Anda di halaman 1dari 43

Makalah Formulasi Sediaan Steril

Bangunan dan Fasilitas Produksi Sediaan Steril

DISUSUN OLEH :

RAHMADANI PUTRI

2110020

Program studi S1 Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta


Kata Pengantar
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas rida dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan hasil makalah yang berjudul 'Bangunan dan Fasilitas
Produk Steril'.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sharon Susanto yang yang telah
membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Ucapan terima
kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang disusun.
Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca
senantiasa ditunggu oleh penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Jakarta, 13 Maret 2024


Daftar isi

Kata Pengantar .................................................................................................................................... 2


Daftar isi .............................................................................................................................................. 3
Daftar gambar ..................................................................................................................................... 4
Daftar Tabel ......................................................................................................................................... 5
BAB 1 ....................................................................................................................................................... 6
BAB 2 ....................................................................................................................................................... 9
2.1 Proses Umum Pembuatan Sediaan Steril ...................................................................................... 9
2.1.1 Preformulasi ........................................................................................................................... 9
2. Analisis fisikokimia .................................................................................................................... 11
3. Sifat-sifat fisikomekanik / karakteristik ..................................................................................... 13
4. Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi Koefisien Partisi ....................................................... 14
5. Karakteristik Larutan ................................................................................................................. 15
Ruang Steril ................................................................................................................................... 18
Pemantauan Ruang Bersih: ........................................................................................................... 23
.......................................................................................................................................................... 24
Proses Produksi: ............................................................................................................................ 26
Keuntungan Fasilitas Blow-Fill-Seal: .............................................................................................. 26
Laminar Airflow: ............................................................................................................................ 28
BANGUNAN DAN FASILITAS .......................................................................................................... 31
BAB 3 ..................................................................................................................................................... 39
Kesimpulan .................................................................................................................................... 39
Daftar gambar

gambar 2.1 1 ruang bersih .................................................................................................................... 24


gambar 2.1 2 blow fill seal .................................................................................................................... 25
gambar 2.1 3 isolator ............................................................................................................................ 27
Daftar Tabel

tabel 2. 1 Pemerian ............................................................................................................................... 11


tabel 2. 2 klasifikasi ruang bersih .......................................................................................................... 19
BAB 1
Pendahuluan

Produk sediaan steril merupakan sediaan yang harus memenuhi persyaratan fisika,
kimia serta harus memenuhi persyaratan bebas dari mikroorganisme baik bakteri maupun
jamur. Adapun tujuan dari suatu sediaan obat dibuat steril

adalah :

Sediaan obat seperti obat suntik atau injeksi yang berhubungan langsung dengan
darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh.

Sediaan dibuat steril dengan harapan dapat menghindari terjadinya infeksi sekunder,
dimana dalam hal ini tidak berlaku relative steril tetapi hanya ada pilihan steril atau tidak
steril.

Sediaan farmasi yang memerlukan sterilitas yaitu injeksi, implant, sediaan tetes dan
Sediaan parenteral adalah sediaan steril yang digunakan tanpa melalui mulut namun langsung
ke dalam pembuluh darah sehingga memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai
sasaran salep mata, termasuk sediaan untuk cuci mata.

Sediaan parenteral adalah sediaan steril yang digunakan tanpa melalui mulut namun
langsung ke dalam pembuluh darah sehingga memperoleh efek yang cepat dan langsung
sampai sasaran.

Injeksi volume kecil atau Small Volume Parenterals (SLV) menurut USP adalah
injeksi yang dikemas dalam wadah dengan label pada kemasan mengandung 100 mL atau
kurang. Tipe produk injeksi volume kecil adalah sediaan optalmik atau tetes mata, injeksi
intra vena, injeksi intra muscular, injeksi sub cutan dan lain-lain.

Injeksi volume besar atau Large Volume Parenterals (LVP) adalah injeksi yang
umumnya digunakan untuk infus. Biasanyadiberikan dalam volume > 250 ml sampai 1 liter
dan dalam Jumlah yang lebih banyak lagi per harinya, dengan penetesan yang lambat. Karena
diberikan dalam volume besar, larutan ini tidak boleh mengandung zat bakteriostatik atau zat
penambah farmasi lain. Dikemas dalam wadah yang besar dosis tunggal

Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau suspensi, digunakan
untuk mata dengan jalan meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata di sekitar
kelopak mata dan bola mata.

Menurut Farmakope Indonesia edisi III tetes mata adalah sediaan steril yang berupa
larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata
di sekitar kelopak mata dan bola mata.

Tetes telinga atau guttae auricularis adalah larutan zat aktif dalam air atau dalam
pembawa lain yang digunakan dengan meneteskan ke dalam lubang telinga.

Syarat khusus untuk fasilitas produksi sediaan steril sangat penting untuk memastikan
bahwa produk farmasi yang dihasilkan memenuhi standar keamanan dan kualitas yang tinggi.
Berikut adalah beberapa syarat khusus yang umumnya diterapkan dalam fasilitas produksi
sediaan steril:

Desain Ruang: Ruang produksi harus dirancang sedemikian rupa untuk mencegah
kontaminasi silang antarproduk dan memastikan aliran udara bersih yang tepat. Hal
ini mencakup penggunaan ruangan bersih kelas A, B, C, dan D sesuai dengan standar
GMP (Good Manufacturing Practice).

Sistem Ventilasi: Sistem ventilasi harus dipasang untuk memastikan aliran udara
yang tepat dan menghilangkan kontaminan udara. Filter HEPA (High Efficiency
Particulate Air) atau filter serupa harus digunakan untuk menyaring partikel-partikel
kecil dari udara.

Peralatan Steril: Peralatan produksi, termasuk tangki, pipa, dan peralatan lainnya
yang kontak langsung dengan produk harus dibuat dari bahan yang dapat steril atau
dapat dengan mudah dibersihkan dan disterilkan.

Prosedur Sterilisasi: Prosedur sterilisasi harus ditetapkan dan dijalankan untuk


memastikan bahwa semua komponen, bahan baku, dan peralatan yang digunakan
dalam proses produksi steril.
Pengendalian Lingkungan: Lingkungan produksi harus dikendalikan dengan ketat
untuk menghindari kontaminasi. Ini mencakup pemantauan suhu, kelembaban,
tekanan udara, serta pemantauan dan pengendalian masuknya personel dan materi ke
dalam ruang produksi.

Validasi Proses: Validasi proses harus dilakukan secara teratur untuk memastikan
bahwa proses sterilisasi dan produksi berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Pemeliharaan dan Perbaikan: Pemeliharaan rutin dan perbaikan terhadap peralatan


dan sistem sterilisasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa mereka beroperasi
dengan baik dan memberikan hasil yang diinginkan.

Pelatihan Karyawan: Karyawan yang bekerja di fasilitas produksi sediaan steril


harus dilatih dengan baik dalam prosedur-produksur sterilisasi, pemeliharaan
lingkungan bersih, dan praktik-praktik yang diperlukan untuk mencegah kontaminasi.

Pengawasan dan Audit: Pengawasan internal dan audit eksternal harus dilakukan
secara teratur untuk memastikan bahwa semua prosedur dan praktek di fasilitas
produksi sediaan steril sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Syarat-syarat ini bertujuan untuk memastikan bahwa sediaan steril diproduksi dengan kualitas
yang konsisten dan memenuhi persyaratan keamanan yang ketat. Menerapkan semua syarat
khusus ini adalah suatu keharusan bagi produsen farmasi yang bertanggung jawab atas
produksi sediaan steril.
BAB 2
Pembahasan

2.1 Proses Umum Pembuatan Sediaan Steril


2.1.1 Preformulasi

Praformulasi sangat penting dilakukan dalam setiap pengembangan sediaan


farmasi karena meliputi penelitian farmasetik dan analitik bahan obat untuk menunjang
proses pengembangan formulasi. Sifat suatu sediaan dapat mempengaruhi secara bermakna
kecepatan onset efek terapi dari suatu obat, lamanya efek tersebut, dan bentuk pola absorbsi
yang dicapai. Oleh karena itu pengembangan praformulasi dan formulasi untuk suatu produk
steril harus diintregasikan secara hati hati dengan pemberian yang dimaksud pada seorang
pasien.

Sifat kimia dan fisika suatu obat harus ditentukan, interaksinya dengan tiap bahan
yang diinginkan harus dikaji, dan efek dari masing - masing tahap kestabilannya harus
diselidiki dan dimengerti. Semua komponen harus memiliki kualitas yang sangat baik.
Kontaminasi fisika dan kimia tidak hanya menyebabkan iritasi kejaringan tubuh, tetapi
jumlah kontaminasi yang sangat kecil tersebut juga dapat menyebabkan degradasi produk
sebagai hasil dari perubahan kimia, khususnya selama waktu pemanasan bila digunakan
sterilisasi panas.

