Tor KP-KBG
Tor KP-KBG
KEKERASAN BERBASIS
GENDER (KP-KBG)
Prepared by :
0813-1263-0077
kopripkcpmiijabar@gmail.com
kopri_jawabarat
Korps PMII Putri selanjutnya disingkat KOPRI merupakan wadah
pengembangan perempuan PMII. KOPRI merupakan organisasi di bidang
eksternal kemahasiswaan yang bergerak dalam sistem kaderisasi yang
berlandaskan Islam Ahlussunah Waljamaah, berdiri sejak tanggal 25
November 1967.
Secara hirarki KOPRI mempunyai khususan dalam membentuk
struktur organisasi yaitu dari level tertinggi KOPRI PB PMII, KOPRI PKC
PMII, KOPRI PC PMII, KOPRI PK PMII dan KOPRI PR PMII. Di Provinsi
Jawa Barat sendiri KOPRI sudah terbentuk kepengurusan KOPRI PKC
PMII Jawa Barat dengan 23 Cabang di Kabupaten/Kota dan 114
Komisariat serta 227 Rayon yang tersebar di kampus seluruh wilayah
Jawa Barat.
KOPRI mempunyai visi, terciptanya masyarakat yang berkeadilan
berlandaskan kesetaraan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Sedangkan misinya, mengideologisasikan gender dan
mengkonsolidasikan gerakan perempuan di PMII untuk membangun
masyarakat yang berkeadilan gender.
Selain berfokus dalam isu gender, KOPRI juga bergerak dalam
mendorong pemberdayaan perempuan agar berperan aktif di ranah
publik. Sehingga tercapainya tujuan KOPRI yaitu; Terbentuknya pribadi
muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya, serta
komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Nama Penyelenggara :
Alamat :
Ketua KOPRI :
Akta :
PERKUMPULAN PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
NOMOR : 06. TGL 06 AGUSTUS TAHUN 2021
Notaris :
PPAT H. ZARIUS YAN, S.H
Nama Kegiatan :
Tema Kegiatan :
Tempat Kegiatan :
Ketua Pelaksana :
Contact Person :
No Rekening :
NPWP :
Kasus kekerasan berbasis gender sudah menjadi krisis global, utamanya yang
menyerang kaum perempuan. Hal ini terjadi di semua negara, di seluruh dunia,
menjadi epidemik yang menghancurkan masyarakat tanpa mengenal kalangan.
Berdasarkan data dari UN Women, 1 dari 3 perempuan di seluruh dunia tercatat
pernah mengalami kekerasan. Setiap tahunnya angka kekerasan tersebut,
khususnya terhadap kaum perempuan, terus meningkat.
Data tersebut menunjukan kerentanan perempuan mengalami segala bentuk
kekerasan. Kekerasan yang terjadi pada perempuan merupakan kekerasan yang
bersifat sistemik dan dapat dilihat sebagai salah satu bentuk pelanggaran HAM.
Sistem nilai yang saat ini eksis di masyarakat membuat perempuan menjadi salah
satu kelompok yang paling rentan mengalami kekerasan. Nilai dan norma yang
memposisikan perempuan sebagai kelompok subordinat dan objek seksual menjadi
latar belakang tingginya angka kekerasan terhadap perempuan.
Hal ini semakin diperparah dengan minimnya penanganan kasus kekerasan
berperspektif korban, sehingga banyak korban kekerasan tidak memperoleh hak
atas rasa aman dan hak pemulihan. Banyak kasus kekerasan berbasis gender,
khususnya terhadap perempuan, tidak ditangani dengan sebagaimana mestinya,
sehingga memberikan trauma baru kepada korban.
Sebagaimana kita ketahui bersama, CATAHU (Catatan Tahunan) yang diluncurkan
oleh Komnas Perempuan per-Juni 2023 juga menyoroti persoalan mengenai
minimnya perlindungan dan pemulihan terhadap korban kekerasan. Berdasarkan
kompilasi dan verifikasi data kekerasan berbasis gender yang tersaji menunjukkan
peningkatan dari tahun sebelumnya, namun daya pencegahan dan penanganannya
masih belum mengalami perubahan berarti.
