Anda di halaman 1dari 4

Metode syarah hadis

Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang artinya jalan atau suatu cara untuk mencapai tujuan
tertentu.

Dalam buku Metodologi Syarah Hadis yang ditulis oleh Muhammad Alfatih Suryadilangga, beliau
membagi metode syarah hadis menjadi 3 bagian yakni metode tahlili (analitis), metode ijmali (global),
dan metode muqarin (komparasi). Kemudian dilengkapi dengan tambahan satu metode yang terdapat
daalam buku Methode Syarah Hadis karangan Ulin Ni’am Masruri yakni metode maudhu’I (tematik).

Berikut adalah penjelasan mengenai 4 metode syarah hadis:

1. Metode Tahlili (Analitis)

Tahlili berasal dari bahasa Arab hallala yuhallilu tahlil yang artinya menganalisis, menjelaskan atau
menguraikan.

Pengertian syarah hadis yang menggunakan metode tahlili ialah mengurai, menganalisis, dan
menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam hadis Nabi Muhammad SAW dengan
memaparkan aspek-aspek yang terkandung didalamnya atas keahlian dan kecenderungan
pensyarah.

Metode ini menjelaskan makna hadis secara berurutan dengan mengikuti sistematika buku induk
hadis yang disyarahkan.

Penjelasan ini menyangkut beberapa aspek yang terkandung dalam hadis seperti kosa kata, konotasi
kalimat, asbabul wurud/ sebab munculnya hadis (jika ada), kaitannya dengan hadis lain, dan
pendapat-pendapat yang masih berkaitan dengan hadis tersebut baik itu dari para sahabat, para
.tabi’in maupun para ulama ahli hadis

.Adapun ciri-ciri kitab syarah hadis yang menggunakan metode tahlili yakni sebagai berikut

a. Pensyarahan dan penjelasan yang terdapat dalam hadis tersebut diuraikan secara komprehensif
dan menyeluruh
b. Dalam pensyarahannya, hadis dijelaskan secara berurutan mulai dari kata demi kata, kalimat
demi kalimat serta asbabul wurud hadis tersebut jika hadis tersebut memilikinya.
c. Hadis tersebut berasal dari Nabi Muhammad SAW dan pemahaman-pemahaman yang diuraikan
dalam hadis tersebut pernah disampaikan sebelumnya, baik dari para sahabat, para tabi’in,
maupun para ulama pensyarah hadis lainnya dari berbagai disiplin ilmu.
d. Menguraikan munasabah (hubungan) antara satu hadis dengan hadis yang lain.
e. Pensyarah dalam mensyarah hadis memiliki kecenderungan terhadap madzhab tertentu,
sehingga muncul berbagai corak pensyarahan seperti corak fiqh, corak tasawuf, dan corak-corak
lain yang dikenal dalam bidang pemikiran islam.

Metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan sbb.

a. Kelebihan
1) Pembahasan yang terdapat dalam metode ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas yang
terdiri dari berbagai aspek seperti kata, frasa, kalimat, munasabah, asbabul wurud, dan lain
sebagainya.
2) Metode ini memuat berbagai ide gagasan.
Memebrikan kesempatan yang sangat longgar bagi para pensyarah hadis untuk
mencurahkan gagasan dan ide-idenya sebanyak mungkin.
b. Kekurangan
1) Pembahasan yang terdapat dalam metode ini terasa parsial (terpecah-pecah). Hal ini
dikarenakan pensyarah terkadang menjelaskan kandungan hadis tidak secara utuh dan tidak
konsisten karena perbedaan perhatian terhadap hadis yang redaksinya sama.
2) Metode ini melahirkan syarah yang subjektif. Karena dengan menggunakan metode tahlili,
pensyarahan model tidak hanya bersumber pada ulama-ulama hadis sebelumnya tetapi juga
bersumber pada akal dan pendapat pensyarah yang kemungkinan akan mensyarah hadis
dengan kemauan pribadi tanpa melihat kaidah-kaidah ataupun norma-norma yang berlaku.

2. Metode Ijmali (Global)


Ijmali berasal dari kata ajmala yang berarti menyebutkan sesuatu secara tidak terperinci.
Pengertian metode ijmali adalah menjelaskan atau menerangkan hadis-hadis Nabi Muhammad
SAW sesuai dengan urutan yang ada dalam Kitab kutub al-Sittah secara ringkas, tetapi dapat
mempresentasikan makna literal hadis dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mudah
dipahami. Syarahnya cukup singkat dan tidak menyinggung hal yang ada diluar teks, terkadang
juga tidak menyebutkan asbabul wurud.

