Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PPKN

HAK PREROGATIF PRESIDEN

DISUSUN OLEH:
Vincent Valentino

SMPS Kingdom Academy


TAHUN AJARAN 2023/2024
A. GRASI
Grasi di Indonesia, menurut UU No. 22/2002 dan UU No. 5/2010, adalah pengampunan
berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada
terpidana yang diberikan oleh Presiden Indonesia. Namun Grasi tidak berlaku untuk terpidana
Korupsi, terpidana pengguna dan pengedar narkoba serta terpidana terorisme. Grasi adalah salah
satu dari empat hak istimewa yang dimiliki Presiden Indonesia, selain amnesti, abolisi, dan
rehabilitasi. Grasi biasanya mulai dipertimbangkan ketika terpidana atau keluarga terpidana
mengajukan permohonan grasi. Grasi bersama dengan rehabilitasi, dapat diberikan atau ditolak
dengan oleh presiden pertimbangan dari Mahkamah Agung.

Contoh grasi:

1) Grasi Kepada Antasari Azhari

Antasari Azhari adalah mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mantan Ketua
KPK ini dipidana atas tuduhan pembunuhan Direktur PT Rajawali Putra Banjaran, Nasrudin
Zulkarnaen. Berdasarkan hasil persidangan, Antasari Azhari terbukti melakukan pembunuhan
tersebut dan mendapat hukuman 18 tahun penjara. Setelah beberapa kali mengajukan grasi,
akhirnya Presiden mengabulkan permohonan dengan memberikan grasi dengan pengurangan
masa hukuman selama 6 tahun. Grasi ini diberikan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 23
Januari 2017.

Syarat mengajukan grasi:

a. Kondisi narapidana.
b. Keputusan berkekuatan hukum.
c. Dan lain sebagainya.

B. REHABILITASI
Istilah Rehabilitasi dapat ditemukan di Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), yaitu:

Rehabilitasi adalah hak seorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan,
kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan
atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan
undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Presiden memberikan Rehabilitasi kepada seseorang dengan memperhatikan


pertimbangan MA.
Dalam penjelasan umum KUHAP menyatakan bahwa rehabilitasi atau ganti kerugian
diberikan kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkan. Ganti kerugian dan rehabilitasi diberikan sejak tingkat penyidikan dan para pejabat
penegak hukum, yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum
tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi.

Seseorang memiliki hak untuk mendapatkan rehabilitasi pada saat:

a)Mengajukan rehabilitasi melalui praperadilan, akibat tidak sahnya penangkapan atau


penahan atau akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan termasuk penetapan
tersangka, penggeledahan, dan penyitaan yang diajukan oleh tersangka atau pihak ketiga yang
berkepentingan.

b)Apabila diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan
sekaligus dalam putusan pengadilan.

C. AMNESTI DAN ABOLISI


Amnesti diatur dalam Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954 tentang Amnesti dan
Abolisi (“UU 11/1954”) namun undang- undang tersebut tidak memberikan definisi hukum yang
jelas mengenai Amnesti dan Abolisi.

Amnesti adalah pernyataan umum yang diterbitkan melalui atau dengan undang-undang
tentang pencabutan semua akibat dari pemindanaan suatu perbuatan pidana tertentu atau satu
kelompok perbuatan pidana.

Sedangkan istilah Abolisi adalah suatu hak untuk menghapuskan seluruh akibat dari
penjatuhan putusan pengadilan atau menghapuskan tuntutan pidana kepada seorang terpidana,
serta melakukan penghentian apabila putusan tersebut telah dijalankan. Merupakan hak
prerogarif Presiden yang hanya diberikan setelah meminta nasihat Mahkamah Agung.

Presiden, atas kepentingan Negara, dapat memberi amnesti dan abolisi kepada orang-orang
yang telah melakukan sesuatu tindakan pidana. Presiden memberi amnesti dan abolisi ini setelah
mendapat nasihat tertulis dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas
permintaan Menteri Kehakiman (saat ini Menteri Hukum dan HAM).

Pasal 4 UU 11/1954 menyatakan bahwa dengan pemberian amnesti semua akibat hukum
pidana terhadap orang-orang diberikan amnesti dihapuskan. Sedangkan untuk pemberian abolisi
maka penuntutan terhadap orang-orang yang diberikan abolisi ditiadakan.
Contoh Amnesti dan Abolisi:
a) Contoh pemberian amnesti, yakni dalam kasus UU Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) yang menjerat Dosen Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Saiful Hamdi pada tahun 2019.
Kritik yang disampaikan melalui grup aplikasi obrolan dosen Unsyiah membuatnya dilaporkan
atas tuduhan pencemaran nama baik. Saiful kemudian dinyatakan bersalah dan divonis 3 bulan
penjara dan denda Rp10 juta pada 4 April 2020. Banding yang diajukan Saiful ke Pengadilan
Tinggi Banda Aceh ditolak. Begitu juga dengan permohonan kasasinya yang ditolak MA.
Sebanyak 38 akademisi dari Australia kemudian mengirimkan surat permohonan amnesti untuk
Saiful kepada Presiden Joko Widodo pada 16 September 2021. Presiden kemudian mengabulkan
permohonan tersebut dan memberikan amnesti kepada Saiful dengan mendapatkan persetujuan
dari DPR. Saiful akhirnya resmi bebas pada 13 Oktober 2021.

b) Para pemberontak GAM yang menyerah sebelum 15 September 2005 diberi abolisi.
Mereka hanya dicatat dan tidak akan diproses di pengadilan. Mereka tetap menjadi orang bebas.
Tentu saja, amnesti dan abolisi ini dibuat dengan persyaratan bahwa GAM menghentikan
pemberontakan dan selanjutnya selalu setia kepada NKRI. Pemberian abolisi di sini adalah
bagian dari upaya menjaga keutuhan NKRI.

Anda mungkin juga menyukai