Anda di halaman 1dari 19

PERBEDAAN STRUKTUR KRISTAL FOTONIK CANGKANG KERANG

(HALIOTIS GLABRA) DAN KUPU-KUPU (PAPPILIO ULYSSES) SERTA


APLIKASINYA

Disusun Oleh : Rizki Nurul Fajri (1101431)

Dosen : 1. Dr. Ratna Wulan, M.Si

2. Dr. Ramli, M.Si

Mata Kuliah : Material Fotonik

PROGRAM STUDI MAGISTER FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cahaya dapat memberi tekanan yang signifikan terhadap perubahan kelompok hewan tertentu

yang mengarah ke beragaman struktural alami dan warna-warni yang dihasilkan. Permainan warna

yang dihasilkan bukan hanya berasal dari pigmen/pewarna yang dapat memudar dari waktu ke waktu.

Akan tetapi, dapat disebabkan oleh interaksi cahaya dengan struktur nano dan gangguan optik dalam

lapisan. Struktur nano inilah yang dikenal dengan kristal fotonik.

Kristal fotonik merupakan struktur periodik dari material dielektrik dengan indeks bias berbeda

dan tersusun secara konstan dalam dimensi tertentu, sehingga dapat mengganggu gelombang

elektromagnetik yang masuk dari propagasi cahaya. Secara khusus, struktur kristal fotonik dapat

mencerminkan panjang gelombang tertentu sesuai dengan struktur kisi sehingga dapat menimbulkan

fenomena optik. Kristal fotonik mudah ditemukan di alam, seperti pada bulu burung, tubuh beberapa

serangga, beberapa moluska, dan bahkan beberapa tanaman. Selain itu, kristal fotonik dapat

menginspirasi teknologi masa depan dalam aplikasi berbagai bidang seperti : reflektor, laser, dan

telekomunikasi optik. Salah satu kristal fotonik yang menarik untuk dikembangkan yaitu pada

cangkang kerang dan kupu-kupu.

Cangkang kerang memiliki struktur permukaan mikro yang beralur mirip dengan sebuah kisi

difraksi yang terdiri dari lapisan nacreous dan rongga udara. Rongga udara diantara lapisan nacreous

yang tersusun secara periodik, memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk merubah struktur kristal

fotonik pada cangkang kerang. Perubahan struktur ini dapat dilakukan dengan cara mengisi rongga

udara dengan larutan/zat yang sejenis sehingga dapat memenuhi keseluruhan rongga udara. Ketika

rongga udara tersebut telah terisi oleh larutan ataupun zat selain udara yang ada sebelumnya maka

struktur periodik yang dihasilkan menjadi susunan periodik antara lapisan nacreous dengan larutan

3
ataupun zat yang ditambahkan. Perubahan struktur kristal fotonik menyebabkan terjadinya perubahan

panjang gelombang puncak reflektansi yang dihasilkan.

Pada sayap kupu-kupu Papilio Ulysses memiliki struktur kristal fotonik yang berwarna biru

dominan dan dapat berubah menjadi warna hijau apabila diamati dari sudut pandang berbeda.

Adanya struktur kristal fotonik yang dapat diubah-ubah dan warna hijau dominan yang dimiliki oleh

cangkang kerang (Haliotis Glabra) dan kupu-kupu (Papilio Ulysses) serta pengaplikasiannya untuk

sensor indeks bias dan temperatur menjadi latar belakang dalam penulisan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk struktur kristal fotonik pada cangkang kerang Haliotis Glabra dan berapa

spektrum panjang gelombang pucak reflektansi pada cangkang kerang Haliotis Glabra?

2. Bagaimana bentuk struktur kristal fotonik pada sayap kupu-kupu Papilio Ulysses dan berapa

spektrum panjang gelombang pucak reflektansi pada sayap kupu-kupu Papilio Ulysses?

3. Bagaimana aplikasi kristal fotonik pada cangkang kerang Haliotis Glabra dan sayap kupu-kupu

Papilio Ulysses?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini, adalah:

1. Mengetahui struktur kristal fotonik dan indeks bias serta spektrum panjang gelombang puncak

reflektansi pada larutan dan temperatur berbeda pada cangkang kerang Haliotis Glabra.

