Anda di halaman 1dari 111

BAB I

HAKEKAT MATEMATIKA

A. Perbedaan Konsep Matematika Secara Deduktif dan Indultif


Pada bagian ini akan membahas tentang perbedaan konsep
matematika secara deduktif dan induktif. Menurut ahli perkembangan
kognitif yaitu J. Piaget menerangkan bahwa dalam hal perkembangan
kognitif dapat dibedakan menjadi beberapa tahap yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1
Skema Empat Tingkatan Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangan
Sensori Motor 0 – 2 tahun  Berdasarkan tindakan
 Langkah demi langkah
Preoperasi 2 – 7 tahun  Penggunaan simbol / bahasa tanda
 Konsep intuituf
Operasi 8 – 11 tahun  Pakai aturan jelas / logis
Kongkret  Reversibel dan kekekalan
Operasi 11 tahun  Hipotesis
Formal keatas  Abstrak
 Deduktif dan induktif
 Logis dan probabilitas

Sehingga jika melihat usia yaitu 6 sampai 11 tahun dan ciri pokok
perkembangannya, maka peserta didik MI belum bisa berpikir secara
deduktif dan induktif. Itu sebabnya kenapa pembuktian matematis baik secara

MATEMATIKA 1 1
deduktif maupun induktif jarang bahkan tidak pernah dibahas oleh guru –
guru ditingkat dasar.
Saeful dkk (2008 : 2-9) menyatakan bahwa matematika sebagai ilmu
hanya diterima jika berpola pikir deduktif. Karena pola pikir deduktif secara
sederhana dapat dikatakan sebagai pemikiran “yang berpangkal dari hal yang
bersifat umum diterapkan dan diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”.
Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang
sederhana, tetapi dapat juga terwujud dalam bentuk yang tidak
sederhana. Berikut ini dikemukakan dua contoh pola pikir deduktif
yang sederhana dan tidak sederhana:
1) Pola pikir deduktif yang sederhana
Seorang peserta didik dianggap telah memahami konsep
“lingkaran”. Ketika didapur peserta didik tersebut sudah bisa
menggolongkan peralatan dapur yang berbentuk lingkaran dan bukan
lingkaran. Ketika mereka mampu menunjukan dengan benar peralatan
yang berbentuk lingkaran dan bukan lingkaran, maka secara tidak
langsung mereka telah bisa menggunakan pola pikir deduktifnya secara
sederhana.
2) Pola pikir deduktif yang tidak sederhana
Bilangan ganjil ditambah dengan bilangan ganjil hasilnya adalah
bilangan genap. Kebenaran ini harus dibuktikan secara menyeluruh dan
lengkap, supaya ilmu yang diperoleh tidak membingungkan (setengah –
setengah). Sebenarnya pembuktian ini akan dimulai dari pola pikir
induktif, yang pada akhirnya menghasilkan pola pikir deduktif.
Misalnya
Ambil beberapa bilangan ganjil, baik ganjil positif, atau ganjil negatif
yaitu 1, -5, 7, -3

2 MATEMATIKA 1
a. Pembuktian Secara Induktif
Tabel 1.2
Pembuktian Secara Induktif
+ 1 -5 7 -3
1 2 -4 8 -2
-5 -4 -10 2 -8
7 8 2 14 4
-3 -2 -8 4 -6
Dari tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa untuk setiap dua bilangan
ganjil jika dijumlahkan hasilnya selalu genap. Dalam matematika hasil di
atas belum dianggap sebagai suatu generalisasi, walaupun kita membuat
contoh-contoh dengan bilangan yang lebih banyak lagi. Pembuktian
tersebut masih harus dibuktikan lagi dengan cara deduktif supaya
menjadi satu pembuktian yang utuh (tidak setengah – setengah). Akan
tetapi, untuk tahap pola pikir induktif pembuktian tersebut sudah cukup
benar. Sebelum memasuki pada jenjang selanjutnya, alangkah baiknya
para peserta didik sudah dibekali pembuktian berbagai bilangan dengan
cara deduktif dan induktif. Contoh
Tabel 1.3
Pembuktian Berbagai Bilangan dengan Cara Deduktif dan Induktif
Induktif Deduktif
Bilangan bulat : ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... (a, b, ...)
Billangan bulat genap : ...,-4, -2, 2, 4, ... (2a, 2b, ...)
Bulangan bulat ganjil : ..., -3, -1, 1, 3, ... (2a + 1, 2b + 1, ...)

b. Pembuktian Secara Induktif


Misalnya :
Ambil a dan b sebarang bilangan bulat
maka 2a +1 bilangan ganjil dan 2b + 1 bilangan ganjil, Kita jumlahkan :
= Bilangan ganjil ditambah bilangan ganjil sama dengan bilangan genap
= (2a + 1) + (2b + 1)

MATEMATIKA 1 3
= 2a + 2b + 1 + 1
= 2a + 2b + 2
= 2 (a + b + 1)
Karena (a + b + 1) bilangan bulat, maka 2 (a + b +1) adalah bilangan genap
Jadi dapat disimpulkan bilangan ganjil ditambah bilangan ganjil hasilnya
selalu bilangan genap
Sehingga dapat di simpulkan bahwa perbedaan keduanya adalah
sebagai berikut. Induktif digunakan untuk mengembangkan
pengetahuan dari contoh – contoh yang kongkrit menuju abstrak
(khusus ke umum). Sedangkan deduktif digunakan untuk
mengembangkan pengetahuan dari pernyataan yang sudah diangggap
benar (umum ke khusus).
B. Menganalisis Perbedaan Postulat / Aksioma dan Dalil /
Teorema
Menurut Ruseffendi (2006 : 262) dari unsur – unsur yang tidak
didefinisikan dan yang didefinisikan itu kita buat asumsi – asumsi dasar
atau aksioma – aksioma atau postulat – postulat. Pada dasarnya postulat
dan aksioma memiliki perbedaan arti, akan tetapi dalam modul ini
istilah postulat dan aksioma saya samakan. Perbedaan antara keduanya
dipisahkan oleh materi atau keilmuan yang akan dibahas. Seperti
halnya Postulat adalah asumsi dasar dalam geometri sedangkan
aksioma adalah asumsi dasar dalam aljabar. Pendapat tersebut sejalan
dengan pemikiran para ahli matematika Yunani dahulu, mereka
menyatakan bahwa postulat khusus untuk geometri sedangkan aksioma
itu berkenaan dengan hakekat kelogisan manusia berpikir.
Berikut ini beberapa contoh postulat atau aksioma, antara lain :
1) Semua sudut siku – siku satu sama lain sama besar.

4 MATEMATIKA 1
2) Melalui 2 titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis.
3) Sebuah segitiga tumpul hanya mempunyai sebuah sudut yang lebih
besar dari 900.
4) Hasil pembahasan diatas seperti Bil Bulat (a,b,...), Bil Genap
(2a,2b,...)
Bil Ganjil (2a+1, 2b+1, ...), jumlah Bil Ganjil ditambah Bil Ganjil
menghasilkan Bil Genap (2(a+b+1))
Dari beberapa contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa arti
dari postulat dan aksioma adalah pernyataan dasar dalam matematika
yang tidak dibuktikan kebenarannya karena kebenarannya tidak
disangsikan lagi.
Menurut Ruseffendi (2006 : 263) Dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, unsur – unsur yang didefinisikan, dan aksioma atau
postulat disusunlah teori atau dalil – dalil yang benar (dapat dibuktikan)
yang berlaku umum. Berikut ini beberapa contoh dalil atau teorema,
antara lain :
1) Jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga sama dengan 180 derajat.
2) Jumlah kuadrat sisi siku-siku pada sebuah segitiga siku-siku sama
dengan kuadrat sisi miringnya.
3) Pernyataan yang sudah dibahas dan dibuktikan diatas seperti
jumlah bilangan ganjil ditambah dengan bilangan ganjil hasilnya
adalah bilangan genap.
Hubungan antara unsur – unsur yang tidak didefinisikan, unsur –
unsur yang didefinisikan, aksioma, dan dalil dapat digambarkan sebagai
berikut:

MATEMATIKA 1 5
Gambar 1.1
Hubungan Antara Aksioma dan Dalil
Dalil – dalil yang dirumuskan itu banyak sekali. Jadi, matematika
itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tak didefinisikan, unsur-
unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma, dan dalil-dali, dimana
dalil-dalil itu setelah dibuktikan kebenarannya, berlaku secara umum.
Karena itu matematika sering disebut ilmu deduktif.
Mungkin ada yang bertanya, bukankah dalil-dalil, dan lain-lain
dalam matematika itu ditemukan secara induktif (coba-coba,
eksperimen, penelitian, dan lain-lain)? Memang ada benarnya, bahwa
para matematisi itu menyusun (menemukan) matematika atau
bagiannya itu secara induktif, tetapi begitu suatu pola, aturan, dalil-dalil
itu ditemukan maka dalil itu harus dapat dibuktikan kebenaranya secara
umum (deduktif).
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalil atau teorema adalah
pernyataan dasar dalam matematika yang kebenarannya harus
dibuktikan kembali dengan cara deduktif (umum ke khusus).
C. Definisi Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathematike
yang artinya mempelajari, Kata mathematike berhubungan pula dengan
kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang
artinya belajar (berpikir) dan mathematika juga berasal dari kata
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).

6 MATEMATIKA 1
Matematika telah banyak dikenal orang pada masa pra sejarah, karena
banyak ditemukan berbagai tulisan matematika diberbagai wilayah
yang merupakan sisa peninggalan zaman pra sejarah, diantaranya:
 Matematika Babilonia tahun 1900 SM
 Matematika Moskow di Mesir tahun 1850 SM
 Matematika Rhind si Mesir tahun 1650 SM
 Sulbha sutra / matematika India tahun 800 SM
Setelah menjelaskan tentang asal kata matematika dan sejarahnya
secara singkat, maka sekarang kita melanjutkan pembahasan dengan
sebuah pertanyaan. Apakah matematika itu?
Dalam buku – buku dasar matematika, sedikit sekali yang
membahas atau dapat menjawab pertanyaan ini secara jelas dan tuntas,
biasanya pertanyaan tersebut muncul pada saat perkuliahan atau
pembelajaran berlangsung dari mahasiswa yang ingin mengenal lebih
jauh tentang matematika.
Pertanyaan tersebut sederhana, tetapi sukar untuk memberikan
jawaban yang memuaskan. Marilah kita coba gambarkan apa sebenarnya
matematika itu.
Pada saat berbicara metematika, yang terbayang pertama kali
dalam pikiran kita selalu tentang bilangan, angka, simbol – simbol atau
perhitungan yang cukup rumit. Itu sebabnya mata pelajaran matematika
selalu dianggap mata pelajaran yang sulit dan tidak menarik, bahkan bagi
kebanyakan orang diakui atau tidak diakui mata pelajaran ini menjadi
salah satu mata pelajaran yang akan dihindari oleh mereka. Padahal
alangkah bagusnya opini – opini negatif tentang matematika dikalangan
pelajar (khusus para peserta didik dan mahasiswa) harus segera
dihilangakan.

MATEMATIKA 1 7
Sebetulnya matematika itu tidak sesulit dan serumit yang
dibayangkan, dalam matematika juga ada bagian – bagian atau bab – bab
yang mudah bahkan sangat mudah dan pelajaran tersebut sudah dipelajari
jauh – jauh hari yaitu pada saat bersekolah ditingkat MI.

Contoh opersi hitung dalam aritmetika:


MI (operasi hitung bilangan bulat) SMP, SMA, Kuliah (Aljabar)
 5+4=9 5a + 4a = 9a
 6–4=2 6c – 4c = 2c
 2 – 8 = -6 2x – 8x = -6x
 8 x 7 = 56 8a . 7a = 56a2 atau 8a . 7b = 56ab

4a
 8÷2=4 8a ÷ 2a = 4 atau 8a ÷ 2b =
b
Tujuan diperlihatkannya beberapa contoh – contoh diatas
maksudnya ialah bahwa pelajaran matematika antara satu dengan
lainnya itu saling berkait dan dalam pelajaran matematika pun ada
materi yang sangat mudah. Sehingga harapanya opini – opini negatif
yang sudah terbangun sejak dahulu mudah – mudahan perlahan hilang.
Padahal dari awal keberadaannya mata pelajaran matematika itu
timbul karena fikiran – fikiran manusia yang berhubungan dengan idea,
proses, dan penalaran. Matematika terdiri dari 4 wawasan yang luas
meliputi aritmetika (teori bilangan, statistika), aljabar, geometri
(bangun datar, trigonometri, bangun ruang), dan analisis (analyses).
Kembali lagi fokus terhadap pertanyaan diatas, yaitu apakah
matematika itu?

8 MATEMATIKA 1
Sejak dahulu hingga sekarang, definisi tunggal tentang
matematika masih belum disepakati bersama. Hal itu disebabkan
perbedaan pemikiran dan sudut pandang antara para ahli, tetapi tidak
menutup kemungkinan pasti akan banyak pemikiran yang sama
diantara mereka. Contoh kecil perbedaan sudut pandang antara para
ahli matematika, antara lain:
1) Ahli yang tertarik dengan bilangan, mendefinisikan matematika
adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya.
2) Ahli yang tertarik dengan struktur –struktur, mendefinisikan
matematika adalah pengetahuan tentang struktur – struktur yang
logis.
3) Ahli yang tertarik dengan statistika, mendefinisikan matematika
adalah pengetahuan tentang fakta – fakta kuantutatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk
Itu sebabnya matematika pasti memiliki banyak definisi, akan
tetapi hal tersebut tidak mengherankan karena matematika terdiri dari 4
wawasan yang luas. Jika kita membaca beberapa buku – buku dasar
tentang matematika, disana kita akan menemukan beberapa definisi
umum menurut pendapat para ahli diantaranya:
1) Matematika adalah ratunya ilmu (Mathematics is the Queen of the
Sciences), pernyataan tersebut bukan tanpa alasan hal itu
dikarenakan bahwa matematika tidak bergantung kepada bidang
studi lain;
2) Matematika adalah pelayan ilmu maksudnya matematika dapat
digunakan sebagai sarana pengembangan ilmu – ilmu yang lain
3) Matematika adalah ilmu deduktif maksudnya ilmu yang tidak
menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif)

MATEMATIKA 1 9
tetapi generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara
deduktif.
Ada beberapa ahli matematika yang mencoba menyusun
pendapatnya tentang pendefinisian matematika. diantaranya sebagai
berikut:
1) Ruseffendi (2006 : 263) yang menyatakan bahwa matematika
terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-
dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum,
karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
2) Kline (Titikusmawati : 6) Matematika itu bukan pengetahuan
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan
alam.
3) Saeful dkk (2008 : 1-5) Matematika tumbuh dan berkembang
karena proses berpikir, oleh karena itu logika merupakan dasar
untuk terbentuknya matematika. Logika adalah bayi matematika,
sebaliknya matematika adalah masa dewasa logika.
Dengan begitu banyak materi matematika dan begitu luas lahan
garapannya, bagaimana kita dapat menggambarkan matematika secara
sederhana. Walaupun demikian tidak ada salahnya setelah kita
membaca definisi – definisi matematika dari para ahli, maka kita
mencoba membuat kesimpulan sendiri tentang definisi matematika.
Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
idea, proses, dan penalaran serta terdiri dari 4 wawasan yang luas
meliputi aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis (analyses).

10 MATEMATIKA 1
D. Perbedaan Matematika dengan Ilmu Lainnya
Sebetulnya harus ditekankan dengan jelas dan lengkap, bahwa
pembuatan modul serta penjelasan sub materi ini tidak bermaksud
untuk mengangkat keilmuan matematika dan menjatuhkan keilmuan
yang lain, akan tetapai sub materi ini akan menjelaskan perbedaan
matematika dengan ilmu lainnya. Perbedaan matematika dengan ilmu
lainnya yang cukup jelas dapat dirasakan adalah sebagai berikut:
 Matematika adalah ratunya ilmu.
 Matematika adalah pelayan ilmu.
 Matematika adalah ilmu deduktif.
Dari ketiga pernyataan tersebut sudah dapat dinilai bahwa,
matematika ini sebagai suatu keilmuan yang tidak bergantung kepada
bidang studi lain, diperlukan oleh bidang studi lain dan jika suatu dalil
ingin dijadikan aksioma / postulat maka dalil tersebut tidak bisa dengan
mudahnya dijadikan dasar keilmuan matematika. Akan tetapi dalil
tersebut harus melalui beberapa tahap pembuktian secara deduktif yang
membutuhkan pemikiran ekstra lebih untuk memahaminya.
Matematika adalah ilmu pasti dan disusun dari kerangka dasar
pembuktian menggunakan logika. Contoh pernyataan tentang ilmu pasti,
misalnya “2 + 6 = ...” dari pernyataan tersebut hanya ada satu jawaban
yang pasti benar yaitu 8, jika dalam hal alternatif jawaban peserta didik
selain 8 maka jawabannya salah. Intinya dalam hal alternatif jawaban
matematika punya arah jawaban yang jelas (tidak ganda) yaitu hanya
benar atau salah.
. Beda halnya dengan keilmuan yang lain, jika ada pertanyaan “Di
sekolah, Budi dikenal sebagai pribadi yang selalu tersenyum kepada
orang lain, maka sifat budi???”. Dari pertanyaan tersebut ada beberapa

MATEMATIKA 1 11
alternatip jawaban yang bisa dikategorikan benar. Contohnya seperti (1)
Budi anak yang baik, (2) Budi anak yang santun, (3) Budi anak yang
soleh, (4) Budi anak yang disiplin, (5) Budi anak yang penyayang (6)
Budi anak yang ramah. Dari begitu banyaknya alternatif jawaban yang
dianggap benar, itu terlihat bahwa keilmuan yang lain mempunyai
alternatip jawaban yang cukup banyak. Sehingga bisa dibedakan atau
dirasakan dalam hal pencarian alternatif jawaban bahwa keilmuan bidang
matematika hanya memiliki dua jawaban (benar atau salah) dan keilmuan
diluar bidang matematika sangat banyak memiliki alternatif yang benar.
Ada pernyataan yang menyatakan bahwa manusia adalah mahluk
sosial, yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang
lain dalam hidupnya. maka sudah pasti ilmu yang dimilikinya pun akan
diaplikasikan dengan tujuan kehidupan sosial. Oleh karena itu ilmu
yang dimiliki oleh manusia, baik ilmu matematika maupun ilmu diluar
matematika akan saling menyempurnakan satu sama lain.
Pendapat itu sejalan dengan Kline (Titikusmawati : 6) yang
menyatakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan menyendiri
yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika
itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
E. Ciri Khas Matematika Sebagai Suatu Cara Manusia Berfikir
Menurut James dan James (Titikusmawati : 4), mengemukakan
bahwa Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan antara satu
dengan lainnya. Sedangkan menurut Ruseffendi (2006 : 261)
matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan. Pemikiran itu bukan
tanpa alasan, karena ilmu yang didapatkan dari matematika tanpa

12 MATEMATIKA 1
disadari dapat meningkatkan kemampuan berfikir logis, tepat dan jelas.
Sehingga dalam menyelesaikan suatu persoalan, pasti akan ada pola
perhitungan yang terlihat. Contoh penyelesaian soal dengan cara yang
sederhana.
Carilah 65 x 65 dan 75 x 75 tanpa mengerjakan perkalian secara
langsung. Dan bagaimana pula dengan 85 x 85 dan 95 x 95

