Anda di halaman 1dari 50

BLOK BIOMEDIK III LAPORAN PBL

Senin, 23 Maret 2020

“Apa? Tidak Dengar”

Disusun Oleh:

KELOMPOK VI

Tutor:

dr. Ninik Salatalohy

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK PENYUSUN

Ketua : Ardis Pardomuan Gultom (201983054)

Sekretaris 1 : Fauzan A. Putra Tuankotta (201983051)

Sekretaris 2 : Rael Bintang S. Sormin (201983026)

Anggota :

1. Stephans Ivander Oldy Rumsowek (201783042)


2. Melinda Kesia (201783047)
3. Fitriana Dewi Jaelani (201883043)
4. Gerald Aldrino Pattipeilohy (201883044)
5. Nurlia Ibrahim (201883046)
6. Nadya Putri Syafira (201983048)
7. Cahyani Wulansari Sanaky (201983049)
8. Eka Ria Puspa (201983050)
9. Denis Akerina (201983052)
10. Kartika Monica (201983053)
11. Fransine Kristine Meilizabeth Tuwanakotta (201983055)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, laporan ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Laporan ini berisi hasil diskusi kami mengenai skenario “Apa? Tidak
dengar” yang telah dibahas pada PBLtutorial 1 dan 2. Dalam penyelesaian laporan
ini banyak pihak yang turut terlibat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Ninik Salatalohy, selaku tutor yang telah mendampingi kami selama
diskusi PBL berlangsung.
2. dr. Lidya Saptenno dan dr. Stazia Noija, selaku penanggung jawab Blok
Biomedik III yang telah banyak memberikan informasi dan mengatur
berjalannya PBL kami.
3. Semua pihak yang turut serta, yang tak dapat kami ucapkan satu per satu.
Akhir kata, kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
perlukan untuk perbaikan laporan kami selanjutnya.

Ambon, 23 Maret 2020

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan..................................................................................................... 1
1.2 Pemecahan Masalah........................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.2 Anatomi Telinga................................................................................................ 8


2.3 Histologi Telinga............................................................................................. 25
2.3 Mekanisme Pendengaran Normal ................................................................... 33
2.4 Mekanisme Keseimbangan Normal................................................................. 37
2.5 Hubungan Tekanan Udara dengan Pendengaran.............................................. 41
2.6 Langkah Pencegahan...................................................................................... 43

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 44


DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... iv

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.............................................................................................................. 9
Gambar 2.2............................................................................................................ 10
Gambar 2.3............................................................................................................ 11
Gambar 2.4............................................................................................................ 12
Gambar 2.5............................................................................................................ 14
Gambar 2.6............................................................................................................ 15
Gambar 2.7............................................................................................................ 18
Gambar 2.8............................................................................................................ 19
Gambar 2.9............................................................................................................ 21
Gambar 2.10.......................................................................................................... 24
Gambar 2.11.......................................................................................................... 25
Gambar 2.12.......................................................................................................... 26
Gambar 2.13.......................................................................................................... 27
Gambar 2.14.......................................................................................................... 28
Gambar 2.15.......................................................................................................... 29
Gambar 2.16.......................................................................................................... 30
Gambar 2.17.......................................................................................................... 31
Gambar 2.18.......................................................................................................... 32
Gambar 2.19.......................................................................................................... 34
Gambar 2.20.......................................................................................................... 35
Gambar 2.21.......................................................................................................... 38
Gambar 2.22.......................................................................................................... 39

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan

Apa? Tidak dengar

Hari ini saat pertama kali Tor naik pesawat. Namun ia bingung saat lepas landas, ia
merasakan kedua telinga nyeri. Bahkan saat ibunya memanggil, suaranya terdengar
lemah dan tidak jelas. Padahal sebelumnya ia baik-baik saja dan bisa mendengar
dengan jelas. Saat sudah turun dari pesawat perlahan-lahan Tor dapat mendengar
dengan jelas kembali. Ibunya menjelaskan bahwa di telinganya terdapat organ
pendengaran dan keseimbangan. Hal yang terjadi tadi karena adanya perubahan
tekanan.

STEP 1 : Mengidentifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci

1. Identifikasi kata sukar :


-
2. Identifikasi kalimat kunci :
1. Ia bingung saat lepas landas, ia merasakan kedua telinga nyeri.
2. Saat ibunya memanggil, suaranya terdengar lemah dan tidak jelas
3. Saat sudah turun dari pesawat perlahan-lahan Tor dapat mendengar
dengan jelas kembali
4. Ibunya menjelaskan bahwa di telinganya terdapat organ pendengaran dan
keseimbangan.
5. Hal yang terjadi tadi karena adanya perubahan tekanan.

1
STEP 2 : Mengidentifikasi Masalah

Identifikasi Masalah :

1. Apa saja organ pendengaran dan keseimbangan?


2. Kenapa Tor merasa nyeri saat lepas landas?
3. Bagaimana mekanisme pendengaran normal?
4. Apa hubungan tekanan udara dan pendengaran Tor yang menjadi tidak jelas?
5. Bagaimana proses keseimbangan normal?

2
1.2 Pemecahan Masalah

STEP 3 : Hipotesis Sementara

1. Organ pendengaran dalam telinga yaitu cochlea, yang merupakan struktur tulang
yang membelit sebanyak 2 1⁄2 sampai 2 3⁄4 kali mengelilingi modiolus. Susunan
ini menghasilkan struktur berbentuk konus/kerucut dengan basis cochlea yang
menghadap ke arah posteromedial dan apex yang menghadap ke anterolateral.
Posisi basis modioli yang lebar ini dekat dengan meatus acusticus internus, dan
basis modioli ini dimasuki oleh cabang-cabang pars cochlearis nervus
vestibulocochlearis [VIII]. Di perifer melekat ke dinding luar cochlea, ductus
cochlearis membentuk dua canalis (scala vestibuli dan scala tympani) yang
meluas di seluruh cochlea dan berhubungan satu dengan yang lain pada apex
melalui suatu celahsempit (helicotrema).
Organ keseimbangan dalam telinga yaitu canalis semicircularis. Yang terbagi
menjadi canalis semicircularis anterior, posterior dan lateralis. Setiap canalis ini
membentuk 2⁄ lingkaran yang pada kedua ujungnya berhubungan dengan
3

vestibulum dan dengan salah satu ujungnya melebar membentuk ampulla. Ketiga
canalis ini terarah sedemikian rupa hingga setiap canalis berada pada sudut tegak
lurus terhadap kedua canalis lainnya.
2. Karena pada saat naik pesawat, tekanan udara di luar jauh lebih tinggi
dibandingkan tekanan udara di dalam telinga. Hal ini akan menyebabkan tuba
eustachius tidak dapat menyeimbangkan perubahan tekanan udara yang terjadi
secara cepat, hal inilah yang menyebabkan gendang telinga Tor terasa nyeri.
3. Getaran suara ditangkap oleh auricula, getaran ini kemudian akan diteruskan
masuk melalui meatus acusticus externus sampai mengenai membran tympani
dan menggetarkannya. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
saling berhubungan (Maleus, Incus, Stapes). Setelah itu, Os stapes akan
menggerakkan foramen ovale yang juga akan menggerakkan perilimfe yang ada
dalam scala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang

3
mendorong endolimfe, sehingga menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tectoria.
Proses ini menyebabkan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius.
4. Karena pada saat pesawat lepas landas, tekanan udara di luar jauh lebih tinggi
dibandingkan tekanan udara di dalam telinga. Hal ini akan menyebabkan tuba
eustachius tidak dapat menyeimbangkan perubahan tekanan udara yang terjadi
secara cepat, hal ini akan menyebabkan membran tympani terdorong kedalam
dan mengakibatkan ketiga tulang pendengaran tidak dapat menghantarkan
getaran suara kedalam scala vestibuli dengan baik sehingga Tor tidak dapat
mendengar suara ibunya memanggil dengan baik.
5. Organ keseimbangan memiliki 2 fungsional, yaitu statis dan dinamis.
1. Statis : - Reseptornya disebut Macula yang berada di vestibula.
- Informasi dikirim melalui saraf vestibular
- Terdapat otolith yang “mengapung” di dalam gel sekitar sel
rambut
- Terdapat sel rambut (hair cells) di otolithic membrane