2. Mengetahui struktur kristal fotonik dan indeks bias serta spektrum panjang gelombang puncak

reflektansi pada larutan dan temperatur berbeda pada cangkang kerang Haliotis Glabra.

3. Mengetahui aplikasi kristal fotonik pada cangkang kerang Haliotis Glabra dan sayap kupu-

kupu Papilio Ulysses?

4
5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kristal Fotonik

Kristal fotonik merupakan kumpulan lapisan medium optik dengan

struktur yang tersusun secara alami maupun buatan dengan modulasi

periodik berdasarkan nilai indeks bias. Beberapa medium optik yang

digunakan sebagai bahan memiliki sifat yang khas sehingga mampu

memberikan keuntungan untuk sejumlah aplikasi (IA. Sukhiovanov, 2009).

Berdasarkan periodisitasnya, kristal fotonik dibagi menjadi tiga macam,

yaitu Kristal fotonik satu dimensi, dua dimensi dan tiga dimensi. Hal ini

dapat diilustrasikan pada Gambar 1.

Kristal fotonik satu dimensi memiliki permitivitas dengan periodisasi

dalam satu dimensi saja. Sebagai contoh beberapa kristal fotonik dapat

diberikan Bragg grating yang secara luas digunakan sebagai reflektor

dalam permukaan ruang yang pemancar laser. Selain itu, beberapa struktur

juga digunakan sebagai lapisan antirefleksi yang dapat menurunkan nilai

reflektansi permukaan serta digunakan untuk meningkatkan kualitas lensa.

Kristal fotonik dua dimensi memiliki permitivitas dengan periodisasi

dalam arah dua dimensi, adapun arah yang ke tiga dalam kondisi seragam.

Contoh yang dapat ditemukan di alam adalah pola pada sayap kupu-kupu

dan corak warnanya yang disebabkan oleh refleksi cahaya dari mikrostruktur

sayap. Adapun kristal fotonik tiga dimensi, permitivitasnya memiliki

periodisasi dalam arah tiga dimensi. Di alam, struktur tiga dimensi

6
paling banyak dijumpai pada batu-batu barharga yang digunakan sebagai

perhiasan.

Gambar 1. Contoh struktur kristal fotonik berdasarkan peroidisitasnya. (a)

Satu dimensi, (b) Dua dimensi, (c) Tiga dimensi (IA. Sukhiovanov,

2009)

2.2 Kristal Fotonik 1D (Satu Dimensi)

Kristal fotonik satu dimensi merupakan sistem optik periodik yang

disusun atas unit-unit sel identik. Masing-masing terdiri atas dua atau lebih

lapisan material dielektrik dengan indeks bias rendah dan tinggi dengan

ketebalan berorde panjang gelombang elektromagnetik. Interferensi antar

gelombang transmisi dengan refleksi dapat mengakibatkan pemblokiran

perambatan gelombang elektromagnetik pada rentang panjang gelombang

tertentu yang disebut photonic band gap (PBG). Adanya rentang PBG ini mirip

dengan energi band gap pada perilaku elektron dalam material semikonduktor.

Ketika gelombang elektromagnetik datang memasuki susunan

periodik (mis n1 dan n2), sebagian gelombang tersebut akan direfleksikan oleh

setiap permukaan batas lapisan n1-n2. Jika seluruh gelombang yang direfleksikan

7
sebagian tersebut sefase, maka akan terjadi interferensi konstruktif pada refleksi

sehingga gelombang datang tidak dapat menembus struktur kristal .

Gambar 2.2 (a) Gelombang datang dengan nilai λ dalam selang PBG

memasuki periodik n1-n2 (b) gelombang datang direfleksikan oleh

setiap permukaan batas. (c) jika setiap gelombang refleksi sefase,

maka gelombang tersebut terrefleksi total dan tidak dapat

menembus struktur kristal

Seperti pada gambar 2.2. Selang panjang gelombang datang yang

terefleksi total disebut photonic band gap (PBG). Pada kasus lainnya, ketika

frekuensi dari gelombang datang tidak berada dalam selang PBG, terjadi

8
interferensi destruktif pada gelombang yang terefleksi, sehingga saling

meniadakan dan gelombang datang akan diteruskan oleh struktur kristal seperti

pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 (a) Gelombang datang dengan nilai diluar selang PBG memasuki

struktur periodik. (b) Gelombang datang direfleksikan oleh setiap

permukaan batas, setiap gelombang refleksi tidak sefase dan saling

berinterferensi destruktif. (c) Tidak terjadi refleksi dan gelombang

datang dapat menembus struktur kristal, yang tersusun secara

periodik.