Cakupan studi praformulasi untuk sediaan injeksi.

1. Organoleptis

Organoleptis adalah studi praformulasi yang harus dilakukan untuk


mengetahui pemerian zat aktif terdiri dari warna, bentuk, aroma dan rasa zat aktif
dengan menggunakan terminologi deskriptif. Uji organoleptis sangat berguna
dalam melakukan identifikasi awal mengenai suatu zat yang akan dibuat suatu
sediaan. Uji ini dilakukan dengan tujuan mengetahui bentuk dari bahan yang akan
digunakan dalam formulasi, agar tidak salah dalam mengambil bahan-bahan untuk
formulasi. Dalam menentukan zat yang akan digunakan, dapat mengamatinya dari
segi bentuk, warna, rasa juga aroma

A. Warna memegang peranan penting dalam identifikasi suatu sediaan


sebelum membuat suatu sediaan injeksi. Karena hal yang akan dilihat
pertama kali adalah warna dari bahan-bahan itu.Warna biasanya
merupakan fungsi inheren kimia obat karena terkait dengan
ketidakjenuhan. Intensitas warna terkait dengan keberadaan konjugasi
ketidakjenuhan disamping keberadaan khromofor , seperti – NH2,
B. Bentuk juga memegang peranan yang sangat penting dalam identifikasi.
Setelah menentukan warna, biasanya yang dilihat terlebih dahulu adalah
bentuk dari bahan itu. Sehingga akan benar-benar yakin bahwa yang
digunakan dalam formulasi adalah bahan-bahan yang tepat.
C. Bau / Aroma Sebagian zat memiliki aroma yang khas dan kemungkinan
bau yang inheren (terkait) dengan keberadaan gugus fugsional yang
terdapat dalam molekul obat. Adakalanya zat sama sekali tidak berbau
atau dapat pula berbau pelarut residu pelarut. Hal ini penting karena dalam
farmakope ada ketentuan batas maksimal pelarut yang diperbolehkan ada
dalam obat (terutama karena alas an toksisitas). Dengan uji organoleptis,
dapat mempermudah identifikasi suatu bahan. Terutama bahan yang
mengandung aroma yang khas. Daftar beberapa istilah organoleptik dalam
FI EdNO2 dan – CO- (keton) yang mengintensifkan warna.

Table 2.1 Pemerian

Warna Rasa Aroma Bentuk


Putih Asam Sedikit beraroma Hablur
cuka
Hampir putih Asin Aroma khas Berserat
Putih kekuningan Pahit Aroma menusuk Granul
Kuning Manis Aroma aromatic Serbuk halus
Kuning pucat Membakar Aroma lemah Partikel seperti pasir
Kuning kecoklatan Dingin Aroma seperti sulfida Pasir
Krem Pedas Praktis tidak Serbuk ruah
beraroma
Krem pucat Tidak berasa Tidak beraroma Higroskopis
Keabu abuan Sedikit pahit Aroma amin ringan Serbuk amorf
Merah tua Sangat pahit Aroma tidak enak Serpihan
Merah muda Aroma minyak Seperti merkapton Bentuk jarum
Merah jingga Permen Aroma asam klorida
lemah
tabel 2. 1

2. Analisis fisikokimia

Data analitik zat aktif, yang mencakup data kualitatif, data kuantitatif dan kemurnian..
Data kualitatif dan data kuantitatif Analisis ini merupakan bagian penting dalam studi
praformulasi yaitu untuk penetapan identitas dan kadar zat aktif. Untuk penetapan kualitatif
biasanya digunakan kromatografi lapis tipis, spectrum serapan inframerah, reaksi warna,
spectrum serapan ultraviolet dan reaksi lainnya. Penetapan kadar zat aktif biasanya dilakukan
dengan metode spektrofotometri, kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKK),
titrasi kompleksometri, asam basa, argentometri, iodometri, dan sebagainya. Penetapam kadar
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar dari zat aktif yang akan digunakan dalam
pembuatan sediaan. b. Kemurnian Praformulasi harus mempunyai daya memahami
kemurnian suatu zat aktif. Ketidakmurnian dapat mempengaruhi stabilitas, misalnya
kontaminasi logam dengan kadar seperjuta (ppm) dapat merusak beberapa golongan senyawa
tertentu. Kemurnian juga dapat memberikan efek yang lain bagi untuk efek terapi yang di
harapkan. Metode lain yang berguna dalam menilai kemurnian adalah analisis termal
gravimetri dan diferensial. Mengetahui kemurnian suatu bahan dimaksudkan untuk agar
bahan aktif atau bahan tambahan yang digunakan tidak mengalami kontaminan sehingga
sediaan steril yang dihasilkan memiliki efek terapi yang maksimal.

Struktur dan bobot molekul.

Dari struktur molekul, peneliti dapat membuat penilaian awal menyangkut sifat potensial dan
reaktivitas fungsional dari molekul bahan aktif obat.

Suhu lebur.
Suhu lebur suatu bahan secara termodinamika didefinisikan sebagai suhu dimana fase cair
dan padat berada dalam kesetimbangan. Penentuan suhu lebur merupakan indikasi pertama
dari kemurnian bahan karena keberadaan jumlah relative kecil pengotor dapat terdeteksi
dengan penurunan atau pelebaran suhu lebur.

Profil analitik termal.

Selama sintesis dan isolasi, sampel kemungkinan diekspose terhadap perubahan suhu
lingkungan proses yang dapat menunjukkan profil termal apabila sampel dipanaskan antara
suhu kamar dan suhu leburnya. Apabila tidak ada masalah karena panas, sampel tidak akan
mengabsorbsi atau melepas panas sebelum mencapai suhu leburnya.

Higroskopisitas.

Senyawa dikatakan higroskopis jika senyawa tersebut menarik / mengambil kelembapan dan
suhu pada kondisi spesifik dalam jumlah signifikan. Tingkat higroskopis yang tinggi dapat
mempengaruhi efek yang tidak dikehendaki dari sifat fisika dan kimia suatu bahan obat yang
menyebabkan terjadinya perubahan sehingga secara farmasetik sulit atau tidak mungkin
dilakukan penanganan secara memuaskan

Spectra absorben.

Molekul dengan struktur tidak jenuh mampu mengabsorbsi cahaya pada rentang frekuensi
spesifik. Derajat ketidakjenuhan yang diikuti dengan keberadaan gugus khromofor akan
mempengaruhi jumlah absorbsi, baik sinar ultraviolet maupun sinar tampak akan diabsorbsi.

Konstanta ionisasi.

Memberikan informasi tentang ketergantungan kelarutan dari senyawa pada pH formulasi.


pKa biasanya ditentukan secara titrasi potensiometrik pH atau analisis pH kelarutan.

Aktivitas optikal.

Molekul yang mampu memutar cahaya dan cahaya terpolarisasi secara merata dinyatakan
sebagai aktif secara optic. Jika bekerja dengan suatu senyawa yang aktif secara optic selama
penelitian praforlmulasi, maka sangat penting untuk memantau rotasi optic tersebut karena
penentuan kuantitatif secara kimia saja tidak cukup. (Agoes, Goeswin. 2009)
3. Sifat-sifat fisikomekanik / karakteristik fisik Sifat-sifat fisikomekanik mencakup ukuran
partikel, luas permukaan, pembahasan higroskopisitas, aliran serbuk, karakteristik
pengempaan dan bobot jenis.

a. Uraian Fisik. Uraian fisik dari suatu obat sebelum pengembangan bentuk sediaan penting
untuk dipahami, kebanyakan zat obat yang digunakan sekarang adalah bahan padat.
Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia murni yang berbentuk amorf atau
kristal. Obat cairan digunakan dalam jumlah yang lebih kecil, gas bahkan lebih jarang lagi.
Untuk mengembangkan bentuk sediaan maka perlu diketahui tentang uraian fisik suatu bahan
agar mempermudah dalam menentukan metode membuat sediaan.

b. Pengujian Mikroskopik. Pengujian mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan
suatu tahap penting dalam kerja (penelitian) praformulasi. Pengujian ini memberikan indikasi
atau petunjuk tentang ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal. Pengujian
mikroskopik bertujuan untuk mengetahui tentang ukuran partikel. Sehingga pada saat
pembuatan sediaan tetes mata akan diketahui ukuran partikel jika memang bentuk sediaan
adalah suspense

c. Ukuran Partikel. Ukuran partikel zat yang larut dalam air tidak merupakan masalah kecil,
kecuali dalam bentuk agregat besar, tetapi adakalanya diperlukan untuk meningkatkan
kecepatan pelarutan untuk mengurangi waktu proses manufaktur. Karakterstik ukuran dan
bentuk partikel dapat ditentukan melalui evaluasi dengan mikroskop electron, optik, atau
dengan alat polarisasi yang dapat membuat foto bentuk dan ukuran partikel. Karakteristik
morfologi bahan aktif obat direkam melalui sketsa atau yang lebih teliti melalui
fotomikrograf, merupakan dokumen permananen untuk dibandingkan dengan bets
selanjutnya.

