Anda di halaman 1dari 2

SARI

Karya:maya

Aku sari tiga puluh tiga tahun mantan kembang desa yang kini tak berdaya,empat tahun
lamanya aku dikurung dalam ruangan yang gelap dan pengap.(Berdiri Kedapan) berawal
dari keegoisan bapak yang menginginkan aku anak perempuan satu-satunya menikah
dengan laki-laki mapan dan kaya yang di anggap mampu mengangkat derajat orang tua.
Empat belas tahun yang lalu,rambut ku yang hitam panjang terurai kini kusut dan tak
terawat,kembang desa itu kini bagaikan seorang sampah tak berguna.Sore itu kak
Sahda,lelaki yang kudambakan menjadi pendamping hidup ku datang kerumah ku
bersama keluarganya bermaksud untuk melamar ku."Tidak ...bapak tidak akan
mengizinkan mu di persunting oleh Sahdan,kamu anak sulung Sahdan anak sulung apa
yang akan terjadi ,bapak tidak akan menjerumuskan mu kedalam lubang yang
salah,hee...Sahdan apa yang kamu punya berani-beraninya kamu melamar anak
ku,pekerjaan mu saja tidak jelas yang hanya keto kete kesana kemari"(ucap penolakan
bapak).
"pak ku mohon pak terimalah lamaran kak Sahdan".
"Tidak....bapak tidak sudi kamu di peristrikan Sahdan,sudah silahkan kalian pergi dari
rumah saya,keluarga miskin seperti kalian jangan bermimpi dapat menantu seperti anak
ku".
(Mebalikan badan lalu duduk) Beberapa hari setelah penolakan itu hari ku terasa
tercabit-cabit.Bapak tidak pernah mengerti keinginanku,keyakinannya anak sulung
menikah dengan anak sulung akan membawa malapetaka,membuat hubungan ku
dengan kak Sahdan kandas begitu saja,ibu selalu berusaha menghiburku meskipun
semua itu tak pernah merubah perasaan sakit hati ku.
"Haa...haa...haa...tidak tau malu yang jelas anak ku bersuamikan orang yang mapan
yang jelas bibit bebet bobotnya ha...ha..ha.. tidak seperti Sahdan itu"(sahut bapak dari
luar).
(Menghela napas maju Kedapan) Berapa hari setelah penolakan itu aku tak berani
keluar rumah rasa kecewa ketakutan campur aduk menjadi satu.Aku takut apa yang
dikatakan orang-orang itu benar adanya.Pernah ku dengar perkataan inaq Sahrim
"perempuan itu kalok sudah menolak lamaran ya.. pasti mosot jadinya".
Seketika itu pula aku semakin jadi khawatir,sepuluh bulan kemudian aku mendengar
kabar (suara musik dari luar) kak Sahdan menikah dengan perempuan tetangga didesa
yang tak lain perempuan itu sendiri teman ku,biasanya bapak selalu menyuruhku untuk
datang ke gawe pernikahan untuk memintak sembek ke pengantin,tapi... aku tak
sanggup aku tak berani mendatangi pernikahan itu.Satu tahun kemudian kak Sahdan
bahagia dengan istrinya mereka di karuniai anak dan usaha yang berkembang
pesat,sedangkan aku (duduk merenung sambil memeluk kedua kaki) aku semakin
terpuruk lebih banyak di rumah dan banyak melamun di depan pintu.Beban di kaki ku
ini semakin menambah berat beban bagaikan memikul gunung.
"Sari pantas saja kamu tidak mendapatkan jodoh kamu itu jangan pernah duduk di
depan pintu karena itu larangan untuk anak perawan"(ucap bapak menasehati ku).
Aku hanya diam dan melanjutkan lamunan ku di dalam kamar,aku mendengar inaq
Sahrim membicarakan ku dengan tetangga "biar si Sari tau rasa haa... jadi perawan tua
coba saja dulu menerima lamaran Sahdan ya.. pasti sekarang hidupnya enak hidup
terjamin dan bahagia haa..haa...siapa suruh dulu milih-milih laki-laki sok"(ujar inaq
Sahrim).
Tiga tahun setelah itu aku tak mampu juga membuka pintu hatiku aku selalu terbayang
penolakan bapak dan lamaran kak Sahdan saat itu,heee (menghela napas) menurut
kepercayaan orang lombok khusus di desa ku,aku sudah menuruti apa yang dikatakan
ibu,pergi ke orang pintar untuk membuka gantukan hati atau perasaan yang di ikat oleh
bapak serta semua saran yang di berikan orang-orang agar aku segera menikah sudah
aku lakukan tapi semua itu tak mengubah semua perasaan ku,aku semakin terpuruk
(mengamuk menjatuhkan semua barang didepannya).
Gambaran kehidupan seakan mencekam Bapak terus mendesak ku untuk mencari
pasangan hidup yang mapan.Semakin menekan kejiwaan ku,bapak yang selalu
mendesak ku mencari pasangan hidup yang mapan semakin menekan kejiwaan
ku,semua perkataan orang yang menyarankan ku untuk ini itu masih ku lakukan,tapi
semua itu tak merubah perasaan ku aku hanya melegakan mereka,aku hanya ingin
keluar dari sini (naik tangga terus mengamuk) mengapa semua ini terlalu rumit dalam
pikiran ku mengapa aku tidak bisa mengikuti ke inginanku sendiri,mengapa aku harus
mengikuti perkataan mereka, yang menjalani hidup ini aku ..aku..
(Berbicara depan cermin) Sari kamu masih cantik,sari kamu masih menawan,ayo sari
bangkit lanjutkan hidup mu.Namun batin ku selalu berberang akankah ku lanjutkan
hidup bangkit atau ku sudahi saja.Setiap kali pertempuran batin itu muncul selalu ku
dengar suara bapak dari luar.
"Sari jangan kau bermimpi semau mu sendiri")
Sebenarnya aku sudah hampir menyembuhkan batin ku sendiri tetapi perkataan itu
selalu mengurungi niat ku.

Selesai

Anda mungkin juga menyukai