Anda di halaman 1dari 3

TUGAS II – SISTEM HUKUM INDONESIA

NAMA : THEOFRANZ CHRISTIAN MANIHURUK


NIM : 043980645
JURUSAN/ PRODI : FHISIP - ILMU HUKUM
MATA KULIAH : ISIP 4131

SOAL:

Kasus Posisi :

Sunsun Machinery Co. Pte. Ltd adalah Badan Hukum yang didirikan dan dibentuk berdasarkan hukum
Vietnam dan berkedudukan di Kota Hanoi mengekspor mesin kapal ke Indonesia. Importirnya adalah P.T
Bola Balaship, perseroan yang didirikan menurut hukum Republik Indonesia dan berkedudukan di
Maluku. Perjanjian ekspor impor ditanda tangani di Maluku dan di dalam perjanjian tidak terdapat
pilihan hukum. Tata cara pembayaran yang disepakati kedua belah adalah secara angsuran atau dicicil,
yang pembayarannya dilaksanakan segera setelah mesin-mesin diterima. Setelah mesin-mesin berikut
dengan spareparts-nya dikirim ke Maluku, P.T Bola Balaship sama sekali tidak pernah melakukan
pembayaran, meskipun eksportir telah sering mengingatkan untuk segera menyelesaikan pembayaran
mesin-mesin dan spareparts, tetapi importir tidak mengindahkannya. Oleh karena itu, Sunsun
Machinery Co. Pte. Ltd mengajukan gugatan terhadap P.T Bola Balaship. Kasus ini diselesaikan di
Pengadilan Negeri Maluku.

Pertanyaan :

1. Bukti bahwa kasus tersebut termasuk peristiwa hukum perdata internasional dengan
menunjukkan Titik Taut Primernya.

2. Berdasarkan fakta kasus di atas, tentukan titik taut sekunder dalam perkara tersebut.

JAWABAN:

1. Peristiwa hukum perdata internasional adalah situasi atau kejadian yang melibatkan aspek-
aspek hukum perdata (hukum privat) dan melibatkan pihak-pihak dari dua atau lebih negara
yang berbeda. Titik taut primer dalam konteks hukum perdata internasional adalah elemen
atau fakta tertentu yang menunjukkan keterlibatan atau sifat internasional dari suatu peristiwa
hukum. Titik taut primer ini menjadi dasar atau poin awal dalam menentukan apakah suatu
peristiwa dapat diklasifikasikan sebagai peristiwa hukum perdata internasional.

Menurut saya beberaoa titik taut primer dalam kasus Sunsun Machinery Co. Pte. Ltd dan P.T
Bola Balaship mencakup:

 Subjek Hukum dari Negara Berbeda:


Keterlibatan Sunsun Machinery Co. Pte. Ltd dari Vietnam dan P.T Bola Balaship dari Indonesia
menunjukkan adanya subjek hukum dari dua negara yang berbeda, menjadi titik taut primer
yang menandakan dimensi internasional.
 Transaksi Ekspor-Impor:
Adanya transaksi ekspor mesin kapal dari Vietnam ke Indonesia menciptakan titik taut primer,
menunjukkan sifat lintas batas dan transnasional dari peristiwa tersebut.

 Perjanjian Tanpa Pilihan Hukum yang Jelas:


Ketidakadaan pilihan hukum yang jelas dalam perjanjian ekspor-impor menjadi titik taut primer,
yang menciptakan pertanyaan mengenai yurisdiksi yang berlaku dan dapat menimbulkan
pertimbangan hukum internasional.

 Penyelesaian di Pengadilan Negeri Maluku:


Penyelesaian sengketa di Pengadilan Negeri Maluku menjadi titik taut primer yang menunjukkan
wilayah hukum Indonesia sebagai tempat penyelesaian, menciptakan dimensi internasional
dalam proses hukum.

Dalam konteks kasus Sunsun Machinery Co. Pte. Ltd dan P.T Bola Balaship, elemen-elemen
tersebut menciptakan konteks internasional dalam peristiwa tersebut dan menjadikannya
sebagai peristiwa hukum perdata internasional.Dengan demikian, keseluruhan konteks kasus,
termasuk keterlibatan negara-negara yang berbeda, transaksi ekspor-impor, ketiadaan pilihan
hukum yang jelas, dan penyelesaian di wilayah hukum Indonesia, mengindikasikan bahwa kasus
ini dapat dianggap sebagai peristiwa hukum perdata internasional.

2. Titik taut sekunder adalah elemen atau fakta tambahan yang mendukung atau mengonfirmasi
sifat internasional suatu peristiwa hukum. Titik taut sekunder tidak secara langsung
menunjukkan dimensi internasional seperti halnya titik taut primer, tetapi memberikan
informasi atau konteks yang mendukung klaim bahwa peristiwa tersebut memiliki aspek
internasional. Dalam kasus Sunsun Machinery Co. Pte. Ltd dan P.T Bola Balaship, beberapa
contoh titik taut sekunder dapat mencakup:

 Penggunaan Mata Uang Asing:


Jika transaksi ekspor-impor melibatkan penggunaan mata uang asing selain mata uang negara
pengirim atau penerima, hal ini bisa dianggap sebagai titik taut sekunder yang menunjukkan
dimensi internasional dalam transaksi keuangan.

 Penggunaan Hukum Internasional Privat:


Jika dalam perjanjian terdapat klausul yang menentukan pilihan hukum atau hukum yang
berlaku yang berasal dari sumber hukum internasional privat, ini dapat menjadi titik taut
sekunder yang mendukung karakter internasional dari peristiwa hukum.

 Pertimbangan Multinasional dalam Penyelesaian Sengketa:


Jika dalam penyelesaian sengketa terdapat pertimbangan atau referensi terhadap norma-norma
atau prinsip-prinsip hukum internasional dalam menyelesaikan sengketa, ini dapat dianggap
sebagai titik taut sekunder yang menegaskan dimensi internasional.
 Dampak terhadap Hubungan Bilateral:
Jika peristiwa hukum ini memiliki dampak atau implikasi terhadap hubungan bilateral antara
negara pengirim dan penerima, hal ini juga dapat menjadi titik taut sekunder yang menunjukkan
relevansi internasional.

Berdasarkan titik taut sekunder tersebut, terlihat jelas elemen-elemen tambahan yang
mendukung klaim bahwa peristiwa tersebut memiliki dimensi internasional dalam konteks
hukum perdata internasional.

TERIMA KASIH

Referensi:
 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik (1961)
 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
 BMP ISIP4131 Modul 5 dan Modul 6
 Materi inisiasi tuton sesi-4 dan sesi-5
 Materi oer tuton sesi -4 dan sesi-5

Anda mungkin juga menyukai