Anda di halaman 1dari 25

MENCEGAH BULLYING DAN PENINDASAN DI LINGKUNGAN

PONDOK PESANTREN DAARUL ‘ILMI MUHAMMADIYAH


TARAKAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
Riqhi Fahrezy
NISN. ........................

SMA MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL TARAKAN


PP. DAARUL ‘ILMI MUHAMMADIYAH TARAKAN
2024
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Menangkal Bullying dan Penindasan di Lingkungan Pondok
Pesantren Daarul ‘Ilmi Muhammadiyah Tarakan
Penyusun : Riqhi Fahrezy
Guru Pembimbing : Fadhil, S.Pd (Bahasa Inggris)
: Nanda Kiki, S.Pd (Bahasa Arab)

Tarakan, 19 Februari 2024


Menyetujui,
Pembimbing Utama,

Rega Anantyo Rinaldy, S.Pd


NBM. 3401 9218 1313477

Mengetahui,
Wadir Kurikulum, Kepala Sekolah,

Ahmad Bukhori, S.Pd. Amran Suparman, S.Pd.


NBM. 1157226 NBM. 3401 9518 1313476

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, saya ucapkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang atas izin dan kehendak-Nya-lah segala
sesuatu yang terjadi di alam semesta ini bisa terjadi, termasuk atas izinnya, saya dapat
menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah sebagai syarat kelulusan Pondok Pesantren Daarul
Ilmi Muhammadiyah – SMA Muhammadiyah Boarding School Tarakan dengan judul
“Menangkal Bullying dan Penindasan di Lingkungan Pondok Pesantren Daarul Ilmi
Muhammadiyah”.
Shalawat dan salam tetap tersampaikan dan terucap untuk baginda Rasulullah Nabi
Muhammad SAW, karena atas pencerahan dan jasanya yang mengubah dunia jahiliyah
menjadi dunia Islamiyah yang berasaskan iman, ilmu, dan amal sehingga kita dapat
merasakan nikmat Iman, Ilmu dan Islam hingga saat ini.
Sekaligus saya ucapkan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, bapak Alwi
dan Ibu Hertina NB. yang telah mendukung penuh dan sangat berjasa dalam perkembangan
dan pendewasaan diri saya. Saya berterimakasih pula kepada Ustadz Ustadzah kami yang tak
lelah memberi pengajaran kepada kami dari tidak bisa dan tahu menjadi bisa dan tahu.
terimakasih pula kepada saudara, sahabat, keluarga, kerabat dan teman-teman yang tidak bisa
saya sebutkan namanya satu persatu.
Selain itu saya juga sadar bahwasannya karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka saya berharap kritik dan saran yang konstruktif untuk kemudian hari saya
dapat memperbaiki dan menyempurnakan karya tulis ilmiah ini, sebab saya sadar bahwa
tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini.
Kemudian saya berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan berpengaruh baik
bagi kehidupan kita di kemudian hari dan menambah wawasan tentang bullying terkhusus
untuk lingkungan Pondok Pesantren.
Terakhir saya meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan, baik
dalam penulisan ini maupun kesalahan dari diri saya pribadi. Harapannya karya tulis ilmiah
ini dapat dimengerti dan diambil manfaatnya. Nashrun Minallah wa Fathun Qoriib.

Tarakan, Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
ABSTRAK...........................................................................................................................................iv
BAB I....................................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................3
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................3
D. MANFAAT PENULISAN........................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
A. DEFINISI..................................................................................................................................4
1. Makna dan Arti Bullying serta Penindasan............................................................................4
2. Makna dan Arti Pondok Pesantren.........................................................................................5
B. JENIS-JENIS BULLYING.........................................................................................................6
C. PENYEBAB PENINDASAN DI PONDOK PESANTREN......................................................7
D. CARA MENGHADAPI BULLYING DI PONDOK PESANTREN...........................................9
E. PERKEMBANGAN ISU BULLYING DI PONDOK PESANTREN DAARUL ILMI
MUHAMMADIYAH KOTA TARAKAN......................................................................................13
BAB III................................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................16
B. SARAN...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18

iii
ABSTRAK
Bullying dan penindasan merupakan isu serius dalam lingkungan pendidikan dan masyarakat
pada umumnya. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menginvestigasi dan menganalisis
berbagai aspek dari masalah ini, serta menyajikan solusi yang efektif untuk mengatasi dan
mencegahnya. Penelitian dilakukan melalui studi literatur, wawancara, dan analisis data
empiris.Karya tulis ilmiah ini akan menguraikan definisi bullying dan penindasan, serta
menganalisis dampaknya terhadap kesejahteraan fisik dan psikologis individu yang terkena
dampaknya. Selain itu, karya tulis ilmiah ini juga akan menjelaskan faktor-faktor yang dapat
memicu perilaku bullying dan penindasan, seperti lingkungan sosial dan budaya, serta peran
teknologi dalam meningkatkan fenomena ini. Selanjutnya, karya tulis ilmiah ini akan
membahas berbagai pendekatan dan strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi bullying
dan penindasan, termasuk pendekatan preventif di lingkungan pendidikan, peran sekolah,
serta peran orangtua dalam mendukung anak-anak mereka. Solusi yang diajukan akan
melibatkan pendidikan, kesadaran, dan perubahan budaya untuk menciptakan lingkungan
yang lebih aman dan inklusif. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan wawasan
yang lebih baik tentang masalah bullying dan penindasan, serta memberikan panduan praktis
untuk individu, lembaga pendidikan, dan masyarakat dalam menghadapinya. Dengan
demikian, karya tulis ilmiah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya
menciptakan lingkungan yang lebih aman dan bebas dari bullying serta penindasan.
Kata kunci: Pondok Pesantren, bullying

