Anda di halaman 1dari 6

1.

Remaja
Remaja atau adolescence berarti tumbuh dalam bahasa Inggris. Proses pencarian
identitas diri sering dilakukan oleh remaja. Prosesnya melingkupi kebimbangan akan diri
sendiri hingga berikutnya dapat mengetahui atau memahami diri sendiri. Remaja
dikarakteristikan dengan fisik dan emosi yang cepat berubah.(9)

1.1 Klasifikasi Remaja


Remaja diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan usia menurut Kartono. Pertama
adalah remaja awal yang berusia 12-15 tahun dengan ciri mengalami perubahan fisik
dan intelektual yang cepat. Remaja awal sering mengalami keraguan atau kecemasan,
merasa tidak puas, dan mudah kecewa. Kedua adalah remaja pertengahan yang
memiliki usia 15-18 tahun dengan karakteristik biasanya telah membentuk tingkah laku
yang disadari. Ketiga adalah remaja akhir yang berusia 18-21 tahun dengan
karakteristik biasanya telah mengalami penetapan identitas diri dan memiliki gambaran
tujuan hidup.(9)

2. Merokok
Merokok adalah aktivitas atau tindakan mengisap atau menghirup asap rokok yang
termasuk ke dalam produk tembakau disertai berbagai bahan tambahan lainnya. Bentuk lain
dari produk tembakau dapat berupa cerutu, bidi, cigar, hookah, snuf, snus, dll. Produk
tembakau dapat diproduksi dari tumbuhan Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dll.(10,11)

2.1 Zat Dalam Rokok


Zat utama dalam rokok adalah nikotin dan tar. Nikotin berbahaya karena dapat
memberikan rangsang kepada saraf simpatik sehingga berdampak pada debaran
jantung. Selain itu, nikotin mengakibatkan adhesi trombosit pembuluh darah. Tar
menjadi pemicu tumbuhnya sel kanker.(9)
Zat tambahan lain yang terdapat dalam rokok adalah karbon monoksida yang
mengganggu ikatan hemoglobin darah dengan oksigen. Ada juga nitrogen oksida yang
mengganggu saluran napas dan menyebabkan kulit rusak, zat ammonium karbonat
yang membuat permukaan lidah terbentuk plak berwarna kuning, dan asam format
yang mempengaruhi sistem pernapasan.(9)

2.2 Dampak Merokok


Merokok memberikan dampak pada orang yang melakukannya dan sekitarnya
(terkena asap rokok). Mekanisme yang terjadi adalah radikal bebas dari tembakau
akan mengakibatkan stres oksidatif, inflamasi, dan kerusakan DNA.(12)
Merokok dapat menjadi faktor risiko penyakit kanker dan penyakit gangguan
berbagai sistem organ. Zat karsinogenik dari rokok dapat merusak DNA dan merubah
susunan gen (mutasi). Selanjutnya, membuat pertumbuhan sel tidak teratur sehingga
menyebabkan kanker. Kanker yang terjadi akibat merokok dapat ditemukan di bagian
kepala, leher, liver, usus besar, rektum, serviks.(12)
Selain itu, merokok dapat menyebabkan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK),
tukak peptik, meningkatkan risiko tuberkulosis, disfungsi erektil pada pria, menurunkan
fertilitas pada wanita, serta gangguan fungsi imun sehingga meningkatkan risiko
infeksi paru dan rheumatoid arthritis. Merokok dengan riwayat penyakit diabetes juga
meningkatkan risiko komplikasi buta, amputasi, dan nefropati.(12)
Asap rokok dari hasil orang yang merokok juga dapat mengakibatkan penyakit
pada orang di sekitarnya yang terpapar asap rokok. Contoh penyakit yang dapat timbul
adalah penyakit jantung koroner, stroke, aneurisme aorta, dll.(12)

2.3 Prevalensi Merokok


Prevalensi konsumsi produk tembakau (bentuk rokok, oral, snuff) oleh remaja di
133 negara berjumlah 19,33% pada 2019. Secara rinci, 23,29% pada remaja pria dan
15,35% pada remaja wanita.(1) Dari kelompok usia 15-24 tahun, total prevalensi
merokok nasional pada 2021 sebesar 18,4%.(2) Di Indonesia, prevalensi merokok oleh
remaja usia 15-19 tahun berjumlah 10,54% pada 2019, meningkat menjadi 10,61%
pada 2020, dan menurun pada 2021 menjadi 9,98%.(3) Provinsi Lampung menjadi
penyumbang prevalensi tertinggi untuk orang yang merokok usia 15-24 tahun sebesar
22,46% pada 2021.(2)

