Anda di halaman 1dari 2

Senin, 29 April 2024

Bacaan Pertama : Kis. 14:5-18


Bacaan Injil : Yoh.14:21-26
Evangelisasi: Ketaatan dalam Karya
Ketaatan dalam menjalankan tugas atau tanggungjawab baik oleh imam, maupun awam
adalah teladan hidup yang harusnya berakar dalam diri setiap orang kristiani. Ketaatan
mengandaikan: totalitas pemberian diri, pengingkaran diri (dari hal-hal manusiawi yang
cenderung melawan model hidup Kristus) dan tentunya setia serta bertanggungjawab. Secara
singkat dan sederhana, ketaatan melampaui tuntutan kodrati manusia; ketaatan menjauhkan
manusia dari sikap memusatkan diri pada ego dan bersandar pada model asketis Yesus yang
tidak ‘gila’ kekuasaan.
Sedikit bersebrangan dengan itu, terkadang orang menilai bahwa seruan dan perintah
iman tentang ketaatan adalah racun terbesar yang memberbudak manusia (menjadikan manusia
bermental ‘hamba’). Namun, justru mempertebal pesimistis manusia; bahwa manusia tidak
pernah akan melampau apa yang ada di luar dari kodrat manusia yang pada dasarnya mempunyai
hasrat ‘berkuasa’; dan jika demikian halnya, manusia hanyalah menjadi budak atas perintah
kedagingan manusia yang menjerumuskannya pada pencobaan ‘kekuasaan’, sebagaimana
Kristus digoda di padang gurun. Maka, sebenarnya ‘kekuasaan’ adalah lawan sepadan dari
‘ketaatan’dan ‘ketaatan’ adalah bagian yang sering dipandang remeh oleh manusia. Lantas
demikian, apakah dengan taat kita sudah menggantung dan menjatuhkan harga diri kita?
Sekiranya, refleksi iman tentang ketaatan dimulai dari kisah Paulus dan Barnabas dalam
Kis. 14:5-18. Kisah dimulai dari panorama di salah satu kota kuno di Asia kecil yang disebut
Ikonium, kemudian ‘bergeser’ ke Liakonia. Dalam keseluruhan teks ini memang mengisahkan
bagaimana Paulus dan Barnabas menjalankan tugas mereka sebagai rasul; namun ada penekanan
khusus untuk teks bacaan hari ini yang mengisahkan tentang tantangan hidup mereka dalam
menjalankan tugas dan misi.
Salah satu tantangan terberat yang sekiranya menjadi tantangan juga dalam dunia modern
adalah ‘kesulitan para rasul dalam meng-input pesan-pesan injil kedalam konteks kultur atau
zaman tersebut. Selain itu juga, ada kesulitan dari Paulus dan Barnabas Ketika berhadapan
dengan orang-orang Yahudi. Sehingga, dalam teks tersebut, dikisahkan bahwa Paulus dan
Barnabas dilempari dengan batu. Ini merupakan bukti kuat yang menggambarkan sikap
penolakan orang-orang Yahudi terhadap mereka.
Pada poin kedua, Ketika Paulus dan Barnabas memasuki Listra dan Derbe, mereka
diidentikkan dengan dewa-dewa ‘profan’ hellenis, seperti: Paulus diidentikkan dengan dewa
Hermes yang jika dilihat dari konteks mitologi Yunani, Paulus adalah pembawa pesan Ilahi dari
Allah kepada manusia. Sedangkan Barnabas diidentikkan dengan dewa Zeus yang berdasarkan
Theogonia karya Hesiodos, Barnabas adalah raja dari para dewa. Untuk mengatasi ‘ketegangan’
dan kesalahpahaman dari orang-orang di Listra dan Derbe, Barnabas menyerukan bahwa mereka
adalah manusia biasa yang datang untuk membawa injil. Sekiranya, Barnabas menekankan posisi
mereka sebagai hamba Allah dan bukan dewa-dewa. Penekanan Barnabas ini dapat dipahami
sebagai usaha dalam memberikan pemahaman tentang makna ‘hamba Allah’ yang parallel
dengan makna ketaatan dan dewa sebagai representasi profan dari manusia super (extra-ordinary
human) yang parallel dengan kekuasaan atau kelebihan yang melampaui manusia normal.
Lebih lanjut dalam refleksi tentang ketaatan ini, bacaan injil hari ini pun mengungkapkan
hal yang sama. Namun, pokok dan pesan Yesus dalam bacaan injil hari ini mempunyai makna
mendalam dan ditujukan bagi orang-orang yang taat kepada Yesus Kristus. Dalam bacaan injil
hari ini, Yesus memberikan satu model keutamaan Kristiani, yakni: kasih. Ia menekankan bahwa
orang yang taat mengamalkan injil adalah orang yang mengasihi Yesus sendiri. “barangsiapa
yang memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi aku” (Yoh.14:21). Di
sini, Tuhan Yesus menunjukkan relasi ‘kasih’ yang multidimensional sekaligus ‘multipersonal.’
Ia menghubungkan bahwa siapa yang mengasihi Dia berarti mengasihi pula Bapa-Nya dan dia
akan dikasihi pula oleh Bapa (bdk. Yoh. 14:21). Yesus Kristus-pun menjelaskan relasi antara
manusia dengan Titunggal: relasi dengan anak, dengan Bapa yang kemudian mendatangkan Roh
Kudus yang mendiami diri orang itu (bdk. Yoh. 14:23).
Selain itu, ciri khas bacaan injil hari ini dalam membahas seputar tema ketaatan seperti
yang sudah dibahas dalam bacaan pertama diperluas oleh Yesus Kristus; jika dalam bacaan
pertama, konteks ketaatan pada orang-orang yang mewartakan injil, seperti Paulus dan Barnabas,
maka dalam bacaan injil konteks dan pembicaraan tentang ketaatan diperluas bagi siapa saja
yang mendengarkan injil dan mengaplikasikan pesan-pesan injil dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam dunia saat ini, tantangan hidup menjadi sangat kompleks. Sikap ketaatan hanya
ditujukan bagi para pemimpin, baik pemimpin negara maupun pemimpin agama. Pesan-pesan
injil hari ini mengungkapkan model ketaatan yang melampaui ketaatan-ketaatan tersebut. Sikap
ketaatan dalam bacaan-bacaan hari ini adalah ketaatan dalam mengamalkan sabda Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka, ada tiga instruksi praktis dalam bacaan hari ini yang menjadi
subtema ketaatan hidup Kristiani: membaca atau mendengar sabda Tuhan (lectio), merefleksikan
(meditatio) dan mengaplikasikan dalam kehidupan (aplicatio atau action). (Fr. Pedro Babys)

Anda mungkin juga menyukai