Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nabiha Putri Deswanti

NRP : 5001211067
Kelompok : FL2-09
Asisten : Moh. Nouvaldy
Difraksi dan Interferensi Cahaya (W4)
1. Jelaskan peristiwa terjadinya interferensi cahaya.
Jawab : Interferensi cahaya adalah fenomena di mana dua atau lebih gelombang cahaya bertemu dan
saling berinteraksi, menciptakan pola interferensi yang khas berupa bergantian antara daerah terang
dan gelap pada layar atau permukaan tertentu. Fenomena ini terjadi karena sifat gelombang cahaya, di
mana dua gelombang cahaya yang bertemu dapat menghasilkan superposisi, yaitu kombinasi dari
amplitudo masing-masing gelombang. Ketika puncak gelombang bertemu dengan puncak gelombang
lainnya, terjadi interferensi konstruktif, sehingga amplitudo gelombang yang dihasilkan lebih besar dan
menciptakan daerah terang. Sebaliknya, ketika puncak gelombang bertemu dengan lembah gelombang
lainnya, terjadi interferensi destruktif, menghasilkan daerah gelap. Fenomena ini pertama kali
ditemukan oleh Thomas Young melalui eksperimen celah ganda pada awal abad ke-19, yang menjadi
bukti kuat tentang sifat gelombang cahaya. Interferensi cahaya memiliki aplikasi luas dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, seperti interferometri dalam astronomi dan pengembangan alat optik.
2. Bagaimana peristiwa interferensi cahaya dapat membentuk pola cincin Newton?
Jawab : Pola cincin Newton adalah fenomena interferensi cahaya yang terjadi ketika cahaya putih atau
cahaya polikromatik (multiwarna) melewati lapisan tipis udara yang terperangkap antara dua
permukaan, biasanya permukaan kaca melengkung dan lembaran plastik atau kaca datar. Pola ini
dinamai setelah ilmuwan terkenal Sir Isaac Newton yang pertama kali mengamati dan menjelaskannya
pada abad ke-17.
Pembentukan pola cincin Newton dimulai dengan pembiasan cahaya saat melewati permukaan
kaca melengkung. Cahaya ini kemudian mencapai lembaran udara dan kembali dipantulkan dari
permukaan kaca. Selama perjalanan ini, cahaya mengalami interferensi yang disebabkan oleh perbedaan
jarak yang ditempuh oleh gelombang cahaya yang pantulan dan gelombang cahaya yang langsung
melalui lembaran udara. Jika perbedaan ini adalah kelipatan setengah panjang gelombang cahaya
tertentu (biasanya cahaya monokromatik), maka akan terjadi interferensi destruktif, yang menghasilkan
daerah-daerah gelap. Sebaliknya, jika perbedaan ini adalah kelipatan bilangan bulat dari panjang
gelombang cahaya tersebut, maka akan terjadi interferensi konstruktif, menciptakan daerah-daerah
terang.
Pola cincin Newton terlihat sebagai cincin berwarna-warni dengan pusat cahaya terang di
tengahnya, yang menggambarkan daerah interferensi konstruktif. Cincin ini dikelilingi oleh cincin cahaya
gelap yang lebih luas, yang menandakan daerah interferensi destruktif. Warna dalam pola ini
bergantung pada perbedaan ketebalan lembaran udara di berbagai titik, yang menyebabkan perbedaan
panjang gelombang yang mengalami interferensi.
Dengan demikian, pola cincin Newton adalah contoh yang menarik dari bagaimana interferensi
cahaya dapat menghasilkan pola reguler yang mencolok dalam situasi tertentu, dan fenomena ini telah
lama menjadi subjek penelitian ilmiah dan pengamatan praktis dalam ilmu optik.
3. Pada pengaturan alat untuk pembentukan cincin Newton, lensa plan-konveks diganti dengan lensa
bikonveks. Apa yang akan terjadi?
Jawab : Penggantian lensa plan-konveks dengan lensa bikonveks dalam pengaturan alat untuk
pembentukan cincin Newton akan menghasilkan perubahan dalam pola cincin yang terbentuk. Lensa
plan-konveks memiliki satu permukaan datar dan satu permukaan melengkung, sementara lensa
bikonveks memiliki kedua permukaan yang melengkung ke luar.
Ketika cahaya melewati lensa bikonveks, pembiasan akan terjadi di kedua permukaan
melengkung lensa tersebut. Ini akan menyebabkan perubahan dalam perjalanan cahaya yang kemudian
memasuki dan keluar dari lapisan udara yang berada di antara permukaan kaca melengkung dan
permukaan lensa bikonveks.
Dengan lensa bikonveks, pola cincin Newton yang terbentuk akan berbeda dari yang dihasilkan
dengan lensa plan-konveks. Perubahan ini terutama terkait dengan distribusi ketebalan lapisan udara
dan perbedaan jarak yang ditempuh oleh cahaya di dalam lapisan tersebut. Pola cincin yang dihasilkan
oleh lensa bikonveks akan memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal ukuran, warna, dan pola
terang-gelapnya.
Perubahan dalam pola cincin Newton ini akan memungkinkan ilmuwan atau peneliti untuk
mengamati dampak geometri dan sifat lensa pada interferensi cahaya. Ini juga dapat digunakan untuk
mengukur sifat optik dari lensa yang digunakan dalam eksperimen tersebut.