2.4 Klasifikasi dan Kebiasaan Merokok


Klasifikasi orang yang merokok dibagi menjadi dua, yaitu orang yang merokok
setiap hari dan orang yang merokok sesekali. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Raniyati, jumlah pelajar tingkat SMA dan sederajat terbesar berjumlah 123 orang dari
230 orang sampel mengisap batang rokok kurang dari satu buah setiap harinya.
Jumlah terbesar ini kemudian diikuti oleh sebanyak 56 orang yang menghisap 2-5
batang rokok setiap harinya.(9)
Bije Widjajanto menyebutkan bahwa kebiasaan merupakan tindakan atau
perilaku yang dilakukan berulang kali setiap harinya sehingga yang awalnya tindakan
ini dilakukan secara sadar, lalu menjadi tidak sadar karena terlampau seringnya
tindakan tersebut dilakukan secara berulang kalo.(13) Penelitian yang dilakukan Lally
et al. menunjukkan rata-rata kebiasaan dibentuk dalam kurun waktu 76 hari.(14)
Kandungan zat nikotin pada tembakau dapat membuat orang yang merokok
ketagihan dan sulit untuk dihentikan. Mekanisme ketagihan terjadi ketika seseorang
mengalami level nikotin yang rendah dalam darah sehingga orang akan merokok untuk
memenuhi kadar level yang rendah. Semakin banyak zat nikotin yang terakumulasi di
dalam tubuh, semakin sulit seseorang untuk berhenti merokok.(12)

2.5 Penyebab Merokok


Kebiasaan merokok dipengaruhi dari segi sosial atau lingkungan, psikologi, dan
diri sendiri. Segi sosial atau lingkungan bisa dari orang-orang di rumah, sekolah, dan
tempat lain yang sering dikunjungi. Orang dalam satu rumah yang merokok
memberikan dampak besar pada kejadian merokok di remaja. Hal ini akan lebih
berpengaruh apabila orangtua kurang memberikan perhatian kepada anaknya.(9) Di
masyarakat, merokok dijadikan indikator kedewasaan sehingga beberapa remaja akan
merokok untuk mendapatkan pengakuan itu. Di pergaulan, teman-teman menjadi
faktor pendukung untuk terus merokok.(7)
Dalam segi psikologi, merokok digunakan oleh remaja untuk mengatasi rasa
sakit. Hal ini berhubungan erat dengan ketergantungan yang dipersepsikan sebagai
kenikmatan sehingga seolah-olah merokok yang memberikannya ketenangan.(7) Pada
kasus ketergantungan, seseorang yang tidak merokok akan merasakan gelisah, sulit
konsentrasi, pusing, dan tidak tahan apabila rokok habis.(9)
Penyebab merokok karena diri sendiri terjadi saat remaja ingin mencari tahu dan
mencari jati dirinya sendiri.(7,9) Selain itu, penyebab seseorang merokok juga dapat
terjadi akibat kepercayaan merokok sebagai pengontrol berat badan (diet).(6)
Penyebab utama remaja yang ingin berhenti merokok namun gagal adalah orang
di sekitar yang merokok dan rasa santai serta lega ketika merokok.(15)

2.6 Upaya Mengurangi Kebiasaan Merokok


Upaya pertama yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, orangtua, dan
orang lain yang bersangkutan untuk mengurangi dan/atau mencegah kebiasaan
merokok remaja adalah mengetahui serta memahami faktor risiko atau penyebab
merokok. Risiko kebiasaan merokok meningkat seiring umur, tingkat stres, konsumsi
alkohol, dan orang di sekitar rumah yang juga merokok. Selain itu, perlu diketahui juga
risiko kebiasaan merokok pada remaja berkurang seiring peningkatan self-esteem,
peningkatan nilai di sekolah, dan pengaruh positif orang tua serta kedekatan keluarga.
(15)
Upaya selanjutnya adalah dengan berinteraksi dengan remaja. Contoh interaksi
yang dapat dilakukan adalah bertanya permasalahan yang dialami dan roleplay situasi
saat remaja kemungkinan akan merokok. Interaksi yang dilakukan harus bersifat
nonjudgemental.(15)
Upaya ketiga yang dapat dilakukan masyarakat adalah melakukan sosialisasi
atau kampanye dengan memperkuat pesan bahwa merokok tidaklah keren atau tidak
menjadi indikator kedewasaan. Pesan lain yang dapat digunakan adalah merokok
dapat menyebabkan bau nafas, gigi kuning, kulit keriput, dan mengurangi ketahanan
fisik.(15)
Kemudian, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah
terutama upaya peran secara advokat. Upaya pertama adalah meningkatkan harga
produk tembakau. 27% remaja telah berhenti merokok karena keuangan. Upaya kedua
yang dapat dilakukan perubahan kemasan merokok menjadi sesuatu yang polos atau
biasa saja sehingga tidak menarik perhatian remaja. 64% remaja tingkat 7 dan 9 di
Ontario, Kanada, lebih menyukai rokok yang kemasannya reguler. Upaya ketiga
dengan membuat peringatan yang jelas dan dapat terlihat tentang bahaya serta
dampak ketagihan pada kemasan rokok. 23% remaja penelitian di Ontario, Kanada,
berhenti merokok karena takut dengan dampak dari rokok terhadap kesehatan. Upaya
lain dengan menghilangkan iklan dan sponsor dari produk tembakau, meningkatkan
jumlah ruang publik tanpa asap rokok, menyertakan kecanduan rokok di materi
edukator komunitas, dan memaksimalkan peran guru dalam mencegah kebiasaan
merokok.(15)

