore: Plots beri tanda centang
( ) pada bagian Normality plots with test > Continue > OK (Prayitno, 2014: 70).
antar variabel yang linier atau tidak (Prayitno, 2014: 80). Pengujian menggunakan
Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya
adalah apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maknanya hubungan antar
variabel linier, sedangkan apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 maknanya
90
hubungan antar dua variabel dinyatakan tidak linier (Prayitno, 2014: 78). Langlah
uji linieritas sebagai berikut, klik Analyze > Compare Means > Means > pindahkan
variabel Y ke Dependent List dan variabel X ke Independent List > klik Options >
beri tanda centang ( ) pada Test for Linearity>Continue > OK (Prayitno, 2014: 79).
(VIF) pada model regresi. Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih
dari 0,1 maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas (Prayitno, 2014: 134).
Langkah-langkah yang digunakan adalah klik Analyze > Regression > Regression
Linear > pindahkan variabel Y pada kotak Dependent dan variabel X ke kotak
Independent(s) > klik Statistics > beri tanda centang (√) pada Collinearity
varian residual yang tak sama. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi
109). Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji dua sisi. Kriteria
pengambilan keputusan dengan signifikansi lebih dari 0,05 (>0,05) maka dapat
analisis adalah klik menu Analyze > Regression > Linear > pindahkan Y ke
Dependent dan X1 ke Independent > klik Save > beri tanda centang (√) pada
Unstandarrdized > Continue > OK. Selanjutnya, hiraukan hasil pada output SPSS,
dan kembali pada halaman input data. Kemudian, akan terlihat variabel dengan
dengan korelasi Spearman’s rho sebagai berikut, Analyze > Correlate > Bivariate
> masukan variabel X dan Unstandarrdized Residual ke kotak > Variables > beri
tanda centang (√) pada Spearman > hilangkan tanda tanda centang (√) pada
yang diurutkan berdasarkan waktu atau ruang (Ajija, 2011). Gejala autokorelasi
dapat dideteksi menggunakan uji Durbin Watson Test dengan menentukan nilai
durbin watosn (DW). Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut
waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di
mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang
kesalahan (residuals) model regresi. Uji ini umumnya digunakan dalam konteks
analisis regresi linier. Nilai uji Durbin-Watson (DW) berkisar antara 0 dan 4. Nilai
5% yaitu apabila nilai D-W di bawah -2 artinya terdapat autokorelasi positif, nilai
92
D-W di antara -2 sampai +2 artinya tidak ada autokorelasi, dan nilai D-W di atas
klik menu Analyze > Regression > Linear > pindahkan variabel Y ke Dependent
dan variabel X1, X2, dan X3 ke Independent(s) > klik Statistics > beri tanda centang
Uji hipotesis pada penelitian ini terdiri atas analisis korelasi sederhana,
analisis korelasi berganda, analisis determinasi, dan uji F. Semua uji hipotesis
tersebut dilakukan untuk memberi gambaran terkait korelasi dan sejauh mana
keeratan dan bentuk arah hubungan antar dua variabel atau lebih. Dalam penelitian
ini menggunakan korelasi Pearson product Moment atau Spearman’s rho dengan
kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai Sig. lebih dari 0,05 atau nilai
Sig. (>0.05) maka terdapat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat
sebaliknya apabila Sig. kurang dari 0,05 atau nilai Sig. (<0.05) maka tidak terdapat
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Prayitno, 2014: 105).
apabila rhitung > rtabel maka H0 ditolak, sedangkan apabila rhitung < rtabel maka H0
koefisien korelasi (R) yang menunjukkan keeratan hubungan antar variabel. Nilai
koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Jika nilai semakin
hubungan semakin lemah. Pengujian ini dilakukan dengan cara klik menu Analyze
> Correlate > Bivariate > pindahkan variabel ke kotak Variables > OK (Prayitno,
Tabel 3.12.
Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
pada masa depan berdasarkan data yang telah lalu atau mengetahui pengaruh satu
variabel bebas terhadap satu variabel terikat (Siregar, 2015: 284). Langkah-langkah
dalam pengujian ini dengan cara klik menu Analyze > Regression > Linear >
keputusan uji regresi adalah apabila nilai Sig. kurang dari 0,05 atau nilai Sig.
(<0.05) maka terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat
sebaliknya apabila Sig. lebih dari 0,05 atau nilai Sig. (>0.05) maka tidak terdapat
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Prayitno, 2014: 105).
Y = a + b.X
Keterangan:
94
Y = variabel terikat
X1 = variabel bebas
a = konstanta
Analisis regresi berganda memiliki tujuan yang sama dengan regresi sederhana,
perbedaan terletak pada jumlah variabel bebas yang digunakan lebih dari satu yang
memberi pengaruh pada variabel terikat. Pada penelitian ini, analisis regresi
(X11), sleep hygiene (X2), dan niat latihan fisik (X3) terhadap kebugaran jasmani
pada remaja (Y). Langkah-langkah yang digunakan adalah klik Analyze >
Regression > Regression Linear > pindahkan variabel Y pada kotak Dependent dan
pengambilan keputusan uji regresi adalah apabila nilai Sig. kurang dari 0,05 atau
nilai Sig. (<0.05) maka terdapat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat sebaliknya apabila Sig. lebih dari 0,05 atau nilai Sig. (>0.05) maka
(Prayitno, 2014: 105). Rumus regresi berganda menurut Siregar (2015: 301)
sebagai berikut:
Keterangan:
Y = variabel terikat
a = konstanta
merupakan kuadrat dari koefisien korelasi yang dikalikan dengan 100%. Rumus
KP = R2 x 100%
Keterangan:
KP = koefisien determinan
Nilai koefisien dapat dilihat pada output Model Summary kolom R Square
menurut Prayitno (2014: 66) jika R2 = 0 maka tidak ada persentase pengaruh yang
persentase pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah
100% atau sempurna. Pengelompokan nilai R Square yang disampaikan oleh Chin
(1998) dibagi dalam tiga kategori yang terdapat pada tabel 3.13.
Tabel 3.13
Tingkat Nilai R Square
96
untuk melihat pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikat dan perhitungan uji F dapat di lihat pada output ANOVA dari hasil
analisis regresi berganda. Tingkatan yang digunakan adalah sebesar 0.5 atau 5%,
jika nilai signifikan F < 0.05 maka dapat diartika bahwa variabel bebas secara
Penelitian ini menggunakan sampel 370 peserta didik. Terdiri dari 152 peserta
didik laki-laki dan 218 peserta didik perempuan yang tersebar pada Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Tegal. Berikut adalah grafik persebaran
Laki-laki Perempuan
Berikut adalah data dari nilai minimum, maximum, dan mean yang diperoleh
dari hasil penelitian.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IKPJ 370 43.00 106.00 73.9892 15.27755
SH 370 20.00 87.00 61.8270 13.26762
NLF 370 33.00 89.00 62.2892 12.66004
KJ 370 60.00 95.00 74.2432 11.19404
Valid N 370
(listwise)
Sumber: Hasil Olah Data SPSS Versi 25
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF
(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).
97
98
Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji
Hasil uji normalitas variabel iklim kelas pendidikan jasmani, variabel sleep
hygiene, variabel niat latihan fisik, dan variabel kebugaran jasmani menunjukkan
nilai signifikansi 0,00; 0,00; 0,00; dan 0,00 yang memiliki makna nilai signifikansi
kebugaran jasmani menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,06 yang memiliki
makna nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga terdapat hubungan yang linier
99
jasmani.
Tabel 4.3 Hasil Uji Linieritas Iklim Kelas Pendidikan Jasmani dengan Kebugaran
Jasmani
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
KJ * Between (Combined) 32080.010 57 562.807 12.403 .000
IKPJ Groups Linearity 27954.033 1 27954.033 616.019 .000
Deviation 4125.977 56 73.678 1.624 .006
from
Linearity
Hasil uji linieritas variabel sleep hygiene terhadap variabel kebugaran jasmani
menunjukkan nilai signifikansi. 0,00 yang memiliki makna nilai signifikansi kurang
dari (<0,05) sehingga terdapat hubungan yang linier antara variabel sleep hygiene
Tabel 4.4 Hasil Uji Linieritas Sleep Hygiene dengan Kebugaran Jasmani
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
KJ * Between (Combined) 31349.889 50 626.998 13.434 .000
SH Groups Linearity 26920.594 1 26920.594 576.810 .000
Deviation 4429.295 49 90.394 1.937 .000
from
Linearity
Hasil uji linieritas variabel niat latihan fisik terhadap variabel kebugaran
signifikansi kurang dari (<0,05) sehingga terdapat hubungan yang linier antara
Tabel 4.5 Hasil Uji Linieritas Niat Latihan Fisik dengan Kebugaran Jasmani
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
KJ * Between (Combined) 29121.124 48 606.690 11.377 .000
NLF Groups Linearity 24940.268 1 24940.268 467.712 .000
Deviation 4180.855 47 88.954 1.668 .006
from
Linearity
Within Groups 17116.984 321 53.324
Total 46238.108 369
Keterangan: NLF (Niat Latihan Fisik) dan KJ (Kebugaran Jasmani)
normal dan hasil uji linearitas linear sehingga uji korelasi menggunakan non
parametrik dengan uji Spearman rho yang cocok digunakan dalam penelitian ini.
pendidikan jasmani adalah 0,232, nilai tolerance variabel sleep hygiene adalah
0,248, dan nilai tolerance variabel niat latihan fisik adalah 0,293. Seanjutnya, hasil
iklim kelas pendidikan jasmani adalah 4,316, nilai Variant Inflation Factor (VIF)
variabel sleep hygiene adalah 4,028, dan nilai Variant Inflation Factor (VIF)
Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka
multikolinieritas.
