Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA DIDIKAN ORANG TUA DAN POLA


KENAKALAN REMAJA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Zahro Hasanah, M.Pd

Disusun Oleh :

Walidatul Ezziyah

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH RADEN SANTRI GRESIK

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat limpahan nikmat
dari-Nya sehingga makalah saya yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA
DIDIKAN ORANG TUA DAN POLA KENAKALAN REMAJA” dapat
diselesaikan, shalawat serta salam tak lupa saya kirimkan atas junjungan kita Nabi
Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam yang telah membawa ummat ini dari
alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang.

Dalam rangka penyelesaian makalah ini, penulis mendapat bantuan dari


berbagai pihak yang ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam
memberikan arahan dan bimbingan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini.

Walaupun dengan usaha maksimal telah saya lakukan, tapi sebagai


manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati saya dari penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini, dan kiranya makalah ini dapat memberikan
masukan dan informasi kepada semua pihak yang berkaitan dengan hal ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala
kekhilafan dan kesalahan. Kiranya segala bantuan pengorbanan yang telah
diberikan oleh semua pihak, mendapat ridho dari Allah Subhanahu Wataala.
Amin….

Gresik, 13 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3

A. Hubungan keluarga dengan sosialisasi anak...................................... 3


B. Kenakalan remaja............................................................................... 6
C. Penyebab kenakalan remaja............................................................... 7
D. Peranan keluarga terhadap kenakalan remaja.................................... 7
BAB III PENUTUP...................................................................................... 9

A. Kesimpulan........................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan lingkungan utama dalam pembetukan karakter anak,
karena disanalah mereka mulai mengenal dan belajar berbagai seswatu dalam
hidup sehingga mereka mengerti dan dapat mengambil keputus saat beranjak
dewasa. Oleh sebab itu orang tua sangat bertanggung jawab dan berpengaruh
terhadap tumbuh kembang serta sikap prilakunya di masa depan, orang tua selalu
diharapkan memberi bimbingan, pengawasan anak dalam berkomunikasi ata
berinteraksi dengan lingkungannya, apabila terjadi suatu masalah dengan anak
orang tua diharapkan membantu dalam memecahkan permaslahnnya!
Namun semua itu belom berjalan karena orang tua masih banyak mereka
larut dengan kesibukannya dalam perkerjaan dan kehidupan sosialnya, sehingga
tanpa mereka sadarkan menelantarkan anaknya sehingga dalam pembentukan
karakter tidak dapat terkontrol. Banyak orang tua tidak mempermasalahkan
perilaku anaknya namun banyak juga dapat menimbulkan konflik antar ortu atau
lingkungan sehingga anak menjadi korban.
Masa remaja sering dikenal dengan masa pemberontakan. Pada masa ini,
seorang anak yang baru mengalami pubertas sering kali mengalami banyak
masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang
sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba,
free sex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak
dapat dipungkiri lagi, kita dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang.
Tindakan kenakalan remaja sangat beraneka ragam dan bervariasi dan lebih
terbatas jika dibandingkan dengan tindakan kriminal orang dewasa.
Motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami,
misalnya pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja hanya untuk memberikan
hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan
yang baik atau mengagumkan. Akibatnya para orang tua mengeluhkan perilaku

1
anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan
mereka.
Konflik keluarga, depresi dan munculnya tindakan beresiko sangat umum
terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang
kehidupan.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hubungan keluarga dengan sosialisasi anak?
b. Apa saja kenakalan remaja?
c. Apa saja penyebab kenakalan remaja?
d. Apa saja peranan keluarga terhadap kenakalan remaja?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui hubungan keluarga dengan sosialisasi anak
b. Untuk mengetahui kenakalan remaja
c. Untuk mengetahui penyebab kenakalan remaja
d. Untuk mengetahui peranan keluarga terhadap kenakalan remaja

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keluarga Dan Hubungannya Dengan Sosialisasi Pada Anak


