Bacaan Injil : Yoh.14:21-26 Evangelisasi: Ketaatan dalam Karya Ketaatan dalam menjalankan tugas atau tanggungjawab baik oleh imam, maupun awam adalah teladan hidup yang harusnya berakar dalam diri setiap orang kristiani. Ketaatan mengandaikan: totalitas pemberian diri, pengingkaran diri (dari hal-hal manusiawi yang cenderung melawan model hidup Kristus) dan tentunya setia serta bertanggungjawab. Secara singkat dan sederhana, ketaatan melampaui tuntutan kodrati manusia; ketaatan menjauhkan manusia dari sikap memusatkan diri pada ego dan bersandar pada model asketis Yesus yang tidak ‘gila’ kekuasaan. Sedikit bersebrangan dengan itu, terkadang orang menilai bahwa seruan dan perintah iman tentang ketaatan adalah racun terbesar yang memberbudak manusia (menjadikan manusia bermental ‘hamba’). Namun, justru mempertebal pesimistis manusia; bahwa manusia tidak pernah akan melampau apa yang ada di luar dari kodrat manusia yang pada dasarnya mempunyai hasrat ‘berkuasa’; dan jika demikian halnya, manusia hanyalah menjadi budak atas perintah kedagingan manusia yang menjerumuskannya pada pencobaan ‘kekuasaan’, sebagaimana Kristus digoda di padang gurun. Maka, sebenarnya ‘kekuasaan’ adalah lawan sepadan dari ‘ketaatan’dan ‘ketaatan’ adalah bagian yang sering dipandang remeh oleh manusia. Lantas demikian, apakah dengan taat kita sudah menggantung dan menjatuhkan harga diri kita? Sekiranya, refleksi iman tentang ketaatan dimulai dari kisah Paulus dan Barnabas dalam Kis. 14:5-18. Kisah dimulai dari panorama di salah satu kota kuno di Asia kecil yang disebut Ikonium, kemudian ‘bergeser’ ke Liakonia. Dalam keseluruhan teks ini memang mengisahkan bagaimana Paulus dan Barnabas menjalankan tugas mereka sebagai rasul; namun ada penekanan khusus untuk teks bacaan hari ini yang mengisahkan tentang tantangan hidup mereka dalam menjalankan tugas dan misi. Salah satu tantangan terberat yang sekiranya menjadi tantangan juga dalam dunia modern adalah ‘kesulitan para rasul dalam meng-input pesan-pesan injil kedalam konteks kultur atau zaman tersebut. Selain itu juga, ada kesulitan dari Paulus dan Barnabas Ketika berhadapan dengan orang-orang Yahudi. Sehingga, dalam teks tersebut, dikisahkan bahwa Paulus dan Barnabas dilempari dengan batu. Ini merupakan bukti kuat yang menggambarkan sikap penolakan orang-orang Yahudi terhadap mereka. Pada poin kedua, Ketika Paulus dan Barnabas memasuki Listra dan Derbe, mereka diidentikkan dengan dewa-dewa ‘profan’ hellenis, seperti: Paulus diidentikkan dengan dewa Hermes yang jika dilihat dari konteks mitologi Yunani, Paulus adalah pembawa pesan Ilahi dari Allah kepada manusia. Sedangkan Barnabas diidentikkan dengan dewa Zeus yang berdasarkan Theogonia karya Hesiodos, Barnabas adalah raja dari para dewa. Untuk mengatasi ‘ketegangan’ dan kesalahpahaman dari orang-orang di Listra dan Derbe, Barnabas menyerukan bahwa mereka adalah manusia biasa yang datang untuk membawa injil. Sekiranya, Barnabas menekankan posisi mereka sebagai hamba Allah dan bukan dewa-dewa. Penekanan Barnabas ini dapat dipahami sebagai usaha dalam memberikan pemahaman tentang makna ‘hamba Allah’ yang parallel dengan makna ketaatan dan dewa sebagai representasi profan dari manusia super (extra-ordinary human) yang parallel dengan kekuasaan atau kelebihan yang melampaui manusia normal. Lebih lanjut dalam refleksi tentang ketaatan ini, bacaan injil hari ini pun mengungkapkan hal yang sama. Namun, pokok dan pesan Yesus dalam bacaan injil hari ini mempunyai makna mendalam dan ditujukan bagi orang-orang yang taat kepada Yesus Kristus. Dalam bacaan injil hari ini, Yesus memberikan satu model keutamaan Kristiani, yakni: kasih. Ia menekankan bahwa orang yang taat mengamalkan injil adalah orang yang mengasihi Yesus sendiri. “barangsiapa yang memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi aku” (Yoh.14:21). Di sini, Tuhan Yesus menunjukkan relasi ‘kasih’ yang multidimensional sekaligus ‘multipersonal.’ Ia menghubungkan bahwa siapa yang mengasihi Dia berarti mengasihi pula Bapa-Nya dan dia akan dikasihi pula oleh Bapa (bdk. Yoh. 14:21). Yesus Kristus-pun menjelaskan relasi antara manusia dengan Titunggal: relasi dengan anak, dengan Bapa yang kemudian mendatangkan Roh Kudus yang mendiami diri orang itu (bdk. Yoh. 14:23). Selain itu, ciri khas bacaan injil hari ini dalam membahas seputar tema ketaatan seperti yang sudah dibahas dalam bacaan pertama diperluas oleh Yesus Kristus; jika dalam bacaan pertama, konteks ketaatan pada orang-orang yang mewartakan injil, seperti Paulus dan Barnabas, maka dalam bacaan injil konteks dan pembicaraan tentang ketaatan diperluas bagi siapa saja yang mendengarkan injil dan mengaplikasikan pesan-pesan injil dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia saat ini, tantangan hidup menjadi sangat kompleks. Sikap ketaatan hanya ditujukan bagi para pemimpin, baik pemimpin negara maupun pemimpin agama. Pesan-pesan injil hari ini mengungkapkan model ketaatan yang melampaui ketaatan-ketaatan tersebut. Sikap ketaatan dalam bacaan-bacaan hari ini adalah ketaatan dalam mengamalkan sabda Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, ada tiga instruksi praktis dalam bacaan hari ini yang menjadi subtema ketaatan hidup Kristiani: membaca atau mendengar sabda Tuhan (lectio), merefleksikan (meditatio) dan mengaplikasikan dalam kehidupan (aplicatio atau action). (Fr. Pedro Babys)