Coefficientsa
a. Dependent Variable: KJ
kelas pendidikan jasmani 1,0, nilai signifikansi variabel sleep hygiene 1,0, nilai
signifikansi variabel niat latihan fisik 1,0 dikarenakan nilai signifikansi lebih dari
heteroskedastisitas.
102
Coefficientsa
Watson sebesar 2,040 nilai lebih dari 2 (>2) maka terdapat autokorelasi negatif yang
bermakna menyebabkan error akan diikuti oleh error yang berbeda tanda.
b. Dependent Variable: KJ
Hasil uji analisis korelasi sederhana dengan Spearman’s rho variabel iklim
kelas pendidikan jasmani terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA
Negeri Kota Tegal memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar .753**. Dimana nilai
sig. .753** > 0.05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kelas
kuat karena berada pada rentang 0.600 – 0.799 dan arah hubungan yang positif yang
bermakna semakin tinggi iklim kelas pendidikan jasmani maka semakin tinggi
Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani terhadap Kebugaran
Jasmani
Correlations
IKPJ KJ
Spearman's rho IKPJ Correlation Coefficient 1.000 .753**
Sig. (2-tailed) . .000
N 370 370
**
KJ Correlation Coefficient .753 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 370 370
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani) dan KJ (Kebugaran Jasmani).
Hasil uji analisis regresi mendapatkan nilai sig sebesar .000. Dimana nilai Sig.
(<0.05) yang memiliki arti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel iklim kelas
pendidikan jasmani terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota
Tegal. Dengan demikian, hipotesis Ha1 yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara
104
iklim kelas pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani Terhadap Kebugaran
Jasmani
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 32.091 1.814 17.686 .000
IKPJ .570 .024 .778 23.720 .000
a. Dependent Variable: KJ
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani) dan KJ (Kebugaran Jasmani).
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani
terhadap Kebugaran Jasmani
Model Summary
Uji analisis determinasi menghasilkan nilai R Square .605 yang memiliki arti
variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal sebanyak
60,5% termasuk dalam kategori tingkat moderat sehingga sisanya sebesar 39,5%
Kebugaran Jasmani
Iklim kelas dikaitkan dengan suasana atau keadaan yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran hasil dari interaksi antara guru dan peserta didik. Menjaga
iklim kelas yang baik untuk mendapatkan suasana kelas yang nyaman akan
105
dinyatakan sebagai konteks dan pengalaman positif di sekolah, yang mengarah pada
dapat membentuk karakter dan literasi fisik yang baik. Pendidikan jasmani di
sekolah dapat memberikan pengaruh yang besar dalam membangun pola pikir
Dimana .753** > 0.05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kelas
signifikansi 0.000. Kurang dari 0,05 maknanya terdapat pengaruh yang signifikan
antara iklim kelas pendidikan jasmani terhadap kebugaran jasmani, dan kontribusi
jasmani sebanyak 60,5% sehingga termasuk dalam kategori moderat dan sisanya
39,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diujikan dalam penelitian.
dilakukan oleh (Gillison et al., 2013) yang menguji potensi untuk memanipulasi
tujuan dan motif remaja untuk partisipasi dalam pelajaran pendidikan jasmani di
jasmani yang lebih bermakna dan mampu dalam mengendalikan serta membentuk
niat masa depan yang lebih kuat untuk latihan fisik atau berolahraga. Maka, penting
106
dan vitalitas, guru harus benar-benar berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan lebih
banyak berinteraksi dengan peserta didik sehingga peserta didik memiliki evaluasi
dan identitas positif terhadap guru pendidikan jasmani. Dengan demikian, guru
penting dalam membentuk iklim kelas yang penuh dukungan, afinitas, dan
keterlibatan dapat secara positif memengaruhi motivasi otonom peserta didik dalam
Selanjutnya, data sekunder dalam penelitian ini adalah peserta didik remaja
jasmani seperti hal biasa, dan sisanya 3% menganggap bahwa pendidikan jasmani
sebesar 48,1% menganggap pembelajaran pendidikan jasmani seperti hal biasa, dan
iklim kelas pendidikan jasmani yang menarik sehingga dapat terwujud kegiatan
pendidikan jasmani pada remaja peserta didik yang duduk di bangku sekolah
pendidikan jasmani yang menyenangkan akan mengantar peserta didik untuk lebih
aktif baik saat pembelajaran di sekolah atau di waktu luang mereka. Menurut (Ács
et al., 2020) manfaat yang dihasilkan dari rutin dalam aktivitas fisik adalah beragam
keterampilan kognitif dan sosial. Sebaliknya, gaya hidup yang tidak aktif telah
kesakitan dan kematian, serta peningkatan prevalensi penyakit kronis di masa yang
kebiasaan dan gaya hidup sehat, serta dalam pengembangan keterampilan individu
dan kognitif. (Silva et al., 2022). Iklim kelas pendidikan jasmani penting diterapkan
dikalangan pada peserta didik khususnya pada remaja, ketika peserta didik
108
yang lebih baik (Strong et al, 2005). Dengan demikian, iklim kelas pendidikan
jasmani dengan metode dan pendektan yang baik akan memengaruhi kebugaran
Hasil uji analisis korelasi sederhana dengan Spearman’s rho variabel sleep
hygiene terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota
Tegal memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar .747**. Dimana nilai .747** > 0.05
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sleep hygiene terhadap kebugaran
jasmani dengan tingkat hubungan yang kuat karena berada pada rentang 0.600 –
0.799 dan arah hubungan yang positif yang bermakna semakin tinggi sleep hygiene
yang dimiliki maka semakin tinggi kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri
Kota Tegal.
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran Jasmani
Correlations
SH KJ
Spearman's rho SH Correlation Coefficient 1.000 .747**
Correlations
SH KJ
KJ Correlation Coefficient .747** 1.000
Hasil uji analisis regresi mendapatkan nilai sig. sebesar .000. Dimana nilai Sig.
(<0.05) yang memiliki arti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel sleep hygiene
terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal. Dengan
demikian, hipotesis Ha2 yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara sleep hygiene
terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota
Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Sleep Hygiene Terhadap Kebugaran Jasmani
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 34.440 1.798 19.160 .000
SH .644 .028 .763 22.646 .000
a. Dependent Variable: KJ
Keterangan: SH (Sleep Hygiene) dan KJ (Kebugaran Jasmani).
Uji analisis determinasi menghasilkan nilai R Square .582 yang memiliki arti
jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal sebanyak 58,2 % termasuk dalam
kategori tingkat moderat sehingga sisanya sebesar 41,8% dipengaruhi oleh variabel
Tabel 4.14 Hasil Uji Koenfisien Determinasi Sleep Hygiene Dengan Kebugaran
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .763 .582 .581 7.24522
a. Predictors: (Constant), SH
Keterangan: SH (Sleep Hygiene)
Tidur merupakan hal yang pokok dan memiliki fungsi yang penting dalam
konsekuensi negatif. Kualitas dalam tidur akan menjadi lebih baik apabila
seseorang memiliki pola hidup aktif secara fisik dan melakukan olahraga (Machado
et al., 2018). Pentingnya tidur bagi kesehatan dan kesejahteraan selama masa
remaja diakui secara luas sebagai periode pertumbuhan dan perkembangan yang
signifikan (Vyazovskiy, 2015). Sleep hygiene merupakan metode yang baik sebagai
faktor pelindung untuk mencapai kualitas tidur yang optimal. Sleep hygiene adalah
berbagai macam praktik yang diperlukan untuk mendapatkan tidur malam yang
berkualitas dan kesiapan menjalani aktivitas pada keesokan harinya (Gupta, 2019).
