Oleh
Kelompok : A1-2
Nama Asisten :
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh perubahan sudut terhadap polarisasi cahaya yang
terbentuk pada percobaan polarisasi cahaya.
2. Mengetahui pengaruh intensitas cahaya pada tiap sudut pada percobaan
polarisasi cahaya.
3. Mengetahui grafik hubungan antara intensitas cahaya terhadap sudut pada
percobaan polarisasi cahaya.
1.4 Manfaat
polarisasi. Sumbu filter polarisasi untuk proyektor sebelah kiri dan sumbu filter
polarisasi untuk proyektor sebelah kanan saling tegak lurus. Akibatnya, dua film
yang sedikit berbeda diproyeksikan ke layar. Tiap film dipancarkan oleh cahaya
yang terpolarisasi dengan arah tegak lurus terhadap film yang satunya. Penonton
mengenakan kacamata khusus yang berfungsi sebagai filter. Kacamata ini
memilikki dua filter Polaroid. Tiap filter memilikki sumbu polarisasi yang berbeda,
satu horizontal dan satunya vertical. Hasil penyusunan proyektor dan filter itu
adalah bahwa mata kiri menonton film dari proyektor sebelah kanan, sedangkan
mata kanan menonton film dari proyektor sebelah kiri. Hal ini memberi kesan
adanya kedalaman gambar 3 dimensi.
5
Gambar 2.1 Peristiwa Polarisasi (a) Tali Digetarkan Searah dengan Celah
(b) Tali Digetarkan dengan Arah Tegak Lurus Celah
(Sumber: Tjia, 1993).
Seberkas sinar terdiri atas banyak gelombang yang dipancarkan oleh atom-
atom dari sumber cahaya. Setiap atom menghasilkan gelombang yang memiliki
orientasi tertentu dari vektor medan listrik E. Arah polarisasi dari setiap gelombang
didefinisikan sebagai arah medan listrik yang bervibrasi (Serway, 2010).
Gambar 2.3 Berkas Cahya (a) Representasi dari Seberkas Cahaya yang Tidak
Terpolarisasi.
(b) Berkas Cahaya yang Terpolarisasi Secara Linier
(Sumber:Serway,2010).
Gambar 2.4 Cahaya yang Tidak Terpolarisasi Datang pada Bidang Pantul
(Sumber: Serway,2010).
Saat sebuah sinar yang tidak terpolarisasi datang pada permukaan seperti
pada gambar di atas, setiap vektor medan listrik masing-masing dapat diuraikan
7
Gambar 2.6 Cahaya yang Tidak Terpolarisasi Datang Ke Dalam Kristal Kalsium
Karbonat
(Sumber: Soedojo, 1992).
Gambar 2.7 Hamburan Cahaya Matahari yang Tidak Terpolarisasi Oleh Molekul Udara
(Serway,2010).
yang berkorespodensi. Hal ini merupakan penjelasan tambahan dari asas Huygens.
Di dalam medium yang homogen dan isotropik, dengan cepat rambat sama di setiap
titik ke segala arah, maka jarak antara 2 muka gelombang adalah sama untuk semua
titik-titik yang berkorespondensi (Alonso, 1992).
Menurut (Sutrisno, 1983). Dalam hukum Malus, suatu polarisasi yang
sempurna akan menghasilkan 50% intensitas cahaya tak terpolarisasi yang datang.
Dianggap bahwa tidak ada cahaya yang hilang oleh pantulan – pantulan dan rantai-
rantai hidrokarbon didalamnya benar-benar sejajar. Anggaplah bahwa komponen
polarisasi yang tidak diinginkan seluruhnya dapat diserap, sedangkan komponen
polarisasi yang diinginkan seluruhnya diteruskan. Jika suatu cahaya terpolarisasi
linier dijatuhkan tegak lurus terhadap polaroid, sedang arah polarisasi membuat
sudut θ dengan sumbu mudah polaroid, maka amplitudo yang diteruskan adalah
sebesar proyaksi medan listrik pada sumbu mudah. Akibatnya intensitas cahaya
yang diteruskan menjadi :
𝐼0 = 𝐼𝑚 (𝑐𝑜𝑠𝜃)2 (2.1)
Persamaan tersabut diatas dikenal dengan persamaan hukum Malus. Bias
ganda merupakan sifat yang dimiliki beberapa Kristal tertentu (terutama kalsit)
untuk membentuk dua sinar bias dari suatu sinar datang tunggal. Sinar bias
(ordinary ray) mengikuti hukum-hukum pembiasan normal. Sinar bias lain, yang
dinamakan sinar luar biasa (extraordinary ray), mengikuti hukum yang berbeda.
