Anda di halaman 1dari 48

GANGGUAN REPRODUKSI SISTIK FOLIKULER

DAN REPEAT BREEDING SERTA PENANGANAN


PADA SAPI DI INDONESIA

Oleh
Dr. Drh. Dasrul, M.Si

LABORATORIUM REPRODUKSI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
PENDAHULUAN
❖ Beberapa program peningkatan populasi sapi dan kerbau
untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri telah
dilakukan pemerintah seperti;
➢ Program Swasembada Daging Sapi, tahun 2000
➢ Peningkatan kelahiran melalui Gertak Birahi dan
Inseminasi Buatan (GBIB) tahun 2015-2016.
➢ Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS
SIWAB) pada 2017-2019,
➢ dan SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan
Negeri) mulai 2020.
➢ Tingkat keberhasilan IB juga turut merangkak naik
Peningkatan
penyediaan produksi
daging sapi dalam
negeri bagi masyarakat

Mendorong percepatan
populasi sapi dan
kerbau untuk
terwujudnya
swasembada daging
SIKOMANDAN
di Indonesia
(2020-
sekarang)
UPSUS SIWAB
(2017-2019)
Aktivitas Sikomandan dilaporkan melalui
sistem iSIKHNAS yang terintegrasi dengan
GBIB Agriculture War Room (AWR) 2/28/2024
(2015-2016)
• Realisasi akseptor dan pelayanan IB sepanjang 2021 juga
mencapai angka positif.
• Capaian akseptor dan IB yang telah dilakukan inseminasi
sampai mencapai 36,73%.
• "Total akseptor sebanyak 1.469.349 ekor dan pelayanan
inseminasi buatan telah berhasil mencapai 1.667.084 dosis,"

• Sementara untuk pemeriksaan kebuntingan ternak


mencapai 1.110.132 ekor.
• Dan yang bunting sudah sebanyak 912.498 ekor dari target
tahun 2021 sebanyak 2.714.283.
• Sedangkan, total ternak yang lahir sampai 6 Mei 2021
sudah sebanyak 792.227 dari 34 provinsi. '
ALUR PROSES KEBUNTINGAN DENGAN IB

Kesiapan
Ternak uterus untuk
implantasi

Kualitas estrus jelas Ketebalan sel


Siklus normal, Ada endometrium, tersedia
ovulasi Tidak ada nutrisi utk embrio,
gangguan reproduksi Petugas reseptor hormone
IB progesteron
Pengetahuan ttg estrus
optimal, deteksi tepat, Diperiksa secara
Disiplin prosedur,
laporan tepat, rutin kualitasnya,
thawing, disposisi
manajemen cegah inbreeding
semen, waktu ovulasi,
pemeliharaan
recording yang jujur
dan baik
Faktor lain yang berpengaruh
• IB sudah merata dan well-known oleh peternak Dokter Hewan ,Petugas
IB, mantri, ATR di Indonesia sudah terampil
• Sarana dan prasarana IB sudah baik
• Dukungan instansi terhadap program IB baik
• Populasi Sapi di Indonesia belum memenuhi Target
• Peningkatan Populasi dan Kualitas Genetik Belum
Optimal
• Penyakit infeksi dan non Infeksi masih Tinggi > 30 %
• Kemampuan SDM bidang Reproduksi belum
merata, kualifikasi, sebaran lokasi dan kedisiplinan
belum terjaga
• Situasi Makro ekonomi masih mempengaruhi
Atmosfer Peternakan Indonesia
ILUSTRASI Kerugian Ekonomi Akibat Gangrep

Bila IB 1X Gagal Kerugian Pakan dan Tenaga adalah;


Tenaga Kerja Rp 10.000/hr x 21 hari = 210.000
Ada 100 ekor = 21.000.000
Bila IB 2x gagal
2 x 21.000.000 = 42.000.000