Dimana nilai .747** > 0.05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sleep
0.000 > 0.05 maknanya terdapat pengaruh yang signifikan antara sleep hygiene
dalam kategori moderat dan sisanya 41,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang
111
tidak diujikan dalam penelitian. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Wolfson et al., 2015) pada remaja menghasilkan temuan bahwa
program sleep smart dengan menerapkan sleep hygiene memiliki kejelasan dalam
Penelitian yang lain (Carrión-Pantoja et al., 2022) bahwa sleep hygiene yang
yang tepat sebagai salah satu cara efektif untuk meningkatkan prestasi akademis.
keseluruhan untuk kesejahteraan serta kinerja akademik. Oleh sebab itu sleep
hygiene dianjurkan untuk diterapkan, khususnya pada kalangan remaja yang duduk
di bangku sekolah.
bahwa sleep hygiene dapat memengaruhi kualitas tidur dikalangan remaja. Remaja
yang menerapkan sleep hygiene dapat memperbaiki kualitas tidurnya (Sari &
Annisa, 2021). Sebuah penelitian menghasilkan temuan bahwa sleep hygiene atau
hubungan antara durasi tidur dan faktor penentu sosial-kognitif dari Theory of
Planned Behavior (yaitu, sikap, norma subjektif, persepsi perilaku kontrol, dan
112
niat) temuan ini menunjukkan bahwa sleep hygiene dapat diterapkan durasi tidur
Selanjutnya, data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini adalah peserta
didik remaja laki-laki merasakan bahwa kualitas tidur sebesar 24%, kemudian
merasakan tidur biasa 67,1%, dan sisanya merasakan bahwa tidurnya menganggap
tidak berkualitas 8,9%. Peserta didik remaja perempuan merasakan bahwa kualitas
tidur sebesar 12%, kemudian merasakan tidur biasa 67,8%, dan sisanya merasakan
anggapan tentang kualitas tidur pada remaja peserta didik yang duduk di bangku
menganggap bahwa tidak merasakan kualitas tidur yang baik. Hal ini akan
mereka. Seseorang dapat menerapkan sleep hygiene atau pola tidur bersih untuk
tidur lebih baik menurut (Suni & Vyas, 2023) yaitu dengan cara mengoptimalkan
113
jadwal tidur, menjalankan rutinitas sebelum tidur, dan menjalankan rutinitas harian
adalah bagian dari memanfaatkan kebiasaan untuk membuat kualitas tidur terasa
menjadi istirahat dan tertidur. Beberapa tip atau cara dapat membantu namun hal
yang telah dijelaskan diatas bukan persyaratan atau pedoman yang kaku, seseorang
dapat menyesuaikan sesuai dengan keadaan dan membuat daftar pola tidur bersih
Jasmani
Hasil uji analisis korelasi sederhana dengan Spearman’s rho variabel niat
latihan fisik terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota
Tegal memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar .717**. Dimana nilai .717** > 0,05
yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara niat latihan fisik terhadap
kebugaran jasmani dengan tingkat hubungan yang kuat karena berada pada rentang
0.600 – 0.799 dan arah hubungan yang positif yang bermakna semakin tinggi niat
latihan fisik maka semakin tinggi kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri
Kota tegal.
Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Sederhana Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani
Correlations
NLF KJ
Spearman's rho NLF Correlation Coefficient 1.000 .717**
Sig. (2-tailed) . .000
N 370 370
114
Correlations
NLF KJ
KJ Correlation Coefficient .717** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 370 370
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan: NLF (Niat Latihan Fisik) dan KJ (Kebugaran Jasmani).
Hasil uji analisis regresi mendapatkan nilai sig. sebesar .000. Dimana nilai
Sig.(< 0.05) yang memiliki arti pengaruh yang signifikan antara variabel niat latihan
fisik terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal.
Dengan demikian, hipotesis Ha3 yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara niat
latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah Atas
Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Sederhana Niat Latihan Fisik terhadap Variabel
Kebugaran Jasmani
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 33.794 1.988 16.996 .000
NLF .649 .031 .734 20.759 .000
a. Dependent Variable: KJ
Keterangan: NLF (Niat Latihan Fisik) dan KJ (Kebugaran Jasmani).
Uji analisis determinasi menghasilkan nilai R Square .539 yang memiliki arti
kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal sebanyak 53,9 %
115
Tabel 4.17 Hasil Uji Determinasi Niat Latihan Fisik terhadap Variabel Kebugaran
Jasmani
Model Summary
Jasmani
Niat diartikan sebagai maksud atau tujuan suatu perbuatan. Memiliki niat
dalam latihan fisik merupakan gabungan dari beberapa komponen yang kompleks
yang akan mendorong melakukan berbagai macam latihan fisik dan ketika
menerapkan latihan fisik secara otomatis manfaat akan diperoleh dengan baik.
melakukan latihan fisik, diantaranya adalah attitude toward the behavior (sikap
Faktor yang pertama, attitude toward the behavior (sikap terhadap perilaku)
dimana seseorang akan berkeinginan untuk melakukan latihan fisik jika mereka
melakukan latihan fisik akan memberikan kerugian bagi mereka. Faktor yang
116
dalam situasi dan kondisi layaknya lingkungan yang mendukung untuk latihan fisik
dengan contoh dalam suatu satuan pendidikan terdapat seorang guru pendidikan
jasmani yang menjelaskan bagaimana aktif dalam latihan fisik dan olahraga, sebuah
keluarga yang menerapkan perilaku hidup sehat, atau teman sebaya yang mengajak
untuk latihan fisik setiap weekend dalam situasi dan kondisi tersebut di tambah
ketika seseorang melakukan latihan fisik maka hal tersebut akan mendorong para
remaja yang mendengar dan memahami informasi tersebut untuk melakukan latihan
fisik. Selanjutnya faktor yang ketiga, perceived behavioral control (kontrol perilaku
yang dirasakan) adalah sebuah pengalaman dari individu, keluarga, guru atau teman
sejawat tentang latihan fisik yang positif maka hal tersebut dapat membentuk
persepi atau keyakinan bahwa seseorang mampu melakukan latihan fisik. Menurut
(Lu et al., 2022) menegaskan bahwa konstruksi inti dari theory of planned behavior,
yaitu attitude toward the behavior (sikap terhadap perilaku), subjective norm
Dimana nilai .717** > 0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
signifikansi 0.000 < 0,05 maknanya terdapat pengaruh yang signifikan antara niat
latihan fisik terhadap kebugaran jasmani, dan kontribusi variabel niat latihan fisik
termasuk dalam kategori moderat dan sisanya 46,1% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diujikan dalam penelitian. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Lu
et al., 2022) menghasilkan temuan yang mendukung bahwa konstruksi utama dari
theory of planned behavior atau teori perilaku terencana dapat secara efektif
menentukan niat latihan fisik dengan teratur di kalangan remaja dan hasil penelitian
ini dapat berfungsi sebagai referensi bagi bidang kesehatan maupun sekolah dalam
Penelitian yang lain (Gulley & Boggs, 2014) menghasilkan temuan bahwa
aktivitas fisik akan menghasilkan hasil kesehatan dan kebugaran jasmani yang lebih
baik untuk remaja. Memahami theory planned of behavior yang berkaitan dengan
yang efektif menargetkan perilaku aktivitas fisik intervensi yang mendorong sikap
meningkatkan niat dan kemungkinan partisipasi lebih dalam aktivitas fisik untuk
konstruksi atau model Theory of Planned Behavior (yaitu, sikap, norma subjektif,
dan persepsi kontrol perilaku) berguna dalam memahami aktivitas fisik dan peneliti
menyoroti pentingnya seorang praktisi atau guru untuk memberikan kegiatan yang
jasmani dapat diperoleh seiring dengan menerapkan latihan fisik yang tepat
bahwa peserta didik laki-laki memiliki niat dalam melakukan latihan fisik sebesar
95,2% dan sisanya tidak memiliki niat dalam melakukan latihan fisik sebesar 4,8%.
Sedangkan peserta didik perempuan memiliki niat dalam melakukan latihan fisik
sebesar 89,7% dan sisanya tidak memiliki niat dalam melakukan latihan fisik
sebesar 10,3%. Dengan demikian, peserta didik laki-laki memiliki niat latihan fisik
lebih tinggi dibandingankan dengan peserta didik perempuan. Berikut adalah grafik
aggapan niat latihan fisik pada remaja peserta didik yang duduk di bangku sekolah
Grafik 4.3 Niat Latihan Fisik Remaja SMA Negeri di Kota Tegal
Niat dalam latihan fisik penting untuk di dukung dengan baik, peserta didik
remaja perlu di bimbing dengan baik supaya memiliki niat dan tekad yang kuat
119
untuk melakukan latihan fisik sehingga kebugaran jasmani dapat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari sepanjan hayat. Seorang yang memiliki sikap yang positif,
suatu perilaku, maka seseorang akan memiliki niatan yang kuat dibandingkan
ketika memiliki sikap yang positif dan dukungan dari orang sekitar namun banyak
4.6 Pengaruh Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, dan Niat
berganda antara variabel iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat
latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota Tegal.
Nilai rhitung sebesar .810, langkah berikutnya adalah menentukan nilai rtabel yang
dapat dilihat pada tabel r uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 dengan n = 370.
Nilai rtabel yang diperoleh sebesar 0.102. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
rhitung(0.810) > rtabel (0.102) maknanya terjadi korelasi antara variabel iklim kelas
pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran
jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota tegal. Nilai korelasi berganda berada
pada rentang 0.80 – 0.100 sehingga hubungan antar variabel tergolong sangat kuat.