Bimbingan dilakukan guru menggunakan kasus yang lebih sederhana:


15 x 15 = (10+5)(10+5) = 10.10+10.5+5 .10+5.5 = 10.10 + 10(5+5) + 25 = 10.20+25
25 x 25 = (20+5)(20+5) = 20.20+20.5+5 .20+5.5 = 20.20 + 20(5+5) + 25 = 20.30+25
35 x 35 = (30+5)(30+5) = 30.30+30.5+5 .30+5.5 = 30.30 + 30(5+5) + 25 = 30.(...)+25
45 x 45 = (40+5)(40+5) = 40.40+40.5+5 .40+5.5 = 40.40 + 40(5+5) + 25 = (...).50+25
55 x 55 = (50+5)(50+5) = 50.50+50.5+5 .50+5.5 = 50.50 + 50(5+5) + 25 = (...).(...)+25

Jika melihat pola dari perkalian diatas tanpa mempergunakan perkalian


langsung, maka:
65 x 65 = 60.70 + 25 = 4200 + 25 = 4.225
75 x 75 = 70.80 + 25 = 5600 + 25 = 5.625
85 x 85 = 80.90 + 25 = 7200 + 25 = 7.225
95 x 95 = 90.100 + 25 = 9000 + 25 = 9.025
Contoh lainnya yang memerlukan proses berpikir manusia yang
logis, tepat dan jelas dari sebuah persoalan tentang pola:
Tabel 1.4
Cara Menemukan Pola Dalam Opersi Perhitungan Bilangan Asli
Perhitungan Biasa Pola Hasil
1+2 (23):2 3
1+2+3 (34):2 6
1+2+3+4 (...5):2 10
1+2+3+4+5 (5...):2 15

MATEMATIKA 1 13
1+2+3+4+5+6 (......):2 21
... ... ...
1+2+3+4+5+6+... + 24 ? ?
Sebenarnya kita bisa menjawab persoalan paling bawah dengan
cepat, tanpa menggunakan kalkulator. Tetapi kita harus menggunakan
pola sebagai suatu cara manusia berfikir.
1+2+3+4+5+6+... + 24 = (bil paling akhir x (bil paling akhir+1)):2
= (24 x (24+1)) : 2
= (24 x 25) : 2 (ambil bilangan yang bisa dibagi 2)
= 12 x 25
= 300
Maka hasil dari
1+2+3+4+5+6+7+8+9+10+11+12+13+14+15+16+17+18+19+20+21+
22+23+24 = 300
F. Ciri Khas Matematika Dalam Menyelesaikan Persoalan Sehari
– Hari
Menurut Ruseffendi (2005 : 526) Matematika adalah bahasa
(bahasa internasional). Maksud bahasa disini adalah bahwa dengan
belajar matematika manusia dapat menyelesaikan soal – soal dan
berkomunikasi sehari – hari.
Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa matematika akan selalu
digunakan dikehidupan sehari – hari untuk berkomunikasi seperti
halnya bahasa. Bukti sederhana bahwa matematika dapat
menyelesaikan persoalan sehari – hari adalah berbelanja dan
berdagang. Contoh penyelesaian soal berbelanja dan berdagang yang
sederhana.

14 MATEMATIKA 1
Intan diminta oleh Ibunya untuk membeli 12 bungkus baso. Ternyata,
uang Intan kurang Rp6.000,- Akhirnya Intan hanya membeli 7 bungkus
dan mendapat kembalian Rp14.000,-. Berapakah harga 5 bungkus
baso?
Penyelesaian secara matematika:
 Jika kurang maka tandanya (–), dan jika lebih maka tandanya (+)
 Pernyataan 1 => beli 12 baso kurang 6.000 => (12 baso – Rp6.000)
 Pernyataan 2 => beli 7 baso kembalian 14.000 => (7 baso + Rp14.000)
Sehingga persoalan ini dapat diselesaikan dengan cara:
Pernyataan 1 = Pernyataan 2
12 baso – Rp6.000,- = 7 baso + Rp14.000,-
12 baso – 7 baso = Rp14.000,- + Rp6.000,-
5 baso = Rp20.000,-
Rp 20.000
baso =,-
5
baso = Rp4.000,-
 ditanyakan, berapa harga 5 bungkus baso
maka kita tinggal mengalikan harga satu baso dengan banyaknya
permintaan, sehingga didapat 5 x baso = 5 x Rp4.000,- = Rp20.000,-
maka uang yang harus diperlukan intan untuk memebeli baso adalah
Rp20.000,-
G. Menjelaskan Kegunaan Matematika
Menurut pendapat Saepul dkk diatas bahwa Matematika tumbuh
dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika
merupakan dasar untuk terbentuknya matematika.
Menurut Kline (Titikusmawati : 6) matematika itu bukan
pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri,

MATEMATIKA 1 15
tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Pernyataan tersebut sejalan dengan kegunaan matematika menurut
Ruseffendi (2005 : 527) bahwa matematika bisa digunakan untuk

16 MATEMATIKA 1
menunjukan fakta, menjelaskan, menyelesaikan persoalan, dan
matematika juga dapat digunakan sebagai alat perkiraan atau prediksi.
Masih menurut Ruseffendi (2005 : 527) yang menyatakan bahwa
matematika juga berguna dalam menunjang penggunaan alat – alat
yang berguna dalam kehidupan sehari – hari seperti kalkulator, HP,
Internet, komputer, dll. Berikut beberapa kegunaan matematika hasil
penyimpulan dari pendapat – pendapat diatas, diantaranya:
1) Matematika dapat dijadikan proses untuk berpikir logis.
2) Matematika dapat membantu manusia dalam menyelesaikan
masalah sosial, ekonomi, dan alam.
3) Matematika dapat dijadikan alat ukur (dengan cara memprediksi,
memperkiraan dll)
4) Matematika dapat menunjang dalam penggunaan alat – alat
elektronik
H. Mengkaji Bentuk – Bentuk Informasi
Matematika yang “diciptakan” oleh manusia terdahulu, memberi
ilham bagi pradigma pembelajaran yang bersifat konstruktivistik
sebagai bentuk implikasi sejarah matematika dalam pembelajaran. Para
peserta didik diperbolehkan menggunakan usahanya sendiri dalam
menyelesaikan masalah matematika. Bahkan, para peserta didik diberi
kebebasan dalam menggunakan bahasa dan lambangnya sendiri.
Pradigma semacam ini menjadi suatu kecenderungan dalam
pembelajaran matematika realistik dan konstruktivis. Perkembangan
individu (ontogeny) mungkin saja mengikuti cara yang sama dengan
perkembangan matematika itu sendiri (phylogeny).
Kita harus menyadari bahwa jurusan yang diambil adalah PGSD,
maka alangkah baiknya jika kita lebih memperdalam materi

MATEMATIKA 1 17
matematika yang akan diajarkan di MI. Tanpa kita sadari efek
domino yang akan diperoleh apabila mahasiswa PGSD dapat memahami
dan mendalami materi Matematika I, antara lain:
1) Akan meningkatkan mental siap mengajar, hal itu dikarenakan
materi yang dipelajari sudah dapat dikuasai dengan baik.
2) Akan memunculkan sikap percaya diri, hal itu dikarenakan mental
dalam mengajar sudah cukup bagus, sehingga sesulit apapun materi
pelajaran yang akan diajarkan maka akan terasa menjadi lebih
mudah dan lebih ringan.
3) Akan memunculkan pribadi yang siap tampil didepan umum,
perasaan itu ada dikarenakan dirinya mempunyai ilmu yang bisa
diamalkan.
Dari beberapa pernyataan betapa pentingnya memahami dan
mendalami materi matematiaka 1 ditambah materi yang diajarkan pada
jenjang MI (terutama kelas 1, 2, 3, 4) belum terlalu rumit, maka alangkah
tepatnya jika dalam sub materi ini kita akan membahas serta
memperdalam materi tentang operasi hitung pada sistem bilangan bulat.
Menurut Muhsetyo (2012 : 3.10) Untuk mengenalkan konsep
operasi hitung pada sistem bilangan bulat dapat dilakukan melalui tiga
tahap : (1) tahap pengenalan konsep secara konkret, (2) tahap pengenalan
konsep secara semi konkret / semi abstrak, (3) tahap pengenalan konsep
secara abstrak. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut:
a) Tahap Pengenalan Konsep Secara Konkret
Maksudnya dalam pengajarannya menggunakan alat peraga, berupa
bulatan – bulatan setengah lingkaran penuh. Alat ini biasanya terdiri dari
dua warna, satu warna biru (menandakan bilangan positif) dan warna
merah (menandakan bilangan negatif)

18 MATEMATIKA 1
Mewakili Bilangan Positif Mewakili Bilangan Negatif

Gambar 1.2
Alat Peraga Untuk Pengenalan Konsep Secara Konkret

Cara menggunakannya: Diketahui terdapat persoalan 2 + (-5) = ...


Untuk menjawab dan memperagakan bentuk operasi diatas, maka harus
mengacu pada prinsip bahwa jika warna biru dan warna merah
disatukan maka akan menjadi netral atau bernilai nol
1) Tempatkan 2 buah manik manik yang
Bertanda Positif kedalam papan peragaan.
Hal ini menunjukan bilangan positif 2

2) Tambahkan kedalam papan peragaan


tersebut manik manik yang bertanda
negatif sebanyak 5 buah yang
menunjukan bilangan kedua dari operasi
tersebut, yaitu negatif 5.
3) Lakukan pemetaan antara manik – manik
yang bertanda positif dengan yang
bertanda negatif dengan tujuan untuk

MATEMATIKA 1 19
mencari sebanyak banyaknya bilangan
yang bersifat netral (berniali nol).
4) Jika terdapat bilangan yang bersifat
netral maka bilangan tersebut harus keluar
dari kotak. Sehingga yang tersisa adalah
tiga tanda merah, itu artinya 2 + (-5) = -3
selanjutnya untuk memperlancar pemahaman anda terhadap
prinsip – prinsip kerja alat tersebut, khususnya terkait dengan operasi
hitung penjumlahan ada baiknya anda coba peragakan contoh – contoh
penjumlahan berikut :
1) (-2) + 6 = ...
2) 5–8 = ...
3) (-4) – (-5) = ...
4) 5 – (-8) = ...
5) (-4) – (-2) = ...
b) Tahap Pengenalan Konsep Secara Semi Konkret / Semi
Abstrak
Pada tahap ini, proses pengerjaan operasi hitung pada sistem
bilangan bulat diarahkan kepada bagaimana “menggunakan garis
bilangan”. Pada prinsipnya, cara kerja pada garis bilangan yaitu
ditekankan pada langkah sebagai berikut:
Cara menggunakannya:
 “maju” untuk bilangan positif
 “mundur” untuk bilangan negatif
 “searah” operasi jumlah, dan
 “berbalik arah” untuk operasi kurang.

20 MATEMATIKA 1
Contoh 1. 2 + (-5) = ...
 Dari sekala 0, maju 2 langkah searah tanda panah

 maju 2 langkah searah tanda panah, itu mewakili 2

 Ikan tersebut harus searah, itu mewakili +

 Mundur 5 langkah, itu mewakili -5

Sehingga terlihat bahwa ikan tersebut berada digaris bilangan


yang bernilai -3, itu artinya 2 + (-5) = -3

MATEMATIKA 1 21
Contoh 2. 2 – (-5) = ...
 Dari sekala 0, maju 2 langkah searah tanda panah

 maju 2 langkah searah tanda panah, itu mewakili 2

 Ikan tersebut harus berbalik arah, itu mewakili –

 Mundur 5 langkah, itu mewakili -5

Sehingga terlihat bahwa ikan tersebut berada digaris bilangan


yang bernilai 7, itu artinya 2 – (-5) = 7
c) Tahap Pengenalan Konsep Secara Abstrak
Menurut Muhsetyo (2012, 3.36) Penggunaan alat peraga ataupun
garis bilangan untuk melakukan operasi hitung bilangan bulat
mempunyai keterbatasan. Karena tidak dapat menjangkau bilangan –
bilangan yang cukup besar. Dengan demikian, kita harus dapat
menyampaikannya tanpa menggunakan alat bantu yang didahului oleh
proses abstraksi.
Setelah melalui proses abstraksi, diharapkan pada saat kita
mengenalkan konsep operasi hitungsecara abstrak kepada peserta didik

22 MATEMATIKA 1
tidak terlalu mengalami kendala. Dari segi mental siswa siap menerima
pelajaran dalam tahap pengenalan konsep yang abstrak. Oleh karena
itu, dalam uraian berikut akan kita pelajari strategi yang diperlukan
guna menyampaikan materi tersebut tanpa alat bantu.
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, maka kita
arahkan mereka untuk melihat atau memperhatikan kembali hasil-hasil
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada waktu mereka
menggunakan alat bantu. Misalnya, untuk operasi hitungnya
diperlihatkan seperti contoh – contoh berikut:
a. 2+5 =7
b. (-2) + 8 = 6
c. -2 – 8 = -10
d. 2 + (-5) = -3
e. 2 – (-5) =7
Kemudian informasikan kepada para peserta didik, bahwa dari
hasil penjumlahan bilangan – bilangan diatas ada beberapa hal – hal
menarik yang bisa disimpulkan untuk melakukan ketepatan hitungan,
yaitu:
1. Untuk poin a, c dan e, kedua bilangan tersebut mempunyai
tanda yang sama. tetapi perbedaannya untuk poin a dan e
kedua bilangan bernilai positif dan c kebalikannya, yaitu
bernilai negatif. Dalam hal ini yang harus digaris bawahi
adalah “jika kedua bilangan yang akan dijumlahkan
mempunyai tanda yang sama maka perhitungannnya seperti
di tambah, tetapi untuk tanda bilangan harus mengikuti kedua
bilangan tersebut”.

MATEMATIKA 1 23
2. Untuk poin b dan d, kedua bilangan tersebut tidak mempunyai
tanda yang sama. Dalam hal ini yang harus digaris bawahi
adalah “jika kedua bilangan yang akan dijumlahkan tidak
mempunyai tanda yang sama maka perhitungannnya seperti
di kurang (yang besar dikurangi yang kecil), tetapi untuk hasil
dari penjumlahan- nya harus mengikuti tanda bilangan yang
lebih besar”.

¿ => {tanda bilanganSeperti dijumlahkan


mengikuti kedua tanda yang sama

=> {
Seperti dikurangkan
¿
tanda bilangan mengikuti bilangan yang besar

Gambar 1.3
Aturan Untuk Operasi Hitung Bilangan Bulat Secara Abstrak

Setelah peserta didik diperkenalkan dengan konsep pengurangan


yang seolah – olah didapatkannya dari proses penemuan, maka didalam
proses pembelajaran selanjutnya baru kita dapat meningkatkan proses
berpikir peserta didik kita ke jenjang berpikir yang lebih tinggi lagi,
yaitu memasuki tahap pengerjaan soal – soal atau pengerjaan operasi
hitung tanpa menggunakan alat peraga.

I. Menganalisis Pihak – Pihak yang Memerlukan Matematika


Bermula dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa
matematika adalah ratu dan pelayan ilmu, dikuatkan oleh pendapat
Ruseffendi (2005 : 527) yang menyatakan bahwa matematika dapat

24 MATEMATIKA 1
membantu bidang studi lain, seperti ilmu pengethuan alam, arsitektur,
kedokteran, geografi, ekonomi, bisnis, pendidikan, menajemen dan
psikologi. Itu artinya bila menganalisis pihak – pihak yang memerlukan
matematika, maka dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Seorang guru IPA membutuhkan konsep hitungan untuk
keakuratan hitungan seperti jarak, kecepatan, dll.
2) Seorang arsitek membutuhkan aturan geometri untuk membuat
pondasi bangunan yang dianggap kokoh.
3) Seorang dokter membutuhkan keakuratan takaran untuk
memberikan dosis obat kepada pasiennya.
4) Seorang ahli geografi membutuhkan matematika untuk
menghitung luas daerah, sekala, jarak pada peta, memprediksi
cuaca dll
5) Seorang ahli bidang ekonomi dan bisnis membutuhkan
matematika untuk sebuah kejelasan bahwa keputusan yang telah
diambil dapat dikategorikan aman (tidak beresiko merugi).
6) Seorang pendidik membutuhkan matematika untuk menghapus
kebodohan dalam ilmu eksak.
7) Seorang ahli psikologi membutuhkan matematika untuk
keperluan penelitiannya, yang berhubungan dengan para
pasiennya.

MATEMATIKA 1 25
Rangkuman
Matematika sebagai ilmu hanya diterima jika berpola pikir
deduktif. Karena pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan
sebagai pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum
diterapkan dan diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. Sedangkan
Induktif digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dari contoh –
contoh yang kongkrit menuju abstrak (khusus ke umum).
Postulat dan aksioma adalah pernyataan dasar dalam matematika
yang tidak dibuktikan kebenarannya karena kebenarannya tidak
disangsikan lagi. dalil atau teorema adalah pernyataan dasar dalam
matematika yang kebenarannya harus dibuktikan kembali dengan cara
deduktif (umum ke khusus).
Apaah matematika itu? matematika adalah suatu ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran
serta terdiri dari 4 wawasan yang luas meliputi aritmetika, aljabar,
geometri, dan analisis (analyses).
Matematika adalah ratunya ilmu, matematika adalah pelayan
ilmu, matematika adalah ilmu deduktif. Dari ketiga pernyataan tersebut
sudah dapat dinilai bahwa, matematika ini sebagai suatu keilmuan yang
tidak bergantung kepada bidang studi lain, diperlukan oleh bidang studi
lain dan jika suatu dalil ingin dijadikan aksioma / postulat maka dalil
tersebut harus melalui beberapa tahap pembuktian secara deduktif yang
membutuhkan pemikiran ekstra lebih untuk memahaminya

26 MATEMATIKA 1
A. Latihan Soal
1. 2 = (21)
2+4 = (3x2)
2+4+6 = (...x3)
2+4+6+8 = (5x...)
Maka, hasil dari 2+4+6+...+24 = (... x ...)

2. Mia diminta oleh kakaknya untuk membeli 10 pensil. Ternyata,


uang Mia kurang Rp2.000,- Akhirnya Mia hanya membeli 8 pensil
dan mendapat kembalian Rp1.000,-. Berapakah harga empat pensil
?
3. Akar pangkat dua
a. √ 1.024
b. √ 2.304
4. Akar pangkat tiga
a. √ 12.167
b. √ 157.464
5. Perhatikan perhitungan dari pembagian berikut
a. Apakah perhitungan diatas benar atau
salah?
b. Jika benar, dimana letak kebenarannya?
dan jika salah, dimana letak
kesalahannya?
c. Jika menurut anda jawaban diatas benar
maka rubah kedalam pembagian bersusun
panjang/

MATEMATIKA 1 27
d. Jika menurut anda jawaban diatas salah,
maka buat penyelesaian soal yang
sekiranya pasti benar.