PERLU Langkah yang SUNGGUH-SUNGGUH dan


KOMPREHENSIF dari semua pihak dalam
PENANGGULANGAN GANGREP
APA Yang Harus DIPERLUKAN Supaya Penanganan OPTIMAL

E Edukasi yang terus menerus B Berbahagia

Sadar dan tanggung jawab U Usaha tidak sia-sia


S terhadap tugasnya
Tetap melayani apapun N Pe Nantian yang panjang
T tantangannya
T Tetap beternak
R Rukun dan aktif dalam kerja
sama dengan semua pihak I Indah dunia

U Usaha dan inovasi terus menerus N Nambah usaha

S Syukuri semua yang diraih dan G Gagasan baru


semangat 2/28/2024
❑ Secara Umum Faktor yang PERLU dipersiapkan
adalah;
• KNOWLEDMEN dari semua Unsur, Pemahaman dasar Ilmu
Reproduksi sesuai jenjang dan Kebutuhan serta Kewenangan
yang CUKUP dan MERATA
• Kedisiplinan dalam menjalankan PERAN dan
TANGGUNGJAWABNYA
• KEMAUAN dan MOTIVASI yang Benar
• SKILL/KETERAMPILAN yang selalu di Update
• TERBUKA dalam Menerima masukan dan Perbaikan
• EVALUASI yang terus menerus dan Tindaklanjut, Jangan hanya
Ceremonial dan Rutinitas tanpa Aplikasi Riil 2/28/2024
Gangguan Reproduksi Secara langsung mengakibatkan
kegagalan Fertilisasi dan secara tidak langsung
mengakibatkan;
❑ Estrus Postpartum > 60 – 90 Hari
SEMUA JADI TIDAK
❑ Day Open > 85 – 110 Hari NORMAL
❑ Calving interval > 12 – 15 Bulan
❑ Conception Rate < 60 %
❑ Jarak antar melahirkan sampai bunting
kembali (Service periode) > 120 hari TIDAK TERJADI
KEBUNTINGAN
❑ Angka perkawinan per kebuntingan
(Service per Conception) > 2
❑ Jumlah induk sapi yg membutuhkan lebih
dari tiga kali IB utk terjadinya INCOME MENURUN
kebuntingan > 30%
Masalah GANGREP yang sering DITEMUKAN
sampai saat sekarang
1. Gangrep yang biasa masih signifikan,
gangguan ovarium, dan uterus,
2. Gangguan baru, early embryonic death,
endometritis subklinis
3. Perubahan performan reproduksi karena
faktor cross breed
4. Kegagalan fertilisasi, faktor spermatozoa
5. Gangguan kebuntingan gagal fertilisasi,
gagal konsepsi dan gagal implantasi
KISTA OVARIUM

 Penyakit kista ovarium (COD) ditandai dengan kehadiran folikel


yang besar, persisten, dan anovulasi folikel dalam ovarium.
 Kejadian dibeberapa negara berkisar antara 6,7% dan 13,1%,
sedangkan di Kanada, data yang dikumpulkan dari berbagai
berbagai studi yang berbeda (melibatkan 24.356 laktasi)
mengindikasikan rata-rata kejadian kista ovarium sebesar 9,3%.
 Efek samping dari kista ovarium pada fertilitas yakni berhubungan
dengan peningkatan interval antara melahirkan dan perkawinan
pertama, dan interval antara kelahiran dan kebuntingan (masing-
masing sekitar 13 dan 33 tambahan hari).

2/28/2024
Penyebab Kista ovarium
 Kista ovarium disebabkan dari malfungsi neuroendokrin
yang mengontrol ovulasi, ➔ketidak teraturan siklus
estrus.
 Ditandai dengan munculnya folikel yang berukuran
besar, persisten, dan tidak ovulasi pada fisik ovarium.

❖ Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kista Ovarium


➢ Faktor genetik
➢ Tingginya produksi susu
➢ Musim
➢ Penyakit postpartum

2/28/2024
Kista Ovarium menurut bagian dari ovarium yang
mengalami kista

1. Kista folikel (LH rendah, FSH cukup)


merangsang terbentuknya folikel
muda tetapi tidak mengalami
ovulasi.