Arah hubungan dengan melihat rhitung yang bernilai positif sehingga arah hubungan
positif yang bermakna semakin tinggi iklim kelas pendidikan jasmani, sleep
120
hygiene, dan niat latihan fisik maka semakin tinggi kebugaran jasmani pada remaja
Tabel 4.18 Hasil Uji Korelasi Iklim Kelas Pendidikan Jasmani, Sleep Hygiene, Dan
Niat Latihan Fisik Terhadap Kebugaran Jasmani
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .810a .656 .653 6.59341
a. Predictors: (Constant), NLF, SH, IKPJ
Hasil uji analisis regresi berganda mendapatkan nilai sig. (<0.05) yaitu,
variabel iklim kelas pendidikan jasmani ialah .000, nilai sig. variabel sleep hygiene
ialah .000, dan nilai sig. variabel niat latihan fisik ialah .000. yang memiliki arti
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel iklim kelas pendidikan jasmani,
sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap variabel kebugaran jasmani pada
remaja di SMA Negeri Kota Tegal. Dengan demikian, hipotesis Ha4 yaitu terdapat
pengaruh yang signifikan antara iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan
niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja Sekolah Menengah Atas
Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi Berganda Iklim, Sleep Hygiene, Dan Niat Latihan
Fisik Terhadap Variabel Kebugaran Jasmani
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 28.023 1.800 15.564 .000
121
Hasil uji F variabel iklim kelas pendidikan jasmani, variabel sleep hygiene,
dan variabel niat latihan fisik terhadap variabel kebugaran jasmani pada remaja di
SMA Negeri Kota Tegal memperoleh nilai sig. sebesar .000. Dimana nilai sig .000
< 0,05 yang artinya seluruh variabel independen yaitu, variabel iklim kelas
pendidikan jasmani, variabel sleep hygiene, dan variabel niat latihan fisik secara
Uji analisis determinasi menghasilkan nilai R Square .656 yang memiliki arti
besarnya kontribusi variabel iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat
latihan fisik dalam memengaruhi variabel kebugaran jasmani pada remaja di SMA
Negeri Kota Tegal sebanyak 65,6% termasuk dalam kategori tingkat moderat
122
sehingga sisanya sebesar 34,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diuji
dalam penelitian.
Tabel 4.21 Hasil Koenfisien Determinasi Iklim Kelas, Sleep Hygiene, Dan Niat
Latihan Fisik Memengaruhi Kebugaran Jasmani
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .810a .656 .653 6.59341
a. Predictors: (Constant), NLF, SH, IKPJ
Keterangan: IKPJ (Iklim Kelas Pendidikan Jasmani), SH (Sleep Hygiene), NLF
(Niat Latihan Fisik), dan KJ (Kebugaran Jasmani).
hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja. Sesuai hasil
analisis penelitian ini menunjukkan bahwa rhitung (0.810) > rtabel (0.102) maknanya
terjadi korelasi antara variabel iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan
niat latihan fisik terhadap kebugaran jasmani pada remaja di SMA Negeri Kota
Tegal dengan tingkat hubungan sangat kuat dan arah hubungan positif.
0.000 dengan Sig. (<0.05) maknanya terdapat pengaruh yang signifikan antara
iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap
kebugaran jasmani, dan kontribusi variabel iklim kelas pendidikan jasmani, sleep
hygiene, dan niat latihan fisik dalam memengaruhi variabel kebugaran jasmani
sebanyak 65,6% sehingga termasuk dalam kategori moderat dan sisanya 34,4%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diujikan dalam penelitian. Iklim kelas
123
satunya yaitu dengan hidup aktif sepanjang hayat, memiliki tidur yang berkualitas
dengan menerapkan sleep hygiene, dan memiliki niat dan tekad yang kuat untuk
melakukan latihan fisik serta menerapkannya maka akan memiliki pengaruh dalam
suasana dan keadaan kelas yang menyenangkan dan memberikan motivasi pada
menarik minat serta menyenangkan dengan dorongan yang membuat iklim kelas
yang berkualitas memberikan dasar bagi gaya hidup sehat dan aktif yang
pengajaran masa depan (Diamond, 2015). Melalui pendidikan jasmani peserta didik
dapat diarahkan untuk dapat melakukan latihan fisik yang tepat untuk mendapatkan
lebih baik dapat melakukan aktivitas fisik pada waktu luang mereka.
jasmani. Sleep hygiene atau pola tidur bersih sebagai seperangkat rekomendasi
perilaku dan lingkungan yang dimaksudkan untuk mempromosikan tidur yang sehat
124
dari lingkungan tidur, pertahankan jadwal tidur yang teratur, dan latihan fisik secara
konsisten (Irish et al., 2016). Mematuhi tahapan dan rekomendasi sleep hygiene
yang tepat akan memperoleh kualitas tidur yang optimal sehingga membantu
nyenyak, cukup, dan nyaman sehingga merasa energik, waspada, dan seimbang
secara mental dan emosional setiap hari (Kaneita et al., 2007). Mengaplikasikan
sleep hygiene membantu meminimalisir dan mengatasi gangguan pola tidur pada
remaja. Menurut (Kansagra, 2020) untuk menerapkan sleep hygiene pada remaja
harus dilaksanakan secara disiplin dengan menjaga jadwal tidur yang konsisten,
menjaga lingkungan tidur tetap sejuk dan bebas dari kebisingan, serta menghindari
segala sesuatu yang menganggu tidur (Kansagra, 2020). Supaya mendapatkan hasil
kualitas tidur dilanjutkan memperoleh kebugaran yang baik maka petunjuk praktis
suatu perilaku atau sebuah tindakan (Hidayah & Haryani, 2012). Niat dalam latihan
perilaku yang dirasakan). Faktor-faktor dalam niat latihan fisik yang kompleks
125
tersebut yang akan merangkai tindakan dalam latihan fisik menjadi terwujud.
Menurut (Lu et al., 2022) menegaskan bahwa konstruksi inti dari theory of planned
behavior, yaitu attitude toward the behavior (sikap terhadap perilaku), subjective
norm (norma subjektif), dan perceived behavioral control (kontrol perilaku yang
dirasakan) secara signifikan dapat memengaruhi niat latihan fisik remaja. Dalam
penelitian (Archer, 2014) latihan fisik pada remaja memberikan dampak kesehatan
yang cukup lengkap diantaranya adalah otot dan tulang dapat berfungsi secara
penurunan risiko penyakit kronis seperti kelebihan berat badan dan diabetes,
merupakan obat sedangkan perilaku sedenter atau menetap dan tidak aktif dapat
menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, latihan fisik telah diidentifikasi sebagai
peluang kunci untuk menghasilkan manfaat yang besar secara signifikan, termasuk
bahwa peserta didik laki-laki memiliki frekuensi dalam melakukan latihan fisik
perminggu ialah lebih dari 5 kali sebesar 9%, 3 hingga 5 kali sebesar 14,4%, 1
hingga 3 kali sebesar 68,3% dan sisanya tidak melakukan latihan fisik sebesar 8,3%.
fisik perminggu ialah lebih dari 5 kali sebesar 3%, 3 hingga 5 kali sebesar 3,9%, 1
hingga 3 kali sebesar 79,8% dan sisanya tidak melakukan latihan fisik sebesar 13%.
Hal ini merupakan gambaran frekuensi dalam melakukan latihan fisik setiap
126
minggu yang dijalankan oleh peserta didik remaja. Berikut adalah grafik freksuensi
latihan fisik yang dilakukan oleh remaja peserta didik yang duduk di bangku
Iklim kelas pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik memiliki
hubungan dan saling memengaruhi dalam kebugaran jasmani remaja. Berbagai cara
dapat dilakukan untuk membentuk karakter peserta didik agar bertanggung jawab
atas dirinya dengan membangun melalui iklim kelas pendidikan jasmani yang
hidup yang baik dengan menerapkan sleep hygiene untuk memperoleh kualitas tidur
yang baik dan aktif dalam melakukan latihan fisik untuk mendapatkan kebugaran
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
1. Terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 0,00 (<0,05) antara iklim kelas
kebugaran jasmani sebesar 60,5% pada remaja SMA Negeri di Kota Tegal.
sebesar 58,2% pada remaja SMA Negeri di Kota Tegal. Menerapkan sleep
hygiene atau pola tidur bersih dengan disiplin dan mengikuti petunjuk yang
3. Terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 0,00 (<0,05) antara niat latihan
fisik terhadap kebugaran jasmani dan variabel niat latihan fisik memberikan
127
128
pada remaja SMA Negeri di Kota Tegal. Mengaplikasikan niat dan tekad
4. Terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 0,00 (<0,05) antara iklim kelas
pendidikan jasmani, sleep hygiene, dan niat latihan fisik terhadap kebugaran
pada remaja SMA Negeri di Kota Tegal. Kebugaran jasmani dapat diperoleh
bersih, dan niat serta tekad yang kuat dalam latihan fisik dan
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
2. Menerapkan sleep hygiene atau pola tidur bersih dengan mengikuti petunjuk
dengan benar di kalangan remaja serta penting dari orang tua untuk
3. Penting bagi remaja untuk memiliki niat dan tekad yang kuat dalam latihan
sepanjang hayat.
130
DAFTAR PUSTAKA
Ács, P., Betlehem, J., Oláh, A., Bergier, J., Melczer, C., Prémusz, V., & Makai, A.
(2020). Measurement of public health benefits of physical activity : validity
and reliability study of the international physical activity questionnaire in
Hungary. BMC Public Health, 20(Suppl 1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/s12889-020-08508-9
Ahmad, M. H., Shahar, S., Mohd Fahmi Teng, N. I., Abdul Manaf, Z., Mohd
Sakian, N. I., & Omar, B. (2014). Applying theory of planned behavior to
predict exercise maintenance in sarcopenic elderly. Clinical Interventions in
Aging, 9, 1551–1561. https://doi.org/10.2147/CIA.S60462
Ajzen, I. (1991). Theory of Planned Behaviour. Organization Behavior and Human
Decision Processes, 50, 179–211. https://doi.org/10.47985/dcidj.475
Ajzen, I. (2012). The theory of planned behavior. Handbook of Theories of Social
Psychology: Volume 1, January 2012, 438–459.
https://doi.org/10.4135/9781446249215.n22
Ajzen, I. (2020). The theory of planned behavior: Frequently asked questions.
