Anda di halaman 1dari 38

BLOK BIOMEDIK III LAPORAN PBL

Sabtu, 30 maret 2024

‘’GARA-GARA NAIK PESAWAT’’

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Tutor :

Ibu Yuniasih M. J. Taihuttu. S. Si. M. Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2024
DAFTAR NAMA ANGGOTA

Ketua Kelompok : Hendi Riyadhi Tas’an 202383085


Sekretaris Kelompok : Princes Susana Angela Sir 202383066
Ketua Skenario : Muh Maulidurohman 202383028
Sekretaris 1 : Anggun Dwi Ningrum 202383047

Sekretaris 2 : Ayu Wandira Senen 202383201

Anggota : Aloysius Selwas Boy Taborat 202283009

: Elninda Safutri Ahmad 202283178

: Nurul Izzah Humarella 202383009

: Kezie Elizabeth Lekenila 202383105

: Khalisa Marsa Ika Tanassy 202383124

: Maya Pratama 202383144

: Dhea Widhia Masrin 202383163


: Syanti Silalin Angwarmasse 202383182

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini memuat hasil diskusi kami mengenai scenario 2 pada Blok Biomedik 3 dengan judul
“Gara-Gara Naik Pesawat’’ Laporan ini tidak mungkin dapat kami selesaikan tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terima kasih kepada :

1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kami nikmat Kesehatan dan kekuatan
dalam mengerjakan laporan.
2. Ibu Yuniasih M. J. Taihuttu. S. Si. M. Sc selaku tutor yang telah mendamping kami
selama diskusi PBL berlangsung.
3. Dr. dr. Maryati Sanaky, M. Si selaku Penangung Jawab Blok Biomedik 3.
4. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami sangat berharap laporan ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi setiap orang
yang membacanya. Kami pun sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk perbaikan
laporan kami selanjutnya.

Ambon, 30 Maret 2024

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR NAMA KELOMPOK …………………………………………………… i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..….. iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………...… iv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….... 1
1.1 Skenario ……………………………………………………………………..…… 1
1.2 Seven Jump ……………………………………………………………………..... 1
1.2.1 Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci ……………………………….….… 1
1.2.2 Identifikasi Masalah ……..…………………………………………………..… 2
I.2.3 Hipotesis Sementara ………………………………………………………....…. 2
I.2.4 Klarifikasi dan Mind Mapping …………………………………………………. 3
I.2.5 Learning Objective …………………………………………………………….... 4
I.2.6 Belajar Mandiri ……………………………………………...………………..... 4
BAB II ISI ………………………………………………………………………….... 5
A. Anatomi Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam ………………………. 5
B. Histologi Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam ………………………. 15
C. Fisiologi Pendengaran Secara Normal …………………………………………….. 22
D. Jaras Persarafan Pada Pendengaran ……………………………………………….. 28
E. Mekanisme Perubahan Tuba Eusthacius dan Membran Tympani Pada Perubahan
Tekanan ………………………………………………………………………………. 29
BAB III KESIMPULAN ..………….…………………………………………….... 31
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Auricula 6
Gambar 2 : Meatus Acusticus Externus 7
Gambar 3 : Membran Tympani 7
Gambar 4 : Daerah Mastoidea 9
Gambar 5 : Tuba Pharyngotympanic/Tuba Auditiva 10
Gambar 6 : Ossicula Auditus 11
Gambar 7 : Labyrinthus Osseus 13
Gambar 8 : Cochlea 14
Gambar 9 : Labyrinthus Membranaceus 15
Gambar 10 : Meatus Acusticus Externus 16
Gambar 11 : Histologi Auris Media 17
Gambar 12 : Duktus Koklearis 17
Gambar 13 : Duktus Koklearis 18
Gambar 14 : Organ Keseimbangan 18
Gambar 15 : Sel Rambut 20

Gambar 16 : Ampula dan Crista 21

Gambar 17 : Organ Corti 22


Gambar 18 : Transmisi Gelombang Suara 24
Gambar 19 : Penekukan Sel Rambut Akibat Defleksi Membran Basilaris 25
Gambar 20 : Peran Sterosilia Dalam Tranduksi Suara 27
Gambar 21 : Jaras Pendengaran 28

Gambar 22 : Adaptasi Membrane Tympani 29

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario

“ Gara - Gara Naik Pesawat “

Seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun sedang berada dalam pesawat yang akan
terbang menuju Ambon. Lima menit setelah pesawat lepas landas, remaja laki-laki ini mulai
mengalami rasa penuh pada telinga kiri dan kanan. Kemudian lama-kelamaan telinganya mulai
mengalami tinitus dan terasa sedikit nyeri. Suara ibunya yang duduk disampingnya juga kurang
terdengar.Setelah memberitahukan ibunya tentang keluhan yang dialami, ia disuruh untuk
melakukan manuver valsava. Selain itu, ibunya juga memberikan permen karet untuk dikunyah
selama beberapa menit sebelum pesawat mendarat. Setelah melakukan instruksi ibunya, remaja
laki-laki ini merasa kondisi telinganya mulai mengalami perbaikan.

1.1.1 Step 1 : Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci

a. Kata Sukar
Tinitus : Suara bising telinga

Manuver Valsava : Teknik yang dilakukan untuk membuka tuba Aestachius yang
tersumbat dengan cara menutup mulut dan hidung, kemudian
menarik nafas dan menghembuskannya perlahan

Nyeri : Dimana seseorang merasa tidaknyaman dan tidak


menyenangkan di tubuh

1
b. Kalimat Kunci
1. Telinganya mulai mengalami tinitus
2. Remaja laki-laki mulai mengalami rasa penuh ditelinga kiri dan kanan.
3. Suara ibunya kurang terdengar
4. Iamulai merasa baikan setelah melakuakan manuver valsavadan mengunyah permen
karet.

1.1.2 Step II : Identifikasi Masalah

1. Apa manfaat mengunyah permen karet dan melakukan gerakan manuver valsava saat
telinga terasa penuh ?
2. Mengapa telinga terasa penuh saat naik pesawat ?
3. Bagaimana prose spendengaan secara normal ?
4. Apa saja organ pendengaran dan keseimbangan?
5. Kenapa suara ibunya tidak bisa terdengar ?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran.
7. Mengapa telinga remaja laki-laki tersebut terasa penuh saat pesawat lepas landas?
8. Apa ada tehnik lain untuk mengatasi nyeri pada teling selain manuver valsava dan
mengunya permen karet?
9. Bagaimana tinitus bisa terjadi?
10. Bagaimana kondisi remaja laki-laki tersebut sebelum dan sesudah melakukan manuver
valsava dan mengunyah permen karet?