Sifat-sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel,
termasuk laju disolusi obat, bioavailabilitas, keseragaman isi, rasa, tekstur, warna dan
kestabilan. Sifat-sifat seperti karateristik aliran dan laju sedimentasi juga merupakan faktor-
faktor penting yang berhubungan dengan ukuran partikel. Ukuran partikel dari zat murni
dapat mempengaruhi formulasi produk. Khususnya efek ukuran partikel terhadap absorpsi
obat. Keseragaman isi dalam bentuk sediaan padat sangat tergantung kepada ukuran partikel
dan distribusi bahan aktif pada seluruh formulasi yang sama.
4. Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi Koefisien Partisi Merupakan ukuran lipofilisitas
dari suatu senyawa. Diukur dengan menetapkan konsentrasi kesetimbangan suatu obat dalam
suatu fasa air (biasanya air) dan suatu fasa minyak (biasanya oktanol atau chloroform) yang
satu dengan lainnya berkontak pada suhu konstan. Kebanyakan obat yang larut lemak akan
lewat dengan proses difusi pasif sedangkan yang tidak larut lemak akan melewati pembatas
lemak dengan transport aktif. Karena hal ini maka perlu mengetahui koefisien partisi dari
suatu obat. Khusus untuk obat yang bersifat larut air maka perlu pula diketahui konstanta
disosiasi agar diketahui bentuknya molekul atau ion. Bentuk molekul lebih muda terabsorpsi
daripada bentuk ion.

a. Polimerfisme Suatu formulasi yang penting adalah bentuk kristal atau bentuk amorf dari
zat obat tersebut. Bentuk-bentuk polimorfisme biasanya menunjukkan sifat fisika kimia yang
berbeda termasuk titik leleh dan kelarutan. Bentuk polimorfisme ditunjukkan oleh paling
sedikit sepertiga dari senua senyawa-senyawa organik.

b. Kelarutan Suatu sifat kimia fisika yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan,
terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus memiliki kelarutan dalam air agar
manjur dalam terapi. Agar suatu obat masuk kedalam sistem sirkulasi dan menghasilkan
suatu efek terapeutik, obat pertama-tema harus berada dalam bentuk larutan. Senyawa-
senyawa yang relative tidak larut seringkali menunjukkan absorpsi yang tidak sempurna atau
tidak menentu. Dalam pembuatan sediaan injeksi kelarutan sangat penting untuk
pengembangan larutan yang dapat disuntikkan baik secara intravena maupun intramuscular.
Garam asam atau basa mempresentasikan kelompok obat yang dapat mencapai kelarutan
obat dalam air yang dibutuhkan. Kelas obat lain, baik berupa molekul netral maupun asam
atau basa sanagt lemah umumnya tidak dapat disolubilisasi dalam air dalam rentang pH yang
sesuai, sehingga memerlukan penggunaan pelarut non air seperti PEG 300 dan 400, propilen
glikol, gliserol, etilalkohol, minyak lemak, etiloleat, dan benzilbenzoat.

c. Disolusi Perbedaan aktivitas biologis dari suatu zat obat mungkin diakibatkan oleh laju
disolusi. Laju disolusi adalah waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarut dalam cairan
pada tempat absorpsi. Untuk obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padatan, laju
disolusi adalah tahap yang menentukan laju absorpsi. Akibatnya laju disolusi dapat
mempengaruhi onset, intensitas dan lama respon serta bioavailabilitas.
d. Kestabilan Salah satu aktivitas yang paling penting dalam praformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dari zat obat murni. Pengkajian awal dimulai dengan menggunakan sampel
obat dengan kemurnian yang diketahui. Adanya pengotoran akan menyebabkan kesimpulan
yang salah dalam evaluasi tersebut. Pengkajian praformulasi yang dihubungkan dengan fase
praformulasi termasuk kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan padat, kestabilan fase
larutan dan kestabilan dengan adanya bahan penambah. Ketidak stabilan kimia dari zat obat
dapat mengambil banyak bentuk, karena obat-obat yang digunakan sekarang adalah dari
konstituen kimia yang beraneka ragam. Secara kimia, zat obat adalah alcohol, fenol, aldehid,
keton, ester-ester, asam-asam, garam-garam, alkaloid, glikosida, dan lain-lain. Masing-
masing dengan gugus kimia relative yang mempunyai kecenderungan berbeda terhadap
ketidak stabilan kimia. Secara kimia proses kerusakan yang paling sering meliputi hidrolisis
dan oksidasi.

5. Karakteristik Larutan

a. Konstanta disosiasi. Konstanta disosiasi digunakan untuk mengetahui Ph dalam proses


pembuatan sediaan steril. suatu asam larut dalam air, sebagian asam tersebut terurai
(terdisosiasi) membentuk ion hidronium dan basa konjugasinya. Hubungan dengan
pembuatan sediaan injeksi yaitu sediaan harus sesuai dengan pH yang hampir sama dengan
pH darah supaya jika obat di suntikkan dalam tubuh dan tercampur dalam darah maka tidak
terjadi nyeri. Dan efek terapinya tercapai.

b. Kelarutan. Semua sifat fisika atau kimia bahan aktif langsung atau tidak langsung akan
dipengaruhi oleh kelarutan. Dalam larutan ideal, kelarutan bergantung pada suhu lebur.
Hubungan dengan pembuatan sediaan injeksi yaitu sediaan harus larut dalam pembawanya
sehingga ketika sediaan tersebut di suntikkan efek terapinya bisa tercapai dengan cepat c.
Disolusi. Disolusi merupakan tahap pembatas laju absorbsi suatu obat menuju sirkulasi
sistemik.Uji ini digunakan untuk mengetahui waktu zat aktif mulai dilepaskan untuk
memperoleh kadar yang tinngi dalam darah. d. Stabilitas. Stabilitas fisika dan kimia dari
bahan aktif murni sangat perlu untuk dievaluasi karena jika terdapat keberadaan pengotor
dapat menyebabkan kesimpulan yang salah. Hubungan dengan pembuatan injeksi karena
pada sediaan injeksi keadaan harus steril dan bebas dari keberadaan pengotor. Studi
praformulasi pada dasarnya berguna untuk menyiapkan dasar yang rasional untuk
pendekatan formulasi, Untuk memaksimalkan kesempatan keberhasilan memformulasi
produk yang dapat diterima oleh pasien dan akhirnya menyiapkan dasar untuk
mengoptimalkan produksi obat dari segi kualitas dan penampilan.

2.2 PREFORMULASI BAHAN OBAT

R/ Neomisin sulfat 0,35 %

Benzalkonium klorida 0.01 %

Na metabisulfit 0,01 %

Dapar fosfat pH 7 qs

API ad 10 ml

NaCl ad isotonis

1.Data Zat Aktif:

a. Zat Aktif : Neomisin Sulfat Sinonim : Neomicyni sulfas BM : 614.6 Rumus molekul:
C23H46N6O13.H2SO4

1. Pemerian : Serbuk putih agak kuning / padatan kering mirip es; Tidak berbau / praktis tak
berbau; Higroskopis; Larutan memutar bidang polarisasi ke kanan.

2. Kelarutan : - Mudah larut dalam air (1:1) - sangat sukar larut dalam etanol - Tidak larut
dalam aseton, kloroform dan eter.