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Bullying dan penindasan merupakan dua isu sosial yang semakin memprihatinkan
dalam masyarakat saat ini, terutama di lingkungan pendidikan. Bullying adalah tindakan
agresif dan merendahkan yang diarahkan pada individu atau kelompok individu secara
berulang dan berkelanjutan. Sedangkan penindasan melibatkan tindakan diskriminatif yang
dapat dialami oleh individu atau kelompok tertentu, seringkali berdasarkan faktor seperti ras,
agama, gender, atau orientasi seksual. Kedua fenomena ini dapat merusak kesejahteraan fisik
dan psikologis individu yang terkena dampaknya dan berdampak negatif pada lingkungan
sosial yang lebih luas.
Pesantren diasosiasikan dengan lembaga pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai
kebajikan, perilaku positif, dan muatan religiusitas yang kuat. Pendekatan dalam penelitian
ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan melakukan analisis tematik dari hasil
wawancara dengan pelaku bullying di pesantren yang minimal telah satu tahun menjalani
pendidikannya dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Ditemukan lima tema yang
menjadi penyebab perilaku bullying di pesantren yaitu faktor individu, keluarga, media
massa, teman sebaya dan lingkungan sekolah. Tiga tema, yakni adaptasi siswa baru, persepsi
terhadap perilaku bullying yang dianggap sebagai candaan dan tradisi pesantren serta bullying
sebagai kompensasi mencari hiburan di pesantren karena padatnya aktivitas belajar dan
minimnya fasilitas belajar adalah tema baru yang muncul di luar dari tema teoretis.
Perilaku bullying sering terjadi di kalangan remaja saat ini, tidak hanya di lingkungan
sekolah tetapi juga di lingkungan pesantren yang merupakan tempat pendidikan ilmu agama.
Dampak dari perilaku bullying ini dapat mengganggu kesehatan jiwa remaja, terutama bagi
para korbannya. Dampak yang dialami diantaranya ketakutan, perasaan malu, tertekan, sedih
dan cemas. Dampak secara fisik juga dirasakan oleh para korban bully, seperti bengkak,
terluka, sulit tidur, nafsu makan menurun. Pihak pesantren dan orang tua perlu memberikan
perhatian khusus pada para santri, dan memberikan pemahaman lebih mendalam bagaimana
cara mengatasi bullying di pesantren.
Kekerasan seperti bullying kini marak terjadi, tidak hanya di masyarakat namun kasus
ini terjadi di dunia pendidikan yang sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orang tua.
Dalam lingkungan masyarakat bullying lebih dikenal dengan ejekan, gosip, iri dan dengki.
Lingkungan masyarakat merupakan tempat bertemu dengan berbagai macam karakter yang

1
berbedabeda, hal tersebut membuat seseorang harus beradaptasi dengan lingkungannya agar
bisa memposisikan dirinya dengan baik. Perundungan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat biasa nya disebabkan oleh kemampuan anak, kekurangan fisik, dan iri. Jenis
bullying yang terjadi di lingkungan masyarakat dapat dilakukan secara verbal dan non verbal.
Penindasan dengan verbal bisa dilakukan dengan cara mengolok-olok, mengejek dan
memperlihatkan gestur tubuh yang tidak suka. Sedangkan hal-hal yang bersifat non verbal
bisa dilakukan dengan kekerasan fisik, hukuman, serta mempermalukan di depan umum.
(Duwita 2020)
Begitu juga Dalam dunia pendidikan kerap kali terjadi permasalahan sosial
diantaranya konflik guru dengan murid, permasalahan guru dengan wali murid, juga
permasalahan antara teman sekelas maupun teman satu sekolah yang melakukan
perundungan, pengucilan, intimidasi atau lebih dikenal dengan Bullying. (Wiyani, 2012)
Bullying merupakan salah satu tindakan agresif yang disengaja dilakukan oleh
sekelompok atau seseorang yang secara berulang – ulang dan dari waktu ke waktu terhadap
seseorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah. (Prajitno 2012)
Fenomena bullying telah lama menjadi bagian dari dinamika sekolah. Umummnya
orang lebih mengenal dengan istilah-istilah seperti penggencetan, pemalakan, pengucilan,
intimidasi dan lain-lain. istilah bullying sendiri memiliki makna lebih luas, mencakup
berbagai bentuk penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti orang lain sehingga
korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya. (Wiyani, 2012)
Bullying yang terjadi di sekolah-sekolah, juga terjadi di pondok pesantren. Padahal
pondok pesantren adalah wadah untuk menanamkan nilai moral dan mengajarkan keislaman
dan membangun bangsa dengan Ahlaqul Karimah yang baik berlandasan agama. Namun
sebalik nya justru yang terjadi banyak tindak kekerasan yang terjadi di pondok pesantren
Pesantren, diartikan sebagai asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji
dan sebagainya. (KBBI 2005, 886)
Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama
dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih di kenal degan sebutan Ustad, Ustadzah
ataupun Kyai. Yang membedakan sekolah pada umumnya dengan pesantren ialah pesantren
mempunyai asrama untuk tempat menginap santri (murid) dan tinggal secara langsung
dilingkungan tersebut dengan waktu yang telah ditentukan. Pada dasarnya sekolah dan
pesantren memiliki tujuan yang sama yakni untuk memberikan pengajaran dan tempat
menuntut ilmu namun pesantren juga dapat di pahami sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran Agama. (Muhammad Idrus Ubaidillah, 2022)
2
Di Pondok Pesantren Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan sendiri, beberapa sumber
menyatakan bahwa masih ada terjadi pembullyan dan penindasan, baik verbal maupun non-
verbal. Menilik hal ini, maka penulis merasa perlu mengkaji lebih mendalam dengan
mengangkat tema “Menangkal Bullying dan Penindasan di Lingkungan Pondok Pesantren
Daarul ‘Ilmi Muhammadiyah Tarakan”.

B. RUMUSAN MASALAH

Setelah memperhatikan persoalan yang dibahas, maka penulis merumuskan masalah


sebagai berikut:
1. Apa saja penyebab-penyebab adanya penindasan di Pondok Pesantren?
2. Bagaimana cara menghadapi bullying di Pondok Pesantren?

C. TUJUAN PENULISAN

Melihat masalah yang dirumuskan dan perlu dibahas, maka tujuan penulisan adalah:
1. Mengetahui penyebab bullying.
2. Mengetahui cara menghadapi bullying.

