Anda di halaman 1dari 10

PAPER

MANAJEMEN REPRODUKSI INSEMINASI BUATAN


“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
INSEMINASI BUATAN (IB)”

Disusun oleh :
Kelompok II

Rafly Audhiarahman 185050100111162


Rheta Eva 185050100111163
Pangestu Dimas S 185050100111166
Wiwit Yoga Y 185050100111157
Crista Damaris 185050100111177
Karimatul Lailiya 185050100111180
Muhammad Piergi F 185050100111168
Zahwa Fajriyyah E.P 185050100111176

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Inseminasi buatan (IB) atau artificial insemination adalah proses perkawinan buatan
pada ternak dengan cara menginseminasikan semen pejantan unggul yang telah diencerkan ke
banyak betina. Melalui prograam inseminasi buatan memungkinkan seekor pejantan
mengawini beberapa puluh bahkan ratusan ekor ternak betina yang berada pada lokasi dan
waktu yang berbeda dan berjauhan. Keuntungan penggunaan IB adalah menghemat biaya
karena peternak tidak perlu merawat pejantan,mengurangi resiko penyakit yang ditularkan
melalui kontak kelamin, memperbaiki mutu genetik ternak, meningkatkan populasi ternak dan
lainnya, namun hal ini harus dilakukan proses recording agar tidak terjadi inbreeding.
Program inseminasi buatan terdiri dari beberapa tahap dimulai dari pemilihan ternak jantan
unggul, koleksi semen, uji kualitas semen, pengenceran, pembekuan dan pendistribusian
semen beku.
Keberhasilan kebuntingan ternak melalui program inseminasi buatan ditentukan
beberapa faktor yaitu ternak pejantan, ternak betina,peternak dan pelaksana inseminasi buatan
(inseminator). Kemampuan fertilitas sapi perlu diuji melalui pengamatan-pengamatan tingkat
reproduksinya, antara lain pengamatan kemampuan libido (Wahyuningsih, dkk. 2013).
Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan kebuntingan setelah
inseminasi. Jika manajemen pemeliharaan ternak jantan dan betina sudah baik ditambah
proses inseminasi buatan sudah benar, kemungkinan peluang terjadi kebuntingan akan besar.

1.2 TUJUAN
Manfaat penulisan paper kali ini ialah untuk menambah wawasan pembaca secara umum
terkait faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, proses serta kekurangan dan kelebihan
pelaksanaan program Inseminasi Buatan pada dunia peternakan Indonesia. Selain itu, manfaat
penulisan paper ini bagi pelajar dan cendekiawan ialah diharapkan mampu menstimulasi
pencarian informasi lebih lanjut terkait Inseminasi Buatan di Indonesia. Menilik dari
banyaknya kekurangan pada paper ini, sangat diharapkan pula pembaca dapat memberikan
kritik serta saran yang membangun bagi penulis juga adanya riset lebih mendalam pada topik
yang sama.
1.3 MANFAAT
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi
Buatan
2. Untuk mengetahui semen yang baik yang digunakan untuk IB
3. Untuk mengetahui betina yang baik untuk di-IB
4. Untuk mengetahui peran peternak yang dapat mendukung keberhasilan IB
5. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan inseminator untuk mendukung
keberhasilan IB
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN IB ( INSEMINASI