Pada difraksi gelombang EM (contohnya sinar-X) oleh kristal,

gelombang yang datang pada sudut tertentu akan direfleksikan sebagian oleh

setiap kisi kristal (Gambar 2.4). Panjang gelombang cahaya yang direfleksikan

oleh kisi-kisi kristal bergantung pada sudut datang θ dan nilai konstanta kisi α

dari kristal.

9
Gambar 2 .4 Skema dari kristal fotonik sempurna satu dimensi paling
sederhana yang tersusun dari dua bahan dielektrik dengan
indek refraksi dan ketebalan dalam orde mikrometer

2. 3 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang Datar

Gambar 2.5 Pemantulan dan pembiasan pada gelombang datar

1
Berdasarkan gambar 2.5, gelombang datang, gelombang pantul dan

gelombang bias masing-masing dapat diungkapkan oleh gelombang datar,

sebgai berikut:

Pada gambar diatas syarat kontinuitas akan berlaku setiap saat dan pada

setiap titik dipermukaan batas. Ini berarti dipenuhi secara terpisah hubungan-

hubungan:

Medan E yang tegak lurus bidang datang (medan H yang sejajar bidang

datang) disebut gelombang s atau TE lurus bidang datang) disebut gelombang p

atau TM (transverse magnetic). Kedua komponen gelombang tersebut saling

bebas satu sama lain, masing-masing gelombang mempunyai karakteristik

refleksi dan transmisi yang berbeda. Berdasarkan hukum Bragg, dua gelombang

yang datang sefase dan membentuk sudut terhadap arah normal bidang (Gambar

2.6) dapat dituliskan melalui persamaan [15] :

nλ= 2 cos θ

1
Gambar 2.6 Pemantulan pada Hukum Bragg [15].

Besarnya panjang gelombang dalam medium kristal akan berubah secara

periodik sesuai dengan indeks biasnya

2.4 Struktur Kristal Fotonik Alami

Berbagai sistem fotonik di temukan dalam kerajaan flora dan fauna

yang berfungsi sebagai model peran untuk berkerja pada warna struktural

yang disajikan. Warna-warna struktural berfungsi sebagai penarik untuk spesies

sejenis, tanda-tanda peringatan, dan kamuflase. Warna dapat dikaitkan dengan

indeks bias bahan, sudut insiden, susunan struktural terhadap cahaya insiden dan

ketebalan lapisan berlapis dalam struktur periodik .

Warna berbasis fitur pigmen dalam teknik yang paling banyak digunakan

untuk membuat ransangan warna di alam, terang, dan warna paling intens dari

interaksi cahaya dengan struktur yang kompleks dalam skala mikro dan nano

sehingga disebut sebagai kristal fotonik. Struktur nano pada beberapa hewan

seperti kumbang, kerang, kupu-kupu, dll memberikan warna indah yang spesifik.

1
2.5 Struktur Kristal Fotonik Cangkang Kerang Abalone (Haliotis Glabra)

Cangkang kerang dari spesies kerang Haliotis Glabra berasal dari Filifina,

biasanya dikenal dengan abalone ditunjukkan pada gambar 2.8

Gambar 2.8 Kerang spesies Haliotis Glabra


Efek warna-warni pada cangkang kerang abalone dikaitkan dengan

efek difraksi yang disebabkan oleh permukaan mikro yang beralur mirip

dengan sebuah kisi difraksi. Selain itu, efek warna-warni disebabkan karena

adanya gangguan cahaya dalam beberapa lapisan mikro dibawah permukaan.

Adanya tumpukan periodik lapisan nacreous yang tepat berada dibawah

cangkang kerang abalone menunjukkan bahwa warna-warni yang dihasilkan

dapat dikaitkan dengan gangguan multilayer.