28 MATEMATIKA 1
BAB II
MATEMATIKA SEKOLAH
A. Pengertian Matematika Sekolah
Matematika sekolah yaitu unsur – unsur atau bagian – bagian dari
matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada
kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut
menunjukan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama,
karena memiliki perbedaan antar lain dalam hal (1) penyajian, (2) Pola
pikirnya, (3) keterbatasan semesta, dan (4) tingkat keabstrakannya. Dari
keempat hal tersebut akan di dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a) Penyajian Matematika Sekolah
Buku – buku matematika yang tidak untuk jenjang sekolah tentu
biasanya sudah langsung memuat definisi kemudian teorema atau
bahkan diawali dengan aksioma. Tidaklah demikian halnya dengan
buku – buku matematika sekolah, penyajian atau pengungkapan butir –
butir matematika yang akan disampaikan atau disesuaikan dengan
perkiraan perkembangan intelektual peserta didik. Jadi dalam hal
penyajiannya seringkali menyesuaikan dengan jenjang pendidikan yang
ditempuh dan disampaikan dengan realitas disekitar peserta didik,
berikut contoh penyajian matematika ditiap jenjangnnya, antara lain:
 Contoh Penyajian Matematika di RA / TK
Anak – anak TK dibawa ke tempat yang biasanya digunakan
untuk bermain “tangga”, “jungkat – jungkit” dan sebagainya. Pertama
kepada mereka yang bermain tangga naik – turun dapat ditanamkan
konsep matematika yaitu dengan pengertian “lebih tinggi” atau “lebih
rendah”. Untuk memunculkan konsep matematika tersebut maka

MATEMATIKA 1 29
pertanyaan yang diajukan seperti “siapa yang lebih tinggi?” atau “siapa
yang lebih rendah?”.
Kedua kepada mereka yang bermain jungkat – jungkit dapat
ditanamkan konsep matematika yaitu dengan pengertian “lebih berat”
atau “lebih ringan”. Untuk memunculkan konsep matematika tersebut
maka pertanyaan yang diajukan seperti “siapa yang lebih berat?” atau
“siapa yang lebih ringan?”. Kegiatan seperti ini tanpa sadar dapat
membekali mereka pengetahuan tentang konsep matematika yang kelak
akan bermanfaat di MI.
 Contoh Penyajian Matematika di MI / SD
Pengertian perkalian didahului dengan penjumlahan berulang dan
menggunakan peraga, kelereng misalnya. Dengan pengelompokan
kelereng menjadi 4 kelompok yang setiap kelompok berisi 3 kelereng.
Guru menjelaskan bahwa 4 x 3 adalah 12. Dengan mengubah cara
pengelompokan guru menunjukan bahwa 3 x 4 juga 12, sama hasilnya
tetapi beda makna perkaliannya. Selanjutnya setelah memahami makna
perkalian dengan baik barulah peserta didik diminta menghafalkan
perkalian – perkalian dasar. Ingat bahwa menghafal dalam matematika
tidaklah dilarang tetapi hendaknya dilakukan setelah memahami
konsepnya.
 Contoh Penyajian Matematika di MTs / SMP
Bentuk memahami sifat – sifat yang dimiliki suatu segi empat
tertentu, misalnya jajar genjang. Peserta didik diajak untuk melakukan
kegiatan “memutar” suatu segitiga dengan pusat putaran pertengahan
salah satu sisinya, sebesar 1800 seaarah jarum jam. Hal ini sesuai
dengan langkah “enaktif”nya J. Bruner, sebelum sampai pada langkah
ikonik san simbolik.

30 MATEMATIKA 1
B C B C = A’

A A = C’ B’

Gambar 2.1
Segitiga ABC dan Hasil “Perputaran 1800”
Dengan memutar tersebut peserta didik sudah melihat bahwa ada
sudut yang sama, ada diagonal yang berpotongan di tengah dan ada sisi
jajaran genjang yang sejajar dan sama panjang. Dari hasil aktivitas itu
ditemukan beberapa sifat penting yang dimiliki jajaran genjang
kemudian para peserta didik diminta mencoba membuat definisiyang
berbeda, karena sifat yang dipakai berbeda. Tetapi semua definisi itu
dapat benar, misalnya :
 Jajaran genjang adalah segiempat yang sepasang sisi
berhadapannya sama panjang (AB = AB)
 Jajajaran genjang adalah segiempat yang kedua pasang sisi
berhadapan sejajar (AB || A’B’ dan B’C’)
Masih ada kemungkinan definisi yang berbeda dengan definisi
diatas. Selanjutunya melalui kesepakatan, ditetapkan definisi yang akan
digunakan.
 Contoh Penyajian Matematika di MA / SMA

MATEMATIKA 1 31
Tentu dapat dipahami bahwa penyajian matematika di MA
berdeda dengan di MTs ataupun di MI. Hal ini didasarkan pada tahap
perkembangan intelektual pesert didik MA yang semestinya sudah
berada pada tahap operasi formal. Jadi tidak banyak butir matematika
ditingkat MA yang harus disajikan secara induktif, kecuali untuk kelas
berkemampuan lemah.
Misalnya Untuk menjelaskan probabilitas, dengan melempar
sebuah mata uang sebanyak 5 kali, mungkin diperlukan bantuan yang
agak kongkrit berupa diagram pohon. Jadi untuk pembelajaran dalam
materi peluang tersebut tidak dianjurkan langsung menggunakan
pengertian “semeseta”, “kejadian bebas”, “frekuensi dll
b) Pola Pikir Matematika Sekolah
Telah dikemukakan pada materi perbedaan konsep matematika
secara deduktif dan induktif. Pada materi tersebut dinyatakan bahwa
matematika sebagai ilmu hanya diterima jika berpola pikir deduktif.
Karena pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan sebagai
pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan
dan diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. Sifat atau teorema
yang ditemukan secara induktif harus dibuktikan kebenarannya dengan
langkah – langkah deduktif sesuai dengan strukturnya. Tidaklah
demikian halnya dalam matematika sekolah, kalaupun peserta didik
pada akhirnya tetap diharapkan mampu berpikir deduktif, namun dalam
proses pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif.
Pola pikir induktif yang digunakan sebagai bentuk penyesuaian
dengan tahap perkembangan intelektual para peserta didik. Jika definisi
jajar genjang telah diterapkan di MI untuk memperkenalkan konsep
suatu bangun datar, misalnya persegi maka guru dapat menunjukan

32 MATEMATIKA 1
berbagai bangun geometri atau gambar bangun datar kepada peserta
didik, kemudian menunjuk bangun yang berbentuk persegi dengan
mengatakan “ini namanya persegi”. Selanjutnya menunjuk bangun lain
yang bukan persegi dengan mengatakan “ini bukan persegi”.
Dengan demikian para peserta didik akan menagkap pengertian
persegi secara intuitif secara visual, sehingga mereka dapat
membedakan mana bangun yang berupa persegi dan mana yang bukan
persegi.
c) Keterbatasan Semesta
Sebagai akibat dipilihnya unsur atau elmen matematika untuk
matematika sekolah dengan memperhatikan aspek pendidikan, dapat
terjadi “penyederhanaan” dari konsep matematika yang kompleks.
Pengertian semesta pembicaraan tetap diperlukan, namun mungkin
lebih dipersempit. Selanjutnya semakin meningkat usia para peserta
didik, yang berarti meningkat juga tahap perkembangannya maka
semeseta itu berangsur akan diperluas lagi. Berikut contoh keterbatasan
semesta matematika, yaitu:
 Keterbatasan semesta matematika di tingkat MI
Dalam hal pembelajaran tentang bilangan, mulai dari kelas 1
peserta didik secara berturut – turut mulai diperkenalkan hanya
bilangan cacah yang tidak lebih dari 100 kemudian semakin meningkat.
Pada saat peserta didik hanya mengenal bilangan cacah yang tidak
lebih dari 100, tentu saja guru belum perlu memberikan soal yang
operasinya menghasilkan bilangan diluar 0 – 100. Jadi semakin tinggi
tingkatan dalam belajar, maka semesta pun akan semakin diperluas.
 Keterbatasan semesta metematika di tingkat MTs

MATEMATIKA 1 33
Dari mulai tingkat MI hingga MA hanya dikenal bilangan prima
yang positif. Ini berarti semesta untuk bilangan prima masih dibatasi.
Dalam hal segi banyak, segi empat misalnya, yang didalami terbatas
pada segiempat yang konveks, tidak memberi nama kepada segi empat
yang konkaf. Tenatang persamaan yang ruas kirinya berupa suku
banyak, hanya dibatasi pada suku banyak yang berderajat dua.
 Materi Satuan Pengukuran Untuk Menunjukan Keterbatasan
Semesta
Setelah diperhatikan dan diteliti bahwa dalam hal menjelaskan
satu pengukuran terhadap para peserta didik, sepintas terlihat sangat
mudah. Akan tetapi jika dilihat dari usia perkembangan kognitif
menurut J. Piaget bahwa peserta didik dalam usia 8-11 tahun untuk
kemampuan berfikir logis dan abstrak belum siap, itu artinya dalam hal
materi abstrak dan logis peserta didik akan mengalami kesulitan
walaupun ada beberapa yang sudah siap menerima materi tersebut.
Kesulitan yang kedua dilhat dari segi materi, bahwa dalam materi
satuan pengukuran ini memiliki cabang pengukuran diantaranya : (1)
satuan ukuran berat, (2) satuan ukuran panjang, (3) satuan ukuran luas,
(4) satuan ukuran volume yang terbagi kedalam dua pengukuran, (5)
satuan ukuran waktu, (6) satuan ukuran debit, dan (7) satuan ukuran
jumlah. Belum lagi dalam pengukuran – pengukuran tersebut masih
memiliki hubungan dengan ukuran satuan lain, seperti : ton, kuintal,
pon, kg, ons, inci, mil laut, mil darat, liter, cc, lusin, gros, rim, kodi,
jam, semesten, dasawarsa, abad, dll
Walaupun materi ini dianggap sulit dan materi ini memiliki
cabang materi yang cukup banyak serta hubungan satuan ukuran yang
satu dengan yang lain memiliki keterkaitan, akan tetapi kita sebagai

34 MATEMATIKA 1
guru jangan berkecil hati, masih ada secerca harapan dari kesemuanya
itu. Salah satu pendekatan yang pernah saya praktekan pada saat
mengajar di salah satu SDIT terkemuka di Garut adalah dengan
membuat kalimat dari satuan ukuran tersebut “nama lain” seolah – olah
materi ini seperti permainan yang mudah.
Misalnya:

Sebelum masuk kepada materi satuan ukuran panjang, hal yang


pertama dilakukan adalah membuat pelsetan atau membuat seolah
tangga ukur ini seperti permainan. Saya ambil contoh:
“KucinG, HitaM, DalAM, Mobil, Desi, Centil, Mondar Mandir”
KucinG mewakili KG, Km, Kl, dll
HitaM mewakili Hg, Hm, Hl, dll
DalAM mewakili Dag, Dam, Dal, dll
Mobil mewakili g, m, l, dll
Desi mewakili Dg, Dm, Dl, dll
Centil mewakili Cg, Cm, Cl, dll
Mondar Mandir mewakili mg, mm, ml
Apabila diperhatikan secara sepintas, kalimat diatas tidak ada
unsur matematikannya. Sehingga pada saat pembelajaran ini
berlangsung para peserta didik sudah merubah mainset bahwa
matematika khususnya materi satuan pengukuran itu mudah. Jika

MATEMATIKA 1 35
suasana belajar tersebut sudah terbangun sesuai dengan yang
direncanakan, maka sesulit apapun materinya pasti mereka akan meresa
mudah. Hal itu di karenakan kita sebagai guru sudah tepat dalam
mengguakan sebuah pendekatan pembelajaran matematika.
d) Tingkat Keabstrakan Matematika Sekolah
Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa objek
matematika adalah abstrak. Sifat abstrak objek matematika tersebut
tetap ada pada matematika sekolah. Hal itu merupakan salah satu
penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan matematika sekolah.
Seorang guru matematika harus berusaha untuk mengurangi sifat
abstrak dari objek matematika itu sehingga memudahkan peserta didik
menangkap pelajaran matematika di sekolah. Dengan demikian,
seorang guru matematika harus mengusahakan agar “fakta”, “konsep”,
“operasi” atau “prinsip” dalam matematika itu terlihat kongkret sesuai
dengan perkembangan penalaran masing – masing peserta didiknya.

MA ABSTRAK
MTs
MI
RA KONKRET

Gambar 2.2
Porporsi Keabstrakan Matematika di Tiap Jenjang

Dari gambar 2.2 terlihat bahwa proporsi keabstrakan matematika


pada setiap jenjangnya adalah sebagai berikut:

36 MATEMATIKA 1
(1) RA persentasenya 12%
(2) MI persentasenya 38%
(3) MTs persentasenya 62 %
(4) MA persentasenya 88%
B. Urgensi Matematika Sekolah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam kehidupan, maju atau mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh
mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi
dapat mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Kemendikbud (2013:1) memandang bahwa kurikulum 2013 ini dapat
mencetak SDM berkualitas dengan salah satu alasannya adalah sebagai
berikut:
Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64
tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak
berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya
pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia
produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal


melainkan bersifat formal, meliputi proses belajar mengajar yang
melibatkan guru dan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan
peserta didik dapat dilihat dari instrumen prestasi belajarnya,

MATEMATIKA 1 37
Sedangkan keberhasilan atau prestasi belajar dipengaruhi oleh proses
belajar dari masing – masing individu. Jika dalam proses belajar bagus
maka hasilnya akan maksimal akan tetapi jika dalam proses belajar
cenderung kurang maka hasilnya tidak akan maksimal.
Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan peserta didik
khususnya pada mata pelajaran Matematika disetiap jenjang pendidikan
di Indonesia adalah faktor kompetensi guru. Tapi hal ini tidak menjadi
patokan utama, karena masih ada faktor lain yang menjadi penyebab
hal tersebut.
Untuk meminimalisir serta meningkatkan kompetensi dari para
calon guru MI, maka materi dari mata pelajaran matematika menurut
PERMENPENNAS no 22 thn 2006, yang dianggap cukup urgen dan
harus dikuasai oleh semua mahasiswa PGSD sebagai bekal mengajar
antara lain:
1. Logika matematika
2. Himpunan
3. Relasi Antar Himpunan
4. Operasi Pada Himpunan
5. Persamaan dan pertidaksamaan
6. Persamaan kuadrat
7. Relasi dan fungsi
8. Fungsi linear
C. Karakteristik Matematika Sekolah
Pada materi sebelumnya telah dibahas sejarah perkembangan
matematika dan definisi tentang matematika yang menginformasikan
bahwa pengertian matematika itu berbeda – beda antara
matematikawan yang satu dengan lainnya. Pada materi ini kita akan

38 MATEMATIKA 1
membahas lebih rinci tentang karakteristik matematika yang terdiri
atas: (a) matematika memiliki obyek kajian yang abstrak, (b) bertumpu
pada kesepakatan, (c) berpola pikir deduktif, (d) memiliki simbol yang
kosong dan arti, (e) memperhatikan semesta pembicaraan, dan (f)
konsisten dalam sistemnya. Berikut ini dikemukakan uraian masing –
masing karakteristik tersebut dengan contohnya, antara lain:
a) Matematika Memiliki Obyek Kajian yang Abstrak
Objek dasar yang dipelajari matematika merupakan sesuatu yang
abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan
objek pikiran. Objek dasar itu meliputi : (1) Fakta, (2) Konsep, (3)
Prinsip, dan (4) Operasi. Dari objek dasar itulah dapat disusun pola
dan struktur matematik. Adapun objek dasar tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Fakta
Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol
tertentu. Beberapa contoh fakta sebagai berikut.
 Simbol “3” secara umum sudah dipahami sebagai bilangan “tiga”.
Jika disajikan angka “3” orang dengan sendirinya akan terbayang
pikiran bilangan “tiga”.
 “3+4” yang dipahami “tiga tambah empat”.
 “3x5 = 5+5+5 = 15”.
 Dalam geometri juga terdapat simbol-simbol tertentu yang
merupakan konvensi, misalnya “ ∕∕ ” yang bermakna “sejajar”
 Dalam aljabar dikenal (a,b) sebagian pasangan berurutan.
 “ 2 < 3” yang dipahami “dua lebih kecil dari tiga”.

MATEMATIKA 1 39
Cara mempelajari fakta bisa dengan cara hafalan, drill (latihan
terus menerus), demonstrasi tertulis, dan lain-lain. Namun perlu
dicamkan bahwa mengingat fakta adalah penting tetapi jauh lebih
penting memahami konsep yang diwakilinya.

2) Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Apakah
objek tertentu merupakan contoh konsep ataukah bukan. Contoh
tentang konsep sebagai berikut.
 “Bilangan asli” adalah nama suatu konsep yang lebih kompleks.
Dikatakan lebih kompleks karena bilangan asli terdiri atas banyak
konsep sederhana, yaitu bilangan “satu”, “dua”, “tiga” dan
seterusnya.
 Dalam matematika terdapat konsep yang amat penting yaitu
“fungsi”, ”variabel”, dan ”konstanta”.
 “Segitiga” adalah suatu konsep. dengan konsep itu kita dapat
membedakan mana yang merupakan contoh segitiga dan mana
yang bukan segitiga.
 “Bilangan prima” merupakan konsep, karena dengan konsep itu,
kita dapat membedakan mana yang merupakan bilangan prima
dan mana yang bukan bilangan prima.
Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah
ungkapan yang membatasi suatu konsep. dengan adanya definisi, orang
dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang
didefinisikan.
Contoh:

40 MATEMATIKA 1
Konsep trapesiummisalnya bila dikemukakan dalam definisi
seperti berikut:
a. “Trapesium adalah segiempat yang memiliiki tepat sepasang sisi
sejajar”.
b. “Trapesium adalah segiempat yang terjadi apabila sebuah segitiga
dipotong oleh sebuah garis yang sejajar salah satu sisinya”
Kedua definisi yaitu (a) dan (b) memiliki ungkapan berbeda,
tetapi mempunyai jangkauan yang sama. Artinya, makna yang
tertangkap dari ungkapan definisi (a) dan (b) sama. Ada tiga macam
definisi yang dikenal, yaitu:
a) Definisi analitik, yaitu definisi yang di dalamnya menyebutkan
genus praksimum (keluarga terdekat) dan diferensia spesefika
(pembeda khusus).
Contoh :
Belah ketupat adalah jajar genjang yang . . .
Belah ketuat adalah segiempat yang . . .
b) Definisi genetik, yaitu definisi yang menyebutkan bagaimana
konsep itu terbentuk atau terjadi.
Contoh :
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang terjadi bila suatu persegi
panjang dipotong menurut salah satu garis diagonalnya.
c) Definisi dengan rumus, yaitu definisi yang dinyatakan dengan
menggunakan kalimat matematika.
Contoh :
Dalam ilmu bilangan (aritmatika) : a-b = a + (-b)
3) Prinsip

MATEMATIKA 1 41
Prinsip adalah objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat
terdiri dari atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh
suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan
bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar
matematika. Prinsip dapat berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat”, dan
sebagainya.
Contoh :
a. Sifat distributif dalam aritmatika;
b. Teorema phytagoras
4) Operasi
Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung pengerjaan aljabar, dan
pengerjaan matematika yang lain.
Contoh :
1. Penjumlahan
2. Pengurangan
3. Perkalian
4. Pembagian
5. Lebih besar
6. Lebih kecil
7. Gabungan
8. Irisan
9. Konjungsi
10. Disjungsi
b) Bertumpu Pada Kesepakatan
Sepertinya halnya dalam kehidupan keseharian kita, termasuk
kehidupan berbangsa dan bernegara, terdapat banyak kesepakatan yang
mengikat semua anggota masyarakat. Dalam matematika kesepakatan