Human Behavior and Emerging Technologies, 2(4), 314–324.
https://doi.org/10.1002/hbe2.195
Alvarez-Pitti, J., Casajús-Mallén, J. A., Leis-Trabazo, R., Lucía, A., López de Lara,
D., Moreno-Aznar, L. A., & Rodríguez-Martínez, G. (2020). Exercise as
medicine in chronic diseases during childhood and adolescence. Anales de
Pediatría, 92(3), 1–8. https://doi.org/10.1016/j.anpede.2020.01.001
Archer, T. (2014). Health Benefits of Physical Exercise for Children and
Adolescents. Journal of Novel Physiotherapies, 04(02), 2–5.
https://doi.org/10.4172/2165-7025.1000203
Ariestika, E., widiyanto, widiyanto, & Nanda, F. A. (2021). Implementasi Standar
Pedoman Nasional Terhadap Tujuan Pendidikan Jasmani. Sport Science,
21(1), 1–10. http://sportscience.ppj.unp.ac.id/index.php/jss/article/view/58
Baert, S., Omey, E., Verhaest, D., & Vermeir, A. (2015). Mister Sandman, bring
me good marks! On the relationship between sleep quality and academic
achievement. Social Science and Medicine, 130, 91–98.
https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2015.02.011
Bailey, R. (2006). General Article Physical Education and Sport in Schools : A
Review of Benefits and Outcomes. Journal of School Health, 76(8), 397–401.
Bass, R. W., Brown, D. D., Laurson, K. R., & Coleman, M. M. (2013). Physical
fitness and academic performance in middle school students. Acta Pædiatrica,
1–6. https://doi.org/10.1111/apa.12278
Biddle, S., Cury, F., Sarrazin, P., Famose, J.-P., & Durand, M. (1995). Development
of scale to measure perceived physical education class climate: A cross -
national project. British Journal of Educational Psychology, 341–358.
131
Biddle, S. J. H., Ciaccioni, S., Thomas, G., & Vergeer, I. (2019). Physical activity
and mental health in children and adolescents: An updated review of reviews
and an analysis of causality. Psychology of Sport and Exercise, 42(August),
146–155. https://doi.org/10.1016/j.psychsport.2018.08.011
Bull, F. C., Al-Ansari, S. S., Biddle, S., Borodulin, K., Buman, M. P., Cardon, G.,
Carty, C., Chaput, J. P., Chastin, S., Chou, R., Dempsey, P. C., Dipietro, L.,
Ekelund, U., Firth, J., Friedenreich, C. M., Garcia, L., Gichu, M., Jago, R.,
Katzmarzyk, P. T., … Willumsen, J. F. (2020). World Health Organization
2020 guidelines on physical activity and sedentary behaviour. British Journal
of Sports Medicine, 54(24), 1451–1462. https://doi.org/10.1136/bjsports-
2020-102955
Carrión-Pantoja, S., Prados, G., Chouchou, F., Holguín, M., Mendoza-Vinces, Á.,
Expósito-Ruiz, M., & Fernández-Puerta, L. (2022). Insomnia Symptoms,
Sleep Hygiene, Mental Health, and Academic Performance in Spanish
University Students: A Cross-Sectional Study. Journal of Clinical Medicine,
11(7), 1–13. https://doi.org/10.3390/jcm11071989
Castillo, I., Molina-García, J., Estevan, I., Queralt, A., & Álvarez, O. (2020).
Transformational Teaching in Physical Education and Students’ Leisure-Time
Physical Activity: The Mediating Role of Learning Climate, Passion and Self-
Determined Motivation. International Journal of Environmental Research and
Public Health, 17(13), 1–16. https://doi.org/10.3390/ijerph17134844
Chaddha, A., Jackson, E. A., Richardson, C. R., & Franklin, B. A. (2017).
Technology to Help Promote Physical Activity. American Journal of
Cardiology, 119(1), 149–152. https://doi.org/10.1016/j.amjcard.2016.09.025
Chow, C. M. (2022). Sleep Hygiene Practices: Where to Now? Hygiene 2022, Vol.
2, Pages 146-151, 2(3), 146–151. https://doi.org/10.3390/HYGIENE2030013
Chulani, V. L., & Gordon, L. P. (2014). Adolescent Growth and Development.
Primary Care - Clinics in Office Practice, 41(3), 465–487.
https://doi.org/10.1016/j.pop.2014.05.002
Collins, H., Booth, J. N., Duncan, A., & Fawkner, S. (2019). The effect of resistance
training interventions on fundamental movement skills in youth: a meta-
analysis. Sports Medicine - Open, 5(1), 2–14. https://doi.org/10.1186/s40798-
019-0188-x
Conner, M. (2020). Theory of Planned Behavior. In Handbook of Sport Psychology
(pp. 1–18). https://doi.org/10.1002/9781119568124.ch1
Corbin, C. B. (2021). Conceptual physical education: A course for the future.
Journal of Sport and Health Science, 10(3), 308–322.
https://doi.org/10.1016/J.JSHS.2020.10.004
Corbin, C. B., Corbin, W. R., Welk, G. J., Welk, K. A., Corbin, C. B., & Corbin,
W. R. (2008). Concepts of Physical Fitness Active Lifestyles for Wellness
Fourteenth Edition.
132
Lu, Y. J., Lai, H. R., Lin, P. C., Kuo, S. Y., Chen, S. R., & Lee, P. H. (2022).
Predicting exercise behaviors and intentions of Taiwanese urban high school
students using the theory of planned behavior. Journal of Pediatric Nursing,
62, e39–e44. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2021.07.001
Lubans, D., Richards, J., Hillman, C., Faulkner, G., Beauchamp, M., Nilsson, M.,
Kelly, P., Smith, J., Raine, L., & Biddle, S. (2016). Physical activity for
cognitive and mental health in youth: A systematic review of mechanisms.
Pediatrics, 138(3), 1–13. https://doi.org/10.1542/peds.2016-1642
Machado, L., Tenório, F., Oliveira, D., & Oliveira, A. (2018). Exercise or physical
activity : which is more strongly associated with the perception of sleep quality
by adolescents? Rev Paul Pediatr, 36(3), 322–328.
Mahyarni. (2013). Sebuah Kajian Historis tentang Perilaku. Jurnal El-Riyasah,
4(1), 13–23. http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/elriyasah/article/view/17/13%0Ask25
Margaret, W. (2013). Definition of Physical Literacy and clarification of related.
ICSSPE Bull J Sport Sci Phys Educ, 29, 28–33.
https://doi.org/10.4324/9780203702697-17
Martín, A., & Raquel. (2016). Prevalence of Childhood Obesity & Eating Habits in
Primary Education. Enfermeria Global, 52–62.
Martins, J., Honório, S., & Cardoso, J. (2023). Physical fitness levels in students
with and without training capacities – A comparative study in physical
education classes. Retos, 47, 43–50.
Morwitz, V. G., & Munz, K. P. (2020). Intentions. Consumer Psychology Review,
1–16. https://doi.org/10.4324/9781315807164-9
Nader, P. R., Bradley, R. H., Houts, R. M., Mcritchie, S. L., & Brien, M. O. (2008).
Moderate-to-Vigorous Physical Activity From Ages 9 to 15 Years. JAMA,
300(3), 295–305.
Ntoumanis, N., & Standage, M. (2009). Motivation in Physical Education Classes
A self-determination theory perspective. Theory and Research in Education
Copyright, 7(2), 194–202. https://doi.org/10.1177/1477878509104324
Otravenko, O. (2021). Leisure and recreational activities of student youth in the
context of health-preservation. Journal for Educators, Teachers and Trainers,
12(3), 146–154. https://doi.org/10.47750/jett.2021.12.03.014
PennState College of Medicine. (2020). Exercise vs. Physical Activity (pp. 1–2).
https://research.med.psu.edu/oncology-nutrition-exercise/patient-
guides/exercise-vs-activity/
Piercy, K. L., Troiano, R. P., Ballard, R. M., Carlson, S. A., Fulton, J. E., Galuska,
D. A., George, S. M., & Olson, R. D. (2018). Physical Activity Guidelines for
Americans 2nd edition. In DC: U.S. Department of Health and Human
Services (Vol. 2). https://doi.org/10.1001/jama.2018.14854
136
Plotnikoff, R. C., Lubans, D. R., Costigan, S. A., Trinh, L., Spence, J. C., Downs,
S., & McCargar, L. (2011). A test of the theory of planned behavior to explain
physical activity in a large population sample of adolescents from Alberta,
Canada. Journal of Adolescent Health, 49(5), 547–549.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2011.03.006
Pranata, D., & Kumaat, N. (2022). Pengaruh Olahraga Dan Model Latihan Fisik
Terhadap Kebugaran Jasmani Remaja: Literature Review. Jurnal Universitas
Negeri Surabaya, 10(02), 107–116.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-kesehatan-
olahraga/article/view/45189
Purnama, N. L. A. (2019). Sleep Hygiene Dengan Gangguan Tidur Remaja. Jurnal
Keperawatan, 8(2), 30–36.