Kedua sinar tersebut bergerak dengan kelajuan yang sama, di mana cahaya sinar
biasa terpolarisasi tegak lurus terhadap cahaya sinar luar biasa (Sutrisno, 1983).
salah satu pelat diputar, pola warna akan berubah karena warna yang semula
dihambat sekarang diteruskan. Selain itu, pemanfaatan polarisasi cahaya juga
banyak digunakan pada kaca mobil. Kaca itu sudah diberi lembaran plastik
polaroid, sehingga sinar matahari yang keluar dari kaca tersebut sudah terpolarisasi
dan intensitasnya sudah mengecil. Selain itu, polarisasi cahaya juga digunakan pada
Sacharimeter, yang merupakan polarimeter yang khusus untuk menentukan
konsentrasi larutan gula. Larutan gula disebut larutan optik aktif. Larutan tersebut
ada yang dapat memutar bidang getar polarisasi ke kiri dan ada juga yang ke kanan.
Dengan alat semacam ini, orang dapat menentukan konsentrasi larutan optik aktif
(Dhani, 1990).
Salah satu penerapan penting dari proses polarisasi adalah Liquid Crystal
Dsiplay (LCD). LCD digunakan dalam berbagai tampilan, dari mulai jam digital,
layar kalkulator, hingga layar televise. LCD dapat diartikan alat peraga kristal cair,
berisi dua filter polarisasi yang saling menyilang dan didukung oelh sebuah cermin.
Biasanya polarisator yang saling menyilang menghalangi semua cahaya yang
melewatinya. Namun, diantar kedua filter itu terdapat lapisan kristal cair. Selain
energi listrik alat ini dipadamkan, kristalnya memutar sinar-sinar yang kuat dengan
membentuk sudut 900. Sinar-sinar yang berputar itu kemudian dapat menembus
filter (penyaring) bagian belakang. Kemudian sinar-sinar itu dipantulkan oleh
cermin sehingga peraga (layar) tampak putih. Angka atau huruf pada peraga dengan
menyatakan daerah-daerah kristal cair. Ini mengubah posisi kristal cair tersebut
sehingga kristal-kristal tidak lagi memutar cahaya (Laud, 1988).
11
Identifikasi Permasalahan
Kajian Pustaka
Variabel Penelitian
Kegiatan Eksperimen
Data
Analisa
Kesimpulan
dilakukan. Data yang bervariasi ini nantinya akan berpengaruh pada ketelitian
percobaan yang sedang dilakukan.
I
12
A
12
A
. 2
cos
I 2
cos
0
(3.2)
dimana I0 adalah intensitas cahaya setelah melintasi polarizer sebelum melewati
analyzer.
13
Mulai
Selesai
Layar
Gambar 3.3 Susunan Eksperimen Polarisasi.
15
Bidang Penunda
Gambar 3.5 Susunan Eksperimen Bidang Penunda.
B. Bidang Penunda/Retarder
1. Polarizer diletakkan pada holder dan bidang penunda 140 nm pada holder yang
sama sehingga sumbu 0o bidang penunda membentuk sudut 45o terhadap sumbu
0o polarizer.
2. Susunan ini diletakkan pada bangku sehingga bagian depan polarizer
berhadapan dengan berkas laser.
3. Analiser diletakkan dan gunakan layar pengamatan untuk menentukan apakah
berkas yang diteruskan melalui kombinasi polarizer dan bidang penunda ini
mengalami polarisasi atau tidak?
4. Layar pengamatan dipindahkan dan probe fotometer diletakkan di depan
analyzer. Intensitas cahaya transmisi diukur untuk beberapa variasi sudut
analyzer (0o-90o).
5. Cermin datar diletakkan disebelah kanan kombinasi polarizer penunda. Cermin
ini akan merefleksikan cahaya transmisi balik menuju kombinasi polarizer
penunda. intensitas bayangan pada bagian depan laser diperhatikan (cermin
diletakkan membentuk sudut sedemikian hingga anda dapat melihat bayangan
pada bagian muka, bersebelahan dengan output laser.
6. Bidang penunda diputar dan intensitas bayangan tersebut diperhatikan. Cahaya
yang terpolarisasi melingkar dapat mempunyai arah melingkar ke kanan atau
melingkar ke kiri (bergantung pada kedudukan relatif antara arah bidang
penunda dan sumbu polarizer). Pada eksperimen ini, cermin akan merubah
bentuk polarisasi cahaya menjadi terpolarisasi melingkar.
7. Efek bidang penunda dapat divariasi dengan merubah sudut antara bidang
penunda dengan polarizer. Susunan eksperimen dibuat yang dapat digunakan
untuk mengaamati variasi sudut ini.
dm (µm)
No. N ̅̅̅̅
𝑑𝑚
dm1 dm2 dm3
b. Grafik
Grafik yang dicari dalam percobaan Polarisasi Cahaya adalah sebagai berikut:
1. Grafik Regresi
Grafik regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Jumlah Frinji (N)
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2018. Buku Panduan Praktikum (Lab Manual) Eksperimen Fisika
II. Jember: Laboratotium Optoelektronika dan Fisika Modern Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Jember.