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diharapkan adalah agar Pondok Pesantren dan pembaca dapat
mengetahui apa saja yang dapat mencegah dan menyebabkan timbulnya kasus-kasus bullying
dan penindasan disekitar kita.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI

1. Makna dan Arti Bullying serta Penindasan


Menurut United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF)
Bullying adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi sekali-kali. Anak-anak yang
melakukan bullying biasanya berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih
tinggi, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer sehingga
dapat menyalahgunakan posisinya.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia, Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”)
merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh
satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain,
dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.
Menurut Olweus (seorang ahli psikologi sosial 1993) yang menggambarkan bullying
sebagai perilaku agresif yang dilakukan secara berulang oleh seseorang atau sekelompok
orang terhadap sasaran yang memiliki kesulitan untuk membela diri sendiri.
Menurut Smith dan Sharp (1994) menggambarkan bullying sebagai tindakan agresif
yang sengaja dilakukan untuk merugikan seseorang secara fisik, emosional, atau sosial.
Menurut Pacer Center (sebuah organisasi yang befokus pada isu pendidikan dan
kesejahteraan anak) mendefinisikan bullying sebagai tindakan atau perilaku yang
merugikan dan dilakukan dengan niat untuk melukai, mengintimidasi, atau mengontrol
seseorang yang kurang berdaya.
Menurut National Institute of Child Health and Human Development (NICHD)
mendefinisikan bullying sebagai perilaku agresif yang sengaja dilakukan untuk
merugikan orang lain, yang dapat berupa tindakan fisik, verbal, atau relasional.
Berdasarkan pada KBBI Bullying atau biasa disebut dengan perundungan yaitu
mengganggu; menjahili terus-terusan; membuat susah; menyakiti orang lain baik fisik
ataupun psikisnya berbentuk kekerasan verbal, sosial, dan fisik terus menerus dan dari
waktu ke waktu, seperti pemanggilan nama individu dengan julukan, pemukulan,
mendorong, penyebaran rumor, pengancaman, atau merongrongnya.

4
2. Makna dan Arti Pondok Pesantren
Pondok pesantren adalah institusi pendidikan Islam yang memiliki sejarah panjang di
Indonesia. Meskipun definisi dan pandangan tentang pondok pesantren dapat bervariasi,
terutama karena berbagai aliran keagamaan dan budaya di Indonesia, berikut adalah
beberapa pandangan umum dari para ahli tentang pondok pesantren:
Menurut Dr.H.Azyumardi Azra: Seorang sejarawan dan cendekiawan Islam
terkemuka asal Indonesia, Dr. Azyumardi Azra, menjelaskan pondok pesantren sebagai
"lembaga pendidikan Islam yang menawarkan pendidikan keagamaan dengan metode
pengajaran tradisional."
Menurut Dr.M.Dawam Rahardjo: Beliau adalah seorang ahli sosiologi Indonesia
yang memandang pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional yang
berperan penting dalam melestarikan nilai-nilai Islam dan budaya lokal.
Menurut Prof.Dr.KH. Hasyim Muzadi: Seorang ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama
(NU) menyatakan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang
mengajarkan ajaran Islam secara komprehensif dan memberikan pemahaman agama
yang kuat kepada santri (siswa).
Menurut Prof.Dr.H. Ahmad Syafi'i Ma'arif: Mantan Ketua Muhammadiyah dan
seorang intelektual Muslim terkemuka, Ahmad Syafi'i Ma'arif, memandang pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional yang memiliki peran penting dalam
membangun karakter dan moral individu, serta menjaga identitas Islam di Indonesia.
Sedangkan menurut KBBI Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang
memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan agama
Islam. Jadi secara singkat, Pondok Pesantren adalah tempat pendidikan Islam secara
sempurna dan konsisten serta menempatkan peserta didik untuk tinggal di lingkungan
asrama.

5
B. JENIS-JENIS BULLYING

Menurut situs web stopbullying.gov, yang dikelolah oleh Departemen Kesehatan dan
Layanan Manusia Amerika Serikat, ada beberepa jenis bullying utama yang diakui,
termaksuk :
a. Verbal Bullying
Verbal bullying adalah tindakan merendahkan yang melibatkan penggunaan kata-
kata kasar, ejekan, cacian, ancaman, atau pelecehan verbal untuk merugikan korban. Ini
bisa mencakup hinaan terhadap penampilan fisik, prestasi, atau aspek identitas lainnya.
Verbal bullying dapat menciptakan dampak emosional yang serius pada korban,
termasuk perasaan malu, ketidakamanan, marah, stres, kecemasan, dan depresi. Penting
untuk mengatasi perilaku ini dan memberikan dukungan kepada korban agar terhindar
dari dampak negatifnya. Upaya mencegah dan menghentikan verbal bullying termasuk
dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan penuh hormat bagi semua orang.
b. Social bullying
Social Bullying adalah jenis bullying yang bertujuan untuk merusak hubungan
sosial korban. Ini melibatkan berbagai tindakan yang dapat mencakup penolakan,
penciptaan konflik, penyebaran gossip dan rumor, serta upaya untuk menjatuhkan
reputasi korban. Pelaku Social bullying berusaha untuk mengisolasi korban dari
kelompok sosialnya dan membuatnya merasa tidak diinginkan atau terasingkan. Mereka
sering menggunakan manipulasi sosial dan taktik yang bersifat tersembunyi.
Selain merusak hubungan sosial, Social bullying juga dapat menciptakan dampak
emosional yang serius pada korban. Mereka mungkin merasa terisolasi, cemas, marah,
atau tidak berdaya. Penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi Scial bullying karena
dampaknya pada kesejahteraan korban. Upaya untuk mencegah social bullying
melibatkan kesadaran, pendidikan, dan promosi budaya yang mendukung kehormatan
dan penghargaan terhadap semua individu. Dalam menghadapi kasus bullying sosial,
penting untuk memberikan dukungan kepada korban, menghentikan perilaku pelaku, dan
mempromosikan norma sosial yang positif.