Sementara itu, kasus kekerasan seksual semakin menyebar luas di semua ranah
dan usia, dari yang muda dan produktif di berbagai ruang termasuk ruang siber.
Pelaku kekerasan juga masih didominasi oleh orang-orang terdekat dan mereka yang
diharapkan menjadi pelindung dan teladan seperti guru, dosen, tokoh agama, tenaga
medis, pejabat publik, dan aparat penegak hukum.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya penangan kasus perlu terus ditingkatkan.
Sosialisasi pemahaman KBG (Kekerasan Berbasis Gender), payung hukum yang perlu
dirujuk, dan mekanisme penanganan yang tersedia perlu dioptimalkan. Penguatan
mekanisme yang dibutuhkan oleh lembaga layanan, seperti Komnas Perempuan,
KemenPPA, UPTD, DP3AKAB, P2TP2A, LBH, LPSK, LSM, termasuk juga organisasi
mahasiswa seperti KOPRI perlu menjadi prioritas.
Penanganan dan penghapusan kekerasan berbasis gender membutuhkan
keseriusan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Dibutuhkannya upaya-upaya
penghapusan kekerasan yang berperspektif terhadap korban. Proses pelaporan dan
penanganan kasus kekerasan juga harus memperhatikan pemenuhan dan
perlindungan hak-hak serta kebutuhan korban. Segala keputusan penting terkait
pelaporan dan penanganan harus diambil dan dilakukan dengan sepengetahuan
korban.
Korban kekerasan merupakan individu yang sebenarnya memiliki kekuatan dan
gagasan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Oleh karenanya, korban juga
berhak diberi keleluasaan untuk mengambil keputusan yang konstruktif secara
mandiri tanpa ada tekanan maupun paksaan dalam bentuk apapun (self-
determination) setelah pendamping dan konselor sudah menjalankan peran dan
fungsinya secara optimal. Pendamping dan konselor harus menghormati dan
menghargai keputusan korban yang bersifat konstruktif terhadap penyelesaian
masalahnya.
Segala bentuk kasus kekerasan sudah sepatutnya menjadi perhatian khusus
mengingat masih tingginya kasus kekerasan yang terjadi, terutama bagi perempuan
sebagai pihak yang paling rentan menjadi korban kekerasan. Oleh sebab itu, betapa
pentingnya peran seorang Pendamping bagi korban dalam rangka memperjuangkan
hak dan keadilan.
Dalam hal ini, seorang Pendamping dituntut untuk memiliki perspektif adil
gender agar dapat memahami bagaimana kekerasan dimungkinkan karena
konstruksi gender yang membuat beberapa kelompok lebih rentan daripada yang
lain. Proses pencegahan dan penanganan kekerasan seksual yang adil gender
diperlukan agar kelompok rentan tersebut mampu menyuarakan masalahnya, serta
dilindungi dan dipenuhi hak-haknya.
Bersandar pada landasan pemikiran itulah, KOPRI PKC PMII Jawa Barat
khususnya di Bidang Internal dan Kaderisasi, bergerak mengupayakan peningkatan
kualitas kader dalam mendampingi sebuah kasus kekerasan berbasis gender dengan
menyelenggarakan Kelas Pendampingan Kekerasan Berbasis Gender (KP-KBG) Se-
Jawa Barat.
Kegiatan ini merupakan bagian integral sebagai bentuk perlindungan organisasi
PMII dan KOPRI dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia yang sensitif gender
dan memiliki keberpihakan kepada korban sehingga mampu melakukan kerja-kerja
pendampingan dan pengawalan kasus kekerasan yang lebih inklusif dan
komprehensif. Melalui kegiatan ini setidaknya, kader-kader PMII dan KOPRI
dipersiapkan untuk memiliki kemampuan dalam membantu korban-korban kekerasan
untuk dapat memperoleh hak dan keadilannya atas rasa aman dan pemulihan.