BUATAN)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan inseminasi buatan (IB) seperti
pejantan yang digunakan sebagai pemacek, betina yang akan di IB, peternak dan inseminator.
Keberhasilan IB dapat meningkat jika benar-benar diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Berikut ini uraian faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
IB.
1. Pejantan (Kualitas Semen)
Faktor utama menyangkut keberhasilan IB melalui pejantan yang dijadikan
sebagai pemacek adalah dari kualitas semen segarnya, serta manajemen semen cair
maupun semen beku. Kualitas dari semen segar yang harus diperhatikan sebelum
dilakukan processing antara lain kualitas makroskopis meliputi warna, bau,
konsistensi, volume, pH dan kualitas mikroskopis meliputi konsentrasi, motilitas
massa, motilitas individu, viabilitas dan abnormalitas. Kualitas dan kuantitas semen
segar sendiri dapat bervariasi berdasarkan dengan usia, musim, suhu lingkungan, jenis
bahkan antar individu ternak (Ismaya dan Novia, 2019).
Konsentrasi semen adalah parameter penting yang mempengaruhi fertilitas.
Pengenceran semen perlu dilakukan untuk mengoptimalkan konsentrasi semen yang
secara langsung berdampak pada performans fertilitas. Selain itu motilitas juga
menjadi indikator penting dalam processing semen segar dimana motilitas individu
minimal 40% setelah penyimpanan baik untuk semen cair maupun semen beku.
Sumber semen dan semua tahapan mulai dari penampungan semen, pengenceran,
pembekuan dan pengiriman/penyimpanan serta thawing, penanganan dan teknik
inseminasi harus diteliti karena berkaitan dengan kualitas semen. Thawing semen pada
suhu yang sesuai berdasarkan penyedia bibit dibutuhkan untuk memaksimalkan daya
tahan hidup post-thaw dan motilitas spermatozoa (da Costa, et.al dalam Ismaya dan
Novia, 2019).
2. Status Fisiologi Betina
Berikut beberapa syarat betina yang akan dilakukan inseminasi buatan :
a. Betina harus dalam keadaan sehat dan bebas dari segala penyakit
b. Proporsi badannya ideal, tidak terlalu kurus maupun tidak terlalu gemuk
c. Bebas dari cacat turunan
d. Ternak tidak dalam kondisi stress
e. Betina diberikan pakan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ( 3% dari berat
badan dalam bentuk bahan kering, atau 10% dari berat badan dalam bentuk bahan
basah)
f. Rekording betina jelas
g. Kondisi BCS yang ideal (misalnya untuk kambing dan domba 2,5-3 dari skala 1-5)
h. Betina memiliki riwayat beranak dan memiliki anak yang hidup, kondisi anak
yang sehat dan membesarkan anaknya hingga masa sapih
i. Endokrin normal, hal ini ditandai dengan siklus estrus yang normal dan kualitas
estrus yang baik

3. Peternak
Dalam pelaksanaan inseminasi buatan (IB) peternak merupakan salah satu faktor
yang juga mempengaruhi keberhasilan IB. Peran peternak yang mendukung
keberhasilan IB meliputi sistem pemeliharaan, deteksi birahi, pemberian informasi
kepada inseminator.
a. Sistem pemeliharaan
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam system pemeliharaan mulai dari
kandang, pakan bahkan perawatan kebersihan dan kesehatan untuk ternak.
Perkandangan harus sesuai dengan standar seperti kandang harus bersih dan sehat
antara lain seperti ventilasi yang cukup, ukuran sesuai dengan ternak, sinar
matahari dapat masuk ke kandang, sirkulasi udara lancer, diperhatikan konstruksi
kandang meliputi jenis atap kandang, konstruksi lantai kandang, dinding kandang,
luas dan kapasitas kandang (Susilawati, 2013).
Selain itu pemberian pakan pakan juga perlu diperhatikan. Pemberian pakan
harus seimbang sesuai kebutuhan dan fase pertumbuhan dari ternak. Yang tidak
kalah penting adalah sanitasi harus baik. Meliputi sanitasi kandang, ternak, dan
peternak.
b. Deteksi birahi
Faktor kedua adalah yang berasal dari peternak adalah deteksi birahi. Peternak
harus terampil dalam mendeteksi birahi ternak betina peliharaannya. Tanda-tanda
ternak betina yang birahi adalah sebagai berikut :
 4A: (Vulva: berwarna merah (Abang), bengkak (Abuh), hangat (Anget)
dan betina mau dinaiki/dikawini (Arep),
 2B: betina suka bersuara (Bengak-Bengok),
 2C : betina suka dinaiki dan menaiki (Clingkrak-Clingkrik)
 1D : keluar lendir transparan (nDlewer)

c. Pemberian informasi kepada inseminator


Pemberian informasi kepada informasi juga merupakan factor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan IB dari peternak. Pemberian/penyampaian
informasi ke inseminator tentang keberadaan berahi ternak betinanya tidak boleh
terlambat agar pelaksanaan IB tepat waktu sehingga tingkat keberhasilan IB tinggi.
Misalnya untuk domba yang secara normal mengalami ovulasi 25-30 jam setelah
timbulnya estrus, maka pemberian informasi kepada inseminator tidak boleh
melebihi 30 jam setelah estrus, karena ovulasi akan berakhir dan IB akan
mengalami kegagalan jika inseminator terlambat melakukan IB karena pelaporan
oleh peternak yang terlambat.
4. Inseminator
Keahlian dan ketrampilan inseminator dalam akurasi pengenalan estrus, sanitasi
alat, handling atau penanganan semen beku, prosedur thawing yang benar, serta
kemampuan melakukan IB pada ternak merupakan faktor penting yang menentukan
keberhasilan IB (BIB Lembang dalam Ismaya dan Novia, 2019). Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan IB yang berasal dari inseminator meliputi sistem thawing,
ketepatan deposisi, dan ketepatan waktu IB.
a. Sistem thawing
Thawing adalah pencairan semen beku sebelum dilakukan IB. Metode thawing
yaitu mencelupkan semen beku di air suhu 37oC selama 15-30 detik (SNI 01-
4869.2-2005) atau menggunakan air sumur selama 1 menit (Susilawati, 2013).
Menurut Partodiharjo dalam Susilawati, 2013 bahwa thawing dilakukan dengan
mencelupkan straw ke dalam air bersuhu 25-27 oC selama 30 detik. Berikut
beberapa proses thawing menggunakan air dengan suhu berbeda:
a. Air hangat suhu 37-38°C selama 15-30 detik (SNI. 01-4869.2-2005)
b. Air biasa suhu 21-25°C selama 40-45 detik
c. Air dingin suhu 4-5°C selama 5-6 menit
Thawing dapat dilakukan dengan air yang sesuai dnegan suhu lingkungan atau
air es dengan waktu yang lebih lama, hal ini disesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Proses thawing berdampak besar dalam keberhasilan IB karena
berhubungan langsung dengan perubahan kualitas semen beku, oleh sebab itu
peningkatan suhu hendaknya dilakukan secara perlahan-lahan.