c. Bullying fisik
Bullying fisik adalah tindakan kekerasan yang melibatkan pelaku yang secara fisik
menyerang atau merugikan korban. Ini bisa mencakup pukulan, tendangan, dorongan,

6
atau tindakan fisik lainnya yang memiliki potensi untuk menyebabkan cedera atau rasa
sakit pada korban. Bullying fisik seringkali digunakan sebagai cara untuk
mengintimidasi, menyakiti, atau mendominasi korban.
Efek dari bullying fisik tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga dapat mencakup
dampak emosional dan psikologis yang signifikan. Korban bullying fisik mungkin
mengalami rasa takut, marah, atau merasa tidak aman. Mereka juga dapat mengalami
cedera fisik yang serius, yang dapat mempengaruhi kesehatan jangka panjang mereka.
Efek dari bullying fisik tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga dapat mencakup
dampak emosional dan psikologis yang signifikan. Korban bullying fisik mungkin
mengalami rasa takut, marah, atau merasa tidak aman. Mereka juga dapat mengalami
cedera fisik yang serius, yang dapat mempengaruhi kesehatan jangka panjang mereka.
d. Bullying Elektronik (Cyberbullying)
Jenis bullying yang dilakukan adalah bentuk bullying yang terjadi melalui
teknologi dan media elektronik, seperti pesan teks, media sosial, atau email. Ini
mencakup ejekan, ancaman, rumor palsu, atau penyebaran foto dan video merendahkan.
Dampaknya dapat serius, termasuk stres, kecemasan, depresi, dan isolasi. Penting untuk
mendidik tentang etika online, melaporkan cyberbullying, dan melindungi korban.
Anonimitas sering digunakan oleh pelaku, sehingga anonimitas bisa meningkatkan
keberanian pelaku dalam merendahkan korban secara online.

C. PENYEBAB PENINDASAN DI PONDOK PESANTREN

Menurut Kezia Prasetya Christvidya (2022) secara umum, penyebab bullying antara lain:
1. Pelaku Pernah Jadi Korban Kekerasan di Rumah
Terjadinya bullying bisa disebabkan karena pelaku pernah menjadi korban
kekerasan di rumah. Jika seorang anak menyaksikan perkelahian orang tuanya,
dan mendapatkan perilaku kekerasan oleh orang tuanya, maka anak akan berisiko
melakukan bullying kepada temannya di sekolah.

2. Pelaku Tidak Percaya Diri


Seorang anak bisa melakukan bullying jika ia tidak percaya dengan dirinya
sendiri. Hal ini dilakukan untuk menutupi kekurangan yang ada di dalam dirinya,
sehingga bullying akan terjadi untuk menindas teman di sekolah yang memiliki
kelebihan, namun kelebihan tersebut tidak dimiliki pelaku bullying.

7
3. Pelaku Terlalu Dibebaskan Orangtuanya
Ada sebagian orang yang terlalu bebas mendidik anaknya, dan selalu
mengizinkan anaknya melakukan segala hal yang membuatnya senang. Perilaku
orang tua ini disebut dengan pola asuh permisif. Anak akan merasa bebas
melakukan apapun tanpa merasa bersalah.
4. Pelaku Ingin Menjadi Populer
Sering kali di sekolah terjadi kesenjangan sosial, yang menyebabkan seorang
anak ingin terlihat lebih populer daripada siswa lainnya. Dengan
melakukan bullying, anak tersebut akan dikenal semua siswa di sekolah tersebut,
sehingga keinginannya untuk menjadi populer dan berkuasa akan terpenuhi.
Menurut Muhammad Idrus Ubaidillah (2022) melalui penelitiannya di salah satu pondok
pesantren yang ada di Indonesia, menjelaskan ada 3 faktor penyebab terjadinya penindasan di
lingkungan pondok pesantren antara lain:
1. Faktor Keluarga
Dari penelitian yang dilakukan Muhammad Idrus Ubaidillah, beberapa pelaku
bullying memiliki latar belakangkeluarga yang kurang baik yang dapat merusak
mental dan psikis anak dari kecil seperti perceraian, perkelahian, KDRT dan lain
sebagainya.
2. Faktor Teman Sebaya
Faktor yang menjadi penyebab perilaku bullying diantaranya faktor dari teman
sebaya, disebabkan oleh adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh
negatif. Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar
rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying dalam usaha
membuktikan bahwa mereka bisa masuk kelompok tertentu, meskipun mereka
sendiri merasa nyaman dengan perilaku tersebut (Simbolon 2014).
Dari wawancara yang dilakukan oleh Idrus kepada Pimpinan Pondok terkait,
ditemukan bahwa banyak peserta didik yang ingin mendapatkan pengakuan
ataupun akrab dan bergaul dengan senior di pondok pesantren, salah satunya
dengan cara menindas orang lain, teman sebaya ataupun adik kelas, bahkan tidak
jarang ditemukan adik kelas yang menindas kakak kelasnya.
3. Faktor Sekolah
Kekerasan dalam dunia pendidikan adalah faktayang sudah sering terjadi.
Selama ini, ketika berbicara mengenai kekerasan pelajar topik yang sering kali
muncul adalah tentang tawuran antar pelajar dari tiap sekolah. Padahal ada suatu
8
bentuk kekerasan di sekolah yang jarang terlihat tetapi dapat menimbulkan
dampak yag jauh lebih serius , yakni bullying. Perilaku bullying tidak hanya
terjadi di sekolah saja pada umum nya akan tetapi sering terjadi pula di sebuah
asrama bahkan pondok pesantren.