Mekanisme : Pergerakan kepala yang bersifat statis akan menyebabkan


otolith bergerak mengikuti gravitasi, sehingga otolith akan berfungsi
sebagai “pemberat” dan akan menggerakkan gel sekitar sel rambut. Sel
rambut akan tertarik dan akan menyebabkan kanal ion terbuka sehingga
terjadi pelepasan ion bermuatan listrik. Kemudian akan terjadi depolarisasi
sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang

4
akan menimbulkan potensial aksi. Kemudian akan dibawa oleh nervus
vestibular

2. Dinamis : - Reseptornya disebut Ampulla yang berada di canalis


semicircularis
- Terdapat Cupula yang merupakan selubung gelatin yang
menutupi sel rambut
- Endolimfe berada di sekitar cupula
- Terdapat sel rambut (hair cells) di dalam cupula

Mekanisme : Pergerakan kepala yang bersifat dinamis akan menyebabkan


endolimfe bergerak. Pergerakan endolimfe akan mengakibatkan cupula
terdorong sehingga akan menarik sel-sel rambut yang berada di dalam
cupula. Pergerakan sel rambut akan menyebabkan kanal ion terbuka
sehingga terjadi pelepasan ion bermuatan listrik. Kemudian akan terjadi
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam
sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi. Kemudian oleh nervus
vestibular akan dibawa ke cerebellum.

5
STEP 4 : Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping

1. Klarifikasi Masalah : Tidak terdapat klarifikasi masalah


2. Mind Mapping :

Tor, naik pesawat

Lepas landas

Nyeri pada telinga Suara terdengar lemah

Tuba eustachius tidak dapat Membran tympani terdorong kedalam


menyeimbangkan perubahan tekanan akibat tekanan diluar telinga yang
dengan cepat terlalu besar

Pendengaran terganggu

Organ pendengaran dan keseimbangan di telinga

Anatomi Hubungan tekanan


telinga udara terhadap
pendengaran

Histologi Fisiologi
telinga telinga

Mekanisme Mekanisme
pendengaran normal keseimbangan normal

6
STEP 5 : Learning Objective (LO)
Learning Objective (LO) :
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang anatomi telinga
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang histologi telinga
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme
pendengaran secara normal
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang fisiologi organ
equilibrium
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang hubungan antara
tekanan udara dan pendengaran
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang langkah – langkah
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus seperti skenario

STEP 6 : Belajar Mandiri

Hasil belajar mandiri akan di bahas pada Step 7.

STEP 7 : Pembahasan Learning Objective

Diskusi dan Presentasi Hasil Belajar Mandiri.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Telinga

Telinga atau auris merupakan organ pendengaran dan keseimbangan. Telinga


memiliki tiga bagian:1

1. Bagian pertama adalah auris externa terdiri dari bagian yang melekat pada
aspectus lateralis regio capitis dan saluran yang berada di dalamnya.
2. Bagian kedua adalah auris media, sebuah ruangan dalam pars petrosa
tulang temporale yang dibatasi di lateral, dan dipisahkan dari saluran luar,
oleh suatu membrana dan di sebelah dalam dihubungkan dengan pharynx
oleh sebuah pipa sempit.
3. Bagian ketiga adalah auris interna yang terdiri dari serangkaian ruangan
dalam pars petrosa tulang temporale, terletak antara auris media di lateral
dan meatus acusticus internus di medial.

Auris interna mengubah sinyal mekanik yang diterima dari auris media, yang
berawal sebagai suara yang ditangkap oleh auris externa, menjadi sinyal listrik untuk
dikirim sebagai informasi ke encephalon. Auris interna juga mengandung reseptor-
reseptor untuk mendeteksi gerak dan posisi. 1

2.1.1 Auris Externa

Auris externa terdiri dari dua bagian (Gambar 2.1). Bagian yang berproyeksi
dari sisi regio capitis adalah auricula (pinna) dan saluran yang mengarah ke dalam
adalah meatus acusticus externus. 1

8
Gambar 2.1 : Auris Dextra.
Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

A. Auricula
Auricula berada di sisi regio capitis dan membantu menangkap suara.
Auricula terdiri dari tulang rawan yang tertutup oleh kulit dan tersusun dalam satu
bentuk banyak elevasi/peninggian dan depresi/cekungan (Gambar 2.2). 1
Tepi luar yang besar pada auricula adalah helix. Helix berakhir di inferior
pada lobulus auriculae yang lunak, merupakan satu - satunya bagian auricula yang
tidak ditopang oleh tulang rawan. 1
Cekungan di tengah auricula adalah concha auriculae. Meatus acusticus
externus keluar dari kedalaman daerah tersebut. Tepat di anterior dari liang meatus
acusticus externus, di depan concha auriculae, erdapat elevasi / peninggian (tragus).
Berlawanan dengan tragus, dan di atas lobulur auriculae yang lunak, terdapat
peninggian lain (antitragus). Tepi melingkar yang lebih kecil, paralel dan berada di
anterior dari helix adalah antihelix. 1

9
Gambar 2.2 : Auricula.
Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

 Musculi

Sejumlah musculus intrinsik dan ekstrinsik yang berhubungan dengan


auricula: 1

a. Musculi intrinsik berjalan diantara cartilago auriculae dan dapat


mengubah bentuk auricula.
b. Musculi ekstrinsik, musculi auriculares anterior, superior, dan
posterior, berjalan dari scalp atau cranium ke auricula dan dapat juga
berperan dalam memposisikan auricula.

Kedua kelompok musculus tersebut dipersarafi oleh nervus facialis [VII].

 Persarafan

Persarafan sensorium auricula berasal dari beberapa sumber (Gambar 2.3): 1

a. Permukaan luar auricula yang lebih superficial dipersarafi oleh nervus


auricularis magnus (bagian anterior dan posterior inferior) dan nervus
occipitalis minor (bagian posterior superior) dari plexus cervicalis dan ramus
auriculo temporalis nervus mandibularis [V3] (bagian anterior superior).

10
b. Bagian auricula yang lebih dalam dipersarafi oleh nervus vagus [X] (cabang
auricularis) dan nervus facialis [VII] (yang mengirim cabang ke ramus
auricularis nervus vagus [X]).

Gambar 2.3 : Persarafan Sensorium Auricula.


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

 Pembuluh-pembuluh Darah

Suplai arterial untuk auricula berasal dari beberapa sumber. Arteria carotis
externa menyuplai arteri auricularis posterior. Arteria temporalis superficialis
menyuplai cabang - cabang auricularis anterior, dan arteria occipitalis menyuplai satu
cabang. Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh darah yang mengikuti arteriae. 1

Drainase lymphatici auricula berjalan ke anterior menuju nodi lymphatici


parotidei dan ke posterior menuju nodi lymphatici mastoidei, dan dapat menuju ke
nodi lymphatici cervicales profundi superior. 1

11
B. Meatus Acusticus Externus

Meatus acusticus externus terbentang dari bagian terdalam concha auriculae


sampai membrana tympani (gendang telinga). Berjarak kurang lebih 1 inci (2.5 cm).
Dindingnya terdiri dari tulang rawan dan tulang. 1/3 lateralnya dibentuk oleh
perluasan tulang rawan dari sejumlah tulang rawan auricula dan 2/3 bagian medialnya
merupakan saluran tulang pada tulang temporale. 1

Sepanjang meatus acusticus externus tertutup oleh kulit, yang di beberapa


bagian terdapat rambut dan glandula sudorifera yang mengalami modifikasi dan
memproduksi cerumen (kotoran telinga). Diameternya bervariasi, lebih lebar di
lateral dan menyempit di medial. 1

Meatus acusticus externus tidak berjalan lurus. Dari liang luar struktur ini
berjalan ke atas dengan arah anterior, kemudian membelok sedikit ke posterior masih
berjalan ke atasan akhirnya membelok lagi ke arah anterior dan sedikit turun. 1

Gambar 2.4 : Meatus Acusticus Externus dan Auris Media.


