Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah tentang
"...". Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya tidak akan maksimal
jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penulis, kami
menyadari masih terdapat kekurangan, baik dalam penyusunan maupun tata
penyampaian karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati kami
menerima saran dan kritik dari para pembaca agar kami dapat menyempurnakan
karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah yang telah kami susun ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca.

… , Desember 2022
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran dari dua atau lebih zat yang
homogen tetapi memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100
nm), sehingga terkena efek Tyndall. Menjadi homogen berarti partikel yang
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan
padanya; sehingga tidak terjadi presipitasi, misalnya. Sifat homogen ini juga
dimiliki oleh larutan, tetapi tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah ditemukan di mana-mana: susu, jeli, tinta, sampo , dan
awan adalah contoh koloid yang dapat ditemukan sehari-hari. Sitoplasma dalam
sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid merupakan kajian tersendiri
dalam kimia industri karena pentingnya. Obat harus digunakan berdasarkan
tempat penggunaan. penggunaan narkoba itu dengan metode lisan, topikal dan
parenteral. Jika obat tidak bisa diminum secara lisan karena ketidakmampuan
untuk angsa, menolak kesadaran, inaktivasi obat oleh cairan perut atau ada tujuan
untuk meningkatkan efektivitas obat, maka Anda bisa rute parenteral dipilih. Obat
parenteral diberikan secara interdermal (di bawah kulit), subkutan (ke dalam
jaringan lemak), intramuskular (dalam di otot), dan secara intravena (dalam di
pembuluh darah).
Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron berarti di
sebelah atau selain usus. Persiapan ini diberikan dengan cara berikut
menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau selaput
mukosa. Karena rute ini sekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari tubuh,
yaitu kulit dan selaput lendir, lalu kemurnian yang sangat tinggi dari persiapan
harus diperhatikan. Yang Kemurnian tinggi berarti, antara lain, harus steril dan
salah satu tujuan pemberian parenteral adalah To mengganti volume cairan tubuh
yang hilang sebelumnya, mengganti cairan hilang yang saat ini sedang terjadi dan
cukup kebutuhan cairan satu hari.
b. Perumusan masalah
1) Fungsi sistem koloid dan persiapan parenteral
2) Penggunaan sistem koloid dan preparat parenteral
c. Tujuan
1) Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan
memahami lebih dalam tentang sistem koloid dan sediaan parenteral.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja manfaat
sistem koloid dan sediaan parenteral
BAB II
ISI

A. Sistem Koloid
Apabila kita mencampurkan gula dengan air, ternyata gula larut dan kita
memperoleh larutan gula. Di dalam larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk
partikel yang sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan lagi dari mediumnya
walaupun menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat kontinu dan merupakan
sistem satu fasa (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm =
10–9 m). Larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring.
Selanjutnya, jika kita mencampurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air,
ternyata susu “larut” tetapi “larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika
didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat disaring (hasil
penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen.
Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra, ternyata masih dapat dibedakan
partikel-partikel susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang
disebut koloid. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1 nm – 100 nm. Jadi, koloid
tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fasa.
Komponen Penyusun Koloid
Sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan medium
dispersi atau fasa pendispersi. Fasa terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus),
sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air yang
disebut di atas, fasa terdispersi adalah susu, sedangkan medium dispersi adalah air
Jenis-jenis Koloid
a. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat
yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
 Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.
 Contoh aerosol cair: kabut dan awan.
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut
(hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk
menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa
klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida.
Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari
A. Industri Kosmetik
Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih wajah, shampo, pelembap badan,
deodoran umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi.
B. Industri Tekstil
Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai daya serap yang tinggi,
sehingga dapat melekat pada tekstil.
C. Industri Farmasi
Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau tidak
mudah rusak.
D. Industri Sabun dan Detergen
Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara
kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat membersihkan
kotoran, terutama kotoran dari minyak.\
E. Industri Makanan