42 MATEMATIKA 1
merupakan tumpuan yang amat penting. Sebagai contoh adalah
lambang bilangan yang digunakan sekarang. 1,2,3 dan seterusnya
merupakan contoh sebuah kesepakatan dalam matematika. Tanpa
disadari oleh peserta didik, mereka dipaksa menerima kesepakatan itu
ketika mulai mempelajari tentang angka atau bilangan. Termasuk pula
penggunaan kata “satu” untuk lambang “1” atau “sama dengan” untuk
“=” juga merupakan suatu kesepakatan.
Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep
primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar
dalam pembuktian, sedangkan konsep primitif diperlukan untuk
menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian. Aksioma disebut
juga sebagai postulat (sekarang) atau pernyataan pangkal (pernyataan
yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan). Konsep primitif yang juga
disebut sebagai undefined term ataupun pengertian pangkal yaitu unsur
yang tidak perlu didefinisikan. Beberapa aksioma dapat membentuk
suatu sistem aksioma, yang selanjutya dapat menurunkan menurunkan
berbagai teorema. Contoh dalam geometri dikenal aksioma “melalui
dua buah titik dapat dibuat tepat satu garis”. Dari pernyataan tersebut
langsung tergambar nilai kebenarannya yakni, “benar” sehingga tidak
perlu dibuktikan. Demikian juga, “titik” dan “garis” merupakan konsep
primitif sehingga tidak perlu didefinisikan.
c) Berpola Pikir Deduktif
Telah dikemukakan pada materi perbedaan konsep matematika
secara deduktif dan induktif. Pada materi tersebut dinyatakan bahwa
matematika sebagai ilmu hanya diterima jika berpola pikir deduktif.
Karena pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan sebagai
pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan

MATEMATIKA 1 43
dan diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. Khusus pada materi
ini saya tidak membahasnya secara mendalam, karena sudah dibahas
dengan jelas dimateri sebelumnnya.
d) Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti
Dalam matematika terlihat dengan jelas banyak simbol yang
digunakan, baik simbol yang berupa huruf ataupun bukan huruf.
Rangkaian simbol dalam matematika dapat membentuk model
matematika. Model matematika dapat berupa persamaan,
pertidaksamaan, bangun geometri, dan sebagainya.
Contoh simbol yang kosong dari arti adalah huruf-huruf yang
dipergunakan dalam model persamaan x + y = z belum tentu bermakna
atau berarti bilangan. Demikian juga tanda + belum tentu berarti
operasi tambah untuk dua bilangan. Makna “huruf” dan “tanda” itu
tergantung dari masalah yang mengakibatkan terbentuknya model itu.
Jadi secara umum huruf dan tanda dalam model x + y = z masih kosong
dari arti, terserah kepada yang akan memanfaatkan model – model
matematika itu. Kekosongan arti tersebut justru memungkinkan
“intervensi” matematika ke dalam berbagai pengetahuan selain
matematika, seperti ekonomi, teknik bahkan ilmu bahasa
Secara umum, model/simbol matematika sesungguhnya kosong
dari arti. Simbol akan bermakna bila kita mengaitkannya dengan
konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang membedakan simbol
matematika dengan simbol bukan matematika. Kekosongan arti dari
model-model matematika merupakan “kekuatan” matematika yang
dengan sifat tersebut ia bisa masuk pada berbagai macam bidang
kehidupan yaitu dari masalah teknis, ekonomi, hingga ke bidang
psikologi.

44 MATEMATIKA 1
e) Memperhatikan Semesta Pembicaraan
Sehubungan dengan pernyataan tentang kekosongan arti simbol
dan tanda dalam matematika di atas, ditunjukkan dengan jelas bahwa
dalam penggunaan matematika diperlukan kejelasan lingkup model itu
dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol
itu diartikan suatu bilangan. Bila lingkup pembicaraanya transformasi,
simbol-simbol itu diartikan suatu transformasi. Benar atau salahnya
ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat
ditentukan oleh semesta pembicaraanya. Berikut ini beberapa contoh
sederhana
Dalam semesta pembicaraan bilangan bulat, terdapat model 2x = 5.
Adakah penyelesaiannya?
Kalau diselesaikan seperti biasa, tanpa menghiraukan semestanya akan
diperoleh hasil x = 2,5. Akan tetapi, kalau sudah ditentukan bahwa
semestanya bilangan bulat, maka jawab x = 2,5 adalah salah atau bukan
jawaban yang dikehendaki. Jadi, jawaban yang sesuai dengan
semestanya adalah “tidak ada jawaban” atau sering disebut “himpunan
kosong”.
f) Konsisten Dalam Sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang
mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat
dipandang terlepas satu sama lain. misalnya, dikenal sistem-sistem
aljabar, sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan sistem geometri
tersebut dapat dipandang terlepas satu sama lain, tetapi di dalam sistem
aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil” yang terkait
satu sama lain.

MATEMATIKA 1 45
Dalam aljabar terdapat sistem aksioma dari group, sistem
aksioma dari ring, sistem aksioma dari field dan sebagainya. Tiap-tiap
sistem aksioma itu memiliki keterkaitan tertentu. Demikian juga dalam
sistem geometri terdapat geometri netral, geometri Euclides, geometri
non-Euclides. Akan tetapi, antara sistem yang satu dengan sistem yang
lain tidak mustahil terdapat pernyataan yang intensinya saling
kontradiksi. Sebagai contoh, perhatikan dalam sistem geometri
Euclides dan sistem geometri non-Euclides, di jumpai dua pertanyaan
yang kontradiktif.
Geometri Euclides memiliki teorema yang berbunyi “jumlah
besar sudut-sudut sebuah segitiga sama dengan seratus delapan puluh
derajat”(*). Geometri non-Euclides mimiliki teorema “jumlah besar
sudut-sudut sebuah segitiga lebih (besar) dari atau sama dengan seratus
delapan puluh derajat”(**). Keduanya bernilai benar dalam masing-
masing sistem dan strukturnya. Ini berarti kalau (*) dimasukkan dalam
sistem geometri non-Euclides akan menimbulkan kontradiksi,
begitupun sebaliknya. Hal-hal semacam itulah itulah yang tidak
dibenarkan terdapat dalam matematika.
D. Fungsi Matematika Sekolah
a) Fungsi Matematika Sekolah
Menurut Ruseffendi (2005 : 526) alasan utama matematika
diajarkan disekolah adalah karena kegunaannya untuk berkomunikasi
diantara manusia itu sendiri. Kata komunikasi identik dengan bahasa,
sehingga dapat dikatakan juga matematika adalah bahasa; bahasa
internasional.

46 MATEMATIKA 1
1) Dengan belajar matematika manusia dapat menyelesaikan soal –
soal dan berkomunikasi sehari – hari, seperti berbelanja dan
berdagang.
2) Matematika diajarkan disekolah dapat membantu bidang studi
lain, seperti IPA, arsitektur, kedokteran, geografi, ekonomi,
bisnis, pendidikan, manajemen, dan psikologi.
3) Belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir
logis, tepat, dan pemahana ruang. Kemampuan demikian itu
antara lain ditingkatkan oleh belajar geometri Euclid.
4) Matematika, selain dapat dipergunakan untuk menunjukan fakta,
menjelaskan, menyelesaikan persoalan, juga dapat dipergunakan
sebagai alat ramal / perkiraan, seperti peramalan cuaca, perkiraan
pertambahan penduduk, perkiraan keberhasilan belajar, perkiraan
angka pengagguran, dll.
5) Matematika berguna dalam menunjang penggunaan alat – alat
yang berguna dalam kehidupan sehari – hari seperti kalkulator,
HP, Internet, komputer, dll

Akan tetapi fungsi lain dari matematika sekolah menurut


PERMENPENNAS no 22 thn 2006 terhadap materi pembelajaran
adalah:
1) Untuk mempermudah memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep
2) Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
3) Untuk mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram atau media lain

MATEMATIKA 1 47
Setelah mengetahui fungsi matematika sekolah, maka sekarang
masuk pada tahap selanjutnya yaitu pendalaman materi Matematika 1.
Tujuannya adalah supaya para mahasiswa PGSD dapat menguasai
materi yang nantinya akan bermanfaat dikemudian hari, maka dalam
kesempatan kali ini saya akan dijelaskan tentang logika matematika:
b) Logika Matematika
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karana
mempunyai bahasa dan kemampuan menalar. Ketika seseorang akan
membuktikan / memutuskan situasi yang dihadapi maka ia harus
menggunakan LOGIKA.
Allah berfirman “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa
Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya
menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu
menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal”. (Q.S. Az-Zumar 21)
Maksud dari pernyataan diatas dan diperkuat oleh sepenggal ayat
dalam al-qur’an yaitu bahwa yang membedakan manusia dengan
mahluk lainnya adalah akal (logika) dan yang membedakan manusia
baik dan jahat dibedakan oleh prilakunya (akan tetapi prilaku pasti
dikendalikan akalnya). Oleh karena itu kita sebagai masyarakat
berpendidikan, harus memberikan contoh yang baik yaitu dengan
menggunakan akal yang diperlihatkan dengan prilaku yang menyuruh
dan mengerjakan kepada hal – hal baik.

48 MATEMATIKA 1
Logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk
meneliti ketepatan penalaran. Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran
yang masuk akal. Untuk menyampaikan pemikiran tersebut seseorang
menggunakan kalimat. Banyak bentuk kalimat dalam kehidupan sehari
– hari. Namun dalam matematika hanya akan dipelajari kalimat yang
mempunyai arti saja, yaitu pernyataan, kalimat terbuka, dan bukan
pernyataan.
1) Pernyataan (Proposisi) dan Negasi
Untuk menyampaikan gagasan atau ide, seseorang biasanya
selalu mengunakan kalimat. Banyak kalimat yang ada, tetapi untuk
menyampaikan sesuatu ide seseorang biasanya menggunakan kalimat
pernyataan atau proposisi. Pernyataan digunakan karenapernyataan
mempunyai satu nilai kebenaran saja, bisa salah atau benar saja,
sehingga tidak membuat bingung orang yang membaca atau mendengar
ide tersebut:
a. 2 – 4 = 10 d. Saya seorang
mahasiswa
b. Hati – hati dalam berkendara e. Semoga kalian
bahagia
c. 2a + 7 = 13
Manakah kalimat diatas yang merupakan pernyataan?
Kalimat diatas yang merupakan pernyataan adalah kalimat a dan
d, hal itu dikarenakan a dan d mempunyai nilai kebenaran yang jelas.
Tetapi apabila ditanya nilai dari pernyataan, maka kalimat a bernilai
salah karena 2 – 6 bukan 10 tetapi -4, beda halnya dengan nilai
kebenaran dari pernyataan d yang mempunyai nilai pernyataan yang
benar.

MATEMATIKA 1 49
Jadi dapat disimpulkan bahwa pernyataan (proposisi) adalah
kalimat deklaratif yang bernilai benar saja atau salah saja, tetapi tidak
sekaligus benar salah.
Dari suatu pernyataan bisa dibuat suatu pernyataan yang
mengingkari pernyataan tersebut. Pernyataan yang mengingkari suatu
pernyataan yang bernilai benar adalah pernyataan yang bernilai salah
dan sebaliknya apabila pernyataan yang mengingkari suatu pernyataan
yang bernilai salah adalah pernyataan yang bernilai benar. Kedua
pernyataan ingkaran tersebut dalam ilmu logika sering disebut negasi.
Sebagai contoh, apabila a dan d adalah sebuah pernyataan, maka kedua
kalimat tersebut pasti dapat durubah kedalam bentuk negasinya. Contoh
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Perubahan Kalimat dari Pernyataan Menjadi Negasi

Kalimat Pernyataan (p) Negasi (~p)


2 – 4 = 10 2 – 4 ≠ 10
a
Benilai salah (S) Benilai benar (B)
Saya bukan seorang
Saya seorang mahasiswa
d mahasiswa
Bernilai benarn (B)
Bernilai salah (S)

Negasi dari suatu pernyataan p adalah pernyataan yang


dinotasikan ~p dan bernilai benar jika pernyataan p bernilai p bernilai
salah, dan bernilai salah jika pernyataan p bernilai benar. Nilai

50 MATEMATIKA 1
kebenaran dari suatu pernyataan dan nebasinya dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Nilai Kebenaran dari Pernyataan

Coba perhatikan kalimat c, kalimat tersebut dinamakan kalimat


terbuka karena kalimat tersebut memuat suatu simbol atau variabel
(seperti a, b, c, ..., z) yang jika diganti dengan suatu angka tertentu
mengakibatkan kalimat tersebut menjadi suatu pernyataan (bernilai
benar saja atau salah saja). Jika kalimat (2a + 7 = 13) untuk a diganti
dengan angka 3 maka kalimat tersebut menjadi benar, akan tetapi jika
diganti dengan selain angka 3 maka kalimat tersebut dipastikan salah.
Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat variabel dan
menjadi pernyataan jika variabel tersebut diganti dengan anggota dalam
himpunan semestanya. Apabila melihat pengertian dari pernyataan
(proposisi) maka kalimat terbuka itu tidak bisa dikategorikan dalam
pernyataan, karena sebuah pernyataan harus mempunyai satu nilai
kebenaran yaitu benar saja atau salah saja. Hal tersebut berbeda dengan
kalimat terbuka, yang mempunyai dua nilai kebenaran (bisa bernilai
benar dan salah) secara bersamaan.
E. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah
a) Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah

MATEMATIKA 1 51
Tujuan pembelajaran matematika sekolah adalah agar para
peserta didik dapat memiliki kompetensi penguasaan konsep dasar
matematika. berbicara penguasaan konsep dasar matematika itu tidak
mudah, karena harus melalui perjuangan yang lebih untuk
menguasainnya.
Oleh karena itu salah satu jalan untuk menguasai kompetensi
dasar tersebut adalah dengan mengimplementasikan pendekatan
pemecahan masah. Lalu pertanyaan muncul, kenapa harus pemecahan
masalah? Hal tersebut dikarenakan lemahnya daya pemecahan atau
daya keingin tahuan yang lebih dari para peserta didik di MI. Keadaan
seperti itu terjadi karena kebanyakan dari peserta didik selalu
menunggu dan mengikuti langkah – langkah pengerjaan yang
diperintahkan oleh gurunya.
Apabila keadaan tersebut dibiarkan, maka yang saya takutkan
untuk peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih serta minat
terhadap matematika tidak akan bisa berkembang secara maksimal.
Sebetulnya keadaan tersebut tidak salah, tetapi apabila kita
menginginkan kemampuan pemecahan masalah dari para peserta didik
kita meningkat, maka biarkan mereka mencari dan membangun sendiri
ilmu yang sedang dibangunnya. Tugas guru hanya mengawasi, takut –
takut ada yang salah dalam proses pengerjaannya atau dalam
penafsirannya, jika hal itu kita lakukan secara continue maka tanpa kita
sadari sudah menjalankan sebuah model matematika dalam matematika
secara cooperative melalui pendekatan konstruktivis dengan metode
pemecahan masalah.

52 MATEMATIKA 1
Berikut berapa alasan mengapa metode pemecahan masalah dapat
mempermudah para peserta didik dalam menguasai konsep dasar
matematika, diantaranya:
1. Soal yang disajikan sesuai dengan situasi (contextual problem)
peserta didik.
2. Mereka pasti dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
3. Dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran.
4. Adanya pembahasan mengenai bagaimana matematika banyak
diterapkan sebagai perluasan pengetahuan peserta didik
b) Logika Matematika
2) Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk terdiri atas satu atau lebih pernyataan
sederhana (tunggal) yang dihubungkan dengan kata hubung kalimat
(connective) tertentu. Dalam bahasa indonesia, kita sering
menggunakan kata-kata “tidak”, “dan”, “atau”, “jika” ... “maka”,” jika
dan hanya jika”, dan lain-lain.
Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang memuat satu atau
lebih pernyataan-pernyataan sederhana. Contoh soal pernyataan
majemuk :
P: Toni makan nasi
Q: Toni minum susu
Jika dua kalimat tersebut dihubungkan dengan kata hubung “dan”
akan menjadi kalimat majemuk , “Toni makan nasi dan minum susu”.
Dalam logika matematika, terdapat empat jenis kalimat majemuk,
yaitu:
 Kalimat majemuk bentuk Konjungsi,
 Kalimat majemuk bentuk disjungsi,

MATEMATIKA 1 53
 Kalimat majemuk bentuk implikasi, dan
 Kalimat majemuk bentuk biimplikasi.
Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan dari keempat jenis kalimat
majemuk tersebut, maka akan di uraikan sebagai berikut:
a. Pernyataan Majemuk Bentuk Konjungsi
Pernyataan yang dimaksud merupakan pernyataan majemuk yang
disebut konjungsi. Kata penghubung “dan” dinotasikan dengan simbol
“^”. Konjungsi dari dua pernyataan p dan q ditulis p^q dibaca p dan q.
Pernyataan p^q disebut sebagai pernyataan konjungtif.
Maka pernyataan konjungsi p dan q adalah pernyataan gabungan
antara p dan q dengan kata hubung “dan” dan dinotasikan p^q. Contoh
soal pernyataan majemuk konjungsi :
1. p : bunga mawar berwrna indah
q : bunga mawar berbau harum
Maka p^q : bunga mawar berwarna indah dan berbau harum (B)
2. P : 2 + 3 < 6 (B)
Q : segitiga sama kaki adalah sama sisi (S)
Maka p^q : 2 + 3 < 6 dan segitiga sama kaki adalah sama sisi (S)

Berikut adalah nilai kebenaran dari pernyataan majemuk


konjungsi, yaitu:
Tabel 2.3
Nilai Kebenaran dari Pernyataan Majemuk Konjungsi

54 MATEMATIKA 1
Apabila melihat nilai kebenaran dari pernyataan majemuk
konjungsi, maka pernyataan yang bernilai benar ketika pernyataan p
dan q keduanya bernilai benar, dan bernilai salah untuk yang lainnya.
Contoh lain,
Tentukan nilai kebenaran pernyataan konjungsi berikut dan tentukan
negasinya :
1. Semua manusia akan mati dan tidak tahu kapan dia mati
2. 3 bilangan genap dan 2+3 = 5
Jawab :
1. Nilai pernyataan konjungsi bernilai benar
Negasinya : tidak benar semua manusia akan mati dan tidak tahu
kapan dia mati.
2. Nilai pernyataan konjungsi bernilai salah
Negasinya : tidak benar 3 bilangan genap dan 2+3 = 5.

b. Pernyataan majemuk bentuk Disjungsi


Perhatikan pernyataan berikut, “Nasri mahasiswa yang cemerlang
atau seorang atlit yang berprestasi” tafsiran pernyataan tersebut yang
mungkin :
1. Nasri mahasiswa yang cemerlang atau seorang atlet yang
berprestasi, mungkin kedua-duanya, atau

