Anda di halaman 1dari 10

2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

UAS Filsafat Antropologi


Petunjuk Pengerjaan
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan:
· Susunan kalimat yang lengkap dan benar;
· Alur pikir yang runtut dan logis;
· Paparan yang memadai;
· Detail informasi yang lengkap;
· Referensi dari text book dan artikel-artikel jurnal lainnya yang relevan.

2. Tuliskan jawaban Anda di dalam kolom yang tersedia

3. Setelah anda mengisi form diatas dengan jawaban anda, klik ‘Submit’, lalu klik tombol
‘print or get PDF answer’ dan simpan jawaban anda dalam bentuk PDF.

4. Kumpulkan hasil jawaban ujian Anda dalam bentuk format PDF ke dalam binus maya
sebelum tenggat waktu

5. Selamat mengerjakan!

1. Alamat Email Binus *

priscilla.aurelia@binus.ac.id

2. Nama Lengkap *

Priscilla Aurelia

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 1/10
2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

3. Nomor Induk Mahasiswa *

2602113016

4. Kelas *

LA64

LB64

LC64

LD64

LE64

LF64

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 2/10
2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

5. Soal 1. Berdasarkan pandangan duality mengenai seks dipaparkan bahwa


adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sebagai manusia. Tetapi
sejarah menunjukkan adanya ketidaksetaraan antara laki-laki dan
perempuan. Berikan penjelasan apa yang membuat kesetaraan dan
ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan sebagai manusia menurut filsafat
manusia? Penjelasan disertai contoh dan dukungan literatur
(referensi). (Bobot nilai 20%. LO2: Describe some basic ideas about Human
Philosophy thoughts)

Seksualitas bisa diartikan dalam banyak pandangan, tetapi pada salah satu arti
mendasarnya yaitu adalah “segala sesuatu yang menentukan seseorang sebagai pria atau
wanita”. Tetapi arti mendasar seksualitas itu dapat diartikan sebagai identitas diri seseorang
dan menjadi sebuah realitas manusiawi landasan ruang lingkup dalam kehidupan manusia.
Keberadaan manusia disebutkan sebagai “ada” dan “ber-ada” yang mendefinisikan sebagai
“laki-laki” atau “perempuan” sebagai eksistensi dari kodrat manusia sebagai makhluk di
bumi. Seksualitas adalah tugas alami dalam berintegritas yang tidak dapat dipisahkan dari
perwujudan untuk menjadi manusia yaitu laki-laki maupun perempuan. Laki-laki dan
perempuan tidak mendefinisikan bahwa ada duanya macam manusia. Laki-laki dan
perempuan mempunyai seksualitas yang berbeda dengan kesatuan yang sama, tetapi
mempunyai realitas seksual dalam berpikir, berperasaan, bertindak yang berbeda. Sejarah
pemikiran filsafat lebih mengarah terhadap konsep kepentingan laki-laki sehingga terjadinya
banyak permasalah mengenai kesetaraan gender hingga sekarang. Salah satu filsuf
misoginis terkenal yaitu Aristoteles, mencetuskan pernyataan bahwa laki-laki harus
mengambil alih perempuan, seakan-akan perempuan adalah hewan yang perlu dibimbing.

Pernyataan tersebut tentu menunjukan sikap tidak menghargai atau hormat terhadap
perempuan. Terlihat dari sejarah pengalaman filsuf-filsuf perempuan yang mengalami tidak
adanya kesetaraan gender yang menjadi sebuah masalah antara keadilan dan kesetaraan
yang tidak manusiawi. Sejarah tercatat, banyak pandangan mengenai posisi perempuan
sebagai warga kelas dua yang hanya bisa bertindak menggunakan emosi yang dominan
dalam mengambil sebuah keputusan. Hal tersebut membangun stigma pada masyarakat
atas pernyataan patriarki tersebut. Stigma tersebut menjadi tradisi penetapan bagi
masyarakat sampai sekarang bahwa perempuan selalu menjadi pilihan kedua di bawah laki-
laki. Perempuan tidak bisa menjadi individu yang dapat berdiri sendiri atau bebas
mengutarakan pendapat. Perempuan sering kali menjadi objek penelitian oleh laki laki dalam
sudut pandang misoginis yang menjatuhkan posisi atau definisi perempuan sebagai individu
yang “lemah”.

