Anda di halaman 1dari 73

ENTREPRENEURSHIP & EKONOMI KREATIF

OLEH :

ARTIESA VEFRIANA
NIM : 23011002

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2023
INTISARI

Judul Buku : EKONOMI KREATIF


Bab Buku : Bab 4, 5 dan 6
Penulis : Suryana

BAB 4
Rantai Nilai dan Model Penciptaan Nilai Tambah Ekonomi
Kreatif

Setelah mempelajari bagian ini, pembaca diharapkan dapat:

1. Memahami cara membentuk rantai nilai (value chain).


2. Menguasai strategi penciptaan nilai (value creation strategy).
3. Menguasai model-model penciptaan nilai tambah ekonomi kreatif.
4. Mengetahui rantai nilai (value chain) industri kreatif.
5. Menguasai pendekatan inovasi rantai nilai.
6. Mampu menciptakan nilai tambah barang dan jasa.
7. Mampu menciptakan rantai nilai dalam setiap tahapan komersialisasi.

Rantai Nilai (Value Chain)

1. Pengertian rantai nilai Berikut definisi dari rantai nilai yang dapat mencakup artian
sebagai berikut.
a. Urutan proses produksi dari masuknya input tertentu untuk sebuah produk tertentu
ke dalam produksi primer, transformasi, pemasaran, dan sampai pendistribusian
kepada konsumen akhir.
b. Rangkaian institusional yang menghubungkan dan mengoordinasikan penyedia
bahan baku, produsen, pemroses, pedagang, dan distributor dari sebuah produk
tertentu.

2. Langkah-langkah pemetaan rantai nilai


Ada beberapa langkah dalam pemetaan rantai nilai yang dapat dilakukan, yaitu
sebagai berikut.
a. Tetapkan produk akhir (final product) dan pasar atau penggunaan akhir: apa
produk yang akan dihasilkan dan siapa penggunanya.
b. Buatlah tahapan dari rantai dengan kata lain tetapkan fungsi yang telah
dilaksanakan.
c. Buatlah tahapan utama dari para pelaku rantai.
d. Bedakan rantai ke dalam cabang-cabang apabila diperlukan.
e. Petakan para penyedia jasa atau institusional pendukung.
f. Siapkan peta matematik yang detail apabila dibutuhkan.

3. Unsur-unsur atau komponen-komponen rantai nilai Ada tiga unsur atau komponen
penting dalam setiap rantai nilai, yaitu seperti yang tertulis berikut ini.
a. Penciptaan nilai, yaitu suatu proses menciptakan nilai pada setiap proses rantai
nilai.
b. Penyampaian nilai, yaitu penyampaian nilai kepada konsumen.
c. Komunikasi nilai, yaitu penyampaian informasi tentang nilai tambah kepada
konsumen, bahwa barang itu benar-benar baru, bermanfaat, dan mudah
dimengerti.

4. Peran rantai nilai

Rantai nilai berperan:

a. untuk mengetahui fungsi rantai yang dilaksanakan pada industri;


b. untuk mengidentifikasikan kontribusi atau peran dari setiap operator rantai yang
c. terlibat dalam rantai tersebut; dan
d. berfungsi untuk mengidentifikasikan kinerja ekonomi dari setiap operator dan
untuk mengetahui selisih (margin) dari setiap rantai nilai.

5. Kegunaan kegunaan analisis rantai nilai


Analisis rantai nilai sangat penting dan diperlukan untuk:

a. menjadi basis data untuk memulai sebuah perusahaan/pengembangan;


b. mendesain dan menyiapkan strategi pengembangan serta perbaikan rantai nilai;
c. menyusun model kemitraan yang memberikan benefit yang maksimal kepada
semua operator nilai.

Gambar 4.1 berikut ini ialah contoh yang menggambarkan peta rantai nilai pada industri
kerajinan dengan dua rantai yang berbeda, yaitu tanpa melalui koperasi dan melalui koperasi.

Gambar 4.1 Peta rantai nilai pada industri kerajinan


Sumber: Suryana, Ayu Krisna, Rofi Rofaida, Small Enterprise In Creative Economy:
Capacity Building Through Value Chain Strategy; Case Study in the West Java Creativity
Industry, (Bandung: Program Studi Manajemen UPI, 2009).

Pada rantai nilai yang pertama, suatu nilai dapat diciptakan tanpa melalui koperasi. Nilai
tambah dapat diciptakan mulai dari penyediaan input, proses produksi, distribusi,
perdagangan, dan hingga barang tersebut sampai kepada konsumen akhir.
Rantai nilai kedua, nilai dapat diciptakan melalui koperasi. Dalam hal ini, koperasi dapat
berperan multifungsi karena koperasi dapat berfungsi sebagai penyedia modal simpan-
pinjam, penyedia sarana produksi, penyedia input, penerima input, dan pendistribusian output
hingga barang atau jasa itu sampai kepada konsumen. Persoalannya, bagaimana agar pada
setiap tahapan rantai nilai melalui koperasi tersebut memberikan nilai tambah? Untuk dapat
menciptakan nilai tambah, koperasi selain harus berperan dalam penyedia input, penerima
input, produsen, juga harus menciptakan kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, desain,
merek dagang, dan royalti terhadap produk-produk, baik yang dihasilkan oleh anggota
koperasi, koperasi itu sendiri maupun di luar anggota koperasi seperti perusahaan-perusahaan
kecil yang ada di pedesaan. Koperasi sebenarnya memiliki peran yang strategis dalam
penciptaan nilai karena koperasi memiliki berbagai tujuan/ fungsi (multipurpose), mulai dari
simpan-pinjam, produksi, distribusi, dan pemasaran (penjualan dan pembelian).

Aktivitas-aktivitas dalam penciptaan nilai dapat dilakukan, baik melalui koperasi maupun
nonkoperasi. Di samping itu, proses penciptaan nilai dapat dilakukan pada setiap rantainya,
mulai dari penyediaan input, bahan baku, proses poduksi hingga barang tersebut sampai
kepada konsumen. Pada penyediaan input, misalnya bisa dengan mencari sumber baru,
mempercepat, dan meningkatkan kualitas input. Pada rantai berikutnya, yaitu bahan baku,
nilai tambah dapat diciptakan dengan mengombinasikan bahan baku, misalnya Kentucky
Fried Chicken (KFC) mempergunakan bahan baku daging ayam yang dikombinasikan
dengan tepung dan bumbu yang khas. Pada tahapan produksi, banyak cara untuk menarabah
nilai, misalnya proses yang cepat, desain, keistimewaan, dan tampilan yang menarik.
Selanjutnya, pada tahapan pemasaran, nilai tambah dapat diciptakan dengan berbagai strategi
dan cara, misalnya kemasan yang menarik, tempat yang strategis, segmentasi pasar yang
jelas, penyajian, dan pelayanan yang menarik. Setelah barang sampai kepada konsumen, nilai
tambah bisa diciptakan dengan cara meningkatkan citra produk dan perusahaan sehingga
konsumen tetap loyal. Untuk menghasilkan nilai tambah seperti tersebut, baik melalui jalur
koperasi maupun tidak, sama-sama memerlu kan kreativitas, yaitu dengan berpikir untuk
menghasilkan ide-ide, gagasan-gagasan, dan imajinasi serta khayalan-khayalan bagaimana
agar masing-masing rantai menciptakan nilai tambah.

Sebagai ilustrasi, perhatikan proses penciptaan nilai tambah pada setiap rantai nilai dari suatu
perusahaan otomotif dalam kotak berikut ini:
Besi atau baja diproses menjadi onderdil (nilai tambah 1), onderdil dirakit menjadi mobil
(nilai tambah 2). Mobil tersebut didesain dan diberi merek serta standar sesuai dengan
segmentasi konsumen (nilai tambah 3). Desain dan fitur produk tersebut direkayasa setiap
tahun (nilai tambah 4). Produk tersebut dijual melalui diler-dealer (nilai tambah 5). Bila
dijual secara kredit, pembayaran dilakukan oleh penjamin pembayaran atau leasing (nilai
tambah 6), atau membayar melalui kreadit bank (nilai tambah 7)Kemudian, barang sampai
kepada konsumen, perusahaan menyediakan jasa asuransi (nilai tambah 8), jasa perbaikan
secara berkala (nilai tambah 9), dan bila mobil sudah memasuki masa ganti, perusahaan
menerima tukar-tambah dan pembelian (nilai tambah 10).

Dari ilustrasi tersebut, ada sepuluh rantai nilai yang dapat diciptakan dan dari setiap rantainya
dapat menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, pendapatan, manfaat, dan keuntungan. Suatu
perusahaan bisa memiliki bidang usaha yang bermacam-macam untuk menciptakan rantai
nilai. Pertama, perusahaan industri suku cadang (onderdil); kedua perusahaan perakitan
otomotif; ketiga perusahaan dagang (dealer); keempat perusahaan leasing, kelima perusahaan
perbankan; keenam perusahaan asuransi; ketujuh perusahaan perbengkelan (service);
kedelapan perusahaan dagang (penjualan dan pembelian mobil). Pertanyaannya: berapa kali
nilai tambah diciptakan? Berapa banyak tenaga kerja yang diciptakan? Berapa banyak
pendapatan yang diterima? Berapa pajak yang dapat diterima pemerintah? Berapa devisa
negara yang dapat diperoleh? Banyak manfaat dan peran dari kegiatan ekonomi kreatif yang
tercipta. Anda boleh mencoba mengembangkan ekonomi kreatif dari bahan dasar lain yang
dimiliki bangsa Indonesia, seperti singkong, pisang, atau buah-buahan lainnya.

Untuk menciptakan rantai nilai tersebut sudah barang tentu perlu iklim ekonomi kreatif dan
untuk menciptakan iklim ekonomi kreatif tersebut perlu dukungan dari beberapa aspek
kehidupar., yaitu sebagai berikut.

1. Dukungan budaya dan sosial


2. Kejelasan, jaminan, regulasi, dan hukum
3. Pengakuan ekonomi

Ketiga dukungan tersebut dalam suatu bagan dapat digambarkari sebagai berikut.
Gambar 4.2 Iklim ekonomi kreatif dan hubungannya dengan rantai nilai
Sumber: Departemen Perdagangan, 2009.

Rantai nilai industri kreatif yang menciptakan nilai adalah kreasi dan produksi. Nilai-nilai
tadi disampaikan dan dikomunikasikan melalui rantai nilai pemasaran. Rantai nilai tersebut
perlu iklim ekonomi kreatif yang didukung oleh sosial dan budaya, kejelasan jaminan
regulasi dan hukum serta pengakuan secara ekonomi. Rantai nilai yang tercipta dalam iklim
ekonomi kreatif yang didukung oleh sosial dan budaya, kejelasan dan jaminan regulasi dan
hukum serta kepengakuan ekonomi yang akan menciptakan permintaan dan penawaran
terhadap produk-produk ekonomi kreatif.

Strategi Penciptaan Nilai (Value Creation Strategy)

Salah satu strategi penciptaan nilai yang populer saat ini adalah strategi inovasi nilai dari W.
Chan Kim dan Renee Mauborgne (2005) dalam bukunya yang berjudul Blue Ocean Strategy.
Menurut Kim dan Mauborgne, dunia strategi bisnis dibagi ke dalam dua samudra, yaitu "red
ocean" dan "blue ocean". Dalam red ocean (samudra merah), perusahaan berfokus pada
pertarungan terhadap kompetisi yang sudah ada. Perusahaan saling bertempur berdarah-
darah. Kata Kim; "It's bloody, Red." Menurut Kim, cara yang cerdas untuk menghadapi hal
tersebut adalah dengan melompat ke blue ocean. Blue ocean (samudra biru) adalah area baru
yang diciptakan dengan kreativitas dan imajinasi. Di samudra biru inilah perusahaan
menciptakan aturan main sendiri, menciptakan pasar sendiri, dan membuat kompetisi berikut
kompetitor yang baku hantam menjadi tidak relevan lagi (Hardi Purba, 2009: 108). Menurut
Kim, blue ocean merupakan sikap untuk melihat kenyataan bahwa jika ingin memenangi
persaingan secara elegan, kita harus selalu bersikap kreatif sehingga mampu menciptakan
pasar baru yang membawa dan memberi nilai lebih bagi pelanggan. Strategi blue ocean
adalah cara berpikir yang mendorong kita lebih kreatif, menciptakan nilai tambah, dan
mampu menciptakan hal baru. Blue ocean adalah cara berpikir (a way of thinking)
menciptakan hal-hal baru yang membuat khusus (special) dan berbeda. Menciptakan hal baru
berarti perusahaan membuat sesuatu yang bernilai (Hardi Purba, 2009: 111).

Agar tercipta nilai tambah diperlukan kreativitas berpikir. Kreativitas berpikir adalah proses
menghasilkan ide, gagasan, imajinasi, khayalan-khayalan (dreams). Hasil dari kreativitas
berpikir tersebut ditrasnformasi ke dalam bentuk inovasi untuk menciptakan nilai pada setiap
rantainya. Kegiatan inovasi yang terus-menerus akan melahirkan nilai tambah yang terus-
menerus pula. Dengan cara berinovasi untuk meningkatkan nilai tambah, maka keunggulan
produk dan daya saing produk semakin tinggi, dan peluang semakin besar.

Nilai tambah yang dihasilkan dalam setiap rantai nilai sangat mudah untuk diukur, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif, nilai tambah dapat diukur dari selisih
atau perbedaan harga jual dan jumlah peminat. Bila harga jualnya semakin tinggi dan
peminatnya semakin banyak, maka secara kuantitatif nilai bertambah meningkat. Sementara
itu, secara kualitatif, nilai tambah bisa diukur dengan menggunakan tiga karakter nilai
tambah, yaitu pembaruan (new), kegunaan (useful), dan kemudahan untuk dipahami atau
dimengerti (understandable). Apakah produk-produk hasil inovasi tersebut mengandung
pembaruan, kegunaan tambahan, dan kemudahan? Bila demikian, secara kualitatif barang itu
bertambah nilainya.

Pengembangan karakter produk dengan meningkatkan keistimewaan produk, seperti fungsi,


kebaruan, dan daya tarik produk dapat meningkatkan nilai tambah produk. Secara kuantitatif,
nilai tambah produk meningkat karena fungsinya bertambah, dan secara kualitatif juga
nilainya meningkat karena dapat menarik minat dan jumlah pembeli.
Supaya menghasilkan nilai tambah dan daya saing, setiap kegiatan usaha harus berbentuk
rantai nilai, dan setiap rantai nilai harus menghasilkan nilai tambah, lalu setiap nilai tambah
memiliki memiliki kebaruan, kegunaan, dan kemudahan. Dengan cara meningkatkan nilai
tambah, daya saing, dan peluang perusahaan semakin tinggi. Mulai dari penyediaan input,
proses produksi, distribusi hingga barang dan jasa tersebut sampai kepada konsumen. Hal
tersebut merupakan proses rangkaian nilai yang dapat menghasilkan nilai tambah dan daya
saing. Berikut tahapan-tahapan yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai tambah dan
peluang.

1. Tahap penyediaan input


Pada tahap ini, nilai tambah diciptakan dengan mengombinasikan input. Sebagai
contoh, bila bahan makanan yang terdiri atas tahu dan bakso sebagai input, output-nya
berupa bakso tahu. Sementara itu, bila bahan makanan bakso atau tahunya saja yang
dijual, nilai jualnya akan relatif rendah ketimbang ketika kedua bahan makanan
tersebut dikombinasikan menjadi bakso tahu.

2. Tahap proses operasi/produksi


Pada tahap proses, nilai tambah lebih banyak diciptakan melalui riset dan
pengembangan, yaitu dengan mengembangkan desain dan keistimewaan produk yang
lebih berguna dan menarik.

3. Tahap distribusi
Nilai tambah pada tahap distribusi dapat diciptakan dengan menciptakan efisiensi,
kemudahan dan daya tarik, misalnya melalui pemesanan elekttronik, pedagang grosir
(wholesaler), pengecer/peritel (retailer), atau melalui distribusi multilevel. Ada
beberapa kegiatan distribusi yang dijadikan strategi untuk meningkatkan harga jual
dengan cara memperlambat distribusi sehingga pasokan menjadi kurang dan harga
menjadi tinggi.

4. Tahap pemasaran
Teknik dan strategi pemasaran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya
tarik dan nilai produk sehingga menghasilkan nilai tambah. Misalnya, Alfamart,
Yomart, Holland Bakery, Starbuck, dan KFC yang memasarkan produk dengan
menyajikan kemasan dan tempat yang bersih dan menarik.
Ingat, penekanan kreativitas ekonomi bukan pada berapa jumlah dan jenis barang yang
diproduksi, tetapi pada bagaimana setiap rantai menghasilkan nilai tambah.