2. Kista luteal (LH rendah, LTH tinggi)


menyebabkan folikel muda yang
ada pada ovarium mengalami
luteinisasi.

2/28/2024
SKEMATIS PATOGENESA KISTA OVARIUM 2/28/2024
KISTA FOLIKULER (Cystic folliculer)

Kista folikuler (Cystic follicular)


merupakan gangguan reproduksi
pada induk betina ditandai dengan;
1. Nymphomania, interval antar-estrus
pendek dan perilaku estrus berlebihan
2. Ada Follikel Dominan gagal avulasi.
3. Diameter Follikel > 25 mm (Sapi Ukuran
Besar), Sedangkan Sapi local Diameter
Follikel > 15 mm
4. Bersifat Persisten (Menetap)
5. Tidak Ada Corpus Luteum (CL)
Kejadian cystic Folliculer pada sapi

➢ Secara umum 5 – 30 % dari populasi sapi


mengalami cystic folliculer.
➢ Beberapa kasus juga diikuti gangguan
reproduksi lain seperti Metritis
Kerugian :
➢ Prolonged calving interval
➢ Kronis – kemajiran
Cystic Folikuler yang lebih dari
satu, biasanya terjadi pada kasus
yang sudah kronisPalpasi rektal;
• Ukuran kista folikel bervariasi 25 mm sampai 50-
60 mm.
• Folikel Dominal gagal Ovulasi karena
kegagalan feeback positif Estrogen untuk
menginisiasi GnRH untuk melepaskan LH dan
memicu LH Surge
• Folikel tidak terus berkembang, beberapa
kasus bahkan proses rekruimen folikel terus
terjadi sehingga menimbulkan multiple cystic
folikuler.
• Faktor Genetik: Beberapa gen mengatur untuk
memprioritaskan glukosa untuk dijadikan
laktosa susu pada individu yang memiliki
2/28/2024
Gejala Klinis Kiste Follikuler
• Suka menaiki betina lainnya, tapi menolak
bila dinaiki
• Birahi panjang, Siklus estrus tidak teratur
• An estrus gejala paling umum ditemui.

Saat Palpasi rektal


✓ Uterus teraba seperti bengkak
(oedematus) namun tidak tegang
✓ Ada bentukan folikel yang sangat besar
di ovarium dan tidak ada CL
Diagnosa Cystic Folliculer
ANAMNESA
✓ Birahi panjang, Siklus Tidak Teratur, Anestrus
✓ tidak bunting

Pastikan tidak ada infeksi pada uterus ➔


Metricheking terlebih dahulu

PALPASI PER REKTAL


✓ Ada folikel dengan ukuran lebih besar dari normal, bias
satu atau lebih
✓ Foliker tersebut bersifat menetap (Persisten)
✓ Tidak ditemukan CL
USG trans-rektal
✓ Ada folikel dengan ukuran diameter > 17 mm
✓ Follikel memiliki ketebalan dinding < 3 mm
✓ Tidak ditemukan CL
✓ Ada Cairan Pada uterus

Untuk Hasil Dignosa Cystik Folikuler BAIK


disarankan
✓ Menggunakan USG ➔ Kita dapat mengukur diameter
dan ketebalan dinding Follikel.
✓ Biasanya kondisi cystic folikuler sangat sering
tersamarkan dengan kondisi Cystic Luteal pada awal
Gambaran USG Cystic Folliculer & Multiple Cystic Folliculer

Cystic Folliculer Multiple Cystic Folliculer


Diferensial Diagnosa
Cystic Folliculer

• Cystic Luteal
✓ Pada beberapa kasus kejadian cyctic luteal fase awal
saat dipalpasi rektal bentuk dan konsistensinya sama
dengan cystic folliculer
✓ Diagnosa sebaiknya dilakukan dengan USG dan
mengukur tebal dinding kista