Maka dari itu, banyaknya filsuf perempuan banyak yang tertutupi oleh filsuf laki-laki yang
ingin membesarkan pemikiran dari dominasi patriarki dan mendirikan kesetaraan yang
seharusnya yaitu milik bersama dengan adanya istilah feminisme. Salah satunya yaitu filsuf
perempuan bernama Mary Ellen Waithe sejak 600 SM karya-karyanya tertutupi karena
pengeksekusian karya perempuan dalam filsafat barat. Menurut Jacques Lacan, aturan
simbolis atau “aturan laki-laki” dengan cara berpikir “maskulin” secara tidak langsung
membuat kaum perempuan tidak merasa nyaman sehingga perempuan sering mengalami
kesulitan akan identitas atau adaptasi lingkunganya sendiri. Seiring berkembangnya jaman,
stereotip ini masih saja ditemukan walaupun kesetaraan gender sekarang lebih beradaptasi
dan maju. Dengan demikian terutama untuk perempuan, bisa lepas sebagai objek dalam
semua lingkup dan dapat keadilan bagi semua gender terlebih bagi para perempuan.

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 3/10
2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

6. Tuliskan Referensi yang anda gunakan untuk Soal 1 disini

Referensi :
1. Harahap, V (2011). Subjek Perempuan Dalam Filsafat Menurut Tiga Filsuf Laki-Laki
Berperspektif Feminis, 1(12-16) & 2(24-35) https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20291626-
S1387-Vicky%20Ardian%20Amir%20Harahap.pdf
2. Moa, Antonius (2003). Seksualitas Manusia Sebagai Realitas Dan Panggilan Kepada Cinta
Kasih. Refleksi atas Hakekat Seksualitas Manusia. 1 (14)
https://media.neliti.com/media/publications/282740-seksualitas-manusia-sebagai-realitas-
dan-4c9af186.pdf

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 4/10
2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

7. Soal 2. Apa yang terjadi pada manusia saat individu tersebut meninggal dunia?
Berikan penjelasan Anda berdasarkan pandangan (pilih salah satu): monoism –
dualism – duality dan sertakan referensi anda (Bobot nilai 20%. LO2: Describe
some basic ideas about Human Philosophy thoughts).

Pasti akan tiba saatnya ketika manusia menghadapi kematiaan di akhirat, menutup usia
entah kapan akan terjadi dan bagaimana hal itu terjadi. Sesering kalinya segala sesuatu di
dunia ini masih menjadi sebuah misteri, sebuah pertanyaan yang tidak pasti jawabanya.
Salah satunya yaitu terhadap apa yang akan terjadi setelah kematiaan. Seperti yang pernah
dikatakan, bahwa bagi semua yang hidup, mati adalah kemestian, namun kematian adalah
sebuah misteri. Pada Filsafat, tentu tidak akan pernah habisnya menyimpulkan satu atau
dua jawaban atau arti kehidupan setelah kematiaan karena banyaknya keputusan akhir
dalam kehidupan ketika tubuh dan jiwa terpisah. Kematian pada dasarnya bukan sebuah
tragedi yang menyakitkan, tetapi peralihan jiwa dari dunia nyata terhadap suatu kehidupan
baru ketika tubuh terpisah oleh jiwa kepada kehidupan kekal menurut pandangan Leahy.
Seperti salah satunya melalui pandangan Monisme, bahwa realitas bersumber hanya dari
satu substansi yang bersifat tunggal dan tidak bisa diubah atau terpisahkan dasar kebenaran
yang dipercayai. Monisme mengarahkan realitas manusia menjadi satu dimensi dalam segi
materi (tubuh) maupun spiritual. Penyusun utama eksistensi manusia adalah jiwa dan badan
yaitu hal yang berbeda. Badan adalah ruang dan sarana spiritualitas jiwa, untuk jiwa dapat
memenuhi ruang tersebut.