1.1.3 Step III : Hipotesis Sementara

1. Pada tekhnik manuver valsava akan meningkatkan tekanan pada nasofaring sehingga
akan mendorong udara ke tuba auditiva dan menyebarkan rasa lega pada gendang telinga
sehingga saat mengunyah permen karet akan membuat tuba auditiva terbuka.
2. Karena ketika berada di dataran tinggi tekanan udaranya menjadi lebih besar sehingga
telinga terasa penuh dan nyeri
3. Dimulai ketika suara di tangkap oleh auricula kemudian getaran suara diteruskan oleh
Meatus acusticus externus lalu getaran suara menggetarkan membran tympani dan
getaran tersebut akan diteruskan ke tulang-tulang telinga (Maleus, incus, stapes).Stapes
2
akan menggerakan foramen ovale sehingga cairan perilimfe scala vestibuli bergetar dan
getaran tersebutditeruskan melaluimembran meisner sehingga terjad igerakan mekanik
antara membrane tectoria dan membrane basilaris yang membuat sel rambut bergetar dan
kanal ionn terbuka.Ion bermuatan listrik terlepas akibat defleksi sel rambut kemudian
terjadi depolarisasi menyebabkan neurotransmiter terlepas di sinaps dan terjadi potensial
aksi dan implus di teruskan ke korteks cerebri pada lobus temporalis.
4. Organ pendengaran : Coclea dan Organ keseimbangan terbagi menjadi 3 canalis
semicularis, 2 saccus,cdan tuba auditiva.
5. Karena tekanan dalam pesawat membuat suara ibunya tidak terdengar.
6. Faktor keturunan Paparan suara keras seperti suara mesin pesawat, suara ledakan, dan
suara mesin pabrik.
7. Karena tekanan udara pada gendang telinga atau bagian telinga tengah hingga hidung
tidak seimbang.
8. Menguap, menelan, dan manuver toynbee (menutup hidung sambil menelan)
9. Karena perubahan tekanan udara membuat membran tympani tertekan sehingga terasa
nyeri. Nyeri ini membuat adanya suara lain seperti berdenging.
10. Sebelum melakukan menufer valsar ada mengunya permen karet remaja lak-laki tersebut
merasakan nyeri dan penuh pada telinganya. Sedangkan sesudah melakukan manuver
valsava dan mengunyah permen karet rasa nyeri dan penuh pada telinganya berkurang.

1.1.4 Step IV : Klarifikasi dan Mind Mapping

a. Klarifikasi Masalah
b. Mind Mapping

3
1.1.5 Step V : Learning Objective

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Anatomi Telinga Luar, Telinga Tengah, dan Dalam.
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Histologi Dari Telinga Luar, Telinga Tengah, dan
Telinga Dalam
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Fisiologi Pendengaran Normal
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Jaras Persyarafan Pada Pendengaran
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Mekanisme Perubahan Tuba Eustachius dan Membran
Tympani Pada Perubahan Tekanan

1.1.6 Step VI : Belajar Mandiri

4
BAB II

ISI

2.1 Anatomi Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam

Auris merupakan organ pendengaran dan keseimbangan. Telinga memiliki tiga bagian

a. Bagian pertama adalah auris externa terdiri dari bagian yang melekat pada aspectus
lateralis regio capitis dan saluran yang berada di dalamnya.
b. Bagian kedua adalah auris media sebuah ruangan dalam pars petrosa tulang temporale
yang dibatasi di laterai, dan dipisahkan dari saluran luar, oleh suatu membrana dan di
sebelah dalam dihubungkan dengan pharynx oleh sebuah pipa sempit.
c. Bagian ketiga adalah auris interna yang terdiri dari serangkaian ruangan dalam pars
petrosa tulang temporale, terletak antara auris media di lateral dan meatus acusticus
internus di medial. [1]

2.1.1 Auris Externa


Auris externa terdiri dari dua bagian. Bagian yang berproyeksi dari sisi regio capitis
adalah auricula (pinna) dan saluran yang mengarah ke dalam adalah meatus acusticus
externus.
1. Auricula
Auricula berada di sisi regio capitis dan membantu menangkap suara. Auricula terdiri
dari tulang rawan yang tertutup oleh kulit dan tersusun dalam satu bentuk banyak
elevasi/peninggian dan depresi/cekungan. Tepi luar yang besar pada auricula adalah
helix, Helix berakhir di inferior pada lobuius auriculae yang lunak, merupak satu-satunya
bagian auricula yang tidak ditopang oleh tulang rawan Cekungan di tengah auricula
adalah concha auriculae. Meatus acusticus externus keluar dari kedalarnan daerah
tersebut. Tepat di anterior dari liang meatus acusticus externus, di depan concha
auriculaeerdapat elevasi/peninggian (tragus). Berlawanan dengan tragus, dan di atas
lobulus auriculae yang lunak, terdapat peninggian lain (antitragus). Tepi melingkar yang
lebih kecil, paralel dan anterior dari helix. adalah autihelix.[1]

5
Gambar 1 : Auricula
[Sumber : Sumber : Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012]
2. Meatus Acusticus Externus

Meatus acusticus externus terbentang dari bagian terdalam concha auriculae sampai
membrana tympani (gendang telinga) berjarak kurang kebih 1 inci (2.5 cm). Dindingnya
terdiri dari tulang rawan dan tulang. Sepertiga lateralnya dibentuk oleh perluasan tulang
rawan dari sejumlah tulang rawan auricula dan 2/3 bagian mediatnya merupakan saluran
tulang pada tulang temporale. Seluruh panjang meatus acusticus externus tertutup oleh
kulit, yang di beberapa bagian terdapat rambut dan glandula sudorifera yang mengalami
modifikasi dan memproduksi cerumen (kotoran telinga). Diameternya bervariasi. lebih
lebar di lateral dan menyempit di medial. Meatus acusticus externus tidak berjalan lurus.
Dari liang luar struktur ini berjalan ke atas dengan arah anterior, kemudian membelok
sedikit ke posierior masih berjalan ke atas dan akhirnya membelok lagi ke arah anterior
dan sedikit turun.[1]

3. Membran Tympani

Membrana tympani memisahkan rneatus acusticus externus dari auris media.