Dalam sebuah wawancara oleh penulis, Ketua Umum PC IPM Tarakan Utara,
Muhammad Dzulfikar Alim sebagai narasumber menjelaskan bahwa banyaknya terjadi
bullying di Kota Tarakan disebabkan oleh keadaan masyarakat Kota Tarakan yang santgat
beragam, beragam suku, ras, agama maupun kelompok aliran tertentu. Hal ini memicu
munculnya sikap merasa golongannya paling baik dan paling benar, hingga muncullah
tindakan-tindakan yang dapat mengarah kepada penindasan, dan hal ini berpengaruh pada
kehidupan sekolah-sekolah yang ada di Kota Tarakan, sehingga kemungkinan terjadinya
penindasan di sekolah-sekolah yang ada di Kota Tarakan sangat besar.
Meneliti pernyataan Ketua Bidang Advokasi Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar
Muhammadiyah MBS Tarakan, Muhammad Choirul Rizal (2024) melalui wawancara penulis
menjelaskan bahwa perilaku bullying yang terdapat di Pondok terkhusus Ponpes Daarul Ilmi
Muhammadiyah Tarakan adalah karena banyaknya santri yang merasa lebih kuat dan lebih
hebat sehingga muncullah hukum rimba, kelompok terkuat akan menindas kelompok yang
lebih lemah dan dalam kelompok yang terkuat dan berkuasa, ada individu yang merasa paling
kuat dan hebat dan menindas individu lain yang ada di dalam kelompoknya. Beliau juga
menyatakan salah satu hal yang menonjol adalah adik kelas yang melawan dengan kakak
kelasnya sehingga menimbulkan emosi yang menyebabkan kakak kelas memukul adik
kelasnya yang untuk sebagian orang, hal ini termasuk pembullyan. Maka menurut Rizal,
pihak Pondok harus bisa berperan dan mengerahkan usaha besar untuk menanggulangi dan
menghadapi aksi bullying di Pondok.

D. CARA MENGHADAPI BULLYING DI PONDOK PESANTREN

Ahmad Fatoni (2022) Salah satu cara agar mengurangi tingkatan bullying di pesantren
yaitu melakukan sosialisasi terhadap santri tentang apa saja bahaya bullying terhadap dampak
psikologis. Tujuan sosialiasi diadakan supaya santri mempelajari dan mengetahui bahwa
bullying itu merugikan baik bagi korban maupun pelaku. Selain itu, kiranya setiap asrama di
pesantren ada musyrif atau musyirifah yang pintar mengatasi pembullyan.

9
Pihak pesantren juga perlu merekrut ustadz atau ustadzah yang lulusan psikologi atau
bimbingan konseling. Fungsinya yaitu meningkatkan pengawasan terhdaap perilaku santri.
Kepada mereka, santri bisa menceritakan segala masalah yang dialami olehnya agar kalau
punya masalah tidak dipendam sendirian. Apapun solusinya bisa bekerjasama dengan
musyrif atau musyrifah yang mendampingi santri di asrama. Peran orang tua dalam kasus
bullying ini tentu saja sangat besar sebagai pihak yang melindungi anak sehingga anak tidak
terpuruk dengan peristiwa buruk yang dialaminya. Melindungi anak yang terkena bullying
bisa dilakukan dengan menasehati anak yang menjadi pelaku bullying, menemui orang
tuanya, membesarkan hati anak, dan lain sebagainya.
Orang tua juga ikut andil dalam upaya mencegahnya terjadinya bullying. Orang tua
hendaknya secara aktif menunjukkan kepada anak masing-masing untuk dapat mengerti
permasalahan dari sudut pandang orang lain. Saat menjenguk sang anak di pesantren, orang
tua tidak pernah bosan menyadarkan dan mengajarinya bahwa membully sesama santri
adalah suatu hal yang tidak pantas dan merugikan masa depan santri lain.
Nita Okfita (2022) menjelaskan, secara garis besar, cara umum untuk mencegah bullying
adalah:
1. Deteksi tindakan bullying sejak dini
2. Memberikan sosialisasi terkait bullying
3. Memberikan dukungan pada korban
4. Membuat program yang tegas tentang bullying
5. Memberikan teladan atau contoh yang baik
6. Mengajar siswa untuk melawan bullying
7. Mengajak pelaku untuk menghentikan perilaku buruknya

Peran orangtua juga tidak bisa terlepaskan dalam menanggulangi persoalan bullying.
Unicef menjelaskan Langkah pertama untuk menjaga keamanan anak, baik secara langsung atau
online, adalah memastikan mereka mengetahui masalahnya. Cara-caranya adalah:
1. Ajari anak-anak tentang bullying. Begitu mereka tahu apa itu bullying, anak-anak
akan dapat mengidentifikasinya dengan lebih mudah, apakah itu terjadi pada mereka
atau orang lain.
2. Bicaralah secara terbuka dan sering kepada anak-anak. Semakin sering berbicara
dengan anak-anak tentang bullying, semakin nyaman mereka memberi tahu jika
mereka melihat atau mengalaminya. Periksa anak-anak setiap hari dan tanyakan

10
tentang waktu mereka di sekolah dan aktivitas mereka secara online, menanyakan
tidak hanya tentang kelas dan kegiatan mereka, tetapi juga tentang perasaan mereka.
3. Bantu anak agar menjadi panutan yang positif. Ada tiga pihak yang terlibat
dalam bullying: korban, pelaku, dan saksi. Bahkan jika anak-anak bukan
korban bullying, mereka dapat mencegah bullying dengan bersikap positif, hormat,
dan baik kepada teman sebayanya. Jika mereka menyaksikan bullying, mereka dapat
membela korban, menawarkan dukungan, dan atau mempertanyakan
perilaku bullying yang terjadi.
4. Membantu membangun kepercayaan diri anak. Dorong anak untuk mengikuti kelas
atau bergabung dengan kegiatan yang ia sukai di lingkungan atau di sekolahnya. Ini
juga akan membantu membangun kepercayaan diri serta menambah teman dengan
minat yang sama.
5. Jadilah teladan. Tunjukkan pada anak bagaimana memperlakukan anak-anak lain dan
orang dewasa dengan kebaikan dan rasa hormat, serta melakukan hal yang sama
kepada orang-orang di sekitar, termasuk cobalah membela ketika orang lain
diperlakukan dengan tidak baik. Anak-anak melihat orang tua mereka sebagai contoh
bagaimana cara berperilaku, termasuk memposting secara online.
6. Jadilah bagian dari pengalaman online mereka. Biasakan diri dengan platform yang
digunakan anak, jelaskan kepada anak bagaimana dunia online dan dunia offline
terhubung, dan peringatkan mereka tentang berbagai risiko yang akan mereka hadapi
secara online.

