Anda di halaman 1dari 20

Penguatan Ketangguhan Masyarakat

dalam Menghadapi Bencana


M. Ali Yusuf
Ketua
Lembaga Penanggulangan Bencana
dan Perubahan Iklim
Nahdlatul Ulama
(LPBI NU)
BENCANA
o UU No. 24/2007: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis.
o UNISDR: gangguan serius pada berfungsinya suatu komunitas atau masyarakat, yang menyebabkan kerugian
manusia, materi, ekonomi atau lingkungan yang tersebar luas, serta melampaui kemampuan manusia atau
masyarakat tersebut untuk mengatasinya menggunakan sumber daya yang mereka miliki.
o Dalam al-Quran, ada beberapa istilah padanan bencana: mushibah (al-Baqarah [2]:156), ‘adzab (Hud [11]:8),
bala’ (al-A’raf [7]:168), fitnah (al-Anfal [8]:25), ba’sa’ dan dharra’ (al-An’am [6]:42), su’ (ali ‘Imran [3]:174), dan
Hema N ews

tahlukah (al-Baqarah [2]:195).


o Bencana dapat dikategorikan sebagai: (1) Ujian (ibtila’) iman & kesabaran: (QS. al-Baqarah [2]: 155); (2)
Peringatan (tadzkirah): (QS. Yunus [10]: 44; (3) Hukuman (‘uqubah): (QS. ar-Rum [30]: 41.
o Beberapa kejadian bencana di masa lalu: banjir bandang pada masa Nabi Nuh, angin kencang pada masa Nabi
Hud (kaum ‘Aad), gempa besar pada masa Nabi Syu’aib, kekeringan pada masa Nabi Yusuf; gempa & likuifaksi
pada 364 H. di Iran; Gempa & tsunami pada 460 H. di kota Ramallah, Palestina; dan wabah pada masa ‘Umar
bin Khattab.
SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA

al-A’raf [7]: 56

PENCEGAHAN
Tidak terjadi
bencana
Yusuf [12]: 47-48

asy-Syu’ara’ [26]: 151-152


Pra Bencana
MITIGASI
Rekonstruksi Ada potensi
PERINGATAN DINI
bencana KESIAPSIAGAAN
Hud [11]: 81
Pasca Bencana
PEMULIHAN
Rehabilitasi
ar-Ra’d [13]: 11

Saat
Bencana TANGGAP DARURAT

al-Ma-idah [5]: 2
STATISTIK BENCANA DI INDONESIA

Hema N ews
BENCANA, PERUBAHAN IKLIM & LINGKUNGAN HIDUP

Hema N ews
PENGELOLAAN RISIKO BENCANA

o Pengelolaan Risiko Bencana (PRB): cara, konsep dan praktik yang sistematis dan
inklusif untuk mencegah dan mengurangi risiko bencana berdasarkan kajian disertai
perencanaan dan evaluasi.
o 4 (empat) aktivitas utama PRB: identifikasi risiko bencana (ancaman, kerentanan,
kapasitas dan risiko), penyusunan tindakan PRB (identifikasi sumber daya & prioritas
tindakan), pelaksanaan kegiatan PRB dan evaluasi.
o 4 (empat) prinsip utama dalam hukum Islam sebagai dasar dalam Pengelolaan Risiko
Bencana:
1. Segala upaya dan sarana yang dapat menghindarkan bencana harus dilakukan.
2. Segala upaya dan sarana yang dapat menimbulkan bencana harus dihindari dan
dihilangkan.
3. Sesuatu yang tidak dapat dilakukan/dicapai keseluruhannya, jangan ditinggalkan
semuanya. Hasil Survey Pasca Gempa

4. Harus diambil alternatif yang paling sedikit/kecil risikonya. Kobe, Jepang 1995

o Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat adalah suatu proses yang melibatkan
secara aktif masyarakat yang berisiko dalam mengkaji, menganalisis, menangani,
memantau, dan mengevaluasi risiko bencana untuk mengurangi kerentanan dan
meningkatkan kemampuan/kapasitasnya untuk memperkuat ketangguhan masyarakat
dalam menghadapi bencana.
TANGGUH BENCANA

o Ketangguhan bencana adalah kemampuan individu, masyarakat, organisasi,


atau negara yang terpapar bencana atau krisis untuk mengantisipasi,
mempersiapkan, mengurangi dampak, mengadaptasi, mengatasi dan pulih dari
dampak atau kerusakan tanpa mengorbankan prospek jangka panjang mereka.

o Indikator ketangguhan bencana:


• Mampu mengurangi risiko bencana dan dampak perubahan iklim dengan
melakukan serangkain aktivitas PRB dan API.
• Mampu bertahan dan melakukan respon saat terjadi bencana.
• Mampu bangkit kembali dengan cepat dan membangun kehidupan yang
lebih baik setelah terjadi bencana.
o Ketangguhan bencana tidak cukup dibangun hanya dengan landasan ilmu
pengetahuan saja tetapi harus menggunakan beebrapa pendekatan yang lain
khususnya keagamaan, sosial dan budaya termasuk kearifan lokal.
MENGAPA HARUS TANGGUH BENCANA?

o Karena Indonesia berada di kawasan berisiko bencana dan dampak


perubahan iklim.
o Untuk menjaga keselamatan diri dan orang lain adalah kewajiban
agama Islam (QS. al-Baqarah [2]: 196, QS. al-Ma’idah [5]: 32).
o Untuk dapat membangun kehidupan yang lebih baik pasca bencana
adalah perintah agama Islam (QS. an-Nisa’ [4]: 9).
o Untuk melaksanakan 5 (lima) prinsip dasar agama Islam atau dikenal
dengan maqashid asy-Syari’ah, yaitu: hifdhun Nafs, hifdhud Din,
hifdhul Mal, hifdhul ‘Aql dan hifdhun Nasl dalam rangka mewujudkan
mashlahah.
PRINSIP DASAR KETANGGUHAN BENCANA

Prinsip-prinsip dalam hukum Islam sebagai landasan untuk membangun dan


meningkatkan ketangguhan bencana masyarakat:
1. Segala upaya dan sarana yang dapat menimbulkan bencana harus
dicegah.
2. Segala upaya dan sarana yang dapat menghindarkan bencana harus
dilakukan baik yang bersifat fisik maupun rohani.
3. Sesuatu yang tidak dapat dilakukan keseluruhannya, jangan ditinggalkan
kesemuanya.
4. Harus diambil alternatif yang paling sedikit/kecil risikonya.
MENGAPA MASYARAKAT?

o Masyarakat adalah salah satu pilar utama dalam Penanggulangan


Bencana sebagai social power.
o Masyarakat yang paling memahami situasi dan kondisi lingkungannya.
o Masyarakat memiliki modal sosial yang cukup untuk membangun dan
atau meningkatkan ketangguhan.
o Masyarakat akan menjadi pihak paling terdampak atau sebagai
penyintas, tetapi juga sekaligus akan menjadi garda terdepan dalam
melakukan respon dan pemulihan dampak bencana.
o Partisipasi aktif masyarakat akan mendukung penanggulangan bencana
dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat, efektif dan efisien.
KETANGGUHAN MASYARAKAT

Strategi membangun dan meningkatkan ketangguhan masyarakat:


1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang risiko bencana dan
iklim.
2. Meningkatkan kapasitas terkait PB dan PPI.
3. Membangun kelembagaan PB dan PPI.
4. Mengawal penyusunan regulasi terkait PB dan PPI.
5. Menyusun perencanaan atau terlibat dalam penyusunan perencanaan PB
termasuk rencana aksi PRB dan API.
6. Melakukan dan terlibat dalam penyelenggaraan PB: pra, saat dan pasca
bencana.
7. Menyusun atau terlibat dalam penyusunan sistem dan mekanisme PB
sekaligus melakukan pengujian.
8. Mendorong pendanaan yang cukup untuk PB dan PPI.
9. Melakukan Monitoring, Evaluasi dan Pembelajaran.
Penguatan Ketangguhan Masyarakat
Dalam Menghadapi Bencana
*Praktek & Pengalaman LPBI NU M. Ali Yusuf
Ketua
Lembaga Penanggulangan Bencana
dan Perubahan Iklim
Nahdlatul Ulama
(LPBI NU)
NU & LPBI NU

o Untuk mengimplementasikan visi, misi dan strategi organisasi, Nahdlatul Ulama (NU)
membentuk 18 lembaga dan 14 badan otonom. Struktur kepengurusan Badan Otonom
dibentuk oleh pimpinan pusat banom & disetujui oleh pengurus NU di setiap tingkatan.
Sedangkan lembaga dibentuk oleh struktur kepengurusan NU di setiap tingkatan.
o Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama
(LPBI NU) adalah salah satu lembaga di NU yang diberikan mandat untuk melaksanakan
kebijakan dan program NU dalam bidang Penanggulangan Bencana, Perubahan Iklim dan
Pelestarian Lingkungan Hidup.
o LPBI NU dirintis sejak awal 2005 dalam bentuk lembaga ad hoc bernama CBDRM NU
(Community Based Disaster Risk Management Nahdlatul Ulama). LPBI NU dibentuk secara
resmi oleh PBNU pada tahun 2010, setelah Muktamar NU ke-32 di Makassar, Sulawesi
Selatan.
PRA BENCANA