Membrana ini berada pada sudut, miring ke medial dari atas ke bawah dan dari posterior
ke anterior. Oleh karena itu. permukaan lateralnya menghadap ke inferior dan anterior.
Struktur ini terdiri dari jaringan ikat di tengah yang dilapisi oleh kulit di luar dan
membran mukosa di dalam.[1]

6
Gambar 2 : Meatus Acusticus Externus
[Sumber : Sumber : Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012]
Di sekeliling tepi membrana tympani terdapat annulus fibrocartilagineus yang melekatkan
membrana tympani ini pada pars tympanica tulang temporale. Pada tengahnya, terdapat
cekungan yang disebabkan oleh perlekatan ujung bawah manubrium mallei, bagian tulang
malleus dalam auris media, pada permukaan dalamnya. Titik perlekatan ini disebut umbo
membranae tympani. Anteroinferior dari umbo rnembranae tympani terdapat refleksi cahaya
terang, disebut sebagai kerucut cahaya, biasanya dapat dilihat ketika pemeriksaan membrana
tympani dengan otoskop.[1]

Gambar 3 : Membran Tympani


Sumber : Sumber : Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012

Superior dari umbo ke arah anterior ada perlekatan sisa manubrium/ Pada
perluasan paling superior dari garis perlekatan tersebut. terdapat penonjolan kecil pada
membrana yang menandai letak processus lateralis malleus ketika berproyeksi pada
7
permukaan internal membrana tympani. Meluas menjauhi penonjolan tersebut, pada
permukaan dalam membrana, terdapat plica mallearis anterior dan posterior. Superior
dari plicae tersebut terdapat bagian membrana tympani yang tipis dan kendor (pars
filaccida) dan bagian membrana lain yang tebal dan tegang (pars tensa).[1]

2.1.2 Telinga Tengah / Aurus Media


Auris media berisi udara, merupakan ruangan yang dilapisi membrana mukosa di
dalam tulang temporale. antara membrana tympani di lateral dan dinding lateral auris interna
di medial. Struktur ini terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Cavitas tympanica tepat bersebelahan dengan membrana tympani;
b. Recessus epitympanicus di superior.

Auris media berhubungan dengan daerah mastoid di posterior (melalui aditus ke antrum
mastoideum) dan nasopharinx di anterior (melalui tuba pharyngotympanica/tuba auditiva).
Fungsi dasarnya untuk mengirimkan getaran membrana tympani melalui cavitas auris
media menuju auris interna. Getaran ini dapat mencapai auris interna melalui tiga tulang
yang saling berhubungan namun dapat bergerak, yang menjembatani ruangan antara
membrana tympani dan auris interna. Tulang-tulang ini adalah malleus (berhubungan
dengan membrana tympani), incus (berhubungan dengan malleus melalui sendi synovialis),
dan stapes berhubungan dengan incus melalui sendi synovialls, dan melekat pada dinding
lateral auris interna pada fenestra vestibuli). [1]

1. Daerah Mastoidea
Posterior terhadap recessus epitympanicus auris media terdapat aditus ad antrum
mastoideum, yang merupakan lubang celah menuju antrum mastoidea. Antrum
mastoideum merupakan sebuah cavitas yang berlanjut ke kumpulan ruang yang dipenuhi
udara (cellulae mastoideae), pada seluruh pars mastoidea tulang temporale, termasuk
processus mastoideus. Antrum mastoideum dipisahkan dari fossa cranii media di atasnya
hanya oleh tegmen tympani yang tipis. Membrana mukosa yang melapisi cellulae
mastoideae berlanjut dengan membrana mukosa seluruh auris media. Karena itu infeksi
dalam auris media dapat menyebar ke dalam daerah mastoid dengan mudah.[1]

8
2. Tuba Pharyngotympanica/Tuba Auditiva
Tubae pharyngotympanica/tuba auditiva menghubungkan auris media dengan
nasopharinx dan menyamakan tekanan di kedua sisi membrana tympani. Lubangnya
dalam auris media berada pada dinding anterior, dan dari sini meluas ke depan, medial,
dan ke bawah memasuki nasopharinx. tepat di posterior dari meatus inferior cavitas nasi.
Struktur ini terdiri dari:

Gambar 4 : Daerah Mastoidea


[Sumber : Sumber : Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012]

a. Pars osseae tubae auditivae/bagian tuIang (1/3) bagian yang dekat dengan auris
media),dan
b.
Pars cartillaginea tubae auditivae/bagian tulang rawan(2/3 sisanya).
Lubang bagian tulang dapat dilihat jelas pada permukaan inferior cranium. pada
pertemuan antara pars squamosa dan petrosa tulang temporale. tepat di posterior dari
foramen ovale dan foramen spinosum.[1]

3. Ossiculae Auditus

Tulang-tulang auris media terdiri dari malleus. incus. dan stapes. TuIang-tulang ini
membentuk sebuah rantai tulang yang menyeberangi auris media, dari membrana
tympani ke fenestra vestibuli auris interna. [1]

9
Gambar 5 : Tuba Pharyngotympanic/Tuba Auditiva
[ Sumber : Sumber : Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012]

a. Malleus
Malleus merupakan ossiculae auditus yang terbesar dan melekat pada membrana
tympani. Bagian-bagian yang dapat diidentifikasi termauk caput mallei, collum
mallei, processus anterior dan lateralis, dan manubrium mallei. Caput mallei
merupakan bagian atas yang bulat dari malleus dalam recessus epitympanicus.
Permukaan posteriornya bersendi dengan incus.Inferior dari caput mallei terdapat
collum mallei yang menyempit, dan di bawah daerah ini terdapat processus anterior
dan lateralis:
1. Processus anterior melekat pada dinding anterior auris media oleh sebuah
ligamentum
2. Processus lateralis melekat pada plicae mallearis anterior posterior membrana
tympani.[1]
b. Incus
Tulang kedua yang terdapat dalam serial ossiculae auditus adalah incus. Tulang ini
terdiri dari corpus incudis dan crus longum dan crus breve:
1. Corpus incudis yang membesar bersendi dengan caput mallei dan berada dalam
recessus epitympanicus.
2. Crus longum meluas ke bawah dari corpus paralel dengan manubrium mallei, dan
berakhir dengan lengkungan ke medial untuk bersendi dengan stapes.