• Estrus-Silent Heat- Delay Ovulation


✓ Selalu dipastikan anamnesa kronologis kasus, bila ada
rekam medic sapi yang diperiksa .
✓ Beberapa kondisi cystic follicular terkelirukan dengan
estrus silent heat atau Delay avulation, oleh karena itu
sangat penting untuk melakukan pemeriksaan berulang
Prognosa Cystic Folliculer

• Cystic Luteal
✓ Pada beberapa kasus kejadian cyctic luteal fase
awal saat dipalpasi rektal bentuk dan
konsistensinya sama dengan cystic folliculer
✓ Diagnosa sebaiknya dilakukan dengan USG dan
mengukur tebal dinding kista

• Estrus-Silent Heat- Delay Ovulation


✓ Selalu dipastikan anamnesa kronologis kasus, bila
ada rekam medic sapi yang diperiksa .
✓ Beberapa kondisi cystic follicular terkelirukan
dengan estrus silent heat atau Delay avulation, oleh
karena itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan berulang 2/28/2024
Pengobatan Cystic Folliculer

• Terapi diberikan, sebaiknya tidak hanya dari bidang


MEDIS REPRODUKSI saja, namun juga mencakup
Asfek MANAGEMEN PEMELIHARAAN
• Sebaiknya sebelum terapi Hormonal sebaiknya
dilakukan pembenahan Pada Managemen
Pemeliharaan
✓ Evaluasi Pakan
✓ Pada pemeliharaan koloni, evaluasi grouping
kelompok,
✓ Lakukan terapi suportif seperti pemberian
vitamin ADE setiap 5-7 hari sekali
• Melakukan metrichecking untuk melihat ada
tidaknya penyakit pada uterus (metritis)
• Bila ada metritis lakukan pengobatan terlebih dahulu
salah satunya dengan Cevaxel RTU-Ceftiofur – zero
wuthdrawl periode in milk

Tindakan diatas dilakukan


setidaknya 2 minggu
sebelum tindakan terapi
hormon
Terapi Hormon

α
Terapiα Hormon Hari ke 14 - 17

Day 1 Day 8 Day 10 Day 28-34


Cek CL - Cek Cek dinamika Cek Estrus
Cystorellin ovari:
Cystic estrus
Luteal - CL IB bila estrus
Vit ADE Enzaprost - Folikel
Vit Bcomplex
Terapi Hormonal Kombinasi
α
Progesteron implant dan PGF2 alfa

Day 1 Day 14 Day 16 Day 22-23 Day 35-41


Cek CL - Cek Cek dinamika Cek Estrus
Prid Delta
Cystic Luteal estrus ovari:
- CL IB bila estrus
Vit ADE Prid Delta Out
- Folikel
Vit Bcomplex Enzaprost
KISTA LUTEAL (Cystic Luteal)

 Kista Luteal (Cystic follicular) merupakan


gangguan reproduksi pada induk betina
memiliki kadar LH rendah, LTH tinggi ➔
menyebabkan folikel muda yang ada pada
ovarium mengalami luteinisasi

❑ Kista Luteal (Cystic follicular) ditandai


dengan
1. Anestrus
2. Ada Corpus Luteum (CL) menetap.
3. Diameter Follikel > 25 mm (Sapi Ukuran
Besar), Sedangkan Sapi local Diameter
Follikel > 15 mm
4. CL Bersifat Persisten (Menetap)
Diagnosis
 Palpasi rektal;
Kista luteal ➔ Ada CL
 Kista Luteal; Anestrus ➔ Progesteron tinggi
 Ultrasonografi (USG)

Kista folikel Kista Luteal


2/28/2024
Terapi

Tabel 1. Obat, Dosis, Cara Pemberian dan Protokol Pemberian

Obat Dosis Cara Pemberian

• GnRH (Ganadorelin) 100 μg IM


• HCG 10.000 IU IM
• PGF2α (Dinoprost) 25 mg IM
• PGF2α (Dinoprost) 600 μg IM
• Progesteron 1,9 g Intra vaginal
(Implant)