Menurut Megawangi (1999) ada tiga elemen struktur internal keluarga,
yang salah satunya mengacu pada fungsi sosial. Dalam hal ini, digambarkan oleh
peran dari masing-masing individu atau kelompok berdasar status sosial dalam
suatu sistem sosial (misal anak, ayah dan ibu). Artinya, setiap status sosial tertentu
harapannya dalam interaksi dengan individu/kelompok akan ada fungsi dan peran,
yang didasarkan bukan pada ciri pribadi individu melainkan karena status sosial
yang dipegangnya. Semisal saja, anak mempunyai kewajiban untuk menghormati
dan patuh pada orangtua dan sebaliknya orangtua berkewajiban juga memberikan
cinta, perhatian dan kasih sayang pada anaknya.
Hal ini sejalan dengan apa yang ditulis Parson & Bales (1955) dalam
Megawangi (1999), bahwa orangtua mempunyai dua peran, yaitu :
1. Instrumental, yang dilakukan oleh bapak/suami dan
2. Peran emosional/ekspresif, yang biasanya disandang oleh seorang
ibu/istri.
Kedua peran tersebut dijalankan oleh keluarga yang juga merupakan
intsitusi dasar (fundamental unit of society) dalam rangka membentuk individu
bertanggung jawab, mandiri, kreatif dan hormat melalui proses sosialisasi terus
menerus kepada anak-anaknya.
Sedang bila dilihat menurut fungsinya, keluarga salah satunya berperan
dalam melaksanakan proses sosialisasi.
Sosialisasi merupakan suatu proses dimana seseorang mempengaruhi
orang lain karena adanya interaksi. Untuk perkembangan sosial anak akan sangat
dipengaruhi siapa agen sosialnya. agen sosial yang terpenting adalah orang-orang
yang saling berhubungan dan dapat mempengaruhi bagaimana orang tersebut
berperilaku, temasuk di sini adalah orangtua, saudara kandung (sibling) atau
kelompok bermain (peer); selain itu nenek/kakek, paman/bibi dan orang dewasa
lain dalam masyarakat sebagai jaringan hubungan yang lebih luas. Setiap agen

3
sosial tersebut akan menentukan perbedaan dalam proses sosialisasi anak. Oleh
karena itulah untuk menghasilkan individu-individu yang berkualitas baik,
keluarga amat berperan dalam mensosialisasi nilai-nilai kebaikan dan norma yang
berlaku atau yang diharapkan masyarakat kepada anak mereka yang dimulai dari
masalah-masalah kecil yang terjadi dalam keluarga sesuai dengan tahap
perkembangan usia anak tentunya.
Cara yang dapat dilakukan keluarga dalam proses sosialisasi adalah
sebagai berikut: Pertama, pengkondisian/pelaziman. Karena kita tahu dan tidak
dapat disangkal lagi bahwa anak ialah manusia yang pasif sepenuhnya dalam
sosialisasi, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan sebagian besar sikap dan
tingkah lakunya dilakukan sebenarnya melalui proses ini, yang diciptakan oleh
orangtua atau anggota keluarga lain yang telah dewasa dengan pemberian
mekanisme hukuman atau imbalan; semisal, makan, minum, mandi, berpakaian,
buang air besar/kecil (toilet training) bahkan bertutur kata sekalipun. Dengan
diberikannya mekanisme tersebut anak akan mempertahankan tingkah laku
tertentu bila apa yang dilakukan/diperbuat (baik) dapat imbalan. Sebaliknya anak
akan menghindari tingkah laku tertentu bila ternyata apa yang diperbuat (buruk)
akan mendapat hukuman.
Kedua, pemodelan (pengimitasian dan pengindentifikasian). Cara imitasi
biasanya berlangsung dalam waktu singkat untuk sekedar meniru aspek luar dari
tokoh/model yang diidealkannya. Sebaliknya, jika anak menginginkan dirinya
sama (identik) dengan tokoh idolanya maka peniruan akan terjadi lebih mendalam
karena tidak hanya peniruan tingkah laku tapi juga totalitas dari tokoh atau model
tersebut (identifikasi) sehingga di sini orangtua (keluarga) perlu memberi contoh
perilaku yang baik bagi anaknya.
Dan ketiga, internalisasi yaitu cara yang mempersyaratkan anak (dengan
sukarela) untuk menyadari bahwa sesuatu hal, seperti norma, nilai dan tingkah
laku memiliki makna tertentu yang berharga bagi dirinya atau bagi masyarakat
kelak untuk dijadikan panutan, pedoman atau tindakan yang lama kelamaan hal
tersebut akan menjadi bagian dari kepribadiannya, semisal anak dicontohkan