10
3. Crus breve meluas ke posterior dan dilekatkan oleh suatu ligamentum ke dinding
posterior atas auris media.[1]
c. Stapes
Stapes merupakan tulang yang terletak paling medial pada rangkaian ossiculae
auditus dan melekat ke fenestra vestibuli. Tulang ini terdiri dari caput stapedis, crus
anterior dan pusterior, dan basis stapedis
1. Caput stapedis mengarah ke lateral dan bersendi dengan crus longum incudis.
2. Kedua crus saling berpisah dan melekat pada basis stapedis yang berbentuk oval.
3. Basis stapedis menutup fenestra vestibuli pada paries labyrinthicus/dinding
medial auris media.[1]

Gambar 6 : Ossicula Auditus


[Sumber : Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012]

2.1.3 Telinga Dalam / Auris Interna


Auris interna terdiri dari serangkaian cavitas tulang (labyrinthus osseus) dan ductus
dan saccus membranaceus (labyrinthus membranaceus) di dalam cavitas tersebut. Semua
struktur tersebut berada dalam pars petrosa. Labyrinthus osseus terdiri dari vestibulum, tiga
canalis semicircularis ossus, dan cochlea. Labyrinthus osseus ini dilapisi oleh periosteum
dan berisi cairan jernih (perilympha). Labyrinthus membranaceus terendam di dalam
perilympha namun tidak mengisi seluruh ruangan labyrinthus osseus, terdiri dari ductus
semicirculares, ductus cochlearis, dan dua saccus (utriculus dan sacculus). Struktur-struktur
11
dalam auris interna menyalurkan informasi ke encephalon tentang keseimbangan dan
pendengaran:
1. Ductus cochlearis merupakan organ pendengaran.
2. Ductus semicirculares, utriculus, dan sacculus merupakan organ-organ
keseimbangan.
Nervus yang bertanggung jawab untuk fungsi - fungsi tersebut adalah nervus
vestibulocochlearis [VIII], yang dibagi menjadi nervus vestibularis (keseimbangan) dan
nervus cochlearis (pendengaran) setelah memasuki meatus acusticus internus tulang
temporale, di antara auris media di lateral dan meatus acusticus internus di medial.[1]

1. Labyrinthus osseus
Vestibulum, yang berisi fenestra vestibuli pada dinding lateralnya, merupakan bagian
pusat labyrinthus osseus. Di anterior vestibulum ini berhubungan dengan cochlea dan di
posterosuperior dengan canalis semicirculares. Sebuah saluran sempit (aqueductus
vestibuli) keluar dari vestibulum, dan berjalan melalui tulang temporale untuk bermuara
pada permukaan posterior pars petrosa tulang temporale.

Gambar 7 : Labyrinthus Osseus


[Sumber : Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012]

2. Canalis semicirculares

12
Berproyeksi ke jurusan posterosuperior dari vestibulum adalah canalis
semicirculares anterior, posterior, dan lateralis. Setiap canalis membentuk 2/ 3 lingkaran
yang pada kedua ujungnya berhubungan dengan vestibulum dan dengan salah satu
ujungnya melebar membentuk ampulla. Canalis-canalis ini terarah sedemikian rupa
sehingga setiap canalis berada pada sudut tegak lurus terhadap kedua canalis lainnya.[1]
3. Cochlea
Berproyeksi ke jurusan anterior dari vestibulum adalah cochlea, yang merupakan
struktur tulang yang membelit sebanyak 2 1⁄2 sampai 2 3⁄4 kali mengelilingi modiolus.
Susunan ini menghasilkan struktur berbentuk konus/kerucut dengan basis cochlea yang
menghadap ke arah posteromedial dan apex yang menghadap ke anterolateral. Posisi
basis modioli yang lebar ini dekat dengan meatus acusticus internus, dan basis modioli
ini dimasuki oleh cabang-cabang pars cochlearis nervus vestibulocochlearis.[1]

Gambar 8 : Cochlea
[Sumber : Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012]

Meluas ke lateral di sepanjang modiolus ada selapis tipis tulang (lamina modioli,
atau lamina spiralis ossea). Ductus cochlearis berputar mengelilingi modiolus, dan
berada pada posisi pusat oleh perlekatannya pada lamina modioli, merupakan komponen
labyrinthus membranaceus. Di perifer melekat ke dinding luar cochlea, ductus cochlearis
membentuk dua canalis (scala vestibuli dan scala tympani) yang meluas di seluruh
cochlea dan berhubungan satu dengan yang lain pada apex melalui suatu celahsempit
(helicotrema).
13
a. Scala vestibuli berlanjut dengan vestibulum.
b. Scala tympani dipisahkan dari auris media oleh membrane tympani secundaria yang
menutup fenestra cochleae.

Akhirnya, di dekat fenestra cochleae ada suatu saluran kecil (canaliculus cochlearis),
yang berjalan melalui tulang temporale dan bermuara pada permukaan inferiornya ke
dalam fossa cranii posterior. Hal ini memungkinkan adanya hubungan antara cochlea
yang berisi perilympha dan cavitas subarachnoidea. [1]

4. Labyrinthus membranaceus
Labyrinthus membranaceus merupakan sistem berkelanjutan dari ductus dan saccus di
dalam labyrinthus osseus. Struktur ini diisi oleh endolympha dan dipisahkan dari
periosteum yang menutupi dinding labyrinthus osseus oleh perilympha.

Gambar 9 : Labyrinthus Membranaceus


[Sumber : Gray Dasar-Dasar Anatomi.2012]

Terdiri dari dua saccus (utriculus dan sacculus) dan empat ductus (tiga ductus
semicircularis dan ductus cochlearis) labyrinthus membranaceus mempunyai fungsi yang
unik yangberkaitan dengan dan pendengaran:
a. Utriculus, sacculus, dan tiga ductus semicircularis merupakan bagian dari apparatus
vestibularis (yakni, organ-organ keseimbangan).

14
b. Ductus cochlearis merupakan organ pendengaran. Organisasi umum bagian-bagian
labyrinthus membranaceus, menempatkan:
1) Ductus cochlearis di dalam cochlea labyrinthus osseus, di anterior
2) Tiga ductus semicircularis di dalam canalis semicircularis
3) Labyrinthus osseus di posterior
4) Sacculus dan utriculus di dalam vestibulum labyrinthus osseus, di tengah.[1]

2.2 Histologi Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam

2.2.1 Telinga Luar / Auris Externa


Daun telinga atau auricular auris externae menangkap gelombang suara dan
mengarahkannya melalui liang telinga luar (meatus acusticus externus) ke dalam gendang
telinga atau membrane timpani (membrane tympanica).