Protokol Pemberian

2/28/2024
Terapi

2/28/2024
1.GnRH → meningkatkas sekresi LH dan menyebabkan kista
mengalami luteinisasi. Kista yg luteinisasi menghasilkan
progesteron sehingga dapat mengembalikan respon
hipotalamus. Yg pada akhirnya siklus ovarium kembali setelah
endogen pgf2@ dihasilkan.
2.Efek GnRH dan hCG sama.
3.Pengobatan GnRH dan PGF2@ sangat dianjurkan. → sulitnya
membedakan kista folikle dan luteal.
4.Implan progesteron selama 9-12 hari → menurunkan sekresi LH
(setelah 5 hari pasang implan, menyebabkan regresi kista dan
munculnya gelombang folikel). 7 hari setelah implan ditarik →
progesteron mengembalikan responsivitas hipotalamus ke efek
umpan balik positif estradiol dan diikuti oleh ovulasi.

2/28/2024
KAWIN BERULANG (REPEAT BREEDING)
❖ REPEAT BREEDING (RB) ➔ Sebagai suatu keadaan
pada induk hewan yang mempunyai siklus berahi
yang normal dan gejala jelas, tetapi bila
dikawinkan dengan pejantan yang subur atau di IB
berulang-ulang, tidak pernah menjadi bunting
❖ REPEAT BREEDING (RB) dapat terjadi pada induk
dara atau induk yang sudah sering melahitkan
❖ REPEAT BREEDING (RB) dapat memberi efek
negative bagi Industri Peternakan ➔ Menurunkan
Performan Reproduksi
❖ Di
Indonesia Sapi betina yang dikawinkan berkali-kali
atau lebih dari 3 X tidak bunting, masih sering di
masukan dengan istilah Repeat Breeding meskipun
penyebab abnormal yang terdeteksi

❖ Beberapa contoh repeat breeding karena


faktor Normal;
❖ Kegagalan Spermatozoa menembus
ovidut
❖ Kegemukan

❖ Produksi susu tinggi

❖ Laktasi yang Tinggi

❖ Kematian Embrio Dini (Early Embryonic


Death)
Repeat
FAKTOR PENYEBAB breeding

Kegagalan pembuahan Kematian embrio dini


• Kelainan Anatomi Saluran • Faktor Genetik
Reproduksi • Faktor Laktasi
• Kelainan Ovulasi • Faktor Infeksi
• Sel Telur Yang Abnormal • Faktor Kekebalan
• Sperma Yang Abnormal • Faktor Lingkungan
• Kesalahan Pengelolaan • Faktor Ketidakseimbangan
Reproduksi Hormon
• Gangguan hormonal • Faktor Pakan
• Umur Induk
• Jumlah Embrio atau Fetus
Dalam Uterus
KEGAGALAN PEMBUAHAN
❖ Kelainan Anatomi Saluran Reproduksi
➢ Tersumbatnya tuba falopii
➢ Adanya adhesi antara ovarium dengan bursa ovarium
➢ Lingkungan dalam uterus yang kurang baik
➢ Fungsi yang menurun dari saluran reproduksi

➢ Penyebab Tersumbatnya Tuba falopii (Tufa Fallopii buntu)


✓ Adhesio dinding tuba
✓ Adhesio antara ovarium dengan bursa ovarii
✓ Salpingitis baik akut maupun kronis
✓ Hidrosalping
✓ Kista pada saluran tuba
✓ Populasi mikroorganisme yang terlalu banyak di
dalam uterus, serviks atau vagina
❖ Kelainan ovulasi
➢ Adanya gangguan hormon
➢ Ovulasi yang tertunda (delayed ovulation)
➢ Ovulasi ganda adalah ovulasi dengan dua atau
lebih sel telur

