Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ela Permatasari

Npm : 21110300280
Kelas : MPI 2/D
Matkul : Sejarah pendidikan Islam
Dosen : Dr. Yosep aspat Alamsyah M.ag

- Kemunduran peradaban pendidikan di masa dinasti Umayyah di


Andalusia

Setelah lebih dari 150 tahun setelah jatuhnya Dinasti Umayyah di Damaskus,
pemerintahan Emirat Cordoba yang menjadi sisa-sisa kekuasaan Dinasti
Ummayyah, mengubah statusnya menjadi pemerintahan Kekhalifahan Cordoba
pada 929 M. Pengubahan status kekuasaan itu terjadi ketika Cordoba berada di
bawah pimpinan Abdurrahman III. Tidakannya tersebut didasarkan pada
peristiwa terbunuhnya pemimpin Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah, bernama Al-
Muqtadir. Dikishakan bahwa pemimpin Dinasti Abbasiyah itu dibunuh oleh
pengawalnya sendiri di ibukota Baghdad. Abdurrahman III kemudian menilai
kejadian yang menimpa Dinasti Abbasiyah tersebut sebagai momentum yang
tepat untuk membangkitkan kembali kekhalifahan milik Dinasti Umayyah.
Pemerintahan Dinasti Umayyah di kawasan Andalusia akhirnya berdiri pada 16
Januari 929 M.

Setelah lebih dari 150 tahun setelah jatuhnya Dinasti Umayyah di Damaskus,
pemerintahan Emirat Cordoba yang menjadi sisa-sisa kekuasaan Dinasti
Ummayyah, mengubah statusnya menjadi pemerintahan Kekhalifahan Cordoba
pada 929 M. Pengubahan status kekuasaan itu terjadi ketika Cordoba berada di
bawah pimpinan Abdurrahman III. Tidakannya tersebut didasarkan pada
peristiwa terbunuhnya pemimpin Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah, bernama Al-
Muqtadir. Dikishakan bahwa pemimpin Dinasti Abbasiyah itu dibunuh oleh
pengawalnya sendiri di ibukota Baghdad. Abdurrahman III kemudian menilai
kejadian yang menimpa Dinasti Abbasiyah tersebut sebagai momentum yang
tepat untuk membangkitkan kembali kekhalifahan milik Dinasti Umayyah.
Pemerintahan Dinasti Umayyah di kawasan Andalusia akhirnya berdiri pada 16
Januari 929 M.
ADVERTISEMENT

Dinasti Umayyah di Andalusia kemudian dipimpin oleh beberapa penguasa besar


selama masa pemerintahannya, dan secara garis besar ada 3 pemimpin yang
sangat menonjol di antara pemimpin lainnya, yaitu Abdurrahman yang berkuasa
pada 931 M sampai 961 M, Al Hakam II yang berkuasa pada 961 M sampai 976
M, dan Hisyam II yang berkuasa pada 976 M sampai 1009 M. Pada periode
pemerintahan 3 penguasa itulah Dinasti Umayyah di kawasan Andalusia
mengalami perkembangan yang sangat pesar diberbagai bidang, terutama
ekonomi dan kebudayaan. Sebagai bukti besarnya kekuasaan Dinasti Umayyah
ketika itu, didirikan bangunan-bangunan megah yang melengkapi keindahan di
kawasan tersebut, salah satunya Masjid Cordoba dan Universitas Cordoba.
Pembangunan kota yang cukup masif pun ikut membawa kemakmuran bari
seluruh rakyat yang tinggal di kawasan Andalusia.

Pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia mulai menunjukkan tanda-tanda


kemundurannya ketika berada di bawah kekuasaan Abdul Rahman Syanjul.
Pereknomian menjadi salah satu faktor yang mengalami kemunduran sangat
signifikan. Hal itulah yang menyebabkan rakyat mulai mengalami kesulitan dalam
melakukan aktivitasnya, sehingga kota tidak dapat berkebang dengan baik.
Kemudian pada 1031, Hisyam III sebagai pemimpin Dinasti Umayyah ketika itu,
memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya setelah merasa tidak
sanggup memperbaiki keadaan negeri yang semakin hari semakin parah.
Beberapa orang pejabat sebenarnya mencoba untuk memperbaiki kondisi negara
ketika itu, namun tidak ada yang berhasil. Wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah di
Andalusia sesaat sebelum mengalami kemunduran telah terpecah-pecah ke
dalam beberapa pemerintahan kecil yang hanya terpusat di beberapa kota saja.
Model pemerintahan lokal seperti itu juga biasa disebut dengan Taifa. Ditambah
penguasa kerajaan Spanyol dan Portugis mulai menunjukkan tanda-tanda
kebangkitannya, yang semakin membuat para penguasa Dinasti Umayyah tidak
kuasa menahan kemunduran yang terjadi.

Ada tiga catatan besar mengenai sebab keruntuhan peradaban Islam di


Andalusia. Pertama, perpecahan umat Islam pada saat itu. Kedua, cinta dunia
dan takut mati kaum muslimin khususnya anggota keluarga kerajaan Islam
Andalusia. Ketiga, memudar atau hilangnya peran ulama pada saat itu, kata
Himayah dalam bukunya itu.

Anda mungkin juga menyukai