Anda di halaman 1dari 18

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cahaya
2.1.1 Pengertian Cahaya
Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
suatu sumber cahaya tertentu (Halliday, 2007). Cahaya diasumsikan bergerak
lurus dan sebagian dibiaskan dan dipantulkan ketika mengenai suatu permukaan.
(Moller, 2007). Sebagai gelombang elektromagnetik, cahaya terbentuk dari dua
pasang vektor medan sama yaitu medan listrik dan medan magnet (Saleh, 1991).

Gambar 2.1 Cahaya sebagai gelombang elektromagnetik (Halliday,2007)

Teori Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik muncul pertama kali


oleh hipotesis James Clerk Maxwell (1831-1879), dengan argumentasinya bahwa
jika perubahan medan magnet menghasilkan medan listrik, seperti pada hukum
Faraday, maka hal yang sebaliknya juga bisa terjadi perubahan medan listrik
menghasilkan medan magnet, simpangan terus menerus ini merupakan gelombang
elektromagnetik, yang tak bukan adalah gelombang cahaya (Giancoli, 2001).
Maxwell berhasil menunjukkan kelajuan gelombang elektromagnetik di
ruang hampa memenuhi persamaan (Griffith, 1999):

commit to user (2.1)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

Dimana merupakan permisivitas ruang hampa dan menyatakan


permeabilitas magnetik. Bukti bahwa cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik diperkuat dengan hasil percobaan Albert Abraham Michelson
dan Edward Morley yang lebih sering dikenal dengan nama Percobaan
Michelson-Morley (Beiser, 1981).

2.1.2 Pembiasan Cahaya


Pembiasan merupakan keadaan ketika suatu cahaya yang diteruskan
melewati suatu medium akan mengalami perubahan arah (Guenther, 1990).
Menurut Serway (2008), cahaya yang masuk kedalam medium kedua kemudian
berubah arah perambatanya di batas antar medium disebut dengan pembiasan.

θi
udara
kaca

θr

Gambar 2.2 Pembiasan cahaya, dimana θi merupakan sudut datang dan θr


merupakan sudut bias (Serway, 2008).

Berdasarkan hukum pemantulan dan pembiasan, sudut yang dibuat oleh


gelombang elektromagnetik (cahaya) akan sama dengan sudut datangnya,
sedangkan sudut cahaya terbiaskan dijelaskan dengan Hukum Snellius:
(2.2)

Pembiasan dapat terjadi pada benda transparan, sebagai contoh adalah lensa.
Lensa merupakan penggabungan dua benda transparan yang mana titik tengahnya
saling berhimpit. Lensa dibagi menjadi dua berdasarkan dari cahaya yang
diteruskan, yaitu lensa cembung dan lensa cekung (Jearl, 2008).
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

(a) (b)

Gambar 2.3. Proses cahaya masuk ke lensa (a) lensa cembung (b) lensa
cekung (Cutnell dan Jhonson, 2008).

Menurut Cutnell dan Jhonson (2010) Gambar 2.3a merupakan lensa


cembung dikarenakan cahaya sejajar yang melewati lensa akan difokuskan atau
dikumpulkan pada titik fokus lensa. Gambar 2.3b merupakan lensa cekung karena
cahaya yang melewati lensa akan disebarkan.

2.1.3 Pemantulan Cahaya


Pemantulan cahaya merupakan kondisi ketika suatu cahaya datang
mengenai suatu batas, dan kemudian cahaya datang diteruskan kembali dengan
arah berlawanan dengan arah cahaya datang (Guenther, 1990). Pada saat cahaya
mengenai bidang datar disebut pemantulan spekular, sedangkan ketika cahaya
mengenai bidang kasar disebut pemantulan baur lihat Gambar 2.4 (Serway, 2008).

(a) (b)

Gambar 2.4 (a) Pemantulan spekular (b) Pemantulan baur (Serway, 2008)

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

2.2 Lensa Fresnel


2.2.1 Definisi umum lensa Fresnel
Menurut Miller (2011) lensa Fresnel merupakan suatu lensa yang memiliki
pola prisma konsentris dengan unsur diskrit atau bergerigi pada permukaannya.
Pada dasarnya lensa Fresnel merupakan deretan sebuah prisma dimana masing-
masing prisma mewakili kemiringan pada permukaan lensa (Xie, 2011).