❖ Sel Telur yang Abnormalitas


➢ sel telur raksasa,
➢ sel telur berbentuk lonjong (oval),
➢ sel telur berbentuk seperti kacang
➢ Degenerasi sel telur
➢ Zona pelusida yang sobek atau robek
➢ Sel telur yang muda
➢ Sel telur yang bentuknya gepeng, oval
(lonjong)
 Sperma Yang Abnormal
➢ Sperma abnormal menyebabkan kehilangan
kemampuan untuk membuahi sel telur di dalam tuba
falopii
➢ Sperma abnormal ➔ adanya mikroorganisme yang
tinggi; sel sperma yang terlalu tua dan perlakuan
yang kurang baik pada prosesing semen

❖ Gangguan hormonal
➢ Kadar estrogen yang rendah: silent heat (berahi
tenang) dan subestrus (berahi pendek) disebabkan
oleh rendahnya kadar hormon estrogen
➢ Kadar hormon gonadotropin yang rendah: kasus
delayed ovulasi, anovulasi dan sista folikuler
disebabkan oleh rendahnyanya kadar hormon
gonadotropin (FSH dan LH).
2/28/2024
❖ Kesalahan Pengelolaan Reproduksi
➢ Kurang telitinya dalam deteksi berahi
➢ Kualitas sperma yang tidak baik dan teknik
inseminasi yang tidak tepat
➢ Sapi betina mengalami metritis,
endometritis, cervitis dan vaginitis
➢ Manajemen pakan dan sanitasi kandang
yang tidak baik
➢ Kesalahan dalam memperlakukan sperma
➢ Pemelihara atau pemilik ternak kurang
paham dalam bidang kesehatan reproduksi
2/28/2024
KEMATIAN EMBRIO DINI (Early embryonic dead)
Faktor Genetik: inbreeding
Faktor Laktasi: kurang efektifnya mekanisme
pertahanan dari uterus, stres selama laktasi
dan regenerasi endometrium yang belum
sempurna
Faktor Infeksi: penyakit kelamin dapat diikuti
dengan kematian embrio dini atau abortus
Faktor Kekebalan: mekanisme imunosupresi
tidak berjalan dengan baik, maka antibodi
yang terbentuk akan mengganggu
perkembangan embrio
Faktor Lingkungan: Kematian embrio dini
meningkat pada hewan induk dimana suhu
tubuhnya meningkat
Faktor Hormon: Ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron dapat
menyebabkan terjadinya kematian embrio dini
Faktor Pakan: Kekurangan pakan mempunyai
pengaruh terhadap proses ovulasi,
pembuahan dan perkembangan embrio
dalam uterus
Umur Induk: Kematian embrio dini banyak
terjadi pada hewan yang telah berumur tua
Jumlah Embrio atau Fetus dalam Uterus: Karena
placenta berkembang dimana berisi beberapa
embrio didalam ruang uterus maka suplai
darah vaskuler akan menurun sehingga dapat
menyebabkan kematian embrio
DIAGNOSA KAWIN BERULANG (REPEAT BREEDING)

❖ Pemeriksaan klinis pada organ reproduksi


(Eksplorasi rektal, dan endoskop),

❖ Pemeriksaaan Citology / biopsi uterus dan


vagina ➔ infeksi mikroorganisme

❖ Pemeriksaan hormonal ➔ LH dan P4


dengan ELISA dan PCR

❖ Kematian embrio dini ➔ Hormonal dan


USG
PENANGGULANGAN REPEAT BREEDING

Penanganan berdasarkan penyebab / etiology ;

❖ Infeksi uterus akibat mikroorganisme ➔


pemberian antibiotik

❖ Ketidakseimbangan Hormonal ➔ Pemberian


gonadotropin atau progesteron

❖ Perbaikan Pengelolaan Dan pemberian Pakan


yang baik
❖ Dilakukan perkawinan dengan inseminasi
buatan

Anda mungkin juga menyukai