B. Sediaan Parenteral
Sediaan parenteral merupakan sediaan yang rute administrasinya langsung
melalui barrier/penghalang tubuh (kulit dan membran mukosa) menuju ke sistem
sirkulasi. Sediaan parenteral ditujukan untuk :
1. Obat-obat yang sulit diabsorpsi di saluran gastrointestinal seperti heparin,
yakni obat yang memiliki karakteristik kelarutan buruk (terlalu nonpolar) atau
permeabilitas buruk (terlalu polar).
2. Obat-obat yang tidak stabil di saluran gastrointestinal, contohnya insulin
karena merupakan hormon (berasal dari protein) maka sangat rentan terhadap
asam kuat atau basa kuat. Selain itu gugus amino dan gugus karboksil mudah
terdegradasi saat terjadi kontak dengan asam lambung.
Ada beberapa kriteria dari bentuk sediaan steril, antara lain: (1) Keamanan,
harus aman digunakan dan tidak menimbulkan toksik; (2) Sterilitas, harus bebas
dari segala jenis mikroorganisme; (3) Bebas dari substansi pirogen yang dapat
menyebabkan demam; (4) Bebas dari partikel kasat mata; (5) Stabilitas, harus
stabil dalam berbagai kondisi; (6) Kompatibilitas, antar zat aktif dengan eksipien
maupun antara sediaan dengan pengemasnya harus kompatibel; dan (7)
Isotonisitas, harus sesuai dengan tekanan pada cairan tubuh.
Sediaan parenteral dapat dikategorikan menjadi:
1. Conventional Small Volume Injectable (volume kecil), yakni sediaan dengan
volume kurang dari 100 ml.
2. Conventional Large Volume Injectable / LVI (volume besar), yakni sediaan
dengan volume lebih dari 100 ml. LVI dibagi menjadi :
a. Larutan elektrolit, contohnya Ringer Laktat, Sodium Acetate Injection,
Mannitol 25% Injection, Nutrilyte II, dan Hyperlyte CR.
b. Larutan karbohidrat, contohnya Dextrose 50 % Injection, Dextrose 5 %
Injection, Dextrose 70 % Injection, Glucose 20% Solution for Infusion,
dan Dextrose 30 % Injection.
c. Nutrisi protein, contohnya Clinisol (Amino Acid) Injection, Clinimix
Injection, Clinimix E Injection, Premix Parenteral Nutrition, dan
FreAmine (Amino Acid 10%) Injection.
d. Emulsi lemak, contohnya Triglycerides Lipid Emulsion Injection, Fat
Emulsion Injection, Parvoerysin Emulsion for Injection, Nutrilipid 20%
Fat Emulsion, dan Intralipid 20% Fat Emulsion.
e. Cairan dialisis peritoneal, digunakan untuk proses cuci darah contohnya
Dianeal Peritoneal Dialysis Solutions, Extraneal (Icodextrin 7.5%)
Solution, Sterisol (Dextrose 1,5%) Peritoneal Dialysis Solutions, Dialine
(Dextrose 1,5%) Peritoneal Dialysis Solutions, dan Nutrineal (Amino
Acids) Peritoneal Dialysis Solutions.
f. Larutan irigasi, digunakan dalam prosedur pembedahan contohnya
Sodium Chloride for Irrigation, Sterile Water for Irrigation, Breath Ease
XL Irrigation Solution, Dyna Hex-4 Irrigation Solution, dan Glycine
Irrigation USP.
3. Modified Release (depot) Injectable, dimana pelepasan obatnya dapat
dimodifikasi/diatur secara perlahan seperti implan.