3. pH : 10% larutan dalam air mempunyai pH 5 -7,5

4. Stabilitas: - Neomisin merupakan kationik dan menjadi bentonit jika berikatan; bisa
memecah emulsi jika dengan adanya Na lauril sulfa dan mengendap dengan adanya gom.
(Martindale:1188). Disebutkan pula: Loss of activity: Neomycin was very much less activity
against Staphylococcus aureus in presence of magnesium trisilicate, acasia, tragacant, Na
alginat, pectin, bentonite, caolineand much less active with calamine, silica, metilcellulose,
CMC, mize starch, gelatin and polisorbat 80. The antimicrobial activity of Neomycin was
reduced in the presence of Vit. B complex & Vit. C - Neomisin peka terhadap oksidasi udara.
Setelah penyimpanan selama 24 bulan tidak terjadi kehilangan potensi (masih 99% dari
potensi asli). Serbuk neomisin sulfat stabil selama tidak kurang dari3 tahun pada suhu 20°C.
Neomisin sulfat dapat juga dipanaskan pada suhu 110°C selama 10 jam (yakni selama
sterilisasi kering), tanpa kehilangan potensinya, meskipun terjadi perubahan warna.
Neomisin cukup stabil pada kisaran pH 2,0 sampai 9,0. Menunjukkan aktivitas optimumnya
pada kira-kira pH 7,0. (Stabilitas kimiawi sediaan farmasi, Connors hal 525-532)

5.Incompatible: Tidak bercampur dengan substansi anionik dalam larutan, bisa menimbulkan
endapan, juga pada krim yang mengandung Na lauril sulfat. Tidak bercampur dengan garam
cephalotin dan garam novobiocin (Martindale;1188).

6. Farmakologi: Aktifitasnya adalah bakterisid dengan menembus dinding bakteri dan


mengikat diri pada ribosom didalam sel. Secara topikal digunakan unuk konjungtivitis dan
otitis media Penggunaan sebagai antibiotik pada infeksi mata biasanya 0,35 % dan 0,5 %.

7.Dosis : 0.35-0.5 % untuk mata b. Zat aktif : Benzalkonium klorida Sinonim : Benzalkonii
Chloridum BM : -

1. Pemerian : gel kental atau potongan seperti gelatin, putih atau putih kekuningan. Biasanya
berbau aromatik lemah. Larutan dalam air berasa pahit, jika dikocok sangat berbusa dan
biasanya sedikit alkali.

2. pH : -

3. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol, bentuk anhidrat mudah larut dalam
benzena dan agak sukar larut dalam eter. 4.Dosis : 0.01-0.1 % c. Zat aktif : Na metabisulfit
Sinonim : Dinatrium pirosulfit BM : 190,10 Rumus kimia : Na2S2O5 1. Pemerian : hablur
putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang dioksida. 2. Kemurnian : natrium
metabisulfit mengandung sejumlah Na2S2O5, setara dengan tidak kurang dari 65 % dan tidak
lebih dari 67.4 % SO2. 3. Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; sukar larut
dalam etanol. 4. Wadah : dalam wadah terisi penuh, tertutup rapat dan hindarkan dari panas
yang berlebihan. d.Zat aktif : Dapar Fosfat pH 7 e.Zat aktif : Natrium Klorida Sinonim :
natrii chloridum BM : 58.44 1. Pemerian : hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk
hablur putih; rasa asin. 2. pH : - 3. Kelarutan : mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah
larut dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol. 4. Wadah : dalam
wadah tertutup baik 5. Penandaan : cantumkan pada etiket, jika dimaksudkan untuk
penggunaan hemodialisa.

1 Dibuat sediaan tetes mata steril Membuat sediaan yang cocok untuk stabilitas zat aktif

• Sedian steril Volume Kecil • Sedian steril Volume Besar

Sedian steril Volume kecil Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan
salep terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam volume yang kecil

2 Rute pemberian untuk tetes mata steril Sediaan harus digunakan dengan rute pemberian
yang sesuai Rute pemberian yang benar Im Iv Guttae Guttae Karena pada umumnya,
pemberian obat tetes mata steril langsung diteteskan di balik kelopak mata.

3 Sediaan dibuat obat tetes mata steril Dapat tercampur dengan konsentrasi dalam tubuh
Dibuat sediaan yang bersifat Isotonis Hipotonis Hipertonis Isotonis Syarat sediaan tetes
mata steril harus berupa sediaan yang isotonis

4 Sediaan tidak boleh terbentuk kompleks logam Ditambahkan zat pengkhelat - dinatrium
edetat Dinatrium edetat Dipilih agar tidak terbentuk kompleks dengan logam wadah

5 Sediaan harus memiliki stabilitas yang terjaga selama penggunaan dan agar tidak ada
kemungkinan teroksidasi saat di sterilisasi Ditambahkan antioksidan BHT BHA Sodium
bisulfit Sodium bisulfit Merupakan antioksidan yang cocok untuk garamycin.

Ruang Steril

Ruang bersih adalah ruangan dengan keadaan terkontrol yang diperbolehkan untuk digunakan
sebagai ruang pembuatan sediaan obat steril (Badan POM RI, 2013). Untuk pembuatan
sediaan steril, dilakukan pada ruang kelas A, B, C, dan D (white area). Untuk pembuatan
sediaan obat non steril dilakukan pada kelas E (grey area) yang spesifikasi kebersihan
ruangannya tidak seketat ruang bersih untuk pembuatan sediaan obat steril.
tabel 2. 2 klasifikasi ruang bersih

Spesifikasi Ruang Bersih Penjelasan Peruntukan


Kelas A Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi,
misalnya zona pengisian, wadah tutup karet,
ampul dan vial terbuka, penyambungan
secara aseptis. Umumnya kondisi ini dicapai
dengan memasang unit aliran udara laminar
(laminar air flow) ditempat kerja. Sistem
udara laminar hendaklah mengalirkan udara
dengan kecepatan merata berkisar 0,36 –
0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja
dalam ruang bersih terbuka. Keadaan
laminar yang selalu terjaga hendaklah
dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara
searah berkecepatan lebih rendah dapat
digunakan pada isolator tertutup dan kotak
bersarung tangan.
Kelas B Untuk pembuatan dan pengisian secara
aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona Kelas A.
Kelas C dan D Area bersih untuk melakukan tahap proses
pembuatan dengan risiko lebih rendah

Kelas bersih, secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu daerah putih (white

area) atau kelas A, B, C dan D; daerah abu (grey area) atau kelas E; dan daerah hitam (black

area) atau kelas F. Semakin ke arah daerah putih, maka daerah tersebut semakin terkontrol
atau

semakin tinggi tingkat kebersihannya. Produksi sediaan obat steril dilakukan pada white area,

sementara grey area digunakan untuk perlakuan terhadap sediaan yang telah berada dalam
wadah primer sehingga tidak ada kontak langsung sediaan dengan lingkungan luar. Black
area

adalah area yang tidak terkontrol kebersihannya artinya tidak ditetapkan jumlah minimal

partikel viable maupun non viable yang ada pada ruangan tersebut. Dengan demikian,
memiliki

resiko kontaminasi yang cukup tinggi, dan tidak digunakan untuk proses pembuatan obat,

melainkan sebagai area ganti personel saja.

Grey area digunakan untuk memproses sediaan yang sudah tertutup rapat, misalnya

untuk kegiatan: Sterilisasi akhir (proses sterilisasi ketika sediaan obat sudah di-capping
/sudah

dalam keadaan tertutup rapat). Pengemasan sediaan dalam kemasan primer ke kemasan

sekunder.

3. Alat Sterilisasi

a. Sterilisasi uap

Penanganan dilakukan dengan uap air jenuh bertekanan tinggi dalam sterilisator uap yang

disebut autoclave pada daerah suhu 110-1400 C. Di dalam farmakope ditetapkan untuk

media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210 C kecuali dinyatakan lain.

b. Sterilisasi panas kering

Proses tersebut dilakukan dengan udara, yang dipanaskan dalam sterilisator udara panas

pada daerah suhu 160-2000 C. Waktu sterilisasi (waktu kerja) yang bergantung dari suhu

dapat diperoleh dari sebuah diagram atau untuk suhu tertentu, misalnya 1800 C dalam
waktu 15 atau 30 menit.

c. Sterilisasi gas

Pilihan sterilisasi gas sering dilakukan jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan

terhadap suhu tinggi pada proses sterilisasi uap atau panas kering. Bahan aktif yang

sering digunakan adalah etilen oksida. Keburukan dari bahan aktif ini antara lain sifatnya

yang sangat mudah terbakar, walaupun sudah dicampur dengan gas inert yang sesuai,

bersifat mutagenik, dan kemungkinan adanya residu toksik di dalam bahan yang

disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida. Proses sterilisasi pada umumnya

berlangsung di dalam bejana bertekanan yang di desain sama seperti pada autoclave,

tetapi dengan tambahan bagian khusus yang hanya terdapat pada alat sterilisasi yang

menggunakan gas.

d. Sterilisasi dengan radiasi pengionan

Untuk alat kesehatan yang tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan kekhawatiran

tentang keamanan etilen oksida mengakibatkan peningkatan penggunaan sterilisasi

radiasi. Tetapi cara ini juga dapat digunakan pada bahan obat dan bentuk sediaan akhir.