Gambar 2.5 Skema penampang permukaan suatu lensa Fresnel (Miller, 2011)

Permukaan lensa Fresnel terdiri dari banyak lekukan berbentuk lingkaran.


Terdapat dua bentuk dasar dari lensa Fresnel yaitu linier dan lingkaran seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.6 (Sierra, 2004).

(a) (b)
Gambar 2.6 (a) Lensa Fresnel berbentuk lingkaran (b) lensa Fresnel linier (Sierra,
commit to user
2004)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Bahan utama pembuatan lensa Fresnel adalah kaca. Dapat juga berasal dari
campuran antara plastik dan kaca agar dapat menekan biaya pembuatan lensa
(Nabelek, 1990). Jenis lensa Fresnel (fokus titik) berbahan plastik secara geometri
tersusun berupa alur melingkar yang berpentuk prisma dengan sudut kemiringan
tertentu untuk membentuk fokus. Fresnel berbahan plastik mempunyai
keunggulan yaitu volume kecil, jernih, ringan, polimer yang stabil dengan
karakteristik optikal yang mendekati bahan dari kaca, biaya produksi murah dan
efektif menaikkan densitas energi. Kualitas dan kepresisian Fresnel dapat
diproduksi dengan teknologi mesin Computer Numerically Controlled (CNC) dan
teknik baru Injection Plastic Moulding (Xie et al, 2011). Dengan desain dan
produksi permukaan penangkapan lensa yang presisi akan menghasilkan efisiensi
optikal yang cukup tinggi hingga 96,06% (Jing, 2011). Pola lensa Fresnel dapat
juga dibuat menggunakan peralatan Single Crystal Diamond (Wang, 2011).
Prinsip kerja dari lensa Fresnel berdasarkan hukum pembiasan, apabila
suatu cahaya melewati suatu medium yang memiliki perbedaan massa jenis,
cahaya akan dibiaskan pada batas antara medium. Ketika cahaya melewati
medium dari massa jenis besar ke massa jenis lebih kecil maka cahaya akan
dibiaskan mendekati garis normal begitu pula sebaliknya. Fenomena ini terjadi
karena perubahan nilai kecepatan cahaya pada suatu medium (Kumar, 2015).

2.2.2 Tipe Lensa Fresnel


Menurut Menghani, et.al (2012), ada dua tipe Fresnel yaitu lensa bias
(refractive lens) dan cermin pantul (reflective mirrors).

(a) (b)
Gambar 2.7 (a) Reflective Mirror Fresnel, (b) Refractive Lens Fresnel
(Menghani, et.al, 2012)
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

Lensa Fresnel bias sebagian besar digunakan dalam aplikasi fotovoltaik


sedangkan cermin reflektif banyak diaplikasikan dalam solar thermal power.
Disain optikal lensa Fresnel lebih fleksibel dan menghasilkan kerapatan fluks
yang seragam pada absorber.

2.2.3 Perambatan Cahaya pada Lensa Fresnel


Perambatan cahaya pada lensa Fresnel menggunakan prinsip fermat dimana
bentuk dari lekukan dapat dihitung menggunakan persamaan (lihat Gambar 2.8):

l1  h1   f 
 


l1  h 1   f 
 
(2.3a)

Dengan menghitung besar dari vector persamaan (2.3a)

l1  h1  f 2  2h1 f cos
2 2

l1  h1  f 2  2h1 f cos
2
(2.3b)

Untuk nilai h1 mendekati nilai f dan nilai  mendekati 0 ( cos  1) maka


persamaan (2.3b) menjadi:

l1  h1  f 2  2 f
2 2

l1  h1  f
2 2
(2.3c)

Gambar 2.8 Prinsip fermat (Nabelek, 1990)

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Gambar 2.9 Lensa Fresnel dengan alur menghadap ke dalam (Ralf, 2001)