Unicef kemudian memberikan penjelasan bahwa jika seorang anak terindikasi sebagai
pelaku bullying, maka seorang guru perlu untuk melakukan hal-hal kepada korban perilaku
bullying, sebagai berikut:
1. Tanggapi kejadian itu dengan serius.
2. Hargai dan berterima kasihlah pada siswa tersebut karena telah melapor kepada Anda.
3. Yakinkan dia bahwa itu bukan salahnya.
4. Tunjukkan empati.
5. Bantu anak yang di-bully untuk membela dirinya sendiri – bahwa dia bisa
mengatakan tidak suka jika dikerjai oleh temannya.
6. Tanyakan kepada anak tentang apa yang dapat dilakukan untuk membuat dia merasa
aman.

11
7. Bicaralah dengan setiap anak yang terlibat dalam situasi ini secara terpisah. Hindari
menyalahkan, mengkritik, atau meneriaki di depan wajah mereka. Dorong dan hargai
nilai kejujuran.
8. Pertimbangkan peran atau pengaruh 'kelompok sebaya'. Bullying terkadang dilakukan
oleh kelompok. Jika bullying dilakukan oleh seorang anak, dengan bantuan atau
dukungan dari anak-anak lain, mereka semua juga harus menanggung konsekuensinya
bersama, terutama agar mengetahui dampak perbuatan mereka kepada anak yang
dibully, serta meminta maaf.
9. Ambil tindakan kepada pelaku bullying. Beritahu si anak, orang tuanya, dan kelas
mengenai perkembangan kasusnya, dengan tetapi menghormati semua pihak.
10. Tindak lanjuti secara teratur dengan anak tersebut mengenai kemajuan yang dibuat
mengenai masalah ini sesudahnya.
11. Jika perlu, carilah bantuan dari pihak eksternal. Ketika Anda menghadapi masalah
yang parah atau signifikan yang tidak Anda ketahui cara mengatasinya, laporkan
kepada guru konseling sekolah, atau pekerja sosial, atau psikolog. Anda mungkin
perlu menghubungi Telepon Pelayanan Sosial Anak (TePSA) di 1500771.

Unicef juga memberikan penjelasan bahwa jika mengetahui siapa menjadi pelaku
bullying terhadap korban, maka seorang guru perlu untuk melakukan hal-hal kepada pelaku
perilaku bullying, sebagai berikut:

1. Dengarkan cerita versi mereka.


2. Soroti perilaku yang tidak pantas dan tidak dapat diterima dan ingatkan mereka akan
aturan dan pedoman anti-bullying yang dibuat di tingkat sekolah / kelas.
3. Bantu mereka dengan memahami alasan di balik perilaku bullying mereka (seperti
apakah mereka punya masalah di rumah, kurangnya perhatian, pengalaman bullying
sebelumnya, dll.)
4. Tunjukkan empati dan kasih sayang dengan membagikan perasaan anak yang di-
bully.
5. Terapkan konsekuensi tertentu untuk membantu mereka belajar dari situasi ini.
Konsekuensi yang diberikan harus berhubungan dengan kesalahan mereka, tetap
menghormati anak sebagai pelaku, masuk akal dan logis, serta dapat diterima untuk
mengajarkan anak agar berperilaku lebih baik.

12
6. Anak harus memperbaiki kesalahannya. Misalnya, dengan meminta maaf kepada anak
yang di-bully, melakukan sesuatu yang baik padanya agar dia merasa lebih baik,
membantunya menyelesaikan sesuatu yang sedang dia kerjakan, memperbaiki atau
mengganti sesuatu yang mereka hancurkan atau curi, dll.
7. Menghargai dan mengenali segala perubahan perilaku yang positif, termasuk
mengakui kesalahan.
8. Jelaskan bahwa untuk menerima hak di kelas/sekolah, mereka harus mematuhi
peraturan. Hak tersebut misalnya untuk berpartisipasi dalam acara sekolah, bergabung
dalam ekskul, perjalanan study tour, pelajaran olahraga, kegiatan pentas seni, atau apa
pun yang dianggap sesuai dan menarik oleh anak agar mereka tetap berusaha berbuat
baik.
9. Bicaralah kepada orang tua mereka dan saling menyetujui rencana agar berbuat baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arfin Fu’ad Afdhol (2019) di Pondok
Pesantren Muhammadiyah Boarding School Klaten, Musyrif harus bisa berperan dalam
menghadapi persoalan bullying di Pondok Pesantren, Strategi musyrif dalam mengatasi
perilaku bullying di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School Prambanan
Klaten, antara lain yaitu mengetahui akar permasalahan, pemberian hukuman, adanya
himbauan dan layanan, memberikan penghargaan, melakukan pengawasan, dan mengadakan
program “stop bullying”.

E. PERKEMBANGAN ISU BULLYING DI PONDOK PESANTREN DAARUL ILMI


MUHAMMADIYAH KOTA TARAKAN

Penjelasan perkembangan isu bullying di Ponpes Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan


akan disajikan berdasarkan pandangan penulis dan wawancara narasumber-narasumber (saat
ini tercatat tahun 2023 sampai awal 2024). Hal ini dilakukan agar penjelasan yang disajikan
tidak hanya berdasarkan satu pandangan personal tapi menyajikan pandangan-pandangan
narasumber sebagai acuan untuk penulisan.
Menurut pandangan penulis, perkembangan isu bullying yang terjadi di Pondok
Pesantren Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan termasuk hal yang sangat diperhatikan oleh
pondok. Hal ini dibuktikan dengan program-program Pondok (dalam hal ini adalah Pondok