b. Ketepatan deposisi
Kesalahan inseminator dalam penanganan dan penempatan semen dalam
saluran reproduksi merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan
keberhasilan IB. Kesalahan ini diduga menjadi penyebab paling umum dari
rendahnya fertilitas ketika program IB tidak berhasil dalam kelompok ternak yang
bebas dari penyakit dan memiliki siklus reproduksi yang normal (Ismaya dan
Novia, 2019). Meskipun semen beku memiliki kualitas sangat baik ketika
ditampung atau ketika di-IB, fertilitasnya akan menjadi buruk jika semen tidak
ditangani dengan benar atau dideposisikan di tempat yang salah (Nuti dalam
Ismaya dan Novia, 2019). Berikut adalah posisi tempat dideposisikan semen :
 Posisi 1,2,3 (daerah serviks) àangka konsepsi rendah
 Posisi 4 (pangkal korpus uteri) à angka konsepsi tinggi
 Posisi > 4 (korpus dan kornua uteri) à rawan endometritis

c. Ketepatan waktu IB
Ketepatan waktu IB merupakan faktor yang berasal dari inseminator.
Inseminator harus ingat bahwa sel sperma harus mengalami kapasitasi pada
serviks dan uterus selama 5-6 jam sebelum fertilisasi dapat berlangsung (Ismaya
dan Novia, 2019). Lebih baik jika diinseminasikan setidaknya 12 jam setelah
pertama kali terlihat estrus, dengan preferensi inseminasi pada akhir dibanding
awal, asalkan ternak diperiksa secara reguler minimal dua kali sehari minimal 12
jam. Preferensi ini berdasarkan informasi yang tersedia mengenai waktu ovulasi,
durasi transpor semen di saluran reproduksi betina dan waktu hidup gamet jantan
dan betina (Nuti dalam Ismaya dan Novia, 2019). Namun tidak jarang inseminator
menggunakan aturan pagi-sore antara lain :
 Jika terlihat birahi pertama kali pagi maka dilakukan IB pada hari yang
sama dan akan terlambat bila dilakukan pada hari berikutnya
 Jika terlihat birahi pertama kali sore maka dilakukan IB pada hari
berikutnya dan akan terlambat bila dilakukan pada besoknya sesudah jam
15.00
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Inseminasi buatan (IB) atau artificial insemination adalah proses perkawinan buatan
pada ternak dengan cara menginseminasikan semen pejantan unggul yang telah diencerkan ke
banyak betina.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN IB ( INSEMINASI


BUATAN)

1. Kualitas semen
Dapat diketahui dengan uji makroskopis dan mikroskopis

2.Status fisiologi betina


Fisiologis betina harus lah dalam keadaan yang ideal dan tidak terdapat cacat

3.Peternak
Peran peternak disini bersangkutan dengan kualitas pemeliharaan ternak seperti
kandang yang bersih agar ternak tidak terkena penyakit. Lalu peternak berperan dalam
mendeteksi birahi, jika sudah terdeteksi betina birahi maka peternak harus segera
melapor kepada inseminator untuk dilakukan proses IB

4.Inseminator
Syarat keberhasilan proses IB yakni keahlian dari inseminator. Hal yang perlu
diperhatikan antara lain sistem thawing ,ketepatan deposisi dan ketepatan waktu
inseminasi buatan
DAFTAR PUSTAKA

Ismaya dan N. D. Dwitarizki. 2019. Bioteknologi Inseminasi Buatan Pada Domba &
Kambing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Susilawati, T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan Pada Ternak. Malang : UB Press.

Anda mungkin juga menyukai