Masfuukhatur Rokhmah, S.Psi, Psikolog.

PSIKOLOGI ABNORMAL

GANGGUAN IDENTITAS GENDER

& PSIKOSEKSUAL

TRANSEKSUAL HAL MENARIK

Dalam DSM IV-TR gangguan identitas gender
(transeksual) memiliki beberapa kriteria yaitu:
TENTANG
Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap lawan IDENTITAS
jenis.
Pada anak-anak terdapat minimal empat dari lima
GENDER DAN
ciri PSIKOSEKSUAL
Pada remaja dan orang dewasa, simtom-simtom
seperti keinginan untuk menjadi lawan jenis, Gangguan identitas gender dan
berpindah kelompok lawan jenis, ingin psikoseksual masih menjadi suatu
diperlakukan sebagai lawan jenis, keyakinan bahwa hal yang tabu di lingkungan
emosinya adalah tipikal lawan jenis masyarakat terutama Indonesia.
Rasa tidak nyaman yang terus menerus dengan Hal ini dikarenakan Indonesia ter
jenis kelamin biologisnya atau merasa terasing dari masuk kedalam negara agamis,
peran yang menempatkan agama pada
Tidak sama dengan kondisi fisik antar jenis kelamin posisi yang penting dan strategis.
Menyebabkan distres atau gangguan dalam fungsi Pembelajaran tentang identitas
sosial dan pekerjaan gender dan psikoseksual, dapat
Transeksual adalah seseorang yang meningkatkan kesadaran sosial
memiliki keinginan hidup dan diterima tentang isu-isu LGBT dan
sebagai anggota kelompok lawan jenis, membantu mengurangi
biasanya disertai dengan rasa tidak stigmatisasi. Selain itu, dapat
nyaman atau tidak sesuai dengan jenis membantu untuk memahami
kelamin anatominya, dan menginginkan lebih dalam tentang pengalaman
untuk membedah jenis kelamin serta dan tantangan yang dihadapi
menjalani terapi hormonal sesuai dengan oleh kelompok LGBT yang masih
jenis kelamin yang diinginkan (Bastaman) tergolong minoritas di Indonesia.

HOMOSEKSUAL
Homoseksual merupakan disorientasi fungsi
seksual yang disebabkan faktor
psikologis/kejiwaan. Tokoh yang pertama kali
memperkenalkan istilah “homoseksual”, yaitu Karl
Maria Kerbeny di tahun 1869. Ia berpandangan
bahwa homoseksualitas merupakan patologi medis
karena bawaan sejak lahir (genetik) sehingga tidak
dapat diubah.
Terdapat 2 pandangan dalam melihat
persoalan seksualitas :
1. Kelompok esensialisme yang memandang DAFTAR PUSTAKA
bahwa jenis kelamin, orientasi maupun Ali, A. H., & Hadori, M. (2019). Bimbingan Dan konseling
identitas seksual,bersifat bawaan/natural Islam dalam membentuk perilaku santri waria. Maddah :
Jurnal Komunikasi dan Konseling Islam, 1(1), 84-98.
sehingga tidak dapat diubah.
2. Kelompok social constructionism yang Fajrin, Y. A., Triwijaya, A. F., & Ma’ruf, M. A. (2020).
Double track system bagi Pelaku Tindak Pidana Berlatar
berpandangan bahwa hal-hal tersebutdapat Belakang Homoseksualitas (Gagasan dalam Pembaruan
diubah. Adanya perbedaan mengenai persoalan Hukum Pidana). Negara Hukum: Membangun Hukum
seksualitas tersebut, turut memicu. Kelompok untuk Keadilan dan Kesejahteraan, 11(2), 167-190.
ini berpandangan jenis kelamin hanya 2 (dua) Hidajat, L. L., & Sarahsita, S. H. (2017). Dinamika
perdebatan kedua pandangan tersebut internalized sexual stigma pada lesbian maskulin yang
belum mengalami proses coming out (studi kasus pada dua
mengenai persoalan homoseksualitas. lesbian maskulin di Jakarta). Manasa : Jurnal Ilmiah
Psikologi, 6(1), 23-37

INTERNALIZED SEXUAL STIGMA

Menurut Herek (dalam Herek, 2011), Internalized Dalam World Health Organization (WHO)
Sexual Stigma merupakan sebuah kondisi dimana sexual dan DSM IV - TR yang menjadi rujukan
stigma tersebut sudah dihayati serta menjadi sebuah diagnosis gangguan jiwa di seluruh dunia,
identitas diri. Para homoseksual yang mengalami sudah tidak menganggap homoseksual
internalized sexual stigma mulai menerima serta mulai sebagai sebuah gangguan jiwa. Namun di
membangun belief tentang homoseksual yang Indonesia, LGBT masih dianggap sebagai
berkaitan dengan stigma yang diperoleh dari sebuah gangguan atau kelainan.
lingkungan.

Sexual stigma terbentuk karena adanya stereotip negatif

tentang perilaku homoseksual serta diskriminasi dan
prasangka (Bobbe, 2002; Davies, 1996; Spencer &
Patrick, 2009).

AMANDA (10521123) MARIANE (10521806) ZACHRA (11521543)