o Lingkup program dan aktivitas terkait pra bencana: peningkatan awareness, penguatan kapasitas, kajian risiko
bencana, penguatan koordinasi, penyusunan rencana aksi PRB & dukungan untuk pelaksanaannya, advokasi
kebijakan (perencanaan, sistem/mekanisme dan pendanaan), peningkatan kesiapsiagaan bencana termasuk
sistem peringatan dini serta uji kapasitas dan sistem.
o Bentuk program dan kegiatan di antaranya: PRB melalui Pesantren (Santri Siaga Bencana), Da’i Siaga Bencana,
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana), Advokasi Kebijakan
Penanggulangan Bencana, Penguatan Kapasitas Masyarakat dalam Kesiapsiagaan Bencana dan lain-lain.
o Program dan kegiatan dilaksanakan dengan melibatkan sumber daya yang dimiliki NU di antaranya:
pesantren, sekolah/madrasah, pendakwah, pengurus/aktivis NU dan warga NU.
o Program dan kegiatan juga dilaksanakan bersama dan melibatkan berbagai pihak: pemerintah (eksekutif
khususnya BPBD dan legislatif), lembaga pendidikan, private sector, media dan LSM.
o LPBI NU juga aktif dalam berbagai forum koordinasi baik di tingkat lokal seperti Forum PRB Daerah maupun di
tingkat nasional seperti Planas PRB, KPB, dll.
PERUBAHAN IKLIM & LINGKUNGAN HIDUP

o Lingkup program dan aktivitas terkait perubahan iklim dan lingkungan hidup: pengelolaan
sampah dan limbah, konservasi energi dan dukungan terhadap energi terbarukan, konservasi
air, penyediaan ruang terbuka hijau, konservasi kawasan pesisir dan advokasi kebijakan.
o Bentuk program dan kegiatan di antaranya: Pengelolaan Sampah dan Limbah Berbasis
Masyarakat, Pesantren Hijau, Peningkatan Peran Tokoh Lintas Agama dalam Pemeliharaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup, Konservasi Lingkungan Hidup di Kawasan Pesisir, dan Anak
Muda Peduli Iklim & Lingkungan dan lain-lain.
o Program dan kegiatan dilaksanakan dengan melibatkan sumber daya yang dimiliki NU di
antaranya: pesantren, sekolah/madrasah, pendakwah, pengurus/aktivis NU dan warga NU.
o Program dan kegiatan juga dilaksanakan bersama dan melibatkan berbagai pihak: pemerintah
(eksekutif khususnya Dinas atau Badan Lingkungan Hidup Daerah dan legislatif), lembaga
pendidikan, private sector, media dan LSM.
o LPBI NU juga aktif dalam berbagai forum koordinasi stakeholder seperti NPAP (National Plastic
Action Partnership), IRI (Interfaith Rain Forest Iniative) Indonesia, dll.
B
U
K
U
&
P
A
N
D
U
A
N
PENANGANAN DAMPAK BENCANA
TANGGAP DARURAT TRANSISI DARURAT KE PEMULIHAN REHABILITASI & REKONSTRUKSI (PEMULIHAN)

1. Kajian dampak & kebutuhan pasca


1. Koordinasi dengan berbagai pihak. 1. Kajian/assessment lanjutan. bencana.
2. Kaji cepat, pencarian & penyelamatan
2. Penyusunan rencana penanganan 2. Penyusunan Rencana RR (Pemulihan).
& pelayanan medis. dampak pada masa transisi. 3. Pemulihan prasarana & sarana publik
3. Pembentukan Pos NU PEDULI &
3. Pemenuhan kebutuhan dasar secara permanen termasuk rumah,
mobilisasi sumber daya.
lanjutan (pangan & non pangan sekolah/madrasah, pesantren,
4. Penyusunan Rencana TD.
termasuk hunian darurat), layanan masjid/musholla dll).
5. Pemenuhan kebutuhan dasar
kesehatan, pendidikan, dukungan 4. Pemenuhan kebutuhan lanjutan untuk
(pangan & non pangan) layanan
psikososial, dll). pemulihan (pendidikan, ekonomi,
kesehatan & dukungan psikososial.
4. Perlindungan kelompok rentan & kesehatan & dukungan psikososial).
6. Perlindungan kelompok rentan &
marginal. marginal. 5. Perlindungan kelompok rentan &
7. Pemulihan darurat prasarana & 5. Pemulihan sarana & pra sarana vital marginal.
sarana vital. lanjutan (semi permanen). 6. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam
8. Koordinasi (internal & eksternal). 6. Koordinasi (internal & eksternal). pengurangan risiko bencana.
9. Update situasi rutin. 7. Update situasi rutin. 7. Koordinasi (internal & eksternal).
10. M&E dan Laporan 8. M&E dan Laporan. 8. Update situasi rutin.
9. M&E dan Laporan.