Berbicara mengenai eksistensi manusia sebelum kematian, Monisme menjabarkan bahwa


eksistensi pada jiwa maupun tubuh seseorang di dunia adalah tunggal. Pada pandangan
tersebut, alam semesta terdiri hanya dari satu jenis materi fundamental. Tunggal dalam arti
tidak terbatas atau dibagi-bagi dalam keberadaan wujud pluralitas tunggal yang tidak
pernah tersentuh oleh perubahan, karena perubahan merupakan sebuah ilusi. Menurut
Amsal Bakhtiar (2004), hanya perlu salah satu sumber kehidupan yang pokok bersifat
dominan yang menentukan arah perkembangan kehidupan seseorang. Berhubungan dengan
agama yang memandang adanya Monisme dalam kepercayaan mereka. Plotinus
berpendapat bahwa walaupun Tuhan tidak dapat dijelaskan, tetapi eksistensinya dapat
dirasakan dan dialami dan berjumpa dengan-Nya di kehidupan akhir merupakan tujuan akhir
meninggalkan dunia yaitu kematian.

Ibn Miskawih [941-1030] seorang filosof Islam menyimpulkan bahwa kematian adalah
kelengkapan diri seseorang untuk mencapai kehidupan yang paling tinggi, hanya badan
yang hancur ketika di bumi tetapi roh akan balik kepada Penguasa Yang Maha Adil karena
segala substansi di dunia berasal dari Tuhan. Hanya Roh yang suci di dunia akan balik
kepada alam kebenaran kepada sang Pencipta dan melihat Tuhan. Pemikiran tersebut
membuktikan bahwa Allah adalah bentuk suatu sumber tunggal yang menciptakan segala
hal dan keyakinan bahwa realitas hanya bersumber dari satu, bukan hanya kepercayaan
mengenai agama saja tetapi seperti materi, pikiran, energi yang banyak dikembangkan
melalui pemikiran Monisme. Maka setelah kematian, manusia akan menyadari bahwa selama
ini hidup bukanlah ciptaan sendiri melainkan berhutang akan eksistensinya kepada yang
Maha Kuasa. Pengalaman transenden menyadarkan manusia bahwa kematian tidak bisa
ditentukan secara mendadak, tetapi bahwa kematian merupakan keputusan final dan
setelah kematiaan jiwanya akan kembali kepada sang pencipta dan menyimpulkan bahwa
setelah kematiaan tujuan untuk hidup di dunia sudah selesai yaitu untuk kembali ke tempat
yang Maha Kuasa.

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 5/10
2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

8. Tuliskan Referensi yang anda gunakan untuk Soal 2 disini

Referensi :
1. Mansur, S (2021). Kematian Menurut Para Filosof, 1 (240-250)
https://media.neliti.com/media/publications/282872-kematian-menurut-para-filosof-
c7766024.pdf
2. Putra, Y & Arliman, L (2021). Hakikat Dari Monisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme,
Argintisme, 1(13-14)
https://ejurnal esaunggul ac id/index php/Lex/article/viewFile/4055/3054

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 6/10
2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

9. Soal 3. Tuliskanlah refleksi Anda tentang diri Anda sebagai manusia. Berikan
keterangan refleksi Anda itu berdasarkan perspektif Phenomenological
Existential atau Metaphysics! Sertakan referensi Anda. (Bobot nilai
20%. LO3: Apply reflections in Human Philosophy thinking)