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

12
 Persarafan

Persarafan sensorium dari meatus acusticus externus berasal dari beberapa


nervus cranialis. Masukan sensorium utama berjalan melalui rami nervus
auriculotemporalis, sebuah cabang nervus mandibularis [V3] (dinding anterior dan
superior), dan ramus auricularis nervus vagus [X] (dinding posterior dan inferior).
Masukan sensorium kecil dapat juga berasal dari cabang nervus facialis [VII] ke
ramus auricularis nervus vagus [X]. 1

C. Membrana Tympani

Membrana tympani memisahkan Meatus acusticus externus dari auris media.


Membrana ini berada pada sudut, miring ke medial dari atas ke bawah dan dari
posterior ke anterior. Oleh karena itu, permukaan lateralnya menghadap ke inferior
dan anterior. Struktur ini terdiri dari jaringan ikat di tengah yang dilapisi oleh kulit di
luar dan membran mukosa di dalam. 1

Di sekeliling tepi membrana tympani terdapat anulus fibrocartilagineus yang


melekatkan membrana tympani ini pada pars tympanica tulang temporale. Pada
tengahnya, terdapat cekungan yang disebabkan oleh perlekatan ujung bawah
manubrium mallei, bagian tulang malleus dalam auris media, pada permukaan
dalamnya. Titik perlekatan ini disebut umbo membranae tympani. 1

Anteroinferior dari umbo membranae tympani terdapat refleksi cahaya terang,


disebut sebagai kerucut cahaya, biasanya dapat dilihat ketika pemeriksaan membrana
tympani dengan otoskop. Superior dari umbo ke arah anterior ada perlekatan sisa
manubrium mallei. Pada perluasan paling superior dari garis perlekatan tersebut,
terdapat penonjolan kecil pada membrana yang menandai letak processus lateralis
malleus ketika berproyeksi pada permukaan internal membrana tympani. Meluas
menjauhi penonjolan tersebut, pada permukaan dalam membrana, terdapat plica
mallearis anterior dan posterior. Superior dari plicae tersebut terdapat bagian

13
membrana tympani yang tipis dan kendor (pars filaccida) dan bagian membrana lain
yang tebal dan tegang (pars tensa). 1

Gambar 2.5 : Membran tympani. a. Diagram. b. Pandangan Otoskopik.


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

 Persarafan
Persarafan permukaan luar dan dalam membrana tympani berasal dari
beberapa nervus cranialis: 1
a. Persarafan sensorium kulit pada permukaan luar membrana tympani
terutama oleh nervus auriculotemporalis, sebuah cabang nervus mandibularis
[V3] dengan partisipasi tambahan dari ramus auricularis nervus vagus [X],
kontribusi kecil oleh sebuah cabang nervus facialis [VII] ke ramus auricularis
nervus vagus [X] dan kemungkinan juga dari nervus glossopharyngeus [IX]. 1
b. Persarafan sensorium membrana mukosa pada permukaan dalam membrana
tympani dibawa seluruhnya oleh nervus glossopharyngeus [IX]. 1

14
2.1.2 Auris Media
Auris media berisi udara, merupakan ruangan yang dilapisi membrana
mukosa di dalam tulang temporale. Antara membrana tympani di lateral dan dinding
lateral auris interna di medial. Struktur ini terdiri dari dua bagian yaitu, cavitas
tympanica tepat bersebelahan dengan membrana tympani dan recessus epitympanicus
di superior. 1
Auris media berhubungan dengan daerah mastoid di posterior (melalui aditus
ke antrum mastoideum) dan nasopharinx di anterior (melalui tuba eustachius / tuba
auditiva). Fungsi dasarnya untuk mengirimkan getaran membrana tympani melalui
cavitas auris media menuju auris interna. Getaran ini dapat mencapai auris interna
melalui tiga tulang yang saling berhubungan namun dapat bergerak, yang
menjembatani ruangan antara membrana tympani dan auris interna. Tulang-tulang ini
adalah malleus (berhubungan dengan membrana tympani), incus (berhubungan
dengan malleus melalui sendi synovialis) dan stapes (berhubungan dengan incus
melalui sendi synovialls, dan melekat pada dinding lateral auris interna pada fenestra
vestibuli). 1

Gambar 2.6 : Auris media


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

15
A. Batas-batas Auris Media

Auris media mempunyai paries tegmentalis/atap dan paries jugularis/dasar,


serta paries caroticus/dinding anterior, paries mastoideus/dinding posterior, paries
labyrinthicus/dinding medial, paries membranaceus/ dinding lateral. 1

 Atap
Atap (paries tegmentalis) auris media terdiri dari selapis tipis tulang, yang
memisahkan auris media dari fossa cranii media. Lapisan tulang ini adalah tegmen
tympani pada permukaan anterior pars petrosa tulang temporale. 1
 Dasar
Dasar (paries jugularis) auris media terdiri dari selapis tipis tulang yang
memisahkannya dari vena jugularis interna. Kadang-kadang dasarnya menebal oleh
adanya cellulae mastoideae. Di dekat tepi medial dasarnya terdapat aperture/lubang
kecil, yang dilewati ramus tympanicus dari nervus glossopharyngeus [IX] memasuki
auris. 1
 Dinding Lateral
Dinding lateral (paries membranaceus) auris media hampir seluruhnya terdiri dari
membrana tympani, tapi karena membrana tympani tidak meluas ke superior hingga
recessus epitympanicus, maka bagian atas paries membrenaceus auris media
merupakan dinding lateral tulang recessus epitympanicus. 1
 Dinding Posterior
Dinding posterior (paries mastoideus) auris media hanya tertutup sebagian.
Bagian bawah dinding ini terdiri dari dinding tulang pemisah antara cavitas tympani
dan cellulae mastoideae. Di superior, recessus epitympanicus berlanjut dengan aditus
antrum mastoidea. 1
Yang berhubungan dengan paries mastoideus adalah eminentia pyramidalis,
peninggian/tonjolan kecil yang dilewati tendo musculus stapedius untuk masuk ke
auris media dan lubang/celah yang dilewati nervus chorda tympani lewat sebuah
cabang nervus facialis [VII] masuk ke auris media. 1

16
 Dinding Anterior
Dinding anterior (paries caroticus) auris media tidak sepenuhnya tertutup. Bagian
bawah terdiri dari selapis tipis tulang yang memisahkan cavitas tympani dari arteria
carotis interna. Di superior, dindingnya tidak menutup penuh karena adanya sebuah
lubang/celah besar untuk masuknya tuba pharyngotympanica/tuba auditiva ke dalam
auris media dan sebuah celah yang lebih kecil untuk saluran yang berisi musculus
tensor tympani. Foramen untuk keluarnya nervus chorda tympani dari auris media
juga berhubungan dengan dinding paries anterior. 1
 Dinding Medial
Dinding medial (paries labyrinthicus) auris media juga merupakan dinding lateral
auris interna. Struktur utama pada dinding ini adalah pembuncitan membulat
(promontorium) yang dihasilkan oleh lilitan dasar cochlea, yang merupakan struktur
auris interna yang terlibat dalam fungsi pendengaran. 1
Yang berhubungan dengan membrana mukosa yang menutup promontorium
adalah plexus nervorum (plexus tympanicus), yang terutama terdiri dari ramus
tympanicus/nervus tympanicus dari nervus glossopharyngeal [IX] dan cabang-cabang
dari plexus carotis internus. Struktur ini menyuplai membrana mukosa auris media,
daerah mastoideus, dan tuba pharyngotympanica/tuba auditiva, serta memberi cabang
ke nervus petrosus minor yang memasuki fossa cranii media. Struktur-struktur lain
berhubungan dengan paries labyrinthicus adalah dua celah, fenestra vestibuli/jendela
oval dan fenestra cochlea/jendela bulat, dan dua peninggian yang prominen/menonjol.
a. Fenestra vestibuli terletak di posterosuperior dari promontorium,
merupakan titik perlekatan untuk basis stapedis (lempeng dasar), dan
merupakan ujung rangkaian ossiculae auditus yang mengirim getaran yang
diawali oleh membrana tympani menuju cochlea auris interna. 1
b. Fenestra cochlea berada di posterior inferior dari promontorium. Posterior
dan superior dari fenestra vestibuli pada paries labyrinthicus/dinding
medial ada prominentia canalis facialis, yang merupakan rigi tulang yang