4
dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang agama atau yang tidak diharapkan
masyarakat pada umumnya.
Anak sebagai bagian anggota keluarga dalam pertumbuhan dan
perkembangannya tidak akan terlepas dari lingkungan dimana dia dirawat/diasuh
atau awal diperolehnya pengalaman belajar bagi seorang anak. Dalam keluargalah
kali pertama anak berinteraksi terutama dengan ibunya setelah anak dilahirkan
dan melalui kegiatan menyusui. Hubungan ini akan berkembang sesuai tahapan
usia anak. Dari sinilah anak akan dan selalu berusaha untuk menyesuaikan diri
melalui pengalaman belajar agar diterima di lingkungan sosial dan menjadi
pribadi yang dapat bermasyarakat; dengan syarat punya kesempatan untuk
berhubungan dengan orang lain (sosialisasi).
Karena keluarga berfungsi untuk menjaga dan menumbuh-kembangkan
anggotanya, maka diperlukan orangtua yang bijaksana, sebab sikap orangtua akan
mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak dan mempengaruhi perilaku
anak. Pada dasarnya hubungannya orangtua-anak tergantung pada sikap orangtua,
dimana hal ini juga diperoleh melalui pengalaman belajar sebelumnya dari
orangtua mereka.
1. Kesibukan Orangtua
Sesibuk apapun orang tua perlu memiliki waktu untuk memperhatikan
anak-anaknya. Jangan sampai hanya bersemangat ketika ingin mendapatkan anak
tetapi tidak bersemangat dalam memperhatikan anak-anaknya.
2. Ketika Orang Tua Sudah di rumah
Setelah pulang dari bekerja, orang tua perlu memperhatikan kehidupan
rohani anak-anaknya. Kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anak antara lain:
a. Kebutuhan akan kehadiran Tuhan.
b. mendorong anak-anaknya mengembangkan talenta dan karunia yang
dimiliki secara maximal.
c. Perhatian terhadap kebutuhan fisik anak-anak..
d. Kebutuhan Bersosialisasi.
e. Kebutuhan perasaan berarti.
f. Kebutuhan untuk rasa aman..

5
g. Kebutuhan untuk diterima..
h. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
i. Kebutuhan untuk dipuji.
j. Kebutuhan akan disiplin.
Jika kedua orang tua dapat memperhatikan kebutuhan anak seperti yang
diuraikan diatas, maka anak-anak akan merasa diperhatikan oleh kedua orang
tuanya. Sehingga pekerjaan tidak akan menjadi kendala bagi orang tua untuk
memperhatikan anak-anaknya.

B. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan
atau hukum dalam masyarakat, yang dilakukan pada usia remaja atau transisi
masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan pengertian kenakalan remaja menurut Paul Moedikdo, SH
adalah:
1) Semua perbuatan penyelenggaraan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
2) Semua perbuatan yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan
ringan seperti membolos sekola melanggar peraturan-peraturan sekolah,
melanggar jam malam yang orang tua berikan, hingga kenakalan berat seperti
perkelahian antara geng, penggunaan obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya.

Dalam batasan hukum menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku
“The Adolesence”, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja,
yaitu:

1. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindakan kriminal yang


dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk diantaranya adalah
pencurian, penyerangan, pembunuhan, dan pemerkosaan.

6
2. Pelanggaran status, diantaranya adalah kabur dari rumah,
membolos sekolah, mengkonsumsi minuman beralkohol pada usia dibawah umur,
dan lain sebagainya.

C. Penyebab Kenakalaan Remaja


Faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
1. Faktor internal
Kontrol diri yang lemah dan krisis identitas, yaitu perubahan biologis dan
sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi.
2. Faktor eksternal
Keluarga dan perceraian orang tua, teman sebaya yang kurang baik,
komunitas/ tempat tinggal yang kurang baik.
Sedangkan menurut Kumfer dan Alvarado, faktor-faktor p enyebab
terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
1) Kurangnya sosialisasi dari orang tua ke anak mengenai nilai-nilai
moral dan sosial,
2) Contoh perilaku yang ditampilkan orang tua,
3) Kurangnya pengawasan terhadap anak,
4) Kurangnya disiplin yang ditetapkan orang tua kepada anak,
5) Rendahnya kualitas hubungan orang tua dan anak
6) Kemiskinan dan kekerasan dalam keluarga,
7) Anak tinggal jauh dari orang tua dan tanpa pengawasan.

D. Peranan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja


Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orang tua
terhadap anaknya pada saat memasuki usia remaja, yakni:
1. Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
2. Kemandiriran anak diajarkan secara bertahap
3. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif.