Sudut prisma pada lensa fresnel  dapat ditentukan dengan persamaan


sebagai berikut (lihat Gambar 2.9):
n sin   sin  (2.4a)
R
tan   (2.4b)
f
   (2.4c)
Persamaan (2.4c) disubtitusikan ke persamaan (2.4a) untuk mendapatkan nilai
tan  :
n sin   sin    
n sin   sin  cos  cos sin 
sin 
tan   (2.5)
n  cos

Dari persamaan (2.4b) dapat diperoleh


R
sin   cos (2.6)
f
Sehingga persamaan (2.5) dapat ditulis
R cos
tan   (2.8)
f n  cos
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Dengan mengganti nilai cos dengan bentuk f R 2


f2 
12
didapatkan bentuk
akhir untuk sudut prisma pada lensa Fresnel dalam bentuk jarak fokus ( f )dan
lebar antara prisma dengan titik pusat lensa (R):
R
tan   (2.9)
n R f2 f
2

Gambar 2.10 Garis-garis cahaya melewati lensa Fresnel (Nabelek,1990)

2.2.4 Parameter Lensa Fresnel


Optical Concetrator Ratio (CRo) adalah rata-rata irradiance (radiant flux)
(Ir) yang terintegrasi diatas area receiver (Ar) dibagi dengan insolation pada
bukaan kolektor (Stine dan Gayer, 2001).
I
Ar 
I r dAr
CR0  (2.10)
Ia
Rasio konsentrasi optik (CRo) berhubungan langsung dengan lensa atau kualitas
reflektor, namun demikian banyak kolektor yang mempunyai luas permukaan
penerima lebih besar dari solar image yang terkonsentrasi.
Geometric Concentration Ratio adalah perbandingan luasan bidang
penangkapan (absorber/ aperture area) dibagi dengan luasan penerima
(receiver/absorber area) (Stine & Geyer, 2001).
2
Aa rlens
CRg   2 (2.11)
Af rrec
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Dimana, Aa adalah luasan bidang penangkapan (luasan lensa Fresnel) dan A f

adalah luasan penerima (receiver), dalam kasus lensa Fresnel merupakan luasan
fokus titik. Rasio konsentrasi geometris yang besar menunjukkan kemampuan
untuk memanfaatkan intensitas cahaya yang besar pula. Dengan demikian rasio
konsentrasi memiliki dampak besar pada suhu akhir dari penerima (receiver)
energi surya. Pengurangan ukuran cavity receiver pada rasio konsentrasi yang
besar akan mengurangi kehilangan panas radiasi.
Energi dapat didefinisikan dari banyaknya intensitas cahaya matahari
dikalikan besar luasan penampang (aperture area)
E  I a Aa (2.12)

Efisiensi dari lensa merupakan perkalian antara jumlah fraksi energi


terpantul yang mengenai receiver dengan absorbansi lensa, reflektansi lensa, dan
transmitansi lensa.
 opt   (2.13)

Optical performance dapat didefinisikan sebagai laju energi optikal


(panjang gelombang pendek) (Eopt) yang mencapai receiver. Dapat didefinisikan
pula untuk Optical performance merupakan banyaknya energi yang mengenai
lensa dikalikan dengan efisiensi lensa. Sehingga didapatkan nilai persamaan
energi pada lensa adalah:
Eopt   opt I  Aa  I a Aa (2.14)

Dimana  opt adalah efisiensi optik, I a adalah radiasi matahari yang masuk

ke kolektor (W/m2), Aa adalah luasan bukaan (aperture area) (m2),  adalah


fraksi energi terpantul yang mengenai receiever,  adalah reflektansi permukaan
lensa, dan  adalah transmitansi material, dan α adalah absorbansi permukaan
lensa.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

2.3 Energi Matahari


2.3.1 Radiasi Matahari
Energi radiasi adalah suatu bentuk energi yang berkaitan dengan radiasi
elektromagnetik. Energi radiasi biasanya dinyatakan dalam satuan elektronvolt
(eV) atau mega elektronvolt (MeV). Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk
energi murni, artinya tidak berkaitan dengan massa. Radiasi ini terjadi hanya
sebagai energi transisional yang bergerak dengan kecepatan cahaya, c. Kecepatan
gelombang c adalah sama dengan hasil kali frekuensi v dalam siklus perdetik atau
hertz, dan Panjang gelombang  , dalam meter, dari radiasi tersebut. Energi E dari
gelombang-gelombang ini berbanding langsung dengan frekuensi radiasi v dan
dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut:
hc
E  hv  (2.15)

Dimana h merupakan konstanta Planck 6,626  10 34 J  .s
Lapisan luar dari matahari yang disebut fotosfer memancarkan suatu
spektrum radiasi yang kontinu. Radiasi yang dipancarkan oleh permukaan
matahari (Es) adalah sama dengan hasil perkalian konstanta Stefan-Boltzman (σ),
pangkat empat temperatur permukaan absolut ( ) dan luas permukaan

d s 2 (Jansen,1985):

E s  d s Ts (W)
2 4
(2.16)

Dimana,   5,67  10 8 W/m2.K4, temperatur permukaan Ts dalam oK dan


diameter ds dalam meter.
Pada radiasi kesemua arah, energi yang diradiasikan mencapai luas
permukaan bola dengan matahari sebagai titik tengahnya. Jari-jari, R adalah sama
dengan jarak rata-rata antara matahari dan bumi. Luas permukaan bumi adalah
sama dengan, 4R 2 dan fluks radiasi pada satu satuan luas dari permukaan bola
tersebut yang selanjutnya disebut iradiansi (Irradiance) adalah,
d s 2Ts 4
G 2
(W/m2) (2.17)
4R
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Irradiation adalah energi yang terjadi per satuan luas pada suatu permukaan
di bumi dalam waktu tertentu. Insolation merupakan bentuk khusus dari
penyebutan irradiasi energi surya. Irradiasi surya (irradiation) disimbolkan (H)
digunakan untuk Insolation per hari. Sedangkan (I) merupakan simbol Insolation
dalam jam (Duffie, 1991).

Gambar 2.11 Proses radiasi matahari ke permukaan bumi (Meyer, 2012)

Pada kondisi tertentu menurut Meyer (2012) dimana radiasi matahari


diserap ataupun dihamburkan oleh atmosfir bumi. Seperti diilustrasikan pada
Gambar 2.10, radiasi matahari mengalami pelemahan dalam menembus atmosfir.
Hamburan dapat terjadi oleh berbagai proses di atmosfer, seperti hamburan
Rayleigh oleh molekul udara atau hamburan Mie dikarenakan partikel aerosol
atau awan. Radiasi matahari mencapai permukaan, di mana sebagian terekspos
dan terpecah, misalnya oleh awan, juga berkontribusi untuk menyebarkan radiasi.
Jika Albedo tinggi, seperti daerah dengan salju atau tutupan pasir putih, maka
penyerapan dan hamburan akan semakin besar. Sehingga persamaan untuk
menentukan iradiasi total adalah: commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

G  Gd  Gb  DHI  DNI cos z  (2.18)

Dimana Gd merupakan iradiasi yang terhambur, Gb adalah iradiasi langsung,


DNI didefinisikan sebagai iradiasi langsung pada bidang normal terhadap sudut
kejadiannya, DHI adalah iradiasi horizontal yang terhambur, dan  z adalah sudut
zenit matahari (lihat Gambar 2.12)

Gambar 2.12 Posisi solar dalam sistem koordinat terestrial untuk titik P di
lokasi sekitar 15 derajat E 45 derajat N (Meyer, 2012)

Menurut Asrori (2014), radiasi surya yang tiba pada suatu tempat di
permukaan bumi dapat juga dibedakan menjadi 3 jenis. Ketiga jenis radiasi itu
adalah; pertama, radiasi langsung (direct radiation) yaitu radiasi yang mencapai
bumi tanpa perubahan arah atau radiasi yang diterima oleh bumi dalam arah
sejajar sinar datang. Kedua, radiasi sebaran (diffuse radiation) disebut juga radiasi
langit (sky radiation), adalah radiasi yang dipancarkan ke permukaan penerima
oleh atmosfer, dan karena itu berasal dari seluruh bagian hemisfer langit. Ketiga,
radiasi pantulan akibat radiasi yang dipantulkan dari permukaan yang berdekatan,
jumlah radiasi yang dipantulkan tergantung dari reflektansi  (albeldo) dari
permukaan yang berdekatan itu, dan kemiringan permukaan yang menerima.
Radiasi yang dipantulkan per jam,commit to userradiasi pantulan.
juga disebut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Gambar 2.13 Global Irradience