Ketika bakso dan tahu dikombinasikan, makanan tersebut akan disebut bakso tanu (nilai
tambah !), tentu saja nilai yang tercipta akan berbeda ketika bakso saja atau tahu saja.
Kemudian, "bakso tahu tersebut dikernas dalam kemasan/mangkok yang menarik, maka
nilainya bertambah lagi (nilai tambah 2). Bakso tersebut diberi merek misal "Bakso Tahu
Pak Kumis, maka nilainya bertambah (nilai tambah 3). Setelah dikemas dan diberi merek,
sajikan pada tempat yang menarik dan bersih, (nilai tambah 4). Coba, Anda buat rantai nilai
yang lain? Pasti bisa.

Dalam bidang pemasaran, nilai tambah juga dapat diciptakan dengan menggunakan strategi
penciptaan nilai (value creation strategy) melalui nilai pelanggan (customer value). Strategi
ini dikenal dengan "Model Best". Model Best yang dimodifikasi oleh Walters memilah-milah
model menjadi tiga kelompok, yang meliputi:

a. analisis pelanggan (customer analysis);


b. penciptaan nilai (value creation); dan
c. kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Komponen yang ditambahkan oleh Walters adalah pendorong nilai (value drivers)
Ditambahkannya value drivers ke dalam model tersebut untuk memperkuat pandangan bahwa
pelanggan melakukan formulasi kriteria tertentu yang menjadi dasar penentuan nilai yang
dikehendaki oleh pelanggan bilamana pelanggan tersebut diharapkan pada lebih dari satu
pilihan (Webster, 1994; Shenkman, 1992 dalam Wolters, 1999)
Gambar 4.3 Analisis pelanggan, pembentukan nilai, dan kepuasan
Sumber: David Walters, Marketing and Operation Management, (1999), 37/3.

Analisis pelanggan (customer analysis) dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan kebutuhan


pelanggan dan situasi penggunaan pelanggan. Bila tingkat kebutuha meningkat dan situasi
penggunaan pelanggan meningkat, hal tersebut harus dilakuka pengendalian nilai (value
drivers) untuk menghasilkan manfaat yang diinginkan. Denga demikian, terjadilah penciptaan
nilai (value creation) yang menghasilkan kepuasa pelanggan. Namun demikian, penciptaan
nilai juga ditentukan oleh biaya pembelia (cost of purchase).

Peluang dapat diciptakan melalui produktivitas berpikir. Produktivitas berpiki muncul dari
modal intelektual seperti pengetahun, keterampilan, motivasi, sikap menta dan nilai-nilai
yang dimiliki.

Gambar 4.4 Model membangun nilai tambah dan daya saing


Sumber: Suryana, Ayu Krisna, Rofi Rofaidah, Penelitian Rantai Nilai: Studi di Provinsi Jawa
Barat, LPM UPI, 2009
Pada model tersebut, pendidikan, pelatihan, pengalaman, pembinaan, dan bimbingan dapat
memupuk modal insani atau modal sumber daya manusia, yaitu berupa modal sosial, modal
intelektual, modal motivasi, dan modal moral, mental serta sikap-sikap yang positif. Dengan
meningkatkan modal insani, maka akan terlahir pola-pola pikir (mindset) kreatif dan
perilaku-perilaku inovatif yang dapat menghasilkan produk-produk komersial. Agar produk-
produk komersial tersebut menghasilkan nilai tambah, diperlukan dukungan modal
institusional dan struktural (institutional and structural capital), serta modal sosial dan modal
budaya (social and cultural capital). Pada proses komersialisasi dan distribusi inilah muncul
selisih (margin) nilai tambah barang dan jasa. Dengan demikian, untuk meningkatkan
kreativitas dan keinovasian diperlukan input modal insani berupa modal sosial, modal
intelektual, modal moral, dan modal mental.

Modal Sosial

Modal sosial merupakan modal pertama dan utama dalam ekonomi kreatif untuk
menghasilkan modal-modal lain seperti modal material. Modal sosial pada ekonomi kreatif
meliputi kepercayaan, kejujuran, dan integritas. Ini merupakan modal dasar yang harus
tumbuh sebelum modal-modal lainya. Seseorang dipercaya dipinjami modal uang, modal
usaha, bermitra, menjadi agen, menjadi pemasok, dan distributor karena jujur, berintegritas
tinggi serta dapat dipercaya. Modal ini menyangkut keterhubungan, kemitraan, dan jejaring
yang harus dibentuk.

Modal Intelektual

Modal insani kedua adalah modal intelektual, yaitu berupa pengetahuan dan kecakapan untuk
menghasilkan ide, gagasan, dan khayalan-khayalan (dreams) untuk menciptakan kekayaan
intelektual, seperti desain, merek dagang, hak cipta, paten, dan royalti.

Modal Motivasi

Modal insani ketiga adalah modal motivasi. Motivasi yang dimaksudkan adalah motivasi
intrinsik yang muncul dari seseorang yang memiliki pandangan bahwa hari ini harus lebih
baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Modal motivasi dapat
memunculkan gagasan dan tindakan untuk melakukan perbaikan secara terus- menerus
(continuous improvement) atau dikenal dengan model Kaizen. Modal motivasi penting untuk
mendorong pengembangan, penciptaan, pembaruan, dan perubahan secara terus-menerus.

Modal Moral dan Mental

Modal insani keempat adalah modal moral dan mental, yaitu berupa sikap dan kepribadian
yang menghargai dirinya sendiri dan orang lain, menjunjung tinggi etika dan nilai-nilai
kejujuran, menghargai karyanya sendiri, dan orang lain, tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan terhadap pekerjaannya, memiliki prinsip bahwa apa yang dikerjakannya harus
diselesaikan dengan yang terbaik, tidak asal-asalan, seperti asal selesai, asal jadi, asal jalan,
asal terjual, dan asal untung. Semua yang dikerjakan harus dengan cara yang terbaik dan
menghasilkan kualitas yang terbaik (nomor satu). Orang yang bertanggung jawab pasti tekun
karena apa yang dikerjakannya pasti bermakna atau bernilai bagi dirinya dan bagi orang lain.

Salah satu modal mental yang terpenting adalah modal mental unggul dan terdepan (bukan
mental standar). Mental unggul adalah mental yang selalu mengedepankan sesuatu yang
terbaik, seperti keinginan untuk tampil beda dan terbaik, berani berbuat dan bertanggung
jawab, mau memulai dan berani menghadapi risiko, berani mencoba, berani menghadapi
tantangan, dan berani menggunakan cara berpikir sendiri.

Modal Spiritual

Modal spiritual adalah modal keyakinan, yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu sebenarnya
sudah diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Oleh karena segala sesuatunya sudah
diciptakan, manusia tinggal berpikir, bertindak, dan menjaga berbagai keseimbangan secara
kreatif. Manusia harus berusaha untuk menggali, menemukan, dan mengembangkan ciptaan-
Nya. Kunci utamanya berada pada kemauan dan kemampuan manusia itu sendiri untuk
menggali dan mengungkap ciptaan-Nya. Dalam ajaran Islam (Alquran), misalnya
dikemukakan bahwa Allah Swt. telah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya untuk
kelangsungan hidup mahluk-Nya. "Sesungguhnya Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri" (Surah 13 Ayat ke-11
Ar-Ra'd). Jadi, Allah Swt. tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri
yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka. Untuk mengubah nasibnya, manusia
telah diberi kelengkapan akal dan pikiran, yaitu untuk menggali, menemukan, dan
mengembangkan sesuatu yang telah diciptakan Tuhan Yang Mahakuasa.

Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 adalah dua contoh dan ilustrasi ekoindustri hasil pengamatan
penulis pada 2009 terhadap perusahaan perkebunan tebu dan perkebunan nanas di Gunung
Madu, provinsi Lampung. Tebu dan nanas sudah diciptakan Tuhan Yang Mahakuasa,
selanjutnya manusia menggali dan mengembangkannya melalui ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Gambar: 4.5 Ekoindustri pada perusahaan gula tebu


Sumber: Hasil observasi dan wawancara penulis pada 2009 (dikembangkan).

Tebu diproses menghasilkan gula dan ampas tebu. Gula diekspor dan ampas tebu
dimanfaatkan untuk membakar ketel uap. Ketel uap menghasilkan listrik. Listrik
dipergunakan untuk keperluan pabrik, masyarakat sekitar, dan memompa air untuk mengairi
kebun tebu. Kebun tebu menghasilkan tebu untuk diolah menghasilkan gula, listrik, dan
seterusnya.

Selanjutnya, mari kita perhatikan ilustrasi perusahaan pengolah nanas. Buah nanas diolah
menghasilkan minuman dan makanan untuk ekspor, sedangkan dedaknya untuk campuran
makanan ternak (sapi). Kotoran sapi untuk pupuk tanaman nanas dan sapinya jika sudah
gemuk dapat dijual. Kebun nanas menghasilkan nanas untuk diolah menjadi minuman dan
makanan untuk diekspor, sedangkan dedak nanas untuk makanan ternak, dan seterusnya.

Gambar: 4.6 Ekoindustri pada perusahaan nanas observasi dan wawancara penulis pada 2009
(dikembangkan).

Dari ilustrasi tersebut, apa yang Anda maknai, sederhana bukan? Apakah Anda bisa berpikir
kreatif yang lain? Coba Anda buat ekoindustri yang lain dari hasil pertanian, perikanan,
peternakan, perkebunan, pertambahan, dan sektor-sektor lainnya yang telah disebutkan. Pasti
Anda bisa. Ini adalah sistem sustainable management (manajemen yang ramah lingkungan)
untuk menuju green industries (industri yang ramah lingkungan).

Model-Model Penciptaan Nilai Tambah Dalam Ekonomi Kreatif

Model ini dikembangkan untuk mengetahui dari sudut mana nilai tambah dapat diciptakan
secara komersial. Ada beberapa model yang dapat dilakukan untuk menciptakan nilai
tambah.

Model Penciptaan Nilai Dengan Cara Kreasi dan Gagasan

Seperti diketahui bahwa masih banyak industri kecil yang kurang mampu berkreasi untuk
meningkatkan nilai tambah. Hal tersebut disebabkan kurangnya adaptasi dan pengembangan
(tolok ukur-benchmarking), terhadap produk-produk yang sudah ada. Akibatnya, produk dari
perusahaan tradisional dan kecil tidak dapat bersaing dengan produk dari perusahaan modern
dan besar.

Untuk mengembangkan kreasi dan gagasan dapat dilakukan dengan mengadaptasi dan
mengembangkan sesuatu untuk menghasilkan nilai tambah baru di atas rata-rata. Dengan
melakukan adaptasi dan pengembangan, industri kecil dan menengah dapat meningkatkan
nilai tambah dan daya saing baru. Ada beberapa macam cara berkreasi dan menghasilkan
gagasan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan usaha dan peluang usaha baru. Dapat
dilakukan dengar, cara menciptakan relung-relung usaha yang belum digarap oleh
orang lain atau menciptakan sendiri relung-relung pasar dengan menciptakan
kegunaaan dan kemudahan-kemudahan produk-produk baru.
2. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan output baru (produk baru), yaitu dengan
cara menciptakan karakter produk, seperti keistimewaan produk, standar produk,
kualitas produk, dan kegunaan produk sehingga muncul kebaruan dari produk- produk
tersebut.
3. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan dan mengombinasikan input (bahan
baku). Pada bagian sebelumnya, sudah dikemukakan bahwa nilai tambah bisa
diciptakan pada input (bahan baku) dengan cara mengombinasikan, menambahkan,
dan menyintesiskan sehingga muncul bahan baku baru dengan nama baru. 4. Kreasi
dan gagasan untuk mengembangkan sumber permodalan baru. Ingat bahv modal pada
ekor.omi kreatif bukan hanya modal uang (material) sebagai mo dasar, tetapi juga
modal intelektual.
4. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan teknologi atau metode atau cara baru.
Barang boleh yang lama, tetapi dengan cara-cara baru yang lebih efisien dan efektif.
5. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan desain, ukuran, kualitas, kemasan, corak,
keistimewaan barang dan jasa serta pelayanan yang akan diberikan. Produk baru
mengandung kualitas baru dan nilai tambah baru.
6. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan dan memperluas saluran, lembaga
distribusi, dan wilayah pemasaran baru. Misalnya, dengan membuka jaringan
pemasaran baru (seperti Alfamart, Yomart, Circle K) dan mengembangkan agen- agen
di beberapa daerah pemasaran.
7. Kreasi dan gagasan untuk mencitrakan produk, melalui proses perbaikan yang terus-
menerus (proses Kaizen). Ini pertama kali dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
Jepang.

Bila ide dan gagasan itu muncul, ide dan gagasan tersebut harus segera ditransformasi ke
dalam bentuk produk (barang dan jasa) yang mengandung pembaruan untuk menghasilkan
kekayaan intelektual, desain, paten, hak cipta, royalti, dan merek dagang.

Model Penciptaan Nilai Melalui Produksi

Nilai-nilai komersial yang diciptakan oleh industri kecil pada umumnya masih rendah dan
didominasi oleh hasil produksi yang monoton, terbatas, tidak berkembang, beberapa jenis,
turun-temurun, tanpa standar kualitas dan harga yang jelas. Agar industri kecil dapat
menciptakan nilai tambah, hal tersebut perlu diadakan pengembangan produk yang
menekankan pada hal-hal sebagai berikut.

1. Pengembangan produk yang berbasis budaya dengan kreasi baru yang beragam.
Misalnya, bagaimana mengombinasikan produk khas dan kerajinan antardaerah,
kesenian antardaerah, mengangkat budaya menjadi nilai-nilai komersial, dan
ekonomis.
2. Pengembangan desain produk yang dinamis. Pengembangan desain produk harus
dilakukan secara kreatif dan berkesinambungan. Semakin cepat perubahan desain,
maka cenderung semakin pendek lingkaran hidup produk tersebut (life circle of
product). Semakin dinamis desain produk, maka cenderung semakin tinggi nilai
tambah dan nilai ekonomis produk tersebut.
3. Pengembangan standar produk yang sesuai dengan pangsa pasar. Standar produk
harus menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Akan tetapi, bisa saja para creator
menciptakan sendiri standar dan desain produk baru untuk mengendalikan pasar/
konsumen (market driven).
4. Pengembangan produk yang ramah pengguna (userfriendly), artinya barang dan jasa-
jasa yang dihasilkan memudahkan konsumen untuk memahami, membeli,
menggunakan, produk tersebut kapan saja dan di mana saja.
5. Pengembangan produk yang fleksibel dan beradaptasi dengan kebutuhan konsumen
dan perkembangan teknologi. Produk-produk yang dihasilkan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen dan perkembangan teknologi.
6. Pengembangan standar kualitas produk. Perusahaan harus berusaha untuk
menciptakan produk-produk kualitas yang terbaik sejak pertama kali. Jangan
dibiasakan untuk menciptakan berbagai tingkatan kualitas suatu produk, misal produk
kualitas dua, tiga, dan seterusnya. Penciptaan berbagai kualitas akan memengaruhi
kualitas produk yang berkualitas tinggi. Untuk mencapai standar kualitas bisa dicapai
melalui beberapa tahap, misalnya tahap inspeksi, kendali mutu (quality control-QC),
quality assurance (jaminan mutu), dan manajemen mutu total (total quality
management-TQM).
7. Pengenalan lingkaran hidup produk Pengenalan lingkaran hidup produk sangat
diperlukan untuk meningkatkan daya saing produk di pasar. Semakin pendek
lingkaran hidup produk, semakin tinggi nilai produk tersebut. Semakin cepat
menghasilkan produk-produk baru, maka semakin cepat daur hidup produk tersebut.

Perubahan karakter produk seperti model, desain, standar, dan keistimewaan produk
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Kualitas produk sama, tetapi
karakter berbeda sehingga menghasilkan merek yang berbeda (diferensiasi), misalnya rokok,
sabun, minyak goreng, telepon seluler, elektronik, dan kendaraan bermotor. Kita bisa
menemukan macam-macam desain, bentuk, fitur, dan karakter lain dengan merek yang
bermacam-macam.

Model Penciptaan Nilai Melalui Distribusi

Secara komersial, produk industri kecil pada umumnya belum memiliki saluran distribusi
yang memadai, bersifat lokal, terbatas, menunggu permintaan, kurangnya sarana transportasi,
dan komunikasi serta memproduksi tidak berdasarkan pada pesanan. Hal ini dapat
menyebabkan kelebihan produk (oversupply). Sesuai dengan hukum penawaran, kelebihan
penawaran cenderung memperendah harga. Kelebihan produk atau tidak terjual, maka produk
dijual dengan harga murah (diobral). Penjualan dengan cara mengobral produk
mencerminkan rendahnya kualitas, yang berarti dapat memperburuk kualitas produk. Hindari
obral produk, jika perlu lakukan sistem inden. Penciptaan nilai melalui distribusi dapat
dilakukan sebagai berikut.