3. Pembelajaran Jarak Jauh


Pembelajaran jarak jauh adalah pelaksanaan pembelajaran dari rumah yang dibantu
oleh internet dan teknologi lain yang berbasis jaringan. Pembelajaran jarak jauh sering juga
disingkat PJJ dan sering disebut sebagai pembelajaran online. Definisi pembelajaran online
yang lain menyebutkan proses pemberian ilmu pengetahuan menggunakan video, gambar,
teks, dan audio dengan dukungan jaringan internet.(16)
Pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu dari sekian banyaknya dampak yang
diberikan oleh pandemi COVID-19. PJJ yang dilakukan akibat COVID-19 dimulai atau
diawali dengan adanya Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun
2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Coronavirus Disease (COVID-19).(16) Pembelajaran jarak jauh dapat diberhentikan atau
diubah menjadi pembelajaran tatap muka terbatas dengan berbagai pertimbangan.(17)
UNESCO telah mengeluarkan panduan untuk pembelajaran jarak jauh pada April 2020
sebagai langkah respon menghadapi pandemi COVID-19.(18) Di Indonesia, regulasi
mengenai pembelajaran jarak jauh sudah ada sejak tahun 2012 pada UU No. 12 Tahun
2012.(19) Khusus COVID-19, panduan keberlangsungan pembelajaran telah diterbitkan
berdasarkan Keputusan Bersama Menteri pada 8 April 2021.(17)

3.1 Karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh


1) Program dibuat sesuai dengan jenjang, sifat pendidikan, jenis, dan waktu,
2) Pertemuan tatap muka secara langsung antara guru dan pelajar hanya dilakukan
ketika ada peristiwa atau bahasan yang penting,
3) Pelajar harus bisa belajar mandiri,
4) Memiliki lembaga pendidikan yang merancang materi pembelajaran, memberikan
pelayanan bantuan belajar, dan memastikan waktu belajar mandiri terpenuhi serta
cukup untuk pelajar,
5) Kelompok belajar hanya bersifat sementara,
6) Paradigma baru tentang peran fasilitator pada guru,
7) Pelajar dituntut aktif.(20)

3.2 Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh


1) Komunikasi tanpa batas tempat dan waktu,
2) Penggunaan internet memudahkan siswa menemukan informasi,
3) Tidak ada batasan jumlah pelajar dalam suatu tempat.(20)

3.3 Kekurangan Pembelajaran Jarak Jauh


1) Interaksi yang kurang dengan antar orang, baik antar guru, antar pelajar, antar staf,
guru dengan pelajar, pelajar dengan staf, dan guru dengan staf,
2) Adanya tuntutan kemampuan menguasai teknologi pembelajaran secara daring.
(20)

4. Hubungan Pembelajaran Jarak Jauh dengan Kebiasaan Merokok Remaja


Di Indonesia, prevalensi merokok oleh remaja usia 15-19 tahun berjumlah 10,54%
pada 2019, meningkat pada 2020 menjadi 10,61%, dan menurun pada 2021 menjadi 9,98%.
(3) Prevalensi yang menurun ini terjadi pada tahun yang sama saat mulai diberlakukannya
pembelajaran jarak jauh di Indonesia yang ditandai dengan publikasi Surat Edaran Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19).(16,17)
Faktor yang berkaitan dengan perilaku merokok oleh remaja terdiri dari pengaruh lingkungan
orang terdekat yang juga merokok, faktor sekolah, stres, status sosioekonomi orangtua,
kepribadian seseorang, dan masalah kesehatan.(6) Salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah ajakan teman untuk merokok.(7) Namun, pandemi COVID-19 menyebabkan metode
pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan berubah menjadi Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) sehingga remaja jarang bertemu dengan temannya.(7,8)

Anda mungkin juga menyukai