MATEMATIKA 1 55
2. Nasri mahasiswa yang cemerlang atau seorang atlet yang
berprestasi, tetapi tidak kedua-duanya.
Tafsiran pertama adalah contoh disjungsi Inklusif dan tafsiran
kedua adalah contoh disjungsi ekslusif. Pernyataan majemuk disjungsi
inklusif p dan q adalah pernyataan gabungan p dan q dengan kata
hubung “atau” dan dinotasikan p v q.
Nilai Kebenaran Pernyataan Disjungsi Inklusi
Pernyataan “p atau q” dinotasikan p ^ q merupakan pernyataan
yang bernilai salah ketika pernyataan p dan q keduannya bernilai salah,
dan bernilai benar untuk yang lainnya.
Contoh pernyataan disjungsi inklusi adalah:
Diketahui :
p : 2 + 3 < 6 (B)
q : segitiga sama kaki adalah sama sisi (S)
Maka p ^ q : 2 +3 < 6 atau segitiga sama kaki adalah sama sisi (B)

Nilai kebenaran pernyataan disjungsi inklusif adalah sebagai berikut:


Tabel 2.4
Nilai Kebenaran dari Pernyataan Disjungsi Inklusif

56 MATEMATIKA 1
Misal p dan q pernyataan. Pernyataan majemuk disjungsi ekslusif
p dan q adalah pernyataan gabungan p dan q dengan kata hubung
“atau” dan dinotasikan p v q.
Nilai Kebenaran Pernyataan Disjungsi Ekslusif
Disjungsi ekslusif dari p dan q dinotasikan p v q merupakan
pernyataan yang bernila benar ketika tepat satu dari pernyataan p atau q
bernilai salah, dan bernilai salah untuk yang lainnya. Contoh
pernyataan disjungsi ekslusif adalah:
p : Ani dilahirkan di Bandung
q : Ani dilahirkan di Surabaya
Maka tidak mungkin Ani lahir di kedua kota tersebut.
Nilai kebenaran pernyataan disjungsi ekslusif adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5
Nilai Kebenaran dari Pernyataan Disjungsi Ekslusif

c. Pernyataan Majemuk Bentuk Implikasi


Misal p dan q pernyataan. Pernyataan majemuk implikasi p dan q
adalah pernyataan gabungan antara p dan q dengan kata hubung
“jika, . . . , maka, . . .” dan dinotasikan p => q . pada implikasi ini p
disebut hipotesis atau antiseden atau premis dan q disebut konklusi atau
konsekuen.
Nila kebenaran pernyataan Implikasi

MATEMATIKA 1 57
Implikasi p => q adalah pernyataan yang bernilai salah ketika
pernyataan p bernilai benar dan pernyataan q bernilai salah, dan
bernilai benar untuk yang lainnya. Pernyataan p=>q dibaca :
 “jika p maka q”  “q ketika p”
 “jika p,q”  “q jika p”
 “p memenuhi untuk q”  “p berimplikasi q”
 “p hanya jika q”
Contoh pernyataan implikasi, sebagai berikut:
Misalkan ayah anda berjanji pada anda seperti :
“Jika kamu lulus ujian (P), maka kamu saya belikan sepeda motor (q)”
Jika dibuat dalam tabel maka kita dapatkan
Tabel 2.6
Penyelesaian Soal untuk Pernyataan Implikasi
Memenuhi / tidak
p Q pq
memenuhi janji
lulus beli sepeda motor ya memenuhi janji
lulus beli sepeda motor tidak Tidak memenuhi janji
tidak lulus beli sepeda motor ya memenuhi janji
tidak lulus beli sepeda motor ya memenuhi janji
Berikut adalah nilai kebenaran pernyataan implikasi:

Tabel 2.7
Nilai Kebenaran dari Pernyataan Implikasi

58 MATEMATIKA 1
d. Pernyataan Majemuk Bentuk Biimplikasi
Misalkan p dan q pernyataan. Pernyataan majemuk biimplikasi p
dan q adalah pernyataan gabungan antara p dan q dengan kata hubung “
. . . jika dan hanya jika . . .” dan di notasikan p<=>q.
Nilai kebenaran Biimplikasi
Biimplikasi p<=>q adalah pernyataan yang bernilai benar ketika
pernyataan p dan pernyataan q mempunyai kebenaran yang sama, dan
bernilai salah untuk yang lainnya. Berikut adalah nilai kebenaran
pernyataan biimplikasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.8
Nilai Kebenaran dari Pernyataan Biimplikasi

F. Peran Matematika Sekolah

MATEMATIKA 1 59
a. Peran Matematika Sekolah
Tidak terasa era serba IT sekarang sedang berjalan, hal itu terlihat
dari semakin canggihnya barang – barang yang digunakan oleh
manusia sehari - hari. Barang – barang tersebut tidak langsung jadi
tanpa karena adanya ketekunan serta proses yang panjang dan
melelahkan.
Kita berbicara sejarah terlebih dahulu, pada tahun sebelum
1900an barang – barang canggih (menurut ukuran manusia) yang ada
dibumi susah atau sulit untuk diwujudkan. Kesulitan tersebut muncuk
dikarenakan masih sedikitnya ilmu yang ada dan ilmu yang baru bisa
dikembangkan. Beda halnya dengan tahun – tahun setelah 1900an,
khususnya pada abad ke 20an. Para pengembangan teknologi
mempunyai kemudahan, haltersebut dapat terjadi karena ilmu yang
dimiliki oleh manusia semakin lama semakin banyak serta semakin
berkembang. Apabila suatu ilmu sudah berkembang disuatu kelompok
ahli peneliti, itu artinya teknologi baru dan termuktahir akan segera
tercipta. Dugan itu bukan tanpa alasan, Contoh kecil adalah dari
teknologi yang di kembangan dari bidang otomotif, militer, astronomi,
kedokteran, dll yang semakin canggih dan semakin membuat manusia
yang menggunakannya terheran – heran.
Dahulu sebelum pesawat terbang ditemukan, apabila seseorang
ingin pergi haji maka waktu yang dibutuhkan paling sebentar bisa satu
atau dua tahun. Akan tetapi setelah pesawat terbang sudah ada maka
perjalanan tersebut bisa tidak lebih dari satu bulan.
Pada sekitar tahun 2000an barang yang dinamakan HP
(handphone) tidak secanggih dan semenarik sekarang, ketidak
menarikan tersebut dikarenakan HP jadul “saya menamakannya

60 MATEMATIKA 1
demikian” itu hanya bisa nelpon dan SMS ditambah cara
menggunakannya yang masih manual. Beda halnya dengan tahun
sekarang ini, sebuah HP itu rata – rata minimal bisa telpon, SMS, ada
radio, permainan, internet ditambah cara menggunakannya sudah layar
sentuh (touch screen). Apabila dilihat dari polanya makin bertambah
tahun, maka ilmu yang dimiliki dan bisa dikembangkan oleh manusia
akan semakin banyak itu berarti semakin banyak dan semakin canggih
pula barang yang bisa dibuatnnya.
Barang – barang canggih tersebut tidak lantas langsung ada, akan
tetapi akan melalui serta melewati beberapa tahap percobaan serta
penelitian oleh para ahli dibidangnnya. Seseorang bisa dikatakan
seorang ahli dalam pengembangan teknologi super canggih apabila
memiliki banyak ilmu yang menunjang terhadap barang yang sedang
dibuatnnya. Biasanya salah satu prasarat ilmu yang harus mereka
kuasai adalah ilmu eksak seperti ilmu matematika, ilmu fisika, ilmu
kimia dll.
Sehingga peran matematika sekolah adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bekal para peserta didik agar memiliki kompetensi
penguasaan konsep dasar matematika yang nantinya akan berguna
bagi mereka.
2. Matematika yang diajarkan disekolah dapat membantu serta
menunjang terhadap kelancaran memahami pelajaran/bidang studi
lain, khususnya bagi yang akan melanjutkan ke kedokteran,
teknologi, arsitektur dll
b. Relasi Antar Himpunan
1) Pengertian Dasar Himpunan

MATEMATIKA 1 61
Konsep himpunnan pertama kali dikemukakan oleh pakar
matematika berkebangsaan Jerman pada abad ke 18, yaitu George
Cantor (1845-1918). Himpunan dapat kita definisikan sebagai
kumpulan atau kelompok benda (objek) yang telah terdefinisi s3ecara
jelas.
Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan benda atau
objek yang telah terdefinisi jelas adalah suatu benda atau unsur yang
telah jelas keadaannya, seperti : boneka, binatang, angka, warna dan
lain-lain.
Contoh kumpulan objek yang merupakan himpunan adalah sebagai
berikut:
 Siswa-siswa kelas VII A,
 Kumpulan angka 2, 4, 6, 8,
Kedua contoh diatas merupakan himunan karena objek-objeknya
telah didefinisikan dengan jelas. Kumpulan benda atau objek belum
tentu merupakan suatu himunan.
Perhatikan contoh yang bukan merupakan himpunan berikut ini:
 Kelompok siswa yang berbadan tinggi
Kelompok ini tidak bisa disebut himpunan karena tinggi badan
siswa belum diberi ukuran yang jelas, misalnya, jika ditulis
kelompok siswa yang memiliki tinggi badan lebih dari 160 cm,
maka kelompok siswa tersebut merupakan himpunan.

 Kumpulan lukisan yang indah


Kumpulan ini bukan merupakan himpunan, karena pengertian
indah tidak memeiliki batasan dan definisi yang jelas.

62 MATEMATIKA 1
2) Lambang Himpunan
Suatu himpunan dinyatakan denhagn huruf kapital seperti :
A,B,C,X,Y,Z. Apabila objek atau anggota himpunan berupa huruf,
maka objek tersebut dinyatakan dengan huruf kecil, dilet kan di dalam
kurung kurawal, dan anggota satu dengan yang lainnya dipisahkan
dengan tanda koma. Anggota satu himpnan tidak boleh sama. Anggota
yang sama cukup ditulis sekali,
Perhatikan contoh-contoh berikut
1. Himpunan huruf Vokal dapat ditulis V = { a,i,u,e,o} dengan
anngotanya a, i u, e, dan o.
2. Himpunan bilangan cacah dapat ditulis C = {0,1,2,3,4,...} dengan
anggotanya : 0,1,2,3,4, dan seterusnnya.
Anggota himpunan pada contoh 1 berhingga. Himpunan seperti
ini disebut himpunan berhigga. Sedangkan pada contoh 2 mempunyai
anggota tak terbatas (dicirikan dengan tiga buah titik terakhir).
Himpunan seperti ini disebut himpunan tak berhinnga.
3) Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai
anggota. Himpunan kosong disimbolkan dengan { } atau ∅ . untuk
lambang {0} ≠ {} atau ∅ , karena A = {0} dan n(A) = 1 jadi anggota A
bernilai 1 bukan nol.
4) Diagram Venn
Himpunan dapat dinyatakan dalam bentuk gambar yang dikenal
dengan diagram Venn. Diagram Venn diperkenalkan oleh pakar
matematika Inggris pada tahun 1834 – 1923 bernama John Venn.
Dalam membuat diagram Venn yang perlu diperhatikan yaitu :

MATEMATIKA 1 63
a. Himpunan semesta (S) digambarkan sebagai persegi panjang dan
huruf S diletakkan di sudut kiri atas persegi panjang.
b. Setiap himpunan yang dibicarakan (selain himpunan kosong)
ditunjukkan oleh kurva tertutup.
c. Setiap anggota ditunjukkan dengan noktah (titik)
d. Bila anggota suatu himpunan banyak sekali, maka anggota-
anggotanya tidak perlu dituliskan.

S S
. . . . . .
. . . . . . ... ...
...
Himpunan Semesta Himpunan Biasa

Gambar 2.3
Diagram Venn untuk Himpunan Semesta dan Biasa

5) Himpunan Berpotongan
Dua buah himpunan disebut berpotongan apabila kedua
himpunan itu mempunyai anggota persekutuan. Berikut adalah
lambang dari sebuah himpunan yang berpotongan Berpotongan (A
B). contoh :

64 MATEMATIKA 1
Himpunan berpotongan
 S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
 A = {1,2,3,4}
 B = {3,4,5,6}

A B
.1 .3 .5
.2 .4 .6
.7 .8 .9 .10

6) Himpunan Saling Lepas


Dua buah himpunan disebut saling lepas atau saling asing bila
kedua himpunan itu tidak mempunyai anggota persekutuan. Berikut
adalah lambang dari sebuah himpunan yang saling lepas (A B).
contoh :
Himpunan saling lepas
 S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
 A = {1,2,3,4}
 B = {7,8,9,10}

A B
.1 . 3 .7 . 9
.2 .4 .8 .10
.5 .6

7) Himpunan Bagian

MATEMATIKA 1 65
B adalah himpunan bagian dari A bila semua anggota B
merupakan anggota A. Berikut adalah lambang dari sebuah himpunan
bagian (A ⫃B). contoh :
Himpinan bagian
 S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
 A = {1,2,3,4,5,6}
 B = {3,5}

s
A B
.7 .8 .1 .3 .5
.2 .4 .6
.9 .10
8) Himpunan Sama Dengan
Dua himpunan dikatakan sama apabila keduanya mempunyai
anggota yang sama, berikut adalah lambang dari sebuah himpunan
sama dengan (A ¿B). contoh:
Himpinan sama dengan
 S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
 A = {1,2,3,4,5,6}
 B = {1,2,3,4,5,6}

A=B .7 .8
.1 . 3 .5 .9 .10
.2 .4 .6

G. Faktor yang Mempengaruhi Matematika Sekolah

66 MATEMATIKA 1
a. Faktor yang Mempengaruhi Matematika Sekolah
Keberhasilan dan ketidakberhasilan seorang guru dalam
mendidik disuatu daerah bisa diukur melalui prestasi belajar dari
masing – masing individu peserta didiknya. Hal tersebut benar adanya,
akan tetapi bila hanya melihat prestasi belajar yang dijadikan patokan
utama dari keberhasilan atau ketidak berhasilan seorang guru dalam
mendidik, pernyataan tersebut dapat dikatakan sebuah pemikiran yang
kurang tepat.
Pemikiran yang kurang tepat itu di benarkan oleh Ruseffendi
(2005:7) apakah maksud yang utama dari guru itu? Apakah agar ia
lancar mengajar, agar materi pelajaran cepat selesai pada waktunya,
agar memperoleh pujian dari kepala sekolah atau rekannya, agar dapat
naik pangkat. Akan tetapi tujuan utama seorang guru ialah agar
pelajaran itu dapat difahami sebaik – baiknya oleh peserta didik, agar
sikapnya terbentuk sesuai dengan yang kita harapkan.
Oleh karena itu, yang mempengaruhi keberhasilan seorang guru
dalam mendidik serta mengajarkan materi matematika di sekolah saya
membaginya kedalam dua faktor: diantaranya faktor dalam dan faktor
luar. Bagian dari faktor dalam adalah peserta didik, sedangkan bagian
dari faktor luar adalah Guru dan Kurikulum. Dari kedua faktor tersebut
akan di dijelaskan secara lebih detail sebagai berikut:

1) Faktor Dalam
Untuk faktor dalam, hanya ada satu faktor yang
mempengaruhinya yaitu peserta didik. Marilah kita lihat faktor – faktor

MATEMATIKA 1 67
yang harus kita perhatikan dalam setiap memberikan suatu konsep
matematika, diantaranya:
1) Apakah peserta didik cukup cerdas?
2) Apakah peserta didik sudah siap (matang)?
3) Apakah peserta didik cukup berbakat?
4) Apakah peserta didik mau belajar?
5) Apakah peserta didik berminat dan tertarik?
6) Apakah peserta didik senang dengan model yang kita gunakan?
7) Apakah peserta didik senang kepada guru dan cara guru
mengajar?
8) Apakah suasana pengajaran mendorong keberhasilan mereka
belajar?
9) Apakah peserta didik menerima pelajaran dengan jelas dan benar
(kemampuan guru)?
10) Apakah lingkungan menunjang tercapainya tujuan pengajaran?
Dari kesepuluh faktor tersebut, masih ada faktor yang dapat
dikatakan hampir sepenuhnya tergantung pada peserta didik. Faktor –
faktor itu juga hampir menyamai dari kesepuluh faktor diatas,
diantaranya ialah :
1) Kecerdasan peserta didik.
2) Kesiapan peserta didik dalam belajar
3) Bakat matematika dari peserta didik.
4) Kemauan peserta didik dalam hal belajar.
5) Minat peserta didik terhadap matematika.
2) Faktor Luar
Untuk faktor luar, terdapat dua faktor utama yang
mempengaruhinya yaitu guru dan kurikulum. Dari kedua faktor

68 MATEMATIKA 1
tersebut terlintas hanya faktor guru saja yang selalu berbenturan
langsung dengan para peserta didik dikelas, akan tetapi faktor
kurikulum juga mempunyai andil dalam memberikan arahan terhadap
materi yang boleh dipelajari oleh para peserta didik ditiap jenjangnnya.
Supaya lebih rinci tentang kedua faktor tersebut, maka akan di jelaskan
sebagai berikut:
a) Guru
Seorang guru yang profesional memiliki kemampuan –
kemampuan tertentu. Kemampuan – kemampuan itu diperlukan dalam
membantu peserta didik dalam belajar. Keberhasilan peserta didik
dalam belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan – kemampuan
guru profesional itu, baik karena kompetensinya maupun karena
panampilannya. Pada sistem penyampaian belajar sendiri (self learning
materials atau individualized system of instruction) kemampuan –
kemampuan guru itu masih tetap diperlukan, hanya jumlahnya lebih
sedikit dan sedikit berbeda.
Pada sistem belajar sendiri itu kemampuan yang lebih diharapkan
dari seorang guru itu lebih berupa membimbing dan mengarahkan
peserta didik belajar dari pada kemampuan mengajar. Kemampuan –
kemampuan yang harus dimiliki setiap guru adalah sebagai berikut:

1) Menguasai materi matematika sekolah.


2) Mampu menjalankan dan mengelola kelas pelaksanaan berbagi
sistem (cara) penyampaian pengajaran.
3) Mampu memilih dan mengaplikasikan teori belajar – mengajar..
4) Mampu merumuskan tujuan instruksional khusus.

MATEMATIKA 1 69
5) Terampil menggunakan teknik tanya – jawab.
6) Mampu mengevaluasi keberhasilan peserta didik belajar,
kemampuan guru sekolah dasar dalam matematika, penampilan
diri didepan kelas, dan materi kurikulum.
7) Mampu mengembalikan kreativitas peserta didik dan
membimbingnya untuk hidup di masyarakat.
8) Mampu mengembangkan diri sebagai guru model yang baik.
9) Mampu mengartikan hasil penelitian dan memanfaatkannya
dalam pengajaran matematika.
10) Mampu menjalankan administrasi sekolah.

b) Kurikulum
Berbicara kurikulum, akan kurang tepat apabila tidak
membicarakan perkembangan dari kurikulum tersebut. Dilihat dari
perkembangannya kurikulum di indonesia mengalami pasang surut,
akan tetapi hal itu tidak boleh dijadikan alasan kenapa kualitas
pendidikan peserta didik kita selalu berada dibawah negara – negara
tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia.