1. Pengembangan kerja sama dan kemitraan dengan pihak lain, baik pemerintah maupun
swasta, baik da am maupun luar negeri. Pengembangan ini penting untuk memperluas
sumber permc-dalan, sumber keuangan, memperluas distribusi, memperluas pasar,
memperluas akses informasi, dan bakan baku.
2. Pengembangan jejaring antarindustri, dengan cara melakukan aliansi, baik dalam
penyedian bahan baku, proses produksi, maupun dalam pemasaran hasil produk.
Penggunaan strategi bisnis beraliansi dimaksudkan untuk memperluas pangsa pasar
dan daya saing produk.
3. Pengembangan wilayah pemasaran, perlu mengembangkan wilayah pasar baru yang
dinamis untuk memperluas pangsa pasar.
4. Lebih aktif dalam mengembangkan penawaran produk, kegiatan ini penting untuk
memperkenalkan produk dan mempertinggi volume penjualan.
5. Penyediaan alat komunikasi yang cocok, seperti periklanan melalui media cetak,
media elektronik, media ekspo/eksposisi (expo), pameran, dan ekshibisi (exhibition)
dalam rangka menyediakan komunikasi tentang bisnis.
6. Pengembangan sentra industri. Pengembangan sentra-sentra industri dapat
mempermudah pengenalan produk secara massal ke konsumen sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah dan citra produk. Misal, sentra industri kerajinan sepatu
Cibaduyut dan sentra industri makanan kuliner, sentra industri kerajinan kulit Tanggul
Angin di Jawa Timur, sentra industri kerajinan perak di Yogyakarta, dan sentra-sentra
industri kerajinan lainnya. Dengan dikembangkannya sentra- sentra industri, akan
tumbuh iklim industri kreatif dan pasar bagi industri kreatif itu sendiri.

Untuk mempertahankan posisi pasar, selain beraliansi dalam pemasaran, bisa juga
melakukan aliansi produk, misal mobil Avanza yang diproduk dari perusahaan Toyota mirip
dengan mobil Xenia yang diproduksi oleh perusahaan Daihatsu

Model Penciptaan Nilai Melalui Pemasaran

Pemasaran sebagai ujung tombak dalam penyampaian produk industri kecil kepada
konsumen masih banyak kelemahan, disebabkan oleh sebagian besar industri kecil tidak
mengenal informasi pasar dan ukuran pasar, akibatnya pasar yang terbatas dan bersifat lokal,
produk yang tidak market driven, tidak banyak dikenal karena kurang promosi, tidak
mengenal segmen, dan tidak mengenal kekuatan pasar, serta susah masuk ke dalam pasar
yang penuh dengan persaingan. Model penciptaan nilai melalui pemasaran dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.

1. Pengembangan informasi pasar melalui riset atau pemantauan kebutuhan konsumen.


Riset pasar dimaksudkan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
Dengan riset pasar, dapat diketahui nilai tambah apa yang diperlukan dan diinginkan
konsumen, termasuk berapa banyak yang dibutuhkan supaya kinerja bisnis lebih
efisien dan produktif.
2. Pemantauan kekuatan dan kelemahan pangsa pasar. Pamantauan ini penting untuk
melihat keunggulan dan kelemahan bisnis dalam bersaing supaya tetap eksis di pasar.
Keunggulan merupakan kunci sukses di pasar, sedangkan kelemahannya digunakar
untuk melakukan perbaikan-perbaikan.
3. Pengembangan promosi dan pameran. Pengenalan produk kepada konsumen melalu
jalur promosi dan pameran sangat efektif untuk meningkatkan permintaan potensial
konsumen. Tanpa promosi dan pameran, konsumen tidak akan tahu. Jika konsumen
tidak tahu, maka tidak kenal. Jika produk tidak dikenal, maka konsumen tidak akan
membeli dan tidak akan ada permintaan.
4. Pengembangan teknik promosi melalui media elektronik secara massal oleh dinas
terkait.

Riset pasar melalui angket dan wawancara yang dilakukan perusahaan penerbangan,
perusahaan otomotif, dan perusahaan jasa keuangan kepada pelanggannya, baik melalui
media cetak maupun elektronik dimaksudkan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan
konsumen, sedangkan kekuatan dan kelemahannya digunakan untuk meningkatkan nilai
tambah dan daya saing produk

Model Penciptaan Nilai Melalui Inovasi

Dalam ekonomi kreatif, inovasi merupakan sarana untuk meningkatkan nilai tambah dan
keunggulan bersaing. Semakin sering berinovasi, maka akan semakin tinggi nilai tambah dan
keunggulannya. Keunggulan adalah daya saing. Daya saing adalah posisi tawar di pasar.
Dengan demikian inovasi dapat meningkatkan nilai tambah, keunggulan, daya saing, dan
posisi tawar pasar.

Untuk menghasilkan nilai tambah, menurut Kotler dan Keller (2006) ada empat jenis cara
berinovasi yang dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini.

1. Dengan cara penemuan, yaitu dengan mengkreasi suatu produk, jasa, atau proses yang
belum pernah dilakukan sebelumnya. Konsep ini cenderung disebut revolusioner.
Misalnya, penemuan pesawat terbang oleh Wright bersaudara dan telepon oleh
Alexander Graham Bell.
2. Dengan cara pengembangan, yaitu dengan cara mengembangkan produk, jasa, atau
proses yang sudah ada. Konsep ini menjadikan aplikasi ide yang telah ada berbeda.
Misal, pengembangan McD oleh Ray Kroc.
3. Dengan cara duplikasi, yaitu dengan cara peniruan produk, jasa, atau proses yang
sudah ada. Duplikasi di sini buka semata-mata meniru, melainkan menambah
seutuhnya secara kreatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu memenangkan
persaingan. Misalnya, duplikasi perawatan gigi oleh Dentaland.
4. Dengan Cara Sintesis, yaitu dengan cara perpaduan konsep dan faktor-faktor yang
sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi pengambilan sejumlah ide atau
produk yang sudah ditemukan atau sudah dibentuk sehingga menjadi produk yang
dapat diaplikasikan dengan cara baru.

Dilihat dari karekteristiknya, menurut Rogers (1983) ada lima karekteristik inovasi, yaitu
sebagai berikut.

1. Keuntungan relatif (relative advantage)


Keuntungan relatif adalah tingkat kelebihan suatu inovasi, apakah lebih baik dari
inovasi yang sudah ada sebelumnya atau dari hal-hal yang biasa dilakukan. Biasanya
bisa diukur dari segi ekonomi, prestasi sosial, kenyamanan, dan kepuasan. Semakin
besar keuntungan relatif yang dirasakan oleh adaptor, maka semakin cepat inovasi
tersebut diadopsi.
2. Keserasian (compatibility)
Kompatibilitas adalah tingkat keserasian dari inovasi, apakah dianggap konsisten atau
sesuai dengan nilai-nilai, pengalaman, dan kebutuhan yang ada atau tidak. Jika
inovasi berlawanan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang dianut
oleh pengadopsi, maka inovasi baru tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh
pengadopsi. Kerumitan (complexity)
3. Kompleksitas adalah tingkat kerumitan dari suatu inovasi untuk diadopsi, seberapa
sulit memahami dan menggunakan inovasi. Semakin mudah suatu inovasi dimengerti
dan dipahami oleh pengadopsi, maka semakin cepat inovasi diadopsi.
4. Dapat diuji coba (triability) Triabilitas adalah tingkat kemudahan untuk diujicobakan
suatu inovasi. Apakah suatu inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat
untuk menggunakannya. Suatu inovasi dapat diujicobakan pada keadaan
sesungguhnya, inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk mempercepat
proses adopsi, maka suatu inovasi harus mempu menunjukkan keunggulannya.
5. Dapat diobservasi (observability)
Dapat diobservasi adalah tingkat bagaimana tingkat hasil penggunaan suatu inovasi
dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil suatu inovasi,
semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang atau sekelompok orang.

Menurut Avanti Fontana (2009: 22) inovasi dalam perusahaan terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1. inovasi produk;
2. inovasi proses;
3. inovasi distribusi.

Inovasi dalam bentuk produk, artinya bahwa yang direkayasa itu adalah produknya, misalnya
produk baru hasil inovasi. Inovasi dalam bentuk prosesnya, artinya bahwa penemuan itu
berupa prosesnya, misalnya ditemukan proses yang lebih sederhana, lebih efisien, lebih
mudah, dan lebih efektif. Sementara itu, inovasi dalam bentuk distribusi, yaitu bahwa
penemuan itu dalam distribusinya, misalnya penemuan cara-cara distribusi yang lebih efektif,
lebih efisien, lebih fleksibel. Penemuan dari masing-masing inovasi bisnis ini menghasilkan
nilai tambah dan daya saing.

Selain ketiga jenis inovasi tersebut, hal yang tidak kalah penting adalah inovasi manajerial,
yaitu penemuan-penemuan dalam proses memanajemeni atau pengelolaan industri kreatif.
Industri kecil dan menengah yang pada umumnya berbasis kearifan dan warisan budaya dapat
dikembangkan dengan keempat jenis inovasi tersebut sehingga banyak hasil industri kecil
dan menengah yang berbasis kearifan dan warisan budaya memiliki paten, hak cipta, merek,
dan desain. Pakaian tradisional, batik, kesenian tradisional, makanan khas daerah, dan
warisan budaya daerah lainnya dapat dikembangkan menjadi produk kreatif dengan
berinovasi dalam bentuk pengelolaan (manajerialnya).

Model Penciptakan Nilai Oleh Entrepreneur Kreatif

Semua langkah untuk menciptakan nilai tambah dalam rangka mencari keunggulan
merupakan model penciptaan peluang. Oleh sebab itu, peluang dapat dicari dan diciptakan.
Peluang dapat dicari dan diciptakan dengan cara menciptakan ide, gagasan, imajinasi, dan
khayalan (mimpi-mimpi) untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dan menghasilkan nilai
tambah. Syaratnya, adalah modal kreatif, yaitu kemampuan untuk mengubah ide, gagasan,
imajinasi, dan mimpi-mimpi menjadi kekayaan intelektual seperti desain, merek dagang,
keistimewaan produk, hak cipta, citra, paten, dan royalti.

Kreativitas dan keinovasian merupakan modal dan sekaligus merupakan rahasia dan inti dari
entrepreneur. Dengan kreativitas dan keinovasian, para entrepreneur menciptakan peluang
dengan cara berimajinasi dan berkreasi menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda untuk
menggali nilai tambah (value added). Nilai tambah merupakan keunggulan dan keunggulan
merupakan daya saing. Oleh sebab itu, kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda, identik dengan kemampuan menciptakan nilai tambah dan identik dengan
kemampuan menciptakan keunggulan, daya saing, dan peluang. Hanya produk- produk yang
memiliki nilai tambahlah, yang unggul, berdaya saing, memiliki peluang, dan dapat bertahan
di pasar.

Gambar 4.7 Proses entrepreneur dalam menciptakan nilai tambah


Sumber: Kristalisasi pemikiran penulis

Proses entrepreneurship diawali dengan adanya tantangan seperti persaingan, kekurangan,


kesulitan, keterbatasan, dan keinginan untuk maju. Tantangan adalah permasalahan pokok
yang mendasari seseorang melakukan usaha. Dengan adanya tantangan, seseorang mulai
berpikir mencari jalan pemecahan. Berpikir mencari jalan pemecahan adalah mencari cara-
cara atau metode secara kreatif bagaimana persoalan- persoalan tersebut dapat diatasi. Setelah
menemukan ide, gagasan, dan bayangan untuk memecahkan persoalan, maka ia
mengimplementasikan ide-idenya itu dalam bentuk inovasi. Dengan demikian, tantangan
(masalah) yang dihadapi, mendorong para entrepreneur untuk berusaha secara kreatif dan
inovatif. Usaha kreatif atau berpikir kreatif adalah berpikir sesuatu yang baru. Setelah
berpikir sesuatu yang baru, hasil pikirannya diimplementasikan dalam bentuk tindakan untuk
melakukan sesuatu yang baru. Entrepreneur tidak hanya berpikir sesuatu yang baru, tetapi
juga melakukan sesuatu yang baru untuk menciptakan barang dan jasa baru. Dengan
menciptakan barang dan jasa baru, maka nilai suatu produk bertambah. Nilai tambah inilah
yang diidentikkan dengan daya saing, kualitas, keunggulan, dan peluang. Jadi, rahasia dan
jantungnya entrepreneur yang kreatif dan sukses pada hakikatnya terletak pada kreativitas
dan keinovasian untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Dalam suatu spiral para entrepreneur menciptakan daya saing dan memasuki pasar
internasional dengan dua proses yang berbeda dalam suatu spiral yang saling terkait.

Pertama dengan ada tantangan, seseorang akan menjadi produktif dalam berusaha, Orang
berpikir produktif pasti unggul. Oleh sebab itu, orang yang memiliki tantangan selalu berpikir
produktif dan memiliki keunggulan. Barang dan jasa yang dapat bersaing di pasar
internasional hanya barang dan jasa unggul sehingga sangat mudah entrepreneur untuk masuk
di pasar internasional yang penuh dengan tantangan dan semakin ketat persaingan
(hypercompetition).

Kedua, dengan ada tantangan, maka ada usaha, ada usaha pasti ada tantangan. Sekali
menemukan tantangan, maka usaha dan tantangan berikutnya akan tumbuh. Tantangan
merangsang entrepreneur berpikir kreatif dan bangkit, mengkhayal (dreams), menggagas,
mencari jalan keluar dari tantangan hidup. Proses kreatif inilah yang oleh Zimmerer (1996)
didefinisikan sebagai berpikir sesuatu yang baru (thinking new things). Hasil bepikir (kreatif)
adalah gagasan, khayalan, imajinasi, dan ide-ide, yang kemudian diimplementasikan dalam
bentuk tindakan nyata (inovasi), yaitu melakukan sesuatu yang baru (doing new things) untuk
menghasilkan produk-produk inovatif. Kreativitas dan inovasi dilakukan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda yang dikenal dengan nilai tambah. Nilai tambah adalah daya
saing, dan daya saing adalah peluang.
Gambar 4.8 Proses entrepreneur memasuki pasar internasional
Sumber: Kristalisasi pemikiran penulis.
Ketiga, seseorang yang berpikir (kreatif) dan bertindak (inovatif) merupakan orang yang
produktif. Orang produktif adalah orang yang selalu berpikir dan bertindak untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda (somethings new and different). Sesuatu yang
baru dan berbeda merupakan nilai tambah. Nilai tambah merupakan kualitas, kualitas
merupakan keunggular. Keunggulan adalah daya saing. Daya saing adalah peluang. Dengan
demikian, orang kreatif dan inovatif adalah orang yang produktif dalam menghasilkan
sesuatu yang berbeda, bernilai tambah, unggul, berkualitas, berdaya saing, dan memiliki
banyak peluang. Menurut paradigma baru tentang produktivitas yang dikemukakan oleh
Frederick W. Smith (1996), bahwa Productivity (P) = Quality (Q) atau (Q = P) Produktivitas
tidak hanya mengukur output per jam kerja, tetapi secara keseluruhan mengukur efisiensi
penggunaan sumber-sumber termasuk ilmu pengetahuan, kreativitas manajemen, dan
profesional personal (Christoper F, 1993: 1-71).

Dengan uraian tersebut, pengertian produktivitas dalam ekonomi kreatif sama dengan
pengertian produktivitas secara nonmaterial/nonriil (intangible), yaitu kemampuan
menghasilkan sesuatu yang lebih baik berdasarkan sumber daya yang ada, baik berupa ilmu
pengetahuan, pikiran, maupun tenaga. Kemampuan ini dimiliki oleh para entrepreneur kreatif
yang selalu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) yang lebih
baik, dan dengan cara kreativitas serta keinovasian inilah, para entrepreneur melakukan
proses Kaizen, yaitu suatu proses perbaikan secara terus- menerus (continuous improvement).

Model Penciptaan Nilai Tambah Pada Pekerjaan

Model ini dikemukakan dalam artikel yang berjudul "Creativity at Work" (http://
www.creativityatwork.com/what-is-creativity/13/7/2012). Dalam model tersebut bahwa
penciptaan nilai merupakan gabungan dari imajinasi, kreativitas, empati, dan inovasi.
Kreativitas adalah bagian terpenting dari persamaan inovasi.

Gambar 4.9 Model persamaan value creation


Sumber: http://www.creativityatwork.com/what-is-creeativity/13/7/2012.

Dalam rumusan tersebut, nilai tambah muncul karena adanya imajinasi yang berbarengan
dengan kreativitas, gagasan (emphaty), dan ditindaklanjuti dengan inovasi sebagai proses
penciptaan kebaruan. Jadi kebaruan (novelty) adalah nilai tambah. Nilai tambah adalah
kebaruan, kemudahan, dan kegunaan. Jadi, jika Anda menciptakan kebaruan yang bermanfaat
dan memudahkan bagi kehidupan disebut nilai tambah.