7
Orang tua mempunyai fungsi yang penting dalam keluarga. Diantara
fungsi-fungsi tersebut antara lain :
1. Fungsi religius. Artinya orang tua mempunyai kewajiban
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota lainnya kepada
kehidupan beragama.
2. Fungsi edukatif. Pelaksanaan fungsi edukatif keluarga merupakan salah
satu tanggung jawab yang dipikul oleh orang tua. Sebagai salah satu unsur
pendidikan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi
anak. Orang tua harus mengetahui tentang pentingnya pertumbuhan,
perkembangan dan masa depan seorang anak secara keseluruhan. Ditangan
orang tuanyalah masalah-masalah yang menyangkut anak, apakah dia akan
tumbuh menjadi orang yang suka merusak dan menyeleweng atau ia akan
tumbuh menjadi orang baik.
3. Fungsi protektif. pelaksanaan fungsi lingkungan, yaitu dengan cara
melarang atau menghindarkan anak dari perbuatan-perbuatan yang tidak
diharapkan.
4. Fungsi Sosialisasi. Fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anaknya
tidak saja mencakup pengembangan pribadi, agar menjadi pribadi yang
mantap tetapi meliputi pula mempersiapkannya menjadi anggota
masyarakat yang baik.
5. Fungsi ekonomis. Meliputi; pencarian nafkah, perencanaan serta
pembelajarannya. Keadaan ekonomi sekeluarga mempengaruhi pula
harapan orang tua akan masa depan anaknya serta harapan anak itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Fungsi dan peran orang
tua pada anaknya antara lain menanamkan kehidupan beragama, memberikan
pendidikan dalam masa perkembangan anak, menjadi penghubung dalam
kehidupan sosial anak, dan memberikan nafkah secara ekonomi demi
keberlangsungan anak.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga sebagai wahana utama dan pertama terjadinya sosialisasi pada
anak. Karena pertama, anak kali pertama berinteraksi dengan ibunya (dan anggota
keluarga lain); kedua pengalaman dini belajar anak (terutama sikap sosial) awal
mula diperoleh di dalam rumah dan ketiga, keluarga sesuai peran dan fungsinya
diidentikan sebagai tempat pengasuhan yang didalamnya mencakup proses
sosialisasi yang sekaligus bertanggung jawab untuk menumbuh-kembangkan
anggota keluarganya, dengan tidak boleh mengabaikan faktor nilai, norma dan
juga tingkah laku yang diharapkan baik dalam lingkungan keluarga ataupun
lingkungan yang lebih luas (masyarakat).
Masalah kenakalan anak dan remaja tidak memandang tempat maupun
status sosial ekonomi, ada pada setiap lapisan masyarakat, di kota maupun di
desa, pada lingkungan kaya maupun miskin. Keluarga sebagai penyebab tidak
langsung terjadinya kenakalan remaja selain masyarakat. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam keluarga, misalnya dari single earner menjadi dual earner
mengakibatkan ibu rumah tangga berkurang waktunya untuk memperhatikan
anaknya. Perubahan ini juga memberikan kontribusi pada semakin besarnya
peluang terjadinya perceraian. Fenomena empty shell juga dapat disebabkan oleh
perubahan akibat tidak langsung terjadinya kenakalan remaja, sebab kebutuhan
akan rasa aman remaja tidak terpenuhi
Keluarga, bagaimanapun merupakan sumber terjadinya masalah kenakalan
remaja, akan tetapi keluarga juga merupakan sumber untuk mencegah dan
mengatasi kenakalan remaja. Hal ini sejalan dengan aliran konservatif yang
menganggap bahwa keluarga, utamanya yang memiliki orang tua lengkap,
merupakan institusi yang sangat penting sebagai tempat anak untuk tumbuh dan
berkembang ke arah yang memadai dengan menerapkan nilai dan moralitas yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Demikian pula Parsons (1964) dan

9
Parsons & Bales (1956) mengatakan bahwa modernisasi akan melunturkan dan
mengurangi fungsi keluarga. Fungsi sosialisasi anak dan tention

10
DAFTAR PUSTAKA

http://carabatuajiblog.blogspot.com/2016/03/makalah-hungan-orang-tua-

dengan-anak.html

https://www.google.com/search?client=firefox-b-

d&q=Makalah+hubungan+orang+tua+dengan+anak&sa=X&ved=2ahUKEwjB

wpHd1sP7AhVu1TgGHRAsDO0Q1QJ6BAhSEAE&biw=1920&bih=955&dpr=1

http://news.upmk.ac.id/home/post/

pentingnya.peran.orangtua.dalam.pendidikan.anak.html

11

Anda mungkin juga menyukai