13
Pesantren Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan) yang mendukung pencegahan dan
penanggulangan. Pihak pondok mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif yang dapat
menekan pertambahan kasus bullying di Pondok, salah satunya adalah program “P5” yang
bekerjasama dengan pihak IPM (dalam hal ini adalah Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar
Muhammadiyah MBS Tarakan) dan guru BK (Bimbingan Konseling) untuk merealisasikan
kegiatan ini. Lantas apa itu “P5” ?, P5 merupakan singkatan dari Proyek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila. Program ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada para peserta
didik untuk mempelajari isu-isu penting di sekitar.
Pihak IPM pun dalam periodenya (tercatat periode 2023-2024) melalui bidang Advokasi
menyusun program pokok IPM dalam periodenya, yaitu program anti-bullying dan dibukanya
bimbingan konseling kepada seluruh santri ±24 jam. Walaupun dalam realisasinya terbilang
kurang maksimal, namun harapannya periode IPM selanjutnya dapat memaksimalkan
program anti bullying ini untuk mencegah dan menanggulangi persoalan bullying yang terjadi
di Pondok kita yang tercinta ini.
Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Sekretaris Bidang Advokasi IPM Periode
2023-2024, Muhammad Dzaki Abdillah Mubarok menjelaskan perkembangan isu bullying
yang ada di Pondok sudah mulai mereda atau berkurang. Adib menjelaskan hal ini terjadi
karena adanya hukum, baik hukum berdasarkan buku pedoman pondok ataupun hukum
negara (dalam hal ini adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia), salah satunya adalah
hukum visum, Visum et Repertum merupakan alat bukti surat sebagaimana diatur
dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP dan Pasal 187 huruf c KUHAP dan memiliki kekuatan
pembuktian yang cukup kuat karena mampu membuktikan unsur penganiyaan dalam studi
kasus putusan No. 586/Pid. dan juga hukuman yang diberikan pihak Pondok yang berhasil
dan ampuh menekan jumlah kasus pembulian di Pondok.
Menurut Ketua Umum PR IPM Periode 2023-2024, Muhammad Fachri Tajdid sebagai
narasumber menjelaskan bahwa menurut objektifnya, bullying di pondok pesantren Daarul
Ilmi MBS Tarakan termasuk sedikit. Kasusnya pun sedikit, hal ini dikarenakan perhatian
pondok dan usaha santri untuk menghilangkan bullying di Pondok Pesantren Daarul Ilmi
Muhammadiyah Tarakan.
Menurut Kaur Kedisiplinan dan Keamanan Santri, Ustad Sulfikar Ananda sebagai
narasumber menjelaskan bahwa menurut objektifnya,
Dari kuesioner oleh penulis dengan santri dengan rentang kelas 7 – 11, kasus bullying
sudah dikatakan berkurang, walaupun masih ada, kasus ini tidak terjadi semarak dulu
sebelum gencar-gencarnya program anti bullying(diadakan oleh PR IPM Periode 2023-2023
14
pada bidang Advokasi) dan program P5 yang berpengaruh banyak dalam menekan kasus
bullying di Pondok Pesantren Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bullying atau biasa disebut dengan perundungan yaitu mengganggu; menjahili terus-
terusan; membuat susah; menyakiti orang lain baik fisik ataupun psikisnya berbentuk
kekerasan verbal, sosial, dan fisik terus menerus dan dari waktu ke waktu, seperti
pemanggilan nama individu dengan julukan, pemukulan, mendorong, penyebaran rumor,
pengancaman, atau merongrongnya. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang
memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan agama
Islam.
Ada 5 jenis bullying yaitu Verbal Bullying, Physical Bullying, Relational Bullying,
Cyberbullying, dan Prejudicial Bullying. Penyebab bullying dari sisi pelaku antara lain
adalah pelaku pernah jadi korban kekerasan di rumah, tidak percaya diri, terlalu dibebaskan
orangtuanya, ingin menjadi populer. Sedangkan faktor utama terjadinya bullying adalah
faktor keluarga, teman sebaya, dan sekolah.
Salah satu cara agar mengurangi tingkatan bullying di pesantren yaitu melakukan
sosialisasi terhadap santri tentang apa saja bahaya bullying terhadap dampak psikologis.
Pihak pesantren juga perlu merekrut ustadz atau ustadzah yang lulusan psikologi atau
bimbingan konseling. Orang tua juga ikut andil dalam upaya mencegahnya terjadinya
bullying. Orang tua hendaknya secara aktif menunjukkan kepada anak masing-masing untuk
dapat mengerti permasalahan dari sudut pandang orang lain. Adapun perilaku bullying yang
terdapat di Pondok terkhusus Ponpes Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan adalah karena
banyaknya santri yang merasa lebih kuat dan lebih hebat sehingga muncullah hukum rimba,
kelompok terkuat akan menindas kelompok yang lebih lemah dan dalam kelompok yang
terkuat dan berkuasa, ada individu yang merasa paling kuat dan hebat dan menindas individu
lain yang ada di dalam kelompoknya. Maka menurut Adib, pihak Pondok harus bisa berperan
dan mengerahkan usaha besar untuk menanggulangi dan menghadapi aksi bullying di
Pondok.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan beberapa narasumber,
perkembangan isu bullying di Pondok Pesantren Daarul Ilmi Muhammadiyah terbilang baik,
kasus-kasus pembulian berkurang dan menipis sehingga lingkungan Pondok dapat disebut
aman dan baik.

16
B. SARAN

1. Saran untuk Pondok Pesantren Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan


Walaupun isu perkembangan bullying di Pondok terbilang aman dan baik, pihak
pondok tetap perlu memperhatikan isu ini, karena jika dibiarkan, tidak menutup
kemungkinan isu ini akan memburuk dan melahirkan kasus-kasus bullying yang tidak
diinginkan. Singkatnya, pondok tetap harus mengembangkan program dan bekerjasama
dengan pihak manapun untuk menekan tumbuhnya kasus pembullyan di lingkungan
Pondok.
2. Saran untuk Organisasi Santri (IPM, TS, HW, PMR dan KSIP)
Tidak beda jauh dengan Pondok, organisasi santri apapun itu yang berada di Pondok
harus turut membantu menekan kasus bullying yang terjadi di Pondok. Mengadakan
program-program yang efektif dan mendukung program Pondok mengenai isu bullying.
3. Saran untuk Seluruh Santri Pondok Pesantren Daarul Ilmi Muhammadiyah
Tarakan
Seluruh santri harus membantu mendukung program ini dengan menjalankan aturan
sebagaimana mestinya, ikut serta dalam kegiatan Pondok maupun organisasi santri terkait
isu bullying dan menjadikan isu bullying menjadi hal yang perlu diperhatikan dan ditekan
pertumbuhannya yang dapat menjadi perusak Pondok dari dalam.

