Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

PEMBERIAN OBAT PADA BBL, NEONATUS , DAN BAYI SESUAI


DENGAN SOP

OLEH:
1. DENSI MAUS
2. DESTRIANTI T. APU
3. DEWI W.W RATU
4. ELISABETH FERNANDES
5. ELVINA V.T NDUN
6. ERNI BANOET
7. FELISRIDA SUAN
8. FIDRI LASSA
9. LADY M. BELLA

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG
2024
PEMBAHASAN

A. Definisi Pemberian Obat


Pemberian obat kepada pasien merupakan proses kegiatan dimulai dari
penyiapan obat dengan tepat, pengecekan kembali terhadap jenis obat dan
dosis sesuai resep dokter sampai dengan penyerahan obat yang telah diberi
etiket/label.
Pemberian obat yang benar sangat penting untuk memastikan keamanan
dan efektivitas pengobatan. Berikut adalah enam prinsip pemberian obat
yang benar:
1. Benar pasien
Bidan harus memastikan sebelum memberikan obat, apakah obat
yang diberikan benar sesuai dari catatan kebidanan dengan
identitas gelang klien.
2. Benar obat
Sebelum memberikan obat pada klien, bidan memastikan kembali
obat yang telah di resepkan oleh dokter dengan memeriksa label
obat sebanyak tiga kali.
3. Benar dosis
Setelah memastikan bahwa obat yang akan diberikan pada klien
benar, bidan juga perlu memastikan dosis dengan jumlah yang
benar.
4. Benar waktu
Bidan perlu memastikan kapan waktu yang tepat untuk
memberikan obat. Sebagai contoh klien di berikan resep obat
dokter yang di berikan 8 jam sekali dalam 3x sehari, misalnya dari
pukul 6 pagi, 2 sore, dan jam 10 malam.
5. Benar cara
Sikap hati-hati sangat diperlukan agar bidan dapat memberikan
obat yang benar. Bidan perlu memastikan apakah obat yang akan
diberikan sudah dengan jalur yang tepat. Bidan juga perlu
berkonsultasi pada dokter jika tidak di sertakan jalur pemberian
obat.
6. Benar dokumentasi
Setelah pemberian obat bidan harus mencatat tindakan yang telah
diberikan segera setelah tindakan dengan mencatat nama klien,
nama obat dan alergi, dosisi obat, jalur obat, serta waktu pemberian
obat.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat
Menurut Harmiady (2014) dalam penelitiannya menyatakan ada tiga
faktor yang mempengaruhi bidan dalam pemberian obat antara lain:
a. Tingkat Pengetahuan Bidan
Bidan dengan tingkat pengetahuan yang tinggi cenderung untuk
mampu melaksanakan prinsip benar dalam pemberian obat dengan
tepat dibandingkan yang memiliki pengetahuan yang kurang baik.
Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang baik akan memiliki
adab yang baik dan mengamalkan ilmu tersebut. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi oleh pasien.
Pengetahuan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang pengambilan tindakan yang tepat sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengetahuan dapat
mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan sehingga
nantinya akan memotivasi bidan untuk bersikap dan berperan serta
dalam peningkatan kesehatan pasien dalam hal ini pemberian tindakan
pemberian obat dengan tepat.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang telah dicapai oleh bidan dapat digunakan sebagai
salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat
dan juga berperan dalam menurunkan angka kesakitan. Dengan
semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang dapat membantu
menekan/menurunkan tingginya angka kesakitan pada pasien
(Nursalam, 2012).
Semakin tinggi tingkat pendidikan bidan maka semakin baik
kemampuan bidan dalam melaksanakan prinsip-prinsip dalam
pemberian obat. Hal ini disebabkan karena ukuran tingkat pendidikan
seseorang bisa menjadi tolak ukur sejauh mana pemahaman bidan
terhadap prosedur dan prinsip yang berlaku dalam lingkup kerjanya.
c. Motivasi Kerja
Motivasi kerja bidan merupakan tingkah laku seseorang yang
mendorong kearah suatu tujuan tertentu karena adanya suatu
kebutuhan baik secara internal maupun eksternal dalam melaksanakan
perannya. Semakin baik motivasi kerja yang dimiliki bidan maka
cenderung mendorong diri mereka untuk melaksanakan prinsip dan
prosedur yang berkaitan dibandingkan yang memiliki motivasi yang
kurang.
Timbulnya motivasi dalam diri seorang bidan dapat disebabkan oleh
adanya rasa tanggung jawab yang timbul dalam diri seorang atau aspek
internal bidan. Oleh sebab itu ketika bidan memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi terhadap pasien maka tentunya bidan akan berusaha
semaksimal mungkin untuk melakukan tindakan yang cepat, tepat dan
terarah untuk mengatasi masalah pasien termasuk ketepatan dalam
pemberian obat. Sedangkan aspek internal bidan berasal dari lingkup