Sejarah membuktikan bahwa kurikulum negara Indonesia telah


mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan tersebut pada dasarnya
bagus, yaitu ingin meningkatkan mutu dari pendidikan indonesian
menjadi lebih baik lagi. Hanya saja kita sebagai penerima atau
pengguna kurikulum masih belum bisa menerimanya dengan
menyeluruh dan belum bisa memahami mengapa kurikulum tersebut
harus dirubah. Perubahan tersebut pastinya akan memunculkan masalah
baru, akan tetapi perubahan tersebut bisa mengarahkan kepada kita

70 MATEMATIKA 1
supaya bisa mengajar lebih maksimal dan bisa mengajar lebih bagus
lagi.
Contoh yang masih hangat mengapa mayoritas guru di Indonesia
cenderung menyukai KurTiNem (K. 2006) dan tidak menyukai atau
tidak mau menggunakan KurTiLas (K. 2013)? Kebanyakan rekan –
rekan guru mengatakan bahwa dalam segi administrasi pengajaran dan
penilaian K.2013 dianggap lebih rumut. Padahal ada sebuah ungkapan
seperti “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”. Maka
itulah yang terjadi sekarang ini, mayoritas guru lebih mengenal
kurikulum 2006 sehingga mereka mau mengerjakan apa – apa yang
diperintahkan dalam kurikulum tersebut. Padahal apabila semua guru
tahu apa yang menjadi tujuan utama dari K. 2013, pasti mereka mau
menggunakan serta mengaplikasikannya. Perbedaan yang sangat
terlihat adalah dalam pembuatann RPP terutama di kegiatan inti, K.
2004 ada EEK dengan penilaian merujuk pada aspek kognitif dibarengi
afektif sedangakan K. 2013 ada 5 M dengan penilaian merujuk pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang lebih sempurna.
Saya sendiri merasa heran, mengapa dari sekian banyak guru
yang menolak kehadiran dari kurikulum 2013 tidak ada yang
menanyakan “kenapa kurikulumnya diganti?”. Maka jawabannya
seperti berikut:
1. Karena kualitas belajar peserta didik kita terus menurun (dilihat
dari peringkat matematika tentang pemecahan masalah dari PISA).
2. Karena materi dalam kurikulum 2006 terlalu banyak teori dan
kurang dalam hal pengaplikasian.
Untuk menjelaskan alasan yang ke 2, saya punya cerita pada saat
workshop peningkatan profesionalisme guru bertemapat di SMPIT

MATEMATIKA 1 71
pada tanggal 5 Januari 2016 dengan pemateri Drs. Munif, M. Pd dari
Departemen Agama. Beliau ini adalah sebagai salah satu instruktur
pusat dibidang kurikulum, sehingga sudah pasti beliau akan
berkompeten dalam bidang kurikulum. Selanjutnya saya coba
menanyakan “mengapa kurikulumnya diganti?” alsan yang keluar dari
mulut beliau adalah karena materi dalam kurikulum 2006 terlalu
banyak teori dan kurang dalam hal pengaplikasian.
Selanjutnya beliau melanjutkan menjawab pertanyaan tersebut
melalui sebuah cerita, bahwa ada peserta didik yang sangat pintar
tentang ilmu fisika sampai – sampai dia menjadi juara olimpiade fisika
se-daerahnya. Singkat cerita orang tuanya ada perlu keluar rumah dan
peserta didik tersebut tidak ikut pergi keluar bersama mereka, seteah itu
did mendapati ada saklar listrik yang rusak dan hasilnya sudah bisa
ditebak bahwa dia tidak bisa membetulkan saklar yang rusak padahal
dia juara olimpiade fisika se-daerahnya.
Lalu pertanyaan muncul kembali, apa yang salah dengan peserta
didik tersebut? yang salah adalah kurikulumnya, bahwa dengan
kurikulum 2006 para peserta didik kita terlalu disibukan oleh materi –
materi yang sifatnya teori (hafalan) dan sedikit bahkan tidak ada waktu
untuk mengaplikasikannya. Jika cerita itu benar, maka kita sebagai
guru harus merasa prihatin dan tumbuh kesadaran serta kemauan untuk
mengaplikasikan kurikulum baru ini, dengan harapan bahwa peserta
didik kita kuat dalam hal teori dan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan.
Berikut akan di jelaskan mengapa kurikulum dapat
mempengaruhi matematika sekolah? Jawaban dari pertanyaan tersebut
antara lain:

72 MATEMATIKA 1
1. Karena kurikulum mempunyai posisi yang strategis tentang arah
dan tujuan yang hendak di capai oleh bangsa ini melalui peserta
didik yang menggunakannya.
2. Karena Perubahan kurikulum berarti perubahan materi yang
diajarkan (bisa lebih mudah / lebih sulit)

b. Operasi Pada Himpunan


1) Gabungan (∪)
Gabungan dari P dan Q adalah himpunan yang samua anggotanya
terdapat pada P dan Q, ditulis dengan notasi pembentuk himpunan:
P ∪ Q = {x I x ∈ P atau x ∈ Q }
Jadi operasi pada himpunan itu menuliskan semua anggota yang ada di
P&Q apabila di gambarkan maka akan membentuk relasi saling
berpotongan

2) Irisan (∩)
Irisan P dan Q adalah himpunan yang anggotanya merupakan
anggota P sekaligus anggota Q, ditulis dengan notasi pembentuk
himpunan sebagai berikut:
P ∩ Q = {xI x ∈ P dan x ∈ Q }.
Jadi operasi pada himpunan itu menuliskan semua anggota yang ada di
P&Q apabila di gambarkan maka akan membentuk relasi saling
berpotongan.

MATEMATIKA 1 73
Gambar 2.5
Perbedaan Diagram Venn Gabungan dan Irisan

3) Komplemen
Komplemen dari S ditulis S’. Karena S merupakan himpunan
semesta, maka S’ adalah himpunan kosong dan ditulis S’ = Ø.
Sebaliknya, Ø’ = S. Dari uraian ini dapat disimpulkan:
 Ø’ = S
 S’ = Ø
 (A’)’ = A

4) Selisih dua himpunan


Penulisan komplemen A terhadap B ditulis sebagai B-A dan
dibaca “ada di B tetapi tidak ada di A”. sedangkan komplemen B
terhadap A ditulis A-B, dibaca “ada di A tetapi tidak ada di B”.
Untuk membedakan keempat operasi pada himpunan yaitu
gabungan, irisan, komplemen, dan selisih dari dua himpunan melalui
sebuah contoh:
Misalnya:
S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
A = { 1, 2, 3, 4 }
B = { 4, 5, 6, 7 }
Maka jawabannya:

74 MATEMATIKA 1
1. A∪B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
n (A ∪ B) = 7
2. A∩B = {4}
n (A ∩ B) = 1
c
3. A = { 5, 6, 7, 8, 9, 10}
n ( Ac ) =6
c
4. B = {1, 2, 3, 8, 9, 10}
n ( Bc ) =6
5. A–B = { 1, 2, 3 }
n(A–B) =3
6. B–A = { 5, 6, 7 }
n(B–A) =3
A. Rangkuman
Matematika sekolah yaitu unsur – unsur atau bagian – bagian dari
matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada
kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut
menunjukan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama,
karena memiliki perbedaan antar lain dalam hal (1) penyajian, (2) Pola
pikirnya, (3) keterbatasan semesta, dan (4) tingkat keabstrakannya.
Objek dasar yang dipelajari matematika merupakan sesuatu yang
abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu meliputi : (1)
Fakta, (2) Konsep, (3) Prinsip, dan (4) Operasi. Tujuan pembelajaran
matematika sekolah adalah agar para peserta didik dapat memiliki
kompetensi penguasaan konsep dasar matematika. berbicara
penguasaan konsep dasar matematika itu tidak mudah, karena harus
melalui perjuangan yang lebih untuk menguasainnya.

MATEMATIKA 1 75
Tujuan matematika sekolah adalah supaya para mahasiswa PGSD
dapat menguasai materi yang nantinya akan bermanfaat dikemudian
hari. Peran matematika sekolah yaitu dapat membantu serta menunjang
terhadap kelancaran memahami pelajaran/bidang studi lain, khususnya
bagi yang akan melanjutkan ke kedokteran, teknologi, arsitektur dll
Oleh karena itu, faktor yang mempengaruhi matematika di
sekolah terbagi menjadi dua, yaitu: faktor dalam dan faktor luar.
Bagian dari faktor dalam adalah peserta didik, sedangkan bagian dari
faktor luar adalah Guru dan Kurikulum.
B. Latihan Soal
1. Jelaskan pengertian matematika sekolah?
2. Selesaikan soal – soal pebgukuran berikut
a) 12 Kuintal – 1 ton + 19.000 g + 60 pon = ... Kg
b) 3 Kg + 8 ons + 10 gr – 4 pon = ... gr
c) 6 ton – 2 kuintal + 70 Kg – 5.000 dag = ... Kg
d) 5 cm3 +¿ 50 cc = ... cc
e) 10 m3 – 50 liter = ... dm3
3. Dalam matematika sekolah dikenal istilah pola pikir induktif dan pola
pikir deduktif. Jelaskan perbedaan kedua pola tersebut dengan contoh?
Sebuah contoh yang sering muncul dalam pembelajaran
2 + 4 + 6 + 8 = .... Ada siswa yang menjawab
2 + 4 = 6 + 6 = 12 + 8 = 20
a) Menurut anda, apa yang salah dengan pengerjaan siswa tersebut?
b) Tindakan apa yang akan anda lakukan untuk memperbaiki
kesalahan siswa tersebut?
4. Diketahui pernyataan. p = Adi banyak pacar
q = Adi tidak ganteng

76 MATEMATIKA 1
Tuliskan pernyataan berikut.
a) ~q
b) ~ p ˄ q
c) p ˅ ~q
d) P => ~q
e) ~ P <=> ~q
5. S = {bilangan cacah kurang dari 13}
A = {faktor dari 12}
B = {x I x ≤ 10, x ϵ S}
Kerjakan dengan teliti
a) A ∪ B e) A – B
b) A ∩ B f) B – A
c
c) A g) Him bag A
c
d) B h) Him bag B

BAB III

MATEMATIKA 1 77
PERKEMBANGAN PENGAJARAN MATEMATIKA
A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan umum dari materi ini adalah agar mahasiswa PGSD
mengetahui perkembangan pengajaran matematika serta menganalisis
perbedaan antara matematika tradisional dan matematika modern
secara lebih jelas dan mendalam serta dapat memahami mengapa
materi ini perlu dipelajari. Sehingga setelah mempelajari meteri
matematika sekolah, para mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menyebutkan tahap – tahap perkembangan pengajaran matematika.
2. Menyebutkan ciri – ciri setiap tahap pembaharuan pengajaran
matematika.
3. Membedakan tahap – tahap perkembangan pengajaran matematika
tradisional dan matematika modern.
4. Menganalisis pengaruh perubahan dari perkembangan pengajaran
matematika.
B. Uraian Materi
1. Menyebutkan Tahap – Tahap Perkembangan Pengajaran
Matematika
Pada dasarnya kita sebagai guru yang menjadi ujung tombak
pendidikan, diharuskan mengetahui perkembangan pengajaran
matematika baik di dalam negri maupun di luar negeri. Kita harus
mengikuti perkembangan tersebut dengan sebenar – benarnnya,
tujuannya adalah supaya para guru tidak terombang – ambing oleh isu –
isu yang sifatnya menghambat pembaharuan serta akan meyakini
bahwa apapun yang kita lakukan atas dasar kebenaran pembaharuan itu
dilakukan dengan aturan yang benar. Makin besar keterlibatan kita

78 MATEMATIKA 1
dalam pembaharuan maka akan semakin besar juga tanggung jawab
yang harus dilakukan.
a) Perkembangan Pengajaran Matematika di Dalam Negeri
1) Awal Pembaharuan
Kita mengetahui bahwa matematika adalah sebuah bahasa
internasional maksudnya adalah matematika itu menggunakan simbol,
notasi atau lambang yang sama sebagai pemersatunya sehingga dapat
difahami oleh para ahli matematika di seluruh dunia.
Menurut Ruseffendi (2006 : 94) Negara kita sendiri memulai
pembaharuan itu baru sekitar tahun 1970, akan tetapi pemikiran atau
gagasan mengenai perlunya pembaharuan itu ditetapkan paling lambat
tahun 1964. Akan tetapi tahun 1964 hanyalah sebagi dasar dari
kurikulum 1968 atau yang sering dikenal sebagai kurikulum sekolah
dasar, akan tetapi ditahun 1973 kurikulum tersebut lambat laun
berangsur-angsur diganti menjadi kurikulum proyek perintis sekolah
pembangunan (PPSP).
Sebagai langkah awal memoderenkan pengajaran matematika
yaitu dengan mengkaji dua buku karangan Dr. Supartinah Pakasi
dengan judul “belajar berhitung” penerbit Departemen P dan K tahun
1970 dan yang satunya lagi “didaktik berhitung” jilid I penerbit
Bhratara tahun 1969 Jakarta.
Akan tetapi yang terjadi selanjutnya telah diketemukan oleh para
ahli pembaharu tersebut bahwa ada buku karangan Dr. Supartinah
Pakasi yang tidak mencerminkan ciri pengajaran matematika modern,
sehingga pemerintah terpaksa tidak menggunakan buku tersebut dan
diambil jalan tengah yaitu dengan membuat tim baru yang bertugas
untuk mengadakan buku pengajaran matematika modern di sekolah

MATEMATIKA 1 79
dasar. Anggota tim baru ini adalah R. Hikmat, M. Sc., W. F. Hutadjulo,
Prof. Ir. A. H. Nasoetion, Ph.D., Drs. V. Purba., Drs. Rawuh, Drs. E. T.
Ruseffendi, M. Sc., Prof. Dr. P. A. Surjadi., Drs. Wirasto dan
Zainoeddin, kebijaksanaan dari tim baru ini yaitu mengolah buku
“Entebbe Mathematics Series” yang dipergunakan oleh negara – negara
afrika sebelah timur yang menggunakan bahasa inggris.
Hasil dari pengolahan tim baru ini melalui buku tersebut
membuahkan hasil yaitu terciptanya 25 buku seri matematika sekolah
dasar yang terdiri atas 12 buah buku murud (setiap jenjang 2 buku), 12
buah buku pedoman khusus, dan sebuah buku pedoman umum.
Lalu pertanyaan muncul, “apakah ke 25 buku ini cocok untuk
diterapkan di Indonesia khususnya di SD?”, menurut Rusefendi (2006 :
97) Dari ke 25 buku tersebut sambil berjalan telah dilakukan percobaan
– percobaan baik di provinsi Jawa Barat, Lampung Selatan, Yogyakarta
dan Sulawesi Selatan. Kesimpulannya : pada umumnya hasilnya baik,
itu artinya buku tersebut cocok untuk para peserta didik kita dan
pengolahan buku “Entebbe Mathematics Series” dianggap tepat karena
buku ini sebetulnya diperuntukkan bagi negara yang sedang
berkembang pada aspek ekonomi.
2) Penghambat Pembaharuan
Seperti sebuah konsep keseimbangan kehidupan, bahwa hidup ini
tidak terlepas dari dua unsur seperti ada siang dan malam, laki – laki
dan perempuan, pintar dan kurang, miskin dan kaya, begitupun dalam
hal pembaharuan ada yang pro pembaharuan (mendukung
pembaharuan) dan ada juga yang kontra pembaharuan (menolak
pembaharuan). Pada materi ini akan dipaparkan beberapa alasan
mengapa mereka menolak pembaharuan.

80 MATEMATIKA 1
Baik kita akan mulai dari pandangan para ahli yang menolak,
pada umumnya mereka meyakini bahwa dinegara asalnya pengajaran
matematika modern (new math) itu mendapat kritikan – kritikan baik
dari para ahli matematisi, guru, maupun orang tua murid. Kritikan
tersebut didasari oleh penurunan nilai matematika di semua negara
bagian Amerika setelah matematika modern tersebut
diimplementasikan. Akan tetapi yang sebenarnya terjadi tidak separah
itu, memang benar bahwa setelah diimplementasikan pembaharuan
matematika baru (new math) aspek nilai matematika di semua negara
bagian Amerika mengalami penurunan. Padahal yang nilainya turun
bukan matematika saja, akan tetapi semua nilai mata pelajaran
matematika. sehingga yang menjadi aneh ketika semua nilai turun
tetapi hanya matematika saja yang diangkat ke masyarakat (menjadi
sorotan negatif masyarakat). Itu sebuah kekeliruan yang tidak boleh
terjadi, seharusnya para ahli dan guru yang menolak tersebut alangkah
bagusnya membaca serta memantau perkembangan pembaharuan
secara lengkap dan tuntas dan tidak mengartikannya secara setengah –
setengah.
3) Pembaharuan Masa Sekarang
Sudah diketahui bersama bahwa kurikulum negara Indonesia
sudah mengalami beberapa perubahan, kita ambil perubahan yang
masih dianggap baru Misalnya dari tahun 2004 samapai sekarang.
Perubahan kurikulum ditahun 2004 sering dikenal dengan rintisan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK), selanjutnya ditahun 2006
sering disebut sebagai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP),
dan yang terakhir adalah ditahun 2013 yang sering disebut sebagai
kurikulum duaribu tiga belas (KURTILAS) dan sebagai tambahan

MATEMATIKA 1 81
ditahun – tahun sekarang melalui keputusan pemerintah melalui
peraturan mentri pendidikan dan kebudayaan membekukan sementara
kurikulum 2013 untuk dikaji ulang dan sebagai pengganti sementara
adalah kembali lagi menggunakan kurikulum 2006 yang berbasis
KTSP.
Menurut saya penggunaan kurikulum 2006 ini tidak akan
digunakan lebih lama lagi, karena sekarang – sekarang ini sudah santer
terdengar baik dari kalangan guru, pengawas dan para pemangku
kebijakan tentang pendidikan dilingkungan kabupaten Garut. Mereka
mengatakan bahwa kurikulum 2013 sudah selesai disempurnakan dan
berganti nama menjadi Kurikulum Nasional, jadi kemungkinan besar
jika kurikulum ini benar diimplementasikan maka akan dipergunakan
pada tahun ajaran 2016/2017. Akan tetapi ini hanya sebuah wacana
atau isu yang belum resmi sehingga belum tentu benar, akan tetapi jika
kurikulum baru ini benar dilaksanakan maka kita sebagai guru harus
siap menjalankan apapun konsekuensinya.
b) Perkembangan Pengajaran Matemtika di Luar Negeri
1) Pembaharuan Pengajaran Matematika di Amerika Serikat
Menurut Ruseffendi (2006 : 65) ada pendapat orang yang
mengatakan bahwa pembaharuan pengajararan matematika di Amerika
Serikat disebabkan karena Rusia mengorbitkan peluncuran Sputik I
pada tahun 1957, menurut hemat saya keliru. hal itu dikarenakan Pada
tahun 1950 di Amerika Serikat telah dahulu melakukan perubahan
besar – besaran yang sering dikenal New Math. Akan tetapi peluncuran
Sputik I tersebut menjadi salah satu penyebab pembaharuan pengajaran
matematika di Amerika Serikat menjadi semakin digalakan melalui
program – program pembaharuan yang jelas.