Ramdhani, N. (2016). Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory of Planned
Behavior. Buletin Psikologi, 19(2), 55–69.
https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/11557
Reigal, R. E., Moral-Campillo, L., Morillo-Baro, J. P., de Mier, R. J. R., Hernández-
Mendo, A., & Morales-Sánchez, V. (2020). Physical exercise, fitness,
cognitive functioning, and psychosocial variables in an adolescent sample.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(3),
1–13. https://doi.org/10.3390/ijerph17031100
Reinodt, S., Haglund, E., Bremander, A., Jarbin, H., & Larsson, I. (2022).
Adolescents’ Long-Term Experiences of Manageability, Comprehensibility,
and Meaningfulness of a Group-Based Exercise Intervention for Depression.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(5),
1–14. https://doi.org/10.3390/ijerph19052894
Rocliffe, P., Keeffe, B. O., Walsh, L., Stylianou, M., Woodforde, J., García, L.,
Wesley, G., Tara, O. B., Ian, C., Patricia, S., & Mcnamara, M. (2023). The
Impact of Typical School Provision of Physical Education , Physical Activity
and Sports on Adolescent Physical Activity Behaviors : A Systematic
Literature Review. Adolescent Research Review, 1–27.
https://doi.org/10.1007/s40894-022-00200-w
Sallis, J. F., & Mckenzie, T. L. (2013). Physical Education’s Role in Public Health
Physical Education’s Role in Public Health. RQES Forum, 62(2), 124–137.
https://doi.org/10.1080/02701367.1991.10608701
Sari, D. H. A., & Annisa, N. (2021). The Relationship of Sleep Hygiene With
Quality of Sleep in Adolescents. Proceedings of the 1st International
Conference on Sport Sciences, Health and Tourism (ICSSHT 2019), 35(Icssht
2019), 309–312. https://doi.org/10.2991/ahsr.k.210130.066
Sawyer, S. M., Azzopardi, P. S., Wickremarathne, D., & Patton, G. C. (2018). The
age of adolescence. The Lancet Child and Adolescent Health, 2(3), 223–228.
https://doi.org/10.1016/S2352-4642(18)30022-1
Schutte, N. M., Nederend, I., Hudziak, J. J., & Geus, E. J. C. De. (2016). Differences
137
Vandoni, M., Codella, R., Pippi, R., Pellino, V. C., Lovecchio, N., Marin, L.,
Silvestri, D., Gatti, A., Magenes, V. C., Regalbuto, C., Fabiano, V., Zuccotti,
G., & Calcaterra, V. (2021). Combatting sedentary behaviors by delivering
remote physical exercise in children and adolescents with obesity in the covid-
19 era: A narrative review. Nutrients, 13(12), 1–19.
https://doi.org/10.3390/nu13124459
Vyazovskiy, V. V. (2015). Sleep, recovery, and metaregulation: explaining the
benefits of sleep. Nature and Science of Sleep, 7, 171–184.
Whitehead, M. (2019). Physical literacy across the world. In Physical Literacy
across the World. https://doi.org/10.4324/9780203702697
Wolfson, A. R., Harkins, E., Johnson, M., & Marco, C. (2015). Effects of the Young
Adolescent Sleep Smart Program on sleep hygiene practices, sleep health
efficacy, and behavioral well-being. Sleep Health, 1(3), 197.
https://doi.org/10.1016/J.SLEH.2015.07.002
World Health Organization. (2018). Global Standards for Health Promoting
Schools. In WHO. https://www.who.int/publications/i/item/global-standards-
for-health-promoting-schools
Yuksel, H. S., Şahin, F. N., Maksimovic, N., Drid, P., & Bianco, A. (2020). School-
Based Intervention Programs for Preventing Obesity and Promoting Physical
Activity and Fitness: A Systematic Review. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(1), 1–22.
https://doi.org/10.3390/ijerph17010347
Yulianti, E., & Roji. (2017). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
SMP/MTs Kelas VIII.
LAMPIRAN
139
140
Lampiran 1
SURAT KEPUTUSAN DOSEN PEMBIMBING TESIS
141
Lampiran 2
NIM : 0602521040
Program Studi : Pendidikan Olahraga
telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Seminar Proposal Tesis.
Prof. Dr. Heny Setyawati, M. Si. Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd.
NIP.196706101992032001 NIP. 197412151997031004
142
Lampiran 3
PERSETUJUAN PEMBIMBING
NIM : 0602521040
Program Studi : Pendidikan Olahraga
telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.
Prof. Dr. Heny Setyawati, M. Si. Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd.
NIP.196706101992032001 NIP. 197412151997031004
143
Lampiran 4
PERSETUJUAN TIM PENGUJI PROPOSAL TESIS
NIM : 0602521040
Program Studi : Pendidikan Olahraga
telah diseminarkan pada tanggal 21 Maret 2023 dan telah direvisi sesuai dengan
masukan tim penilai.
Semarang, 16 Mei 2023
Dr. Ranu Baskora Aji Putra, M.Pd. Prof. Dr. Heny Setyawati, M. Si.
NIP. 197412151997031004 NIP.196706101992032001
144
Lampiran 5
SURAT TUGAS PENGUJI PROPOSAL TESIS
145
Lampiran 6
SURAT IZIN PENELITIAN SMA NEGERI 1 KOTA TEGAL
146
Lampiran 7
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN
DI SMA NEGERI 1 KOTA TEGAL
151
Lampiran 8
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
SISWA MENGISI ANGKET PENELITIAN
Lampiran 9
No Physical Education Climate Classroom Scale (X1)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 5 4 5 3 3 2 2 3 3
2 3 3 3 5 5 3 3 4 4 3 4 5 3 4 4 3 3 3 3 5 5 5 3 4 3 4 2 3
3 4 3 3 5 5 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 2 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3
6 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3
7 3 3 4 4 4 3 3 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 4 3 3 2 3 3
8 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 2 2 1 4
9 2 3 3 4 4 5 4 4 4 5 5 3 3 5 5 4 4 4 4 2 3 5 5 3 1 1 1 1
10 5 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 4 2 3 3 3
11 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
12 3 5 4 4 5 5 3 5 5 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 3 5 5 3 3 3 3 3 3
13 3 3 4 3 3 4 3 3 5 5 5 5 4 4 3 3 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 2 3
14 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4
15 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 5 5 2 4 4 4 4 3 2 2 2 4
16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17 4 5 5 4 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 3 5 1 4 1 2
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
20 3 4 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 3 3 3 4 3 4 4 5 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 2 2 3
157
No Physical Education Climate Classroom Scale (X1)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
22 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 4 4
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 5 5 5 4 2 2 2 2 3 5
25 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 1 1 1 4
26 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 4 4 5 1 2 3 2
27 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 2 2 2 4
158
REKAP SKOR ANGKET UJI COBA SLEEP HYGIENE SCALE
Lampiran 10
No Sleep Hygiene Scale (X2)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 2 3 5 5 3 4 3 3 3 5 4 5 4 5 4 5 3 5 4 4 2 2 5 3 5 5 3 4
2 2 2 5 5 2 5 2 2 4 3 3 3 3 2 3 4 4 5 5 3 1 5 3 3 1 1 1 3
3 3 5 5 5 2 2 3 2 4 4 2 3 4 4 4 3 4 5 5 2 4 4 5 4 4 3 3 2
4 5 3 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3
5 2 3 5 5 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3
6 2 4 5 5 3 5 3 3 2 3 2 4 3 5 5 5 3 5 5 5 3 1 5 3 4 5 4 4
7 1 3 5 5 3 5 1 3 3 3 1 1 1 5 3 5 5 1 1 5 5 4 4 1 2 2 2 3
8 4 1 5 5 5 5 3 3 4 3 4 2 2 5 5 5 5 4 4 5 3 1 5 2 2 2 1 1
9 1 3 5 5 1 4 1 2 1 3 1 1 1 4 3 4 5 2 3 1 1 5 5 3 1 3 1 4
10 2 3 5 5 1 5 3 3 1 3 2 3 2 3 4 4 3 2 1 2 2 4 4 3 3 3 3 3
11 2 4 4 4 4 2 2 2 2 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3
12 2 5 5 5 1 3 1 1 1 3 1 1 1 4 5 4 4 1 1 3 3 3 5 1 1 1 4 1
13 1 5 5 5 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 1 2 5 2 2 5 1 3 3 3 3
14 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 2 5 5 5 5 2 2 5 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 4 5 5 3 2 3