Keunggulan sterilisasi radiasi meliputi reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat

diukur dan kenyataan yang membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan lebih

sedikit. Teknik sterilisasi dengan radiasi hanya menimbulkan sedikit kenaikan suhu,

tetapi dapat mempengaruhi kualitas dan jenis plastik atau kaca tertentu. Ada dua jenis

radiasi ion yang digunakan yakni disintegrasi radioaktif dari radioisotope (radiasi
Gamma) dan radiasi berkas elektron.

e. Sterilisasi dengan penyaringan

Sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk larutan yang menggunakan bahan yang

dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandung dapat dipisahkan secara fisika.

Perangkat penyaring pada umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap

dirangkaikan pada wadah yang tidak permeable. Efektifitas dari penyaring media atau

penyaring substrat tergantung dari ukuran pori bahan dan dapat tergantung pada daya

absorpsi bakteri pada atau di dalam matriks penyaring atau tergantung pada mekanisme

pengayakan.

Penyaringan untuk tujuan sterilisasi umumnya dilaksanakan menggunakan rakitan yang

memiliki membrane dengan porositas minimal 0,2 mikron atau kurang. Berdasarkan

pada pembanding yang telah divalidasi untuk kurang dari 10’ suspense pseudomonas

diminta tiap cm2 dari luas permukaan penyaringan.

Klasifikasi ruangan bersih merujuk pada pengelompokan ruang berdasarkan tingkat


kebersihan udara yang terdapat di dalamnya. Klasifikasi ini bergantung pada jumlah partikel
udara berukuran tertentu yang diperbolehkan dalam volume udara tertentu. Berikut adalah
beberapa persyaratan umum, metode pemantauan, dan contoh penerapan klasifikasi ruang
bersih dalam berbagai kegiatan:

Persyaratan Umum:

1. Partikel Udara: Jumlah partikel udara berukuran tertentu per satuan volume adalah
kriteria utama dalam klasifikasi ruangan bersih. Kriteria ini biasanya dinyatakan
dalam jumlah partikel per meter kubik (e.g., partikel ≥0.5 µm atau ≥5.0 µm).
2. Tekanan: Tekanan udara antara ruangan-ruangan tertentu juga diatur untuk
mengendalikan aliran udara dan mencegah kontaminasi silang.
3. Sistem Ventilasi: Sistem ventilasi harus memenuhi persyaratan untuk mengontrol
arah dan kecepatan aliran udara, serta memastikan sirkulasi udara yang tepat.
4. Material dan Desain Bangunan: Material yang digunakan untuk konstruksi ruang
bersih dan desain bangunan harus memenuhi standar tertentu untuk meminimalkan
kontaminasi.

Pemantauan Ruang Bersih:

1. Pemantauan Partikel: Pengukuran jumlah partikel udara menggunakan alat


pemantau partikel.
2. Pemantauan Tekanan: Pengukuran tekanan udara menggunakan manometer atau
alat pengukur tekanan lainnya.
3. Pemantauan Sistem Ventilasi: Pengukuran laju aliran udara, penggantian udara,
suhu, kelembaban, dan sebagainya.

Contoh Penerapan Klasifikasi Ruang Bersih:

1. Industri Farmasi: Ruang produksi farmasi yang digunakan untuk pembuatan sediaan
steril memerlukan klasifikasi ruang bersih yang sangat tinggi (kelas A, B, C, dan D)
sesuai dengan GMP (Good Manufacturing Practice).
2. Industri Elektronik: Ruang produksi peralatan elektronik seperti chip dan perangkat
semikonduktor memerlukan klasifikasi ruang bersih yang sangat ketat untuk
memastikan kualitas produk.
3. Industri Makanan: Ruang produksi makanan yang memerlukan perlakuan khusus,
seperti produksi makanan bebas kontaminan, juga membutuhkan ruang bersih untuk
memastikan kebersihan produk.

Penerapan klasifikasi ruang bersih dalam berbagai kegiatan penting untuk memastikan bahwa
standar kebersihan dan kualitas tertinggi tercapai dalam lingkungan tersebut.

Ruangan pendukung, termasuk sistem air lock, merupakan bagian integral dari infrastruktur
ruang bersih yang dirancang untuk menjaga kebersihan dan mencegah kontaminasi dalam
lingkungan produksi yang sensitif. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai ruangan
pendukung dan sistem air lock:
Ruangan Pendukung:

1. Ruangan Ganti Pakaian: Ruangan ini digunakan oleh personel untuk mengganti
pakaian kerja dan peralatan pelindung pribadi sebelum memasuki area produksi.
Tujuannya adalah untuk mencegah kontaminasi dari pakaian luar atau barang bawaan
pribadi.
2. Gudang Bahan Baku: Ruangan ini digunakan untuk penyimpanan bahan baku dan
komponen yang akan digunakan dalam proses produksi. Ruangan ini juga harus
memenuhi standar kebersihan yang ketat untuk mencegah kontaminasi.
3. Ruang Pengemasan: Ruangan ini digunakan untuk proses pengemasan produk jadi
sebelum didistribusikan ke pasar. Kebersihan dan sterilisasi harus dipertahankan
untuk mencegah kontaminasi produk.
4. Ruang Persiapan: Ruangan ini digunakan untuk persiapan bahan baku sebelum
dimasukkan ke dalam proses produksi. Persiapan ini termasuk pengukuran,
pencampuran, dan proses awal lainnya.

gambar 2.1 1 ruang bersih

Sistem Air Lock:

Sistem air lock merupakan sistem pintu ganda yang digunakan untuk mengisolasi dua area
yang memiliki tingkat kebersihan yang berbeda, misalnya antara ruang bersih dan lingkungan
luar. Prinsipnya adalah mencegah masuknya udara atau partikel kontaminan dari luar ke
dalam ruangan bersih.

1. Ruangan Antara: Sistem air lock biasanya terdiri dari dua ruangan yang disebut
ruangan antara. Ruangan antara pertama berfungsi sebagai zona transisi di mana
personel dapat menghilangkan debu dan partikel kontaminan dari pakaian dan
peralatan sebelum memasuki ruangan bersih.
2. Pintu Ganda: Sistem air lock dilengkapi dengan pintu ganda yang memastikan
bahwa hanya satu pintu dapat terbuka pada satu waktu, sehingga mencegah aliran
udara atau partikel kontaminan dari ruang bersih ke lingkungan luar.
3. Pemantauan dan Kontrol: Sistem air lock sering dilengkapi dengan perangkat
pemantauan dan kontrol seperti sensor tekanan, sensor partikel udara, dan pengatur
suhu untuk memastikan bahwa kondisi lingkungan tetap sesuai dengan standar
kebersihan yang ditetapkan.

Penerapan ruangan pendukung dan sistem air lock sangat penting dalam menjaga kebersihan
dan keamanan lingkungan produksi yang sensitif seperti ruang bersih dalam industri farmasi,
elektronik, dan makanan.

Fasilitas Blow-Fill-Seal (BFS) adalah fasilitas produksi yang digunakan dalam industri
farmasi untuk memproduksi sediaan steril dalam kemasan sekali pakai yang terbuat dari
plastik. Metode ini terdiri dari tiga langkah utama: blow, fill, dan seal.

gambar 2.1 2 blow fill seal

Berikut adalah beberapa komponen dan proses yang umumnya ditemukan dalam fasilitas
Blow-Fill-Seal:

Komponen Utama:

1. Unit Blow-Fill-Seal (BFS): Ini adalah mesin utama yang digunakan dalam proses
pembuatan sediaan. Unit BFS terdiri dari beberapa bagian yang mengontrol proses
blowing (pembentukan kemasan), filling (pengisian produk), dan sealing (penutupan
kemasan).
2. Sistem Pemurnian Udara: Sistem ini menyediakan udara bersih yang diperlukan
untuk menjaga kebersihan lingkungan selama proses produksi.
3. Sistem Pengendalian Suhu dan Kelembaban: Fasilitas BFS dilengkapi dengan
sistem yang mengatur suhu dan kelembaban di dalam ruang produksi untuk
mempertahankan kondisi yang optimal untuk proses produksi.
4. Sistem Pemantauan dan Pengendalian Proses: Fasilitas BFS dilengkapi dengan
sistem pemantauan yang terus-menerus memantau berbagai parameter seperti
tekanan, suhu, kelembaban, dan waktu untuk memastikan bahwa proses produksi
berjalan dengan lancar.
5. Sistem Pemantauan dan Pengendalian Keamanan: Fasilitas BFS juga dilengkapi
dengan sistem keamanan yang mengontrol akses ke area produksi serta memberikan
perlindungan terhadap bahaya seperti kebakaran atau kebocoran gas.

