Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Nurul Istianah Hasmir

NIM : 40200120053

KELAS : 7ak2

1. Jelaskan proses integrasi aja ran islam dalam panngadareng di Sulawesi Selatan

: Proses integrasi ajaran islam dalam panngadareng adalah akulturasi seseorang


memanusiakan diri dan realisasi perujudan Masyarakat membangun interaksi manusia dengan
sesamanya,setelah masuknya Islam pada abad ke 17 di Sulawesi Selatan unsurunsur
Pangaderen ditambah satu unsur lagi yakni sara’yang menguatkan syariat islam dalam menata
tatanan Masyarakat Sulaweesi Selatan. Pangngaderreng sebagi sistem budaya dan sistem
sosial, adalah petuah raja-raja dan orang bijaksana di Tana Bone abad ke 16/17 yang berisi
bahan-bahan tertulis yang terdapat dalam Lontarak Latoa yang melukiskan pan- dangan hidup
orang Bugis, meliputi norma-norma keagamaan, sosial, budaya, kenegaraan, hukum dan
sebagainya, terdiri atas unsur adek (dalam arti sempit), rapang (yurispruden- si), bicara
(peradilan), Warik (pelapisan sosial) seba- gai unsur aslinya setelah memperoleh tambahan
dengan unsur sarak (syariat Islam) sebagai dampak islamisasi, menjadikan lima unsur yang
berintegrasi menjadi satu sistem nilai yang pada gilirannya berintegrasi dengan sistem hukum
Nasional. Islam diterima sebagai agama resmi kerajaan Bone (1611 M), telah berhasil
menanamkan nilai-nilai dalam masyarakat sehingga tertuang dalam sistem Pangngader- reng.
Para penutur Latoa tidak menangkap ajaran Islam secara harfiah melainkan secara maknawi
dari para penyiar Islam, sehingga dalam Latoa tidak terdapat nash-nash Al-Qur'an dan hadis
serta pendapat ulama secara eksplisit. Namun, nilai-nilai Islam telah diserap dan diintegrasikan
dengan ajaran-ajaran adat dalam Latoa.Integrasi terjadi dalam dua bentuk, Substansial dan
Struktural. Integrasi Substansial terjadi dalam dua bentuk pula yaitu (1) Integrasi yang bersifat
asimilasi berupa pembauran beberapa aspek Pangngaderreng dengan Syariat Islam, yang sulit
dipisahkan. (2) Integrasi yang dengan beberapa ajaran Pangngaderreng. Adapun wujud integrasi
struktural adalah pencantuman sarak sebagai salah satu aspek Pangngaderreng, dengan
ditetapkannya aparat sarak (Qadhi dan sebagainya) seba- gai aparat kerajaan. Integrasi aspek-
aspek syariat Islam dengan aspek- aspek Pangngaderreng dalam Latoa, terlihat dalam berbagai
ungkapan dan pernyataannya. Akidah ketauhidan sebagai salah satu aspek syariat Islam (dalam
pengertian umum) terlihat dalan Latoa. Lontarak yang ditulis sebelum Islam seperti I La Galigo,
belum menyebut Allah sebagai Tuhan, tetapi dengan nama Datu Palanroe, Aji Patotoe dan La
Puangnge. Lontarak Sukkukna Wajo menyebut Tuhan dengan Dewata Seuwae (Tuhan Yang
Esa). Karena pengaruh Islam, Latoa sudah menyebut Tuhan dengan Allah Ta'alla dalam jumlah
lebih banyak dibanding nama dewata. Ajaran kee- saan Tuhan dalam Latoa lebih jelas dibanding
dengan I La Galigo. Allah menurut Latoa ditempatkan sebagai zat yang transenden. Kepadanya
manusia menyerahkan diri, tempat menyatakan rasa syukur dan pujian mengharapkan rahmat
dan sebagainya.

Ajaran-ajaran akhlak juga terdapat dalam sejumlah alinea Latoa, telah terintegrasi dengan
ajaran Islam. Misalnya ajaran pensucian diri, Keikhlasan beramal, berbuat adil, hubungan baik
dengan sesama, kepatuhan kepada raja sepanjang raja patuh kepada adat dan sebagai-Nya

2. Uraikan tentang kepercayaan Dewata Sewwae bagi masyrakat To Lotang: sebelum


masukanya Islam di Sulawesi Selatan,Masyarakat bugis Makassar sudah mempunyai
kepercyaan asli dan menyebut tuhan dengan sebutan Dewata sewae yang berarti tuhan kita
yang satu,Bahasa yang di gunakan untuk menyebut nama Tuhan itu menunjukkan bahwa orang
bugis Makassar memiliki kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa secara monoteistis.
Masyarakat to lotang percaya bahwa manusia pertama dibumi ini sudah musna dan ajaran
Tolotang bertumpu pada 5 keyakinan yakni percaya adanya Dewata sewwae, yaitu keyakinan
adanya Tuhan yang Maha Esa, percaya adanya hari kiamat yang menandai berakhirnya
kehidupan di dunia, percaya akan adanya hari kemudian,yakni dunia kedua setelah terjadinya
kiamat, percaya adanyaa penerima wahyu dari Tuhan dan percaya kepada Lontara sebagai kitab
suci penyembahan To Lotang kepada Dewata seuwae berupa penyembahan kepada batu-
batuan sumur dan kuburan nenek moyang. Dan agama To Lotang ini adalah bukan animisme
atau dinamisme seperti yang sering digembar-gemborkan oleh orang-orang bugis itu sendiri.

3. Tuliskan Sejarah dan zikir-zikir tarekat khawalatia Samman di Maros

: Sejarah tarekat khawalatia Samman di Maros adalah cabang dari Suhrawardiyah yang
didiriakan oleh Abdul Qadir al Suhrawardi sekitar tahun 1167. Tarekat Khawalatiyah sammam
merupakan suatu kelompok atau aliran tarekat yang ada dan berkembang di desa Kulo
kabupaten Sidrap ajaran tarekat khawalatiyah samman adalah ajaran tarekat dilandasi oleh
keiklasan semata mata hanya kepada Allah. sedangkan cara Khawalatiya Samman zikir,zikir
besar sesudah isyah sdan sesudah solat subuh,itu saja. yang tartiknya itu solat witir tidak
pernah ditinggalkan, itu kegiatanya khawalatiya samman.

4. Uraikan tahapan Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel

: Kahar Muzakkar melakukan pemberontakan sebanyak dua tahap. Pada 1950 hingga 1952
merupakan tahap pemberontakan pertama, sedangkan 1953 sampai 1965 merupakan
pemberontakan kedua. pada tahap pemberontakan pertama (1950-1952) Kahar Muzakkar dan
kelompoknya menggunakan Pancasila sebagai ideologi gerakannya, tidak hanya itu pada saat
bersamaan, ia menggalang massa untik melakukan pemberontakan di tahap berikutnya. Pada
tahap pemberontakan kedua (1953-1965) ideologi berubah menjadi ideologi Islam atau yang
dapat di sebut dengan revolusi Islam,sebagai tindak lanjut atas aksi pemberontakan yang
dilakukan Kahar Muzakkar pemerintah pusat langsung mengirimkan operasi militer ke Sulawesi
Selatan. Sayangnya operasi militer ini membutuhkan waktu yang lama, hingga pada akhirnya
Februari 1965, Kahar Muzakkar ditembak mati hal ini sekaligus mengakhiri pemberontakan di
Sulawesi Selatan

Anda mungkin juga menyukai