Model Penciptaan Peluang Melalui Penawaran dan Permintaan

Model ini dapat dikembangkan dengan cara mengombinasikan model (1) sampai dengan
model (5) tersebut, yaitu dengan strategi pemasaran berbasis karekteristik produk hasil
industri kreatif. Melahirkan gagasan-gagasan untuk mengadakan pembaruan karakter produk
selain meningkatkan penawaran (supply) juga dapat menciptakan permintaan potensial
(potential demand). Penciptaan produk baru akan merangsang konsumen untuk membeli atau
meningkatkan permintaan. Permintaan yang meningkat akan merangsang para kreator untuk
menciptakan kreasi baru untuk ditawarkan pada konsumen. Dengan demikian, permintaan
dapat merangsang penawaran dan penawaran dapat merangsang permintaan.

Menciptakan karakter baru seperti desain, tipe, fitur, dan merek merek barg akan
menciptakan penawaran produk prodük baru: Penawaran produk baru dapat merangsang
atau menarik minat konsumen untuk membeli produk baru dan dengan demikian
meningkatkan permintaan Permintaan yang cenderung meningkat dari konsumen terhadap
produk-produk baru dapat mendorong para kreator untuk menciptakan produk-produk baru
lebih lanjut yang berarti menciptakan penawaran baru

Model Penciptaan Iklim Ekonomi Kreatif

Produk industri kecil harus terlindungi oleh regulasi agar tercipta iklim ekonomi kreatif. Hal
tersebut penting, sebab masih banyak industri kecil yang terjerat oleh lingkaran bisnis yang
tidak berujung pangkal: kekurangan modal menyebabkan kebergantungan terhadap berbagai
aspek, seperti kebergantungan pada bahan baku, teknologi, metode produksi, volume
produksi, dan pemasaran. Malahan terjadi pasar monopsoni dan monopoli dari perusahaan
yang lebih besar.

Model penciptaan iklim ekonomi kreatif dapat dikembangkan dengan cara sebagai berikut.
1. Pengembangan budaya terutama budaya komersial. Harus memandang bahwa setiap
kegiatan memiliki nilai ekonomi dan komersial.
2. Pengembangan sikap sosial yang lebih menghargai karya sendiri dan karya orang lain.
Ini merupakan salah satu modal insani dalam ekonomi kreatif seperti telah
dikemukakan dalam bagian sebelumnya.
3. Pengaturan regulasi usaha kecil dan menengah. Peran pemerintah adalah katalisator
yang mengatur, mendorong, membina, dan menciptakan iklim kreatif.
4. Perlindungan hukum bagi usaha kecil dengan cara mempermudah pendaftaran hak
paten bagi produk yang diciptakannya. Pemerintah perlu mengakomodasi dan
memfasilitasi pendaftaran hak cipta, paten, dan hak kekayaan intelektual lainnya
sehingga tumbuh semangat ekonomi kratif.
5. Mempercepat pengakuan ekonomi dengan cara mematenkan secara massal produk-
produk orisinal Indonesia oleh pihak yang berwenang.

Pengembangan budaya komersial, sikap positif terhadap karya, baik karya sendiri maupun
orang lain, dan pengakuan serta perlindungan dalam bentuk undang-undang dapat mendorong
dan meningkatkan kreativitas. Sebaliknya, tanpa pengakuan dan perlindungan secara hukum,
serta iklim ekonomi kreatif yang kondusif tidak merangsang untuk berkreativitas.

Cina berhasil dalam pengernbangan ekonomi kreatif karena pemerintah menaruh perhatian
dalam bentuk perlindungan dan regulasi. Korea, Jepang, Hong Kong, dan Singapura adalah
negara-negara yang paling banyak menghasilkan hak paten, Sebaliknya, banyak produk
budaya Indonesia yang belum mendapat perlindungan paten sehingga banyak klain negara
lain terhadap produk budaya Indonesia, seperti kain batik, kursi rotan, kesenian angklung,
dan tarian Tortor Mandailing yang pernah heboh diklaim negara lain.

Rantai Nilai (Value Chain) Industri Kreatif

Yang dimaksud rantai nilai (value chain) dalam industri kreatif adalah rantai proses
penciptaan nilai yang pada umumnya terjadi dalam industri kreatif. Penciptaan nilai dalam
industri manufaktur didasari atas standar proses, produk massal, dan perulangan (Departemen
Perdagangan, 2008; 69) rantai nilai yang menjadi pokok perhatian pengembangan industri
kreatif memiliki urutan linier tahapan kreasi, produksi, distribusi, dan komersialisasi.

Kreasi adalah penciptaan, di mana daya kreasi merupakan faktor masukan (input) dalam
industri kreatif. Daya kreasi adalah kekuatan yang muncul dalam diri individu. Semua orang
memiliki daya kreasi, namun ada yang memanfaatkannya sebagai pekerjaan dan ada juga
yang memanfaatkannya sebagai hobi saja.

Faktor-Faktor yang Dapat Memperkuat Daya Kreasi

1. Edukasi
Pendidikan kreativitas berbasis artistik mutlak perlu diajarkan kepada anak-anak
ketika mulai memasuki taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.
2. Inovasi
Kreasi bisa berbasis pada inovasi baru, artistik, inovasi sains, dan teknologi yang unik
yang belum diciptakan atau dipikirkan orang lain.
3. Ekspresi
Kreativitas telah mampu memaksimalkan daya pikir insani dalam mengambil
keputusan, mencari jalan keluar, menghasilkan suatu benda, produk yang baru, unik,
dan dengan ekspresi yang sangat kuat orang mudah mengingat dengan ribuan tahun
lamanya, misalnya Candi Borobudur yang penuh dengan ekspresi, Tembok Cina
(Great Wall) dan Piramida di Mesir yang sangat menakjubkan.
4. Kepercayaan diri
Merupakan faktor fundamental dalam berkreasi, berani tampil beda, atau tampil
dengan identitasnya sendiri.
5. Pengalaman dan proyek
Pengalaman dan proyek yang melibatkan kreativitas individu sangat penting bagi
penguatan daya kreasi pekerja kreatif itu sendiri.
6. Kreasi
Kreasi yang benar-benar baru dan unik memiliki potensi untuk didaftarkan hak
kekayaan intelektualnya, baik berupa paten, hak cipta, merek maupun desain. Apabila
hasil kreasi ini dapat diproteksi hak kekayaan intelektualnya (HKI), maka kreasi
tersebut dapat dieksploitasi potensi ekonominya tanpa takut ditiru orang lain. Orang
lain yang akan memproduksi harus meminta izin, membayar lisensi, dan membayar
royalti.
7. Agen talenta
Agen talenta/pencari bakat bisa ditemui dalam industri-industri film, musik, dan
sektor-sektor lainnya. Agen talenta ini berfungsi sebagai pemburu talenta baru dan
mengelolanya dalam suatu wadah manajemen. Agen talenta bisa dalam bentuk
rekomendasi pribadi atau pembicaraan dari mulut ke mulut.

Produksi adalah segala aktivitas dalam mentransformasikan input menjadi output, baik
berupa barang maupun jasa. Oleh sebab itu, produksi merupakan rantai nilai industri kreatif.
Aktivitas domain dalam produksi adalah mereplikasi dan mereproduksi. Faktor penting
dalam proses produksi adalah teknologi, jaringan outsourcing (alih daya) jasa, dan skema
pembiayaan. Distribusi adalah segala kegiatan dalam penyimpanan dan pendistribusian
output. Komersialisasi adalah segala aktivitas yang berfungsi memberi pengetahuan kepada
pembeli tentang produk barang dan jasa yang disediakan dan juga memengaruhi konsumen
untuk membelinya. Komersialisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Pemasaran, meliputi pencitraan/konsep merek (branding), menentukan sasaran


(targeting) pasar, memosisikan produk (positioning), (Hermawan K).
b. Penjualan, meliputi penjualan langsung oleh pencipta, agen, distributor, pemegang
lisensi, pewaralaba (franchisee), oleh pabrik (direct selling by designer/creator, by
agent, by distributor, by licensor, by franchisee, by manufacturer, etc).
c. Promosi, meliputi kegiatan eksposisi (expo), pameran, pertunjukan, eksplorasi
saluran media baru.

Tahapan Rantai Nilai

Ada sedikit perbedaan dengan tahapan rantai nilai yang dirancang oleh CCI (Centre of
Excelence for Creative Industries and Innovation), yang dimuat dalam Australia's Creative
Economy: Mapping Methodologies (2008: 15), ada lima langkah rantai nilai, yaitu: (1)
prakreasi (pre-creation), (2) kreasi (creation), (3) realisasi (realisation), (4) konsumsi
(consumption), (5) pascapenjualan (post-sale).
Gambar 4.11 The Broad Stages of The Value Chain Layer of The Value Web
Sumber: CCI, Australia's Creative Economy: Mapping Methodologies, (2008), hlm. 15.

1. Tahapan Prakreasi

Merupakan tahapan persiapan dan akses, pascakonsumsi (post-consumption) dan


praproduksi (pre-production). Persiapan (preservation) dan akses, misalnya berupa
persiapan ke perpustakaan dan museam sebagai prasarana untuk menyiapkan produksi
kreatif dan memahami makna kreatif. Kegiatan pascakonsumsi dan pascaproduksi,
misalnya mengumpulkan masyarakat, komersialisasi, gagasan, kepustakaan, dan
mengumpulkan foto-foto.

2. Tahapan kreasi

Merupakan tahapan permulaan, yang meliputi:

a. kreasi (creation); misalnya menulis, mengkomposit musik, mendesain


perangkat lunak (software), dan prapublikasi;
b. tampilan (performance); misalnya menata musik, tampilan musik (musical
performance);
c. perekaman (recording); misalnya digitalisasi peralatan, percakapan, dan
memfoto (capturing);
d. pemublikasian (publishing); misalnya formalisasi dan melakukan publikasi;
e. kreasi dan realisasi (creation and realization); misalnya mendesain dan
menghasilkan.
3. Tahapan realisasi

Merupakan tahapan pelaksanaan yang meliputi:


a. manufaktur (manufacturing/hosting), misalnya replikasi dari suatu produk
kreatif seperti percetakan surat kabar dan buku, CD, DVD, dan publikasi
b. distribusi (distribution/wholesaling), (misalnya, jaringan transmisi TV dan
peralatan transmisi lainnya (TV transmission networks and transmission
equipment);
c. ritel (retailing/presentation), misalnya bioskop (cinema), pencari berita (news
agent), dan sistem perdagangan via internet (online merchants);
d. distribusi pascapenjualan (post-sale distribution), misalnya, toko penyewaan
video (video rental stores).

4. Tahapan konsumsi

Merupakan tahapan penggunaan oleh konsumen atau pelanggan. Misalnya, TV stereo,


dan peralatan radio yang digunakan sebagai keperluan pokok dalam tahapan
penggunaan.

5. Tahapan purnajual/pascajual (post sale)

Merupakan tahap pelayanan setelah produk sampai kepada konsumen yang, meliputi:
usaha jasa perbaikan (repair service), jasa pemeliharaan (maintenance service), jasa
penyediaan dukungan (support service), jasa untuk melakukan mengubah (alterations
service) (misalnya, TV equipment repair, computer repair, software technical support
services, furniture, and art restoration); secondhand sales, (misalnya, toko barang
antik (antique stores), toko alat-alat rumah tangga dan barang-barang bekas
(secondhand furniture and goods stores), penjualan melalui situs online (online resale
site).

Selain tahapan tersebut, ada juga tahapan yang dibuat UK DCMS Evidence Toolkit's Value
Chain. Menurut UK DCMS ada enam tahapan, yaitu sebagai berikut.
Gambar 4.12 UK DCMS Value Chain
Sumber: CCI, Australia's Creative Economy: Mapping Methodologies, (2008), hlm. 16

Gambar tersebut, tahapan rantai nilai dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Creation, yaitu tahapan menggagas, mengkhayal, dan berimajinasi.


b. Making, yaitu tahapan membuat, memproses untuk menghasilkan output.
c. Dissemination, yaitu menyebarluaskan, menginformasikan dan
mengomunikasikan.
d. Exhibition, yaitu mempromosikan untuk mengenalkan produk.
e. Archiving/preservation, yaitu tahapan pemeliharan (penjaminan).
f. Education/understanding, yaitu tahapan pemberian pemahaman dan
pemaknaan tentang manfaat dan kualitas produk.

Pendekatan Inovasi Rantai Nilai

Menurut Togar M. Simatupang dkk, yang dimuat dalam Industri Kreatif untuk Kesejahteraan
Bangsa (2007: 86-87), Inovasi rantai nilai adalah suatu pendekatan yang mendorong pihak-
pihak terkait secara bersama-sama melihat potensi bersama dalam menciptakan dan
merealisasikan nilai bagi kepentingan bersama. Pendekatan ini menekankan pada beberapa
langkah sebagai berikut.
Gambar 4.13 Pendekatan inovasi rantai nilai
Sumber: Simatupang dkk., Industri Kreatif: Untuk Kesejahteraan Bangsa, (2008), hlm. 87,
[12.07, 28/12/2023]

Seperti tampak pada Gambar 4.13, menurut Simatupang dkk. (2008: 86), ada beberapa
langkah dalam pendekatan inovasi rantai nilai, yaitu sebagai berikut.

1. Tahap penentuan (phase of define), adalah proses mengenali nilai individu dan
diikuti dengan pemaparan jaringan nilai yang dipersepsikan oleh para pemangku
kepentingan.
2. Tahap desain (phase of design), adalah mengembangkan proposisi nilai dan peta
pengantaran nilai kepada pihak yang membutuhkan.
3. Tahap distribusi (phase of delivery), adalah tahap pelaksanaan proposisi nilai sampai
dapat diperoleh realisasi nilai.
4. Tahap diagnosis (phase of diagnose), adalah diagnosis yang melihat apakah ada
kelemahan dari inovasi rantai nilai yang telah berlangsung.