2.6 Struktur Kristal Fotonik Sayap Kupu-kupu Papilio Ulysses

Papilio Ulysses adalah salah satu jenis kupu-kupu yang paling

terkenal, secara umum dikenal pula dengan sebutan kupukupu biru atau kaisar

biru (blue emperor). Papilio ulysses merupakan bagian dari kelompok kupu-

kupu peacock swallowtails dan merupakan genus Papilio subgenus Achillides

F.L. (Condamine, et al., 2012). Secara khusus species Papilio ulysses

merupakan kupu-kupu endemik di sekitar kepulauan Maluku, Papua,

Solomon, sampai Benua Australia (Condamine, et al., 2012).

1
Kupu-kupu Papilio ulysses memiliki warna yang lebih menarik

dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Warna yang atratif dan mencolok

tersebut menyebabkan kupu-kupu jenis ini menjadi buruan kolektor kupu-

kupu. Variasi yang luar biasa pada spesies ini menghasilkan banyak

subspecies yang tersebar di daerah tersebut. Sampai saat ini, sebanyak 14

subspesies telah dikenali pada daerah penyebarannya (Braby 2000).

1
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bentuk struktur kristal fotonik pada cangkang kerang Haliotis

Glabra dan spektrum panjang gelombang pucak reflektansi pada

cangkang kerang Haliotis Glabra

Struktur cangkang kerang Haliotis Glabra terdiri atas lapisan

nacreous dan lapisan rongga udara secara periodik. Panjang gelombang

puncak reflektansi cangkang kerang Haliotis Glabra saat di udara, aquades,

ethanol, 0.3 gr/mL NaCl, 0.4 gr/mL NaCl, dan 0.5 gr/mL NaCl secara

berturut-turut yaitu 490.51 nm (n= 1.0000), 533.21 nm (n= 1.3703),

540.99 nm (n= 1.3962), 550.59 nm (n= 1.5102), 574.32 nm (n = 1.5410), dan

temperatur 66.1 °C, 57.9 °C, dan 53.2 °C secara berturut-turut yaitu 494.19

nm (n= 1.3214), 500.17 nm (n= 1.3962), 538.7 nm (n= 1.4230). Simulasi

pada larutan yang berbeda diperoleh nilai ketebalan lapisan nacreous yaitu

antara 101.6 nm – 110.7 nm dan ketebalan lapisan rongga udara yaitu antara

74.6 nm – 82.5 nm menggunakan aplikasi Opto Software (Thin Film

Calculation).

Temperatur yang berbeda diperoleh ketebalan lapisan nacreous

yaitu antara 98.4 nm – 103.8 nm dan ketebalan lapisan rongga udara yaitu

antara 62.5 nm – 63.8 nm. Perbedaan nilai panjang gelombang puncak

reflektansi yang ada disebabkan karena adanya perbedaan indeks bias

berbagai larutan dan temperatur. Dengan adanya perubahan tersebut, maka

kristal fotonik cangkang kerang Haliotis Glabra dapat dikembangkan

sebagai sensor indeks bias dan temperatur.

1
3.2 Bentuk struktur kristal fotonik pada sayap kupu-kupu Papilio Ulysses dan

berapa spektrum panjang gelombang pucak reflektansi pada sayap

kupu-kupu Papilio Ulysses

Struktur kristal fotonik yang ada pada sayap kupu-kupu Papilio Ulysses

memiliki keunikan tersendiri untuk diamati dan dikembangkan. P.Ulysses memiliki

warna biru yang dominan pada sayapnya dan dapat berubah menjadi warna hijau

jika diamati dari sudut pandang yang berbeda. Warna-warna yang dihasilkan

merupakan hasil reflektansi interaksi dari gelombang elektromagnetik terhadap

struktur kristal fotonik yang ada pada sayap P.Ulysses. Adanya perubahan warna

tersebut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan selanjutnya sebagai sensor optik.