17
dihasilkan oleh nervus facialis [VII] dalam salurannya, saat nervus
tersebut berjalan melalui tulang temporale. Tepat di atas dan posterior dari
prominentia canalis facialis terdapat rigi tulang yang lebih luas
(prominentia canalis semicircularis lateralis) yang disebabkan adanya
canalis semicircularis lateralis, yang merupakan sebuah struktur yang
terlibat untuk mendeteksi gerak. 1

Gambar 2.7 : Batas-batas auris media


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

B. Tuba pharyngotympanica/tuba auditiva


Tubae pharyngotympanica/tuba auditiva menghubungkan auris media dengan
nasopharinx dan menyamakan tekanan di kedua sisi membrana tympani. Lubangnya
dalam auris media berada pada dinding anterior, dan dari sini meluas ke depan.
Medial, dan ke bawah memasuki nasopharinx, tepat di posterior dari meatus inferior
cavitas nasi. Struktur ini terdiri dari: 1

18
a. Pars osseae tubae auditivae/bagian tulang (1/3) bagian yang dekat dengan
auris media.
b. Pars cartillaginea tubae auditivae/bagian tulang rawan (2/3 sisanya).

Lubang bagian tulang dapat dilihat jelas pada permukaan inferior cranium, pada
pertemuan antara pars squamosa dan petrosa tulang temporale, tepat di posterior dari
foramen ovale dan foramen spinosum. 1

Gambar 2.8 : Tuba auditiva/tuba pharyngotympanica


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

 Pembuluh-pembuluh darah
Suplai arterial untuk tubae pharyngotympanica/tuba auditiva berasal dari
beberapa sumber. Cabang-cabangnya yang berasal dari arteria pharyngea ascendens
(sebuah cabang arteria carotis externa) dan dari dua cabang arteria maxillaris (arteria
meningea media dan arteria canalis pterygoidei). Drainase vena tuba
pharyngotympanica/tuba auditiva menuju plexus venosus pterygoideus di dalam fossa
infretemporalis. 1

19
 Persarafan
Persarafan membrana mukosa yang membatasi tuba pharyngotympanica/tuba
auditiva terutama berasal dari plexus tympanicus karena struktur ini berlanjut dengan
membrana mukosa yang melapisi cavitas tympani, permukaan dalam membrana
tympani, dan antrum mastoideum dan cellulae mastoideae. Plexus ini menerima
sebagian besar komponennya dari nervus tympanicus (cabang nervus
glossopharyngeus [IX]). 1

C. Ossiculae auditus
Tulang-tulang auris media terdiri dari malleus, incus, dan stapes. TuIang -
tulang ini membentuk sebuah rantai tulang yang menyeberangi auris media, dari
membrana tympani ke fenestra vestibuli auris interna. Musculi yang berhubungan
dengan ossiculae auditus memodulasi gerak selama transmisi getaran. 1
 Malleus
Malleus merupakan ossiculae auditus yang terbesar dan melekat pada membrana
tympani. Bagian-bagian yang dapat diidentifikasi termasuk caput mallei, collum
mallei, processus anterior dan lateralis, dan manubrium mallei. Caput mallei
merupakan bagian atas yang bulat dari malleus dalam recessus epitympanicus.
Permukaan posteriornya bersendi dengan incus. Inferior dari caput mallei terdapat
collum mallei yang menyempit, dan di bawah daerah ini terdapat processus anterior
dan lateralis: 1
a. Processus anterior melekat pada dinding anterior auris media oleh sebuah
ligamentum.
b. Processus lateralis melekat pada plicae mallearis anterior posterior
membrana tympani.

20
 Incus
Tulang kedua yang terdapat dalam serial ossiculae auditus adalah incus. Tulang
ini terdiri dari corpus incudis dan crus longum dan crus breve: 1
a. Corpus incudis yang membesar bersendi dengan caput mallei dan berada
dalam recessus epitympanicus.
b. Crus longum meluas ke bawah dari corpus, paralel dengan
manubrium mallei, dan berakhir dengan lengkungan ke medial untuk
bersendi dengan stapes.
c. Crus breve meluas ke posterior dan dilekatkan oleh suatu ligamentum ke
dinding posterior atas auris media.
 Stapes
Stapes merupakan tulang yang terletak paling medial pada rangkaian ossiculae
auditus dan melekat ke fenestra vestibuli. Tulang ini terdiri dari caput stapedis, crus
anterior dan pusterior, dan basis stapedis: 1
a. Caput stapedis mengarah ke lateral dan bersendi dengan crus longum incudis.
b. Kedua crus saling berpisah dan melekat pada basis stapedis yang berbentuk oval.
c. Basis stapedis menutup fenestra vestibuli pada paries labyrinthicus/dinding
medial auris media.

Gambar 2.9 : Ossicula Auditus; A. Maleus, B. Incus, C. Stapes.


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

21
2.1.3 Auris Interna
Auris interna terdiri dari serangkaian cavitas tulang (labyrinthus osseus) dan
ductus dan saccus membranaceus (labyrinthus membranaceus) di dalam cavitas
tersebut. Semua struktur tersebut berada dalam pars petrosa.1
Labyrinthus osseus terdiri dari vestibulum, tiga canalis semicircularis ossus,
dan cochlea. Labyrinthus osseus ini dilapisi oleh periosteum dan berisi cairan jernih
(perilympha). 1
Labyrinthus membranaceus terendam di dalam perilympha namun tidak
mengisi seluruh ruangan labyrinthus osseus, terdiri dari ductus semicirculares,
ductus cochlearis, dan dua saccus (utriculus dan sacculus). 1
Struktur-struktur dalam auris interna menyalurkan informasi ke encephalon tentang
keseimbangan dan pendengaran: 1
 Ductus cochlearis merupakan organ pendengaran.
 Ductus semicirculares, utriculus, dan sacculus merupakan organ-organ
keseimbangan.
Nervus yang bertanggung jawab untuk fungsi - fungsi tersebut adalah nervus
vestibulocochlearis [VIII], yang dibagi menjadi nervus vestibularis (keseimbangan)
dan nervus cochlearis (pendengaran) setelah memasuki meatus acusticus internus
tulang temporale, di antara auris media di lateral dan meatus acusticus internus di
medial. 1

1. Labyrinthus osseus
Vestibulum, yang berisi fenestra vestibuli pada dinding lateralnya, merupakan bagian
pusat labyrinthus osseus. Di anterior vestibulum ini berhubungan dengan cochlea dan
di posterosuperior dengan canalis semicirculares. Sebuah saluran sempit (aqueductus
vestibuli) keluar dari vestibulum, dan berjalan melalui tulang temporale untuk
bermuara pada permukaan posterior pars petrosa tulang temporale. 1

22
A. Canalis semicirculares
Berproyeksi ke jurusan posterosuperior dari vestibulum adalah canalis
semicirculares anterior, posterior, dan lateralis. Setiap canalis membentuk 2/ 3
lingkaran yang pada kedua ujungnya berhubungan dengan vestibulum dan dengan
salah satu ujungnya melebar membentuk ampulla. Canalis-canalis ini terarah
sedemikian rupa sehingga setiap canalis berada pada sudut tegak lurus terhadap kedua
canalis lainnya. 1
B. Cochlea
Berproyeksi ke jurusan anterior dari vestibulum adalah cochlea, yang merupakan
struktur tulang yang membelit sebanyak 2 1⁄2 sampai 2 3⁄4 kali mengelilingi
modiolus. Susunan ini menghasilkan struktur berbentuk konus/kerucut dengan basis
cochlea yang menghadap ke arah posteromedial dan apex yang menghadap ke
anterolateral. Posisi basis modioli yang lebar ini dekat dengan meatus acusticus
internus, dan basis modioli ini dimasuki oleh cabang-cabang pars cochlearis nervus
vestibulocochlearis [VIII]. 1