Sumber : www.greenrhinoenergy.com/solar/radiation/empiricalevidence.php
(diakses tanggal 10 November 2017)

2.3.2 Pemanfaatan Energi Matahari


Energi surya adalah merupakan energi yang bersih, murah, aman, tak
terbatas dan mampu terbarukan (renewable) dan berpontensi ekonomi yang sangat
luar biasa contohnya di Indonesia. Pemanfaatan energi matahari dapat berupa
energi photon dan energi termal. Energi photon dapat di konversikan menjadi
energi listrik dengan adanya solar cell sedangkan energi termal matahari dapat
digunakan untuk proses cooker, dryer, water heater, power plant, distilasi air laut
dan lain-lain (Sen, 2008). Berdasarkan dari laporan Observatoire Medi-terraneen
de l’Energie (OME) (2011), pemanfaatan energi matahari untuk proses
pemasakan makanan berkisar suhu 70-100 oC.

2.3.3 Mekanisme Perambatan Panas Secara Konduksi


Perambatan panas secara konduksi didefinisikan sebagai perambatan panas
tanpa disertai perpindahan dari material rambat. Perpindahan panas secara
konduksi biasanya terjadi pada benda-benda padat. Perpindahan itu disebabkan
karena berpindahnya tenaga gerak vibrasi pada atom-atom penyusun bahan
(Bambang, 2008). Menurut Walker (2008) berdasarkan dari luas permukaan (A)
dan ketebalan (L) yang memiliki commit to user
perbedaan antara suhu reservoir panas (TH) dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

suhu reservoir dingin (TC), dimana Q merupakan energi yang ditransfer selama t
sekon maka persamaan untuk laju konduktivitas (Pcond) adalah
Q T  TC
Pcond   kA H (2.19)
t L
Dimana k merupakan konstanta konduktivitas termal konstanta yang bergantung
pada jenis bahan.

2.3.4 Mekanisme Perambatan Panas Secara Konveksi


Konveksi adalah proses perpindahan kalor oleh pergerakan massa dari
molekul dari satu tempat ke tempat lain (Giancoli, 1997). Menurut Sears (1982)
prosedur yang ditempuh untuk perhitungan konveksi adalah
H  h A t (2.20)
Dimana H merupakan arus konveksi panas (panas yang karena adanya konveksi
diterima oleh atau hilang dari suatu permukaan per satuan waktu), h merupakan
koefisien konveksi, A adalah luas permukaan penampang penghalang, dan Δt
adalah perbedaan suhu permukaan dengan suhu fluida selebihnya.

2.3.5 Mekanisme Perambatan Panas Secara Radiasi


Radiasi panas merupakan pancaran (emisi) energi secara terus-menerus dari
permukaan sumber panas. Persamaan radiasi panas adalah
Q
 eAT 4 (2.21)
t
Laju objek memancarkan energi telah ditemukan sebanding dengan suhu kelvin
pangkat empat (T4), luas pancaran A, emisivitas (e) yang bernilai antara 0 dan 1
yang merupakan karakteristik benda, dan tetapan Stefan-Boltzman (σ) dimana
  5,67  10 8 W/m2K4 (Giancoli, 1997).