Injeksi berasal dari kata injectio yang berarti memasukkan ke dalam,


sedangkan infus berasal dari kata infusio yang berarti penuangan kedalam. Dari
perbedaan dua kata ini sudah dapat dilihat dengan jelas perbedaannya, dimana
injeksi berarti memasukkan cairan (sejumlah kecil cairan) dan infus berarti
menuangkan cairan (penuangan dilakukan dalam jumlah yang besar secara
perlahan).
Ada beberapa contoh bentuk larutan injeksi, yaitu : (1) Larutan, berupa
cairan bening; (2) Suspensi, cairannya biasanya putih; (3) Serbuk Liofilisasi,
dimana serbuk jenis ini melalui tahapan freeze drying, biasanya untuk sediaan
yang rusak pada kondisi suhu yang tinggi, pada proses liofilisasi ada penambahan
ryoprotectant dan lyoprotectant untuk mencegah degradasi senyawa-senyawa
yang tidak terlalu tahan pada suhu yang dingin, contohnya penambahan sukrosa;
dan (4) Emulsi.
Ada enam klasifikasi injeksi, antara lain: (1) Solution ready (larutan siap
pakai); (2) Dry solution (larutan kering); (3)Suspension ready (suspensi siap
pakai); (4) Dry suspension (suspensi kering); (5) Emulsion (emulsi); dan (6)
Concentrated liquid (cairan pekat).
Ada beberapa rute administrasi parenteral, yaitu : (1) intravena (i.v), yakni
injeksi yang diberikan melalui pembuluh darah vena; (2) intramuscular (i.m),
yakni injeksi yang diberikan melalui otot; (3) subcutan (s.c), yakni injeksi yang
diberikan dibawah kulit; (4) intradermal, yakni injeksi yang diberikan dibawah
lapisan dermis kulit; (5) intrathecal, yakni injeksi yang diberikan pada bagian
lumbal pada sum-sum tulang belakang; (6) intracranial, yakni injeksi yang
diberikan pada bagian cranial (tengkorak) manusia; (7) intraperitoneal (i.p),
diinjeksikan melalui perut; (8) intraarticular; (9) intraatrial; (10) intravitreal,
diinjeksikan di bagian mata; dan (11) intraocular, diinjeksikan di bagian mata
juga, biasanya untuk penderita glaukoma.
Berikut ini macam-macam rute pemberiaan sediaan parenteral dan keuntungannya
No. Rute Gambar Keuntungan
Pemberian
Obat
1 Intravena Cepat mencapai
konsentrasi dan dosis
tepat mudah mentitrasi
dosis

2 intramuscular Tidak diperlukan


keahlian khusus, dapat
dipakai untuk
pemberian obat larut
dalam minyak,
Absorpsi berlangsung
dengan cepat, dapat
diberikan pada pasien
sadar atau tidak sadar
3 subcutan Diperlukan latihan
sederhana, absorbsi
cepat obat larut dalam
air, mencegah
kerusakan sekitar
saluran cerna
4 intradermal Lebih sensitive (dapat
mendeteksi alergi
dengan kadar rendah),
lebih reproducible
dalam satu tempat

5 intrathecal Efektif menghilangkan


nyeri persalinan selama
kala I dan II persalinan,
memfasilitasi kooperasi
( Kerjasama ) pasien
selama persalinan dan
kelahiran, anestesi
untuk tindakan
episiotomi atau
Persalinan Pervagina
dengan Tindakan
Operatif ( PPTO ),
dapat untuk anestesi
operasi sesar ( Time
Related ), tidak
menyebabkan depresi
napas baik pada janin
maupun ibu yang
disebabkan oleh opioid.
6 intracranial Karena pengukuran
tekanan intraventrikuler
didapat dari rongga
berisi cairan, kualitas
pencatatan sangat tinggi
dan perubahan tekanan
yang cepat dapat
diketahui. Disamping
itu adanya jalur
keventrikel
memungkinkan untuk
mengalirkan CSS dalam
mengurangi TIK, paling
tidak secara temporer.
Disamping itu bisa
untuk mengukur
compliance otak.
7 intraperitoneal Obat yang disuntikkan
dalam rongga
peritonium akan
diabsorpsi cepat,
sehingga reaksi obat
akan cepat terlihat.
8 intraarticular Dalam bidang
reumatologi mempunyai
manfaat yang sangat
besar dalam memulihkan
keluhan penderita serta
mempercepat
penyembuhan arthritis
sehingga dapat
mengurangi kecacatan
sendi akibat arthritis.
Yang paling sering
digunakan dibidang
rematologi adalah injeksi
intra-artikuler
kortikosteroid. Pada
umumnya untuk
mengurangi efek
samping terapi
kortikosteroid sistemik.
9 intraatrial untuk tujuan diagnosis
seperti menginjeksikan
bahan-bahan radiopak
untuk studi
roentgenografik dari
cadangan vaskuler pada
berbagai organ atau
jaringan (seperti koroner,
serebral, pulmonari,
renal, enterik, atau arteri
perifer). Hampir semua
arteri dicapai dengan
kateterisasi arterial.
10 intravitreal Injeksi intravitreal
mempunyai keunggulan
dibandingkan beberapa
cara aplikasi obat lain,
diantaranya adalah
kemampuannya untuk
mencapai efekteapi
ya
ef
ya