rumah sakit. Rumah sakit akan memberikan rangsangan tersebut baik
dalam bentuk penghargaan yang diterima, insentif kerja serta pujian.
Hal inilah yang bisa menimbulkan suatu dorongan untuk selalu berbuat
yang lebih baik.
C. Pemberian Obat Pada BBL Sesuai Dengan SOP
1. Pengertian
Pemberian salep mata pada bayi baru lahir adalah pemberian salep
mata steril pada mata bayi baru lahir untuk profilaksisi.
2. Tujuan
Untuk mencegah infeksi mata di berikan segera setalah proses IMD
dan bayi selesai menyusui, sebaiknya satu jam setelah lahir.
3. Prosedur
a) Petugas mencuci tangan, memakai APD (Alat Pelindung Diri)
sesuai dengan standar yang ada.
b) Petugas menjelaskan pada keluarga tentang maksud dan tujuan
pemberian salep mata.
c) Petugas memberikan salep mata pada mata bayi dalam satu
garis lurus mulai dari bagian terdekat hidung menuju keluar
mata.
d) Petugas menjaga ujung tabung salep agar tidak menyentuh
mata bayi.
e) Petugas memberi tahu keluarga untuk tidak menghapus salep
mata.
f) Petugas mencuci tangan
g) Dokumentasi di dalam rekam medis pasien atau bayi.
D. Pemberian Obat Pada Neonatus Sesuai SOP
1. Pengertian
Suatu prosedur atau tindakan menyuntikan obat ke dalam tubuh
melalui pembuluh darah vena.
2. Tujuan
Mempercepat penyerapan obat ke dalam tubuh dan untuk pemeriksaan
diagnostic misalnya zat kontas
3. Prosedur
a) Petugas cuci tangan seblum dan sesudah melakukan tindakan.
b) Alat-alat dan obat di siapkan dan di bawa dekat pasien.
c) Mencocokan nama pasien sesuai di buku injeksi.
d) Mengambil obat, membaca dan mencocokkan dengan program
yang telah di tulis di buku injeksi.
e) Bila obat flacon di oplos dengan aqua, jarum disendirikan
kemudian obat di sedot dengan spuit sesuai dengan kebutuhan
dan di letakan di bak injeksi.
f) Memasang alas atau perlak kecil dibawah lengan atau kaki
yang akan di pasang abocath.
g) Lakukan disinfeksi pada daerah (vena) yang akan ditusuk lalu
kulit di regangkan dengan lubang jarum menghadap ke atas
sejajar dengan vena, jarum ditusuk ke dalam vena secara
perlahan-lahan dan hati-hati.
h) Bila jarum abocath sudah masuk dengan benar yang di tandai
dengan keluarnya darah, kemudia sambung dengan in stopper
dan fiksasi dengan plester yang sebelumnya di tutup dengan
Tegaderm setelah itu pasang splak.
i) Kemudian masukan obat ke dalam spuit sesuai kebutuhan dan
keluarkan udara (bila ada) kemudian obat di masukan sesuai
kebutuhan secara perlahan-lahan kemudian di spoil dengan
aquades steril.
j) Sisa obat di simpan di kulkas dan di tulis setiap 1 cc berapa mg.
k) Obserfasi reaksi obat.
l) Bayi di rapikan dan di kembalikan ke box bayi
m) Alat-alat di bereskan
n) Semua tindakan yang sudah di lakukan di dokumentasikan
E. Pemberian Obat Pada Bayi Sesuai Dengan SOP
1. Pengertian
Pemberian vaksin BCG pada bayi berumur kurang dari dua bulan
2. Tujuan
Memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberculosis (TBC)
3. Prosedur
a) Petugas mencucui tangan.
b) Pastikan vaksian yang akan digunakan dalam keadaan baik
(perhatikan kadaluarsa dan VVM).
c) Larutkan vaksin dengan cairan pelarut BCG 1 Ampul (4 cc).
d) Patikan anak belum pernah di BCG dengan menanyakan pada
orang tua bayi.
e) Ambil 0,05 cc vaksin BCG yang telah di larutkan.
f) Bersihkan lengan dengan kapas DTT, jangan gunakan alcohol
sebab akan merusak vaksin.
g) Suntikan vaksin tersebut 1/3 bagian lengan kanan atas
(tepatnya pada insertion musculus deltoideus) secara
intracutan.
h) Rapikan alat-alat.
i) Petugas mencuci tangan.
j) Dokumentasi dalam KIA.
DAFTAR PUSTAKA

Dwifarin, Septa, et al. "Penerapan Prinsip Enam Benar Pemberian Obat Oleh
Perawat: Studi Kasus." JKM: Jurnal Keperawatan Merdeka 3.2 (2023): 118-125.

Harmiady, Rauf. "Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan prinsip 6


benar dalam pemberian obat oleh perawat pelaksana di ruang interna dan bedah
Rumah Sakit Haji Makassar." Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis 5.4 (2014):
2302-1721.

Rohana, A., Sriatmi, A., & Budiyanti, R. T. (2020). Pelaksanaan Pelayanan


Neonatal Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Bayi Baru Lahir Di
Puskesmas Dukuhseti Kabupaten Pati. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 97-
106.

Usnawati, N., Prasetyo, D., Setiawati, E., Husin, F., Rusmil, K., & Dhamayanti,
M. (2014). Pengaruh Pelatihan Safe Injection Terhadap Peningkatan Pengetahuan,
Sikap, dan Keterampilan Bidan Desa dalam Pelaksanaan Imunisasi di Kabupaten
magetan. Jurnal Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Indonesia, 1(1), 69-77.

Anda mungkin juga menyukai