Ketika manusia terciptakan di dunia ini, pasti menimbulkan banyak pertanyaan mengenai
eksistensi terhadap keberadaan kita seperti “Bagaimana cara kita ada di sini?” atau
“Mengapa manusia mati?”. Di dalam kehidupan, manusia ingin terarah terhadap kehidupan
yang baik dan menghindarkan yang tidak baik. Untuk mencapai hidup yang baik, manusia
otomatis akan mengembangkan dan memenuhi cara-cara yang efektif agar berefisiensi
dalam kehidupan mereka. Secara pandangan dimensi, manusia memenuhi ruang dan waktu
di bumi seperti yang tercatat dalam Alkitab untuk membuktikan bahwa manusia diciptakan
dan “ada” lalu bereksistensi di dunia. Dalam metafisika, pertanyaan seperti apa tujuan
manusia bergerak, berubah lalu mati, lalu apakah arti kehidupan yang sebenarnya atau
kenyataan dalam keberadaan kita sebagai manusia sering kali dibahas atau dipertanyakan.
Menurut saya sendiri, manusia memiliki prinsip-prinsip pribadi yang tidak akan pernah habis
untuk mempunyai pandangan kehidupan. Manusia sebenarnya tidak tahu apa yang benar
dan apa yang harus dipercayai atau apa yang diinginkannya dan hanya bergantung pada
kepercayaan yang seharusnya dipercayai atau sesuai zaman. Akar kehidupan manusia
ketergantungan terhadap dimensi dasar dari secara pribadi personal jiwa yang membawa
potensi tersebut sehingga lingkungan sangat berpengaruh dengan setiap kepribadian
individu. Banyak sekali definisi manusia yang tidak terkecuali, tetapi martabat suatu individu
didefinisikan bukan dengan cara ia bertindak tetapi dengan natur eksistensi manusia itu
sendiri. Ketika berbicara mengenai sifat manusia, manusia adalah individu yang rasional,
hanya satu, dan tidak dapat diulang kembali. Nilai manusia dilihat dari cara ia bertindak dan
segala sesuatu yang diinginkan berasal dari semua tindakan nya.

Prinsip metafisik mengenai manusia menjelaskan bahwa segala sesuatu sebenarnya itu tidak
ada secara esensi yang berdiri sebagai substansi prinsip tindakan nya sendiri. Manusia
menemukan jati dirinya sendiri secara eksternal seperti melihat kesempurnaan dalam
dirinya. Manusia juga mengakui tingkat keberadaanya sendiri dan hidup untuk dirinya sendiri
tetapi mengetahui bahwa ia tidak menciptakan dirinya sendiri. Manusia dasarnya bersifat
individualistik tetapi cenderung itu adalah hanya sebuah sifat, karakteristik untuk
menyempurnakan dalam sebuah sifat atau objek bisa terjadi pada pengetahuan eksistensi
manusia. Individualistis pada seseorang memiliki identitas yang dapat diidentifikasi di antara
lainya. Manusia tidak selalu memiliki karakteristik yang individual, mereka juga mempunyai
kepribadian yang personal untuk berhubungan secara intens terhadap sesama individu.
Maka sebagai manusia yang memiliki kesadaran diri (self awareness), merupakan simbol
atas kehadiran nya dalam eksistensi dalam segala aspek atau yang disebut sebagai self-
existence. Manusia dapat secara luas merefleksikan dirinya, membuat konsep, kenyataan
dirinya yang sudah tercatat seperti contohnya dalam sejarah-sejarah seperti teori filsafat.
Dengan demikian. Manusia dapat menyadari kenyataan dirinya di beberapa titik kehidupan
bahwa kehadiran diri di dunia merupakan bentuk rasionalitas, jiwa, kehendak, harapan dan
intelektualitas di dalam kehidupan ini.

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 7/10
2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

10. Tuliskan Referensi yang anda gunakan untuk Soal 3 disini

Referensi :
1. Aryati, A. (2018). Memahami Manusia Melalui Dimensi Filsafat (Upaya Memahami
Eksistensi Manusia). El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis, 7(2), 79-94.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/view/1602
2. Gultom, A. F. (2019). Metafisika Kebersamaan Dalam Lensa Gabriel Marcel. Antropologi
Metafisika & Isu-Isu Kekinian, 1.
https://www.academia.edu/download/66257639/Antropologi_Metafisika.pdf#page=10
3. Prasetyono, E. (2013). Manusia, ilmu pengetahuan dan kesadaran diri. Jurnal Orientasi
Baru, 22(2). https://e-journal.usd.ac.id/index.php/job/article/view/1146/910

11. Soal 4. Berdasarkan refleksi Anda, apa maknanya bagi Anda bahwa “manusia
merupakan makhluk hidup yang membutuhkan relasi interpersonal”? Kaitkanlah
refleksi Anda tersebut dengan virtues yang relevan berdasarkan filsafat
manusia. Sertakan referensi Anda. (Bobot nilai 20%. LO3: Apply reflections in
Human Philosophy thinking)

