Dyvia Saputra Review Artikel
Dyvia Saputra Review Artikel
Belt and Road Initiative (BRI) atau yang dikenal juga dengan One Belt One Road (OBOR)
adalah sebuah inisiatif kerja sama internasional yang diinisiasi oleh Negara China. Belt and
Road Initiative ini dikembangkan bertujuan untuk mewujudkan integrasi ekonomi wilayah
Eurasia dan menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa melalui jalur transportasi darat dan
laut.
Melalui inisiatif kerja sama ini negera China menawarkan lima area prioritas kerja sama,
yaitu (1) koordinasi kebijakan, (2) konektifitas fasilitas, (3) perdagangan bebas (unimpeded
trade), (4) integrasi keuangan, dan (5) kerja sama antar masyarakat.
Secara politis, BRI mendapat pertentangan terutama dari negara beroposisi dengan
China. Beberapa kecurigaan muncul dikarenakan ketidaktransparanan China dalam
mengkomunikasikan BRI. Selanjutnya China terlalu focus mensosialisasikan BRI kepada
pemerintah tanpa melibatkan dunia bisnis, organisasi kemasyarakatan dan komunitas local.
Dari aspek ekonomi, proyek kerja sama ini telah ditandatangani oleh 140 negara di
enam benua, perwujudan keberhasilan BRI memberikan manfaat dalam 2 aspek yaitu
mengurangi waktu perjalanan dan meningkatkan perdagangan dan integrasi.
Dari aspek hukum terdapat beberapa masalah yang berpotensi timbul dari isu tentang
kerangka institusional dari BRI, semakin berkembangnya pola investasi Publik-Privat di
wilayah Eurasia, dan permasalahan hukum mengenai perdagangan sepanjang rute BRI.
Potensi sengketa dalam inisiatif BRI, resiko hukum dalam inisiatif BRI adalah sengketa
hukum. Berikut beberapa bentuk sengketa yang berpotensi terjadi dalam kerangka BRI:
1. Sengketa antar negara yang muncul dari proyek BRI yang diinvestasikan oleh China.
2. Sengketa yang bersifat transaksional.
3. Sengketa investasi yang memiliki karakteristik berbeda dengan sengketa publik dan
perdata murni.
Jenis-jenis sengketa sektoral yang akan muncul berpotensi akan variatif. Beberapa
sengketa yang terkait dengan proyek BRI dengan substansi kasus yang beragam, dan
diselesaikan pada forum peradilan yang berbeda, sebagai berikut:
1. Hyundai Heavy Industries Co., Ltd. v. The Zhejiang Provincial Branch of the Industrial
and Commercial Bank of China Limited (2016), penggugat mengajukan kasus ini ke
Intermediate People’s Court of Hangzhou Municipality di China.
2. Kolmar Group AG v. Jiangsu Textile Industry (Group) Import & Export Co., Ltd. (2016),
penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi Singapura.
3. Jiangsu Taihu Boiler Co., Ltd. v. PT. Krakatau Engineering Corporation and the Wuxi
Branch of Bank of China Limited, perkara diajukan ke The Intermediate People’s
Court of Wuxi Municipality.
4. Zhe Jiang Yisheng Petrochemical Co., Ltd. v. INVISTA Technologies S.à.r.l.,
Luxembourg, diajukan ke Pengadilan Cina terfokus pada validitas klausul arbitrase.
Hingga saat ini, belum ada kesepakatan atau penetuan mekanisme penyelesaian
sengketa yang ditetapkan dalam skema kesepakatan BRI. Penekanan China terhadap kerja
sama BRI adalah sengketa sengketa yang berpotensi muncul diharapkan dapat diselesaikan
melalui dialog dan diskusi, peningkatan kerja sama dan rasa saling percaya. Penggunaan
metode negosiasi dan mediasi diharapkan menjadi forum utama dalam penyelesaian
sengeketa proyek BRI.
Jika hal metode negosiasi dan mediasi tidak berhasil menyelesaikan sengketa, maka
para pihak tidak memiliki pilihan lain selain membawanya ke forum penyelesaian sengketa
yang lebih formal.
1. Pengadilan Nasional
Hal ini mengingat para pihak serta pengacara yang berasal dari negara lain akan
menemukan pola, sistem hukum dan sistem peradilan yang berbeda dan munculm
kecurigaan akan imparsialitas dari hakim. Maka biasanya para pihak akan
menhindari forum pengadilan.
4. Arbitrase Internasional
Arbitrase internasional sering digunakan oleh pelaku bisnis dalam sengketa yang
bersifat cross-border. Jaminan pelaksanaan putusan arbitrase nasional dijamin
berdasarkan New York Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign
Arbitral Awards.
Dalam mempersiapkan potensi timbulnya sengketa yang berkaitan dengan Belt and
Road Initiative BRI, Indonesia perlu memperhatikan sumber hukum internasional yang
mendukung proses penyelesaian sengketa yang bersifat transnasional.
Poin penting dalam artikel adalah memberikan beberapa pilihan penyelesaian
sengketa yang dapat dipilih oleh para pihak yang terlibat dalam Proyek BRI. Bagusnya adalah
artikel ini cocok untuk membantu pembaca artikel agar lebih paham dan mengerti dalam
jalan yang bisa ditempuh untuk penyelesaian sengketa internasional dan juga menyadarkan
bahwa Indonesia masih perlu memperhatikan sumber hukum internasional untuk
mendukung Proses Penyelesaian sengketa internasional terutama dalam lingkup kerja sama
Belt and Road Initiative (BRI).
Saran dari saya sebagai pembaca tanpa mengurangi rasa hormat kepada penulis artikel
adalah agar artikel dapat ditulis dengan pembagian bab bab yang jelas pada setiap materi
agar artikel dapat lebih mudah dipahami oleh pembaca. Jika tanpa pembagian bab akan
terlihat berantakan dan seperti melompati topik yang sebelumnya dibahas.