Dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) baik jenis serangga, bakteri, maupun fungi atau jamur
menggunakan pestisida, sebaiknya kita kenali istilah MoA (mode of action). Dalam bahasa Indonesianya mode tindakan /
mode aksi atau cara kerja. MoA digolongkan berdasarkan cara bahan aktif pestisida tersebut bekerja mempengaruhi sistem
organ (tubuh) sasarannya. MoA dibuat oleh para ahli dari kalangan penemu bahan aktif, formulator, peneliti morfologi
organisme, dan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan bahan aktif pestisida tersebut. Maksud disusunnya MoA
adalah memberikan informasi mengenai sasaran aksi pestisida terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) sasaran, dan
sebagai panduan kepada para pengguna dan pihak-pihak berkepentingan (penyuluh pertanian, konsultan pertanian, penyalur
pestisida) untuk memilih pestisida secara tepat. Tujuannya menghindarkan terbentuknya resistensi atau kekebalan OPT lebih
cepat.
Sebelum kita bahas, perlu dicatat bahwa MoA insektisida tentu berbeda MoA fungisida. Tim yang menyusun MoA untuk
insektisida tergabung dalam organisasi IRAC (Insecticide Resistance Action Committee), sedangkan MoA untuk fungisida
tergabung dalam FRAC (Fungicide Resistance Action Committee).
Pada artikel kali ini kita bahas terlebih dulu MoA khusus insektisida termasuk di dalamnnya ada beberapa akarisida.
Harapannya agar aplikator tidak asal mencampurkan beberapa insektisida dengan MoA yang sama sehingga berdampak
mempercepat resistensi hama, dan tentu saja pemborosan biaya.
Resistensi serangga terhadap insektisida bersifat genetik menurun. Artinya jika kita mengaplikasikan insektisida tertentu,
sebagian hama itu akan mati, sedangkan sebagian lagi yang bisa bertahan hidup akan mengembangkan sistem kekebalan
morfologis yang akan diturunkan kepada generasi selanjutnya. Resistensi hama yang tidak disikapi dengan benar akan
menimbulnya resurjensi hama, yaitu ledakan populasi hama yang seolah-olah hama sudah terlalu kebal dengan insektisida.
Disadari atau tidak fenomena resurjensi ini sudah terjadi di sebagian wilayah pertanian di tanah air ini, salah satu contohnya
adalah wereng cokelat.
Untuk menghindari atau meminimalkan terjadinya resistensi dan resurjensi ini maka setiap produk bahan aktif pestisida selalu
dipantau secara periodik oleh pihak berwenang. Teknologinya selalu dikembangkan dari waktu ke waktu. Apabila suatu bahan
aktif tertentu ditemukan sudah mulai menimbulkan resistensi maka izin edar insektisida tersebut akan dieliminir, dan
diarahkan ke varian bahan aktif yang baru.
IRAC, sebagai suatu komite internasional yang berfokus pada penelitian dan pemantauan resistensi terhadap insektisida
adalah organisasi yang berkompeten dalam bidang ini. IRAC dibentuk dan beranggotakan para peneliti, inventor bahan aktif
insektisida, pengembang dan asosiasi industri pestisida. Bertujuan memberikan pengetahuan kepada para pengguna
insektisida tentang sifat-sifat ketahanan serangga, mempromosikandan memfasilitasi pengembangan serta penerapan
insektisidasecara efektif untuk mendukung pertanian berkelanjutan dan kesehatan masyarakat. Komite ini kemudian merilis
d f k l ki k i id b d k k j M A di M Ai i l l dik b k di i id di d
daftar kelompok insektisida berdasarkan cara kerja atau MoA, dimana MoA ini selalu dikembangkan, direvisi dan diupdate
sesuai dengan kondisi lapangan.
Selain itu, tubuh serangga tersusun atas lipida yang membentuk dagingnya, terutama saat masih stadia larva / ulat. Jika lipida
ini tidak terbentuk dengan baik maka serangga juga akan mengalami kematian. Insektisida yang bertugas mengganggu dan
menggagalkan pembentukan khitin dan lipida ini terdiri dari grup 7, 10, 15, 16, 17, 18, 23.
Ada sebuah video menarik yang secara singkat dan mudah menjelaskan tentang MoA atau mode tindakan insektisida di sini:
https://youtu.be/CdD1z9ExFxE
"Jangan pernah patah semangat karena orang kalah adalah mereka yang berhenti berusaha."