Metode ini memiliki kemiripan dengan metode Tahlili dari segi sistematika pensyarahan.
Perbedaannya ada pada segi uraian penjelasannya. Pada metode tahlili, uraian yang dijelaskan
sangat terperinci dan panjang lebar, sedangkan pada metode ijmali uraian yang dijelaskan
sangat umum dan ringkas. Namun, terkadang metode ijmali ini juga menjelaskan suatu hadis
dengan panjang lebar, tetapi hal ini hanya untuk hadis tertentu saja yang membutuhkan
penjelasan lebih detail tetapi penjelasan tersebut tidak seluas metode tahlili.

Adapun ciri-ciri metode ijmali:


a. Pensyarah langsung melakukan penjelasan hadis secara urut dari awal hingga akhir tanpa
perbandingan dan penetapan judul.
b. Penjelasan yang terdapat dalam metode ini sangat umum dan ringkas karena pensyarah
tidak memiliki ruang untuk mengemukakan pendapat mereka sebanyak-banyaknya.

Kelebihan

a. Metode ini menguraikan hadis secara ringkas dan padat, sehingga dapat mempermudah
pembaca untuk memahami hadis tersebut karena syarah hadis yang menggunakan metode
ini memang sangat praktis dan tidak bertele-tele.
b. Kosakata yang digunakan dalam metode ini sangat mudah dipahami oleh pembaca.

Kekurangan

a. Gaya bahasa yang digunakan tidak jauh berbeda dengan lafaz yang digunakan dalam hadis
yang disyarahi sehingga menyulitkan pembaca untuk membedakan keduanya.
b. Menjadikan petunjuk hadis bersifat parsial
c. Tidak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai.
3. Metode Muqarin (Perbandingan)
Muqarin berasal dari kata qarana-yuqarinu-qarnan yang artinya membandingkan.
Metode Muqarin adalah memahami hadis dengan dua cara yaitu dengan membandingkan
hadis-hadis yang memiliki redaksi yang sama/ mirip dalam kasus yang sama maupun berbeda
dan membandingkan pendapat ulama syarah dama mensyarahi hadis. Artinya dalam metode ini
tidak hanya membandingkan hadis dengan hadis saja, tetapi juga membandingkan ragamnya
syarah hadis dan pendapat ulama yang mengomentari sehingga model inni terlihat beragam
dalam pendapatnya.

Ciri2 metode muqarin:


a. Membandingkan secara analitis redaksional hadis, periwayat-periwayatnya, dan kandungan
makna dalam hadis yang disyarahi tersebut.
b. Membahas perbandingan berbagai hal yang dibicarajan dalam hadis tersebut. Perbandingan
ini diperoleh dari pendapat para pensyarah hhadis sebelumnya baik dalam ruang lingkup
kandungan (makna) maupun korelasi (munasabah) hadis tersebut.

Kelebihan

a. Memberikan wawasan pemahaman yang relative lebih luas dibandingkan metode yang
lainnya
b. Membuka pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap orang lain yang berbeda pendapat.
c. Memberikan pengetahuan yang luas kepada pembaca tentang beragamnya pendapat para
ulama dan berbagai macam model hadis.

Kekurangan

a. Kitab syarah hadis yang menggunakan metode ini tidak relevan bagi pembaca tingkat
pemula, karena pembahasan yang diuraikan terlalu luas
b. Metode ini tidak bisa dijadikan sumber untuk menjawab segala permasalahan sosial yangb
berkembang di tengah-tengah masyarakat, karena lebih mengedepankan perbandngan
dibandingkan pemecahan msalah.
c. Metode ini terkesan lebih banyak menelususri pemahaman lama dari mengemukakakn
pendapat baru

4. Metode maudhu’I (tematik)

Dalam bahasa Arab, kata maudhu’I merupakan isim maf’ul dari fi’il madhi wadha’a yang dapat
diartikan sebagai topik atau suatu hal yang sedang dibicarakan.

Metode maudhui adalah metode pemahaman hadis yang memiliki tema atau topik yang sama.
Namun ada ulama yang memiliki pendapat berbeda mengenai definisi metode maudhui yakni
mengumpulkan dalil-dalil yang bertebaran dalam kitab-kitab hadis yang terkait dengan topik
tertentu kemudian disusun sesuai dengan sebab-sebab munculnya (asbabul wuurd) dan
pemahamannya yang disertai dengan penjelasan, pengkajian, penafsiran

Anda mungkin juga menyukai