16 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 2
17 1 5 3 2 2 2 1 1 3 3 3 4 4 4 3 1 5 3 5 4 2 3 5 3 3 4 4 1
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 5 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
20 5 3 3 5 5 5 3 5 3 5 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 2 2 3 5 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 4 4 2 4 2 2 2
159
No Sleep Hygiene Scale (X2)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
22 2 4 4 4 3 2 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 2 4 4
23 3 3 3 4 4 5 3 3 3 4 5 3 3 3 4 4 4 5 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3
24 1 2 1 2 1 5 1 3 2 3 2 3 3 5 5 3 3 5 3 5 1 1 3 1 2 5 2 1
25 1 2 1 4 1 1 1 3 1 4 1 1 1 4 4 1 3 3 5 5 1 3 5 3 4 3 1 2
26 2 2 3 5 4 2 1 2 2 3 1 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 5 3 2 3 2 2 5
27 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 3 5 5 5 5 5 3 3 3 5 3 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
160
REKAP SKOR ANGKET UJI COBA INTENTIONS OF PHYSICAL EXERCISE FOR ADOLESCENTS
Lampiran 11
No Intentions Of Physical Exercise For Adolescents (X3)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 3 5 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3
2 4 3 4 1 2 3 4 4 3 3 3 4 4 1 3 4 2 2 4 4
3 4 2 4 4 4 4 2 3 3 2 4 5 5 2 3 4 3 3 5 5
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
5 3 2 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4
6 4 5 4 5 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 5
7 5 5 5 3 3 3 4 3 5 2 3 5 5 3 5 3 3 2 5 5
8 3 2 4 4 5 3 2 2 4 2 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4
9 2 3 4 3 2 2 1 1 3 1 1 5 3 4 5 4 4 3 5 5
10 3 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
11 4 4 5 3 4 5 5 5 5 5 4 4 5 2 5 5 4 3 4 4
12 5 3 5 3 1 4 4 4 4 3 2 3 3 2 1 5 1 2 5 5
13 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1
16 4 3 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4
17 5 3 4 3 3 3 4 4 5 5 5 3 4 5 4 5 1 2 4 3
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4
161
No Intentions Of Physical Exercise For Adolescents (X3)
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
22 4 2 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 5 4 5 5 5 3 4 4 4 4 3 5 5 5 3 4 5 3 4 5
25 5 4 5 3 4 5 5 3 3 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
26 5 4 5 5 2 4 3 5 3 5 3 4 3 2 5 4 4 4 4 5
27 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3
29 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3
30 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 3 3 3
162
163
Lampiran 12
Lampiran 13
Reliability Statistics
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X101 85.6000 135.834 .407 .939
X102 85.6333 132.516 .641 .936
X103 85.6000 130.041 .752 .934
X104 85.3667 130.792 .739 .934
X105 85.3333 129.885 .769 .934
X106 85.4333 130.599 .710 .935
X107 85.7000 131.872 .662 .935
X108 85.3333 132.989 .594 .936
X109 85.6000 135.076 .582 .937
X110 85.4333 132.806 .667 .935
X111 85.5000 132.397 .618 .936
X112 85.5667 131.840 .662 .935
X113 85.8667 133.706 .669 .936
X114 85.8667 133.292 .645 .936
X115 85.8000 132.855 .632 .936
X116 85.9333 135.789 .585 .937
X117 85.6333 133.068 .651 .936
164
165
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X118 85.7667 134.530 .576 .937
X119 85.7667 131.771 .623 .936
X120 85.6000 134.386 .482 .938
X121 85.7000 134.700 .504 .938
X122 85.5333 134.395 .498 .938
X123 86.0000 137.310 .444 .938
X124 85.8667 135.982 .449 .938
166
Lampiran 14
Lampiran 15
HASIL UJI RELIABILITAS
ANGKET SLEEP HYGIENE SCALE
Reliability Statistics
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X201 56.9667 95.206 .451 .831
X202 55.5000 98.534 .236 .842
X203 55.1000 100.369 .204 .842
X204 56.5000 90.672 .583 .823
X205 56.0333 97.620 .260 .841
X206 57.0000 92.828 .708 .821
X207 56.5667 97.289 .439 .831
X208 56.7333 95.306 .556 .827
X209 56.1000 98.093 .453 .831
X210 56.7333 91.030 .668 .820
X211 56.4667 91.430 .674 .820
X212 56.5667 94.392 .559 .826
X213 56.1333 98.326 .295 .838
X214 56.1000 92.231 .494 .828
X215 56.3000 98.631 .256 .840
168
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X216 56.7333 99.237 .306 .837
X217 56.7667 97.564 .418 .832
X218 56.5000 96.879 .396 .833
X219 56.4667 99.154 .283 .838
X220 56.7000 100.286 .265 .838
169
Lampiran 16
Lampiran 17
Reliability Statistics
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X301 63.7000 73.666 .730 .861
X302 64.3000 79.459 .398 .872
X303 63.5333 74.326 .784 .860
X304 63.9333 79.237 .252 .880
X305 64.2000 79.131 .370 .873
X306 64.0667 77.651 .630 .866
X307 64.2000 76.786 .533 .868
X308 64.2000 80.441 .300 .876
X309 63.9000 78.645 .521 .869
X310 64.2000 77.131 .482 .870
X311 64.1667 78.351 .472 .870
X312 63.7333 76.892 .598 .866
X313 63.8667 75.361 .702 .863
X314 64.5333 79.085 .271 .879
X315 64.0000 77.931 .402 .873
171
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X316 63.7667 77.082 .620 .866
X317 64.2667 79.099 .327 .876
X318 64.5333 81.016 .321 .874
X319 63.8333 76.144 .541 .868
X320 63.6667 74.506 .588 .866
172
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
1 52 51 37 70
2 53 20 44 60
3 79 73 65 75
4 77 63 62 75
5 75 56 57 65
6 94 81 73 90
7 56 51 80 70
8 62 47 50 60
9 66 61 59 85
10 84 68 65 75
11 63 51 52 60
12 92 73 80 90
13 63 50 52 60
14 80 62 77 75
15 63 45 46 60
16 72 51 47 60
17 83 69 66 85
18 71 61 64 70
19 74 63 58 70
20 56 44 67 65
21 98 73 81 90
22 59 51 56 65
23 60 57 49 65
24 98 78 82 85
25 63 58 50 65
26 97 82 79 85
27 92 77 85 85
28 60 61 45 60
29 99 76 82 90
30 59 40 55 60
178
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
31 57 34 54 70
32 79 68 71 65
33 53 58 55 60
34 58 55 58 65
35 100 75 85 90
36 59 49 51 65
37 93 81 80 95
38 91 81 76 90
39 53 65 52 60
40 61 41 46 65
41 93 82 85 95
42 79 49 50 75
43 79 73 72 80
44 72 49 43 60
45 97 82 83 95
46 60 61 70 80
47 61 54 47 65
48 74 54 59 80
49 89 78 64 65
50 89 81 76 90
51 66 49 54 60
52 68 67 59 80
53 62 45 51 70
54 80 75 66 75
55 86 60 49 85
56 93 77 74 85
57 80 72 73 70
58 94 84 84 95
59 91 75 79 85
60 63 52 47 60
61 98 79 79 85
62 78 78 63 75
63 55 48 53 70
64 92 74 73 65
65 81 61 58 70
66 56 42 57 65
67 63 56 52 65
179
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
68 55 51 63 60
69 64 48 49 70
70 79 68 70 75
71 66 44 49 60
72 98 87 81 90
73 65 44 48 60
74 86 71 66 75
75 96 77 78 90
76 85 74 67 70
77 49 47 52 60
78 69 55 58 80
79 85 77 68 75
80 96 81 78 90
81 65 52 53 60
82 94 71 83 70
83 85 68 63 65
84 61 55 49 70
85 58 48 49 60
86 73 61 50 90
87 89 75 67 85
88 59 43 52 60
89 104 80 74 95
90 72 57 66 70
91 55 45 55 65
92 76 53 52 80
93 95 82 83 85
94 68 46 54 65
95 55 44 50 65
96 55 45 48 60
97 98 80 80 95
98 90 79 76 90
99 69 58 63 70
100 61 53 80 60
101 68 43 55 70
102 58 44 44 65
103 86 50 59 75
104 67 47 49 65
180
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
105 53 58 80 60
106 94 82 83 95
107 66 50 55 70
108 99 80 83 95
109 70 68 49 75
110 59 46 80 60
111 100 82 79 85
112 80 66 72 65
113 63 47 55 70
114 63 57 49 70
115 69 61 61 70
116 57 43 80 60
117 50 52 57 65
118 78 59 53 90
119 79 74 65 75
120 93 77 80 90
121 55 51 52 60
122 64 45 45 60
123 75 63 60 85
124 70 60 63 70
125 57 52 54 65
126 98 82 75 90
127 76 80 63 75
128 62 50 55 65
129 98 78 75 85
130 88 63 73 70
131 57 51 33 60
132 58 49 56 65
133 74 69 73 75
134 98 78 81 95
135 93 76 82 95
136 91 62 73 70
137 66 54 55 65
138 104 80 78 85
139 59 48 53 60
140 96 84 77 95
141 91 62 73 80
181
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
142 83 70 68 80
143 64 57 46 70
144 87 73 75 85
145 60 55 58 65
146 69 54 68 80
147 81 68 73 70
148 64 46 43 65
149 97 83 81 95