Struktur sayap P.Ulysses terdiri dari susunan lamina dan udara secara

periodik. Dengan ukuran setiap scale P.Ulysses sekitar 100um. Puncak panjang

gelombang reflektansi saat di udara, air dan etanol secara berturut-turut yaitu 453.5

nm, 524.0 nm dan 533.9 nm. Perbedaan puncak panjang gelombang yang ada

disebabkan karena perbedaan indeks bias udara, air dan etanol. Saat kristal fotonik

P.Ulysses ditetesi etanol dan air, udara yang ada dalam kristal fotonik telah diisi

oleh etanol maupun air. Dengan adanya perubahan tersebut kristal fotonik

P.Ulysses dapat dikembangkan sebagai sensor optik untuk setiap zat yang memiliki

indeks bias yang berbeda.

Struktur sayap k u p u - k u p u P.Ulysses terdiri atas susunan kutikula dan

rongga udara secara periodik. Panjang gelombang puncak reflektansi kristal

fotonik sayap P.Ulysses saat di udara, aquades, ethanol, 0.3 gr/mL NaCl, 0.4

gr/mL NaCl, dan 0.5 gr/mL NaCl secara berturut – turut yaitu 443.4 nm

(n=1.000), 486.82 nm (n = 1.3703), 546.02 nm (n = 1.3962), 447.11 nm (n =

1.4509), 448.96 nm (n = 1.5102), dan 449.88 nm (n = 1.541). Dan temperatur

66.10C, 57.90C, dan 53.00C secara berturut – turut yaitu 502.47 nm (n = 1.3214),

1
508.9 nm (n = 1.39623) dan 515.79 nm (n = 1.42308). Pada larutan yang berbeda

diperoleh nilai ketebalan lapisan kutikula berkisar antara 80.0 nm – 99.4 nm dan

ketebalan lapisan rongga udara berkisar antara 80.0 nm – 99.3 menggunakan

aplikasi Opto Software (Thin Film Calculation). Dan temperatur yang berbeda

diperoleh nilai ketebalan lapisan kutikuka berkisar antara 80.6 nm – 98.6 nm

dan ketebalan lapisan rongga udara berkisar antara 80.6 nm – 98.5 nm.

Perbedaan nilai panjang gelombang puncak reflektansi yang ada disebabkan karena

adanya perbedaan indeks bias berbagai larutan dan temperatur. Adanya perubahan

tersebut maka kristal fotonik sayap P.Ulysses dapat dikembangkan sebagai

sensor indeks bias dan temperatur.

Untuk mengetahui struktur kristal fotonik pada permukaan dan

penampang cangkang kerang Haliotis Glabra dan sayap kupu-kupu P.Ulysses

menggunakan mikroskop optik dan SEM.

1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdaarkan uraian diatas, maka dapat ddisimpulkan:

1. Struktur cangkang kerang Haliotis Glabra terdiri atas lapisan nacreous dan

lapisan rongga udara secara periodik. Panjang gelombang puncak

reflektansi cangkang kerang Haliotis Glabra saat di udara, aquades,

ethanol, 0.3 gr/mL NaCl, 0.4 gr/mL NaCl, dan 0.5 gr/mL NaCl secara

berturut-turut yaitu 490.51 nm (n= 1.0000), 533.21 nm (n= 1.3703),

540.99 nm (n= 1.3962), 550.59 nm (n= 1.5102), 574.32 nm (n = 1.5410),

dan temperatur 66.1 °C, 57.9 °C, dan 53.2 °C secara berturut-turut yaitu

494.19 nm (n= 1.3214), 500.17 nm (n= 1.3962), 538.7 nm (n= 1.4230).

2. Struktur sayap kupu-kupu P.Ulysses terdiri atas susunan kutikula dan

rongga udara secara periodik. Panjang gelombang puncak reflektansi

kristal fotonik sayap P.Ulysses saat di udara, aquades, ethanol, 0.3 gr/mL

NaCl, 0.4 gr/mL NaCl, dan 0.5 gr/mL NaCl secara berturut – turut yaitu

443.4 nm (n=1.000), 486.82 nm (n = 1.3703), 546.02 nm (n = 1.3962),

447.11 nm (n = 1.4509), 448.96 nm (n = 1.5102), dan 449.88 nm (n =

1.541). Dan temperatur 66.1°C, 57.9°C, dan 53.0°C secara berturut –

turut yaitu 502.47 nm (n = 1.3214), 508.9 nm (n = 1.39623) dan 515.79 nm

(n = 1.42308).

1
8
DAFTAR PUSTAKA

1
9

Anda mungkin juga menyukai