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang membutuhkan hubungan dengan


manusia lainya, dan tidak dapat hidup sendiri. Ketika suatu individu menjalin hubungan
interaksi terhadap individu lainya, hal tersebut bisa menjadi hubungan pribadi terlebih
secara emosional dan kepekaan terhadap empati. Relasi interpersonal adalah ketika
Perasaan manusia diciptakan tidak selalu relevan atau rasional. Menurut Baron and Byrne,
ketertarikan interpersonal merupakan proses bagaimana suatu individu membuat suatu
pilihan untuk menyukai atau tidak menyukai individu lainnya untuk menjalin relasi
interpersonal. Seperti refleksi yang telah saya jelaskan sebelumnya, manusia adalah
substansi yang satu dan semua tindakan itu selalu berasal dari apa yang dia inginkan. Maka
untuk membentuk sebuah kepribadian yang diinginkan, relasi interpersonal merupakan
sebuah pokok proses pembentukan pribadi pada individu lainya untuk meningkatkan
efektivitas dalam berkomunikasi dan penyesuaian diri. Dalam sebuah hubungan, kedua
relasi antara individu tersebut tidak selalu menghasilkan sebuah hubungan yang dekat.
Manusia tentu membutuhkan adanya hubungan, tetapi menjadi dekat secara emosional
terhadap individu lainya dapat menjauhkan sesama di suatu titik dalam relasi interpersonal.
Sebuah kebersamaan merupakan simbol keberadaan bagi individu lain dengan individu
lainya.

Ketika manusia membangun komunikasi dan relasi terhadap sesama, pemenuhan dirinya
akan saling tercapai. Jati diri pada seorang individu akan ditemukan ketika dalam
kebersamaan, karena dalam proses tersebut manusia belajar untuk saling menerima
kekurangan dan kelebihan sesama lain, toleransi, menghargai dan menghormati. Relasi
interpersonal tentunya membutuhkan adalah keterbukaan terhadap orang lain untuk
membangun hubungan dan kesadaran yang imperatif. Dinamika kebersamaan sangat
bergantung terhadap dua individu atau lebih. Membangun hubungan pasti ada
keterlibatanya mengenai kepentingan personal untuk membangun relasi yang kokoh untuk
manusia itu sendiri. Seperti yang kita tidak sadari, terkadang hubungan interpersonal
dengan orang lain jika dikelola dan dijalani dengan baik akan menghasilkan kemampuan diri
berkualitas di kehidupan seseorang yang kita dekat, atau pun seseorang yang asing bagi
kita dan banyak hal. Adanya relasi membantu perkembangan diri, karena tidak ada manusia
yang tidak bisa berkembang secara sendiri dan membutuhkan manusia lainya. Maka dari itu
alasan mengapa manusia tidak bisa hidup sendiri selamanya di rentang waktu yang lama,
karena ketergantungan tersebut merupakan proses kelangsungan dan perkembangannya
dari hubungan interpersonal.

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 8/10
2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

12. Tuliskan Referensi yang anda gunakan untuk Soal 4 disini

1. Sudarsih, S. (2020). Nilai Etis Relasi Individu Sosial dalam Filsafat Pierre Teilhard de
Chardin. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 3(2), 227-231.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/endogami/article/view/30681
2. Wulandari, R., & Rahmi, A. (2018). Relasi Interpersonal dalam Psikologi Komunikasi.
Islamic Communication Journal, 3(1), 56-
73 https://journal walisongo ac id/index php/icj/article/view/2678

13. Soal 5. Bagaimana sebaiknya relasi antara manusia dan teknologi digital pada
era modern ini? Berikan penjelasan Anda dengan jelas, ringkas, berdasarkan
filsafat manusia, serta dukungan referensi yang relevan. (Bobot nilai 20%.
LO3: Apply reflections in Human Philosophy thinking)

Kemajuan teknologi digital pada abad ke-21 bukanlah hal yang asing lagi di kehidupan
manusia yang tentunya dimulai atau dirangkai oleh dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti
contoh dominan yaitu teknologi. Dalam era pra-digital, Aristoteles menamakan manusia
zoon logon echon sebagai komponen sistem media komunikasi. Media bertujuan untuk
dipakai oleh manusia, tetapi sebenarnya manusia sendiri adalah media komunikasi. Homo
digitalis merupakan sebuah sebutan untuk manusia yang dikendalikan media, mengadaptasi
di dunia teknologi sesuai dengan standar media. Secara tidak langsung, manusia akan
kehilangan nilai otoritas individual mereka karena telah diatur oleh algoritma media yang
terlahir sebagai homo digitalis. Menurut Turner (2019), pada era modern telah terciptanya
struktur dan bermacam konflik yang mengubah esensi kemanusiaan maupun realitas yang
sebenarnya. Struktur-struktur yang diciptakan oleh manusia pada era modern cenderung
menimbulkan banyak dampak bagi manusia lainya. Pada era filsafat post-human,
kemungkinan untuk menjalani kondisi di era modern yang merugikan manusia adalah
bentuk dari pengecualian terhadap eksistensi keberadaan manusia. Dalam kehidupan yang
modern ini, tentunya manusia menjadi pribadi yang modern dan bergantungan dengan
teknologi. Setiap hari perkembangan dalam era-modern merubah kehidupan manusia secara
eksistensial, sehingga identitas dalam sebuah individu bersifat objektif.

Pada era modern tentu berpengaruh atau mempunyai relasi yang berbeda dengan era
sebelumnya. Pada era yang baru ini, manusia cenderung menjadi pribadi yang individualistis
dan tertutup karena terjebak dalam dunia maya sehingga jarang sadar akan keberadaan
insaninya. Menurut Marcel, keberadaan identitas dalam dunia yang maya menghilangkan
rasa wujud dalam tubuh kita. Kebebasan untuk menggunakan dan menerapkan karya dalam
era modern sering terjadi munculnya sebuah tantangan. Sehingga relasi akan manusia dan
teknologi menjadi sebuah tantangan untuk manusia mencari jati dirinya kembali. Bukan
hanya dengan relasi diri sendiri, tetapi rasa keterasingan eksistensi diri bisa memisahkan
hubungan manusia dengan Tuhan. Namun dalam era modern yang meliputi banyak interaksi
dan komunikasi, manusia dapat dengan mudah berinteraksi sebagai makhluk yang
bereksistensi secara utuh seperti contohnya melalui media sosial. Manusia dapat menjadikan
media sosial yang menjadi relasi akan kepenuhan dan kebutuhan eksistensi untuk manusia
lebih mengenal dirinya sendiri menjadi manusia yang lebih absolute. Relasi manusia dan era
modern tidak selalu buruk seharusnya keberadaan manusia dan identitas digital bisa
menjadi sebuah ruang baru untuk menjadi potensi besar dalam pemaknaan diri sendiri
maupun orang sekitar.

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 9/10
2/2/23, 7:20 PM UAS Filsafat Antropologi

14. Tuliskan Referensi yang anda gunakan untuk Soal 5 disini

Referensi:
1. Gultom, A. F., Munir, M., & Ariani, I. (2019). Pemikiran Kierkegaard Tentang Manusia
Agony dan Proses Penyembuhan Diri. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 4(2), 55-
61.https://scholar.archive.org/work/zclw5mp7cvhl5pnorby4mco27i/access/wayback/http://ju
rnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/genta/article/download/2108/pdf
3. Hardiman, F. B. (2018). Manusia Dalam Prahara Revolusi Digital. DISKURSUS - JURNAL
FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA, 17(2), 179–190.
https://doi.org/10.36383/diskursus.v17i2.252
2. Setiawan, R. (2020) Eksistensi Manusia Di Era Digital Perspektif Filsafat Eksistensialisme
Gabriel Marcel. 3, 62-66 https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43666/1/13510043_BAB-
I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

This content is created by the owner of the form. The data you submit will be sent to the form owner. Microsoft is
not responsible for the privacy or security practices of its customers, including those of this form owner. Never give
out your password.

Powered by Microsoft Forms |


The owner of this form has not provided a privacy statement as to how they will use your response data. Do not
provide personal or sensitive information.
| Terms of use

https://forms.office.com/pages/responsepage.aspx?id=Y7mFNLqCb0qBD7XMIm_4mI0i4wrHgy9HmouzfZKbC4pUNjVGV0U2WVc3WFlUM0Y5Tjg4Qjk0… 10/10

Anda mungkin juga menyukai