Dalam praktiknya, perubahan jenis lensa dalam eksperimen seperti ini sering digunakan dalam
penelitian atau dalam pendidikan fisika untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang sifat-
sifat cahaya dan lensa optik.
4. Apa yang anda ketahui mengenai interferensi film tipis?
Jawab : Interferensi film tipis adalah fenomena optik yang terjadi ketika cahaya melewati atau memantul
dari dua permukaan yang sangat tipis dengan indeks bias yang berbeda. Ini menciptakan pola
interferensi yang dapat diamati dalam bentuk warna-warni atau pola gelap-terang, tergantung pada
ketebalan dan indeks bias dari film tipis tersebut.
Ketika cahaya melalui film tipis, sebagian cahaya akan dipantulkan dari permukaan atas film,
sementara sebagian lagi akan terus melewati film dan dipantulkan dari permukaan bawahnya.
Gelombang cahaya yang dipantulkan dari kedua permukaan ini akan saling berinteraksi dan
menciptakan pola interferensi. Pola ini tergantung pada perbedaan jarak yang ditempuh oleh cahaya
yang dipantulkan dari kedua permukaan dan juga pada panjang gelombang cahaya yang digunakan.
Hasil dari interferensi film tipis adalah pola warna-warni yang sering kali terlihat dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, kita dapat melihatnya pada gelembung sabun, lapisan minyak
pada genangan air, atau bahkan pada lapisan tipis yang terdapat pada kemasan plastik holografik.
Warna yang terbentuk dalam interferensi film tipis adalah akibat perbedaan fase antara gelombang
cahaya yang datang dari permukaan atas dan bawah film tipis.
5. Menurut beberapa sumber, fenomena cincin Newton terbentuk karena adanya lapisan udara
antarlensa yang menyebabkan terjadinya interferensi film tipis. Apa definisi film pada suatu
interferensi cahaya?
Jawab : Dalam konteks interferensi cahaya, istilah "film" merujuk pada lapisan tipis materi yang memiliki
ketebalan yang sangat kecil, seringkali hanya beberapa panjang gelombang cahaya. Film ini terletak di
antara dua permukaan dengan indeks bias yang berbeda, seperti lapisan udara di antara permukaan
kaca atau plastik. Fenomena interferensi cahaya terjadi ketika cahaya melewati atau memantul dari film
tipis tersebut.
Interferensi film tipis terjadi karena cahaya yang memasuki film akan berinteraksi dengan
permukaan atas dan bawah film, menciptakan gelombang-gelombang cahaya yang saling
berinterferensi. Interferensi ini tergantung pada perbedaan jarak yang ditempuh oleh cahaya yang
dipantulkan dari kedua permukaan film dan juga panjang gelombang cahaya yang digunakan. Hasilnya
adalah pola interferensi yang dapat terlihat dalam bentuk warna-warni atau pola gelap-terang.
Definisi film tipis dalam interferensi cahaya adalah lapisan materi yang memiliki ketebalan yang
sangat kecil dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya yang digunakan, dan film ini menghasilkan
pola interferensi saat cahaya melewati atau memantulinya. Fenomena ini dapat dijumpai dalam
berbagai situasi, termasuk dalam eksperimen fisika, dalam aplikasi teknologi seperti kaca anti-refleksi,
serta dalam kejadian alam sehari-hari seperti gelembung sabun atau pantulan cahaya dari minyak di
permukaan air.
6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya pola cincin Newton?
Jawab : Terbentuknya pola cincin Newton dipengaruhi oleh sejumlah faktor penting yang berperan
dalam membentuk pola interferensi yang khas. Faktor-faktor ini melibatkan sifat cahaya, sifat film tipis,
serta geometri percobaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan pola cincin Newton
meliputi ketebalan film tipis, panjang gelombang cahaya, indeks bias material, geometri permukaan kaca
melengkung, intensitas cahaya, dan sudut pandang pengamat. Ketebalan film tipis merupakan faktor
utama dalam menentukan warna-warna dalam pola cincin, sementara faktor lain seperti panjang
gelombang cahaya, indeks bias, dan geometri permukaan juga memainkan peran yang signifikan.
Intensitas cahaya yang digunakan dalam eksperimen serta sudut pandang pengamat juga dapat
mempengaruhi penampilan dan kontras pola cincin. Semua faktor ini harus diperhitungkan dan
dikendalikan dengan cermat untuk memahami dan menginterpretasikan pola cincin Newton secara
tepat.

Anda mungkin juga menyukai