17
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, Dinno. 2022. Mengenal 5 Jenis Bullying yang Sering Dialami Anak dan Remaja.
Diakses dari https://lifestyle.kompas.com/read/2022/09/13/095851820/mengenal-5-
jenis-bullying-yang-sering-dialami-anak-dan-remaja?page=all

Christvidya, Kezia Prasetya. 2022. 7 Penyebab Terjadinya Bullying yang Sering Dialami
Anak di Sekolah. Diakses dari https://www.fimela.com/lifestyle/read/4863513/7-
penyebab-terjadinya-bullying-yang-sering-dialami-anak-di-sekolah

Fatoni, Ahmad. 2022. Pencegahan Bullying di Pesantren. Diakses dari


https://www.harianbhirawa.co.id/pencegahan-bullying-di-pesantren/

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2022. Januari – ratas


Bullying. Diakses dari https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-
ratas-bullying-kpp-pa.pdf

Mardiastuti, Aditya. 2022. Pengertian Bullying Adalah: Jenis, Penyebab dan Cara
Mengatasinya. Diakses dari https://www.detik.com/jabar/berita/d-6284761/pengertian-
bullying-adalah-jenis-penyebab-dan-cara-mengatasinya

Novan Ardi Wiyani (2014). Save Our Children from School Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruz
Media, 2014.

Nugroho, S., Handoyo, S., & Hendriani, W. (2020). Identifikasi Faktor Penyebab Perilaku
Bullying di Pesantren: Sebuah Studi Kasus. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu
Pengetahuan, 17(2), 1–14. Diakses dari https://doi.org/10.25299/al-
hikmah:jaip.2020.vol17(2).5212

Okfita, Nita. 2022. Cara Mengatasi Bulolying dan Tips untuk Mencegahnya. Diakses dari
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/cara-mengatasi-bullying-dan-tips-untuk-
mencegahnya

UNICEF. 2022. Cara Membicarakan Bullying dengan Anak Muda. Diakses dari
https://www.unicef.org/indonesia/id/cara-membicarakan-bullying-dengan-anak-anda

Ubaidillah, Muhammad Idrus. (2022). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Bullying Santri di


Pondok Pesantren Tubagus Pangeling Kota Depok. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah. Diakses dari

18
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/60902/1/MUHAMAD
%20IDRUS%20UBAIDILLAH-FDK.pdf

Wicaksono, Farid Bagus (2016). Peran Pondok Pesantren Darussalam Kencong Kepung
Kediri Dalam Membangun Karakter Santri di Bidang Perekonomian. Kediri: STAIN
Kediri, 2016. Diakses dari http://repository.iainkudus.ac.id/3776/5/5.%20%20BAB
%20II.pdf

Yusuf, Muhammad (2021). Kejadian Bullying Dan Dampaknya Pada Remaja di Pondok
Pesantren. Thesis. Jember: Stikes Dr. Soebandi. Diakses dari
http://repository.stikesdrsoebandi.ac.id/36/

19
LAMPIRAN 1: LEMBAR HASIL WAWANCARA

A. Narasumber
1. Muhammad Choirul Rizal (Kabid. Perkaderan PR IPM MBS Tarakan 2023-2024)
2. Ahmad Ghazali Ghani (Sekbid. Perkaderan PR IPM MBS Tarakan 2023-2024)
3. Muhammad Dzulfikar Alim (Ketua KSIP MBS Tarakan Santri ikhwan)
4. Luthfi Lisda Wibowo (Kabid. Kajian Dakwah Islam PR IPM MBS Tarakan 2023-
2024)
B. Pertanyaan
1. Apakah kasus pembullyan di PP. Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan sangat
berpengaruh bagi pondok?
2. Apa penyebab terjadinya bullying di PP. Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan?
3. Apa saran untuk Pondok terkait kasus bullying?
C. Jawaban

1. Muhammad Choirul Rizal


1. Kasus Pembullyan di Pondok Pesantren Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan
sangat berpengaruh karna bisa merusak mental mental santri, sehingga
beberapa santri tidak betah di pondok.
2. Penyebabnya yaitu adalah banyak santri yang mengolok teman temannya,
mengganggu temannya sampai ada yang memukulnya.
3. Saran saya, pondok harus memberikan perlindngan dan konseling terhadap
santri santri yang membully dan yang dibully

2. Ahmad Ghazali Ghani


1. Ya, sangat berpengaruh karna pem-bully-an akan sangat memberikan banyak
dampak yaitu dampak kesehatan, fisik, dan mental.
2. Karna adanya kesenioritas yang di agung agungkan
3. Saran saya hanya sedikit, Berikan informasi tentang bullying dan
memberitahukan dampak bullying tersebut (membuat sminar untuk mengenal
bagaimana mencegah bullying).
3. Muhammad Dzulfikar Alim
1. Kasus pembullyan sangat berpengaruh bagi pondok pesantren Daarul Ilmi
Muhammadiyah Tarakan, karna dampak dari pembullyan dapat berpengaruh
bagi mental dan fisik santri, sehingga banyak santri yang merasa tidak betah di
pondok.
2. Penyebab terjadinya bullying menurut saya berawal dari sebuah candaan yang
berlebihan sehingga santri saling mengolok atau mengejek dengan
menggunakan kata-kata yang dapat menyebabkan terjadinya kasus
pembullyan.
3. Saran saya, pondok harus memberikan pemahaman terkait dengan bullying
serta menjalankan program program untuk menekankan berkurangnya angka
kasus bullying di pondok pesantren Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan.

20

Anda mungkin juga menyukai