Pancasila
UUD 1945
Nilai-Nilai Aswaja
UU No.12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU-
TPKS)
PERMENDIKBUD No. 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan Penanganan
Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi
PERMENAG No. 73 Tahun 2022 tentang Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Seksual di Satuan Pendidikan pada Kementrian Agama
CATAHU Komnas Perempuan per-Juni 2023
Data Simfoni PPA Provinsi Jawa Barat per-Januari 2023
AD/ART Kongres Balikpapan 2021
Pedoman Organisasi Muspimnas Tulungagung 2022
Program Kerja KOPRI PKC PMII Jawa Barat 2022-2024
Metodologi Pelaksanaan Kelas Pendampingan Kekerasan Berbasis
Gender (KP-KBG)
Komnas HAM
Komnas Perempuan
KemenPPA
KPAI Pusat
LPSK RI
Unit PPA Polda Jabar
UPTD PPA Jabar
Samahita Bandung
LP3A KOPRI PB
Fasilitator KP-KBG
Secara umum, metode kegiatan ini disesuaikan dengan Metodologi Pelaksanaan
Kelas Pendampingan Kekerasan Berbasis Gender (KP-KBG) yang termaktub dalam
Program Kerja KOPRI PKC PMII Jawa Barat 2022-2024. Secara detail metode
pelaksanaan Kelas Pendampingan Kekerasan Berbasis Gender (KP-KBG), sebagai
berikut :
a. Pengetahuan pembelajaran yang akan disampaikan oleh narasumber dan fasilitator
dalam kegiatan Kelas Pendampingan Kekerasan Berbasis Gender (KP-KBG) meliputi
ceramah, tanya jawab, studi kasus, dan simulasi
b. Materi mengenai Bentuk-Bentuk Kekerasan Berbasis Gender, Standar Pelayanan
Pendampingan, Penanganan Kasus Litigasi dan Non Litigas, Layanan Darurat dan
Sistem Perujukan, Mekanisme Pendampingan dan Pemulihan, serta materi Mekanisme
Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender akan disampaikan dengan metode ceramah
dan tanya jawab.
c. Materi mengenai Simulasi Pelayanan Pendampingan dan materi-materi pendukung
lainnya, akan disampaikan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan ditambahkan
menggunakan metode simulasi, dimana peserta pelatihan dapat mensimulasikan
materi atau teori terkait dengan pelayaan pendampingan.
d. Selama kegiatan pelatihan berlangsung, peserta akan dididik dengan ketat dan
disiplin, dengan menggunakan ketentuan belajar sebagai berikut:
i. Sistem kelas, akan dilengkapi dengan semua peralatan belajar, seperti meja,
kursi, dan alat pendukung lainnya.
ii. Sesi belajar dimulai dari pukul 08.00-23.00 waktu setempat, dan selama belajar
peserta wajib menggunakan kemeja, jas PMII, sepatu, kerudung dan membawa
perlengkapan alat tulis.
iii. Selama sesi belajar, peserta harus menjaga kebersihan dan ketertiban ruangan,
dilarang merokok, mengaktifkan telepon genggam, dan meninggalkan materi.
iv. Peserta juga akan dituntut untuk saling menghargai satu sama lain,
membudayakan saling mengapresiasi dan wajib mereview tiap selesai materi.