Meluas ke lateral di sepanjang modiolus ada selapis tipis tulang (lamina modioli,
atau lamina spiralis ossea). Ductus cochlearis berputar mengelilingi modiolus, dan
berada pada posisi pusat oleh perlekatannya pada lamina modioli, merupakan
komponen labyrinthus membranaceus. 1
Di perifer melekat ke dinding luar cochlea, ductus cochlearis membentuk dua canalis
(scala vestibuli dan scala tympani) yang meluas di seluruh cochlea dan
berhubungan satu dengan yang lain pada apex melalui suatu celahsempit
(helicotrema). 1
 Scala vestibuli berlanjut dengan vestibulum.
 Scala tympani dipisahkan dari auris media oleh membrane tympani secundaria
yang menutup fenestra cochleae.
Akhirnya, di dekat fenestra cochleae ada suatu saluran kecil (canaliculus cochlearis),
yang berjalan melalui tulang temporale dan bermuara pada permukaan inferiornya ke

23
dalam fossa cranii posterior. Hal ini memungkinkan adanya hubungan antara cochlea
yang berisi perilympha dan cavitas subarachnoidea. 1

2. Labyrinthus membranaceus
Labyrinthus membranaceus merupakan sistem berkelanjutan dari ductus dan saccus
di dalam labyrinthus osseus. Struktur ini diisi oleh endolympha dan dipisahkan dari
periosteum yang menutupi dinding labyrinthus osseus oleh perilympha. 1
Terdiri dari dua saccus (utriculus dan sacculus) dan empat ductus (tiga ductus
semicircularis dan ductus cochlearis) labyrinthus membranaceus mempunyai fungsi
yang unik yangberkaitan dengan dan pendengaran: 1
 Utriculus, sacculus, dan tiga ductus semicircularis merupakan bagian dari
apparatus vestibularis (yakni, organ-organ keseimbangan).
 Ductus cochlearis merupakan organ pendengaran.
Organisasi umum bagian-bagian labyrinthus membranaceus, menempatkan: 1
- Ductus cochlearis di dalam cochlea labyrinthus osseus, di anterior
- Tiga ductus semicircularis di dalam canalis semicircularis
- Labyrinthus osseus di posterior
- Sacculus dan utriculus di dalam vestibulum labyrinthus osseus, di tengah.

Gambar 2.10 : Labyrinthus membranaceus.


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1. Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p. 1

24
2.2 Histologi Telinga
2.2.1 Telinga luar
Daun telinga atau auricular auris externae menangkap gelombang suara dan
mengarahkannya melalui liang telinga luar (meatus acusticus externus) ke dalam
gendang telinga atau membrane timpani (membrane tympanica).1

Gambar 2.11 : Telinga Luar


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1.Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p.1

Meatus acusticus externus terbentang dari lubang auricular ke membrana


tympani (gendang telinga). Potongan dinding ini di sepertiga luar meatus acusticus
memperlihatkan lapisan kulit yang mengandung folikel rambut kecil (F), kelenjar
sebasea (SG), dan kelenjar keringat apokrin termodifikasi yang disebut kelenjar
seruminosa (CG). Sekresi dari kedua kelenjar membentuk suatu produk kuning
berminyak atau menyerupai lilin yang disebut serumen (C), yang memiliki factor anti
mikroba yang membantu meatus tidak nyaman bagi mikroorganisme.2
2.2.2 Telinga tengah
Telinga tengah (auris media) adalah suatu rongga kecil berisi udara yang
disebut rongga timpani (cavitas tympani). Rongga ini terletak di dalam dan dilindungi
oleh tulang temporal tengkorak.1

25
Membrane tympani memisahkan liang telinga luar dari telinga tengah. Di
telinga tengah terdapat tiga tulang yang sangat kecil, tulang pendengaran (ossicula
auditoria) terdiri dari stapes, inkus (incus), dan malleus. Di telinga tengah jugater
dapat tuba auditoria (Eustachian tube). Rongga telinga tengah berhubungan dengan
daerah nasofaring kepala melalui tuba auditoria. Tuba auditoria memungkinkan
tekanan udara di kedua sisi membran timpani setara saat menelan atau bersin. 1

Gambar 2.12 : Ossicula auditus. A. Malleus. B. Incus.


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1.Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012.482-489 p.

2.2.3 Telinga dalam


Telinga dalam terletak jauh di dalam tulang temporal tengkorak. Bagian ini
terdiri dari saluran kecil yang berhubungan dengan bentuk beragam. Ronga-rongga
ini, yaitu kanalis semisirkularis (canals semi ciculares), vestibulum, koklea (cochlea),
secara kolektif disebut labirin bertulang (labyrinthus membranacceus) yang terdiri
dari serangkaian kompartemen berdinding tipis dan saling berhubungan yang berisi
cairan.1

26
1. Cochlea

Gambar 2.13 : Koklea


Sumber: Eroschenko VP. Atlas of histology with functional correlations. 12 th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2012. 1-1000 p.2

Organ yang khusus menerima dan menghantarkan suara (pendengaran)


ditemukan di telinga dalam di dalam struktur yang disebut koklea. Koklea adalah
saluran spiral bertulang yang mirip rumah keong. Koklea melakukan tiga putaran
mengitari sebuah pilar tulang dibagian tengah yaitu modiolus. 1
Di bagian dalam, koklea dibagi menjadi tiga saluran, duktus vestibularis (skala
vestibuli), duktus timpani (skala timpani), dan duktus koklearis (skala media). Di
dalam duktus koklearis di atas membrane basilar (lamina basilaris) terdapat organ
pendengaran corti (organum spirale). Organ ini terdiri banyak sel reseptor
pendengaran atau sel rambut (cochleocytus) dan beberapa sel penunjang yang
berespon terhadap berbagai frekuensi suara.2
Rangsangan pendengaran (suara) dihantarkan dari sel reseptor melalui akson
aferen saraf koklear (vervus cochlearis) ke otak untuk diterjemahkan.1,2

27
2. Duktus Koklearis

Gambar 2.14 : Duktus Koklearis


Sumber: Eroschenko VP. Atlas of histology with functional correlations. 12 th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2012. 1-1000 p.2

Dinding luar duktus koklearis dibentuk oleh suatu daerah vascular yaitu stria
vascularis. Epitel bertingkat yang melapisi stria vascularis mengandung suatu
kapiler intraepitelial yang terbentuk dari pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi
jaringan ikat di ligamentum spirale. Ligamentum spirale mengandung serat kolagen,
fibroblast berpigmen, dan banyak pembuluh darah.2
Atap duktus koklearis dibentuk oleh membrane vestibularis (Reissner) tipis, yang
memisahkan duktus koklearis dari duktus vestibularis (skala vestibuli). Membrana
vestibularis terbentang dari ligamentum spirale di dinding luar duktus koklearis yang
terletak di bagian atas stria vascularis hingga periosteum tebal lamina spiralis
cochleae dekat limbus spiralis. 2
Limbus spiralis adalah massa tebal jaringan ikat periosteum lamina spiralis
cochlea yang meluas ke dalam dan membentuk dasar duktus koklearis. Limbus
spiralis dilapisi oleh epitel yang tampak silindris dan ditunjang untuk perluasan
lateral lamina spiralis cochlea. Perluasan lateral ekstraselular epitel limbus spiralis
melebihi limbus spiralis membentuk menbrana tectoria yang menutupi terowongan
spiral dalam dan sebagian organum spirale. Membrane basilar adalah jaringan ikat
vascular yang membentuk dinding bawah duktus koklearis. Organum spirale terletak
di atas serat-serat membrane basilar dan terdiri dari sel rambut luar sensorik, sel
penunjang, terowongan spiral dalam, dan terowongan dalam. 2

28
Serat eferen saraf koklear dari sel bipolar terletak di ganglion spirale berjalan
menembus lamina spiralis cochleae dan bersinaps dengan sel rambut luar di organum
spirale. 2
3. Makula Vestibularis