Rangkuman

1. Salah satu strategi penciptaan nilai yang populer saat ini adalah strategi inovasi nilai
samudra biru (blue ocean), yaitu suatu area baru yang diciptakan dengan cara
kreativitas dan imajinasi. Menurut strategi ini, jika ingin memenangi persaingan
secara elegan, kita harus selalu bersikap kreatif sehingga mampu menciptakan pasar
baru yang membawa dan memberi nilai lebih bagi pelanggan.
2. Strategi bue ocean adalah cara berpikir (a way of thinking) yang mendorong kita lebih
kreatif, menciptakan nilai tambah, dan mampu menciptakan hal baru yang membuat
khusus (special) serta berbeda. Menciptakan hal baru berarti perusahaan membuat
sesuatu yang bernilai.
3. Nilai tambah tercipta dari kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk gagasan, ide- ide,
imajinasi, dan khayalan yang menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda (nilai
tambah). Oleh sebab itu, nilai tambah merupakan penjumlahan dari imajinasi,
kreativitas, imajinasi, dan inovasi.
4. Secara kuantitatif, nilai tambah dapat diukur dari selisih atau perbedaan. Sementara
itu, secara kualitatif, nilai tambah dapat diukur dari pembaruan (new), kegunaan
(useful), kemudahan, dan dapat dimengerti (understandable).
5. Ada dua pengertian strategi penciptaan rantai nilai: (a) urutan proses produksi (fungsi)
dari masuknya input tertentu untuk sebuah produk tertentu ke dalam produksi primer,
transformasi, pemasaran hingga konsumen akhir; (b) rangkaian institusional yang
menghubungkan dan mengoordinasikan produsen, pemroses, pedagang, dan
distributor dari sebuah produk tertentu.
6. Enam langkah pemetaaan rantai nilai: (a) tetapkan produk akhir dan pasar/pengguna
akhir; (b) buatlah tahapan dari rantai (tetapkan fungsi yang telah dilaksanakan); (c)
buatlah tahapan utama dari para pelaku rantai; (d) bedakan rantai ke dalam cabang-
cabang apabila diperlukan; (e) petakan para penyedia jasa/institusional pendukung; (f)
siapkan peta matematis yang detail apabila dibutuhkan.
7. Pada setiap rantai nilai, ada tiga komponen penting, yaitu penciptaan nilai, yang
merupakan tahap penciptaan nilai pada setiap proses rantai nilai, penyampaian nilai,
yaitu penyampaian nilai dari produsen ke konsumen, komunikasi nilai, yaitu
penyampaian informasi tentang nilai tambah kepada konsumen.
8. Model-model penciptaan nilai tambah pada ekonomi kreatif dikembangkan untuk
mengetahui dari sudut mana saja nilai-nilai tambah dapat diciptakan oleh industri.
9. Ada beberapa cara untuk menciptakan nilai tambah dalam industri kreatif: Pertama,
model penciptaan nilai melalui kreasi/gagasan. Kedua, model penciptaan nilai melalui
produksi. Ketiga, model penciptaan nilai melalui distribusi. Keempat, model
penciptaan nilai melalui pemasaran. Kelima, model penciptaan peluang melalui
penawaran dan permintaan. Keenam, model penciptaan nilai ekonomis melalui
inovasi. Ketujuh, model penciptaan nilai melalui modal kreatif entrepreneur,
dilakukan dengan cara menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
10. Ada empat cara berinovasi: (a) dengan cara penemuan, yaitu dengan mengkreasikan
suatu produk, jasa, atau proses yang belum pernah dilakukan sebelumnya; (b) dengan
cara pengembangan, yaitu dengan cara mengembangkan produk, jasa, atau proses
yang sudah ada; (c) dengan cara duplikasi, yaitu dengan cara menirukan produk, jasa,
atau proses yang sudah ada. Duplikasi di sini bukan semata-mata meniru, melainkan
menambah seutuhnya secara kreatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu
memenangkan persaingan; (d) dengan cara sintesis, yaitu dengan cara perpaduan
konsep dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi
pengambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan atau sudah dibentuk
sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru.
11. Ada lima langkah rantai nilai, yaitu (a) pre-creation, (b) creation, (c) realization, (d)
consumption, (e) post-sale. Sementara itu, menurut UK DCMS Evidence Toolkit's
Value Chain, terdapat enam tahapan: (a) creation, (b) making, (c) dissemination, (d)
exhibition, (e) archiving/preservation, dan (f) education/understanding.
12. Ada empat tahap pendekatan inovasi rantai nilai: (a) tahap penentuan (phase of
define), adalah proses mengenali nilai individu dan diikuti dengan pemaparan
jaringan nilai yang dipersepsikan oleh para pemangku kepentingan; (b) tahap desain
(phase of design), adalah mengembangkan proposisi nilai dan peta pengantaran nilai
ke pihak yang membutuhkan; (c) tahap distribusi (phase of delivery), adalah tahap
pelaksanaan proposisi nilai sampai dapat diperoleh realisasi nilai; (d) tahap diagnosis
(phase of diagnose), adalah diagnosis yang melihat apakah ada kelemahan dari
inovasi rantai nilai yang telah berlangsung.
13. Pada pemasaran, strategi penciptaan nilai (value creation strategy) dilakukan melalui
nilai pelanggan (customer value), yang meliputi: (a) analisis pelanggan (customer
analysis); (b) penciptaan nilai (value creation); dan (c) kepuasan pelanggan (customer
satisfaction).
14. Untuk menciptakan rantai nilai periu iklim ekonomi kreatif melalui dukungan budaya
dan sosial, Jaminan regulasi, dan hukum serta pengakuan ekonomi melalui paten.
15. Pengembangan rantai nilai industri kreatif memiliki urutan: (a) kreasi, (b) produksi,
(c) distribusi, (d) komersialisasiBeberapa faktor yang dapat memperkuat daya kreasi
edukasi, inovasi, ekspresi, kepercayaan diri, pengalaman, kreasi, dan agen talenta/
pencari bakat.

Bahan Diskusi

1. Usaha menciptakan rantai nilai melalui gagasan, penciptaan nilai melalui produksi,
penciptaan nilai melalui distribusi, dan penciptaan nilai melalui pemasaran.
2. Urutan rantai nilai, pendekatan inovasi rantai nilai, strategi peningkatan nilai tambah
melalui rantai nilai.
3. Penciptaan nilai, penyampaian nilai, dan komunikasi nilai.
4. Model menciptakan peluang dan nilai tambah melaui modal kreatif entrepreneur.
5. Komersialisasi nilai.
BAB 5
Industri Kreatif

Setelah mempelajari bagian ini, pembaca diharapkan dapat:

1. Memahami batasan dan definisi industri kreatif.


2. Memahami karekteristik industri kreatif.
3. Memahami klasifikasi industri kreatif.
4. Memahami perar industri kreatif.
5. Memahami keunggulan-keunggulan industri kreatif.
6. Memahami cara menciptakan peluang industri kreatif.
7. Mampu menciptakan peluang melalui industri kreatif.

Definisi Industri Kreatif

Seperti batasan dan konsep ekonomi kreatif maka definisi, konsep, dan batasan industri
kreatif juga sangat beragam, akan tetapi pada umumnya mengacu pada pengertian
"Bagaimana usaha-usaha mentransformasikan kreativitas individu, kecakapan, dan
keterampilan ke dalam bentuk nilai tambah.".

Beberapa definisi dan batasan incustri kreatif menurut para ahli.

1. Menurut Departemen Perdagangan RI (2009: 5) 1


"Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan
pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta
individu tersebut."

2. Menurut Simatupang (2007)


"Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta, keterampilan, dan
kreativitas yang merupakan elemen dasar setiap individu. Unsur utama industri kreatif
adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan
melalui penawaran kreasi intelektual."

3. Menurut UK DCMS Task Force (1988: 4)

"Industri kreatif merupakan industri yang berasal dari kreativitas individu,


keterampilan, dan bakat yang secara potensial menciptakan kekayaan, dan lapangan
pekerjaan melalui eksploitasi dan pembangkitan kekayaan intelektual dan daya cipta
individu." ("Creatives industries as those industries which have their origin in
individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job
creation through the generation and exploitation of intellectual property and content.")

4. Menurut UNCTAD dan UNDP dalam Creative Economy Report, (2008: 4) "Industri
kreatif dapat didefinisikan sebagai siklus kreasi, produksi, serta distribusi barang dan
jasa yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai input utama.
Industri kreatif terdiri dari seperangkat pengetahuan berbasis aktivitas yang
menghasilkan barang-barang riil dan intelektual nonriil atau jasa-jasa artistik yang
memiliki kandungan kreatif, nilai-nilai ekonomi nonriil, dan objek pasar. Industri
kreatif tersusun dari suatu bidang yang heterogen yang saling memengaruhi dari
kegiatan-kegiatan kreatif yang bervariasi, yang tersusun dari seni dan kerajinan
tradisional, penerbitan, musik, visual, dan pembentukan seni sampai dengan
penggunaan teknologi yang intensif dan jasa-jasa yang berbasis kelompok, seperti
film, televisi dan siaran radio, serta media baru dan desain."
("Creative industries can be defined as the cycles of creation, production, and
distribution of goods and services that use creativity and intellectual capital as
primary inputs. They comprise a set of knowledge-based activities that produce
tangible goods and intangible intellectual or artistic services with creative content,
economic value and market objectives. Creative industries constitute a vast and
heterogeneous field dealing with the interplay of various creative activities ranging
from traditional arts and crafts, publishing, music, and visual and performing arts to
more technology-intensive and services-oriented groups of activities such as film,
television and radio broadcasting, new media and design.")

Berdasarkan definisi tersebut terdapat tiga pengertian, yaitu sebagai berikut.


a. Industri kreatif dapat didefinisikan sebagai siklus kreasi, produksi, serta
distribusi barang dan jasa yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual
sebagai input utama.
b. Industri kreatif terdiri dari seperangkat pengetahuan berbasis aktivitas yang
menghasilkan barang-barang riil dan intelektual nonriil, atau jasa-jasa artistik
yang memiliki kandungan kreatif, nilai-nilai ekonomi, dan objek pasar.
c. Industri kreatif tersusun dari suatu bidang yang heterogen, yang saling
memengaruhi dari kegiatan-kegiatan kreatif yang bervariasi, yang tersusun
dari seni dan kerajinan tradisional, penerbitan-publikasi, musik, visual, dan
pembentukan seni sampai dengan penggunaan teknologi yang intensif dan
jasa- jasa yang berbasis kelompok, seperti film, televisi dan siaran radio, serta
media baru dan desain.

5. Menurut UNCTAD (2008: 33) ada beberapa batasan dan definisi industri kreatif,
yaitu sebagai berikut.
a. Industri kreatif merupakan siklus kreasi, produksi, dan distribusi barang dan
jasa yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai input utama.
(are the cycles of creation, production, and distribution of goods and services
that use creativity and intellectual capital as primary inputs.)
b. Industri kreatif tersusun dari seperangkat ilmu pengetahuan yang berbasis
aktivitas, yang memfokuskan tidak terbatas hanya pada seni, yang secara
potensial menghasilkan penerimaan yang berasal dari perdagangan dan hak
kekayaan intelektual (constitute a set of knowledge-based activities, focused
on but not limited to arts, potentially generating revenues from trade and
intellectual property rights.)
c. Industri kreatif terdiri atas barang-barang riil dan intelektual yang bersifat
nonriil, atau jasa-jasa artistik yang memiliki kandungan kreatif, nilai ekonomi,
dan pasar (comprise tangible products and intangible intellectual or artistic
services with creative content, economic value, and market.)
d. Industri kreatif terletak pada lintasan/persilangan antara pekerja yang ahli
(artisan), jasa-jasa, dan sektor-sektor industri. (are at the cross-road among the
artisan, services, and industrial sectors.)
e. Industri kreatif merupakan sektor dinamis baru dalam perdagangan dunia
(constitute a new dynamic sector in world trade.)

6. Menurut UNESCO

"Industri kreatif adalah industri yang mengombinasikan kreativitas, keterampilan, dan


kecakapan untuk menghasilkan kekayaan dan lapangan kerja. Industri kreatif dibentuk
oleh budaya kreatif, yaitu budaya yang mengombinasikan kreasi (creation), produk
(product), dan komersialisasi (commercialization).

Produk dari industri kreatif disebut produk komersialisasi (commercial product), yaitu
berupa barang dan jasa kreatif (creative goods and services). Menurut Hermawan K,
yang dikutip oleh kelompok kerja indonesia design power departemen perdagangan
RI (2008: 73), "Komersialisasi adalah segala aktivitas yang berfungsi memberi
pengetahuan kepada pembeli tentang produk barang dan jasa yang disediakan dan
juga memengaruhi konsumen untuk membelinya."

Kegiatan komersialisasi, meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Pemasaran
Dalam pemasaran, kegiatan komersialisasi yang dilakukan mencakup
pencitraan/ konsep merek (branding), penentuan pasar sasaran (targeting), dan
menentukan posisi pasar (market positioning).
b. Penjualan
Dalam penjualan, kegiatan komersialisasi yang dilakukan mencakup penjualan
langsung oleh desainer, kreator, agen, distributor, pemegang lisensi, pemegang
pewaralaba (franchisee), pabrikan, dan lain sebagainya. (Direct selling by
designer/ creator, by agent, by distributor, by licensee, by franchisee, by
manufacturer, ect.)
c. Promosi
Kegiatan komersialiasi yang dapat dilakukan melalui promosi, seperti ekspo
(expo), pameran, pertunjukan, penggunaan saluran media baru.
Sementara itu, layanan adalah segala aktivitas yang diperlukan untuk menjaga suatu
produk-barang atau jasa-tetap berfungsi dengan baik sesuai dengan harapan
konsumen setelah produk tersebut dibeli oleh konsumen.

Karekteristik Industri Kreatif

Berdasarkan hasil studi perr.etaan Industri kreatif yang dilakukan Departemen Perdagangan
RI (2007: 38), industri kreatif memiliki karekteristik umum sebagai berikut.

1. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah terjadi hampir pada seluruh subsektor industri
kreatif.
2. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah tersebut diikuti oleh fluktuasi pertumbuhan
jumlah perusahaan.
3. Fluktuasi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tinggi, tetapi tidak setinggi fluktuasi
pertumbuhan perusahaan.
4. Memiliki tingkat teknologi dan produktivitas modal yang relatif konstan. Artinya
teknologi yang digunakan bukan teknologi tinggi dan bukan industri padat modal
(capital intensive).

Klasifikasi Industri Kreatif

Ada beberapa klasifikasi Industri kreatif. Menurut UNDP dan UNCTAD (2008: 18), dapat
dilihat dari model sektor-sektor kreatif sebagai berikut.
Tabel 5.1 Sistem klasifikasi untuk industri kreatif dilihat dari macam-macam model

Sumber: UNDP, Economy Creative Report, 2008, hlm. 12.

1. Berdasarkan UK DCMS model terdiri atas: periklanan, arsitektur, seni dan pasar
barang antik, kerajinan, desain, pakaian, film dan video, musik, pertunjukan, kesenian,
penerbitan, perangkat lunak (software), televisi dan radio, serta video dan permainan
komputer (computer games).
2. Berdasarkan symbolic texts model ada beberapa kategori, yaitu:
a. kategori industri budaya inti (core cultural industries), meliputi periklanan,
film, internet, musik, penerbitan, televisi dan radio, serta video dan permainan
komputer.
b. kategori industri budaya di sekelilingnya (peripheral cultural industries),
meliputi kesenian kreatif.
c. kategori industri budaya perbatasan (borderline cultural industries), meliputi
elektronik untuk konsumen, mode, perangkat lunak, olahraga.
3. Berdasarkan concentric circles model terdiri atas empat kategori:
a. kategori seni kreatif inti (core creative arts), meliputi literatur, musik, seni
pertunjukan, dan seni visaal.
b. kategori inti industri budaya lainnya (other core cultural industries), meliputi
film, museum, dan perpustakaan.
c. kategori industri budaya yang lebih luas (wider cultural industries), meliputi
jasa- jasa heritage (heritage services), penerbitan, rekaman suara, televisi dan
radio, video, dan permainan komputer.
d. kategori industri yang berkaitan (related industries), meliputi periklanan,
arsitektur, desain, dan mode.

4. Berdasarkan WIPO copyright model ada beberapa kategori, yaitu:


a. kategori industri penerbitan inti (core copyright industries), meliputi
periklanan, collecting societies, film dan video, serta musik.
b. kategori seni pertunjukan (performing arts), meliputi penerbitan, perangkat
lunak, televisi dan radio, serta visual dan seni grafis.
c. kategori industri penerbitan yang saling terkait (interdependent copyright
industries), meliputi materi rekaman yang masih kosong, elektronika untuk
konsumen (consumer electronics), alat-alat musik, kertas, fotokopi, dan
peralatan fotografis.
d. kategori industri secara parsial (partia! copyright industries), meliputi
arsitektur, pakaian (clothing), alas kaki (footwear), desain, mode, alat-alat
rumah tangga (household goods).

Berbeda dengan klasifikasi tersebut, UNCTAD dalam Creative Economy Report (2008: 14),
mengklasifikasikan industri kreatif ke dalam beberapa kategori berikut.

1. Heritage, yang terdiri atas:


a. ekspresi budaya tradisional, meliputi seni dan kerajinan, festival dan perayaan/
pertunjukan.
b. situs budaya, meliputi situs arkeologi, museum, perpustakaan dan ekshibisi,
dsb.
2. Seni (arts), terdiri atas:

seni visual: lukisan (painting), patung (sculpture), fotografi, dan barang-barang antik.

3. Media terdiri atas:


a. percetakan dan media penerbitan, meliputi buku-buku, surat kabar, dan
publikasi lainnya.
b. audio visual, meliputi film, tv, radio dan siaran lainnya.

4. Kreasi Fungsional terdiri atas:


a. desain, meliputi interior, grafik, mode, dan perhiasan.
b. media baru, meliputi perangkat lunak, permainan video (video game), dan
konten kreatif digital lainnya.
c. jasa-jasa kreatif, meliputi arsitektur, periklanan, budaya dan rekreasional, riset
dan pengembangan kreatif, digital dan jasa-jasa kreatif lainnya.

Sementara itu, klasifikasi industri kreatif menurut Departemen Perdagangan Republik


Indonesia (2008: 4), terdapat 14 subsektor industri yang berbasis kreativitas, meliputi:

1. periklanan,
2. arsitektur
3. pasar barang seni,
4. kerajinan,
5. desain,
6. pakaian,
7. video, film, dan fotografi,
8. permainan interaktif,
9. musik,
10. seni pertunjukan,
11. penerbitan dan percetakan,
12. layanan komputer dan perangkat lunak,
13. televisi dan radio,
14. riset dan pengembangan.
Peran Industri Kreatif

Industri kreatif memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional maupun global
karena memberikan kontribusi terhadap berbagai aspek kehidupan baik secara ekonomi
maupun nonekonomi. Secara ekonomi, industri kreatif berperan dalam menciptakan iklim
bisnis, penciptaan lapangan kerja, menumbuhkan inovasi dan kreativitas, pencipta sumber
daya yang terbarukan, dan berkontribusi positif terhadap pendapatan nasional bruto (Gross
National Product-GNP).

Berdasarkan laporan ekonomi kreatif (2008: 2), dari Departemen Perdagangan RI, kontribusi
ekonomi kreatif dapat dilihat dari beberapa indikator baik secara ekonomi maupun
nonekonomi sebagai berikut.

1. Berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB)

Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan RI (2008: 26), Kontribusi Industri


kreatif terhadap PDB di Indonesia tahun 2002-2007 sebesar 6,3%, Inggris 8,2%,
Amerika Serikat 11,12% (WIPO), Singapura tahun 2002 sebesar 3% dari GDP.
Menurut Bank Dunia tahun 1999, ekonomi kreatif berkontribusi 7,3% terhadap
ekonomi Global (Howkins, 2001).

2. Menciptakan lapangan pekerjaan

Industri kreatif telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Laporan Departemen


Perdagangan (2008: 27), industri kreatif Indonesia tahun 2002-2006 rata-rata mampu
menyerap 5,4 juta tenaga kerja dengan tingkat partisipasi tenaga kerja nasional
sebesar 5,79%, dan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja per kapita
Rp19.466.000 per tahun.

3. Mempertinggi ekspor

Kontribusi industri kreatif terhadap ekspor Indonesia tahun 2006 sebesar 9,13%,
pertumbuhan ekspor industri kreatif Inggris 11% dan kontribusi ekspornya 4,3%.

4. Meningkatkan iklim bisnis


Industri kreatif dapat dimanfaatkan sebagai perangsang investasi, yaitu dengan
pembangunan kota-kota kreatif, yang diikuti pembangunan infrastruktur komunikasi
dan informasi yang mempermudah akses, kemudian mendatangkan para investor.
Misalnya, untuk tingkat kota: Bandung dan Tasikmalaya untuk provinsi: Jawa Barat,
Jogyakarta, dan Bali. Sedangkan untuk tingkat negara, misalnya Hong Kong,
Singapura, Cina, Taiwan, dan banyak lagi negara-negara di Eropa, Amerika, dan
Australia.
5. Pencipta lapangan usaha
Perkembangan industrri kreatif sangat berkontribusi terhadap sektor jasa dan
produksi. Berbagai sektor tercipta akibat tumbuhnya industri kreatif baik yang
berskala kecil maupun yang berskala besar, seperti sektor perdagangan, sektor
distribusi, sektor kontruksi, dan sektor pariwisata.
6. Dampak terhadap sektor lain
Industri kreatif telah menciptakan struktur industri baru sehingga membuka lapangan
usaha baru bagi industri pendukungnya. Misalnya, dengan tumbuh dan
berkembangnya sektor Industri kuliner di kota Bandung telah meningkatkan
pertumbuhan sektor-sektor usaha lainnya, seperti pariwisata dan perdagangan.
7. Dampak terhadap aspek sosial
Selain berkontribusi terhadap perekonomian, industri kreatif berkontribusi terhadap
sosial ekonomi lainnya. Misalnya, terhadap peningkatan kualitas hidup, peningkatan
toleransi sosial, bahkan peningkatan citra dan identitas bangsa.
8. Dampak terhadap pelestarian budaya
Peran penting nonekonomi dari industri kreatif adalah berperan dalam membangun
budaya, warisan budaya, dan nilai-nilai lokal. Industri kreatif yang berbasis budaya
menciptakan landasan karakter budaya lokal yang kuat. Industri kreatif mampu
memperjuangkan hak kekayaan intelektual (HAKI) bagi warisan budaya, dan kearifan
budaya. Jamu-jamuan, makanan tradisional, obat-obatan tradisional, seni tradisional,
dan pakaian tradisional adalah warisan budaya yang dapat dilindungi HAKI-nya. Di
bidang teknologi sangat beragam, seperti irigasi subak, sistem pelestarian hutan suku
pedalaman dan warisan budaya kerajinan lainnya, semua warisan budaya tersebut
memiliki potensi pasar dan merupakan produk industri kreatif bangsa.
Keunggulan Industri Kreatif

Menurut Departemen Perdagangan RI, yang dikutip Ubaydillah dalam karyanya Melirik
Peluang Industri Kreatif, (2009: 1), industri kreatif memiliki kelebihan dan telah terbukti
memberikan sumbangan dalam pembangunan, di antaranya sebagai berikut.

1. Kebutuhan terhadap modal uang dan material relatif lebih kecil. Siapa saja, individu
atau kelomok bisa memulainya dengan menggunakan modal yang sudah ada.
2. Fleksibel terhadap perubahan sehingga lebih tahan terhadap goncangan eksternal. Ide
kreatif itu bisa diterapkan dan diadaptasikan ke tingkat yang tak ada batasnya meski
masih dalam satu bidang.
3. Kelincahan dalam bermain, terutama dalam distribusi dan pemasaran. Kalau kita
mengirim barang ke Saudi, ini butuh waktu beberapa hari, di samping juga biayanya
mahal. Namun, kalau kita mengirim berkas (file), hitungannya menit dan biayanya
lebih murah.

Peluang Industri Kreatif

Industri kreatif sangat responsif terhadap fenomena-fenomena sosial konsumen. Sebaliknya,


konsumen juga sangat responsif terhadap barang-barang dan jasa-jasa baru yang unik yang
diciptakan industri kreatif. Oleh sebab itu, industri kreatif akan merespons balik dari
konsumen dengan cara menciptakan produk-produk yang berkarakter baru.

Dengan daya respons dan fleksibilitas maka permintaan konsumen telah mengubah
pendekatan dalam orientasi industri, dari supply driven, yaitu industri yang merespons
konsumen, ke demand driven, yaitu pendekatan industri yang berorientasi untuk merangsang
permintaan, dan proses produksinya tidak di suatu tempat, tetapi tersebar. Perkembangan
industri jasa lebih cepat daripada perkembangan industri barang, seperti tampak pada industri
jasa transportasi, keuangan, dan telekomunikasi.

Industri mobil, elektronik, dan jasa perusahaan Jepang, Korea, dan Amerika tersebar di
beberapa negara di Asia dan Afrika. Pada tingkat nasional industri jasa angkutan, hotel, dan
perusahaan transportasi tersebar di beberapa kota.
Berdasarkan data dari United Nation tahun 2003, bahwa 50% dari belanja masyarakat
(consumer spending) dari negara-negara G7-AS, Jerman, Prancis, Jepang, Inggris, Italia, dan
Kanada berasal dari produk industri kreatif (Ryan, Deperindag, 2008: 26). Sedangkan belanja
masyarakat meliputi 2/3 dari kontribusi GDP sehingga potensi pasar industri kreatif di
negara-negara G7 dapat diperkirakan sebesar 50 x 2/3 GDP. Hal tersebut menjadi sangat
penting mengingat Amerika, Inggris, Prancis, Kanada, Italia, dan Jepang merupakan negara-
negara tujuan ekspor dari negara-negara berkembang. Berdasarkan data Bank Dunia (1999),
ekonomi kreatif berkontribusi 7,3% terhadap ekonomi global (Howkins, 2001, Departemen
Perdagangan RI, 2008: 26).

Rangkuman

1. Industri kreatif didefinisikan sebagai siklus kreasi, produksi, dan distribusi barang dan
jasa yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai input utama.
Industri kreatif terdiri dari seperangkat pengetahuan berbasis aktivitas untuk
menghasilkan barang-barang riil dan intelektual nonriil atau jasa-jasa artistik yang
memiliki kandungan kreatif, nilai-nilai ekonomi, dan objek pasar. Dengan kata lain,
industri kreatif adalah industri yang mengombinasikan kreativitas, keterampilan, dan
kecakapan untuk menghasilkan kekayaan dan lapangan kerja. Industri kreatif dibentuk
olet. budaya kreatif, yaitu budaya yang mengombinasikan kreasi, produk, dan
komersialisasi. Produk dari industri kreatif disebut produk komersialisasi, yaitu
berupa barang dan jasa kreatif.
2. Industri kreatif memiliki karekteristik umum: (a) fluktuasi pertumbuhan nilai tambah,
(b) flaktuasi pertumbuhan jumlah perusahaan, (c) fluktuasi pertumbuhan penyerapan
tenaga, (d) memiliki tingkat teknologi dan produktivitas modal yang relatif konstan.
Ada beberapa klasifikasi industri kreatif, yaitu berdasarkan UK DCMS model,
symbolic texts model, concentric circles model, dan WIPO copyright model.
3. Secara ekonomi, industri kreatif berperan dan berkontribusi terhadap perekonomian
nasional dan global, yaitu menciptakan iklim bisnis, penciptaan lapangan kerja,
menumbuhkan inovasi dan kreativitas, pencipta sumber daya yang terbarukan,
meningkatkan ekspor, dan berkontribusi terhadap GNP. Secara nonekonomi, berperan
dalam membangun budaya, warisan budaya, dan nilai-nilai lokal.
4. Industri kreatif memiliki kelebihan/keunggulan-keunggulan, yang meliputi: (a)
kebutuhan terhadap modal uang dan material relatif lebih kecil; (b) fleksibel terhadap
perubahan sehingga lebih tahan terhadap goncangan eksternal; (c) kelincahan dalam
bermain, terutama dalam distribusi dan pemasaran. Selain memiliki keunggulan,
industri kreatif sangat responsif terhadap fenomena-fenomena sosial konsumen
dengan cara menciptakan produk-produk yang berkarakter baru. Dengan daya respons
dan fleksibilitasnya maka permintaan konsumen telah mengubah pendekatan dalam
orientasi industri, dari supply driven, yaitu industri yang merespons konsumen, ke
demand driven, yaitu pendekatan industri yang berorientasi untuk merangsang
permintaan, dan proses produksinya tidak di suatu tempat, tetapi tersebar.

Bahan Diskusi

1. Deskripsikan industri kreatif, inti industri kreatif, kandungan kreatif, dan produk
kreatif!
2. Apa yang dimaksud dengan komersialisasi produk kreatif?
3. Jelaskan peran dan kontribusi industri kreatif dalam bentuk data dan fakta, serta
keunggulan dan kelemahan industri kreatif!
4. Jelaskan perkembangan industri kreatif yang menghasilkan produk riil dan nonriil!
5. Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi industri kreatif!
BAB 6

Sumber Daya Ekonomi Kreatif

Setelah mempelajari bagian ini, pembaca diharapkan dapat:

1. Memahami peran sumber daya manusia dalam ekonomi kreatif,


2. Memahami pola pikir kreatif masa depan (five minds of the future)
3. Memahami jenis-jenis kemampuan yang diperlukan dalam ekonomi
kreatif.
4. Memahami sumber daya manusia kreatif dan inovatif.
5. Memahami pentingnya daya kreativitas dan cara berpikir kreatif.
6. Mengetahui komunitas kreatif.
7. Memahami pentingnya investasi modal insani dalam ekonomi
kreatif.
8. Memahami cara mengukur dan menggunakan instrument tes untuk
mengukur kreativitas.
9. Memiliki perubahan pola pikir dan kemampuan kreatif dan inovatif.

Sumber Daya Manusia Kreatif

Richard Florida menggolongkan sumber daya kreatif di Amerika menjadi strata baru yang
disebut strata kreatif (Creative Class). Dalam bukunya The Rise of Creative Class: And How
It's Tranforming Work, Leisure, Community, and Everyday Life, (2003), dan dikutip oleh
Departemen Perdagangan (2008: 30-31), Florida mengemukakan bahwa sumber daya kreatif
terdiri dari dua komponen utama, yaitu sebagai berikut.

1. Inti super kreatif (super creative core) Strata inti super kreatif (super creative core)
terdiri dari ilmuwan dan insinyur, profesor pada universitas, pujangga dan pengarang
cerita, seniman dan seniwati, entertainers, aktor, desainer dan arsitek, pengarang
cerita nonfiksi, editor, tokoh budaya, peneliti, analis, produser film, dan pekerja
kreatif lainnya yang secara intensif berperan dalam proses kreatif.
Hal utama yang harus dihasilkan dalam pekerjaan kreatif adalah menghasilkan suatu
bentuk baru atau desain yang dipergunakan secara luas. Misalnya, desain produk
yang dapat dibuat secara luɛs, dijual dan digunakan, teori dan strategi yang dapat
diaplikasikan pada berbagai kasus, atau menggubah musik yang dapat
dipertontonkan setiap kali.

2. Pekerja kreatif profesional (creative professional) Orang yang bekerja pada strata ini
pada umumnya bekerja pada industri yang memiliki karekteristik dalam
menginter.sifkan penggunaan ilmu pengetahuan (knowledge intensive), seperti
industri berbasis teknologi tinggi (high tech), berbasis jasa keuangan, berbasis
hukum, praktisi kesehatan, keteknikan (technical), dan manajemen bisnis. Semua
Individu tersebut terlibat dalam penyelesaian masalah yang memerlukan kreativitas
(creative problem solving). Mereka biasanya mengombinasikan metode standar
dengan cara yang unik. Visalnya, dokter, pengacara atau manajer pada umumnya
melakukan hal ini untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Individu-
individu ini akan menjadi strata inti super kreatif jika terlibat dalam proses
penciptaan sesuatu yang baru.

Dalam ekonomi kreatif di mana kreativites menjadi industri, pekerjaan kreatif tidak hanya di
dunia seni, tetapi juga di dunia manajemen, sains, dan teknologi. Menurut Florida, sumber
daya manusia kreatif meliputi orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidang sains,
insinyur, arsitek, desainer, pendidik, artis, musisi, dan entertainer.

Sumber daya manusia kreatif adalah orang-orang yang menciptakan ide-ide baru, teknologi
dan metode baru, serta kandungan baru (new content), (Departemen Perdagangan, 2008: 20).
Dengan kata lain, sumber daya kreatif adalah sumber daya manusia yang selalu mengasah
kepekaan dan kesiapan untuk proaktif dalam menghadapi perubahan- perubahan yang
ditemukan dalam dunia nyata.
Untuk menciptakan sumber daya manusia kreatif menurut Departemen Perdagangan RI
(2008: 21), lembaga pendidikan seharusnya mengarah kepada sistem pendidikan yang dapat
menciptakan hal berikut.

1. Kompetensi yang kompetitif


Untuk menciptakan kompetensi yang kompetitif, lembaga pendidikan harus
memperbanyak pelatihan yang berorientasi ke lapangan, eksperimen, penelitian dan
pengembangan (riset and development), serta mengadakan proyek kerja sama
multidisipliner yang beranggotakan berbagai keilmuan, sains, teknologi, dan seni.
2. Inteligensia multidimensi
Harus menempatkan porsi yang sama dalam dunia pendidikan antara kecerdasan
rasional (Intellegentia Quotient-IQ), kecerdasan emosi (Emotional Quotient-EQ), dan
kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient-SQ), untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berinteligensia, rasional tinggi, dan memiliki daya kreativitas yang
tinggi.
Ingat, bahwa elemen terpenting dan merupakan fondasi industri kreatif adalah sumber
daya insani (people).

Pola Pikir Kreatif Masa Depan (Five Minds of the Future)

Fondasi ekonomi kreatif adalah modal insani, yang terdiri dari modal intelektual yang
diwujudkan dalam bentuk pola berpikir kreatif. Pola berpikir kreatif adalah pola pikir yang
lebih mengedepankan high concept (konsep tinggi) dan high touch (sentuhan tinggi). High
concept adalah kemampuan menciptakan keindahan secara artistik dan menciptakan
emosional dalam rangka mengenali pola-pola dan peluang-peluang, serta menciptakan
sesuatu yang indah dan mampu menghasilkan temuan-temuan yang belum dipikirkan orang
lain. Sedangkan high touch adalah kemampuan berempati, dan memahami esensi interaksi
antarmanusia dan menemukan makna-makna.

Berpikir kreatif adalah kegiatan berimajinasi, abstrak, dan berobsesi. Menurut Daniel L. Pink
(2005) dalam Bukunya The Whole New Mind: Moving from the Information Age to the
Conceptual Age, dan dikutip oleh Departemen Perdagangan (2008: 2) serta dimuat dalam
(http://www.creativityatwork.com/what-is-creativity/,13/7/2012), ada beberapa prinsip yang
harus dimiliki dalam pola pikir kreatif atau disebut whole-brain innovation.

1. Not just function but also... DESIGN


2. Not just argument, but also ...STORY
3. Not just focus, but also... SYMPHONY
4. Not just logic, but also...EMPATHY
5. Not just seriousness, but also... PLAY
6. Not just accumulation, but also... MEANING

Dengan demikian, seorang kreator adalah seseorang yang selalu memiliki pola pikir whole-
brain Innovation sebagai berikut.

1. Tidak hanya berpikir tentang bagaimana menciptakan sesuatu dari segi fungsi, tetapi
juga berpikir bagaimana membuat desain yang menarik.
2. Tidak hanya berpikir tentang bagaimana berargumentasi, tetapi juga pikirkan tentang
cerita atau sejarahnya.
3. Tidak hanya berpikir tentang fokus, tetapi juga pikirkan tentang simfoni.
4. Tidak hanya berpikir serius, tetapi juga berpikir tentang permainan.
5. Tidak hanya berpikir tentang jumlah atau akumulasi, tetapi juga pikirkan tentang
makna atau arti penting dari sesuatu yang diciptakan.