Proses Produksi:

1. Blow (Pembentukan Kemasan): Pada tahap ini, polimer plastik dilelehkan dan
disuntikkan ke dalam cetakan untuk membentuk kemasan yang sesuai dengan bentuk
dan ukuran yang diinginkan.
2. Fill (Pengisian Produk): Setelah kemasan terbentuk, produk farmasi steril diisi ke
dalam kemasan dengan bantuan sistem pengisian otomatis yang terukur.
3. Seal (Penutupan Kemasan): Setelah pengisian selesai, kemasan dipanaskan pada
suhu yang cukup tinggi untuk mencairkan ujungnya dan menutup rapat, menciptakan
kemasan sekali pakai yang hermetis.

Keuntungan Fasilitas Blow-Fill-Seal:

1. Sterilitas: Proses yang sepenuhnya tertutup dan otomatis membuat sediaan tetap steril
dari awal hingga akhir.
2. Kemasan Sekali Pakai: Kemasan yang dihasilkan langsung terisi dan tersegel,
mengurangi risiko kontaminasi selama penggunaan oleh pasien.
3. Efisiensi Produksi: Proses yang terautomatisasi dan berkelanjutan memungkinkan
produksi dalam skala besar dengan biaya dan waktu yang efisien.
4. Kemasan yang Ringan dan Ringkas: Kemasan BFS sering kali lebih ringan dan
lebih kompak daripada kemasan tradisional, mengurangi biaya pengiriman dan
penyimpanan.
Fasilitas Blow-Fill-Seal sangat penting dalam industri farmasi untuk memproduksi sediaan
steril dalam kemasan yang aman, praktis, dan efisien.

Isolator dan laminar airflow adalah dua konsep yang berbeda, tetapi keduanya memiliki peran
penting dalam menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan dalam konteks fasilitas farmasi
atau laboratorium yang sensitif. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai keduanya:

Isolator:

Isolator adalah sistem tertutup yang dirancang untuk mengisolasi suatu proses atau produk
dari lingkungan eksternal, termasuk kontaminan. Isolator digunakan untuk melakukan operasi
di dalam ruang yang terkontrol secara ketat untuk memastikan bahwa produk atau proses
tersebut tidak terkontaminasi. Beberapa fitur isolator termasuk:

gambar 2.1 3 isolator

1. Kehalusan: Dinding isolator dilengkapi dengan permukaan yang halus dan tidak
berpori untuk mencegah penumpukan dan penyebaran kontaminan.
2. Sistem Ventilasi: Isolator dilengkapi dengan sistem ventilasi internal yang
memastikan bahwa udara di dalamnya tetap bersih dan steril.
3. Pengendalian Suhu dan Kelembaban: Isolator dilengkapi dengan sistem
pengendalian suhu dan kelembaban untuk menjaga kondisi lingkungan yang sesuai.
4. Sistem Pemantauan: Isolator dilengkapi dengan sistem pemantauan yang memantau
kondisi lingkungan dan memastikan bahwa kondisi sterilitas tetap terjaga.

Isolator sering digunakan dalam produksi sediaan steril dalam industri farmasi, di mana
kebersihan dan sterilitas sangat penting.
Laminar Airflow:

Laminar airflow adalah sistem ventilasi yang dirancang untuk menciptakan aliran udara
bersih yang secara konsisten mengalir dalam satu arah dengan kecepatan dan tekanan yang
stabil. Aliran udara ini bergerak dalam "lapisan" yang paralel dan sejajar, sehingga
mengurangi risiko kontaminasi silang antara area yang berbeda. Beberapa fitur laminar
airflow termasuk:

1. Filter HEPA: Udara yang dialirkan melalui laminar airflow melewati filter HEPA
(High Efficiency Particulate Air) yang menghilangkan sebagian besar partikel
mikroskopis.
2. Sistem Pengendalian: Laminar airflow dilengkapi dengan sistem pengendalian yang
memastikan kecepatan, tekanan, dan arah aliran udara tetap stabil.
3. Area Kerja Bersih: Laminar airflow digunakan di atas area kerja tertentu, seperti
meja atau bench, untuk menciptakan zona kerja yang bersih dan steril.

Laminar airflow sering digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, laboratorium kimia,


serta dalam proses produksi farmasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan
steril.

Alat-alat yang dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow yaitu:

1. Lampu alkohol/Bacti cinerator.


2. Wadah alkohol: botol/gelas piala ≥ 250 ml.
3. Pinset, skalpel, gunting, dan jarum.
4. Petri-dish steril.
5. Disceting Microscope, bila sedang isolasi meristim.
6. Kertas tissue/kapas.
7. Sprayer berisi alkohol 70% (tidak harus dalam cabinet).

Laminar Air Flow sering disebut juga sebagai Biological Safety Cabinet (BSC) yaitu alat
yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC/LAF mempunyai pola pengaturan dan
penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum
digunakan. Prosedur penggunaan BSC/FAL adalah sebagai berikut:
1. Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya matikan segera sebelum mulai
bekerja.
2. Pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah.
3. Nyalakan lampu neon dan blower.
4. Biarkan selama 5 menit.
5. Cuci tangan dan lengan dengan sabun gemisidal / alkohol 70 %.
6. Usap permukaan interior LAF/BSC dengan alkohol 70 % atau desinfektan yang cocok
dan biarkan menguap.
7. masukkan alat dan bahan yang akan dikerjakan, jangan terlalu penuh (overload)
karena memperbesar resiko kontaminan.
8. Atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke LAF/BSC sedemikian rupa sehingga
efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril.
9. Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alkohol tapi gunakan
yang berbahan bakar gas.
10. Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh aktivitas
kerja.
11. setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak keluar dari BSC
12. Usap permukaan interior LAF/BSC dengan alkohol 70 % dan biarkan menguap lalu
tangan dibasuh dengan desinfektan.
13. Matikan lampu neon dan blower.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Laminar Air Flow (LAF) adalah
sebagai berikut :

1. Jangan meletakkan lampu bunsen terlalu dekat dengan filter dan alkohol untuk
merendam peralatan kultur.
2. Jangan menumpuk alat-alat, botol-botol media, dan lain-lain benda di depan tempat
bekerja sehingga menghalangi aliran udara.
3. Jangan mencelupkan alat tanam dengan nyala api ke dalam alkohol (nyala api alkohol
yang terdapat pada alat tanam, tidak terlihat dengan jelas di tempat
yang terang HATI-HATI !!!).
4. Jangan mendekati lampu bunsen, dengan tangan yang baru disemprot alkohol atau
spiritus.
5. Bersihkan Laminar Air Flow Cabinet, setelah selesai bekerja. Jangan meninggalkan
botol bekas, kapas bekas, dan sebagainya di dalam LAF.

Prinsip Kerja dari Laminar Air Flow (LAF) adalah sebagai berikut :

1. Laminar Air Flow digunakan sebagai meja kerja steril untuk kegiatan inokulasi/
penanaman.
2. Laminar Air Flow mengutamakan adanya hembusan udara steril yang digerakkan oleh
blower yang disaring oleh HEPA Filter.
3. Sebelum dioperasikan Laminar Air Flow harus dinyalakan minimal 30 menit dan
harus dilakukan penyemprotan dengan alcohol agar alat dan ruang kerja tersebut
terjamin kesterilannya.
4. Pada saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan blowernya yang berfungsi
sebagai penghembus udara steril dan lampu TL sebagai penerang.
5. Agar Laminar Air Flow dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaan dan perawatan
alat harus selalu dilakukan.

Cara Perawatan Laminar Air Flow (LAF) :

Apabila Laminar Air Flow Cabinet selesai dipergunakan, untuk langkah perawatannya yaitu
antara lain :

1. Membersihkan semua sisa potongan eksplan dengan tissue.


2. Bakarlah (pisau scalpel, pinset) dengan menyemprotkan terlebih dahulu dengan
alkohol 95% dan tempatkan kembali dalam keadaan siap pakai.
3. Matikan blower dengan memijit tombol “off”.
4. Semprotkan ruang kerja dengan alkohol.
5. Tutup kembali pintu Laminar Air Flow Cabinet.
6. Matikan lampu TL.
7. Nyalakan kembali lampu UV.