Gambar 2.15 : Organ Keseimbangan


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1.Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p.1

a. Dua area sensoris


Macula, berada di dinding epithelial utriculus dan sacculus di kompleks vestibular.
Kedua macula serupa secara histologist dan mengandung sel mekanoreseptor yang
disebut sel rambut yang menggunakan gravitasi dan pergerakan endolimfe untuk
mendeteksi orientasi kepala yang diam dan percepatan linear pada kepala yang
bergerak. 2
b. Dinding macula
Gambaran rinci memperlihatkan bahwa macula terdiri atas sel rambut, sel
penyokong, dan ujung cabang vestibular saraf cranial ke delapan. Permukaan apical
sel rambut dilapisi oleh lapisan atau membrane otolitik gelatinosa dan ujung basal sel
memiliki hubungan sinaps dengan serabut saraf. 2

29
c. Sebuah sel rambut
Gambar memperlihatkan sejumlah besar stereo silia lurus, yang memiliki berkas
aktin, dan sebuah kinosilia panjang, sebuah silia dengan ujungnya yang sedikit
membesar. 2
4. Sel Rambut dan Berkas Rambut

Gambar 2.16 : Sel Rambut


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1.Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p.1

a. Diagram (a)
Di sini diperlihatkan dua tipe selrambut di macula dan crista ampullaris. Ujung basal
sel rambut tipe I dikelilingi dan terselubungi di dalam kaliks saraf di serabut aferen.
Sel rambut tipe ll berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan hubungan sinaps
khas pada serabut aferennya. Kedua tipe tersebut juga berhubungan dengan serabut
eferen. 2
b. Diagram (b)
Diagram yang rinci dari berkas rambut stereosilia sel rambut yang memperlihatkan
bahwa stereosilia tersusun dalam barisan yang semakin meninggi, dengan stereosilia
tertinggi yang berdekatan dengan kinosilium pada satu sisi ujung apikal sel. Dengan
TEM, ujung setiap stereosilia memperlihatkan region padat elektron yang memiliki
kanal kation dan protein yang terlibat pada transduksi mekanoelektrik (MET) yang
mengubah aktivitas mekanis stereosilia menjadi aktivitas elektrik di dalam sel

30
rambut. Stereosilia yang berdekatan terhubung oleh berbagai penghubung samping
yang terdiri atas protein; penghubung yang paling dipahami adalah tip links yang
menghubungkan ujung stereosilia dan memiliki tipe protein cadherin yang sangat
panjang. Perubahan tegangan tip links yang dihasilkan dari penekukan berkas rambut
membuka atau menutup kanal kation yang berdekatan dan mengubah aktivitas sinaps
aferen-sel rambut. 2
5. Ampula dan Crista

Gambar 2.17 : Ampula dan Crista


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1.Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p.1

Setiap ductus semicircularis memiliki ujung lebar yang disebut ampulla.


Dinding setiap ampulla meninggi sebagai rigi yang disebut crista ampullaris dan
potongannnya diperlihatkan berupa diagram pada gambar. Sel rambut crista
ampullaris menyerupai kedua tipe yang ditemukan pada makula, dengan berkas
rambut yang menonjol ke dalam lapisan proteoglikan berbentuk kubah yang disebut
cupula. 2
Cupula melekat pada dinding yang menghadap crista dan digerakkan oleh
pergerakan endolimfe di dalam ductus semicircularis. 2

31
6. Organ corti
Diagram dibawah ini memperlihatkan organ spiral dengan lebih rinci.
Memperlihatkan gambaran penting, mencakup membrane basilaris, tempat organ
spiral berada dan membrane tectoria yang terbentang dari sel limbus spiral dan
berkontak dengan stereosilia sel rambut dalam dan luar. Sejumlah tipe sel penyokong
juga dijumpai, mencakup sel falang dalam dan sel falang luar, yang berhubungan
intim dengan sel rambut dan ikut membentuk epitel erat yang memisahkan endolimfe
dari perilimfe di scala tympani.
Sel penyokong luar membentuk berbagai gambaran struktural organ yang penting
untuk pengubahan vibrasi menjadi stimulus tersamar ke sel rambut. Struktur tersebut
mencakup sel pilar dalam dan sel pilar luar yang mengelilingi suatu ruang yang
disebut terowongan dalam dan sel penyokong lain yang membatasi terowongan luar.
Serabut saraf aferen dari sel rambut membentuk n. cochlearis, suatu cabang saraf
cranial ke delapan. 2

Gambar 2.18 : Organ Corti


Sumber : Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Ed ke 1.Hankim MH di
editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-489 p.

32
2.3 Mekanisme Pendengaran Normal
Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf. Pendengaran melibatkan
dua aspek yaitu: identifikasi suara dan lokalisasinya. Kita mempelajari dan otak
proses masukan suara untuk menghasilkan pendengaran.3
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat. Gelombang suara
terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi akibat kompresi molekul udara dan
bergantian dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat peregangan molekul.
Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditarius eksternus
(saluran telinga), dan membran timpani (gendang telinga). Pinna, lipatan menonjol
tulang rawan berlapis kulit, mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke
saluran telinga. Kemudian, saluran telinga akan menghantarkan gelombang suara ke
membran timpani. 3
Membran timpani, yang membentang merintangi pintu masuk ke telinga
tengah, bergetar ketika terkena gelombang suara. Daerah-daerah gelombang suara
bertekanan tinggi dan rendah yang berselang-seling menyebabkan gendang telinga
yang sangat peka melekuk ke dalam dan keluar seiring dengan frekuensi
gelombang suara. Membran timpani memindahkan gerakan bergetar ke cairan
telinga dalam, pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai tiga tulang kecil, atau
osikulus (maleus, inkus, dan stapes) yang membentang di telinga tengah. Sewaktu
membran timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rangkaian
tulang-tulang tersebut ikut bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan
frekuensi getaran ini dari membran timpani ke jendela oval. Tekanan yang terjadi di
jendela oval yang ditimbulkan oleh setiap getaran akan menimbulkan gerakan mirip
gelombang di cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama seperti gelombang
suara asal. 3
Gerakan stapes yang pada jendela oval memicu gelombang tekanan di
kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat terkompresi, tekanan disebarkan
melalui dua cara ketika stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam yaitu:
penekanan jendela oval dan defleksi membrane basilaris. Pada bagianbagian awal

33
jalur ini, gelombang tekanan mendorong perilimfe maju di kompar temen atas,
kemudian mengelilingi helikotrema, dan masuk ke dalam kompartemen bawah,
tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar
mengarah ke rongga telinga tengah untuk mengompensasi peningkatan tekanan.
Sewaktu stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke arah luar ke telinga
tengah, perilimfe mengalir ke arah berlawanan, menyebabkan jendela bundar
menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan penerimaan suara, tetapi hanya
menghilangkan tekanan. 3
Gelombang tekanan frekuensi-frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan
suara mengambil "jalan pintas". Gelombang tekanan di kompartemen atas disalurkan
melalui membran vestibularis yang tipis, menuju duktus koklearis, dan kemudian
melalui membran basilaris ke kompartemen bawah. Transmisi gelombang tekanan
melalui membrane basilaris menyebabkan membran ini bergerak naik turun, atau
bergetar, sesuai gelombang tekanan. Karena organ Corti berada di atas membran
basilaris, sel-sel rambut juga bergetar naik-turun. 3

Gambar 2.19 : Transmisi gelombang suara


Sumber : Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. Suzannah Alexander,
editor. New York: Yolanda Cossio; 2013. 232p. 3

34
Stereosilia (rambut) dari sel rambut membran basilaris berkontak dengan
membran tektorium yang berada di atasnya, Rambut-rambut ini tertekuk ketika
membran basilaris terdefleksi relatif terhadap membrane tektorium yang stasioner.
Penekukan rambut sel rambut dalam ini membuka kanal berpintu kimiawi,
menyebabkan pergerakan ion yang menyebabkan terjadinya potensial reseptor. 3

Gambar. 2.20 : Penekukan rambut akibat defleksi membran basilaris.


Sumber : Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. Suzannah Alexander,
editor. New York: Yolanda Cossio; 2013. 233 p. 3

Stereosilia menekuk ke arah membran tertingginya, meregangkan tip links.