Di samping pola pikir whole-brain innovation, menurut Howard Gardner dalam bukunya The
Five Minds of The Future dan dikutip oleh Kelompok Kerja Design Power Departemen
Perdagangan (2008: 2-3), mengemukakan lima pola pikir yang diperlukan di masa yang akan
datang yang disebut "The Five Minds of the Future" ("Lima Pola Pikir Masa Depan.")
sebagai berikut.

1. Pola pikir disipliner (the diciplinary mind) Pola pikir disipliner merupakan pola pikir
yang dipelajari di bangku sekolah, seperti disiplin ilmu-ilmu sains, matematika,
ekonomi, dan sejarah.
2. Pola pikir menyintesis (the synthesizing mind) Pola pikir menyintesis adalah
kemampuan menggabungkan ide-ide dari berbagai disiplin ilmu. Pola pikir sistesis
melatih kesadaran untuk berpikir luas dan fleksibel, mau menerima dari sudut
pandang berbagai disiplin ilmu (multidicipline). Misalnya, dalam memperkenalkan
produk dan jasa baru, strategi komunikasi, dan pencitraan yang dibarengi dengan
menyintesiskan keduanya dalam rangka meraih sukses dalam pangsa pasar.
3. Pola pikir menciptakan (the creating mind)
1. Pola pikir menciptakan adalah kemampuan untuk mengungkapkan dan menemukan
jawaban dari suatu permasalahan atau fenomena yang dihadapinya. Misalnya, bila
terjadi penurunan pangsa pasar maka perlu kemampuan untuk mengatasi persolan
pangsa pasar yang menurun; bila terjadi penurunan permintaan maka perlu
kemampuan untuk menanggulangi turunnya permintaan, dan seterusnya. . Pola pikir
penghargaan (the respectful mind)
2. 4 Pola pikir penghargaan adalah kesadaran untuk menghargai dan mengapresiasi
perbedaan di antara kelompok-kelompok manusia sehingga tercipta keharmonisan
dalam lingkungannya. Menurut Richard Florida (2001), faktor penting untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas adalah dengan adanya tingkat
toleransi yang tinggi di antara sesama komunitas, dengan cara menghargai perbedaan
dan menghargai karya cipta orang lain. (Deperindag, 2008: 4). Misalnya, penggunaan
bahan baku industri yang mengunakan kandungan lokal, yaitu bahan baku yang
tersedia dalam lingkungannya. Kemampuan ini sangat penting untuk
memaksimumkan pemanfaatan potensi lokal.

Pada intinya menurut Friedman, bahwa setiap orang yang bekerja dalam bidang apa pun,
wajib memiliki kemampuan dalam mengombinasikan dan menggerakkan, menyintesiskan,
menjabarkan, menciptakan nilai, mengadaptasi dan mengembangkan tolok ukur, menjaga
keseimbangan alam, dan kemampuan menciptakan sesuatu yang sumber bahan bakunya dari
kandungan lokal.

Sumber Daya Manusia Kreatif dan Inovatif


Sumber daya manusia kreatif dan inovatif merupakan modal utama dalam ekonomi kreatif,
karena jantungnya ekonomi kreatif adalah kreativitas dan keinovasian. Kreativitas lebih
mengarah pada konsep berpikir, yaitu kemampuan seseorang dalam berpikir sesuatu yang
baru dan berbeda. Sedangkan keinovasian lebih mengarah kepada konsep bertindak
seseorang, yaitu seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan atau melakukan
sesuatu yang baru dan berbeda.

Menurut Hardvard's Theodore Levitt dalam buku karya Zimmerer (1996: 51) yang berjudul
Entrepreneurship and the New Venture Formation mengemukakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang dalam mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru
dalam memecahkan persoalan dan dalam menghadapi peluang (Creativity is the ability to
develop new ideas and to discover new ways of looking at the problems and opportunities).
Sedangkan keinovasian adalah kemampuan menerapkan pemecahan-pemecahan persoalan
secara kreatif dan menciptakan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan
manusia (Innovation is the ability to apply creative solutions to those problems and
opportunities to enhance or to enrich people's live) (Zimmerer, 1996: 51).

Orang kreatif selalu tidak puas terhadap apa yang dicapainya dan selalu ingin tampil berbeda
dan terbaik. Oleh sebab itu, ia selalu berimajinasi dan berobsesi untule menciptakan kreasi-
kreasi baru.

Ciri-Ciri Sumber Daya Manusia Kreatif

Bagian ini memberikan penjelasan ciri-ciri sumber daya manusia kreatif menurut para ahli,
seperti:

Yuyun Wirasasmita (1994:7) mengemukakan tetang ciri-ciri seseorang yang kreatif sebagai
berikut.

1. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini meskipun cara tersebu
cukup baik.
2. Pola pikir etis (the ethical mind)
Pola pikir etis, yaitu kemampuan untuk menanamkan nilai-nilai etika ke dalam
lingkungan secara bertanggung jawab. Dengan demikian, seseorang akan lebih
produktif dalam menghasilkan terobosan-terobosan baru dan tidak suka meniru
produk-produk yang dihasilkan orang lain.
Untuk meningkatkan ekonomi kreatif maka the five minds of the future dan whole- brain
innovation tersebut, menurut penulis merupakan inti dan rahasia kreativitas ekonomi yang
perlu digali dan dikembangkan. Tanpa pola pikir dan inovasi berpikir secara keseluruhan
maka kreativitas ekonomi tidak akan terwujud.

Kemampuan yang Diperlukan Dalam Ekonomi Kreatif

Selain pola pikir, Thomas L. Friedman, (2005) dalam bukunya The World is Flat: A Brief
History of the Twenty-First Century, dan dikutip oleh Departemen Perdagangan (2008: 4)
mengemukakan "tujuh kemampuan wajib" yang harus disiapkan oleh orang-orang yang ingin
bekerja di bidang pekerjaan apa pun, yaitu sebagai berikut.

1. Kemampuan berkolaborasi dan menyelaraskan (great collaborators and orchestrators),


yaitu kemampuan mergombinasikan dan menyelaraskan atau mengubah atau
mengomposisikan berbagai bidang dan produk barang maupun jasa.
2. Kemampuan dalam menyintesis segala sesuatu (the great synthesizers), yaitu
kemampuan untuk mencari perbedaan dan persamaan dari hal-hal yang ada.
3. Kemampuan dalam menjabarkan suatu konteks (the great explainer), yaitu
kemampuan untuk menguraikan dan menjabarkan dari suatu konteks ke konteks lain.
4. Kemampuan dalam menciptakan nilai tambah (the great leveragers), yaitu
kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah barang dan jasa pada setiap rantai nilai,
mulai dari tahap penyediaan (supply) bahan baku sampai dengan purnajual (postsale).
5. Kemampuan dalam mengadaptasi terhadap lingkungan baru (the great adapters), yaitu
kemampuan untuk mer.gadaptasi, kemudian hasil adaptasinya itu dikembangkan
untuk menghasilkan perbedaan dan nilai tambah baru. Misalnya, proses benchmark
(tolok ukur) suatu produk atau perusahaan terhadap produk atau perusahaan lain.
Benchmark adalah suatu proses adaptasi dan pengembangan suatu produk atau usaha
untuk menciptakan kebaruan sehingga menghasilkan nilai baru.
6. Kesadaran yang tinggi terhadap kelestarian alam (the green people), yaitu kesadaran
untuk melestarikan sumber daya alam agar terjadi keseimbangan antara alam dan
kehidupan manusia. Kesadaran bahwa ada beberapa sumber daya alam akan
berkurang dan habis, serta tidak dapat diperbarui sehingga manusia perlu menjaga
keseimbangan dalam pengelolaannya.
7. Kemampuan yang andal dalam menciptakan kandungan lokal (the great localizer),
yaitu kemampuan yang andal untuk menciptakan sesuatu dari kandungan lokal
8. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaan.
9. Selalu ingin tampil beda atau memanfaatkan perbedaan.

A. Dale Time (1982: 14), mengemukakan empat sifat orang kreatif, sebagai berikut.

1. Kepekaan terhadap masalah Orang yang kreatif selalu tanggap terhadap masalah yang
dihadapinya dan selalu ingin menyelesaikan atau mengatasi masalah tersebut dengan
segera. Tidak menunda- nunda masalah untuk tidak diselesaikan, sebab masalah baru
pasti akan muncul.
2. Aliran gagasan Orang kreatif, gagasannya mengalir dan apa yang dilihat dan
dirasakannya memiliki keyakinan bisa dilakukan perubahan-perubahan. Perubahan itu
harus dilakukan secara terus menerus melalui konsep "Kaizen", yaitu konsep
perbaikan yang terus- menerus.
3. Keaslian (orisinalitas)
Orang kreatif selalu mencari susuatu yang sebelumnya belum pernah ada, baik dalam
bentuk produk maupun metode dan teknologi.
4. Fleksibilitas
Fleksibel dalam menanggapi sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.

Roe (1983) dan Raudsepp (1993) yang dikutip oleh Soeharsono Sagir (2011: 9-10), ada
beberapa ciri orang kreatif, sebagai berikut.

a. Terbuka terhadap pengalaman dan sensitif terhadap masalah yang dihadapi.


Oleh sebab itu, ia memiliki karakter atau ciri-ciri: selalu mencari pengalaman
baru, gagasan baru, lebih suka melihat dunia luar, dan bila ada masalah ingin
segera dicari pemecahannya.
b. Suka memperhatikan dan mencari. Karakter orang kreatif adalah lebih suka
melakukan observasi-observasi.
c. Selalu ingin tahu, apa, mengapa, dan bagaimana? Karakter orang kreatif
adalah selalu bertanya: apa, mengapa, dan bagaimana, dan berani berpikir
berbeda.
d. Menerima pandangan yang berbeda dan terbuka terhadap pandangan dari
orang lain. Karakternya adalah terbuka, menerima pandangan orang lain,
membuka diri untuk dikritik.
e. Toleransi terhadap perbedaan tidak memihak, tetapi selektif. Karakternya
adalah menolerir perbedaan pendapat dan selektif.
f. Memerlukan dan memiliki otonomi, memiliki kemampuan untuk
berkonsentrasi. Karakternya bersikap mandiri, mampu berkonsentrasi, berpikir
tenang, serta arif dan bijaksana (wisdom).
g. Percaya diri dan berkemampuan imajinasi. Karakternya selalu penuh percaya
diri dan selalu menciptakan citra diri.
h. Bebas dalam mengambil pertimbangan atau keputusan, dan bebas dari rasa
cemas terhadap kelompok. Karakternya bebas menentukan sikapnya, serta
bebas dari rasa takut dan gagal.
i. Tidak bergantung pada standar kelompok yang sudah ada, karakternya tidak
suka menggunakan standar kelompok, tetapi ia memilih yang lebih unggul
dari standar dan selalu melakukan di atas standar.
j. Bersedia menghadapi risiko yang terperhitungkan, bukan spekulasi atau
untung- untungan. Karakternya berani menghadapi risiko, selalu penuh
pertimbangan, tidak mau berspekulasi atau untung-untungan.

Gary K. Himes dalam artikelnya yang berjudul "Mengembangkan Gagasan Kreatif Anda",
yang disunting oleh A. Dale Timpe (1992: 90) mengemukakan ciri-ciri khas orang kreatif
sebagai berikut.

1. Sensitif terhadap lingkungan.


Memiliki suatu kemampuan untuk melihat segala sesuatu, memperhatikan
masalah- masalah atau bidang-bidang kebutuhan, dan menyadari keadaan-
keadaan yang menjanjikan. Kemampuan untuk melakukan pengamatan yang luar
biasa dan terperinci.
2. Fleksibel, terbuka, ingin tahu, dan selektif.
Harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan baru yang
dilakukan secara cepat, dan selalu ada pemecahan yang unik terhadap setiap
masalah. Ada keinginan intensif terhadap segala sesuatu, selalu ingin memahami
aspek-aspek dasar, serta bagian-bagian yang sangat penting dari suatu masalah
yang ditangkap.
3. Penilaian bebas.
Ada keinginan untuk lain dari yang lain, serta menyimpang dari praktik-praktik
masa lampau dan kebiasaan.
4. Toleransi terhadap kesamaran.
Orang kreatif selalu toleran terhadap ketidaktentuan, kerumitan, dan
ketidakteraturan, karena keadaan tersebut memungkinkan ditemukan jawaban-
jawaban yang diinginkan.
5. Fleksibilitas mental.
Pikiran kreatif memperlihatkan mobilitas untuk mengatur kembali, memodifikasi
kembali, dan mendefiniskan kembali terhadap data-data dan gagasan yang
dimiliki.

Thomas W. Zimmerer (1996), orang kreatif memiliki keterampilan berpikir kreatif. Dengan
menggunakan otak sebelah kanan, orang kreatif mengembangkan keterampilan berpikir,
dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Selalu bertanya, "Apakah ada yang lebih baik?"


2. Selalu menantang kebiasaan-tradisi dan kebiasaan "rutin".
3. Berefleksi dan selalu merenung, serta berpikir secara mendalam.
4. Berani bermain mental, berusaha untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda.
5. Menyadari banyak kemungkinan jawaban daripada satu jawaban yang benar. 6.
Melihat kegagalan dan kesalahan sebagai jalan untuk menuju sukses.
6. Mengorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan
pemecahan masalah yang inovatif.
7. Memiliki keterampilan "helikopter"yaitu keterampilan untuk bangkit dan melihat
permasalahan dari perspektif yang lebih luas, kemudian memfokuskannya pada
kebutuhan untuk berubah.
Antonius Tanan (2007), kepribadian kreatif terdapat pada entrepreneur kreatif yang memiliki
ciri kepribadian, pola pikir, dan karakter, sebagai berikut.

Tabel 6.2 Kepribadian entrepreneur

Sumber: Antonius Tanan, Tantangan Pendidikan Masa Depan (Pendidikan Kewirausahaan):


Kebijakan Pendidikan Negara-Negara Maju, 2007, hlm. 17.

Sumber daya kreatif dan inovatif tidak lain adalah entrepreneur kreatif, yaitu seseorang yang
selalu berpikir menciptakan peluang untuk mendapatkan peluang atau berpikir bagaimana
mencari peluang dengan menciptakan peluang melalui ide-ide atau gagasan-gagasannya.
Orang demikian dikenal dengan pencipta peluang (opportunity creator). Berikut ini adalah
kepribadian yang dimiliki oleh entrepreneur kreatif.

1. Kepribadian pencipta peluang (opportunity creator)

Ciri-ciri seseorang yang memiliki kepribadian pencipta peluang biasanya memiliki


pola pikir kritis, analitis, dan kreatif.
a. Pola pikir kritis adalah pola pikir sintesis yang selalu mempertanyakan apa
bisa diperbaiki, diperbarui, ditransformasi, diadaptasi, dan dikembangkan.
Jawabannya "pasti bisa".
b. Pola pikir analitis adalah pola pikir yang selalu dimulai dengan
mengidentifikasi masalah dan merumuskannya dalam pertanyaan masalah.
Pola pikir analitis selalu peka terhadap masalah, yaitu kemampuan mengenali
sebuah masalah yang ada, lalu mempertanyakannya mengapa masalah itu
terjadi.
c. Pola pikir kreatif adalah pola pikir yang penuh gagasan, imajinasi, dan mimpi-
mimpi (dreams) ke arah pembaruan, pengembangan, sintesis, dan perubahan.
Pola pikir ini muncul apabila seseorang memiliki kepekaan terhadap masalah,
selalu mengalirkan gagasan, selalu ingin yang terbarukan, dan fleksibel dalam
menanggapi sesuatu dari sudut padang yang berbeda. Oleh sebab itu,
seseorang yang memiliki pola pikir kreatif memiliki ciri-ciri: selalu kritis,
analitis, sintesis, evaluatif, dan kreatif. Ciri lainnya adalah selalu antusias,
bersemangat, gigih, tekun, kerja keras, tidak takut gagal, tidak takut rugi, tidak
malu-malu, bertanggung jawab, dan selalu melihat peluang secara kreatif. Ini
perlu ditopang oleh kemampuan memimpin, bekerja tim, berkomunikasi,
berinterelasi dengan penuh simpati, empati, dan persuasif. Dengan demikian,
ia pasti memiliki kemampuan manajerial dalam beradaptasi, pengembangan,
transformasi, dan perubahan untuk menghasilkan berbagai peluang.

Selain sifat-sifat tersebut, seorang pencipta peluang (opportunity creator) juga


memiliki karakter sebagai berikut.

1) Antusias, cirinya penuh perhatian dan sangat berminat.

2) Bersemangat, cirinya menggebu-gebu dan penuh motivasi.

3) Melihat peluang secara kreatif, cirinya melihat apa yang dihadapi dan
dilihatnya sebagai peluang yang harus diciptakan.