11 intraocular D
pe
m
ka

Pada injeksi subkutan biasanya


menggunakan jarum 27G dilakukan
dengan sudut 45 ° pada kulit yang
sedikit diangkat, sedangkan untuk
intramuskular idealnya menggunakan
jarum 23G. Untuk memberikan
suntikan intradermal digunakan jarum
25G yang ditusukan dengan sudut 10-
15 °. Rute intravena menggunakan jarum 20G – 23G. Pada injeksi intrakutan
diberikan menggunakan jarum 26-27G. Rute intraocular mengunakan jarum 20-
23G.
Rute intraperitoneal direkomendasikan menggunakan jarum 25-27G. Rute
intraarticular menggunakan jarum 22G

Keuntungan sediaan Parenteral


1) Onset (waktu yang dibutuhkan substansi obat untuk berefek) cepat
terutama pada sediaan rute intravena, respons farmakologis yang
dihasilkan semakin cepat
 Efek obat lebih dapat diprediksi tanpa banyak faktor yang mempengaruhi.
 Faktor-faktor yang menentukan cara transport obat lintas membran :
- Sifat fisiko-kimia obat : bentuk dan ukuran molekul, kelarutan dalam air,
kelarutan dalam lemak, derajat ionisasi
- Jumlah obat ( dalam persen terhadap dosis ) yang mencapai sirkulasi
sistemik dalam bentuk utuh / aktif (bioavaibilitas)
- Obat yang menghasilkan kadar obat sama antara kadar dalam darah dan
dalam jaringan, disebut mempunyai bioekivalensi . Bila tidak sama,
disebut mempunyai bioinekivalensi. Bila bioinekivalensinya lebih dari 10
% menimbulkan inekivalensi terapi, terutama obat-obat yang indeks
terapinya sempit ( dosis terapi hampir sama dengan dosis toksik )
- Tidak semua jumlah obat yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan
mencapai sirkulasi sistemik. Banyak faktor yang mempengaruhi
bioavailabilitas obat, terutama bila diberikan per oral, kemungkinan obat
dirusak oleh reaksi asam lambung atau oleh enzim-enzim dari saluran
gastrointestinal
 Bioavailabilitas sempurna, artinya obat langsung mengalami distribusi tanpa
halangan apapun
 Kerusakan obat di GIT atau akibat first pass effect dari hati dapat dihindari
 Dapat diberikan kepada pasien yang tidak mampu menelan(meminum obat
secara oral), seperti dalam keadaan koma atau keadaan darurat
 Tepat untuk anestesi local
 Tepat untuk obat-obat yang lepas tertarget, berkaitan dengan kebutuhan efek
farmakologi yang cepat
Kerugian Sediaan Parenteral
 Nyeri
 Butuh tenaga medis (perlu pelatihan) dan peralatan yang khusus untuk
diaplikasikan
 Efek psikologis bagi pasien yang takut jarum suntik sulit untuk dihindari
 Jika terjadi kekeliruan/overdosis sulit untuk ditangani karena seluruh obat
kemungkinan telah masuk dan beredar dalam jaringan
 Harus aseptic, mikroorganisme yang mencemari sediaan dapat menyebabkan
terjadinya infeksi
 Harga obat yang cenderung lebih mahal (berkaitan dengan proses pembuatan
yang menuntut untuk steril)
 Potensi terjadi sepsis, emboli, extravasation dan kerusakan/cedera pada
jaringan bila terjadi kesalahan saat penggunaan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Koloid adalah campuran dengan ukuran partikel mulai dari 1 nm – 100 nm.
Dengan demikian, koloid diklasifikasikan sebagai campuran heterogen dan
merupakan sistem dua fase, yaitu fase pendispersi (pelarut) dan fase terdispersi
(terlarut).
Sediaan parenteral adalah sediaan steril. Pengobatan parenteral diberikan dengan
cara interdermal (di lebih rendah kulit), subkutan (ke di jaringan lemak),
intramuskular (di dalam otot), dan intravena (di dalam pembuluh darah).
Sediaan parenteral dapat dikategorikan menjadi:
1) Konvensional Small Volume Injectable (volume kecil), yaitu sediaan
dengan volume kurang dari 100 ml.
2) Konvensional Large Volume Injectable / LVI (volume besar), yaitu
sediaan dengan volume lebih dari 100 ml. LVI dibagi menjadi:
3) Modified Release (depot) Injectable, dimana pelepasan obat dapat
dimodifikasi/disesuaikan secara perlahan seperti implan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai