Sejak memeluk Islam, Umar mendampingi Nabi Muhammad SAW dalam banyak
kesempatan, salah satunya adalah menjadi sekretaris Nabi setiap mendapatkan wahyu dari
Allah SWT. Umar juga berperan aktif dalam berbagai peristiwa penting, seperti pada Perang
Badar, Perang Uhud, dan lain sebagainya. Setelah Nabi Muhammad wafat dan Abu Bakar
memegang kepemimpinan umat Islam, Umar berperan sebagai penasihat kepala. Begitu Abu
Bakar meninggal, Umar ditunjuk untuk menggantikan posisinya menjadi Khulafaur Rasyidin
kedua pada tahun 634. Umar bin Khattab merupakan Khulafaur Rasyidin yang memimpin
cukup lama, yakni selama 10 tahun (634-644). Pada masa kepemimpinannya pula, Islam
menyebar luas dan menjadi kekuatan baru di wilayah Timur Tengah.
Selain itu, berikut ini beberapa keberhasilan yang dicapai Umat bin Khattab semasa
kepemimpinannya. Mentapkan kalender Hijriyah, dimulai saat Nabi SAW hijrah ke Madinah
Membebaskan Baitul Maqdis Menyelenggarakan sensus di seluruh wilayah Islam
Merenovasi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Menetapkan Jumat sebagai hari libur Salat
Tarawih berjemaah Menyelenggarakan pendidikan dan lembaga kajian Al Quran Umar bin
Khattab meninggal pada 3 November 644 karena dibunuh oleh Abu Lu'luah (Fairuz) saat
sedang melaksanakan salat subuh.
Begitu menyusul ke Madinah, Ali menikah dengan Fatimah Az-Zahra, putri Nabi
Muhammad. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua putra dan dua putri, yaitu Hasan,
Husein, Zainab, dan Ummu Kultsum. Sepeninggal Nabi, Ali selalu dilibatkan dalam urusan
kenegaraan hingga akhirnya menjadi penasihat resmi Khalifah Utsman bin Affan. Setelah
Khalifah Utsman wafat dalam sebuah pemberontakan, keadaan semakin kacau. Kaum
Muslimin mendesak agar Ali dibaiat sebagai khalifah. Ali dibaiat sebagai Khulafaur Rasyidin
keempat, tetapi kekacauan masih banyak terjadi yang sebagian besar disebabkan oleh
tuntutan untuk menghukum pembunuh Utsman. Kasus tersebut sampai memicu terjadinya
perang saudara Islam. Di sisi lain, masa pemerintahan Ali juga diberlakukan berbagai
kebijakan yang memajukan kekhalifahan, salah satunya adalah penyempurnaan bahasa Arab.
Ali juga membangun Kota Kufah di Irak sebagai pusat pemerintahan dan pusat
pengembangan ilmu pengetahuan. Ali bin Abi Thalib wafat pada 29 Januari 661 karena
serangan seseorang yang bernama Abdurrahman bin Muljam ketika sedang salat subuh.