Salah satu faktor yang menentukan di dalam keberhasilan kita melakukan insisiasi kultur
jaringan (mensterilkan bahan eksplan yang berasal dari luar) adalah kuliatas Laminar Air
Flow (LAF), Kualitas LAF ditentukan pada bahan lapisan (filter yang digunakan dalam
laminar tersebut.)
Kebanyakan produk LAF di dalam negri hanya menggunakan filter plakton yang mempunyai
kemampuan menyaring benda hanya sampai beberapa um (mikrometer) saja. Sehingga dalam
pelaksanaannya hasil kerja LAF tersebut tidak optimal. Kemudian ada juga yang kualitasnya
sudah cukup baik, yaitu sudah menggunakan filter steril yang memang khusus untuk
menyaring mikroba. Filter steril ini namanya HEPA dan ternyata yang digunakan banyak
oleh produk lokal adalah HEPA yang kualiatas dua atau dengan kemampuan menyaring 75%

Ada filter steril yang daya saringnya sangat tinggi dan biasanya digunakan untuk laminar
berstandar internasional, yaitu yang menggunakan HEPA dengan kemampuan menyaring
sangat tinggi yaitu 99.99%. Pada kondisi ini semua partikel bahkan bau pun akan tersaring
sehingga benar-benar kemampuan kerja LAF tersebut sangat dapat diandalkan.

BANGUNAN DAN FASILITAS

PRINSIP
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak
yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan
pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa
untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta
memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan
mutu obat.

UMUM
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari
lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil
tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.

Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat sedemikian
agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari
tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.
Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama.

Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu,
didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah
disimpan.

Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan,
koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi.
Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan
serta perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut
tidak memengaruhi mutu obat.

Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak
mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan /
ketelitian fungsi dari peralatan.

Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :


a) kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana
yang sama atau sarana yang berdampingan; dan
b) pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan
bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang
diproses.

Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang tidak berkepentingan
masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan
sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut.

Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:

• penerimaan bahan;
• karantina barang masuk;
• penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas;
• penimbangan dan penyerahan bahan atau produk;
• pengolahan;
• pencucian peralatan;
• penyimpanan peralatan;
• penyimpanan produk ruahan;
• pengemasan;
• karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;
• pengiriman produk; dan
• laboratorium pengawasan mutu.

AREA PENIMBANGAN
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara penimbangan
hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan
tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.

AREA PRODUKSI
Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi pencemaran silang, suatu
sarana khusus dan self-contained harus disediakan untuk produksi obat tertentu seperti
produk yang dapat menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat
biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika tertentu, hormon
tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif tertentu
berpotensi tinggi, dan produk nonobat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam
kasus pengecualian, bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara
‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah mengambil tindakan
pencegahan yang spesifik dan validasi yang diperlukan telah dilakukan.

Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida dan herbisida tidak
boleh dibuat di fasilitas pembuatan produk obat.

Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk:


a) memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu
ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan
yang dipersyaratkan;
b) mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan
c) memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif terlaksana.

Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur
dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara
produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan
memperkecil risiko terlewat atau salah melaksanakan tahapan proses produksi atau
pengawasan.

Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana terdapat bahan
baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke
lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan
partikulat, serta memung-kinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah
dan efektif.

Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya
rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan.
Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.

Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah didesain dan
dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan.
Untuk kepentingan perawatan, sedapat mungkin instalasi sarana penunjang seperti ini
hendaklah dapat diakses dari luar area pengolahan.

Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi
digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan
pembersihan menyeluruh.

Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah dihindarkan.
Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut
hendaklah dibuat dan diikuti.

Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.

Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi bak kontrol untuk
mencegah alir balik. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah
dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi.

Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem pengendali
udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan
pencemaran silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai
kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan
dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur
baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap
spesifikasi yang dirancang sebelumnya.

KLASIFIKASI KEBERSIHAN RUANG PEMBUATAN OBAT


Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan sesuai
dengan jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan

Ruangan lain yang tidak diklasifikasikan sesuai Butir 3.22 di atas, hendaklah dilindungi
sesuai tingkat perlindungan yang diperlukan.

Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu (misalnya pada saat pengambilan
sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan pengolahan bahan atau produk,
pengemasan produk kering), memerlukan sarana penunjang khusus untuk mencegah
pencemaran silang dan memudahkan pembersihan.

Fasilitas pengemasan produk obat hendaklah didesain spesifik dan ditata sedemikian rupa
untuk mencegah kecampurbauran atau pencemaran silang.

Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama di mana


pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.

Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang kegiatan


tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi obat.

Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya
kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian rupa
sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar. Pintu di dalam
area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran silang hendaklah selalu
ditutup apabila sedang tidak digunakan.

AREA PENYIMPANAN
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untukmenyimpan dengan
rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang
telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik
dari peredaran.

Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi


penyimpanan yang baik; terutama area tersebut hendaklah bersih, kering dan mendapat
penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu yang ditetapkan.

Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban) dibutuhkan, kondisi tersebut
hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat di mana diperlukan.

Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan perlindungan bahan
dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi dengan
peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu sebelum
dipindahkan ke tempat penyimpanan.
Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka area
tersebut hendaklah diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi
personil yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina barang secara
fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara.

Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk pengambilan
sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di area penyimpanan, maka
pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran atau
pencemaran silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi ruang pengambilan sampel
hendaklah tersedia.

Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang
ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.

Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain, dan zat atau
bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan, kebakaran atau ledakan
hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya. Obat narkotik dan obat berbahaya
lain hendaklah disimpan di tempat terkunci.

Bahan pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran produk
menurut penandaannya. Perhatian khusus hendaklah diberikan dalam penyimpanan bahan ini
agar
terjamin keamanannya. Bahan label hendaklah disimpan di tempat terkunci.

AREA PENGAWASAN MUTU


Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area pengujian
biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.

Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.
Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah pencampurbauran dan pencemaran silang.
Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku
pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.

Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi perlindungan instrumen
terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila
perlu untuk mengisolasi instrumen.

Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan konstruksi yang dipakai,


ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara ke laboratorium hendaklah
dipisahkan dari pasokan ke area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang
terpisah untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.
SARANA PENDUKUNG
Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium
pengawasan mutu.

Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan
dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung
dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan
langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah.

Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah dari area
produksi. Apabila suku cadang, asesori mesin dan perkakas bengkel disimpan di area
produksi, hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan alat tersebut.

Sarana pemeliharaan hewan hendaklah diisolasi dengan baik terhadap area lain dan
dilengkapi pintu masuk terpisah (akses hewan) serta unit pengendali udara yang terpisah
BAB 3
Kesimpulan

Praformulasi sangat penting dilakukan dalam setiap pengembangan sediaan farmasi


karena meliputi penelitian farmasetik dan analitik bahan obat untuk menunjang proses
pengembangan formulasi. Sifat suatu sediaan dapat mempengaruhi secara bermakna
kecepatan onset efek terapi dari suatu obat, lamanya efek tersebut, dan bentuk pola
absorbsi yang dicapai. Oleh karena itu pengembangan praformulasi dan formulasi
untuk suatu produk steril harus diintregasikan secara hati hati dengan pemberian yang
dimaksud pada seorang pasien.
Sifat kimia dan fisika suatu obat harus ditentukan, interaksinya dengan tiap bahan
yang diinginkan harus dikaji, dan efek dari masing - masing tahap kestabilannya harus
diselidiki dan dimengerti. Kontaminasi fisika dan kimia tidak hanya menyebabkan
iritasi kejaringan tubuh, tetapi jumlah kontaminasi yang sangat kecil tersebut juga
dapat menyebabkan degradasi produk sebagai hasil dari perubahan kimia, khususnya
selama waktu pemanasan bila digunakan sterilisasi panas. Organoleptis
Organoleptis adalah studi praformulasi yang harus dilakukan untuk mengetahui
pemerian zat aktif terdiri dari warna, bentuk, aroma dan rasa zat aktif dengan
menggunakan terminologi deskriptif. Uji organoleptis sangat berguna dalam
melakukan identifikasi awal mengenai suatu zat yang akan dibuat suatu sediaan. Uji ini
dilakukan dengan tujuan mengetahui bentuk dari bahan yang akan digunakan dalam
formulasi, agar tidak salah dalam mengambil bahan-bahan untuk formulasi. Dalam
menentukan zat yang akan digunakan, dapat mengamatinya dari segi bentuk, warna,
rasa juga aroma
A. Karena hal yang akan dilihat pertama kali adalah warna dari bahan-bahan
itu.Warna biasanya merupakan fungsi inheren kimia obat karena terkait dengan
ketidakjenuhan. Setelah menentukan warna, biasanya yang dilihat terlebih dahulu
adalah bentuk dari bahan itu. Bau / Aroma Sebagian zat memiliki aroma yang khas dan
kemungkinan bau yang inheren (terkait) dengan keberadaan gugus fugsional yang
terdapat dalam molekul obat. Analisis fisikokimia
Data analitik zat aktif, yang mencakup data kualitatif, data kuantitatif dan kemurnian.
Data kualitatif dan data kuantitatif Analisis ini merupakan bagian penting dalam studi
praformulasi yaitu untuk penetapan identitas dan kadar zat aktif. Penetapan kadar zat
aktif biasanya dilakukan dengan metode spektrofotometri, kromatografi gas,
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKK), titrasi kompleksometri, asam basa,
argentometri, iodometri, dan sebagainya. Penetapam kadar dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kadar dari zat aktif yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan.
Metode lain yang berguna dalam menilai kemurnian adalah analisis termal gravimetri
dan diferensial. Mengetahui kemurnian suatu bahan dimaksudkan untuk agar bahan
aktif atau bahan tambahan yang digunakan tidak mengalami kontaminan sehingga
sediaan steril yang dihasilkan memiliki efek terapi yang maksimal.
Dari struktur molekul, peneliti dapat membuat penilaian awal menyangkut sifat
potensial dan reaktivitas fungsional dari molekul bahan aktif obat.
Suhu lebur suatu bahan secara termodinamika didefinisikan sebagai suhu dimana fase
cair dan padat berada dalam kesetimbangan. Penentuan suhu lebur merupakan
indikasi pertama dari kemurnian bahan karena keberadaan jumlah relative kecil
pengotor dapat terdeteksi dengan penurunan atau pelebaran suhu lebur.
Senyawa dikatakan higroskopis jika senyawa tersebut menarik / mengambil
kelembapan dan suhu pada kondisi spesifik dalam jumlah signifikan. Tingkat
higroskopis yang tinggi dapat mempengaruhi efek yang tidak dikehendaki dari sifat
fisika dan kimia suatu bahan obat yang menyebabkan terjadinya perubahan sehingga
secara farmasetik sulit atau tidak mungkin dilakukan penanganan secara memuaskan
Spectra absorben. Jika bekerja dengan suatu senyawa yang aktif secara optic selama
penelitian praforlmulasi, maka sangat penting untuk memantau rotasi optic tersebut
karena penentuan kuantitatif secara kimia saja tidak cukup. Uraian fisik dari suatu
obat sebelum pengembangan bentuk sediaan penting untuk dipahami, kebanyakan zat
obat yang digunakan sekarang adalah bahan padat. Kebanyakan obat tersebut
merupakan senyawa kimia murni yang berbentuk amorf atau kristal. Untuk
mengembangkan bentuk sediaan maka perlu diketahui tentang uraian fisik suatu
bahan agar mempermudah dalam menentukan metode membuat sediaan. Pengujian
mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan suatu tahap penting dalam kerja
(penelitian) praformulasi. Pengujian ini memberikan indikasi atau petunjuk tentang
ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal. Sehingga pada saat
pembuatan sediaan tetes mata akan diketahui ukuran partikel jika memang bentuk
sediaan adalah suspense
c. Ukuran partikel zat yang larut dalam air tidak merupakan masalah kecil, kecuali
dalam bentuk agregat besar, tetapi adakalanya diperlukan untuk meningkatkan
kecepatan pelarutan untuk mengurangi waktu proses manufaktur. Karakteristik
morfologi bahan aktif obat direkam melalui sketsa atau yang lebih teliti melalui
fotomikrograf, merupakan dokumen permananen untuk dibandingkan dengan bets
selanjutnya.
Sifat-sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh distribusi ukuran
partikel, termasuk laju disolusi obat, bioavailabilitas, keseragaman isi, rasa, tekstur,
warna dan kestabilan. Sifat-sifat seperti karateristik aliran dan laju sedimentasi juga
merupakan faktor-faktor penting yang berhubungan dengan ukuran partikel. Ukuran
partikel dari zat murni dapat mempengaruhi formulasi produk. Keseragaman isi dalam
bentuk sediaan padat sangat tergantung kepada ukuran partikel dan distribusi bahan
aktif pada seluruh formulasi yang sama. Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi
Koefisien Partisi Merupakan ukuran lipofilisitas dari suatu senyawa. Diukur dengan
menetapkan konsentrasi kesetimbangan suatu obat dalam suatu fasa air (biasanya air)
dan suatu fasa minyak (biasanya oktanol atau chloroform) yang satu dengan lainnya
berkontak pada suhu konstan. Karena hal ini maka perlu mengetahui koefisien partisi
dari suatu obat. Khusus untuk obat yang bersifat larut air maka perlu pula diketahui
konstanta disosiasi agar diketahui bentuknya molekul atau ion. Polimerfisme Suatu
formulasi yang penting adalah bentuk kristal atau bentuk amorf dari zat obat tersebut.
Bentuk-bentuk polimorfisme biasanya menunjukkan sifat fisika kimia yang berbeda
termasuk titik leleh dan kelarutan. Kelarutan Suatu sifat kimia fisika yang penting dari
suatu zat obat adalah kelarutan, terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus
memiliki kelarutan dalam air agar manjur dalam terapi. Agar suatu obat masuk
kedalam sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu efek terapeutik, obat pertama-tema
harus berada dalam bentuk larutan. Dalam pembuatan sediaan injeksi kelarutan
sangat penting untuk pengembangan larutan yang dapat disuntikkan baik secara
intravena maupun intramuscular. Garam asam atau basa mempresentasikan kelompok
obat yang dapat mencapai kelarutan obat dalam air yang dibutuhkan. Kelas obat lain,
baik berupa molekul netral maupun asam atau basa sanagt lemah umumnya tidak
dapat disolubilisasi dalam air dalam rentang pH yang sesuai, sehingga memerlukan
penggunaan pelarut non air seperti PEG 300 dan 400, propilen glikol, gliserol,
etilalkohol, minyak lemak, etiloleat, dan benzilbenzoat. Disolusi Perbedaan aktivitas
biologis dari suatu zat obat mungkin diakibatkan oleh laju disolusi. Laju disolusi
adalah waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarut dalam cairan pada tempat
absorpsi. Untuk obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padatan, laju disolusi
adalah tahap yang menentukan laju absorpsi. Kestabilan Salah satu aktivitas yang
paling penting dalam praformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika dari zat obat
murni. Pengkajian praformulasi yang dihubungkan dengan fase praformulasi termasuk
kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan padat, kestabilan fase larutan dan kestabilan
dengan adanya bahan penambah. Ketidak stabilan kimia dari zat obat dapat
mengambil banyak bentuk, karena obat-obat yang digunakan sekarang adalah dari
konstituen kimia yang beraneka ragam. Secara kimia, zat obat adalah alcohol, fenol,
aldehid, keton, ester-ester, asam-asam, garam-garam, alkaloid, glikosida, dan lain-lain.
Konstanta disosiasi digunakan untuk mengetahui Ph dalam proses pembuatan sediaan
steril. suatu asam larut dalam air, sebagian asam tersebut terurai (terdisosiasi)
membentuk ion hidronium dan basa konjugasinya. Hubungan dengan pembuatan
sediaan injeksi yaitu sediaan harus sesuai dengan pH yang hampir sama dengan pH
darah supaya jika obat di suntikkan dalam tubuh dan tercampur dalam darah maka
tidak terjadi nyeri. Semua sifat fisika atau kimia bahan aktif langsung atau tidak
langsung akan dipengaruhi oleh kelarutan. Hubungan dengan pembuatan sediaan
injeksi yaitu sediaan harus larut dalam pembawanya sehingga ketika sediaan tersebut
di suntikkan efek terapinya bisa tercapai dengan cepat c. Disolusi merupakan tahap
pembatas laju absorbsi suatu obat menuju sirkulasi sistemik.Uji ini digunakan untuk
mengetahui waktu zat aktif mulai dilepaskan untuk memperoleh kadar yang tinngi
dalam darah. Stabilitas fisika dan kimia dari bahan aktif murni sangat perlu untuk
dievaluasi karena jika terdapat keberadaan pengotor dapat menyebabkan kesimpulan
yang salah.
Daftar Pustaka

Apt, o. s. (2021). farmasetika sediaan steril. In A. p. M.PH, petunjuk praktikum farmasetika sediaan
steril (pp. 5-6). yogyakarta: akademi farmasi indonesia.

EKA INDRA SETYAWAN, S. M. (2016). formulasi dan teknologi sediaan steril. bali: universitas udayana.

famed calibration. (2024, january). laminar airflow. komite akreditasi nasional, pp. 1-10.

Anda mungkin juga menyukai