82 MATEMATIKA 1
Dengan demikian maka munculah proyek – proyek
pengembangan kurikulum matematika (modern) sekolah di Amerika
Serikat, seperti:
a. UICSM (The University of Illinois Committee on School
Mathematics). berdiri pada tahun 1952 dibawah pimpinan Max
Beberman dan beliau sering dianggap sebagai bapaknya
matematika modern (New Math).
b. SMSG (School Mathematics Study Group). Berdiri pada tahun
1958 dipimpin oleh E.G Begle dan sering disebut proyek paling
besar dan paling terkenal.
c. SSMCIS (The Secondary School Mathematics Curriculum
Improvement Study). Berdiri pada tahun 1965 dipimpin oleh
Howard Fehr bertujuan menggarap kurikulum bagi anak – anak
yang termasuk 20% terpandai.
d. CCSM (The Cambridge Conference on School Mathematics).
Berdiri pada tahun 1963 yang merekomendasikan agar sampai
SMA siswa memperoleh materi dasar Matematika (teori bilangan,
aljabar abstrak, aljabar linear, geometri dimensi, geometri
projektif, tensor, topologi, dan persamaan diferensial)
Menurut Ruseffendi (2006 : 67) Pada umumnya ciri – ciri
pengajaran matematika modern itu antara lain:
a. Memuat materi baru, seperti : himpunan, statistika, teori
kemungkinan, logika matematika, sistem numerasi kuno, bilangan
dasar nondesimal, aljabar bool, ring, field, group, program linear
dll
Dimana:

MATEMATIKA 1 83
 Topik – topik baru sedapat mungkin akan diperkenalkan ke
semua tingkat.
 Topik – topik akan di berikan kepada anak – anak sepagi
(seawal) mungkin.
 Sebagian topik lama diganti dengan topik baru
b. Menggunakan metode dan pendekatan baru, seperti: penekanan
pada mengajar konsep, penekanan pada pengertian, penekanan
pada penggunaan terminologi / bahasa dan simbol yang lebih tepat,
penekanan pada pendekatan spiral, mendorong pada kegunaan alat
peraga dan permainan, penekanan pada penemuan sendiri dan
pemecahan masalah.

2) Gerakan “Back to the Basics”


Gerakan penolakan ini muncul karena sebagian anggota
masyarakat menilai bahwa pengajaran matematika modern tidak
memberikan solusi belajar kepada mereka yang lemah dalam
kemampuan berhitung padahal pengajaran matematika modern ini
sangat membantu bagi mereka yang pandai.
Hal yang kedua dilihat dari rata – rata nilai matematika setelah
diimplementasikan new math mengalami penurunan, padahal yang
terjadi sebenarnya nilai rata – rata yang turun bukan saja matematika
akan tetapi semua mata pelajaran di Amerika Serikat mengalami
penurunan, dan yang membuat heran adalah mengapa hanya pelajaran
matematika saja yang menjadi sorotan.
Hal ketiga mengapa gerakan ini muncul adalah karena pengajaran
matematika modern (new math) dinilai kurang memperhatikan
ketrampilan dasar, khususnya dalam operasi hitung pada aritmetika,

84 MATEMATIKA 1
sebagai akibat terlalu berorientasi pada struktur, analisis, dan
keakuratan notasi dan bahasa. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah
setelah new math di implementasikan, telah banyak materi – materi
baru yang diketemukan. Penambahan materi baru tersebut
mengindikasikan bahwa penngimplementaisan new math membirikan
keterampilan serta lebih memperkuat konsep dasar matematika, yang
nantinya digunakan untuk pengembangan materi atau penemuan materi
matematika baru.

2. Menyebutkan Ciri – Ciri Setiap Tahap Pembaharuan


Pengajaran Matematika
a. Ciri – Ciri Setiap Tahap Pembaharuan Pengajaran
Matematika
Merujuk pada gambar 3.1 bahwa perkembangan kurikulum di
indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Dimulai pada awal
kemerdekaan yaitu sekitar tahun 1947 s/d sekarang tahun 2016.

Gambar 3.1
Perkembangan Kurikulum di Indonesia

MATEMATIKA 1 85
Untuk lebih memperjelas tetang perubahan kurikulum ditiap
tahunnya maka akan diterangkan sebagai berikut:
1) Kurikulum 1947 disebut sebagai kurikulum rencana pengajaran,
maksudnya materi pelajaran harus dirinci dalam rencana pelajaran
terurai.
2) Kurikulum 1964 disebut sebagai kurikulum rencana pendidikan
sekolah dasar, dan kurikulum ini menjadi titik awal pemikiran atau
gagasa mengenai perlunya pembaharuan dalam pengajaran.
3) Kurikulum 1968 disebut sebagai kurikulum sekolah dasar, hal itu
dikarenakan yang menjadi perhatian lebih dari pemerintah pada
waktu itu adalah pada jenjang SD, dan kurikulum dari tahun 1947
sampai kurikulum 1968 itu sering disebut sebagai matematika
tradisional. Karena lebih mengutanakan keterampilan berhitung
dan menghafal dari pada pengertian.
4) Kurikulum 1973 disebut sebagai kurikulum proyek perintis sekolah
pembangunan (PPSP) dan kurikulum ini juga menjadi awal mula
diterapkannmya matematika modern (new math) hal itu
dikarenakan pada setiap materi yang akan diajarkan khususnya
aspek pengertian mulai diberikan dengan harapan aspek pengertian
ini akan mendukung kepada penguatan keterampilan berhitung
serta mengafalnnya.
5) Kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994 dan kurikulum
1997 digunakan untuk menyempurnakan kekurangan – kekurangan
pada kurikulum sebelumnnya. Aspek yang dimunculkan pada
kurikulum ini adalah himpunan dijadikan sebagai dasar, banyak
menggunakan istilah – istilah yang lebih tepat, simbol – simbol

86 MATEMATIKA 1
yang tepat lebih diutamakan dan mementingkan pengertian dan
penemuan.
6) Kurikulum 2004 sering disebut sebagai rintisan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK).
7) Kurikulum 2006 sering disebut kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP)
8) Kurikulum 2013 sering disebut sebagai kurikulum 2013
(KURTILAS)
b. Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
1. Persamaan linear Linear Satu Variabel
Banyak masalah di dalam matematika dapat diselesaikan dengan
menggunakan persamaan. Bahkan, persamaan kontekstual dalam
kehidupan sehari-hari sering dapat dikonversi ke dalam bentuk
persamaan aljabar. Namun demikian, setelah menjadi bentuk
persamaan aljabar tidak mudah untuk menyelesaikannya.
Pada bagian ini, kita akan mempelajari cara menyelesaikan
persamaan yang mengandung pecahan atau desimal, persamaan yang
mengandung variabel pada kedua ruas, dan persamaan kuadrat. Bila
suatu persamaan memuat pecahan atau desimal tersebut. Untuk
mengingatkan kembali, apabila ada persamaan linear satu variabel
seperti 2x – 5, itu mengandung pengertian sebagai berikut:
 Variavel =x
 Koefisien = 2
 Konstanta = – 5
 Suku = 2x

MATEMATIKA 1 87
Lambang yang digunakan untuk persamaan linera adalah sama
dengan (=). Berikut ini beberapa petunjuk dalam menyelesaikan
persamaan linear secara umum antara lain:
 Gunakan sifat distributif, jika diperlukan
 Hilangkan pecahan atau desimal, jika diperlukan
 Kumpulkan suku-suku sejenis pada suatu ruas dari persamaan
 Gunakan sifat penjumlahan dan perkalian untuk menyelesaikan
variabel
Berikut akan dilakukan perhitungan atau penyelesaian
permasalahan persamaan linera satu variabel.
 Contoh 3.1 :
5 3 1
Selesaiakan persoalan berikut ini => x+ = Penyelesaian!
4 2 2
Kita akan mengalikan kedua ruas persamaan dengan kelipatan
persekutuan terkecil dari penyebut, dalam hal ini adalah 4
5 3 1
 x+ =
4 2 2

 4 ( 54 x + 32 )=4( 12 ) (kalikan kedua ruas dengan 4)

20 12 4
 x+ = (gunakan sifat distributif)
4 2 2
 5 x+ 6=2 (gunakan konsep pembagian)
 5 x=2−6 (6 sebagai konstanta di kiri pindah ke
kanan)
 5 x=−4 (sederhanakan)
−4
 x= (gunakan konsep pembagian)
5

88 MATEMATIKA 1
−4
 x= (negatif pindah ketengah)
5
5 3 1 −4
Jadi didapat HP dari x+ = adalah
4 2 2 5

 Contoh 3. 2
Selesaiakan persoalan berikut ini 10 , 43−2 ,3 x=1 , 23
Penyelesaian!
Kita akan mengalikan kedua ruas persamaan dengan banyaknya angka
desimal, dalam hal ini adalah dua angka dibelakang koma berarti dikali
100
 10 , 43−2 ,3 x=1 , 23
 100 ( 10 , 43−2, 3 x )=100(1 , 23) (kedua ruas kali 100)
 1043−230 x =123 (gunakan sifat distributif)
 −230 x=123−1043 (konstanta pindah ke
kanan)
 −230 x=−920 (sederhanakan)
−920
 x= (gunakan konsep
−230
pembagi)
 x=4
Jadi didapat HP dari 10 , 43−2 ,3 x=1 , 23 adalah x=4
 Contoh 3. 3
Selesaiakan persoalan berikut ini 3 a−11=4−2 a
Penyelesaian!

MATEMATIKA 1 89
Kita akan menyelesaiakan persoalan tersebut menggunakan cara
pengurangan atau penjumlahan suku sejenis
 3 a−11=4−2 a
 3 a+2 a=4 +11 (pengurangan suku
sejenis)
 5 a=15 (gunakan konsep
pembagi)
15
 a= (sederhanakan)
5
 a=3 Jadi didapat HP dari 3 a−11=4−2 a adalah a=3

 Contoh 3. 4
 Selesaiakan persoalan berikut ini 20−6 y=2 y +4−8 y
Penyelesaian!
Kita akan menyelesaiakan persoalan tersebut menggunakan cara
pengurangan atau penjumlahan suku sejenis
 20−6 y=2 y +4−8 y (pengurangan suku sejenis)
 20−6 y−2 y +8 y=4 (jumlahkan suku yang sejenis)
 20 ≠ 4 (tidak benar untuk semua nilai
y)
Jadi didapat HP 20−6 y=2 y +4−8 y tidak mempunyai penyelesaian

 Contoh 3. 5
Selesaiakan persoalan berikut ini 20−6 y=2(−3 y +10)
Penyelesaian!
Kita akan menyelesaiakan persoalan tersebut menggunakan cara
pengurangan atau penjumlahan suku sejenis

90 MATEMATIKA 1
 20−6 y=2(−3 y +10) (ruas kanan gunakan sifat
distribusi)
 20−6 y=−6 y +20 (pengurangan suku sejenis)
 20−6 y +6 y=20 (jumlahkan suku yang sejenis)
 20 = 20 (benar untuk semua nilai y)
Jadi didapat HP 20−6 y=2 (−3 y +10 ) mempunyai bannyak
penyelesaian (tak hingga)

 Contoh 3. 6
Selesaikan persoalan berikut ini.
Jumlah dua buah bilangan bulat berurutan adalah 35. Berapakah
bilangan-bilangan bulat tersebut?
Penyelesaian!
Misalkan bilangan pertama kita ganti mengunakan variabel x, maka
bilangan kedua adalah x + 1. Dengan demikian kita dapat memperoleh:
 x + ( x+ 1 )=35 (gunakan penjumlahan suku sejenis)
 2 x+1=35 (konstanta dikiri pindah kekanan)
 2 x=34 (gunakan konsep pembagian)
34
 x= (sederhanakan)
2
 x=17
Karena x adalah 17, maka x + 1 adalah 18. Jawaban dari pertanyaan
diatas adalah 17 dan 18.
 Contoh 3. 7
Selesaiakan persoalan berikut ini 3 a ( 2 a+8 )=0
Penyelesaian!
 3 a ( 2 a+8 )=0

MATEMATIKA 1 91
 3 a=0 atau 2 a+8=0 (gunakan prinsip pekalian 0)
0
 a= atau 2 a=−8 (konstanta pindah ke kanan)
3
0 −8
 a= atau a= (gunakan konsep pembagian)
3 2
 a=0 atau a=−4

Jadi didapat HP dari 3 a ( 2 a+8 )=0 adalah a=0 atau a=−4


 Contoh 3. 8
Selesaiakan persoalan berikut ini ( 3 d−6 ) ( 2d +3 )=0
Penyelesaian!
 ( 3 d−6 ) ( 2d +3 )=0
 3 d−6=0 atau 2 d +3=0 (gunakan prinsip pekalian 0)
 3 d=6 atau 2 d=−3 (konstanta pindah ke kanan)
6 −3
 d= atau d= (gunakan konsep pembagian)
3 2
−3
 d=2 atau d=
2
−3
Jadi didapat HP dari ( 3 d−6 ) ( 2d +3 )=0 adalah d=2 atau d=
2
 Contoh 3. 9
Selesaiakan persoalan berikut ini x 2+ 3 x +2=0
Menggunakan konsep faktorisasi
Penyelesaian!
 x 2+ 3 x +2=0
 ( x +2 ) ( x +1 ) =0 (gunakan konsep faktorisasi)
 x +2=0 atau x +1=0 (gunakan prinsip perkalian 0)
 x=−2 atau x=−1 (konstanta pindah ke kanan)

92 MATEMATIKA 1
Jadi didapat HP dari x 2+ 3 x +2=0 adalah x=−2 atau x=−1
 Contoh 3. 10
Selesaiakan persoalan berikut ini x 2+ 3 x +2=0
−b ± √ b 2−4 ac
Menggunakan rumus kuadrat
2a
Penyelesaian!
 x 2+ 3 x +2=0 dan didapat a = 1; b = 3; c = 2
−b ± √ b 2−4 ac

2a
−(3)± √ (3)2 −4 (1)( 2)
 (mengganti variabel dengan
2(1)
angka)
−3 ± √ 9−8
 2

−3 ± √ 1
 2
−3 ±1
 2 (tanda ± berarti perhitungan jadi

dua)
−3+1 −3−1
 x1= atau x2=
2 2
−2 −4
 x1= atau x2=
2 2
 x1= −1 atau x2= −2
Jadi didapat HP dari x 2+ 3 x +2=0 adalah x=−1 atau x=−2

 Contoh 3. 11
Selesaiakan persoalan berikut ini x 2+ 3 x +2=0

MATEMATIKA 1 93
Menggunakan cara melengkapkan kuadrat sempurna
Penyelesaian!
 x 2+ 3 x +2=0
 x 2+ 3 x =−2 (konstanta pindah ke kiri)
2
3 9
 (x + ) =−2+ (3x dibagi 2 & hilang
2 4
variabelnya)
2
3 −8 9 9
 (x + ) = + ( didapat dari hasil
2 4 4 4
3
pengkuadratan
2
dan selalu bernilai positif)
2
3 1
 (x + ) = (perhitungan pecahan)
2 4
3
 x+ =
2
1
4 √ (kuadrat hilang jadi akar

dikanan)
3 √1
 x+ = (perhitungan)
2 √4
3 1
 x + =± (hasil harus ± karena dari
2 2
akar)
−3 1
 x= ± (konstanta pindah ke kiri)
2 2
−3+1 −3−1
 x1= atau x2= (gunakan konsep
2 2
pengurangan)

94 MATEMATIKA 1
−2 −4
 x1= atau x2= (gunakan konsep
2 2
pembagian)
 x1= −1 atau x2= −2
Jadi didapat HP dari x 2+ 3 x +2=0 adalah x=−1 atau x=−2

3. Membedakan Tahap – Tahap Perkembangan Pengajaran


Matematika Tradisional dan Matematika Modern
a. Perkembangan Pengajaran Matematika Tradisional
Istilah pengajaran matematika tradisional muncul karena
perbedaan pandangan antara para ahli matematika sebelum tahun 1970
(tradisional) dan ahli matematika sesudah tahun 1970 (modern).
Perbedaan tersebut terlihat dari tujuan pengajaran, penggunaan istilah
yang kurang tepat dan metode yang digunakan sehari – hari.
Tradisional bukan berarti salah atau jelek akan tetapi apabila kita
mengikuti perkembangan pembelajaran diluar negeri cara tradisional
ini dianggp sudah tidak layak untuk digunakan. Hal itu dikarenakan
materi yang diajarkan sudah tidak relevant dengan kebutuhan serta
tidak bisa menunjang terhadap perkembangan teknologi yang semakin
canggih.
b. Perkembangan Matematika Dewasa Ini
Perkembangan matematika modern setidaknya telah
mempermudah para ahli matematika modern untuk mengembangkan
ilmu yang sedang digelutinya. Kenyataannya sebelum tahun 1900
materi matematika masih sedikit dan belum berkembang dengna pesat,

MATEMATIKA 1 95
Hal itu berbeda sekali dengan sesudah tahun 1900 terbukti lebih banyak
cabang ilmu matematika yang ditemukan. Misalnya : Program linear,
topologi, teori himpunan, analisa fungsi, logika matematika, aljabar
dengan aneka ragamnya, teori pengukuran, teori permainan, komputer,
dll.
Melalui pertambahan materi matematika tersebut maka sudah
dapat dikategorikan bahwa pengimplemantasian matematika modern
sangat membantu terhadap pengembangan ilmu matematka itu sendiri
dan menjadi penunjang keilmuan lain.
c. Perbedaan Matematika Modern dan Tradisional
Berikut ini akan dijelaskan perbedaan kedua pandangan antara
matematika modern dengan matematika tradisional yang dapat dilihat
dari beberapa penjelasan berikut, diantaranya:
1) Matematika Modern Lebih Mengutamakan Kepada Pengertian dari
Pada Keterampilan Berhitung dan Hafalan.
Maksud pernyataan ini adalah matematika modern menjawab persoalan
itu lebih ditekankan kepada “mengapa” bukan “bagaimana”.Contoh:
1 3
÷
2 4
Pada matematika tradisioanal, peserta didik akan langsung mengalikan
1 4
× . Jadi mereka tahu cara menyelesaikan soal, akan tetapi dalam
2 3
matematika modern selain mereka harus tahu berbuat demikian, yang
lebih penting harus tahu mengapa mereka boleh berbuat demikian.
2) Teori Himpunan Merupakan Dasar dari Matematika Modern.