Gambar 10 : Meatus Acusticus Externus


[Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira. 14th ed. 2019]

Meatus acusticus externus terbentang dari lubang auricular ke membrana tympani


(gendang telinga). Potongan dinding ini di sepertiga luar meatus acusticus
memperlihatkan lapisan kulit yang mengandung folikel rambut kecil (F), kelenjar
sebasea (SG), dan kelenjar keringat apokrin termodifikasi yang disebut kelenjar
seruminosa (CG). Sekresi dari kedua kelenjar membentuk suatu produk kuning
15
berminyak atau menyerupai lilin yang disebut serumen (C), yang memiliki factor anti
mikroba yang membantu meatus tidak nyaman bagi mikroorganisme. [2][3]

2.2.2 Telinga Tengah / Auris Media


Telinga tengah (auris media) adalah suatu rongga kecil berisi udara yang disebut
rongga timpani (cavitas tympani). Rongga ini terletak di dalam dan dilindungi oleh
tulang temporal tengkorak.
Membrane tympani memisahkan liang telinga luar dari telinga tengah. Di telinga
tengah terdapat tiga tulang yang sangat kecil, tulang pendengaran (ossicula auditoria)
terdiri dari stapes, inkus (incus), dan malleus. Di telinga tengah jugater dapat tuba
auditoria (Eustachian tube). Rongga telinga tengah berhubungan dengan daerah
nasofaring kepala melalui tuba auditoria. Tuba auditoria memungkinkan tekanan udara
di kedua sisi membran timpani setara saat menelan atau bersin.[2][3]

Gambar 11 : Histologi Auris Media


[Sumber : Histologi Dasar Junqueira. 14th ed. 2019]

2.2.3 Telinga Dalam


Telinga dalam terletak jauh di dalam tulang temporal tengkorak. Bagian ini terdiri
dari saluran kecil yang berhubungan dengan bentuk beragam. Ronga-rongga ini, yaitu
kanalis semisirkularis (canals semi ciculares), vestibulum, koklea (cochlea), secara

16
kolektif disebut labirin bertulang (labyrinthus membranacceus) yang terdiri dari
serangkaian kompartemen berdinding tipis dan saling berhubungan yang berisi
cairan.[2][3]
1. Cochlea
Organ yang khusus menerima dan menghantarkan suara (pendengaran) ditemukan
di telinga dalam di dalam struktur yang disebut koklea. Koklea adalah saluran spiral
bertulang yang mirip rumah keong. Koklea melakukan tiga putaran mengitari sebuah
pilar tulang dibagian tengah yaitu modiolus. [2][3]

Gambar 12 : Koklea
[Sumber : Atlas of Histology With Functional Correlations. 12th ed. 2012]

Di bagian dalam, koklea dibagi menjadi tiga saluran, duktus vestibularis (skala
vestibuli), duktus timpani (skala timpani), dan duktus koklearis (skala media). Di
dalam duktus koklearis terdapat organ pendengaran corti (organum spirale). Organ ini
terdiri banyak sel reseptor pendengaran atau sel rambut (cochleocytus) dan beberapa
sel penunjang yang berespon terhadap berbagai frekuensi suara. Rangsangan
pendengaran (suara) dihantarkan dari sel reseptor melalui akson aferen saraf koklear
(vervus cochlearis) ke otak untuk diterjemahkan. [2][3]

17
2. Duktus Koklearis

Gambar 13 : Duktus Koklearis


[Sumber : Atlas of Histology With Functional Correlations. 12th ed. 2012]

Dinding luar duktus koklearis dibentuk oleh suatu daerah vascular yaitu stria
vascularis. Epitel bertingkat yang melapisi stria vascularis mengandung suatu kapiler
intraepitelial yang terbentuk dari pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi jaringan
ikat di ligamentum spirale. Ligamentum spirale mengandung serat kolagen, fibroblast
berpigmen, dan banyak pembuluh darah. Atap duktus koklearis dibentuk oleh
membrane vestibularis (Reissner) tipis, yang memisahkan duktus koklearis dari duktus
vestibularis (skala vestibuli). Membrana vestibularis terbentang dari ligamentum
spirale di dinding luar duktus koklearis yang terletak di bagian atas stria vascularis
hingga periosteum tebal lamina spiralis cochleae dekat limbus spiralis.[2][3]
Limbus spiralis adalah massa tebal jaringan ikat periosteum lamina spiralis cochlea
yang meluas ke dalam dan membentuk dasar duktus koklearis. Limbus spiralis dilapisi
oleh epitel yang tampak silindris dan ditunjang untuk perluasan lateral lamina spiralis
cochlea. Perluasan lateral ekstraselular epitel limbus spiralis melebihi limbus spiralis
membentuk menbrana tectoria yang menutupi terowongan spiral dalam dan sebagian
organum spirale. Membrane basilar adalah jaringan ikat vascular yang membentuk
dinding bawah duktus koklearis. Organum spirale terletak di atas serat-serat membrane
basilar dan terdiri dari sel rambut luar sensorik, sel penunjang, terowongan spiral

18
dalam, dan terowongan dalam. Serat eferen saraf koklear dari sel bipolar terletak di
ganglion spirale berjalan menembus lamina spiralis cochleae dan bersinaps dengan sel
rambut luar di organum spirale.[2][3]

3. Makula Vestibularis
a. Dua area sensoris
Dua area sensorik disebut makula terjadi di labirin membranosa dari
vestibular utrikulus dan sakulus khusus untuk mendeteksi kedua gerakan gravitasi
dan endolimfe
b. Dinding macula
Gambaran rinci memperlihatkan bahwa macula terdiri atas sel rambut, sel
penyokong, dan ujung cabang vestibular saraf cranial ke delapan. Permukaan
apical sel rambut dilapisi oleh lapisan atau membrane otolitik gelatinosa dan ujung
basal sel memiliki hubungan sinaps dengan serabut saraf. [2][3]