Tip links yang teregang membuka kanal kation yang dilekatinya. Pergerakan ion yang
dihasilkan ini tidak biasa karena keunikan komposisi endolimfe yang merendam
stereosilia. Endolimfe memiliki konsentrasi K+ yang lebih tinggi daripada di dalam
sel rambut. Beberapa kanal kation terbuka pada sel rambut yang beristirahat,
mengizinkan K+ berkadar rendah masuk menuruni gradien konsentrasinya, ketika
lebih banyak kanal kation yang terbuka, lebih banyak K+ yang masuk ke sel rambut.
Ketika membrane basilaris bergerak dalam arah yang berlawanan, kumpulan rambut
tertekuk menjauhi stereosilia yang tertinggi, membuat tip links menjadi kendur dan
menutup semua kanal. Akibatnya, pemasukan K+ terhenti sehingga sel rambut
terhiperpolarisasi. Pada saat itu pemasukan K+ menjadi rendah, kemudian sel rambut

35
dalam secara spontan akan melepaskan beberapa neurotransmiter (glutamat) melalui
eksositosis yang terinduksi oleh Ca2+ tanpa adanya stimulasi. Depolarisasi sel rambut
ini membuka lebih banyak kanal Ca2+ berpintu listrik. Masuknya Ca2+ tambahan yang
terjadi meningkatkan laju pelepasan neurotransmiternya, yang meningkatkan
frekuensi lepas muatan di serat aferen tempat sel rambut dalam bersinaps. Sebaliknya,
laju lepas muatan berkurang hingga di bawah kadar istirahat sewaktu sel-sel rambut
ini mengeluarkan lebih sedikit neurotransmitter ketika mengalami hiperpolarisasi
akibat pergeseran ke arah yang berlawanan. 3
Telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan berosilasi
membran basilaris yang menekuk rambut - rambut sel reseptor maju - mundur.
Deformasi mekanis rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup
kanal-kanal sel reseptor, menghasilkan perubahan potensial berjenjang di reseptor
yang menyebabkan perubahan dalam frekuensi potensial aksi yang dikirim ke otak.
Sinyal saraf ini dapat dirasakan oleh otak sebagai sensasi suara. 3

36
2.4 Mekanisme Keseimbangan
Mekanisme keseimbangan terbagi atas dua jenis yaitu keseimbangan statis
dan dinamis. Keseimbangan statis sendiri di deteksi oleh organ vestibularis yang
dinamakan utriculus dan sacculus, sedangkan untuk keseimbangan dinamis di deteksi
oleh organ cochlearis yakni canalis semicircularis. 3
a. Keseimbangan Statis
Untuk pergerakan statis akan dideteksi oleh utriculus dan sacculus, yang
membantu dalam proses pendeteksian ini adalah suatu struktur yang dinamakan
maculae. Seperti dapat dilihat pada gambar pada macula ini terdapat otolit, otolit ini
sendiri berfungsi sebagai pemberat dan akan bergerak mengikuti arah gravitasi, otolit
ini kemudian akan menggerakan lapisan gelatinosa dibawahnya sehingga kinosilium
di bawahnya akan tertekuk, ketika kinosilium ini tertekuk dia akan menarik
stereosilia, sehingga stereosilia ini akan ikut tertekuk juga. Pada saat stereo silia ini
tertekuk maka akan menyebabkan terjadinya depolarisasi sel dan menghasilkan suatu
potensial aksi yang akan dibawa oleh nervus vestibulocochlearis ke otak untuk
diinterpretasikan. Untuk jenis pergerakannya sendiri terdapat sedikit perbedaan pada
utriculus dan sacculusini, utriculus cenderung berfungsi untuk mendeteksi pergerakan
kearah horizontal, sedangkan sacculus mendeteksi pergerakan kearah vertikal. 3
Utriculus bekerja misalnya saat kita memiringkan kepala kita kesalah satu
arah, selain itu utriculus juga bekerja pada saat kita berjalan (pada satu garis lurus).
Ketika kita melakukan gerakan depresi pada kepala kita misalnya, otolit ini akan
bergerak mengikuti arah gerakan kepala kita, otolit ini kemudian akan menggerakan
lapisan gelatinosa di bawahnya yang kemudian menekuk stereosilia di bawahnya
sehingga terjadilah depolarisasi sel yang menghasilkan suatu potensial aksi yang akan
disampaikan ke otak. 3

37
Gambar 2.21 : Struktur dan aktivitas unit sel reseptor di dalam utrikulus.
Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC;2014. 237-9 p. 3

Cara kerja otolit ini sedikit berbeda ketika kita dalam posisi berjalan, saat kita
mulai berjalan maju misalnya, otolit ini sebenarnya akan berada pada bagian
belakang lapisan gelatinosa dan sel rambut sehingga akan menekuk stereosilia kearah
belakang, hal ini disebabkan karena adanya momen inersia. Yakni, benda bergerak
akan cenderung bergerak, dan benda yang dia makan cenderung diam, hal ini sama
seperti ketika kita sedang duduk di dalam mobil yang tiba – tiba di rem maka secara
tidak sadar kita akan terdorong ke belakang. Namun, otolit ini tidak akan tetap tinggal
pada bagian belakang sewaktu kita lanjut untuk berjalan, otolit ini kemudian akan
bergerak mengikuti arah gerakan kita sehingga stereosilia ini tidak lagi tertekuk,
ketika kita berhenti berjalan, otolit ini akan tetap bergerak maju (disebabkan adanya
momen inersia). Karena itu stereosilia akan tertekuk ke depan. Gerakan dari pada
otolit inilah yang membantu utriculus maupun sacculus untuk mendeteksi tidak hanya
akselerasi tapi juga deselarasi gerakan kita. 3
Untuk sacculus sendiri memiliki cara kerja yang sama persis dengan
utriculus ini namun terletak perbedaan pada jenis gerakan yang di deteksi, sacculus
mendeteksi gerakan kearah vertikal, misalnya saat kita baru saja beranjak bangun
dari tempat tidur atau pada saat kita melakukan gerakan meloncat. 3

38
b. Keseimbangan Dinamis

Gambar 2.22 : Struktur dan aktivitas unit sel reseptor di dalam utrikulus.
Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC;2014. 237-9 p. 3

Untuk pergerakan dinamis akan di deteksi oleh canalis semicircularis, pada


bagian dasar dari canalis semisircularis ini terdapat pembesaran yang dinamakan
ampulla, pada bagian dalam dari ampulla ini terdapat cairan lymphe yang
nantinya akan menggerakan cupula yang juga berada di dalam ampulla. Cupula
inilah yang nantinya akan menekuk stereosilia dibawahnya agar dapat membentuk
aksi potensial yang akan disampaikan ke otak untuk diinterpretasikan. Canalis
semicircularis ini khususnya mendeteksi gerak anrotasi, misalnya saat kita memutar
kepala kita kearah kiri ataupun kanan, selain itu ketika kita sedang melakukan
gerakan jungkir balik. 3
Ketika kita mulai memutar kepala kita, cairan lymphe yang ada di dalam
ampulla mula – mula akan terdorong kebelakang, hal ini disebabkan adanya
momen inersia (mirip hal nya dengan otolit). 3

39
Cairan lymphe ini cenderung mengikuti inersianya karena cairan ini tidak
melekat ke tulang canalis semicircularis itu sendiri, pergerakan cairan lymphe ini
menyebabkan cupula akan menarik stereosilia yang ada di bawahnya untuk ikut
menekuk kearah belakang yang kemudian memicu terjadinya depolarisasi sel yang
akan membentuk aksi potensial yang disampaikan ke otak lewat nervus
vestibulocochlearis. 3
Menekuknya stereosilia kearah belakang ini akan mendeteksi akselerasi dari
gerakan kita. Kemudian saat kita melanjutkan rotasi kepala kita maka cairan ini
perlahan akan mengikuti arah gerak kita sehingga stereosilia tidak lagi tertekuk dan
terjadi hiperpolarisasi sel. 3
Saat kita berhenti merotasikan kepala kita, cairan lymphe ini akan terus
bergerak kearah gerakan kita (disebabkan adanya momen inersia) sehingga stereosilia
akan tertekuk kedepan dan menghasilkan potensial aksi yang disampaikan ke otak,
menekuknya stereosilia kearah depan inilah yang membantu mendeteksi
deselerasi dari gerakan rotasi kita. 3