Karakter pencipta peluang adalah selalu gigih dalam bekerja, bersedia bekerja
keras, dan tekun dalam menghadapi pekerjaan. Untuk itu, perlu ditunjang
dengan kecakapan hidup (life skill) berupa kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mengembangkan jejaring (networking), kemampuan bekerja tim,
dan kemampuan memimpin. Kecakapan ini jarang dimiliki oleh kebanyakan
orang secara individual.

2. Kepribadian inovator
Kepribadian inovator merupakan kepribadian yang memiliki pola pikir sintesis dan
kreatif, misalnya bagaimana mengombinasikan input, proses, serta metode atau
mungkin produk dan kegiatan yang sedang dikerjakan.
3. Kepribadian memperhitungkan risiko
Orang yang suka memperhitungkan risiko memiliki pola pikir evaluatif, yaitu
menghitung kembali risiko yang mungkin terjadi, tetapi mereka memiliki karakter
yang berani memulai, tidak malu-malu atau gengsi, tidak takut gagal atau rugi, dan
selalu bertanggung jawab, karena tanggung jawab merupakan modal utama bagi
orang yang berani menghadapi risiko. Mereka pada umumnya memiliki kecakapan
hidup (life skill) berupa kemampuan berkomunikasi yang persuasif, empati, simpati,
dan meyakinkan.

Ketiga kepribadian tersebut dimiliki oleh entrepreneur kreatif, yaitu seseorang yang selalu
berpikir menciptakan peluang untuk mendapatkan peluang, atau berpikir bagaimana mencari
peluang dengan menciptakan peluang. Orang demikian dikenal dengan pencipta peluang.

Pola pikir, karakter, kecakapan, dan perilaku dalam berkreasi dan berinovasi merupakan inti
kepribadian entrepreneur. Mereka berhasil dan sukses karena mampu memunculkan ide,
gagasan, dan imajinasi untuk menciptakan peluang komersial, dengan cara
mentransformasikan hasil berpikirnya ke dalam bentuk kekayaan intelektual, seperti hak
cipta, hak paten, dan merek dagang. Tidak ada kreativitas dan keinovasian dalam proses
bisnis yang tidak menciptakan nilai. Setiap rantai usaha harus menghasilkan nilai atau nilai
tambah. Setiap nilai tambah adalah peluang, dan setiap peluang adalah kesuksesan. Ciri-ciri
orang kreatif biasanya ada pada orang yang inovatif. Beberapa ciri dari orang yang inovatif,
diantaranya yang paling menonjol sebagai berikut.

1. Orang kreatif selalu membuat perbaikan, perubahan, perkembangan dengan


mengeksploitasi dan menginvestigasi keadaan-keadaan baru dari lingkungannya.
2. Orang yang inovatif selalu tidak puas dengan apa yang dicapainya, dan proaktif,
berani untuk mencoba, dan segera ingin memulainya.
3. Dengan ide-ide dan imajinasinya seorang inovator selalu memandang bahwa
segalanya sangat memungkinkan, asal memiliki keberanian untuk mencoba dan
memiliki keingintahuan (courious) yang tinggi.

Tabel 6.3 menggambarkan ciri-ciri atau karakter, dan indikator orang inovatif.

Tabel 6.3 Ciri-ciri orang inovatif

Sumber: Suryana, Entreprenurship: Proses Menuju Sukses, 2011.

Steve Job pemilik perusahaan Apple Inc, merupakan salah seorang yang sangat kreatif
menciptakan produk, seperti iPad, Mac (ProMini Ma, MacBook Air, ProXserve), iPod
(shutile, Nana, Classic, Touch)iPhone (Origina 36.365.4), iPad Apple TV, Mac OS
X(server)ilife Work, dan OS Misi perusahaannya adalah Apple on every the desk

Daya Kreativitas dan Hasil Berpikir Kreatif

Daya Kreativitas
Beberapa ciri dari orang yang memiliki daya kreativitas, sebagai berikut.

1. Kuatnya motivasi untuk berprestasi, indikatornya:


a. sangat bersemangat untuk meningkatkan dan memenuhi standar keunggulan,
b. suka tantangan,
c. berani mengambil risiko yang diperhitungkan,
d. selalu mencari informasi optimal untuk mengurangi ketidakpastian, dengan
cara: mencari alternatif terbaik dan tekun belajar untuk meningkatkan kinerja.
2. Penuh komitmen, indikatornya setia pada visi, misi, dan sasaran yang ingin dicapai,
bukan loyal pada orang-orang tertentu.
3. Memiliki inisiatif dan optimisme yang unggul.
4. Berpikir divergen, yaitu selalu melihat sesuatu dibalik yang tampaktidak mudah
hanyut atau terpengaruh oleh keadaan, dan mampu berpikir abstrak.
5. Selalu membiasakan diri untuk mencari alternatif-alternatif

Metode Kreatif

Menurut Gary K. Himes dalam artikelnya "Mengembangkan Gagasan Kreatif Anda" yang
disunting oleh ADale Timpe (1992: 89), mengemukakan bahwa pekerjaan yang berbeda di
berbagai tingkatan memerlukan jenis kreativitas yang berbeda. Ada tiga metode kreatif yang
utama, sebagai berikut.

1. Duplikasi
Kemajuan yang dicapai oleh para pemimpin adalah dengan menyaring metode/
prosedur kerja, gagasan yang pantas untuk diubah atau dimodifikasi berdasarkan
keperluan.
2. Perluasan
Suatu inovasi dasar perlu dilakukan, kemudian manfaatnya ditingkatkan dengan
memperluas penerapannya.
3. Inovasi
Sesuatu yang baru harus dihasilkan. Seseorang yang menghasilkan gagasan untuk
mengubah praktik-praktik yang masih tradisionalwalaupun perubahan ini mendapat
kesulitan untuk diterima.
4. Sintesis
Gunakan gagasan dari berbagai sumber. Konsep-konsep yang tampaknya tidak
berhubungan digabungkan menjadi suatu produk atau jasa yang berharga.

Hasil Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah berpikir tentang bagaimana menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda. Hasil berpikir kreatif adalah berupa sesuatu yang bersifat imajinasi, abstrak, dan
obsesi, seperti gagasan, khayalan, dan ide-ide. Proses berpikir kreatif disebut kreativitas.
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya sebagai berikut.

1. Bara (new), cirinya inovatif, belum ada sebelumnya, segar menarik, serta aneh dan
mengejutkan.
2. Berguna (useful), cirinya lebih praktis, lebih mudah, memperlancar, mendorong,
mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi
kesulitan, dan mendatangkan hasil yang lebih baik atau lebih banyak.
3. Dapat dimengerti (understable), cirinya hasil yang sama dapat dimengerti dan dibuat
di lain waktu.

Investasi Modal Insani Dalam Ekonomi Kreatif

Dalam beberapa literatur tentang ekonomi kreatif dikemukakan bahwa industri kreatif yang
sukses dalam menciptakan nilai tambah ditentukan oleh kemampuan intelektual dari modal
insani (human capital). Investasi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan
kebutuhan, serta pengalaman sangat penting dalam pembentukan modal insani. Dengan
pendidikan akan membuat seseorang menjadi tahu, berpikir, bersikap, bertindak, merasakan,
dan bertanggung jawab. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dikemukakan UNESCO
bahwa tujuan pendidikan diarahkan pada: belajar untuk mengetahui, belajar menjadi, belajar
untuk bertindak, dan belajar untuk hidup bersama (learning to know, learning to be, learning
to do, and learning to life together). Melalui pendidikan, seseorang diharapkan memiliki
pengetahuan, vokasi, profesi, dan dapat melakukan sesuatu untuk hidupnya, dan dapat hidup
bermasyarakat dengan bangsa lain. Dengan berlatih orang menjadi cakap dan terampil dalam
menggunakan pikiran dan perilakunya. Oleh sebab itu, dengan pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman, seseorang akan memiliki modal insani yang lengkap, yaitu berupa modal sosial
(social capital), modal intelektual (intellectual capital), modal mental dan spiritual (mental
and spiritual capital), modal emosional (emotional capital), dan modal motivasi (motivation
capital). Kapasitas mental atau daya otak (mentality) sebagai salah satu bentuk modal insani
akan melahirkan kreativitas. Sedangkan kecakapan, keberanian, dan motivasi akan
melahirkan keinovasian. Itulah sebabnya, seseorang yang memiliki modal insani akan
produktif dalam menghasilkan nilai tambah.

Gambar 6.1, menggambarkan rangkaian peran investasi sumber daya manusia dalam
membentuk modal insani, untuk menciptakan keunggulan dan daya saing.

Gambar 6.1 Peran investasi sumber daya manusia

Investasi sumber daya manusia dalam bentuk pendidikan, pelatihan, pengalaman, dan
praktik-praktik kerja akan membentuk modal insani berupa ilmu pengetahuan, kecakapan,
kepribadian, serta pola pikir kreatif dan perilaku inovatif. Modal insani membentuk
kepribadian kreatif dan inovatif. Modal insani yang semakin tinggi maka kinerja sumber daya
manusia akan semakin tinggi, dan daya saing sumber daya manusia juga semakin tinggi.

Orang kreatif dan inovatif yang menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda disebut
entrepreneur, yaitu seseorang yang produktif dalam menghasilkan nilai tambah. Kemampuan
dalam menghasilkan nilai tambah disebut produktivitas. Oleh sebab itu, orang kreatif dan
inovatif merupakan orang produktif, dan orang produktif adalah orang yang berkualitas.
Sesuai dengan paradigma baru produktivitas (P) sama dengan kualitas (Q) atau P = Q maka
nilai tambah adalah kualitas, dan kualitas adalah keunggulan, dan keunggulan adalah daya
saing. Oleh sebab itu, sumber daya manusia kreatif dan inovatif = sumber daya yang
memiliki kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda = sumber daya
manusia produktivitas = sumber daya manusia yang memiliki nilai tambah = sumber daya
manusia yang unggul = sumber daya manusia yang berdaya saing.

Komunitas Kreatif

Menurut Kementerian Perdagangan (2009), di Indonesia ada 10 komunitas kreatif yang


paling top (ten top) sebagai berikut.

Tabel 6.5 Komunitas ekonomi kreatif

Sumber: Kementerian Perdagangan RI, Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2010-


2011, 2009, hlm. 19.

Selain komunitas kreatif, Kementerian Perdagangan RI mengemukakan 10 Top subsektor


ekonomi kreatif sebagai berikut.
Tabel 6.6 Sub sektor ekonomi kreatif paling top

Sumber: Kementerian Perdagangan RI,


Pengembangan Ekonomi Kreatif 2010-2014, 2009, hlm. 19.

Instrumen Tes untuk Mengukur Kreativitas

Untuk mengukur sejauh mana kreativitas yang dimiliki seseorang, dapat digunakan suatu alat
tes. Salah satu alat tes untuk mengukur kemampuan dan perilaku kreatif dikemukakan oleh
Eugene Raudsepp dalam artikelnya yang berjudul "Seberapa Kreativitaskah Anda" yang
disunting oleh A Dale Timpe (1992: 40-44). Tes ini berfungsi untuk mengukur apakah Anda
mempunyai bakat, sikap, motivasidan minat yang membentuk kreativitas.
Dalam tes ini setiap pernyataan ditunjukkan dengan sebuah huruf tentang tingkat sejauh mana
Anda setuju atau tidak setuju dengan memilih: A = Sangat Setuju; B = Setuju; C= setengah-
setengah atau tidak tahu; D = Tidak setuju; E = Sangat Tidak Setuju. Berikan jawaban Anda
seteliti dan sejujur mungkin. Usahakan untuk tidak "membuat terkaan kedua". Berikut
pernyataan-pernyataan untuk mengetes kemampuan dan perilaku kreatif menurut Eugene
Raudsepp.

Rangkuman

1. Sumber daya kreatif menjadi strata baru yang disebut "creative class", yang terdiri
dari dua kelompok: (a) strata inti super kreatif (super creative core), terdiri atas
ilmuwan dan insinyur, profesor, pujangga dan pengarang cerita, seniman dan seniwati
(entertainers), aktor, desainer dan arsitek, pengarang cerita nonfiksi, editor, tokoh
budaya, peneliti, analis, pembuat film, serta pekerja kreatif lainnya; (b) pekerja kreatif
profesional (creative professional) yang bekerja pada industri yang secara intensif
menggunakan ilmu pengetahuan (knowledge intensive), seperti industri berbasis
teknologi tinggi (high tech), berbasis jasa keuangan, berbasis hukum, praktisi
kesehatan dan teknikal, serta manajemen bisnis.
2. Sumber daya manusia kreatif adalah orang-orang yang menciptakan ide-ide baru,
teknologi dan metode baru, serta kandungan baru (new content). Sumber daya
manusia kreatif, meliputi orang-orang yang menguasai bidang sains, insinyur, arsitek,
desainer, pendidik, artis, musisi, dan entertainer. Sumber daya kreatif adalah orang-
orang yang memiliki pola pikir kreatif.
3. Pola pikir kreatif adalah pola pikir yang lebih mengedepankan high concept dan high
touch. High concept adalah kemampuan menciptakan keindahan secara artistik dan
menciptakan emosior.al dalam rangka mengenali pola-pola dan peluang-peluang,
serta menciptakan suatu yang indah dan mampu menghasilkan temuan-temuan yang
belum dipikirkan orang lain. Sedangkan, high touch adalah kemampuan berempati,
dan memahami esens, interaksi antarmanusia dan menemukan makna-makna.
4. Ada lima pola pikir kreatif yang diperlukan di masa datang: (a) pola pikir disipliner
(the diciplinary mind), (b) pola pikir menyintesis (the syinthesizing mind), (c) pola
pikir kreasi (the creating mind), (d) pola pikir penghargaan (the respectful mind),
yaitu kesadaran untuk menghargai dan mengapresiasi perbedaan, (e) pola pikir etis
(the ethical mind).
5. Ada tujuh kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh orang yang mau bekerja: (a)
kemampuan berkolaborasi dan mengiramakan (great collaborators and orchestrators);
(b) kemampuan dalam menyintesis segala sesuatu (the great syinthesizers), yaitu
kemampuan untuk mencari perbedaan dan persamaan dari hal-hal yang ada; (c)
kemampuan dalam menjabarkan suatu konteks (the great explainer), yaitu
kemampuan untuk menguraikan dan menjabarkan dari suatu konteks ke konteks lain;
(d) kemampuan dalam menciptakan nilai tambah (the great leveragers), yaitu
kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah barang dan jasa pada setiap tahapan
komersialisasi; (e) kemampuan dalam mengadaptasi terhadap lingkungan baru (the
great adapters), yaitu kemampuan untuk mengadaptasi, kemudian hasil adaptasinya
itu dikembangkan untuk menghasilkan perbedaan dan nilai tambah baru; (f) kesadaran
yang tinggi terhadap kelestarian alam (the green people), yaitu kesadaran untuk
melestarikan sumber daya alam agar terjadi keseimbangan antara alam dan kehidupan
manusia; (g) kemampuan yang andal dalam menciptakan kandungan lokal (the great
localizer), yaitu kemampuan yang andal untuk menciptakan sesuatu dari kandungan
lokal.
6. Kepribadian kreatif terdapat pada entrepreneur kreatif, yaitu seseorang yang selalu
menciptakan peluang untuk mencari peluang, atau mencari peluang dengan
menciptakan peluang, dan orangnya disebut pencipta peluang (opportunity creator).
Beberapa ciri dari orang yang memiliki daya kreativitas, yaitu kuatnya motivasi untuk
berprestasi, penuh komitmen, memiliki inisitif dan optimisme yang unggul, berpikir
divergen-melihat sesuatu dibalik yang tampak, tidak mudah "hanyut"/ terpengaruh
oleh keadaan, dan mampu berpikir abstrak, selalu membiasakan diri untuk mencari
alternatif-alternatif.
7. Berpikir kreatif adalah berpikir tentang bagaimana menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda. Hasil berpikir kreatif adalah berupa sesuatu yang bersifat imajinasi,
abstrak, dan obsesi. Hasil berpikir kreatif adalah kreativitas. Kreativitas adalah
kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya: (a) baru (new), cirinya inovatif,
belum ada sebelumnya, segar dan menarik, serta aneh dan mengejutkan; (b) berguna
(useful), cirinya lebih praktis, lebih mudah, memperlancar, mendorong,
mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi
kesulitan, mendatangkan hasil yang lebih baik atau lebih banyak; (c) dapat dimengerti
(understable), cirinya hasil yang sama dapat dimengerti dan dibuat di lain waktu.

Bahan Diskusi

1. Sumber daya dan bahan baku industri kreatif Indonesia.


2. Sumber daya manusia kreatif dan kelas kreatif Indonesia.
3. Pola pikir, kepribadian kreatif, dan kemampuan kreatif.
4. Proses berpikir kreatif dan hasil berpikir kreatif.
5. Investasi modal kreatif.

--------------------------------^^^--------------------------------

Anda mungkin juga menyukai