2.4 Kompor surya


2.4.1 Pengertian Kompor Surya
Kompor surya merupakan suatu alat yang digunakan untuk memasak
commit to user
dengan memanfaatkan energi matahari sebagai sumbernya. Kompor surya terdiri
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

dari dua bagian yaitu bagian dalam dan bagian luar. Bagian luar terbuat dari bahan
isolator panas sedangkan bagian dalam terbuat dari bahan konduktor panas.
Menurut Kahsay (2014), bagian luar terbuat dari kayu dan pada bagian atas
terdapat lensa ganda sedangkan bagian dalam terdiri dari logam dan reflektor yang
berfungsi untuk meningkatkan suhu pada kompor surya. Komponen utama dari
kompor surya adalah collector dan receiver. Collector merupakan suatu instrumen
yang mengubah energi radiasi matahari menjadi energi internal dari medium
pengangkut (Kalogirou, 2004).
Menurut Kumar (2013) terdapat beberapa macam collector antara lain Flat
plate collector, Evacuated cube, Linear Fresnel Reflector, Central Receiver,
Parabolic dish, dan Parabolic Trough.

a b c

d e f

Gambar 2.14 (a) Flat plate collector, (b) Evacuated cube, (c) Linear Fresnel
Reflector, (d) Central Receiver, (e) Parabolic dish, (f) Parabolic Trough.
(Kumar,2013)

Receiver merupakan bagian dari kompor surya yang berfungsi sebagai


medium dalam menyerap energi dari collector. Menurut Zhai (2010), receiver

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

dapat diartikan pula sebagai evacuated tube absorber dimana fluida mengalir
didalamnya.

Gambar 2.15 Diagram kompor surya dan penampang evacuated tube absorber
(Zhai, 2010)

Menurut Kunhnke (1990) mengklasifikasikan kompor surya menjadi 4 tipe


yaitu (1) box-type solar cooker, (2) concentrating-type or reflector cookers, (3)
heat-accumulating solar cooker dan (4) solar steam cookers. Sedangkan
Kundapur (1998), mengklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu (1) concentrator
type, (2) box-type designs dan (3) indirect types. Seiring dengan inovasi dan
penelitian mengenai kompor surya maka klasifikasi secara detail dikaji oleh
Muthusivagami, et.al (2010). Menurutnya, kompor surya diklasifikasikan menjadi
dua kelompok besar yaitu kompor surya with storage dan without storage. Dalam
klasifikasi ini lebih banyak membahas mengenai model kompor surya yang
menggunakan berbagai variasi phase change materials (PCM) sebagai media
penyimpan panas laten.

2.4.2 Kompor surya Konvensional


Prinsip kerja dari kompor surya tipe konvensional adalah dengan
memfokuskan panas yang diterima dari matahari pada satu titik menggunakan
sebuah cermin cekung besar sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat
digunakan untuk menggatikan panas dari kompor minyak atau kayu. Untuk
diameter cermin sebesar 1,3 meter kompor ini dapat memberikan daya thermal
commit to user
sebesar 800 watt pada panci. Kompor surya tipe konvensional ini hanya dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

mengalirkan panasnya secara langsung ke bagian pemasakan makanan seperti


yang ditunjukkan pada Gambar 2.16. (Sutarno, 2012)

Gambar 2.16 Macam-macam kompor surya konvensional (Sutarno, 2012)

2.4.3 Kompor Surya Modern


Kompor surya modern menggunakan prinsip memanfaatkan radiasi matahari
sebagai sumber utama. Cahaya matahari yang diterima oleh kolektor nantinya
akan dikonversi menjadi energi panas. Panas tersebut dipindahkan kepada fluida
yang bersirkulasi didalam kolektror surya untuk kemudian dimanfaatkan guna
berbagai aplikasi. Komponen utama pada kompor surya modern adalah cover
berfungsi mengurangi rugi panas ke lingkungan, absorber berfungsi menyerap
panas dari radiasi matahari, kanal berfungsi sebagai trasmisi fluida kerja, isolator
meminimalisasi kehingan panas secara konduksi dari absorber, frame berfungsi
commit(Sutarno,2012).
pembentuk dan penahan beban kolektor to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Menurut Zhu (2016) jenis fluida yang digunakan untuk mengalirkan panas
adalah minyak pelumas karena memiliki titik didih yang tinggi yaitu 348 0C
sehingga dapat memaksimalkan panas. Selain itu dengan menggunakan minyak
pelumas, energi yang dapat dihasilkan adalah 0,122 W/m 0C pada suhu 100 0C
dan 0,11 W/m 0C pada suhu 200 0C.

Gambar 2.17 Skematik dari kompor surya modern (Zhu, 2016)

commit to user

Anda mungkin juga menyukai