Gambar 14 : Organ Keseimbangan


[Sumber : Histologi Dasar Junqueira. 14th ed. 2019]

c. Sebuah sel rambut


Gambar memperlihatkan sejumlah besar stereo silia lurus, yang memiliki
berkas aktin, dan sebuah kinosilia panjang, sebuah silia dengan ujungnya yang
sedikit membesar.[2][3]

19
4. Sel Rambut dan Berkas Rambut

Gambar 15 : Sel Rambut


[Sumber : Histologi Dasar Junqueira. 14th ed. 2019]

Diagram (a)
Di sini diperlihatkan dua tipe selrambut di macula dan crista ampullaris. Ujung
basal sel rambut tipe I dikelilingi dan terselubungi di dalam kaliks saraf di serabut
aferen. Sel rambut tipe ll berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan hubungan
sinaps khas pada serabut aferennya. Kedua tipe tersebut juga berhubungan dengan
serabut eferen.
Diagram (b)
Diagram yang rinci dari berkas rambut stereosilia sel rambut yang memperlihatkan
bahwa stereosilia tersusun dalam barisan yang semakin meninggi, dengan stereosilia
tertinggi yang berdekatan dengan kinosilium pada satu sisi ujung apikal sel. Dengan
TEM, ujung setiap stereosilia memperlihatkan region padat elektron yang memiliki
kanal kation dan protein yang terlibat pada transduksi mekanoelektrik (MET) yang
mengubah aktivitas mekanis stereosilia menjadi aktivitas elektrik di dalam sel rambut.
Stereosilia yang berdekatan terhubung oleh berbagai penghubung samping yang terdiri
atas protein; penghubung yang paling dipahami adalah tip links yang menghubungkan
ujung stereosilia dan memiliki tipe protein cadherin yang sangat panjang. Perubahan
tegangan tip links yang dihasilkan dari penekukan berkas rambut membuka atau
menutup kanal kation yang berdekatan dan mengubah aktivitas sinaps aferen-sel

20
rambut.[2][3]

5. Ampula dan Crista


Setiap ductus semicircularis memiliki ujung lebar yang disebut ampulla. Dinding
setiap ampulla meninggi sebagai rigi yang disebut crista ampullaris dan potongannnya
diperlihatkan berupa diagram pada gambar. Sel rambut crista ampullaris menyerupai kedua
tipe yang ditemukan pada makula, dengan berkas rambut yang menonjol ke dalam lapisan
proteoglikan berbentuk kubah yang disebut cupula. Cupula melekat pada dinding yang
menghadap crista dan digerakkan oleh pergerakan endolimfe di dalam ductus
semicircularis.[2][3]

Gambar 16 : Ampula dan Crista


[Sumber : Histologi Dasar Junqueira. 14th ed. 2019]

6. Organ corti
Diagram dibawah ini memperlihatkan organ spiral dengan lebih rinci.
Memperlihatkan gambaran penting, mencakup membrane basilaris, tempat organ
spiral berada dan membrane tectoria yang terbentang dari sel limbus spiral dan
berkontak dengan stereosilia sel rambut dalam dan luar. Sejumlah tipe sel penyokong
juga dijumpai, mencakup sel falang dalam dan sel falang luar, yang berhubungan intim

21
dengan sel rambut dan ikut membentuk epitel erat yang memisahkan endolimfe dari
perilimfe di scala tympani.[2][3]
Sel penyokong luar membentuk berbagai gambaran struktural organ yang penting
untuk pengubahan vibrasi menjadi stimulus tersamar ke sel rambut. Struktur tersebut
mencakup sel pilar dalam dan sel pilar luar yang mengelilingi suatu ruang yang
disebut terowongan dalam dan sel penyokong lain yang membatasi terowongan luar.
Serabut saraf aferen dari sel rambut membentuk n. cochlearis, suatu cabang saraf
cranial ke delapan.[2][3]

Gambar 17 : Organ Corti

[Sumber : Histologi Dasar Junqueira. 14th ed. 2019]

2.3 Fisiologi Pendengaran Normal


Gelombang suara terjadi ketika udara merambat. Gelombang suara memiliki daerah
bertekanan tinggi karena molekul udara terkompresi dan daerah bertekanan rendah karena
peregangan molekul. Pinna, atau daun telinga, meatus auditarius eksternus, dan membran
timpani membentuk telinga luar. Pinna dan lipatan tulang rawan berlapis kulit mengumpulkan

22
gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga. Gelombang suara akan masuk ke
membran timpani melalui saluran telinga. [4]

Gambar 18 : Transmisi Gelombang Suara


[Sumber : Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem edisi 9.2018.]

Ketika membran timpani terkena gelombang suara, membran timpani, yang


membentang dari pintu masuk ke telinga tengah, bergetar. Gendang telinga yang sangat peka
melekuk ke dalam dan keluar seiring dengan frekuensi gelombang suara karena ada daerah
gelombang suara bertekanan tinggi dan rendah yang berselang-seling. Gerakan bergetar ke
cairan telinga dalam melalui membran timpani, yang memudahkan transmisi suara.Agar
membran timpani dapat bergerak bebas saat terkena gelombang suara, tekanan udara pada fase
istirahat di kedua sisi membran timpani harus seimbang atau sama. [4]
Bagian telinga tengah sendiri terdapat tuba eustachius ( auditiva) yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring. Dalam keadaan normal, tuba eustachius selalu
tertutup, tetapi dapat membuka sehingga dapat menyamai tekanan udara atmosfer apabila terjadi
pergerakan seperti saat mengunyah,menguap, dan menelan.
Di telinga tengah juga terdapat rantai tiga tulang kecil, atau osikulus (maleus, inkus, dan
stapes), yang membantu membran timpani memindahkan gerakan bergetar ke cairan telinga