40
2.5 Hubungan Tekanan Udara dengan Pendengaran
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di
lingkungan luar yaitu, fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi
berselang-seling mengenai membrana timpanika. Plot gerakan-gerakan ini sebagai
perubahan tekanan di membrana timpanika per satuan waktu adalah serangkaian
gelombang, gerakan semacam itu dalam lingkungan secara umum disebut gelombang
suara. Gelombang merambat melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 m/det (770
mil/jam) pada 20°C setinggi permukaan laut. Kecepatan suara meningkat seiring suhu
dan ketinggian. Medium lain juga dapat menghantarkan gelombang suara, tetapi
dengan kecepatan berbeda. Misalnya, kecepatan suara adalah 1450 m/det pada 20°C
dalam air tawar dan bahkan lebih besar dalam air laut. Dikatakan bahwa siulan ikan
paus biru memiliki kekuatan 188 dB dan dapat terdengar dari jarak 500 mil.4
Penerbangan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang
mempunyai karakteristik mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan
teknologi tinggi, padat modal dan manajemen yang handal. Dengan kemajuan
teknologi dan bertambahnya kuantitas penerbangan yang begitu tinggi memberikan
dampak bagi aktivitas penerbangan dan pengaruh terhadap kesehatan personil
penerbang. Berbagai aspek dalam penerbangan seperti perubahan tekanan, radiasi,
polusi udara akibat bahan kimia beracun, bising dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seperti faal paru, penglihatan, alat keseimbangan, pendengaran, dan lain-
lain. 5
Kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat terbang mencapai 95–105 dB(A)
bahkan mencapai 100–110 dB(A) pada flightdeck bergantung pada jenis pesawat
terbang, fase penerbangan, ketinggian dan cuaca. Hal ini akan menimbulkan
gangguan pendengaran meskipun telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu
merespons suara pada kisaran antara 0–140 dB(A). Kebisingan tersebut dapat
mengakibatkan penurunan ketajaman pendengaran bahkan kehilangan pendengaran
sementara yang akan mengganggu jalannya komunikasi terutama di waktu krusial
yaitu saat pesawat terbang akan melakukan lepas landas (take off) dan mendarat

41
(landing) yang justru memiliki tingkat kebisingan lebih tinggi dibandingkan saat
pesawat terbang pada posisi stabil di udara (cruise).5
Perubahan tekanan udara juga dapat mengganggu kesehatan indera
pendengaran penerbang yang disebut barotitis media. Barotitis media adalah suatu
peradangan akut atau kronis yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan udara di
dalam telinga dan atmosfer sekitarnya yang biasa terjadi pada saat pesawat lepas
landas (take off) atau mendarat (landing). Kegagalan ventilasi auris media pada
perubahan tekanan atmosfer yang lebih rendah ke atmosfer yang lebih tinggi.
Seringkali disebabkan oleh common cold (Flu) atau infeksi tractus respiratorius
bagian atas. Gejala pada Barotitis Media seperti sakit di telinga, pendengaran
menurun, tinitus bahkan sampai vertigo. 5
Barotrauma adalah keadaan terjadinya perubahan tekanan yang tiba- tiba di
luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang yang menimbulkan perbedaan tekanan
melebihi 90 cmHg sehingga tuba gagal untuk membuka. Gejala barotrauma middle
ear berupa nyeri pada telinga, penurunan pendengaran, pusing, tinnitus. Barotrauma
adalah kerusakan jaringan sekuelnya yang terjadi akibat perbedaan antara tekanan
udara di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya. 5
Barotrauma telinga tengah akibat adanya penyempitan, inflamasi atau udema
pada mukosa tuba mempengaruhi kepatenannya dan merupakan penyulit untuk
menyeimbangkan tekanan telinga tengah terhadap tekanan ambient yang terjadi pada
saat naik maupun turun, baik penyelaman maupun penerbangan. Terjadinya
barotrauma tergantung pada kecepatan penurunan atau kecepatan peningkatan
tekanan ambient yang jauh berbeda dengan kecepatan peningkatan tekanan telinga
tengah. Jika udara disekitar tuba auditiva tidak dapat mencapai perbedaan tekanan
tuba auditiva dan tekanan atmosfir mendekati nol selama mendarat, tekanan dalam
tuba auditiva akan membesar mengakibatkan lumen tuba auditiva kolap kemudian
menutup. 5

42
2.6 Langkah Pencegahan
Membran timpani, yang membentang merintangi pintu masuk ke telinga
tengah, bergetar ketika terkena gelombang suara. Daerah - daerah gelombang suara
bertekanan tinggi dan rendah yang berselang-seling menyebabkan gendang telinga
yang sangat peka melekuk ke dalam dan keluar seiring dengan frekuensi gelombang
suara.3
Agar membran bebas bergerak ketika terkena suara, tekanan udara istirahat di
kedua sisi membran timpani harus sama. Bagian luar gendang telinga terpajan ke
tekanan atmosfer yang mencapainya melalui saluran telinga. Bagian dalam gendang
telinga yang menghadap ke rongga telinga tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer
melalui tuba eustachius loudness, (auditorius) yang menghubungkan telinga tengah
ke faring (bagian belakang tenggorokan) Tuba eustachius dalam keadaan normal
tertutup, tetapi dapat membuka oleh gerakan menguap, mengunyah, dan menelan.
Pembukaan ini memungkinkan tekanan udara di telinga tengah menyamai tekanan
atmosfer sehingga tekanan di kedua sisi membran timpani setara. Sewaktu perubahan
tekanan eksternal yang cepat (misalnya ketika naik pesawat), gendang telinga
menonjol dan menimbulkan nyeri karena tekanan di luar telinga berubah sementara
tekanan di telinga tengah tidak berubah. Membuka tuba eustachius dengan menguap,
mengunyah ataupun menelan memungkinkan tekanan di kedua sisi membran timpani
menjadi sama, menghilangkan distorsi tekanan sewaktu gendang telinga kembali ke
bentuknya semula. Infeksi yang berasal dari tenggorokan kadang – kadang menyebar
melalui tuba eustachius ke telinga tengah. Penimbunan cairan yang terjadi di telinga
tengah tidak saja menimbulkan nyeri tetapi juga mengganggu hantaran suara
melintasi telinga tengah. 3

43
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan skenario, hal yang dialami Tor adalah sesuatu yang normal
terjadi, karena adanya perubahan tekanan udara. Pada saat pesawat lepas landas,
tekanan udara dari luar telinga lebih kecil karena semakin tinggi pesawat itu terbang
semakin kecil pula tekanan atmosfer sedangkan tekanan udara pada telinga tengah
lebih tinggi daripada tekanan udara dari luar telinga sehingga membran tympani akan
membengkak atau menonjol ke bagian luar telinga. Hal ini berbanding terbalik ketika
pesawat mendarat, tekanan udara dari luar telinga lebih tinggi daripada tekanan
udara di telinga tengah sehingga membran tympani akan membengkak atau menonjol
ke bagian dalam telinga. Ketika membran tympani membengkak, akan menimbulkan
rasa nyeri dan akan menyebabkan proses penghantaran suara jadi tidak maksimal.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Drake Rl, vogl W, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. 1th ed.
Hankim MH editor. Singapore. Elsevier churchill livingstone; 2012. 482-
489 p.
2. Eroschenko VP. Atlas of histology with functional correlations. 12th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012. 1-1000 p.
3. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. Suzannah
Alexander, editor. New York: Yolanda Cossio; 2013. 228-39 p.
4. Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 24. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012. 203 p.
5. Mulyono, Ferdiana KL. Hubungan Karakteristik dengan Peningkatan
Ambang Pendengaran Penerbangan di Balai Kesehatan Penerbangan
Jakarta. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. 2013;
2(1): 2-3 p.

iv

Anda mungkin juga menyukai