§ Sejak gempa NTB, dilaksanakan dalam wadah NU PEDULI. Sumber pendanaan sebagian besar berasal dari dana publik khususnya warga NU ditambah
dukungan dari berbagai pihak.
§ Relawan LPBI NU/NU PEDULI selalu berkoordinasi dan bekerja sama dengan para stakeholder khususnya di daerah terdampak bencana khususnya
pemerintah.
§ Dalam konteks nasional, LPBI NU anggota HFI (Humanitarian Forum Indonesia), untuk konteks internasional, LPBI NU menjadi anggota IHA (Indonesian
Humanitarian Alliance).
PENANGGULANGAN BENCANA COVID-19

• Relawan LPBI NU terlibat aktif di Satgas NU Peduli COVID-19 yang dibentuk di 32 provinsi dan 302
kabupaten.
• Preventif: penyusunan protokol, kebijakan, panduan & himbauan untuk pencegahan COVID-19,
call centre, assessment, kampanye public termasuk melalui rumah ibadah, konsultasi online,
pelatihan, disinfeksi, distribusi alat/perlengkapan untuk pencegahan, pendampingan masyarakat
untuk pencegahan COVID-19 berbasis data (geospasial), vaksinasi dan lain-lain.
• Penanganan: mendukung 35 rumah sakit dan klinik jaringan NU untuk penanganan kesehatan
termasuk distribusi APD untuk tenaga medis dan peralatan medis. Selain itu, relawan LPBI NU juga
aktif terlibat dalam pemulasaran & penguburan jenazah.
• Mitigasi dampak: ekonomi: distribusi makanan siap saji dan paket sembako (Bantuan Non Tunai),
upaya penguatan ketahanan pangan & pemulihan ekonomi untuk UMKM. Kemudian di bidang
pendidikan: Rumah Belajar Online, bantuan paket data dan bea siswa.
• Pendampingan pesantren: penyediaan fasilitas pendukung untuk pencegahan (masker & CTPS),
distribusi APD, fasilitas isoman, dan logistic serta vaksinasi.
• Relawan LPBI NU/NU PEDULI berkoordinasi dan bekerja sama dengan berbagai stakeholder
(nasional dan daerah).
CATATAN PENUTUP
o Penguatan ketangguhan masyarakat tidak akan berhasil jika dilakukan secara instant tetapi memerlukan
proses, harus dilakukan secara partisipatif dan menjadikan masyarakat sebagai pelaku, bukan obyek.
o Stakeholder khususnya masyarakat harus diposisikan sebagai pihak yang telah memiliki kapasitas,
dukungan dari pihak lain untuk memaksimalkan potensi dan kapasitas yang telah ada.
o Selain berbasis ilmu pengetahuan, untuk memperkuat ketangguhan masyarakat harus ada kebijakan yang
mendukung (regulasi, perencanaan & pendanaan). Selain itu juga harus menggunakan beragam
pendekatan termasuk keagamaan & sosial budaya (kearifan lokal).
o Penguatan literasi kebencanaan kepada stakeholder khususnya masyarakat harus terus dilakukan agar isu-
isu pokok kebencanaan dapat difahami, sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam setiap tahapan &
proses untuk memperkuat ketangguhan mereka.
o Komunikasi risiko bencana akan efektif jika dikemas menarik, menggunakan bahasa yang mudah difahami
dan konsisten serta melalui media/sarana & cara yang tepat.
o Penguatan kelembagaan terkait PB & PRB khususnya di daerah harus terus dilakukan untuk memastikan
efektivitas PB & PRB khususnya melalui penguatan koordinasi dan kolaborasi.
o Setiap potensi dukungan untuk memperkuat ketangguhan masyarakat seperti integrasi penilaian risiko
bencana ke dalam rencana pembangunan, pemanfaatan dana desa, dll harus betul-betul dimanfaatkan
untuk mendukung dan memperkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.
o Perguruan Tinggi memiliki potensi yang sangat besar untuk memperkuat ketangguhan bencana
masyarakat baik terutama melalui program & kegiatan akademik.
Hema N ews

Terima kasih

LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM


NAHDLATUL ULAMA (LPBI NU)
Gedung PBNU, Jl. Kramat Raya No. 164 Kenari, Senen, Jakarta Pusat 10430
Telp. & Fax: +62-21-3142395, Email: lpbi_nu@yahoo.com
Website: www.lpbi-nu.org, Twitter, Instagram: @PPLPBINU, Facebook: PENGURUS LPBI NU, Youtube: Warta LPBI NU

Anda mungkin juga menyukai