Secara umum, persyaratan peserta dalam kegiatan ini disesuaikan dengan
Metodologi Pelaksanaan Kelas Pendampingan Kekerasan Berbasis Gender (KP-KBG)
yang termaktub dalam Program Kerja KOPRI PKC PMII Jawa Barat 2022-2024. Secara
detail persyaratan peserta Kelas Pendampingan Kekerasan Berbasis Gender (KP-KBG),
sebagai berikut :
a. Dua orang delegasi pada setiap Cabang diutamakan Ketua PMII dan Ketua KOPRI
dan/atau Ketua Bidang Internal PMII dan Ketua Bidang Internal KOPRI (yang
dibuktikan dengan SK).
b. Apabila dua orang delegasi tersebut bukan Ketua PMII dan Ketua KOPRI dan/atau
Ketua Bidang Internal PMII dan Ketua Bidang Internal KOPRI, maka kedua delegasi
harus memenuhi persyaratan sebagaimana berikut :
Harus ada keterwakilan dari kader putra dan kader putri
Telah mengikuti Sekolah Islam Gender (SIG), yang dibuktikan dengan
sertifikat SIG dan atau sementara dibuktikan dengan Surat Keterangan SIG
Membawa Surat Rekomendasi dari asal Cabang
Membuat Surat Pernyataan “Tidak Pernah Melakukan Kekerasan”
c. Seluruh delegasi harus menguasai dan memahami pengetahuan dasar tentang
gender dan pemahaman tentang ruang aman dalam berorganisasi.
d. Seluruh delegasi harus melakukan pendaftaran/ registrasi secara daring (online)
memalui tautan berikut ini: https://forms.gle/NhqTNfKcPxuMtXNv9
e. Delegasi akan dianggap sah menjadi peserta setelah dinyatakan lulus oleh
Fasilitator Kelas Pendampingan Kekerasan Berbasis Gender (KP-KBG) dan Tim
Internal Kaderisas KOPRI PKC PMII Jawa Barat.
f. Adapun kelengkapan lain yang harus dibawa oleh peserta dalam kegiatan ini
adalah :
Jas dan Gordon PMII
Kemeja Putih, Rok/Celana Hitam, Kerudung Hitam, dan Peci Bagi Laki-
laki
Batik, Kerudung Berwarna Bebas
Pakaian Formal Lainnya
Pakaian Olah Raga
Perlengkapan Shalat
Perlengkapan Mandi dan Perlengkapan Pribadi lainnya
TERLAMPIR
TERLAMPIR
Demikian Term of References ini kami buat dan sampaikan agar dapat
menjadi acuan dalam menjalankan kegiatan serta menjadi gambaran umum
mengenai orientasi dan arah dari kegiatan yang kami selenggarakan. Atas
segala dukungan dan keterlibatan semua pihak, kami haturkan terimakasih
yang mendalam. Semoga keberlangsungan kegiatan ini menjadi washilah untuk
terciptanya kemaslahatan organisasi serta menguatkan kualitas kader dalam
pengabdiannya pada agama dan bangsa dengan berhaluan Ahlussunnah Wal
Jama’ah.
Wallahul muwafiq ilaa aqwamith tharieq
Waasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
PANITIA PELAKSANA
KELAS PENDAMPINGAN
KOPRI PKC PMII JAWA BARAT
Mengetahui,
Winda Nurmaulida S
KETUA KOPRI
LAMPIRAN I
Penasehat : Prof. Dr. Ulfiah, M.Si. (MABINDA KOPRI PKC PMII Jawa Barat)
Penanggung Jawab : Apriliana Eka Dani (Ketua PKC PMII Jawa Barat)
: Winda Nur Maulida (Ketua KOPRI PKC PMII Jawa Barat)
Steering Committe : Vivi Tamia (W. Ketua Internal KOPRI PKC PMII Jawa Barat)
Organizing Committee
Ketua Panitia : Ulfah Karimah Yamani
Sekretaris Panitia : Yayu Meida Putri
Bendahara Panitia : Lidia Indriani
DIVISI ACARA :
Asti Sundari (Koordinator
Ilma Sripa Nurmila
Nur Asri
Hilma Andania
Neng Intan Mistrianti
Gina Amalia
DIVISI KONSUMSI :
Raudatussaadah(Koordinator)
Dea Ayu Peronika
Desanti
Irma Ferani
Tia Martiani
Nadia Hidayanti