96 MATEMATIKA 1
Kenyataan sekarang lebih banyak cabang ilmu matematika yang
ditemukan dalam abad 20 dari pada yang ditemukan dalam tahun 1900
kebelakang. Misalnya :
Program linear, topologi, teori himpunan, analisa fungsi, logika
matematika, aljabar dengan aneka ragamnya, teori pengukuran, teori
permainan, komputer, dll
3) Matematika Modern Lebih Mengutamakan Penggunaan Bahasa dan
Istilah yang Lebih Tepat.
Misalnya, Contoh 1:
 Matematika tradisional “Luas sebuah segitiga sama dengan ...”
 Matematika modern “Luas daerah sebuah segitiga adalah ...”
Kesalahan bahasa yang digunakan pada matematika tradisional
bahwa “Luas sebuah segitiga sama dengan ...”, ini memberikan
pengertian bahwa “segitiga itu mempunyai luas” padahal yang bebar
adalah “segitiga itu tidak mempunyai luas”
Contoh 2 (manakah yang lebih besar 3 atau 5)”lambang/nilai”
4) Matematika Modern Menekankan Kepada Mempelajari Struktur
Matematika Secara Keseluruhan
Peserta didik diarahkan supaya mengetahui dan memahami sifat –
sifat yang berlaku secara menyeluruh terutama pada sistem matematika,
sistem bilangan, dll
5) Metode mengajar yang dipakai ialah menggunakan pendekatan
saintifik (scientific approach)
 Matematika tradisional
lebih banyak menggunakan ceramah
 Matematika modern

MATEMATIKA 1 97
lebih menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning,
Project Based Learning, dan Discovery Learning

4. Menganalisis Pengaruh Perubahan dari Perkembangan


Pengajaran Matematika
a. Menganalisis Pengaruh Perubahan dari Perkembangan
Pengajaran Matematika
Untuk menganalsis pengaruh perubahan dari perkembangan
pengajaran matematika dapat dilihat dari beberapa perbedaan antara
kurikulum yang pernah digunakan dan yang sedang digunakan, untuk
lebih jelasnnya perhatikan tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Beberapa Perbedaan Pandangan dan Tujuan Kurikulum di
Indonesia
No Aspek K. 1994 K. 2004 K. 2006 K. 2013
1 Aspek Kurikulum Kurikulum Kurikulum Kurikulum
penyusu disusun oleh disusun oleh disusun oleh disusun oleh
nan Tim Pusat Tim Pusat Tim Pusat secara Tim Pusat secara
kurikulu secara rinci secara rinci rinci daerah atau rinci daerah dan
m daerah atau daerah atau sekolah dapat sekolah dapat
sekolah sekolah hanya mengembangkan mengembangkan
hanya melaksanakan lebih lanjut yang lebih lanjut yang
melaksanakan dijabarkan pada dijabarkan pada
RPP berdasarkan RPP berdasarkan
EEK 5M
2 Aspek Tiap kali Tiap mata Tiap mata Semua mata
pendekat pembelajaran pelajaran

98 MATEMATIKA 1
an cenderung pelajaran pelajaran diajarkan dengan
pembelaj menggunakan diajarkan diajarkan dengan pendekatan
aran pembelajaran dengan pendekatan saintifik
klasikal pendekatan berbeda
berbeda
3 Aspek Cenderung Materi Mata pelajaran Tiap mata
yang menekankan pembelajaran tertentu pelajaran
menjadi aspek selalu mendukung mendukung
substansi kognitif dikaitkan kompetensi semua
penilaian dengan aspek tertentu dan kompetensi
afektif memunculkan seperti kognitif,
terutama minat karakter yang afektif dan
dan sikap akan dicapai psikomotor.
Apabila kita memperhatikan perbedaan antara kurikulum –
kurikulum tersebut, maka saya hanya mengangkat tiga aspek yang
dijadikan patokan. Aspek yang pertama adalah aspek penyusunan
kurikulum, disana yang terlihat jelas adalah bahwa K. 1994 bersifat
sentralisme karena pemerintah membuat aturan dan guru hanya
melaksanakan apa – apa yang ada di aturan kurikulum tersebut. Jadi
pada intinya cocok atau tidaknya dengan kultur masyarakat sekitar
maka guru harus mengikuti aturan kurikulum tersebut.
Beda halnya dengan K.2004, K. 2006, K. 2013 ketiga kurikulum
ini bersifat desentralisme karena pemerintah yang membuat aturan dan
guru diberikan kebebasan utuk merubah atau menambahkan materi
yang ingin dicapai oleh peserta didiknya, jadi pada intinya ketiga
kurikulum ini dalam hal perencanaan pelaksanaan pembelajaran harus
menyesuaikan dengan budaya dan kultur di suatu daerah.

MATEMATIKA 1 99
Berbicara sentralisme dan desentralisme maka kedua sifat ini
akan ada kelebihan dan kelemahannya, karena sesempurna apapun
program yang dibuat oleh pemerintah melalui tim perumus kurikulum
tidak akan efektif apabila kita masih berpikiran bahwa kurikulum lama
lebih bagus dari kurikulum dahulu. Apabila pikiran tersebut masih kita
yakini kebenarannya maka yang pasti terjadi adalah mundurnya
pendidikan kita. Padahal dunia yang dihadapi guru dan dunia yang
dihadapi oleh peserta didik itu berbeda, jadi sudah dapat dipastikan
mereka membutuhkan pemikiran yang berbeda. Tujuan dibuat
kurikulum baru yaitu supaya peserta didik kita dapat bersaing didunia
pendidikan dan lebih khususnnya lagi di dunia kerja sekarang ini.
Berbicara dunia pendidikan tidak terlepas dari buku paket atau
buku pegangan peserta didik yang mereka gunakan sebagai penunjang
keberhasilan pelaksanan kurikulum. Sebagai pengetahuan saja pada K.
1994 pemerintah yang mengadakan buku paket, akan tetapi pada K.
2004, K. 2006 dan K. 2013 pemerintah memberikan kelonggaran
dengan membolehkan penerbit lain atau buku paket lain masuk
kesekolah dengan catatan tidak memberatkan keuangan sekolah.
Aspek yang kedua adalah tentang pendekatan pembelajaran,
khusus untuk K. 1994 dalam hal penyampaian cenderung lebih banyak
klasikal. akan tetapi K. 2004 dan K. 2006 tiap mata pelajaran diajarkan
dengan pendekatan yang berbeda – beda tergantung materi apa yang
diajarkan itu artinya pada pelaksanaan kedua kurikulum tersebut sudah
mulai diterapkan model – model pembelajaran seperti RME, Open –
ended, CTL, Kooperatif, PCL, pembelajaran generatif, PBL, dll.
Dalam mengimplementasikan K. 2006 khusus pada RPP harus
mencerminkan EEK maksudnya dalam kegiatan inti pembelajaran

100 MATEMATIKA 1
dikelas harus ada Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi. Sedangkan dalam
K. 2013 dalam kegiatan inti harus mencerminkan 5M (Mengamati,
Menanya, Mengeksplorasi, Mengasosiasi, Mengkomunikiasikan). Oleh
karena itu, dalam pengimplementasianya kurikulum ini sudah pasti
harus menggunakan pendekatan saintifik yang tergambar dalam 5 M
tersebut, maka model pembelajaran yang disarankan adalah Problem
Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning.
Aspek yang ketiga adalah aspek substansi penilaian, untuk
penilaian K. 1994 cenderung menekankan aspek kognitif maksudnya
seorang guru dalam memberikan nilai hanya dari aspek pengetahuan.
Maka jangan heran apabila pada waktu itu ada peserta didik yang tidak
menghormati baik guru dan temannya atau dapat dikategorikan nakal
tetapi dia bisa menjadi juara kelas.
Beda halnya dengan K. 2004 dan K. 2006, keduannya sepakata
bahwa aspek sikap dapat mempengaruhi nilai. Jadi pada kedua
kurikulum ini kita tidak akan menemukan lagi peserta didik nakal bisa
menjadi juara kelas, hal itu dikarenakan aspek penilaian menjadi dua
yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Apalagi jika kita membicarakan
K. 2013 yang sudah tentu dalam hal penilaian akan lebih ketat lagi, hal
itu dikarenakan aspek penilaian menjadi tiga yaitu aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).
b. Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
2. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda
ketidaksamaan, ketidaksamaan adalah pernyataan yang memuat <, >, ≤, ≥,
dan ≠. Jadi pertidaksamaan linear satu variabel adalah pertidaksamaan yang
mempunyai satu variabel dan variabel tersebut berpangkat satu. Untuk

MATEMATIKA 1 101
memperjelas dari pengertian diatas dapat memperhatikan penjelasan berikut
ini:
1) 5a + 3 > 7 , disebut pertidaksamaan linear dengan satu variabel a
2) 5a + 3b ≤ 7 , disebut pertidaksamaan linear dengan satu variabel a dan b
3) 5a + 3 = 7 , disebut persamaan linear dengan satu variabel a
4) 5a2 + 3 > 7 , disebut pertidaksamaan kuadrat dengan satu variabel a
Berikut akan dilakukan perhitungan atau penyelesaian
permasalahan pertidaksamaan linera satu variabel.
 Contoh 3.12 :
5 3 1
Selesaiakan persoalan berikut ini => x+ ≥ Penyelesaian!
4 2 2
Kita akan mengalikan kedua ruas persamaan dengan kelipatan
persekutuan terkecil dari penyebut, dalam hal ini adalah 4
5 3 1
 x+ ≥
4 2 2

 4 ( 54 x + 32 )≥ 4( 12 ) (kalikan kedua ruas dengan 4)

20 12 4
 x+ ≥ (gunakan sifat distributif)
4 2 2
 5 x+ 6 ≥2 (gunakan konsep pembagian)
 5 x ≥ 2−6 (6 sebagai konstanta di kiri pindah ke
kanan)
 5 x ≥−4 (sederhanakan)
−4
 x≥ (gunakan konsep pembagian)
5
4
 x ≥− (negatif pindah ketengah)
5
4
Untuk menjawabnya kita misalkan x = 0 maka apakah 0 ≥− ?
5

102 MATEMATIKA 1
Jika jawabannya benar maka dekati nilai 0, dan jika salah maka
sebaliknya. Terlihat jawabannya benar, sehingga panah harus menuju 0
ke arah kanan

4 −4
Dari gambar terlihat bahwa HP dari x ≥−
5
adalah {
5
, 0, 1, 2, ...}
 Contoh 3. 13
Selesaiakan persoalan berikut ini 10 , 43−2 ,3 x <1 ,23
Penyelesaian!
Kita akan mengalikan kedua ruas persamaan dengan banyaknya angka
desimal, dalam hal ini adalah dua angka dibelakang koma berarti dikali
100
 10 , 43−2 ,3 x <1 ,23
 100 ( 10 , 43−2, 3 x ) <100(1 , 23) (kedua ruas kali 100)
 1043−230 x <123 (gunakan sifat distributif)
 −230 x <123−1043 (konstanta pindah ke kanan)
 −230 x ←920 (sederhanakan)
−920
 x> (gunakan konsep
−230
pembagi)
 x >4 (berubah tanda)
Jadi didapat HP dari 10 , 43−2 ,3 x=1 , 23 adalah x >4
Untuk menjawabnya kita misalkan x = 0 maka apakah x >4 ?

MATEMATIKA 1 103
Jika jawabannya benar maka dekati nilai 0, dan jika salah maka
sebaliknya. Terlihat jawabannya salah, sehingga panah harus menjauhi
0 ke arah kanan.

Coba perhatikan contoh 3.12, disana untuk grafik terlihat bulatan


penuh, itu artinya angka tersebut termasuk HP. Sekarang bandingkan
dengan contoh 3.13, terlihat sekali bahwa bulatan pada angka 4 masih
putih itu artinya 4 tidak masuk HP. Jadi HP dari x >4 adalah {5, 6, 7,
8, ...}
 Contoh 3. 14
Selesaiakan persoalan berikut ini 3 a−11≤ 4−2 a
Penyelesaian!
Kita akan menyelesaiakan persoalan tersebut menggunakan cara
pengurangan atau penjumlahan suku sejenis
 3 a−11≤ 4−2 a
 3 a+2 a ≤ 4 +11 (pengurangan suku
sejenis)
 5 a ≤ 15 (gunakan konsep
pembagi)
15
 a≤ (sederhanakan)
5
 a≤3
Jadi didapat HP dari 3 a−11≤ 4−2 a adalah a ≤ 3
Untuk menjawabnya kita misalkan a = 0 maka apakah 0 ≤ 3?

104 MATEMATIKA 1
Jika jawabannya benar maka dekati nilai 0, dan jika salah maka
sebaliknya. Terlihat jawabannya benar, sehingga panah harus menuju 0
ke arah kiri.

Sekarang perhatikan gambar diatas, terlihat sekali bahwa bulatan


pada angka 3 sudah penuh itu artinya 3 masuk HP. Jadi HP dari a ≤ 3
adalah {3, 2, 1, 0, ...}

 Contoh 3. 15
Selesaiakan persoalan berikut ini x 2+ 3 x +2> 0
Menggunakan konsep faktorisasi
Penyelesaian!
 x 2+ 3 x +2> 0
 ( x +2 ) ( x +1 ) >0 (gunakan konsep faktorisasi)
 x +2=0 atau x +1=0 (gunakan prinsip perkalian 0)
 x=−2 atau x=−1 (konstanta pindah ke kanan)
Jadi didapat HP dari x 2+ 3 x +2> 0 adalah x=−2 atau x=−1
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka cara pertama
adalah perhatikan bahwa kuadrat > 0, itu berarti nilai dari kuadrat
tersebut adalah positif. Masukan seandainya x = 0 maka sebelah kiri
bernilai positif. Sehingga sudah dipastikan berpola +−¿ +

MATEMATIKA 1 105
Sekarang perhatikan gambar diatas, terlihat sekali bahwa bulatan
pada angka -2 dan -1 tidak penuh. Di dapat HP { x ←2 atau x >−1} .
Jadi HP dari x <¿ −2 adalah {-3, -4, -5, ...} atau x >−1 adalah {0, 1,
2, ...}

 Contoh 3. 16
Selesaiakan persoalan berikut ini x 2+ x−6 ≤ 0
Menggunakan konsep faktorisasi
Penyelesaian!
 x 2+ x−6 ≤ 0
 ( x−2 ) ( x+ 3 ) ≤ 0 (gunakan konsep faktorisasi)
 x−2=0 atau x +3=0 (gunakan prinsip perkalian 0)
 x=2 atau x=−3 (konstanta pindah ke kanan)
Jadi didapat HP dari x 2+ x−6 ≤ 0 adalah x=2 atau x=−3
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka cara pertama
adalah perhatikan bahwa kuadrat ≤ 0, itu berarti nilai dari kuadrat
tersebut adalah negatif. Masukan seandainya x = 0 maka sebelah kiri
bernilai positif. Sehingga sudah dipastikan berpola +−¿ +

Sekarang perhatikan gambar diatas, terlihat sekali bahwa bulatan


pada angka -3 dan 2 penuh. Di dapat HP {-3 ≤ x ≤ 2}.

106 MATEMATIKA 1
Jadi HP dari −3 ≤ x ≤ 2 adalah {-3, -2, -1, 0, 1, 2}

C. Rangkuman
Di Indonesia pelaksanaan pembaharuan dimulai tahun 1970, akan tetapi
pemikiran atau gagasan perlunya pembaharuan tersebut sudah ditetapkan
sejak lama sebelum itu bahkan ada sumber lain yang menyebutkan pemikiran
bahwa pembaharuan tersebut harus segera dilakukan yaitu sekitar tahun 1964.
Hal itu berarti pemikiran pembaharuan dimulai tahun 1964 akan tetapi dapat
direalisasikan di negara kita pada tahun 1970, apabila melihat waktu yang
terpakai dapat dipastikan pembaharuan ini bukan hal yang gampang dan juga
bukan perkara yang instan karena pembaharuan ini merupakan pondasi awal
dari terbentuknya SDM Indonesia yang berkualitas.
Apabila melihat sejarahnya, perkembangan pembaharuan matematika
dapat dibedakan menjadi dua proyek besar pendidikan yang sering disebut
sebagai kurikulum. Jika suatu kurikulum terbentuk sebelum tahun 1970 itu
artinya kurikulum tersebut masih memegang sistem pengajaran yang
tradisional sehingga otomatis dalam hal pengajaran pun masih tradisional, hal
itu sangat berbeda apabila kurikulum terbentuk sesudah tahun 1970 maka
dapat dipastikan kurikulum tersebut sudah mengimplementasikan program
pengajaran modern sehingga pengajaran pun sudah modern. Jangan kita
berpikiran bahwa tradisional itu jelek dan modern itu bagus, akan tetapi
pengajaran modern tercipta karena ada pengajaran tradisional sebagai
pembandingnya. Bahkan yang harus menjadi catatan adalah buku – buku yang
kita gunakan sehari – hari yang notabene matematika moden itu besumber
atau dasarnya dari matematika tradisional. Akan tetapi oleh para ahli
matematika diolah sedemikian rupa sehingga dalam setiap buku yang kita
pakai sekarang sudah mencerminkan matematika yang modern.

MATEMATIKA 1 107
Ciri yang sangat jelas yang mebedakan keduannya adalah dalam hal
sudut pandang terhadap persoalan. Apabila matematika tradisional
memandang seorang peserta didik cukup menguasai keterampilan berhitung
dan hafal konsep matematika, sedangkan matematika modern memandang
bahwa kemampuan dari kedua aspek tersebut masih kurang. Jadi ciri utama
matematika modern adalah dalam setiap pembelajaran harus memunculkan
kata “”mengapa” dan “bagaimana” tujuannya supaya pengertian dari materi –
materi matematika dapat mucul dan menjadi kemampuan dasar mereka.
Apabila ketiga aspek tersebut (pengertian, kemampuan berhitung, hafalan)
dapat dikuasai oleh peserta didik kita, maka akan ada kemungkinan mereka
dapat bersaing dan berbicara banyak baik di dunia pendidikan maupun di
dunia kerja.
Berbicara kurikulum saya hanya mengangkat dua kurikulum saja,
bukan berarti kurikulum yang lain tidak bagus untuk di jelaskan. Akan tetapi
kedua kurikulum ini pernah saya alami dan pernah diimplementaikan, maka
yang akan saya jelaskan adalah tentang K. 2006 dan K. 2013. Perbedaan dari
keduanya yang cukup terlihat yaitu:
1. Dalam perencanaan pembelajaran atau RPP, dalam kegiatan inti harus
ada:
K. 2006 = harus ada EEK (Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi)
K. 2013 = harus ada 5 M (Mengamati, Menanya, Mengeksplorasi,
Mengasosiasi, Mengkomunikiasikan)
2. Dalam penilaian
K. 2006 = penilaian kognitif ditambah afektif sebagai pelengkap sebagai
pendidikan berkarakter
K. 2013 = penilain dalam rapot mencerminkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor
3. Dalam penyampaian

108 MATEMATIKA 1
K. 2006 = mulai diterapkan model – model pembelajaran seperti
RME, Open – ended, CTL, Kooperatif, PCL, pembelajaran
generatif, PBL, dll.
K. 2013 = model pembelajaran yang disarankan adalah Problem
Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning.

D. Latihan Soal
1. Apa yang menjadikan matematika modern dan matematika tradisional itu
berbeda?
2. Kenapa kurikulum di negara kita terus mengalami perubahan?
3. Apa yang menyebabkan new math harus segera dilaksanakan di indonesia?

MATEMATIKA 1 109
4. Persamaan linear satu variabel
a. 3a + 14 = 2
b. -2x – 12 = 10
5. Pertidaksamaan linear satu variabael
a. 3a + 14 > 2
b. -2x – 12 ≥ 10
c. x2 – 4x – 5 ≤ 0

DAFTAR PUSTAKA

Fadilah. Kadir. dan Kusumawati, N. (2007). Pembahasan Soal – Soal Ujian


Komperhensif. UPI : tidak diterbitkan.

Saeful, A. Kusaeri. Irzani. Nu’man, M. (2008). Matematika 1 Edisi Pertama.


Surabaya : LAPIS-PGSD.

110 MATEMATIKA 1
Muhsetyo, G. dkk. (2012). Pembelajaran Matematika SD. UT : Kementrian
Pendidikan dan Kebuadayaan.

Ruseffendi, E. T. (2006). Pengajaran Matematika- CBSA. Bandung : Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar – Dasar Matematika Modern dan Komputer.


Bandung : Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (1991). Penilaian Pendidikan Dan Hasil Belajar Siswa


Khususnya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Guru Dan
Calon Guru. Bandung : Tarsito.

Widjajanti, B. D. (2009). Kumpulan Soal Dan Ringkasan Materi Persiapan


Ujian Komperhensif Matematika. UPI : tidak diterbitkan.

MATEMATIKA 1 111

Anda mungkin juga menyukai