150 78 46 55 80
151 79 60 64 75
152 43 60 42 60
153 57 57 45 60
154 99 70 76 90
155 52 50 48 70
156 80 61 76 85
157 60 47 55 65
158 71 54 66 75
159 67 52 59 70
160 49 57 42 65
161 78 48 56 80
162 90 85 85 95
163 57 55 58 60
164 68 60 54 60
165 78 70 64 75
166 66 49 50 65
167 73 59 60 90
168 97 81 74 95
169 101 73 75 85
170 88 74 69 65
171 59 53 54 60
172 60 58 54 70
173 62 57 55 65
174 79 73 76 85
175 53 52 61 70
176 79 62 69 80
177 61 48 55 70
178 100 83 74 85
182
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
179 96 66 68 70
180 66 45 50 70
181 74 45 58 65
182 61 57 46 65
183 62 46 49 70
184 94 81 81 95
185 57 44 47 70
186 76 65 67 90
187 92 82 77 85
188 74 68 71 75
189 61 61 64 90
190 80 74 65 85
191 71 50 49 65
192 63 53 58 70
193 58 58 45 65
194 82 72 74 75
195 67 49 50 65
196 98 84 78 95
197 79 56 68 80
198 81 69 74 85
199 74 78 69 80
200 64 53 54 65
201 77 64 64 85
202 72 69 49 80
203 60 52 50 60
204 58 60 43 60
205 64 64 59 90
206 87 65 73 85
207 83 66 76 80
208 50 49 46 70
209 94 71 74 65
210 106 81 81 90
211 60 51 52 70
212 55 46 53 65
213 83 75 81 70
214 54 48 48 70
215 81 69 53 75
183
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
216 70 67 75 75
217 93 81 79 95
218 78 64 71 80
219 81 77 72 85
220 64 44 57 70
221 66 54 52 60
222 59 48 55 70
223 71 57 66 90
224 87 63 60 70
225 90 75 79 90
226 51 48 45 60
227 87 83 77 90
228 99 87 79 90
229 74 57 64 80
230 62 50 49 60
231 65 50 52 65
232 59 53 52 60
233 97 82 82 85
234 62 47 53 60
235 52 53 47 65
236 96 85 81 85
237 79 71 68 90
238 72 64 67 85
239 64 52 46 65
240 60 51 59 60
241 55 56 54 60
242 100 79 78 85
243 98 82 79 95
244 101 72 67 70
245 60 52 49 70
246 64 51 36 65
247 55 50 48 65
248 66 49 53 60
249 62 51 63 60
250 62 52 51 70
251 100 80 72 90
252 59 44 52 65
184
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
253 78 55 67 85
254 63 51 48 60
255 64 52 48 65
256 85 73 72 80
257 76 74 68 85
258 61 74 50 70
259 94 82 74 95
260 99 80 81 85
261 85 63 72 80
262 65 48 66 90
263 96 78 79 95
264 82 77 63 80
265 59 53 52 65
266 96 74 68 85
267 59 53 61 70
268 62 42 45 65
269 54 45 50 70
270 99 78 89 90
271 59 50 44 60
272 65 52 55 65
273 93 86 82 95
274 82 83 73 85
275 51 42 42 65
276 61 63 65 70
277 61 53 46 60
278 48 49 48 60
279 83 77 74 85
280 81 77 73 75
281 96 79 82 85
282 89 81 80 70
283 51 56 49 65
284 95 78 78 90
285 75 49 45 65
286 75 67 69 80
287 74 64 70 85
288 84 75 72 65
289 99 80 75 85
185
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
290 57 41 49 70
291 83 64 78 65
292 58 42 50 60
293 94 78 76 85
294 54 50 56 70
295 79 65 60 75
296 65 53 59 70
297 67 49 55 60
298 67 64 45 80
299 91 85 76 90
300 60 54 56 65
301 59 50 49 65
302 90 63 66 80
303 61 54 52 60
304 61 50 48 60
305 76 74 72 75
306 60 54 51 65
307 62 46 52 60
308 77 70 73 85
309 97 76 79 90
310 80 67 72 80
311 53 43 45 60
312 70 57 63 75
313 66 52 49 60
314 85 59 68 85
315 94 74 79 90
316 67 56 48 65
317 99 80 78 85
318 76 56 66 75
319 78 74 63 70
320 82 67 70 70
321 60 46 46 60
322 51 39 48 65
323 63 59 45 65
324 62 54 46 65
325 97 81 79 90
326 56 59 54 75
186
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
327 67 42 45 60
328 45 54 51 65
329 98 78 84 90
330 69 74 69 75
331 89 67 60 65
332 66 42 48 70
333 61 48 51 70
334 66 48 49 60
335 71 48 48 60
336 74 54 52 85
337 58 40 54 60
338 82 79 69 80
339 89 79 74 95
340 91 81 81 95
341 56 52 49 65
342 71 60 59 80
343 89 76 65 80
344 59 54 53 65
345 58 53 54 65
346 78 63 79 65
347 83 62 72 75
348 55 56 52 65
349 97 81 85 85
350 86 68 55 75
351 99 86 82 85
352 58 53 50 70
353 62 55 54 65
354 88 65 59 85
355 97 84 77 95
356 52 61 46 70
357 55 51 47 65
358 57 50 61 65
359 83 54 71 90
360 62 57 41 65
361 73 62 66 80
362 97 85 79 90
363 63 44 46 70
187
NO KEBUGARAN
PECCS ASHS IOPEFA
RESP JASMANI
364 57 53 52 70
365 75 69 72 85
366 65 52 48 70
367 81 77 65 85
368 59 47 58 70
369 99 87 79 85
370 97 81 81 85
188
Lampiran 22
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IKPJ 370 43.00 106.00 73.9892 15.27755
SH 370 20.00 87.00 61.8270 13.26762
NLF 370 33.00 89.00 62.2892 12.66004
KJ 370 60.00 95.00 74.2432 11.19404
Valid N (listwise) 370
189
Lampiran 23
Lampiran 24
HASIL UJI LINEARITAS
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KJ * IKPJ Between (Combined) 32080.010 57 562.807 12.403 .000
Groups Linearity 27954.033 1 27954.033 616.019 .000
Deviation 4125.977 56 73.678 1.624 .006
from Linearity
Within Groups 14158.098 312 45.379
Total 46238.108 369
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KJ * SH Between (Combined) 31349.889 50 626.998 13.434 .000
Groups Linearity 26920.594 1 26920.594 576.810 .000
Deviation 4429.295 49 90.394 1.937 .000
from Linearity
Within Groups 14888.219 319 46.672
Total 46238.108 369
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KJ * NLF Between (Combined) 29121.124 48 606.690 11.377 .000
Groups Linearity 24940.268 1 24940.268 467.712 .000
Deviation from 4180.855 47 88.954 1.668 .006
Linearity
Within Groups 17116.984 321 53.324
Total 46238.108 369
191
Lampiran 25
HASIL MULTIKOLINEARITAS
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 28.023 1.800 15.564 .000
IKPJ .267 .047 .365 5.730 .000 .232 4.316
SH .245 .052 .291 4.725 .000 .248 4.028
NLF .181 .050 .205 3.612 .000 .293 3.410
a. Dependent Variable: KJ
192
Lampiran 26
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 3.442E-15 1.800 .000 1.000
IKPJ .000 .047 .000 .000 1.000 .232 4.316
SH .000 .052 .000 .000 1.000 .248 4.028
NLF .000 .050 .000 .000 1.000 .293 3.410
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
193
Lampiran 27
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .810a .656 .653 6.59341 2.040
a. Predictors: (Constant), NLF, SH, IKPJ
b. Dependent Variable: KJ
194
Lampiran 28
Correlations
IKPJ SH NLF KJ
Spearman's IKPJ Correlation 1.000 .812** .777** .753**
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000
N 370 370 370 370
**
SH Correlation .812 1.000 .774** .747**
Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 . .000 .000
N 370 370 370 370
**
NLF Correlation .777 .774** 1.000 .717**
Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 .000 . .000
N 370 370 370 370
**
KJ Correlation .753 .747** .717** 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .
N 370 370 370 370
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
195
Lampiran 29
Model Summaryb
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Collinearity
Coefficients Statistics
Model B Std. Beta t Sig. Tolerance VIF
Error
1 (Constant) 28.019 1.801 15.560 .000
Iklim Kelas .267 .047 .365 5.731 .000 .232 4.315
Sleep Hygiene .245 .052 .291 4.726 .000 .248 4.027
Niat Latihan .181 .050 .205 3.614 .000 .294 3.407
Lampiran 30
HASIL UJI F
a
ANOVA
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 30327.470 3 10109.157 232.546 .000b
Residual 15910.638 366 43.472
Total 46238.108 369
a. Dependent Variable: Kebugaran
b. Predictors: (Constant), NiatLatihan, SleepHygiene, IklimKelas
197
Lampiran 31
JADWAL PENELITIAN
2022 2023
No. Kegiatan
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pengajuan
1 Topik
Penelitian
Observasi di
2 SMA Negeri
Kota Tegal
Penyelesaian
Penulisan
3 dan
Bimbingan
Proposal
Bimbingan
4 Instrumen
Penelitian
Sidang
5
Proposal
Mengurus
Perizinan
6 Penelitian di
SMA Negeri
Kota Tegal
Menyebarka
7 n Angket Uji
Coba
Pengujian
8 Validitas dan
Reliabilitas
Menyebarka
9 n Angket
Penelitian
Penskoran,
Rekapitulasi,
10
dan Tabulasi
Data
Analisis Data
11 dan Uji
Hipotesis
Menyimpulk
12 an Hasil
Analisis Data
198
2022 2023
No. Kegiatan
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Memperoleh
Surat
Balasan
13
Telah
Melaksanaka
n Penelitian
Penyelesaian
Penulisan
14 dan
Bimbingan
Tesis