23
dalam. Rangkaian tulang-tulang ini bergerak dengan frekuensi yang sama saat membran timpani
bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, memindahkan frekuensi getaran ini dari
membran timpani ke jendela oval.Setiap getaran akan menimbulkan tekanan di jendela oval dan
menggerakkan cairan telinga dalam seperti gelombang dengan frekuensi yang sama dengan
suara awal. Gelombang tekanan dikompartemen atas dihasilkan oleh gerakan stapes di jendela
oval melalui dua cara ketika stapes menghasilkan penekanan jendela oval dan defleksi
membrane basilaris. Pada awal jalur ini, Gerakan stapes yang mirip piston terhadap jendela oval
memicu gelombang tekanan di kompartemen atas. [4]
Gelombang tekanan ini mendorong perilimfe maju di kompartemen atas, mengelilingi
helikotrema, dan masuk ke kompartemen bawah. Di struktur tersebut , jendela bundar menonjol
ke arah rongga telinga tengah untuk mengompensasi tekanan yang lebih besar. Saat stapes
bergerak mundur dan menarik jendela oval ke arah luar, perilimfe mengalir ke arah berlawanan,
menyebabkan jendela bundar menonjol. Jalur ini tidak mendapatkan suara hanya mengurangi
tekanan.[4]
Gelombang tekanan frekuensi-frekuensi yang terkait dengan penerimaan suara melalui
membran Reissner. Gelombang tekanan di kompartemen atas menuju duktus koklearis melalui
membran vestibularis yang tipis, dan kemudian menuju kompartemen bawah melalui membran
basilaris. Selama perjalanan melalui membran basilaris, gelombang tersebut membuat membran
basilaris bergerak naik-turun, atau bergetar. Karena organ Corti berada di atas membran
basilaris, sel-sel rambut juga bergetar naik-turun.[4]
Sel rambut merupakan mekanoreseptor yang menghasilkan sinyal saraf. Terjadinya
gerakan cairan endolimfe yang berada di telinga dalam menyebabkan permukaan sel rambut
secara mekanis mengalami perubahan bentuk. Sel rambut dalam adalah sel yang "mendengar",
dan sel rambut luar mengubah gaya mekanis suara (getaran cairan koklea) menjadi impuls listrik
pendengaran, yang merupakan potensial aksi yang mengirimkan pesan pendengaran ke korteks
serebrum. Karena stereosilia sel-sel reseptor ini berhubungan dengan membran tektorium yang
kaku dan stasioner, sel-sel rambut ini tertekuk maju-mundur ketika membran basilar yang
berosilasi bergeser dari posisinya. Deformasi mekanis maju-mundur ini membuka dan menutup
kanal kation berpintu mekanis di sel rambut, menyebabkan perubahan potensial pendepolarisasi
dan penghiperpolarisasi sel reseptor. Stereosilia sel rambut tersusun dalam barisan berjenjang
yang tinggi yang menyerupai pipa organ dan berkontak langsung dengan membran tektorium.[4]

24
Gambar 19 : Penekukan Sel Rambut Akibat Defleksi Membran Basilaris.
[Sumber : Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem edisi 9.2018.]

Tip links sebagai molekul adhesi yang menghubungkan setiap ujung sterosilia dalam
barisan-barisan yang berdekatan. Saat membran basal bergerak ke atas, berkas stereosilia
membengkok ke arah membran paling atas, memperluas sambungan terminal. Ikatan terminal
yang tegang membuka saluran kation tempat mereka melekat. Pergerakan ion yang dihasilkan
tidak biasa karena komposisi unik endolimfe yang memandikan stereosilia. Berbeda dengan
ECF pada beberapa media, endolimfe memiliki konsentrasi K+ yang lebih tinggi dibandingkan
sel rambut. Pada sel-sel rambut yang beristirahat, beberapa saluran kation terbuka, sehingga
kadar K+ yang rendah dapat memasuki gradien konsentrasinya. Ketika lebih banyak saluran
kation terbuka, lebih banyak K+ yang masuk ke sel rambut. Masuknya tambahan K+ ini
mendepolarisasi (mengeksitasi) sel-sel rambut. Ketika membran basal bergerak ke arah yang
berlawanan, kumpulan rambut membelok dari stereocilia tertinggi, melonggarkan sambungan
ujung dan menghalangi seluruh saluran. Akibatnya aliran K+ terhenti sehingga menyebabkan
sel-sel rambut mengalami hiperpolarisasi. [4]

25
Gambar 20: Peran Sterosilia Dalam Tranduksi Suara
[Sumber : Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem edisi 9.2018.]

Tip links sebagai molekul adhesi yang menghubungkan setiap ujung sterosilia dalam
barisan-barisan yang berdekatan. Saat membran basal bergerak ke atas, berkas stereosilia
membengkok ke arah membran paling atas, memperluas sambungan terminal. Ikatan terminal
yang tegang membuka saluran kation tempat mereka melekat. Pergerakan ion yang dihasilkan
tidak biasa karena komposisi unik endolimfe yang memandikan stereosilia. Berbeda dengan
ECF pada beberapa media, endolimfe memiliki konsentrasi K+ yang lebih tinggi dibandingkan
sel rambut. Pada sel-sel rambut yang beristirahat, beberapa saluran kation terbuka, sehingga
kadar K+ yang rendah dapat memasuki gradien konsentrasinya. Ketika lebih banyak saluran
kation terbuka, lebih banyak K+ yang masuk ke sel rambut. Masuknya tambahan K+ ini
mendepolarisasi (mengeksitasi) sel-sel rambut. Ketika membran basal bergerak ke arah yang
berlawanan, kumpulan rambut membelok dari stereocilia tertinggi, melonggarkan sambungan
ujung dan menghalangi seluruh saluran. Akibatnya aliran K+ terhenti sehingga menyebabkan
sel-sel rambut mengalami hiperpolarisasi. [4]
Seperti fotoreseptor, sel rambut tidak mengalami potensial aksi. Sel rambut dalam
berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan ujung serat-serat saraf aferen yang
membentuk saraf auditorius (koidearis). Karena rendahnya pemasukan K+, sel rambut dalam

26
secara spontan melepaskan beberapa neurotransmiter (glutamat) melalui eksositosis yang
terinduksi oleh Ca2+ tanpa adanya stimulasi. Depolarisasi sel rambut ini membuka lebih banyak
kanal Ca2+ berpintu listrik. Masuknya Ca2+ tambahan yang terjadi meningkatkan laju pelepasan
neurotransmiternya, yang meningkatkan frekuensi lepas muatan di serat aferen tempat sel
rambut dalam bersinaps. Sebaliknya, laju lepas-muatan berkurang hingga di bawah kadar
istirahat sewaktu sel-sel rambut ini mengeluarkan lebih sedikit neurotransmiter ketika
mengalami hiperpolarisasi akibat pergeseran ke arah yang berlawanan. [4]
Secara keseluruhan, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan osilasi
membran basal, yang membengkokkan rambut sel reseptor ke depan dan ke belakang.
Deformasi mekanis pada rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup saluran sel
reseptor, secara bertahap menghasilkan kemungkinan perubahan pada reseptor, yang
menyebabkan perubahan frekuensi potensial aksi yang dikirim ke otak. Otak dapat merasakan
sinyal saraf ini sebagai sensasi suara. [4]

2.4 Jaras Persarafan Pada Pendengaran


Jaras persarafan dimulai dari serat saraf dan ganglion spiralis Corti memasuki nukleus
koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak di bagian atas medula. Disini, semua serat bersinaps,
dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di
nukleus olivarius superior. Beberapa serat tingkat ke dua lain juga berjalan ke nukleus olivarius
superior pada sisi yang sama. Dari nukleus olivarius superior, jaras pendengaran berjalan ke atas
melalui lemniskus lateralis. Sebagian serat berakhir di nukleus lemniskus lateralis, tetapi sebagian
besar melewati nukleus ini dan berjalan terus ke kolikulus inferior, tempat semua atau hampir
semua serat pendengaran bersinaps. Dari sini, jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial,
tempat semua serat betul-betul bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke
korteks auditorik, yang terutama terletak di girus superior lobus temporalis. [5]

Pertama, sinyal dari kedua telinga dihantarkan melalui jaras kedua sisi otak, dengan
penghantaran yang lebih besar pada jaras kontralateral. Pada sekurang-kurangnya tiga tempat di
batang otak, terjadi persilangan antara kedua jaras ini: (1) di korpus trapezoid, (2) di komisura
antara dua inti lemniskus lateralis, dan (3) di komisura yang menghubungkan dua kolikulus
inferior.

27
Gambar 21. Jaras Pendengaran
[Sumber : Guyton.2006]

Kedua, banyak serat kolateral dari traktus auditorius berjalan langsung ke dalam sistem
aktivasi retikular di batang otak. Sistem ini menonjol secara difus ke atas dalam batang otak dan ke
bawah ke dalam medula spinalis dan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk berespons terhadap
bunyi yang keras. Kolateral-kolateral lain menuju ke vermis serebelum, yang juga diaktivasi
seketika itu juga jika ada bunyi keras yang mendadak. [5]

Ketiga, orientasi spasial berderajat tinggi dipertahankan dalam traktus serat yang berasal
dari koklea sampai ke korteks. Pada kenyataannya, terdapat tiga pola spasial untuk menghentikan
berbagai frekuensi bunyi di inti koklea, dua pola di kolikulus inferior, satu pola yang tepat untuk
berbagai frekuensi bunyi yang khas di korteks auditorik, dan sekurang-kurangnya lima pola
lainnya yang kurang tepat di korteks auditorik dan area asosiasi auditorik. [5]

28
2.5 Mekanisme Perubahan Tuba Eusthacius dan Membran Tympani Pada Perubahan
Tekanan

Gendang telinga, yang menutupi pintu masuk ke telinga tengah, bergetar ketika terkena
gelombang suara. Tekanan tinggi dan rendah dari gelombang suara menyebabkan gendang telinga
yang sensitive bergerak ke dalam dan keluar sejalan dengan frekuensi gelombang suara. Agar
gendang telinga bias bergerak secara bebas ketika terkena gelombang suara, tekanan udara di
kedua sisi gendang telinga harus seimbang. Bagian luar dari gendang telinga terpapar oleh tekanan
atmosfer yang masuk melalui saluran telinga, sementara bagian dalamnya yang menghadap
kerongga telinga tengah juga terpapar oleh tekanan atmosfer melalui tuba eustachius yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring.[4]

Gambar 24 : Adaptasi Membrane Tympani

[Sumber : Barotrauma of the Ear. 2024.]

Tuba eustachius biasanya tertutup, tetapi bisa terbuka dengan melakukan tindakan seperti
menguap, mengunyah, dan menelan. Ketika terbuka, ini memungkinkan tekanan udara di telinga
tengah menyeimbangkan tekanan atmosfer luar, sehingga tekanan di keduasisi gendang telinga
menjadi sama. Ketika terjadi perubahan tekanan luar yang cepat, seperti saat naik pesawat,
gendang telinga dapat menonjol dan menyebabkan rasa sakit karena tekanan di luar telinga
berubah sementara tekanan di dalam telinga tengah tidak. Membuka tuba eustachius dengan
menguap membantu menyamakan tekanan di kedua sisi gendangt elinga, mengurangi
ketidaknyamanan saat gendang telinga kembali keposisi semula.[4]
29
BAB III

KESIMPULAN

Kita dapat memperhatikan bahwa telinga manusia terbagi dari tiga bagian yaitu bagian
luar, bagian tengah, dan bagian dalam. Bagian dalam terdiri dari struktur kompleks seperti
koklea, dan organ corti. Koklea mengandung sel – sel rambut sensorik yang sangat penting
untuk pendengaran. Ductus cochlearis dinding luar duktus koklearis dibentuk oleh suatu daerah
vascular yaitu stria vascularis. Epitel bertingkat yang melapisi stria vascularis mengandung suatu
kapiler intraepitelial yang terbentuk dari pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi jaringan
ikat di ligamentum spirale.Makula vestibularis terdapat struktur dua area sensoris, dinding
makula dan sebuah sel rambut. Ampula crista terdapat sel rambut crista ampullaris menyerupai
kedua tipe yang ditemukan pada makula, dengan berkas rambut yang menonjol ke dalam lapisan
proteoglikan berbentuk kubah yang disebut cupula. Cupula melekat pada dinding yang
menghadap crista dan digerakkan oleh pergerakan endolimfe di dalam ductus semicircularis.
Organ corti merupakan sejumlah tipe sel penyokong juga dijumpai, mencakup sel falang dalam
dan sel falang luar, yang berhubungan intim dengan sel rambut dan ikut membentuk epitel erat
yang memisahkan endolimfe dari perilimfe di scala tympani.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Drake, Richard L. Vogl, A. Wayne Mitchell, dkk. Gray Dasar-Dasar Anatomi 1st
ed.Indonesia Inc.2014
2. Eroschenko VP. Atlas Of Histology With Functional Correlations. 12th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2012
3. Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira. 14th ed. Felicia susanti dkk, editor. Jakarta:
EGC; 2019
4. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem, edisi 9. Jakarta. ECG.2018
5. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook Of Medical Physiology/ John Hall.ed 12th.
Philadelphia,. Elsavier.2006

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai