Anda di halaman 1dari 115

Kembali ke DAFTAR ISI

BANDING GAK, YA???


Kumpulan Kasus Manfaat Program BPJS Ketenagakerjaan

JAKARTA, SEPTEMBER 2021


DEPUTI DIREKTUR BIDANG KEBIJAKAN OPERASIONAL PROGRAM
BPJS KETENAGAKERJAAN

1
Kembali ke DAFTAR ISI

INTERNAL USE ONLY


HANYA UNTUK PENGGUNAAN INTERNAL

2
Kembali ke DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
rahmat dan karuniaNya, sehingga kami berhasil menyusun Buku Kumpulan Kasus
Manfaat BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Ketenagakerjaan saat ini mengemban amanah melaksanakan 5 program


yaitu JKK, JKM, JHT, JP dan JKP. Seiring dengan hal itu, BPJS Ketenagakerjaan
dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada peserta. Pelayanan terbaik
yang diberikan harus tetap menjunjung 5T yaitu Tepat Aturan, Tepat Manfaat,
Tepat Orang, Tepat Jumlah dan Tepat Waktu.

Variasi dan karakteristik kasus di lapangan sangat luas sehingga untuk


memberikan pelayanan terbaik kepada peserta dibutuhkan pemahaman yang
sama bagi Insan BPJS Ketenagakerjaan. Buku ini merupakan salah satu upaya
untuk menambah khasanah pengetahuan dan menyamakan persepsi dalam
penyelesaian suatu kasus maupun pemberian manfaat kepada peserta program
BPJS Ketenagakerjaan.

Dalam buku ini, diharapkan seluruh insan BPJS Ketenagakerjaan dapat


mempelajari detil setiap kejadian, pengumpulan fakta dan bukti serta upaya
penunjang dalam penentuan penyelesaian kasus sehingga terbentuk pemahaman
yang utuh terhadap kasus yang terjadi.

Semoga buku ini dapat menjadi referensi dalam menyelesaikan kasus yang terjadi
di lapangan, sehingga mendukung terciptanya pelayanan terbaik bagi peserta BPJS
Ketenagakerjaan dan mewujudkan visi BPJS Ketenagakerjaan untuk mewujudkan
jaminan sosial ketenagakerjaan yang terpercaya, berkelanjutan dan
menyejahterakan seluruh pekerja Indonesia.

Mari kita wujudkan pelayanan BPJS Ketenagakerjaan menjadi jembatan menuju


kesejahteraan peserta.

Jakarta, September 2021

Roswita Nilakurnia

Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan

3
Kembali ke DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 3
DAFTAR ISI............................................................................................................ 4
KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA ............................................................................. 7
MEKANIK KELILIPAN DEBU SAAT BEKERJA..................................................................... 8
TEKNISI JATUH DARI KETINGGIAN SAAT BEKERJA ........................................................10

KECELAKAAN DALAM PERJALANAN KERJA............................................................ 15


PETUGAS KEAMANAN TERJATUH SAAT BERANGKAT KERJA .........................................16
PEMUAT BUAH SAWIT TERLINDAS JONDER ..................................................................18
STAF ANALYS MENGALAMI KECELAKAAN SAAT PERJALANAN TUGAS ..........................21
ASISTEN LAPANGAN MENGALAMI KECELAKAAN SAAT PERJALANAN TUGAS ...............23
GURU TERTABRAK BECAK MOTOR ...............................................................................25
DIVE GUIDE TRAINING TERPEROSOK SAAT PERJALANAN PULANG ...............................27
TUKANG LAS MENGALAMI KLL SAAT PERJALANAN BEROBAT ......................................29
DEPUTY LISENCE LEGAL AND HUMAS MENGALAMI KLL DALAM PERJALANAN PULANG
.....................................................................................................................................33

PENENTUAN CACAT ............................................................................................ 36


SUPIR DUMP TRUK YANG MENGALAMI CACAT FUNGSI ...............................................37
ENGINEER ELECTRIC YANG MENGALAMI LUKA BAKAR .................................................39
PEMANEN SAWIT KEJATUHAN BUAH SAWIT ................................................................41

MENINGGAL MENDADAK .................................................................................... 44


PEGAWAI PROCUREMENT PINGSAN DI HOTEL .............................................................45
OPERATOR MESIN PINGSAN DI PERUSAHAAN .............................................................47
DIREKTUR TIDAK SADARKAN DIRI SAAT DINAS ............................................................50
PURCHASING STAFF MENGELUH SAKIT DADA DI TEMPAT KERJA .................................53
SUPERVISOR CONSTRUCTION MENGALAMI SAKIT DI MOBIL .......................................55
REGIONAL SALES MANAGER MENGALAMI KEJANG DI DALAM MOBIL .........................59
KEPALA SEKSI PENJUALAN MENGELUH SAKIT DI TEMPAT KERJA .................................63

PENYAKIT AKIBAT KERJA ...................................................................................... 66


PETUGAS OPERASIONAL AMBULAN MENGALAMI SAKIT PNEUMOMIA .......................67

BUKAN TERMASUK RUANG LINGKUP JKK ............................................................. 72


ANALIS LABOR DEMAM SAAT BEKERJA ........................................................................73
ADVISOR AFTER SALES SERVICE MENGALAMI SERANGAN PENYAKIT DI WARUNG ......74
OPERATOR WATER TREATMENT DITEMUKAN TERGELETAK DI KAMAR MANDI ...........76
SPV MENDAPAT SERANGAN PENYAKIT DI PERJALANAN ..............................................78
HEAD OF CHECKER OF ANALYSIS TERJATUH SAAT BERANGKAT KERJA .........................81
DIREKTUR KEUANGAN PINGSAN DI TAKSI ONLINE .......................................................84

4
Kembali ke DAFTAR ISI

OPERATOR MESIN MENDAPAT SERANGAN SAKIT DI PESAWAT ...................................87


FOREMAN GOLDROOM MENGELUHKAN SAKIT PASKA BERHENTI BEKERJA .................89
PERANGKAT DESA MENGALAMI KECELAKAAN SAAT MEMBELI MAKANAN .................91
OPERATOR EXCAVATOR JATUH TERHEMPAS DI ATAS RODA EXCAVATOR ...................92
LIGHTINGMAN PINGSAN SAAT NAIK OJOL ...................................................................94
HR MANAGER KEHILANGAN DAYA PENGLIHATAN MATA KANANNYA .........................96
TENAGA CUTTING DITEMUKAN PINGSAN DALAM PERJALANAN PULANG ....................98

BUKAN PESERTA ............................................................................................... 102


PEKERJA SEMI SKILL TERJATUH DARI LANTAI 4...........................................................103

DISKUSI KASUS TAMBAHAN ............................................................................... 106


PERUBAHAN UPAH DALAM PERHITUNGAN SANTUNAN ............................................107
KLAIM JHT SALAH BAYAR ...........................................................................................111

DAFTAR PUSTAKA/PERATURAN YANG BERLAKU ................................................. 115

5
Kembali ke DAFTAR ISI

Source: https://mikeherberts.blogspot.com/2018/06/jpg-kata-kata-semangat-kerja.html

6
Kembali ke DAFTAR ISI

KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

7
Kembali ke DAFTAR ISI

MEKANIK KELILIPAN DEBU SAAT BEKERJA

Mekanik kelilipan abu dari boiler hingga menyebabkan kebutaan, kasus ini ditetapkan sebagai
Kecelakaan Kerja

1. DATA PESERTA
LI alias ED, laki-laki umur 55 tahun adalah tenaga kerja PT. SU (NPP
B1020XXX) dengan nomor referensi 87B11021XXX, bekerja sebagai mekanik.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Sdr. LI alias ED pada tanggal 28 Juni 2016 bekerja menyusun batu api di
boiler, tiba-tiba abunya masuk ke kedua mata Sdr. LI yang mengakibatkan
kedua mata merah dan berair. Selanjutnya yang bersangkutan dibawa ke RS.
Mata Siantar untuk menjalani perawatan dan dirawat oleh dr. Januar Sitorus,
Sp.M.
Surat Keterangan Medis yang dikeluarkan oleh dr. Januar Sitorus Sp.M selaku
dokter yang merawat dari RS. Mata Siantar menyatakan bahwa :
a. Sdr. LI pada tanggal 28 November 2016 datang berobat ke RS. Mata
Siantar dikarenakan mata kanannya kemasukan debu.
b. Sdr. LI pada tanggal 20 Februari 2017 datang berobat ke RS. Mata Siantar
dengan kondisi mata kanan buta dan didiagnosa Ptosis + Neuritis
Retrobulbar.
c. Kebutaan pada mata kanan Sdr. LI bukan dikarenakan debu tetapi
dikarenakan adanya sumbatan pembuluh darah retina.
Pada tanggal 4 Juli 2018 dilakukan pemeriksaan ulang oleh dr. Dasril Sp.M di
RS. Mata Siantar dengan hasil sebagai berikut :
a. Pemeriksaan efisiensi tajam penglihatan (visus) : 0
b. Pemeriksaan kehilangan lapang pandang : 100% hilang
c. Pemeriksaan kehilangan penglihatan warna : 100% hilang
d. Mata kanan mengalami cacat penurunan fungsi penglihatan sebesar
100%
Kesimpulan hasil pemeriksaan diatas dinyatakan bahwa Sdr. LI mengalami
penurunan fungsi penglihatan 100% pada mata sebelah kanannya, namun
tidak diketahui penyebab pasti dari kebutaan tersebut.
Penetapan Pengawasan Ketenagakerjaan UPT Pengawasan Ketenagakerjaan
Wilayah III Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara Nomor: XX-
X/Wil.III/DTK/SU/20XX menyatakan bahwa “Presentase cacat fungsi mata
sebelah kanan akibat kecelakaan kerja yang dialami oleh Sdr. LI alias ED
sebesar 35% (tiga puluh lima perseratus)”.

8
Kembali ke DAFTAR ISI

3. ALASAN/PERTIMBANGAN BANDING
Bahwa Sdr. LI pada saat sedang menyusun batu api di boiler termasuk dalam
kategori kecelakaan kerja dan mempertimbangkan hasil pemeriksaaan
dokter yang merawat dinyatakan bahwa Sdr. LI mengalami penurunan fungsi
penglihatan 100% pada mata sebelah kanannya, namun tidak diketahui
penyebab pasti dari kebutaan tersebut.
Penurunan fungsi penglihatan/cacat kebutaan yang bersangkutan
disebabkan faktor lain yaitu dikarenakan adanya sumbatan pembuluh darah
retina dengan diagnosa Ptosis + Neuritis Retrobulbar sehingga tidak dapat
dikategorikan sebagai cacat fungsi akibat kecelakaan kerja.

4. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: KEP.XXX/Naker-BinwasK3/IV/20XX tentang Penetapan Kecelakaan
Kerja Sdr. LI Alias ED pekerja PT. SU menyatakan bahwa “Penurunan fungsi
penglihatan yang dialami Sdr. LI Alias ED pada mata kanan sampai yang
bersangkutan buta saat ini, didiagnosa suspect Neuritis Retrobulbar,
penyakit ini merupakan salah satu penyebab umum kehilangan penglihatan
pada orang dewasa dimana inflamasi/peradangan mengenai nervus/syaraf
yang terletak di belakang mata yang disebabkan oleh sumbatan pembuluh
darah ke retina. Hal ini dapat dialami oleh siapa saja, dapat disebabkan oleh
faktor usia dan faktor bahaya Kesehatan (pola hidup). Peristiwa kemasukan
abu cangkang sawit yang dialami Sdr. LI Alias ED memenuhi unsur kecelakaan
kerja karena terjadi di tempat kerja pada saat jam kerja sehingga dapat
dikategorikan sebagai kecelakaan kerja dan ditetapkan sebagai kecelakaan
kerja”.
Sdr. LI alias ED berhak menerima santunan kecelakaan kerja berupa:
a. Pelayanan Kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis
b. Santunan biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit
c. Santunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terdiri
dari:
1. STMB dari tanggal 26 s/d 28 November 2016
2 hari x (Rp.16.534.000 : 30) = Rp. 1.102.267,-
2. Santunan cacat berkurangnya fungsi penglihatan
Efisiensi tajam penglihatan mata kiri dan mata kanan
10% x 7% x 80 x Rp.16.534.000 = Rp.92.590.400,-
10%
Jumlah = Rp.93.692.667,-
Jumlah seluruhnya = Rp.93.697.667,- (Sembilan Puluh Tiga Juta Enam
Ratus Sembilan Puluh Dua Ribu Enam Ratus Enam Puluh Tujuh Rupiah).

9
Kembali ke DAFTAR ISI

TEKNISI JATUH DARI KETINGGIAN SAAT BEKERJA

Teknisi jatuh dari ketinggian saat ditugaskan melakukan pekerjaan perbaikan kanopi dan
dinyatakan sebagai Kasus JKK meninggal dunia.

1. DATA PEKERJA
ER, nomor referensi 16049113XXX, laki-laki, umur 47 tahun, tenaga kerja CV.
SA bertugas sebagai teknisi.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
 Tanggal 24 Februari 2020, Sdr. ER menerima perintah secara lisan dari
pimpinan perusahaan untuk memperbaiki kanopi di PT. Smart Shop Mini
Market Waralaba.
 Sekitar pukul 11.00 WIB saat Sdr. ER sedang melakukan pekerjaan
perbaikan kanopi, Sdr. ER terjatuh dari perancah setinggi ±1,5 meter.
 Setelah kejadian Sdr. ER dikusuk (diurut) oleh tukang kusuk, selanjutnya
dibawa ke RS Sufina Aziz dan langsung dirujuk ke RSU Imelda Pekerja
Indonesia.
 Sdr. ER tiba di RSU Imelda Pekerja Indonesia pada pukul 13.55 WIB dengan
anamnesa penurunan kesadaran, pasien kejang dan tidak sadarkan diri.
Sdr. ER akhirnya meninggal dunia pada tanggal 27 Februari 2020.
 Data rekam medik dari RSU Imelda Pekerja Indonesia menyatakan bahwa
Sdr. ER masuk ke rumah sakit dengan keluhan penurunan kesadaran dan
didiagnosa masuk ICH atau Intracerebral Haemorhage dan diagnosis akhir
Spontaneous ICH atau Intracerebral Haemorhage + Susp TB Paru.
 Sesuai dengan Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Sumatera Utara Nomor: XXX/134-7/DTK/VII/20XX tentang
Penetapan Kecelakaan Kerja Atas Nama Alm. ER Karyawan CV. SA
menetapkan bahwa meninggalnya Sdr. ER termasuk dalam kategori
kecelakaan kerja.

3. ALASAN / PERTIMBANGAN BANDING


1) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima
Upah pasal 1 ayat (6) disebutkan bahwa Kecelakaan Kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya
dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
2) CV. SA memiliki ijin usaha sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
perdagangan alat teknik, elektrikal dan mekanikal, yang dalam hal ini
bergerak dalam pembuatan dan perbaikan timbangan. Sedangkan PT.

10
Kembali ke DAFTAR ISI

Smart Shop Mini Market Waralaba memiliki ijin usaha sebagai perusahaan
yang bergerak di bidang perdagangan kebutuhan rumah tangga. Kedua
perusahaan ini adalah perusahaan keluarga, dimana pemilik perusahaan
CV. SA adalah suami dari pemilik perusahaan PT. Smart Shop Mini Market
Waralaba.
3) Bahwa kejadian kecelakaan yang menimpa Sdr. ER adalah kecelakaan
yang terjadi saat yang bersangkutan sedang melakukan pekerjaan di
perusahaan lain dan bukan merupakan jobdesc dari perusahaan tempat
dirinya bekerja sehingga kejadian kecelakaan tersebut tidak termasuk
dalam kategori kecelakaan kerja.

4. PENETAPAN BANDING
a. Berdasarkan Pemeriksaan Pegawai Pengawas Pusat sebagai berikut:
 hari Senin tanggal 24 Februari 2020 Sdr. Sukiman Saragih (pimpinan
Perusahaan) memerintahkan Sdr. ER untuk memperbaiki kanopi di
PT. Smart Shop Mini Market Waralaba di jalan Karya Chiming.
Perintah segera dilaksanakan pada tanggal yang sama oleh Sdr. ER
bersama dengan Sdr. Angga Fauzi Saragih sekitar pukul 09.00 WIB.
Saat perbaikan kanopi Sdr. ER bersama dengan Sdr. Angga Fauzi
Saragih naik di atas perancah setinggi ± 1, 6meter.
 Sekitar pukul 11.00 WIB saat sedang memperbaiki kanopi Sdr. ER
terjatuh dari atas perancah, kemudian Sdr. Angga Fauzi Saragih
segera turun untuk menolong korban dan memanggil tukang kusuk
(tukang urut), setelah dikusuk (diurut) korban tetap lemas.
 Korban langsung dibawa ke RS. Sufina Aziz oleh Sdr. Sukiman
Saragih. Kemudian Sdr. Angga Fauzi Saragih menghubungi keluarga
korban dan Ibu SR (istri korban) tiba di RS. Sufina Aziz. Dokter yang
merawat menginformasikan bahwa Sdr. ER telah mengalami hilang
kesadaran dan dianjurkan untuk CT Scan. Berhubung di RS. Sufina
Aziz tidak ada slat CT. Scan, korban langsung di rujuk ke RSU. Imelda
Pekerja Indonesia.
 Pada tanggal 24 Februari 2020 sekitar pukul 13.55 WIB Sdr. ER tiba
di RSU. Imelda Pekerja Indonesia dan langsung di bawa ke IGD untuk
mendapatkan pertolongan, saat di IGD korban mengalami
penurunan kesadaran, gelisah dan muntah-muntah. Setelah
dilakukan perawatan/pengobatan di IGD sekitar pukul 16.55 WIB
Sdr. ER di pindahkan ke ICU untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut. Pada tanggal 26 Februari 2020 sekitar pukul 01.30 WIB istri
korban dipanggil dokter dan dijelaskan bahwa korban kesulitan
bernafas dan dilakukan pasang ventilator untuk membantu
pernafasan.
 Pada tanggal 27 Februari 2020 pukul 15.18 WIB, Sdr. ER dinyatakan
meninggal dunia sesuai Surat Keterangan Kematian Atas Nama ER

11
Kembali ke DAFTAR ISI

nomor XX/RSU.IPI/II/20XX yang dikeluarkan RSU Imelda Pekerja


Indonesia.
 Bahwa Sdr. Sukiman Saragih adalah pemilik sekaligus Direktur CV.
SA dan juga merupakan pemilik dan komisaris di PT. Smart Shop
Mini Market Waralaba (berdasarkan izin usaha dan akta
perusahaan).
b. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit
yang di sebabkan oleh Iingkungan kerja. Berdasarkan angka IL Penjelasan
dan pengertian teknis angka 7 huruf b Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor 609 tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian
Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja menyatakan
"pengertian kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja mempunyai
arti yang luas, namun demikian sebagai pedoman suatu kecelakaan
termasuk kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja dapat dilihat
dari:
1) Kecelakaan terjadi di tempat kerja;
2) Adanya perintah kerja dari atasan/pemberi kerja/pengusaha untuk
melakukan pekerjaan;
3) Melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan
perusahaan; dan/atau
4) Melakukan hal-hal yang sangat penting dan mendesak dalam jam
kerja atas izin atau sepengetahuan perusahaan.”
c. Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: XX/1/AS.00.03/I/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja Atas
Nama Almarhum ER Pekerja CV. SA bahwa Peristiwa kecelakaan yang
terjadi tanggal 24 Februari 2020 yang mengakibatkan Sdr. ER meninggal
dunia pada tanggal 27 Februari 2020 adalah terjadi di tempat kerja dan
atas perintah kerja dari Sdr. Sukiman sebagai atasan/pemberi
kerja/pengusaha untuk melakukan pekerjaan perbaikan kanopi di PT.
Smart Shop Minimarket Waralaba jalan Karya Cilincing sehingga
peristiwa tersebut memenuhi unsur kecelakaan kerja dan ditetapkan
sebagai kecelakaan kerja.

d. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka ahli waris Sdr. ER berhak


menerima manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja berupa:
 Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis (sesuai kwitansi yang
dikeluarkan)
 Santunan berupa uang meliputi:

12
Kembali ke DAFTAR ISI

Pergantian Biaya Transportasi peserta yang mengalami kecelakaan


kerja
Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) Tanggal 25 s.d.
27 Februari 2020
3 hari x (Rp.3.222.556,- : 30 hari) = Rp. 322.257,-
Santunan kematian
60% x 80 x Rp 3.222.556,- = Rp. 154.682.688,
Biaya Pemakaman
Santunan Berkala yang dibayarkan sekaligus
Beasiswa Pendidikan diberikan untuk paling banyak 2 (dua) orang
anak Peserta, yang diberikan berkala setiap tahun sesuai dengan
tingkat pendidikan anak Peserta.

13
Kembali ke DAFTAR ISI

Source: https://www.tobakonis.com/inspirasi/kata-kata-motivasi-dan-semangat-kerja/

14
Kembali ke DAFTAR ISI

KECELAKAAN DALAM PERJALANAN KERJA

15
Kembali ke DAFTAR ISI

PETUGAS KEAMANAN TERJATUH SAAT BERANGKAT KERJA

Petugas Keamanan mengalami serangan stroke pada saat perjalanan berangkat kerja dan
ditetapkan sebagai kecelakaan kerja

1. DATA PESERTA
HA, Laki-laki umur 50 tahun adalah tenaga kerja PT SA (NPP BB020XXX)
dengan nomor referensi 06B20007XXX, bekerja sebagai Petugas
Keamanan.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 1 Agustus 2017 mendapat giliran kerja shift malam (00.00 s/d
08.00 WIB). Alm. HA memiliki kebiasaaan untuk berangkat lebih awal jika
mendapat shift kerja malam agar bisa beristirahat sebelum bekerja. Alm.
HA berangkat dari rumahnya pada jam 17.00 WIB dengan mengendarai
sepeda motor dan dalam perjalanan menuju ke tempat kerja tersebut,
tepatnya di Jalan Lintas Tebing Tinggi KM 10 Desa Binjai Kec. Tebing
Syahbandar Kab. Serdang Bedagai, yang bersangkutan tiba-tiba terjatuh
dari sepeda motor sekitar jam 17.30 WIB.
Alm. HA dibawa oleh pihak keluarga ke RS Sri Pamela Tebing Tinggi, dengan
keluhan utama adalah penurunan kesadaran dan diagnosa Susp Stroke
Haemmorhagic. Pada pemeriksaan dokter diperoleh informasi tidak adanya
luka, tekanan darah 260/140 mmHg, pasien memiliki riwayat Hipertensi
dan Stroke
Alm. HA dirujuk ke RS Bina Kasih Medan tanggal 4 Agustus 2017 dan
dinyatakan meninggal dunia 10 Agustus 2017 jam 09.40 WIB.

Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan UPT Wilayah III Pengawas


Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara Nomor: XXX/DTK/WILIII/20XX
menyatakan bahwa kejadian yang menimpa Alm. HA merupakan
Kecelakaan Kerja karena terjadi pada saat yang bersangkutan sedang dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja.

3. ALASAN/PERTIMBANGAN PENGAJUAN BANDING


Bahwa Kasus diatas belum memenuhi persyaratan kasus kecelakaan kerja,
dimana dalam Kepmenaker RI nomor 609 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja pada Bab II
Penjelasan Tentang Pengertian-pengertian Teknis disebutkan bahwa suatu
kasus dinyatakan kecelakaan kerja apabila terdapat unsur ruda paksa yaitu
cedera pada tubuh manusia akibat oleh benda tumpul atau benda
keras/tajam yang terjadi secara tiba-tiba yang tidak diduga sebelumnya
diluar kekuasaan manusia dan tidak disengaja dari luar tubuhnya yang

16
Kembali ke DAFTAR ISI

mengakibatkan rasa sakit/luka. Dalam hal ini, sesuai pemeriksaan dokter


bahwa pada tubuh Alm. HA tidak ditemukan adanya luka/cedera.

4. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XXX/AS.00.01/VII/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja
Almarhum HA Pekerja PT. SA bahwa ‘Kejadian jatuhnya Sdr. HA terjadi
tanggal 1 Agustus 2017 terjadi pada saat yang bersangkutan menuju
tempat kerja sehingga dapat dikategorikan sebagai Kecelakaan Kerja,
namun meninggalnya Sdr. HA pada tanggal 10 Agustus 2017 disebabkan
oleh pendarahan pada otak akibat serangan stroke (Hidrocephallus
Obstruksi et causa spontaneous ICH) dimana hal tersebut merupakan
penyakit umum yang disebabkan oleh faktor bahaya kesehatan (pola
hidup) bukan disebabkan faktor bahaya di tempat kerja dan meninggalnya
yang bersangkutan disebabkan oleh penyakit yang dideritanya’.

Kepada ahli waris Sdr. HA berhak menerima manfaat Jaminan Kecelakaan


Kerja berupa:
a. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kebutuhan medis (sesuai dengan kuitansi Rumah Sakit);
b. Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit;
c. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yaitu:
(Rp.2.743.000,- : 30) x 10 hari = Rp.914.314,-
(Sembilan Ratus Empat Belas Ribu Tiga Ratus Empat Belas Rupiah)

17
Kembali ke DAFTAR ISI

PEMUAT BUAH SAWIT TERLINDAS JONDER

Pemuat buah jatuh dari jonder dalam perjalanan kerja yang mengakibatkan terlindas jonder
hingga meninggal dunia dan ditetapkan sebagai JKK

1. DATA PESERTA
KA, laki-laki umur 38 tahun adalah tenaga kerja PT. GL (NPP 15092XXX)
dengan nomor referensi 17039405XXX, bekerja sebagai pemuat buah
(loader) di perkebunan sawit.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 17 Maret 2018, KA (loader), Tusiran (loader) dan Toat (driver
jonder) mendapat tugas memuat buah pada 2 lokasi. Mereka berangkat dari
Mess menuju lokasi muat buah I pada jam 08.00 WITA dan tiba di lokasi muat
buah I pada jam 09.00 WITA. Setelah selesai melakukan pekerjaan di lokasi
muat buah I mereka menuju ke lokasi muat buah II untuk melanjutkan
pekerjaannya. Pekerjaan memuat buah di lokasi muat buah II selesai pada
jam 15.00 WIB. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, mereka pergi menuju
sungai kecil yang berjarak kurang lebih 2KM dari lokasi muat buah II untuk
beristirahat makan siang sambil memancing di sungai menggunakan alat
pancing yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pada Jam 16.00 WITA,
mereka pulang dengan mengendarai Jonder dengan Tusiran duduk di depan
disebelah Toat dan KA duduk di bak belakang jonder. Pada jam 17.00 WITA,
sesampainya di depan klinik perusahaan, Tusiran melihat KA terlentang di
tanah karena terlindas ban jonder. Tusiran segera meminta pertolongan
petugas klinik yang kemudian memeriksa Sdr. KA dan Sdr. KA dinyatakan
meninggal dunia.

Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Provinsi Kalimantan Tengah Nomor: Kep.XX/JKK/Nakertrans/VII/20XX
tentang Penetapan Kecelakaan Kerja Atas Nama Sdr. KA Pekerja/Buruh
Perusahaan PT. GL.

3. ALASAN/PERTIMBANGAN BANDING
Kasus yang dialami oleh Sdr. KA tidak memenuhi persyaratan sebagai Kasus
Kecelakaan Kerja dikarenakan Sdr. KA saat pulang kerja singgah memancing
terlebih dulu dengan jalur yang berlawanan dengan arah pulang yang biasa
dilalui.
Memancing merupakan kepentingan pribadi dan tidak berkaitan dengan
pekerjaan Sdr. KA sebagai loader.

18
Kembali ke DAFTAR ISI

4. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan hasil pemeriksaan yang tertuang dalam Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor: 5/XXX/AS.00.01/IX/20XX
tentang Penetapan Kecelakaan Kerja A.N Sdr. KA Pekerja PT. GL dinyatakan
bahwa kronologis kejadian kecelakaan yang menimpa Sdr. KA sebagai
berikut:
Pada hari Sabtu tanggal 17 Maret 2018 Pekerja PT. GL termasuk Sdr. KA
beserta rekan kerjanya yaitu an. Sdr. Toat (Operator Jonder) dan an. Sdr.
Tusiran (loader) mengikuti Apel Pagi di Divisi I Lamunti Barat. Dalam Apel ini
FA (Field Assistant) Divisi I memberi arahan kepada para pekerja untuk
melakukan panen buah kelapa sawit di Lokasi Kerja Kebun Divisi II Lamunti
Timur. Sdr. KA beserta rekannya dari Lamunti Barat menuju Plasma dengan
menggunakan Jonder TAM 028 yang sebelumnya di parkir di kebun Plasma.
Mereka sampai di Divisi II Lamunti Timur UB (Utara) B (6) sekitar pukul 08.00
WIB, dan melanjutkan pekerjaan seperti biasa yaitu melangsir
(memindahkan dari suatu tempat ke tempat lain) dari TPH (Tempat
Pengumpulan Hasil) TBS (Tandon Buah Segar) ke Truk sampai selesai. Setelah
kegiatan tersebut selesai, Sdr. KA beserta rekan kerjanya tadi yaitu Sdr. Toat
dan Sdr. Tusiran memulangkan Jonder ke kantor Plasma untuk diparkirkan
karena besok Jonder tersebut akan digunakan kembali. Selama perjalanan
menuju kantor Plasma tersebut, Sdr. KA duduk di bagian belakang bak
Jonder. Sesaat akan sampai di lokasi parkiran Kantor Plasma, tepatnya di
depan Klinik PT. GL, Sdr. KA terjatuh dan terlindas Jonder hingga meninggal
dunia di tempat pada pukul 17.30 WIB.

Kesimpulan dari kasus tersebut bahwa Sdr. KA jatuh terpeleset dari Jonder
lalu kepala yang bersangkutan terlindas ban Jonder hingga mengakibatkan
yang bersangkutan terlindas ban Jonder hingga mengakibatkan yang
bersangkutan meninggal dunia merupakan Kecelakaan Kerja sehingga
kejadian tersebut ditetapkan sebagai Kecelakaan Kerja.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka ahli waris Sdr. KA berhak


menerima santunan Kecelakaan Kerja berupa:

a. Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit.


Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kebutuhan medis.
b. Santunan yang dibayarkan sekaligus:
 Santunan Kematian
60% x 80 x Rp.2.501.250,- = Rp.120.060.000,-
 Santunan Berkala
24 bulan x Rp.200.000,- = Rp. 4.800.000,-
 Biaya Pemakaman = Rp. 3.000.000,-
 Beasiswa = Rp. 12.000.000,-

19
Kembali ke DAFTAR ISI

Jumlah = Rp.139.860.000,-
(Seratus Tiga Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Enam Puluh Ribu
Rupiah)

20
Kembali ke DAFTAR ISI

STAF ANALYS MENGALAMI KECELAKAAN SAAT


PERJALANAN TUGAS

Staf Analys mengalami kecelakaan lalu lintas dimana mobil yang ditumpangi terbalik pada
saat perjalanan mengantar dokumen sertifikasi yang menyebabkan yang bersangkutan
mengalami patah tulang bahu kanan dan ditetapkan sebagai Kecelakaan Kerja

1. DATA PEKERJA
SE, nomor referensi 14009080XXX perempuan, 25 tahun, pekerja PT. SU
dengan jabatan sebagai Staf Analys and Certification.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 1 Juli 2016, Sdri. SE mendapat tugas dari estate manager, Sdr.
Yoviter, untuk mengantarkan dokumen sertifikasi perusahaan kepada Sdr.
Sigit Rudi Hartono selaku Asisten Kepala PT. Multi Persada Gatra (Musimas
Group) di Palangkaraya (Surat Perjalanan Nomor 001-SPJ/HRD-
Plant/VII/2016 tanggal 1 Juli 2016). Perintah perjalanan ini dilakukan
sebelum Sdri. SE menuju bandara Tjilik Riwut untuk melaksanakan cuti
Lebaran ke Purwokerto. Dalam perjalanan dari lokasi perusahaan di Sampit
menuju Palangkaraya untuk keperluan tugas tersebut, mobil yang
ditumpangi Sdri. SE mengalami pecah ban depan sebelah kanan sehingga
supir kehilangan kendali dan mobil terbalik dan mengakibatkan Sdri. SE
mengalami cedera.
Akibat dari kecelakaan tersebut, berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter
Spesialis Orthopaedi Purwokerto, dr. Adi Surya Rinartha, Sp.OT.
Sebagaimana tertuang dalam Resume Medis Nomor XXX/S.Ket-
RM/RSOP/VIII/20XX, Sdri. SE mengalami patah bagian bahu kanan (Close
Fracture Lateral Clavicula Dextra) sehingga perlu dilakukan pemasangan
kawat tegangan (Open Reduction and Internal Fixation dengan Tension Band
Wiring) untuk fiksasi tulang yang patah. Pada tanggal 6 Juli 2018, dilakukan
pelepasan Band Wiring dan berdasarkan pemeriksaan Dokter Spesialis
Orthopaedi Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto sebagaimana tertuang
dalam Resume Medis Nomor XXX/S.Ket-RM/RSOP/VIII/20XX, Sdri. SE
didagnosis tampak lesi lusen post screw pada os clavicula 1/3 tengah, serta
lesi lusen post pining pada acronym clavicula, alignment baik, tak tampak
osteomyelitis, dan tak tampak dislokasi.

3. PENETAPAN BANDING
Berdasarkan pemeriksaan Dokter Penasehat Tingkat Pusat, dr. Muzakir,
seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan Medis Nomor XX/IX/DPP/20XX
setelah Band Wiring diangkat, Sdri. SE dinyatakan sembuh tanpa cacat dan
tidak ada penurunan fungsi bahu kanan.

21
Kembali ke DAFTAR ISI

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 44


Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian, pengertian Kecelakaan Kerja adalah Kecelakaan yang
terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit
yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XXX/AS.00.01/XI/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja Sdri.
SE Pekerja PT. SU bahwa “Kecelakaan yang dialami oleh Sdri. SE yang
mengakibatkan yang bersangkutan mengalami patah bagian bahu kanan dan
harus dioperasi, terjadi saat dalam perjalanan tugas mengantar dokumen
sertifikasi ke Palangkaraya sehingga kecelakaan tersebut ditetapkan sebagai
Kecelakaan Kerja”.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka Sdri. SE berhak menerima
santunan Kecelakaan Kerja berupa:
a. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kebutuhan medis;
b. Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit;
c. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja terdiri dari:
Bulan Juli = 29 hari
Bulan Agustus = 18 hari
Jumlah = 47 hari
Besar Santunan TIdak Mampu Bekerja =
47 x (Rp.4.450.000 : 30) x 100% = Rp.6.971.667,-
(Enam Juta Sembilan Ratus Tujuh Puluh Satu Ribu Enam Ratus Enam
Puluh Tujuh Rupiah).

22
Kembali ke DAFTAR ISI

ASISTEN LAPANGAN MENGALAMI KECELAKAAN SAAT


PERJALANAN TUGAS

Asisten Lapangan mengalami kecelakaan lalu lintas dimana mobil yang ditumpangi terbalik
dalam perjalanan melaksanakan tugas, dan ditetapkan sebagai Kecelakaan Kerja.

1. DATA PEKERJA
KH, nomor referensi 15004409XXX, laki-laki, 28 tahun, pekerja PT. SU dengan
jabatan sebagai Asisten Lapangan.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 1 Juli 2016, Sdr. KH bersama Sdri. SE mendapat tugas dari estate
manager, Sdr. Yoviter, untuk mengantarkan dokumen sertifikasi perusahaan
kepada Sdr. Sigit Rudi Hartono selaku Asisten Kepala PT. Multi Persada Gatra
(Musimas Group) di Palangkaraya (Surat Perjalanan Nomor 001-SPJ/HRD-
Plant/VII/2016 tanggal 1 Juli 2016). Perintah perjalanan ini dilakukan
sebelum Sdri. SE menuju bandara Tjilik Riwut untuk melaksanakan cuti
Lebaran ke Purwokerto. Dalam perjalanan dari lokasi perusahaan di Sampit
menuju Palangkaraya untuk keperluan tugas tersebut, mobil yang
ditumpangi Sdr. KH dan kawan-kawan mengalami pecah ban depan sebelah
kanan sehingga supir kehilangan kendali dan mobil terbalik yang
mengakibatkan Sdr. KH mengalami cedera.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter Klinik M-IV Sehat, KCP Bukit Limas, dr.
Yudin E sebagaimana yang tertuang dalam Formulir Keterangan Dokter Kasus
Kecelakaan Kerja tanggal 18 November 2016, akibat dari kecelakaan itu Sdr.
KH menderita cidera ringan di bagian kepala dan siku tangan kanan dan
setelah pengobatan dapat sembuh tanpa cacat.

3. PENETAPAN BANDING
Berdasarkan pemeriksaan Dokter Penasehat Tingkat Pusat, dr. Muzakir,
seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan Medis Nomor
XX/IX/DPP/20XX, setelah dilakukan pengobatan, Sdr. KH sembuh tanpa
cacat.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian, pengertian Kecelakaan Kerja adalah Kecelakaan yang
terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit
yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XXX/AS.00.01/XI/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja Sdr.
KH Pekerja PT. SU bahwa “Kecelakaan yang dialami oleh Sdr. KH hingga yang

23
Kembali ke DAFTAR ISI

bersangkutan mengalami cidera bagian kepala dan siku tangan kanan terjadi
pada saat dalam perjalanan menuju Palangkaraya untuk melaksanakan tugas
sehingga kecelakaan tersebut ditetapkan sebagai Kecelakaan Kerja”.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Sdr. KH berhak menerima
santunan Kecelakaan Kerja berupa:
a. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kebutuhan medis;
b. Santunan biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit;
c. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja

24
Kembali ke DAFTAR ISI

GURU TERTABRAK BECAK MOTOR

Guru tertabrak becak motor saat perjalanan kembali ke sekolah yang mengakibatkan
meninggal dunia dan ditetapkan sebagai JKK

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


YPK DO (NPP 16059XXX) an. Sdr SU, laki-laki, umur 46 tahun dengan nomor
referensi 16020813XXX yang bekerja sebagai Guru.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada hari Rabu tanggal 14 Desember 2016, Sdr. SU bekerja di sekolah seperti
biasa. Hari itu yang bersangkutan berencana untuk mengecek sisa saldo dana
kegiatan ekstrakurikuler SMA BU Medan. Pada jam 11.00 WIB, yang
bersangkutan mohon ijin kepada Drs. Pion Tarigan sebagai Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kesiswaan (Pembantu Kepala Sekolah 2), pergi ke Bank BRI
Cabang Universitas HKBP Nomensen untuk mengecek saldo dana kegiatan
ekstrakurikuler tersebut. Pada jam 11.30 WIB, dalam perjalanan kembali ke
sekolah, Sdr. SU mengalami kecelakaan tertabrak becak motor di depan halte
Universitas HKBP Nomensen.
Akibat kecelakaan tersebut, Sdr. SU mengalami Severe Head Injury dan
Multiple Carsional Hemorhage Bifarel hingga kehilangan kesadaran Sdr. SU
kemudian sempat dibawa ke RS. Pirngadi Medan untuk mendapatkan
perawatan dan pengobatan, namun karena keterbatasan peralatan, Sdr. SU
kemudian dirujuk ke RS. Elizabeth Medan dan pada tanggal 23 Desember
2016 dokter yang merawat (dr. M Ihsan Z Tala Sp.BS) menyatakan bahwa Sdr.
SU telah meninggal dunia pada jam 13.45 WIB.

3. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: XX/Naker-BinwasK3/I/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja
Almarhum SU Pekerja YKP DO bahwa “Kecelakaan yang menimpa Sdr. SU
terjadi pada saat yang bersangkutan mengecek saldo dana kegiatan
ekstrakurikuler SMA BU, terjadi dalam rangka melaksanakan tugasnya
sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum (berdasarkan Surat Tugas
nomor 2009/SMSBM.1/P.16/XII/2016 tanggal 14 Desember 2016) adalah
untuk kepentingan sekolah (yayasan) dan bukan untuk kepentingan pribadi,
maka kejadian yang menimpa Sdr. SU dikategorikan sebagai kecelakaan
berhubungan dengan hubungan kerja dan ditetapkan sebagai Kecelakaan
Kerja.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka ahli waris Sdr. SU berhak


menerima santunan Kecelakaan Kerja berupa:

25
Kembali ke DAFTAR ISI

a. Biaya pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan sesuai kebutuhan


medis
b. Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit
c. Santunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan upah
yang dijadikan dasar perhitungan adalah upah pokok ditambah
tunjangan tetap yang diterima sebelum yang bersangkutan meninggal
dunia (Upah Bulan Desember 2019) yaitu sebesar Rp.3.975.300,- terdiri
dari:
 Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) sejak tanggal 15 s.d. 23
Desember 2016 (9 hari) yaitu:
(Rp.3.975.300,- : 30) x 9 hari = Rp. 1.192.590,-
 Santunan Kematian sebesar:
60% x 80 x Rp.3.975.300,- = Rp.190.814.400,-
 Santunan berkala dibayar sekaligus
24 bln x Rp.200.000,- = Rp. 4.800.000,-
 Biaya pemakaman = Rp. 3.000.000,-
Jumlah = Rp.199.806.990,-
(Seratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Enam Ribu
Sembilan Ratus Sembilan Puluh Rupiah)
d. Santunan sesuai dengan upah yang dilaporkan ke BPJS Ketenagakerjaan
sebesar Rp.2.675.300,- terdiri dari:
 Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) sejak tanggal 15 s.d. 23
Desember 2016 (9 hari) yaitu:
(Rp.2.675.300,- : 30) x 9 hari = Rp. 802.590,-
 Santunan Kematian sebesar:
60% x 80 x Rp.2.675.300,- = Rp.128.414.400,-
 Santunan berkala dibayar sekaligus
24 bln x Rp.200.000,- = Rp. 4.800.000,-
 Biaya pemakaman = Rp. 3.000.000,-
Jumlah = Rp.137.016.990,-
 (Seratus Tiga Puluh Tujuh Juta Enam Belas Ribu Sembilan Ratus
Sembilan Puluh Rupiah)
Maka BPJS Ketenagakerjaan membayar santunan STMB yang
bersangkutan sesuai dengan upah yang dilaporkan sebagaimana
tersebut diatas.
e. Karena YPK DO dalam melaporkan upah Sdr. SU ke BPJS Ketenagakerjaan
tidak sesuai dengan upah yang sebenarnya diterima oleh yang
bersangkutan, maka selisihnya sebesar (Rp.199.806.990,- -
Rp.137.016.990,-) = Rp.62.790.000,- (Enam Puluh Dua Juta Tujuh Ratus
Sembilan Puluh Ribu Rupiah) wajib dibayarkan oleh YKP DO kepada ahli
waris Sdr. SU.

26
Kembali ke DAFTAR ISI

DIVE GUIDE TRAINING TERPEROSOK SAAT PERJALANAN


PULANG

Dive Guide Training mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai motor dalam
perjalanan pulang, dan setelah dirawat beberapa hari dinyatakan meninggal dunia. Kasus ini
dinyatakan sebagai kasus JKK

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


PT. MU (NPP TT001XXX) an. Sdr. MI, laki-laki, umur 33 tahun, dengan nomor
referensi 18029441XXX yang bekerja sebagai Dive Guide Training.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 9 Maret 2018, Sdr. MI sedang menjalani masa pelatihan di
lokasi resort Pulau Lembeh. Setelah menyelesaikan 3 (tiga) sesi pelatihan
menyelam, pada jam 17.00 WITA, yang bersangkutan mengajukan ijin
kepada atasan untuk pulang kembali ke Manado. Sdr. MI menggunakan
perahu Perusahaan ke Ruko Aertembaga kemudian melanjutkan perjalanan
ke rumah dengan menggunakan sepeda motor. Pada jam 18.30 WITA, dalam
perjalanan ke rumah dari titik kumpul Ruko Aertembaga di jalan raya
Manado – Bitung, Desa Paslaten, Kec Kauditan, Minahasa Utara, motor yang
dikendarai Sdr. MI terperosok ke lubang sehingga menyebabkan yang
bersangkutan kehilangan kendali dan jatuh. Akibat kecelakaan tersebut, Sdr.
MI mengalami benturan keras di bagian kepala hingga kesadaran menurun
dan sempat dibawa ke RS. Hermana Lambean untuk mendapat perawatan,
namun karena keterbatasan alat, yang bersangkutan harus dirujuk ke RS Prof
Dr R.D. Kandou Manado.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter Penanggung Jawab RS Prof Dr R.D.


Kandou, dr M. Laihad Sp.An-KIC yang dituangkan dalam Ringkasan Pulang
atas nama MI dari RS Prof Dr R.D. Kandou tanggal 25 Maret 2018, Sdr. MI
didiagnosis mengalami penurunan kesadaran, gagal nafas di ventilator akibat
pembengkakan lapisan di jaringan syaraf pada otak sebelah kiri (EDH
Temporal Sinistra dan Subdural Hematoma) dan pembengkakan otak
(Edema Cerebri). Pada tanggal 25 Maret 2018, Sdr. MI meninggal dunia
dengan diagnosis penyebab kematian adalah kegagalan organ multiple
(multiple organ failure) akibat dari edema cerebri dan sepsis.

3. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: Kep.XXX/Naker-BinwasK3/VI/20XX tentang Penetapan Kecelakaan
Kerja Almarhum MI Pekerja PT. MU bahwa “Kecelakaan yang dialami oleh
Sdr. MI hingga mengakibatkan yang bersangkutan meninggal dunia

27
Kembali ke DAFTAR ISI

memenuhi unsur Kecelakaan Kerja karena terjadi dalam perjalanan pulang


dari tempat kerja menuju rumah sehingga dapat dikategorikan sebagai
Kecelakaan Kerja dan ditetapkan sebagai Kecelakaan Kerja.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kepada ahli waris Sdr. MI berhak
menerima santunan Kecelakaan Kerja berupa:
a. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;
b. Santunan biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit;
c. Santunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan terdiri dari:
 STMB dari tanggal 9 s.d. 25 Maret 2018
16 hari x (Rp.2.100.000,- : 30) = Rp. 1.120.000,-
 Santunan Kematian sebesar:
60% x 80 x Rp.2.100.000,- = Rp.100.800.000,-
 Santunan berkala dibayar sekaligus
24 bln x Rp.200.000,- = Rp. 4.800.000,-
 Biaya pemakaman = Rp. 3.000.000,-

Jumlah = Rp. 109.720.000,-

(Seratus Sembilan Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah)


d. Berdasarkan bukti email dari PT. MU kepada BPJS Ketenagakerjaan
Cabang MA, data pendaftaran Sdr. MI baru dikirimkan via email pada
tanggal 25 April 2018 sehingga pada saat kecelakaan, yaitu tanggal 9
Maret 2018, Sdr. MI belum terdaftar sebagai peserta program Jaminan
Sosial BPJS Ketenagakerjaan, maka PT. MI wajib membayarkan manfaat
Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud diatas.

28
Kembali ke DAFTAR ISI

TUKANG LAS MENGALAMI KLL SAAT PERJALANAN


BEROBAT

Tukang Las yang menderita sakit batuk berkepanjangan mengalami kecelakaan dalam
perjalanan untuk mengurus ijin berobat dan dinyatakan sebagai kasus JKK

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


RO, laki-laki, umur 55 tahun, nomor referensi 88P00120XXX pekerja PT. SU
(NPP PP000XXX) dengan jabatan sebagai tukang las di camp Pawan.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tahun 2015, Sdr. RO mengalami sakit batuk berkepanjangan. Meskipun
telah berobat di Klinik Perusahaan, kondisinya tidak membaik. Pada tanggal
9 November 2015 yang bersangkutan memeriksakan diri ke UPTD Puskesmas
Nanga Tayap dengan ijin atasan yaitu Kabag Umum dan Personalia camp
Pawan (Sdri. Hadyawati).
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang bersangkutan didiagnosis menderita
nyeri epigastrium dan dirujuk untuk mendapatkan pengobatan dokter
spesialis penyakit dalam di Pontianak sebagaimana dituangkan dalam Surat
Rujukan Pasien tersebut diatas.
Berdasarkan keterangan Sdr. RO, yang bersangkutan kemudian kembali
menginformasikan hasil diagnosis dan rujukan tersebut kepada Sdri.
Hadyawati dan disarankan mengikuti kebijakan Perusahaan untuk berobat di
Rumah Sakit di Ketapang sebelum berobat ke Pontianak.
Pada tanggal 13 November 2015, Sdr. RO memeriksakan diri ke Rumah Sakit
Ketapang. Karena tiba di Ketapang sudah larut malam, maka yang
bersangkutan berobat ke klinik dokter Syaiful Ramsyah dengan keluhan
batuk berdahak, badan lemas, dan riwayat diabetes mellitus dan dirujuk
untuk pengobatan lebih lanjut ke dokter spesialis penyakit dalam di
Pontianak sebagaimana dituangkan dalam surat rujukan dari dokter Syaiful
Ramsyah tanggal 13 November 2019. Hal tersebut kemudian diinformasikan
kepada Sdri. Hadyawati via telepon.
Atas ijin atasan, pada tanggal 14 November 2015, Sdr. RO berangkat menuju
Pontianak untuk melanjutkan pengobatan ke dokter spesialis penyakit dalam
di Pontianak sesuai rujukan dari UPTD Puskesmas Nanga Tayap dan Klinik
Dokter Syaiful Ramsyah. Sdr. RO tiba di Pontianak pada tanggal 15 November
2015 dan melaporkan kedatangannya serta ijin untuk menginap di mess
Perusahaan pada staf Personalia Kantor Perwakilan di Pontianak, Sdri. Lilis.
Pada tanggal 17 November 2015, Sdr. RO mengurus ijin untuk berobat di
Pontianak dan menghadap staf personalia Kantor Perwakilan di Pontianak,
Sdr. M Soleh. Dalam perjalanan kembali ke Mess Perusahaan, yang

29
Kembali ke DAFTAR ISI

bersangkutan mengalami kecelakaan ditabrak motor saat melintas di Jalan


Gajah Mada Pontianak hingga mengakibatkan Sdr. RO tidak sadarkan diri.
Karena kecelakaan tersebut, Sdr. RO dibawa ke Unit Gawat Darurat RS.
Kharitas Bhakti untuk mendapatkan pertolongan pertama. Berdasarkan
pemeriksaan dokter Edwin L, dokter jaga UGD RS Kharitas Bhakti, Sdr. RO
menderita muscle strain post KLL (Kecelakaan Lalu Lintas), fraktur femur
sinistra, abcess bagian punggung. Pada tanggal 18 November 2015, karena
keterbatasan alat, Sdr. RO dirujuk ke Rs Soedarso. Yang bersangkutan
menjalani operasi pada tanggal 15 Desember 2015 dan 10 September 2017.
Berdasarkan pemeriksaan dokter bedah RS. Soedarso, dr. Gede Sandjaja,
FICS, sebagaimana yang dituangkan dalam Surat Keterangan Dokter KK4, Sdr.
RO mengalami union proximal femur sinistra dan setelah pengobatan
diketahui terdapat penurunan fungsi paha kiri sebesar 35% dan penurunan
fungsi bahu masing-masing 20%.
Berdasarkan Pertimbangan Dokter Penasehat Pusat, dr. Muzakir, yang
dituangkan dalam Pertimbangan Medis Dokter Penasehat Nomor
XX/VDPP/20XX, Sdr. RO menderita patah tulang paha kiri dari pangkal paha
ke bawah (Fraktur Proximal Femur Sinistra) sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi paha kiri sebesar 35% dan muscle strain penurunan fungsi
kedua bahu (lengan kiri dari sendi bahu ke bawah) masing-masing 20%.

3. PENETAPAN BANDING
Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor
5/XXX/AS.00.01/IX/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja Atas Nama RO
Pekerja PT. SU bahwa “Kecelakaan yang dialami oleh Sdr. RO yang terjadi
pada saat dalam perjalanan dari Kantor Perwakilan PT. SU ke Mess
Perusahaan di Pontianak pada saat yang bersangkutan mengurus ijin kepada
atasan untuk berobat atas penyakit yang diderita Sdr. RO tersebut hingga
menyebabkannya tidak dapat bekerja dengan baik di perusahaan, sehingga
kecelakaan tersebut terjadi dalam hubungan kerja dan ditetapkan sebagai
Kecelakaan Kerja.

Berdasarkan keterangan diatas, maka Sdr. RO berhak menerima santunan


Kecelakaan Kerja berupa:
a. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kebutuhan medis;
b. Santunan biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit;
c. Santunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, terdiri dari:
 Santunan Tidak Mampu Bekerja (STMB):
STMB 6 bulan pertama (17 November 2015 s.d. 17 Mei 2016)
6 bulan x Rp.2.601.539,- x 100% = Rp.15.609.234,-

30
Kembali ke DAFTAR ISI

STMB 6 bulan kedua (18 Mei s.d. 17 November 2016)


6 bulan x Rp.2.601.539,- x 75% = Rp.11.706.926,-
STMB bulan selanjutnya:
 18 Nov s.d. 30 Nov 2016 = 12 hari
 Desember 2016 = 31 hari
 Januari s.d. Agustus 2017 = 243 hari
 1 s.d. 26 September 2017 = 26 hari
Jumlah santunan bulan selanjutnya:
312 hari x (Rp.2.601.539,- : 30) x 50% = Rp.13.528.003,-
Jumlah Santunan = Rp.40.844.162,-
 Santunan Cacat Sebagian Fungsi:
 Sebelah kaki dari pangkal paha ke bawah (paha kiri):
35% x 35% x 80 x Rp.2.601.539,- = Rp.25.495.082,-
 Lengan Kanan dari Sendi bahu ke bawah:
20% x 40% x 80 x Rp.2.601.539,- = Rp.16.649.850,-
 Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah:
20% x 35% x 80 x Rp.2.601.539,- = Rp.14.568.618,-
Jumlah Santunan Cacat = Rp.56.713.550,-
Total Jumlah Santunan = Rp.97.557.712,-
(Sembilan Puluh Tujuh Juta Lima Ratus Lima Puluh Tujuh Ribu
Tujuh Ratus Dua Belas Rupiah)
d. Santunan sesuai upah yang dilaporkan ke BPJS Ketenagakerjaan sebesar
Rp.2.414.520,- terdiri dari:
 Santunan Tidak Mampu Bekerja (STMB):
STMB 6 bulan pertama (17 November 2015 s.d. 17 Mei 2016)
6 bulan x Rp.2.414.520,- x 100% = Rp.14.487.120,-
STMB 6 bulan kedua (18 Mei s.d. 17 November 2016)
6 bulan x Rp.2.414.520,- x 75% = Rp.10.865.340,-
STMB 6 bulan ketiga dan seterusnya:
312 hari x (Rp.2.414.520,- : 30) x 50% = Rp.12.555.504,-
Jumlah STMB = Rp.37.907.964,-
 Santunan Cacat Sebagian Fungsi:
 Sebelah kaki dari pangkal paha ke bawah (paha kiri):
35% x 35% x 80 x Rp.2.414.520,- = Rp.23.662.296,-
 Lengan Kanan dari Sendi bahu ke bawah:
20% x 40% x 80 x Rp.2.414.520,- = Rp.15.452.928,-
 Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah:
20% x 35% x 80 x Rp.2.414.520,- = Rp.13.521.312,-
Jumlah Santunan Cacat = Rp.52.636.536,-
Total Jumlah Santunan = Rp.90.544.500,-
(Sembilan Puluh Juta Lima Ratus Empat Puluh Empat Ribu Lima
Ratus Rupiah)

31
Kembali ke DAFTAR ISI

Maka BPJS Ketenagakerjaan membayar santunan STMB dan Santunan


Cacat Sebagian Fungsi yang bersangkutan sesuai dengan upah yang
dilaporkan sebagaimana tersebut pada huruf (d). karena PT. SU dalam
melaporkan upah Sdr. RO ke BPJS Ketenagakerjaan tidak sesuai dengan
upah yang sebenarnya diterima oleh yang bersangkutan, maka selisih
santunan sebesar (Rp.97.557.712,- - Rp.90.544.500,-) = Rp7.013.212,-
(Tujuh Juta Tiga Belas Ribu Dua Ratus Dua Belas Rupiah) wajib dibayarkan
oleh PT. SU.

32
Kembali ke DAFTAR ISI

DEPUTY LISENCE LEGAL AND HUMAS MENGALAMI KLL


DALAM PERJALANAN PULANG

Deputy Lisence Legal and Humas mengalami KLL dalam perjalanan pulang
setelah bertemu dengan klien.

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


AN, nomor referensi 13003010XXX, laki-laki, umur 52 tahun, pekerja PT. SE
dengan jabatan sebagai Deputy Lisence, Legal and Humas sejak 1 Januari
2000 dengan tugas antara lain membina hubungan dengan stakeholder dan
relasi bisnis dan melakukan koordinasi untuk seluruh kegiatan perusahaan
dengan klien perusahaan termasuk dalam membantu hal-hal yang terkait
dengan kepentingan dan aktivitas klien perusahaan.

2. KRONOLOGIS
 Tanggal 16 Februari 2019, Sdr. AN mengalami kecelakaan lalu lintas,
mobil yang dikendarainya menabrak separator tepat di pintu keluar
tol BSD arah Pondok Aren pada pukul. 07.00 WIB.
 Berdasarkan keterangan istri AN, ME, dan Head Lisence, Legal and
Humas PT. SE, Dedy Sutanto, sebagai atasan langsung Sdr. AN,
kecelakaan yang dialami oleh Sdr. AN terjadi pada saat yang
bersangkutan pulang mendampingi tamu perusahaan di pusat
hiburan Olympic yang berada di Kompleks THR Lokasari Blok A.63,
Mangga Besar Jakarta, hal tersebut merupakan bagian dari tugas
yang bersangkutan sebagaimana dijelaskan dalam job description
dan pernyataan atasan yang bersangkutan.
 Setelah kecelakaan, Sdr. AN kemudian dibawa ke RS Premier Bintaro
untuk mendapat perawatan dan pengobatan. Berdasarkan
pemeriksaan dokter spesialis bedah RS. Premier Bintaro, Bonauli
Simanjuntak, Sp. BD, yang tertuang dalam Ringkasan/Surat Balasan
Rujukan/Resume atas nama Sdr. AN nomor 00063XXX, Sdr. AN
mengalami trauma tumpul pada bagian perut dengan luka pada usus
atau perforasi sigmoid dan ileum terminal post reseksi anastomosis
sigmoid dan ileostomi double barrel. Selain itu, yang bersangkutan
juga mengalami patah tulang bahu dan rusuk atau multiple fracture
pada clavicula kanan, costae kiri 1 dan 7, fracture lateral costae 3 dan
4 kanan, serta multi organ disfunction syndrome.
 Sdr. AN menjalani operasi, namun karena keadaan makin memburuk
dan kesadaran menurun, yang bersangkutan akhirnya meninggal
pada tanggal 20 Februari 2019 dengan diagnosis penyebab
meninggal adalah syok sepsis.

33
Kembali ke DAFTAR ISI

3. PENETAPAN BANDING
1. Berdasarkan pemeriksaan Dokter Penasehat Pusat, dr. Erwin
Anjasamara sebagaimana yang dituangkan dalam Pertimbangan Medis
Sdr. AN dari Dokter Penasehat Pusat Nomor XX/XII/DPP/20XX, Sdr. AN
menderita trauma tumpul abdomen multiple fracture clavicula kanan,
costae kiri 1 dan 7, fracture lateral costae 3 dan 4 kanan, serta multi
organ disfunction syndrome. Setelah menjalani perawatan selama 5
(lima) hari, Sdr. AN meninggal dunia dengan diagnosa Post Operasi
Laparotomi Reseksi Anastomosis Sigmoid, dan Ileostomi Double Barrel
atas indikasi lubang perforasi di usus besar atau a.i. Perforasi Sigmoid
dan Ileum Terminal.
2. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian, pengertian Kecelakaan Kerja adalah
Kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
3. Sesuai Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
5/XX/AS.00.01/II/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja Sdr. AN
Pekerja PT. SE bahwa kecelakaan yang dialami oleh Sdr. AN yang
mengakibatkan trauma tumpul pada bagian perut dan patah tulang
bahu dan rusuk hingga meninggal dunia akibat syok sepsis, yang terjadi
pada saat yang bersangkutan dalam perjalanan pulang setelah bekerja
yaitu mendampingi tamu perusahaan, sehingga dikategorikan
Kecelakaan Kerja dan ditetapkan sebagai Kecelakaan Kerja.
4. Berdasarkan keterangan diatas, maka ahli waris dari Sdr. AN berhak
menerima santunan Kecelakaan Kerja berupa:
a. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kebutuhan medis;
b. Santunan biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit;
c. Santunan yang dibayarkan sekaligus, terdiri dari:
 Santunan Tidak Mampu Bekerja (STMB):
4 hari x (Rp.45.000.000,- : 30) x 100% =Rp 6.000.000
 Santunan Kematian
60 % x 80 xRp. 45.000.000,- =Rp 2.160.000.000
 Santunan yang dibayarkan sekaligus
24 bulan x Rp. 200.000,- =Rp. 4.800.000
 Biaya Pemakaman =Rp. 3.000.000
 Bantuan Beasiswa =Rp. 12.000.000+
JUMLAH =Rp.2.185.800.000,
(Dua Milyar Seratus Delapan Puluh Lima Juta Delapan Ratus Ribu
Rupiah).

34
Kembali ke DAFTAR ISI

https://www.tobakonis.com/inspirasi/kata-kata-motivasi-dan-semangat-kerja/

35
Kembali ke DAFTAR ISI

PENENTUAN CACAT

36
Kembali ke DAFTAR ISI

SUPIR DUMP TRUK YANG MENGALAMI CACAT FUNGSI

Supir Dump Truk mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat fungsi kaki
kanannya

1. DATA PESERTA
YE, Laki-laki umur 34 tahun adalah tenaga kerja PT PE (NPP GG000XXX)
dengan nomor referensi 12012071XXX, bekerja sebagai Supir Dump Truk.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Sdr. YE mengalami kecelakaan kerja pada tanggal 31 Juli 2015 ketika dump
truck sedang bongkar muatan lalu truk terbalik yang mengakibatkan Sdr. YE
mengalami patah kaki karena pada saat itu yang bersangkutan masih
berada di dalam truk. Sdr. YE memperoleh perawatan selama 2 hari di RS.
Dr Noesmir Baturaja dan menolak dilakukan operasi. Tanggal 3 November
2017 dokter menetapkan kondisi yang bersangkutan sembuh tanpa cacat
tertuang dalam formulir 3BKK4. Tanggal 5 Desember 2018 dr. Tri Indriani
selaku Dokter Penasehat Wilayah Sumatera Selatan memberikan
pertimbangan medis untuk kondisi Sdr. YE dan ditetapkan yang
bersangkutan mengalami cacat fungsi pergerakan kaki kanan dari pangkal
paha ke bawah sebesar 35%.
Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Selatan Nomor:
XXX/408/Nakertrans/20XX tentang Santunan Jaminan Kecelakaan Kerja An.
YE karyawan PT. PE menetapkan besar santunan cacat bagi yang
bersangkutan yaitu % sesuai tabel x 80 x Upah Sebulan atau sama dengan
35% x 80 x Rp.2.120.000,- = Rp.59.360.000,-(Lima Puluh Sembilan Juta Tiga
Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah).

3. ALASAN/PERTIMBANGAN PENGAJUAN BANDING


Ketidaksesuaian perhitungan cacat sebagian fungsi, dengan
memperhatikan Lampiran III Peraturan Pemerintah nomor 44 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelekaan Kerja dan Jaminan
Kematian yang mengatur bahwa perhitungan cacat sebagian fungsi
dihitung dengan ketentuan % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 80 x
Upah Sebulan, dalam hal ini penetapan yang dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Sumatera Selatan belum memperhitungkan %
berkurangnya fungsi.

4. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XXX/AS.00.01/VIII/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja YE

37
Kembali ke DAFTAR ISI

Pekerja PT. PE bahwa Sdr. YE berhak menerima Santunan Kecelakaan kerja


berupa:
1. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kebutuhan medis;
2. Santunan biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit;
3. Santunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan upah
yang dijadikan dasar perhitungan adalah upah pokok ditambah
tunjangan tetap yang diterima sebelum yang bersangkutan mengalami
kecelakaan kerja, terdiri dari:
a. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB)
Bulan Agustus : 31 Hari
Bulan September : 30 Hari
Jumlah : 61 Hari
Besar STMB
= 61 x (Rp.2.100.000,- : 30) x 100% = Rp. 4.270.000,-
b. Santunan Cacat Sebagian Fungsi
35% x 35% x 80 x Rp.2.100.000,- = Rp.20.580.000,- +
Jumlah = Rp.24.850.000,-
(Dua Puluh Empat Juta Delapan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah)

38
Kembali ke DAFTAR ISI

ENGINEER ELECTRIC YANG MENGALAMI LUKA BAKAR

Engineering Electric terkena busur api saat bekerja yang mengakibatkan kedua tangan
mengalami luka bakar hingga menyebabkan kecacatan fungsi pada kedua tangan, ditetapkan
sebagai kasus JKK.

1. DATA PESERTA
Fr, laki-laki umur 34 tahun adalah tenaga kerja PT. OK (NPP GG006XXX)
dengan nomor referensi 15035714XXX bekerja sebagai engineer electric.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 20 September 2016, jam 09.10 WIB di MCC Room Fiber Line 2,
Sdr. FR bekerja melakukan proses FL shutdown, pada saat
membuang/grounding arus sisa yang ada di kabel power dan fasa bus bar
dengan kabel berisolasi, Sdr. FR terkena sparks atau busur api sehingga
mengakibatkan luka bakar di kedua tangan dan wajah. Pengobatan dan
perawatan dilakukan di RS RK Charitas Palembang.
Dr. Saleh SpBP yang merawat Sdr. FR menetapkan cacat fungsi sebesar 50%.
Pertimbangan dr. Rosdiana selaku dokter penasehat bahwa Sdr. FR
mengalami cacat fungsi tangan dari pergelangan ke bawah sebesar 10%
untuk tangan kiri dan 10% untuk tangan kanan.
Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Selatan Nomor:
057/XXX/Nakertrans/20XX tentang Santunan Jaminan Kecelakaan Kerja
Pekerja atas nama FR dengan ketetapan sebagai berikut:
 Cacat fungsi tangan kanan dari pergelangan ke bawah: 10% tangan
kanan, 10% tangan kiri.
 Santunan cacat tangan kanan dan kiri meliputi: cacat sebagian
anatomis sebesar: 20% x 80 x Rp.6.355.000,- sebesar
Rp.101.680.000,- (Seratus Satu Juta Enam Ratus Delapan Puluh Ribu
Rupiah)

3. ALASAN/PERTIMBANGAN BANDING
Perbedaan pendapat terkait besarnya prosentase cacat fungsi akibat
kecelakaan kerja yang dialami oleh Sdr. FR yang disampaikan oleh Dokter
yang merawat (dr. Saleh SpBP), dokter penasehat ketenagakerjaan (dr.
Rosdiana) dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera
Selatan.

4. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XXX/AS.00.01/VII/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja An
Sdr. FR Mantan Karyawan PT. OK bahwa kecelakaan yang menimpa Sdr. FR

39
Kembali ke DAFTAR ISI

dapat dikategorikan sebagai Kecelakaan Kerja karena terjadi pada saat yang
bersangkutan sedang melaksanakan pekerjannya yaitu melakukan proses FL
shutdown di MCC Room Fiber Line 2.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Sdr. FR berhak menerima


santunan Kecelakaan Kerja berupa:
1. Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis.
2. Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit.
3. Santunan Sementara TIdak Mampu Bekerja (STMB) dari 21 September
2016 sampai dengan 22 November 2016 yaitu:
 STMB Bulan September 2016 = 11 hari
STMB Bulan Oktober 2016 = 30 hari
STMB Bulan November 2016 = 22 hari
STMB = 63 hari
 Maka Santunan STMB yang bersangkutan sesuai peraturan
perundangan adalah:
= 63 x (Rp.6.355.000,-/30) x 100% = Rp.13.345.500,-
 Santunan cacat sebagian fungsi tangan kanan dari pergelangan ke
bawah:
= 10% x 32% x 80 x Rp.6.355.000,- = Rp.16.268.800,-
 Santunan cacat sebagian fungsi tangan kiri dari pergelangan ke
bawah:
= 10% x 28% x 80 x RP.6.355.000,- = Rp.14.235.200,-
Jumlah seluruhnya adalah Rp.43.849.500,- (Empat Puluh Tiga Juta
Delapan Ratus Empat Puluh Sembilan Ribu Lima Ratus Rupiah).

40
Kembali ke DAFTAR ISI

PEMANEN SAWIT KEJATUHAN BUAH SAWIT

Pemanen Sawit kejatuhan buah sawit yang mengenai tangan yang digunakan untuk
melindungi kepalanya yang mengakibatkan tangannya cedera dan dinyatakan sembuh tanpa
cacat.

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


AL, laki-laki, umur 38 tahun, dengan nomor referensi 12023411XXX, pekerja
PT. MU (NPP CC011XXX) dengan jabatan pemanen pada bagian tanaman.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada hari Jumat, tanggal 3 Juni 2016, sekitar jam 06.30 WIB, Sdr. AL
berangkat ke Blok OD 003 untuk melakukan aktivitas kerja panen sawit.
Sewaktu melakukan aktivitas kerja panen sawit pada jam 09.00 WIB, tiba-
tiba buah sawit jatuh ke arah yang bersangkutan dengan sigap yang
bersangkutan melindungi kepalanya dengan tangan sehingga
mengakibatkan tangan kanan yang bersangkutan cedera.
Setelah kejadian tersebut, yang bersangkutan langsung dibawa ke RSUD
Lubuk Basung dan dirawat tanggal 3 s.d. 5 Juni 2016 (berdasarkan surat dari
RSUD Lubuk Basung yang ditandatangani oleh dr. Devi Yenti Sp.PK Nomor:
2XXX/TU-Pelayanan/20XX perihal tindak lanjut permintaan data. Kemudian
pada tanggal 23 September 2016, RSUD Lubuk Basung mengeluarkan surat
Keterangan Dokter dalam bentuk KK4 yang ditandatangani oleh dr.
Hermansyah Sp.OT FICS yang menyatakan Sdr. Aloysius Piter Ndruru sembuh
tanpa cacat.

3. PENETAPAN BANDING
Berdasarkan pemeriksaan Dokter Penasehat Tingkat Pusat, dr. Huliselan
Nicholas, seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan Medis tanggal 14
Oktober 2019, bahwa cedera yang dialami oleh Sdr. AL pada tangan kanan
sewaktu melakukan aktivitas kerja panen sawit dinyatakan sembuh tanpa
cacat.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit
yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XXX/AS.00.01/XII/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja An.
Sdr. AL Karyawan PT. MU bahwa “kecelakaan yang menimpa Sdr. AL
dikategorikan sebagai Kecelakaan Kerja, yang terjadi pada saat yang

41
Kembali ke DAFTAR ISI

bersangkutan sedang melaksanakan aktivita s kerja panen sawit di PT. MU


dan peristiwa ini ditetapkan sebagai Kecelakaan Kerja.
Berdasarkan uraian diatas, maka yang bersangkutan berhak menerima
Santunan Kecelakaan Kerja, berupa:
a. Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis;
b. Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit;
c. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang terdiri dari:
 STMB dari tanggal 3 Juni 2016 s.d. 23 September 2016
3 Juni 2016 s.d. 3 September 2016 = Rp.5.402.175,-
4 September 2016 s.d. 23 September 2016 = Rp.1.200.483,-
 Jumlah STMB = Rp.6.602.658,-
Jumlah seluruhnya adalah Rp.6.602.658,- (Enam Juta Enam Ratus Dua
Ribu Enam Ratus Lima Puluh Delapan).

42
Kembali ke DAFTAR ISI

Source: https://www.posbagus.com/inspirasi/kata-kata-semangat-hidup/

43
Kembali ke DAFTAR ISI

MENINGGAL MENDADAK

44
Kembali ke DAFTAR ISI

PEGAWAI PROCUREMENT PINGSAN DI HOTEL

Karyawan bagian procurement mengalami serangan penyakit saat mengikuti kegiatan


workshop yang dilaksanakan di Hotel yang mengakibatkan meninggal dunia, ditetapkan
sebagai kasus meninggal mendadak.

1. DATA PESERTA
IR, laki-laki, umur 38 tahun adalah tenaga kerja PT. CN (NPP JJ0P0XXX)
dengan nomor referensi 08004069XXX bertugas di bagian Procurement.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Sdr. IR ditugaskan untuk mengikuti Workshop Barang Operasi Perminyakan
(BOP) Status Sewa yang Diimpor Menggunakan Fasilitas Pembebasan di
Hotel Amaroosa Royal Bogor pada tanggal 11-12 April 2018 dan dilanjutkan
dengan Pembahasan Daftar Rencana Impor Barang yang dilaksanakan
tanggal 13 April 2018 di tempat yang sama. Selama kegiatan tersebut Sdr. IR
diinapkan di Hotel Santika Bogor.
Pada tanggal 13 April 2018 jam 06.47 WIB, Sdr. IR ditemukan pingsan di
kamar mandi Hotel Santika Bogor dan kemudian dinyatakan meninggal dunia
oleh dokter Rs Bogor Medical Center pada jam 07.39 WIB.
Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Suku Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Administrasi Jakarta Selatan Nomor 4XXX tahun 20XX dan
Pengawas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta Nomor :
0XXX/-1.836.2 menetapkan bahwa kematian Sdr. IR sebagai kasus
Kecelakaan Kerja.

3. ALASAN/PERTIMBANGAN BANDING
Sesuai Permenaker RI Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian
dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah Pasal 14 ayat (2) b bahwa
“Peserta yang meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai
Kecelakaan Kerja dan berhak atas manfaat JKK sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan apabila memenuhi kriteria :
a. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia
tanpa melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya
b. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 jam kemudian meninggal dunia.”
Sesuai kronologis kejadian yang disampaikan, Sdr. IR mengalami serangan
penyakit di tempat diinapkan (dianggap sebagai tempat tinggal) sehingga hal
tersebut tidak memenuhi kategori meninggal mendadak sebagaimana diatur
dalam Permenaker RI Nomor 26 Tahun 2015.

45
Kembali ke DAFTAR ISI

4. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XXX/AS.00.01/IX/20XX tentang Penetapan Kecelakaan
Kerja/Penyakit Akibat Kerja An Sdr. IR PT. CN bahwa “kejadian yang menimpa
Sdr. IR memenuhi kriteria meninggal mendadak di tempat kerja karena yang
bersangkutan sedang melaksanakan tugas mengikuti kegiatan Workshop
Pengelolaan Barang Operasi Perminyakan (BOP) dan Rapat Pembahasan
Penyusunan Daftar Rencana Impor Barang yang diselenggarakan oleh PT. CN
dan SKK Migas. Kejadian ini dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja
dan memenuhi syarat untuk mendapatkan hak Jaminan Kecelakaan Kerja
sebagai Kasus Meninggal Mendadak di tempat kerja karena yang
bersangkutan mengalami serangan penyakit di tempat kerja (locus workshop
sesuai dengan penugasan perusahaan) dan sedang dalam aktivitas sebagai
rangkaian kegiatan kerja atau workshop, dimana yang bersangkutan dibawa
ke pelayanan kesehatan dan meninggal dunia dalam waktu kurang dari 24
(dua puluh empat) jam.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka ahli waris Sdr. IR berhak


menerima santunan Kecelakaan Kerja berupa:
a. Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit;
b. Biaya pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan sesuai
kebutuhan medis;
c. Santunan yang dibayarkan sekaligus:
 Santunan Kematian
60% x 80 x Rp.29.741.000,- = Rp.1.427.568.000,-
 Santunan berkala
24 bln x Rp.200.000,- = Rp. 4.800.000,-
 Biaya pemakaman = Rp. 3.000.000,-
 Beasiswa = Rp. 12.000.000,-
Jumlah = Rp.1.447.368.000,-
(Satu Milyar Empat Ratus Empat Puluh Tujuh Juta Tiga Ratus Enam Puluh
Delapan Ribu Rupiah)

46
Kembali ke DAFTAR ISI

OPERATOR MESIN PINGSAN DI PERUSAHAAN

Operator Mesin mengalami pingsan saat di tempat kerja, kemudian dibawa ke Rumah Sakit
namun meninggal dunia ditetapkan sebagai kasus meninggal mendadak

1. DATA PEKERJA
ZU, no referensi 96J22107XXX, laki-laki umur 33 tahun, bekerja di PT. PH
(NPP JJ001XXX) sebagai Operator Mesin,

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 4 Juli 2017 jam 06.30 WIB, Sdr. ZU berangkat kerja dengan
berjalan kaki di jalan Kamal Raya menuju pabrik kemudian dalam perjalanan
terjatuh dan tidak sadarkan diri. Oleh rekan kerja yang bersangkutan dibawa
ke rumahnya, karena saat itu sedang menunggu istri yang bersangkutan yang
saat itu sedang dalam perjalanan menuju rumah dari kampung halaman.
Setelah itu yang bersangkutan dibawa ke RSUD Cengkareng untuk
mendapatkan pertolongan pertama jam 09.00 WIB dan dinyatakan
meninggal jam 13.20 WIB dengan diagnosa yang dikeluarkan oleh pihak
RSUD Cengkareng adalah penurunan kesadaran (CVD berulang) dengan
riwayat stroke sebelumnya.

3. ALASAN / PERTIMBANGAN BANDING


Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Suku Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Administrasi Jakarta Barat Nomor: XXX/-1.83 tentang
Penetapan Kecelakaan Kerja Atas nama: Alm. Sdr. ZU Pekerja PT. PH, dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a) Pada hari Selasa, 4 Juli 2017 jam 06.30 WIB, Sdr. ZU (alm) berangkat dari
rumah menuju ke tempat kerja dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan
menuju tempat kerja, TK tiba-tiba dirasakan pusing dan tergeletak di
pinggir jalan, pada saat yang bersamaan oleh teman kerja Sdr. Hermansya
dan Sdr. Apip Pujianto membawanya dengan menggunakan sepeda
motor ke klinik terdekat guna memberikan pertolongan pertama, pada
waktu bersamaan oleh pihak perusahaan menginstruksikan segera yang
bersangkutan dibawa dengan menggunakan mobil milik perusahaan
untuk dilarikan ke RSUD Cengkareng.
b) Sampai di RSUD Cengkareng, dilakukan pemeriksaan oleh dokter jaga
RSUD Cengkareng, pada jam 13.20 WIB yang bersangkutan dinyatakan
meninggal dunia.
Sehubungan dengan informasi diatas, BPJS Ketenagakerjaan berpendapat
bahwa kasus tersebut masuk dalam kategori klaim Jaminan Kematian.

47
Kembali ke DAFTAR ISI

4. PENETAPAN BANDING
Tertuang dalam Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XXX/AS.00.01/VII/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja An.
ZU Karyawan PT. PH dengan dasar penetapan sebagai berikut :
a. Kronologi kejadian adalah Pada hari Senin tanggal 4 Juli 2017 jam 06.30
WIB, Sdr. ZU jatuh di jalan saat berangkat menuju tempat kerjanya, PT.
PH, yang berjarak + 500 m dari rumahnya dengan berjalan kaki dan tidak
sadarkan diri. Yang bersangkutan kemudian ditolong oleh rekan kerjanya
Sdr. Najamudin, yang kebetulan lewat dan membawa Sdr. ZU ke
Perusahaan dengan menggunakan motor. Setelah sampai di Perusahaan,
Sdr. ZU siuman/sadar. Tidak berapa lama kemudian yang bersangkutan
tiba-tiba mendapat serangan penyakitnya lagi dan tidak sadarkan diri,
kemudian rekan-rekan yang bersangkutan membawa Sdr. ZU ke RS.
Cengkareng dengan menggunakan mobil perusahaan untuk
mendapatkan pertolongan medis intensif. Setelah mendapat
serangkaian penanganan medis di IGD RS. Cengkareng pada jam 13.22
WIB, pihak Rumah Sakit (dr. Desi Mutiarati) menyatakan Sdr. ZU
meninggal dunia dengan diagnosa “stroke berulang dengan penurunan
kesadaran (other cerebral infarction)”.
b. Berdasarkan pertimbangan medis dokter penasehat pusat (dr. Erwin
Anjasmara Ichsan), memberikan diagnosis: Sdr. ZU mengalami stroke
berulang dengan penurunan kesadaran (other cerebral infarction) (ICD X)
/ 63.8 yang mengakibatkan yang bersangkutan meninggal dunia.
c. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Jo Pasal 14 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi
Peserta Penerima Upah menyatakan bahwa “Peserta yang meninggal
mendadak di tempat kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja dan berhak
atas JKK sesuai dengan peraturan perundang-undangan, apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia
tanpa melihat penyebab penyakit yang dideritanya.
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan
kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh
empat) jam kemudian meninggal dunia.
d. Berdasarkan keterangan diatas, kejadian serangan penyakit yang
menimpa Sdr. ZU terjadi pada saat yang bersangkutan sedang berada di
tempat kerja dan langsung dibawa ke RS. Cengkareng dengan
menggunakan mobil perusahaan untuk mendapat penanganan medis
lebih lanjut di IGD RS. Cengkareng, namun pada jam 13.22 WIB Sdr. ZU

48
Kembali ke DAFTAR ISI

dinyatakan meninggal dunia oleh pihak RS. Cengkareng (dr. Desi


Mutiarati), sehingga rentang waktu antara serangan penyakit hingga
dinyatakan meninggal tidak lebih dari 24 jam, dengan demikian kejadian
tersebut memenuhi unsur meninggal mendadak di tempat kerja sehingga
ditetapkan sebagai kecelakaan kerja.
e. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka ahli waris Sdr. ZU berhak
menerima Santunan Kecelakaan Kerja berupa:
1) Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit.
2) Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kuitansi yang dikeluarkan.
3) Santunan yang dibayarkan sekaligus:
 Santunan Kematian
60% x 80 x Rp.3.355.750,- = Rp161.076.000,-
 Santunan berkala
24 bln x Rp.200.000,- = Rp. 4.800.000,-
 Biaya pemakaman = Rp. 3.000.000,-
 Beasiswa = Rp. 12.000.000,-
Jumlah = Rp.180.876.000,-
(Seratus Delapan Puluh Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh Enam Ribu
Rupiah)

49
Kembali ke DAFTAR ISI

DIREKTUR TIDAK SADARKAN DIRI SAAT DINAS

Direktur mengalami serangan penyakit saat bertugas menjadi instruktur hingga meninggal
dunia dan ditetapkan sebagai meninggal mendadak

1. DATA PEKERJA
AB, no referensi 95JP0694XXX, laki-laki umur 52 tahun, karyawan Dana
Pensiun (DPK) dengan jabatan Direktur Utama.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Berdasarkan Surat Perintah tanggal 4 Juli 2018 yang ditujukan kepada
Direktur Utama Dana Pensiun Karyawan perihal permohonan untuk menjadi
instruktur pada program Wake Up Call tahun 2018 yang diselenggarakan
pada tanggal 11 s/d 14 Juli 2018 bertempat di Hotel Grand Dafam Bela
Ternate, dikeluarkan surat perintah perjalanan dinas nomor: SPPD/XXX/DPK-
XXXXXX/07-20XX kepada Sdr. AB untuk menjadi instruktur sesuai dengan
surat permohonan tersebut ke Ternate selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 12
s/d 14 Juli 2018. Sdr. AB menuju Ternate dengan menggunakan pesawat
Garuda GA 648 tanggal 12 Juli 2018 dengan waktu keberangkatan 01.35 WIB
dan perkiraan tiba 07.25 WITA. Sdr. AB mendarat di Bandar Udara Sultan
Babullah ternate pada jam 07.19 WITA, saat turun pesawat yang
bersangkutan telah mengeluh pusing dan beristirahat sejenak di Gate 3
sambil memesan minuman di kantin, namun sebelum meminum minuman
tersebut yang bersangkutan muntah dan tidak sadarkan diri disertai kejang-
kejang. Atas kondisi tersebut, penjemput Sdr. AB meminta bantuan kepada
petugas karantina kesehatan (KKP) wilker bandara, jam 07.58 WITA upaya
pertolongan dilakukan dan saat dilakukan pemeriksaan Sdr. AB sudah tidak
sadarkan diri dengan GCS 3, tekanan darah 60 mmHg/palpasi, nadi tidak
teraba dan henti nafas.
Kemudian pasien dipindahkan ke ambulance dan dibawa ke RS Islam PKU
Muhammadiyah Ternate sambil tetap memberikan pertolongan pijat
jantung (CPR) sebanyak 3 (tiga) siklus. Jam 08.10 WITA, ambulance tiba di RS
Islam PKU Muhammadiyah Ternate dan pada jam 08.13 WITA yang
bersangkutan dinyatakan meninggal dunia oleh dokter jaga RS Islam PKU
Muhammadiyah Ternate.
Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Suku Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Administrasi Jakarta Selatan Nomor: 4XXX/20XX dan
Pengawas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta Nomor:
0XXX/-1.386.2 menetapkan bahwa kematian Sdr. AB sebagai kasus
Meninggal Mendadak di tempat kerja dan dianggap sebagai kecelakaan
kerja.

50
Kembali ke DAFTAR ISI

3. ALASAN / PERTIMBANGAN BANDING


a. Bahwa suatu kasus dinyatakan kecelakaan kerja apabila terdapat unsur
ruda paksa yaitu cedera pada tubuh manusia akibat benda tumpul atau
benda keras/tajam yang terjadi secara tiba-tiba yang tidak diduga
sebelumnya diluar kekuasaan manusia dan tidak sengaja dari luar
tubuhnya yang mengakibatkan rasa sakit/luka. Dalam hal ini, Sdr. AB
tidak mengalami trauma/tidak ditemukan unsur ruda paksa.
b. Permenaker RI nomor 26 tahun 2015 Pasal 14 ayat (2) b Tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah, disebutkan
bahwa Peserta yang meninggal mendadak di tempat kerja dianggap
sebagai Kecelakaan Kerja dan berhak atas manfaat JKK sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan apabila memenuhi kriteria:
1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia
tanpa melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya.
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan
kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24 jam kemudian
meninggal dunia.
3) Dalam hal ini, Sdr. AB mengalami serangan penyakit adalah dalam
perjalanan dinas sehingga hal tersebut tidak memenuhi kategori
meninggal mendadak sebagaimana diatur dalam Permenaker nomor
26 tahun 2015.

4. PENETAPAN BANDING
a. Berdasarkan pertimbangan medis dokter penasehat pusat (dr. Erwin
Anjasmara Ichsan) sesuai dengan data medis bahwa pada tanggal 12 Juli
2018 Sdr. AB mengalami kejang, muntah, henti nafas, henti jantung dan
penurunan kesadaran et causa suspect Haemoragic Stroke.
b. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Jo Pasal 14 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi
Peserta Penerima Upah menyatakan bahwa “Peserta yang meninggal
mendadak di tempat kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja dan berhak
atas JKK sesuai dengan peraturan perundang-undangan, apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia
tanpa melihat penyebab penyakit yang dideritanya.
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan

51
Kembali ke DAFTAR ISI

kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh
empat) jam kemudian meninggal dunia.
c. Berdasarkan keterangan diatas, kejadian yang menimpa Alm. AB terjadi
pada saat yang bersangkutan sedang melaksanakan tugas sebagai
instruktur mendapat serangan penyakit kemudian di bawa ke RS Islam
PKU Muhammadiyah dan tidak lebih dari 24 jam kemudian dokter yang
merawat menyatakan bahwa yang bersangkutan meninggal dunia
sehingga memnuhi unsur meninggal mendadak di tempat kerja dan ahli
warisnya berhak atas manfaat jaminan kecelakaan kerja.
d. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka ahli waris Alm. AB berhak
menerima Santunan Kecelakaan Kerja berupa:
1) Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit.
2) Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kuitansi yang dikeluarkan Rumah Sakit.
3) Santunan Kematian
60% x 80 x Rp.55.000.000,- = Rp.2.640.000.000,-
4) Santunan berkala
24 bln x Rp.200.000,- = Rp. 4.800.000,-
5) Biaya pemakaman = Rp. 3.000.000,-
6) Beasiswa = Rp. 12.000.000,-
Jumlah (3+4+5+6) = Rp.2.659.800.000,-
(Dua Milyar Enam Ratus Lima Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Ribu
Rupiah)

52
Kembali ke DAFTAR ISI

PURCHASING STAFF MENGELUH SAKIT DADA DI TEMPAT


KERJA

Purchasing staff mengeluhkan nyeri dada dan sesak nafas saat bekerja hingga mengakibatkan
meninggal dunia dan ditetapkan sebagai meninggal mendadak

1. DATA PEKERJA
HE, no referensi 14028270XXX, laki-laki umur 60 tahun, pekerja PT. PR (NPP
JJ062XXX) sebagai Purchasing Staff/Buyer ditempatkan di lokasi pekerjaan
Duri dan Pangkalan Kerinci, Palalawan, Riau.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 13 Januari 2019, Sdr. HE mendapat tugas untuk melakukan
pembelian barang/material SSGP di lokasi kerja SSGP Pangkalan Kerinci
berdasarkan Surat Tugas Nomor 001F/XXX/SSGP/I/2019 tanggal 11 Januari
2019. Sekitar jam 09.10 WIB, Sdr. HE hadir di Kantor Cabang Duri karena ada
beberapa pekerjaan yang harus dilakukan terlebih dahulu di tempat itu
sebelum berangkat ke Pangkalan Kerinci. Berdasarkan keterangan dari Sdr.
Novita Sari Wattimena sebagai staf finance PT. PR yang mendapat informasi
dari Sdr. Yusuf Sitorga selaku sopir Sdr. HE, bahwa sekitar jam 13.49 WIB saat
masih bekerja di kantor Cabang Duri, Sdr. HE mengeluh sakit dada dan sesak
di dada, kemudian diantar ke Klinik Mandau Sejahtera untuk berobat.
Setibanya di klinik tersebut, Sdr. HE sempat meminta oksigen, tetapi karena
oksigen di klinik habis, yang bersangkutan disarankan untuk dirujuk ke RSUD
Mandau. Dalam perjalanan ke RSUD Mandau, Sdr. HE mengalami muntah
dan tidak sadarkan diri. Pada saat tiba di RSUD Mandau, berdasarkan
pemeriksaan Dokter Jaga IGD RSUD Mandau, dr. Rahayu, Sdr. HE dalam
keadaan tidak sadarkan diri, nadi tidak teraba, henti nafas, dan hasil EKG flat
sebagaimana yang dituangkan dalam Formulir Triage IGD Nomor RM
06.66.XX atas nama HE. Yang bersangkutan dinyatakan meninggal dunia jam
15.20 WIB.

3. PENETAPAN BANDING
a. Berdasarkan pemeriksaan Dokter Penasehat Tingkat Pusat dr. Erwin
Anjasmara, seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan Medis Dokter
Penasehat Nomor XX/IX/DPP/2019, bahwa Sdr. HE telah meninggal
dunia pada saat tiba di Rumah Sakit Umum Daerah Mandau dengan
diagnosa serangan jantung atau cardiac arrest e.c suspect heart failure
hingga menyebabkan yang bersangkutan meninggal dunia.
b. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Jo Pasal 14 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri

53
Kembali ke DAFTAR ISI

Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara


Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian
dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah menyatakan bahwa
“Peserta yang meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai
kecelakaan kerja dan berhak atas JKK sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia
tanpa melihat penyebab penyakit yang dideritanya.
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan
kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh
empat) jam kemudian meninggal dunia.
c. Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XX/AS.00.01/I/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja An.
HE Karyawan PT. PR bahwa kejadian serangan penyakit yang menimpa
Sdr. HE terjadi pada tanggal 13 Januari 2019 terjadi pada saat yang
bersangkutan sedang bekerja di Kantor Cabang Duri. Kemudian yang
bersangkutan diantarkan ke Klinik Mandau Sejahtera untuk mendapat
penanganan dan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Mandau hingga
akhirnya meninggal dunia pada jam 15.20 WIB. Dengan demikian
kejadian tersebut memenuhi unsur meniggal mendadak di tempat kerja
sehingga ditetapkan sebagai kecelakaan kerja dan berhak mendapatkan
manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja.
d. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka ahli waris Sdr. HE berhak
menerima Santunan Kecelakaan Kerja berupa:
1) Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;
2) Santunan penggantian biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke
Rumah Sakit.
3) Santunan yang dibayarkan sekaligus:
 Santunan Kematian
60% x 80 x Rp.3.000.000,- = Rp.144.000.000,-
 Santunan berkala
24 bln x Rp.200.000,- = Rp. 4.800.000,-
 Biaya pemakaman = Rp. 3.000.000,-
Jumlah = Rp.151.800.000,-
(Seratus Lima Puluh Satu Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah)

54
Kembali ke DAFTAR ISI

SUPERVISOR CONSTRUCTION MENGALAMI SAKIT DI MOBIL

Supervisor Construction mengeluh sakit dada saat sedang mengendarai mobil perusahaan
dan setelah dibawa ke Dokter terdekat dinyatakan meninggal dunia, kasus ini ditetapkan
sebagai kasus meninggal mendadak.

1. DATA PEKERJA
RI, nomor referensi 17032412XXX, laki-laki umur 42 tahun, tenaga kerja PT.
AN (NPP DD050XXX) dengan jabatan Supervisor Construction.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 15 Juli 2019 sekitar jam 18.20 WIB Sdr. RI dan tim keluar dari
GS meso (lokasi kerja) pulang menuju mess yang berlokasi di Simpang Sola
Kab. Rokan Hilir yang berjarak 30 km dari lokasi kerja. Perjalanan pulang
menggunakan kendaraan operasional kantor yang dikemudikan langsung
oleh Sdr. RI dan juga bersama rekan kerjanya yaitu Sdr. Abdullah dan Sdr.
Maradingin. Dalam perjalanan, Sdr. RI mengeluh sakit dada (sesak) dan
sekitar jam 19.17 WIB Sdr. RI meminggirkan kendaraan ke bahu jalan dan
berhenti, kemudian yang bersangkutan rebah ke kiri. Selanjutnya Sdr. RI
dibawa rekan kerjanya ke klinik terdekat yaitu dr. Suidah Rambe. Pada jam
19.45 Sdr. RI dinyatakan meninggal dunia.
Penetapan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Riau Nomor: XXX/Disnakertrans.PK/20XX/2957
tentang Penetapan Kecelakaan Kerja dan perhitungan JKK Almarhum RI
Karyawan PT. AN menetapkan bahwa meninggalnya Sdr. RI sebagai kasus
meninggal mendadak di tempat kerja dan dianggap sebagai kecelakaan
kerja.

3. ALASAN / PERTIMBANGAN BANDING


a. Bahwa suatu kasus dinyatakan kecelakaan kerja apabila terdapat unsur
ruda paksa yaitu cedera pada tubuh manusia akibat benda tumpul atau
benda keras/tajam yang terjadi secara tiba-tiba yang tidak diduga
sebelumnya di luar kekuasaan manusia dan tidak sengaja dari luar
tubuhnya yang mengakibatkan rasa sakit/luka. Dalam hal ini, Sdr. RI tidak
mengalami trauma/tidak ditemukan unsur ruda paksa.
b. Berdasarkan Permenaker RI nomor 26 Tahun 2015 pasal 14 ayat (2) b
Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah
bahwa Peserta yang meninggal mendadak di tempat kerja dianggap
sebagai Kecelakaan Kerja dan berhak atas manfaat JKK sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan apabila memenuhi kriteria:

55
Kembali ke DAFTAR ISI

1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia


tanpa melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya.
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan
kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24 jam kemudian
meninggal dunia.
Dalam hal ini, Sdr. RI mengalami serangan penyakit adalah dalam perjalanan
pulang ke mess sehingga hal tersebut tidak memenuhi kategori meninggal
mendadak sebagaimana diatur dalam Permenaker Nomor 26 Tahun 2015.

4. PENETAPAN BANDING
1. Berdasarkan Pemeriksaan Pegawai Pengawas Pusat bahwa pada hari
Senin tanggal 15 Juli 2019 sekitar jam 18.30 WIB, Sdr. RI beserta rekan
kerja (Sdr. Maradingin selaku Pengawas Lapangan dan Sdr. Abdullah
selaku Operator) keluar dari GS Meso (lokasi kerja) menuju mess yang
berlokasi di Simpang Sola Kab. Rokan Hilir yang berjarak 30 km dari lokasi
kerja dengan mengendarai mobil operasional perusahaan yang
dikemudikan oleh yang bersangkutan untuk mengawal salah satu alat
ekskavator yang akan dibawa menuju Yard Duri dengan menggunakan
loboy. Satu lagi mobil yang mengawal dikendarai oleh Sdr. Kahidir dan
Julhendri.
Dalam perjalanan Sdr. RI mengeluh sakit di dada dan berhenti sebentar
untuk membeli sesuatu di warung. Perjalanan pun dilanjutkan, sekitar jam
19.17 WIB yang bersangkutan menghentikan mobilnya di pinggir jalan,
menarik rem tangan, mematikan mesin, kemudian yang bersangkutan
tidak sadarkan diri. Sdr. Maradingin langsung menghubungi via telepon
kepada Sdr. Khaidir dan Sdr. Julhendri untuk meminta pertolongan. Tidak
lama kemudian, Sdr. Khaidir dan Sdr. Julhendri datang dan segera
memindahkan yang bersangkutan ke tempat duduk belakang. Sdr. RI
kemudian dibawa ke klinik Praktek Umum dr. Suaidah Rambe untuk
mendapatkan perawatan pada jam 19.27 WIB dalam keadaan tidak sadar,
tidak bernafas, nadi tidak teraba, respon pupil tidak ada, tidak ada respon
saat dilakukan resusitasi jantung selama kurang lebih 30 menit. Pada jam
19.45 WIB Sdr. RI dinyatakan meninggal dunia.
2. Berdasarkan pertimbangan medis Dokter Penasehat Pusat (Dr. dr. Sudi
Astono, MS) Nomor: XX/I/DPP/20XX tentang pertimbangan medis Alm.
Sdr. RI, yang menyatakan bahwa peristiwa yang menimpa Sdr. RI pada
tanggal 15 Juli 2019 adalah suatu serangan penyakit saat mengendarai
kendaraan yang dapat berupa serangan jantung mendadak yang dapat
menyebabkan kematian dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini
diperkuat dengan keterangan dan rekam medis dari dr. Suaidah Rambe
Dokter Praktek Umum yang memeriksa dan memberi pertolongan Sdr. RI
pada jam 19.30 WIB yang menyatakan bahwa setelah diperiksa dan diberi

56
Kembali ke DAFTAR ISI

pertolongan darurat di Klinik Praktek Umum dr. Suaidah Rambe pada


tanggal 15 Juli 2019 jam 19.45 WIB Sdr. RI dinyatakan telah meninggal
dunia.
3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Jo. Pasal 14 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi
Peserta Penerima Upah bahwa Peserta yang meninggal mendadak di
tempat kerja dianggap sebagai Kecelakaan Kerja dan berhak atas manfaat
JKK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan apabila
memenuhi kriteria:
a. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia
tanpa melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya.
b. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan
atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam
kemudian meninggal dunia.
Kejadian yang menimpa Sdr. RI pada saat melakukan rangkaian pekerjaan
yaitu mengawal salah satu alat ekskavator yang akan dibawa dari GS Meso
menuju Yard Duri dengan mengendarai kendaraan (mobil operasional
perusahaan) dengan plat kendaraan Nomor: BM 9212 TV adalah serangan
penyakit yang terjadi pada saat sedang bekerja di tempat kerja (bekerja
didalam kendaraan dalam rangka pengawalan). Mobil operasional
tersebut merupakan tempat kerja yang bersangkutan karena karakteristik
pekerjaannya.
4. Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XX/AS.00.03.1/II/2021 tentang Penetapan Kecelakaan Kerja An.
RI Pekerja PT. AN bahwa kejadian meninggalnya Sdr. RI memenuhi kriteria
sebagai kasus meninggal mendadak di tempat kerja yang dapat dianggap
sebagai Kecelakaan Kerja karena yang bersangkutan mendapat serangan
penyakit saat sedang bekerja di tempat kerja, sehingga kejadian
meninggalnya Sdr. RI ditetapkan sebagai kasus Meninggal Mendadak yang
berhak atas manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja.
5. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka ahli waris Alm. Sdr. RI berhak
menerima santunan Kecelakaan Kerja sebagai berikut:
5.1. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai
dengan kebutuhan medis;
5.2. Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke tempat pelayanan
kesehatan;
5.3. Santunan yang dibayarkan sekaligus terdiri dari:
 Santunan Kematian sebesar:
60% x 80 x Rp.3.640.000,- = Rp.174.720.000,-

57
Kembali ke DAFTAR ISI

 Biaya Pemakaman sebesar = Rp. 3.000.000,-


Santunan Berkala yang dibayarkan sekaligus
Sebesar 24 x Rp.200.000,- = Rp. 4.800.000,-
 Beasiswa Pendidikan Anak sebesar = Rp. 12.000.000,- +
Jumlah Total Santunan Uang = Rp.194.520.000,-
(Seratus Sembilan Puluh Empat Juta Lima Ratus Dua Puluh Ribu
Rupiah)
5.4. Santunan Kecelakaan Kerja yang wajib dibayarkan oleh BPJS
Ketenagakerjaan sesuai dengan upah yang dilaporkan sebelum
kecelakaan yaitu Upah Bulan Juni 2019 sebesar RP.2.800.000,- (Dua
Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah), terdiri dari:
 Santunan Kematian sebesar:
60% x 80 x Rp.2.8000.000,- = Rp134.400.000,-
 Biaya Pemakaman sebesar = Rp 3.000.000,-
 Santunan Berkala yang dibayarkan sekaligus
Sebesar 24 x Rp.200.000,- = Rp 4.800.000,-
 Beasiswa Pendidikan Anak sebesar = Rp12.000.000,- +
Jumlah Total Santunan Uang = Rp154.200.000,-
(Seratus Lima Puluh Empat Juta Dua Ratus Ribu Rupiah).

Santunan Kecelakaan Kerja yang wajib dibayarkan oleh PT. AN kepada ahli
waris adalah besarnya selisih antara manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja
sesuai upah yang sebenarnya dikurangi dengan manfaat Jaminan
Kecelakaan Kerja yang dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan
perhitungan sebagai berikut:
Rp.194.520.000,- - Rp.154.200.000,- = Rp.40.320.000,-
(Empat Puluh Juta Tiga Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah)

58
Kembali ke DAFTAR ISI

REGIONAL SALES MANAGER MENGALAMI KEJANG DI


DALAM MOBIL

Regional Sales Manager mengalami kejang di dalam mobil saat perjalanan menawarkan
produk dan dinyatakan sebagai kasus meninggal mendadak

1. DATA PESERTA
AB, nomor referensi 14036123XXX, laki-laki, umur 40 tahun, pekerja di PT.
MA (JJ034XXX) dengan jabatan sebagai Regional Sales Manager Wilayah
Penjualan dan Pemasaran Provinsi Sumatera Utara dan memiliki tanggung
jawab mengembangkan penjualan dan pemasaran produk-produk PT. MA,
pengembangan organisasi penjualan, mengarahkan, mengontrol dan
mengembangkan Tim Sales Representatif dan Area Sales Manager yang ada
di Sumatera Utara.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada hari Kamis 13 Desember 2018, Alm. AB (menyetir kendaraan) bersama
rekannya Eko Saragih sedang melakukan kunjungan lapangan sekaligus
perjalanan pulang ke Medan.
a. Di tengah perjalanan tersebut Alm. AB mengalami kejang-kejang dan
mobil terhenti dalam kondisi mesin menyala.
b. Atas kejadian tersebut, Sdr. Eko Saragih mencari bantuan, saat datang
kembali ke lokasi dengan bantuan, kondisi mobil sebelah kiri masuk ke
parit dan miring.
c. Alm. AB kemudian dilarikan ke Puskesmas Kecamatan Tigapanah dan
sesampainya di Puskesmas, yang bersangkutan telah dinyatakan
meninggal dunia pada pukul 15.30 WIB dengan hasil pemeriksaan
tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak teraba.
d. Penetapan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja
Propinsi Sumatera Utara Nomor X-X/DTKJSU/20XX menetapkan bahwa
kematian Alm. AB sebagai kasus Kecelakaan Kerja.

3. ALASAN/PERTIMBANGAN BANDING
a. Bahwa suatu kasus dinyatakan kecelakaan kerja apabila terdapat
unsur ruda paksa yaitu cedera pada tubuh manusia akibat benda
tumpul atau benda keras/tajam yang terjadi secara tiba-tiba yang
tidak di duga sebelumnya diluar kekuasaan manusia dan tidak sengaja
dari luar tubuhnya yang mengakibatkan rasa sakit/luka. Dalam hal ini,
Alm. AB tidak mengalami trauma/tidak ditemukan unsur ruda paksa.

59
Kembali ke DAFTAR ISI

b. Permenaker RI nomor 26 tahun 2015 Pasal 14 Ayat (2) b Tentang Tata


Cara Penyelengaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah,
disebutkan bahwa Peserta yang meninggal mendadak di tempat kerja
dianggap sebagai Kecelakaan Kerja dan berhak atas manfaat JKK
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan apabila
memenuhi kriteria:
1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal
dunia tanpa melihat penyebab dari penyakit yang di deritanya.
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit
pelayanan kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24 jam
kemudian meninggal dunia.

Dalam hal ini, Alm. AB mengalami serangan penyakit adalah dalam


perjalanan melakukan kunjungan sekaligus pulang sehingga hal
tersebut tidak memenuhi kategori meninggal mendadak
sebagaimana diatur dalam Permenaker nomor 26 tahun 2015.

4. PENETAPAN BANDING
Berdasarkan pemeriksaan pegawai pengawas pusat bahwa:
a. Pada tanggal 13 Desember 2018 sekitar pukul 13.00 WIB Sdr. AB sedang
melaksanakan pekerjaan bersama Area Sales Manager PT. MA yaitu Sdr.
Eko Saragih menemui Sdr. Smando Manurung selaku pengurus di UD.
NANK dalam rangka menawarkan produk. Selain menawarkan produk
kepada pengurus UD. NANK, Sdr. AB juga melakukan pengecekan
barang milik PT. MA yang dititipkan di UD. NANK (JIn. Kabanjahe,
Pematang Siantar No. 175, Merek, Sumatera Utara). Pada saat di UD.
NANK, sekitar pukul 14.00 WIB Sdr. AB mengeluh sakit di dadanya
kepada Sdr. Eko Saragih dan Sdr. Smando Manurung. Karena cuaca
hujan deras akhirnya agenda kunjungan pekerjaan berikutnya
dibatalkan dan Sdr. AB memutuskan untuk kembali ke Medan dan
meminta Sdr. Eko Saragih untuk menemani. Selama perjalanan Sdr. AB
menyetir mobil sendiri sambil memegangi dadanya yang sakit dan juga
sempat menyampaikan kepada Sdr. Eko Saragih bahwa tangannya
dingin. Ketika kendaraan melalui KM. 82-83 Desa Suka Dame tepatnya
di depan Gudang Sayur, Sdr. AB mengalami kejang-kejang dan
kehilangan kesadaran, namun sebelumnya yang bersangkutan sempat
meminggirkan mobil yang dikendarainya. Sdr. Eko Saragih yang melihat
hal tersebut langsung keluar dari mobil untuk mencari bantuan, namun
ternyata mobil dalam posisi tidak di rem tangan (hand breaker) dan
berjalan sendiri sehingga roda sebelah kiri mobil masuk ke dalam parit.

60
Kembali ke DAFTAR ISI

Setelah mendapat pertolongan dari warga sekitar, Sdr. Eko Saragih


membawa Sdr. AB ke IGD Puskesmas Tigapanah - Kabupaten Karo
(sekitar pukul 15.30 WIB) dan langsung mendapat penanganan medis.
Sekitar 5 (lima) menit kemudian pihak Puskesmas Kecamatan Tigapanah
menyampaikan kepada Sdr. Eko Saragih bahwa Sdr. AB telah meninggal
dunia.
b. Bahwa berdasarkan keterangan dari Sdri. Erlina Tarigan selaku perawat
Puskesmas Tigapanah yang menangani Sdr. AB saat kejadian, dijelaskan
bahwa Sdr. AB saat tiba di Puskesmas Tigapanah tanggal 13 Desember
2018 pukul 15.30 WIB sudah dalam keadaan tidak sadar, tidak bernafas,
nadi tidak teraba, tensi tidak terukur dan refleks pupil tidak ada
(midriasis), serta tidak ditemukan cidera dan luka. Setelah melakukan
pemeriksaan tersebut dinyatakan bahwa Sdr. AB tiba di Puskesmas
Tigapanah dalam keadaan meninggal dunia.
c. Berdasarkan Pertimbangan Medis nomor: XX/III/DPP/20XX oleh dr. Nila
Pratiwi lchsan, MKM selaku dokter penasehat pusat, dinyatakan bahwa
Sdr. AB mengalami serangan penyakit sejak berada di UD. NANK dan
selama perjalanan mengendarai mobil dan ditengah perjalanan
mengalami henti jantung. Ketika tiba di Puskesmas Tigapanah tanggal
13 Desember pukul 15.30 WIB diinformasikan oleh dokter yang
merawat sudah dalam keadaan meninggal dunia.
d. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Jo. Pasal 14 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah,
menyatakan bahwa Peserta yang meninggal mendadak ditempat kerja
dianggap sebagai kecelakaan kerja dan berhak atas JKK sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia
tanpa melihat penyebab penyakit yang dideritanya;
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan
penyakit kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan
kesehatan atau rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh
empat) jam kemudian meninggal dunia.
e. Sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor: 5/XXX/AS.00.01/VIII/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja
An. Sdr. AB Karyawan PT. MA bahwa kejadian serangan penyakit yang
menimpa Sdr. AB terjadi saat yang bersangkutan melakukan
pekerjaannya ditempat kerjanya yaitu di UD. NANK, kemudian yang
bersangkutan langsung dibawa ke unit pelayanan kesehatan yaitu IGD

61
Kembali ke DAFTAR ISI

Puskesmas Tigapanah dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam
kemudian dinyatakan meninggal dunia, sehingga kejadian yang
menimpa Sdr. AB memenuhi unsur meninggal mendadak di tempat
kerja dan ditetapkan sebagai kecelakaan kerja.
f. Berdasarkan uraian terebut di atas, maka ahli waris Alm. AB berhak
mendapatkan manfaat program Jaminan Kecelakaan Kerja berupa:
1) Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai
kebutuhan medis.
2) Biaya pengangkutan dari ternpat kejadian ke rumah sakit.
3) Santunan kematian
60% x 80 x Rp 9.000.000 = Rp 432.000.000,-
4) Santunan Berkala
24 bin x Rp 200.000,- = Rp 4.800.000,-
5) Biaya Pemakaman = Rp 3.000.000,-
6) Bantuan Beasiswa = Rp 12.000.000,-

Jumlah(3+4+5+6) = RP 451.800.000,-

62
Kembali ke DAFTAR ISI

KEPALA SEKSI PENJUALAN MENGELUH SAKIT DI TEMPAT KERJA

Kepala Seksi Penjualan mengeluh sakit saat berada di tempat kerja, kemudian dibawa ke klinik
terdekat dan akhirnya meninggal dunia, ditetapkan sebagai kasus Meninggal Mendadak

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


AG, laki-laki, umur 50 tahun, nomor referensi 09016837XXX, pekerja PT. SU (NPP
BB050XXX) dengan jabatan sebagai Kepala Seksi Penjualan yang memiliki tugas untuk
melakukan evaluasi penjualan dan sekaligus menutup kantor-kantor cabang PT. SU
yang mengalami penurunan omset dan tidak mencapai target untuk lokasi kerja di
Kantor Medan, Provinsi Aceh, Kisaran, Siantar, Padang Sidimpuan dan Pos Gunung
Sitoli Pulau Nias.

2. KRONOLOGIS
a. Tanggal 17 Oktober 2018,± Puku1.16.30 WIB Sdr. AG berada di PT. SU, yang
bersangkutan mengeluh sakit dan meminta untuk dicarikan tukang kusuk/tukang
urut kepada Sdr. Suparto.
b. Tak berapa lama berselang, ± sekitar Pukul 17.30 WIB Sdr. AG meminta tolong Sdr.
Awalludin Lubis untuk melihat ke Klinik Hj. Tutik A. Sitompul, SKM apakah sudah
ada dokter yang praktek di klinik tersebut. Kemudian diperoleh informasi bahwa
dokter yang ada di klinik tersebut, mulai praktek sehabis ibadah Maghrib. Sdr. AG
melanjutkan pekerjaan seperti biasa.
c. Pada sekitar Pukul 19.00 WIB Sdr. AG kembali merasakan sakit dan segera diantar
oleh Sdr. Awaludin Lubis menuju Klinik Hj. Tuti A. Sitompul, SKM, namun baru
sampai gerbang kantor, Sdr. AG tiba-tiba jatuh pingsan.
d. Sdr. AG dilarikan ke klinik Hj. Tuti A. Sitompul, SKM dengan menggunakan mobil
angkot dan sesampainya di Klinik, Sdr. AG diperiksa oleh dokter yang bertugas di
klinik Hj. Tuti A Sitompul, SKM (dr, Habibulah) dan kemudian dinyatakan meninggal
pada Pukul 19.45 WIB.
e. Berdasarkan hasil Pemeriksaan Medis oleh dr. Habibulah selaku penanggung jawab
Klinik Hj. Tuti A Sitompul, SKM pada tanggal 17 Oktober 2018, diketahui bahwa
kondisi Sdr. AG ketika sampai di Klinik Hj. Tuti A Sitompul, SKM sudah dalam
keadaan meninggal dunia dan diperkirakan kematiannya akibat serangan jantung.

3. PENETAPAN BANDING
a. Berdasarkan Surat Pertimbangan Medis nomor: XXX/DPP/20XX oleh dr. Muzakir
selaku dokter penasehat, dijelaskan bahwa Sdr. AG mengalami serangan
jantung sebelum mencapai pintu gerbang PT. SU dan mengalami henti jantung
dalam perjalanan menuju klinik, dan ketika tiba di Klinik Hj. Tuti A Sitompul, SKM
tanggal 17 Oktober 2018 pukul 19.45 WIB sudah dalam keadaan meninggal dunia.

63
Kembali ke DAFTAR ISI

b. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian J.o
Pasal 14 ayat (2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 26 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah, menyatakan bahwa
Pekerja yang meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai
kecelakaan kerja dan berhak atas manfaat jaminan kecelakaan kerja apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyakit yang di deritanya.
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian
meninggal dunia.
c. Sesuai Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
5/XXX/AS.00.01/VIII/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja A.n. Sdr. AG
Karyawan PT. SU, bahwa Sdr. AG mendapatkan serangan penyakit pada saat
sedang bekerja di PT. SU dan langsung dibawa ke klinik Hj. Tuti A Sitompul,SKM
untuk mendapatkan pertolongan, namun dinyatakan meninggal dunia pada
Pukul 19.45 WIB oleh dokter yang merawat (dr. Habibulah) dan tidak Iebih dari 24
(dua puluh empat) jam sejak terjadi serangan penyakit, sehingga memenuhi
unsur meninggal mendadak di tempat kerja dan ditetapkan sebagai Kecelakaan
Kerja.
d. Berdasarkan uraian di atas, maka ahli waris Alm. AG berhak menerima manfaat
Program Jaminan Kecelakaan Kerja sebagai berikut:
1) Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit.
2) Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan sesuai dengan
kebutuhan medis.
3) Santunan kematian:
60% x 80 x Rp. 17.400.000,- = Rp.835.200.000.-
4) Santunan berkala (dibayarkan secara lumpsum)
24 bin x Rp. 200.000,- = Rp. 4.800.000,-
5) Biaya pemakaman = Rp. 3.000.000,-
6) Bantuan beasiswa = Rp. 12.000.000,-
Jumlah(3+4+5+6) = Rp.855.000.000,-

64
Kembali ke DAFTAR ISI

Source: https://sarjanakata.com/

65
Kembali ke DAFTAR ISI

PENYAKIT AKIBAT KERJA

66
Kembali ke DAFTAR ISI

PETUGAS OPERASIONAL AMBULAN MENGALAMI SAKIT


PNEUMOMIA

Petugas Operasional Ambulan yang bertugas membawa penderita Covid-19 menderita pneumonia dan
setelah dirawat beberapa hari meninggal dunia, kasus ini ditetapkan sebagai PAK

1. DATA PEKERJA
SH, nomor referensi 18072977XXX, perempuan umur 24 tahun, tenaga kerja DI (NPP
16112XXX) dengan jabatan sebagai Pelaksana Operasional Ambulan.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
 19 Maret 2020 : TK mengeluh sakit kepala
 20 Maret 2020 : TK mengalami mual muntah dan di pasang infus di tempat kerja,
tidak ada keterangan untuk rawat jalan atau rawat inap, TK mempunyai riwayat
penyakit jantung bawaan, pernah mengalami gagal nafas dan riwayat operasi
tahun 2019
 16 April 2020 : TK menjalani tugas pagi, saat membawa pasien mengeluh sakit
kepala
 17 April 2020 : TK menjalani rawat inap di RS Simpang Depok
 18 April 2020 : TK melakukan pemeriksaan rapid test dengan hasil non reaktif
dengan diagnosa meningitis dan dyspepsia
 19 April 2020 : TK dirujuk ke RS Tarakan dengan RR 12x/menit terpasang ventilator
dengan hasil pemeriksaan kesadaran menurun, meningitis dan PDP Covid-19, hasil
thorax foto 17/420 dengan terdapat gambaran infiltrat pada paru kanan bawah.
Jam 20.50 WIB, TK dinyatakan meninggal dan dilakukan perawatan jenazah dengan
protokol Covid-19
 20 April 2020 : dilakukan pemeriksaan Swab test PCR dari specimen TK
 27 April 2020 : hasil swab test PCR negatif

Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi


DKI Jakarta Nomor: 1XXX/-1.836.2 tentang Penetapan Kecelakaan Kerja atas nama Sdri.
SH sebagai Perawat Pada Unit Pelayanan Ambulans Gawat Darurat DI memutuskan
bahwa kematian Almh. Sdri. SH yang diduga akibat terinfeksi Covid-19 masuk dalam
kategori Penyakit Akibat Kerja (PAK).

3. ALASAN / PERTIMBANGAN BANDING


1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat
Kerja bahwa Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) termasuk dalam kategori jenis
Penyakit Akibat Kerja yang disebabkan oleh faktor biologi lain di tempat kerja
dimana terdapat hubungan langsung antara paparan faktor biologi yang muncul
akibat aktivitas pekerjaan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dapat
dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat.

67
Kembali ke DAFTAR ISI

2. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor : M/8/HK.04/V/2020


Tentang Perlindungan Pekerjaan Dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja Pada
Kasus Penyakit Akibat Kerja Karena Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) poin B
bahwa “Tenaga pendukung/supporting kesehatan pada rumah sakit, fasilitas
kesehatan dan/atau tempat lain yang ditetapkan untuk menangani pasien
terinfeksi Covid-19, yaitu cleaning service, pekerja laundry, dan pekerja lainnya
yang dalam pekerjaannya menghadapi resiko tertular/terpapar Covid-19
dilingkungan kerja tersebut”.
3. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/327/2020 tentang Penetapan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik Pada Pekerjaan
Tertentu bahwa kriteria Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) akibat kerja sebagai
penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut:
1) Diagnosa Klinis
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
1) Hasil swab nasofaring/orofaring/aspirat saluran napas positif Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19); atau
2) Pasien dengan gejala klinis sesuai Covid-19 seperti demam (>38,5ºC),
atau batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan atau gejala lainnya
DAN/ATAU terdapat gejala pneumonia pada foto thorak atau pada CT
Scan thorak ditemukan gambaran gronud glass opacity, monositosis atau
neutrophil limfosit ratio (NRL) > 3,1 atau terdapat peningkatan CRP (C
Reactive Protein)
4. Dalam hal ini Sdri. SH termasuk dalam tenaga pendukung/supporting kesehatan
sesuai dengan angka 2 namun diagnosa klinis Sdri. SH saat menjalani perawatan
dan pengobatan tidak memenuhi kriteria sesuai angka 3 dengan hasil swab PCR
negatif Covid-19 (gold standart) pada tanggal 27 April 2020 dan tidak terdapat
gejala klinis sesuai kriteria Covid-19 sebagai Penyakit Akibat Kerja. Berdasarkan
data diatas dapat kami simpulkan bahwa Sdri. SH meninggal bukan karena
Penyakit Akibat Kerja Covid-19.

4. PENETAPAN BANDING
1. Berdasarkan Pemeriksaan Pegawai Pengawas Pusat bahwa pada hari Senin tanggal
16 April 2020 SH mengeluhkan sakit kepala setelah membawa pasien suspect
Covid-19, kemudian yang bersangkutan dibawa ke Rumah Sakit Simpang Depok
untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Pada tanggal 17 April 2020, SH sempat menjalani rapid tes Covid 19 dengan hasil
non reaktif. Pada tanggal 19 April 2020 jam 05.00 WIB SH mengalami anfal dan tidak
sadarkan diri, kemudian yang bersangkutan dirujuk ke RSUD Tarakan Jakarta dalam
keadaan tidak sadarkan diri dan gagal nafas sehingga dipasang alat ventilator untuk
membantu pernafasan. Hasil rujukan RS. Simpang Depok adalah Pasien Dalam
Pemantauan Covid-19 sebagaimana tertuang dalam Surat Rujukan RS Simpang
Depok.

68
Kembali ke DAFTAR ISI

SH tiba di IGD RSUD Tarakan pada jam 12.49 WIB dalam keadaan tidak sadar dan
terpasang ventilator dengan riwayat penyakit et causa meningitis dan pneumonia
PDP Covid-19. Yang bersangkutan sempat mendapat perawatan hingga meninggal
dunia pada jam 20.35 WIB dengan diagnosis suspect Pneumonia PDP Covid-19
(tertuang dalam Resume Medis Rawat Inap RS Tarakan). Berdasarkan hasil foto
rontgen thorax yang diambil di RS Simpang Depok tanggal 17 April 2020 atas nama
SH, terdapat tanda ciri khas pneumonia Covid-19 berupa titik atau kabut putih pada
paru bagian bawah.
2. Bahwa berdasarkan Pertimbangan Medis Dokter Penasehat Pusat dr. Huliselan
Nicolas, SH meninggal dunia dengan Pneumonia PDP Covid-19 yang disebabkan
oleh pekerjaan almarhumah sebagai petugas operasional Ambulan Gawat Darurat
DI yang merujuk dan ikut melayani/menangani pasien-pasien Covid-19, yang
memiliki resiko tinggi terpapar Covid-19, karena melakukan kontak langsung
dengan pasien-pasien Covid-19.
3. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian,
pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat
kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja Jo Pasal
2 ayat 3 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja meliputi jenis penyakit:
a. Yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan;
b. Berdasarkan sistem target organ;
c. Kanker akibat kerja; dan
d. Spesifik lainnya.
4. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
M/8/HK.04/V/2020 tanggal 28 Mei 2020 tentang Perlindungan Pekerja/Buruh
dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja pada Kasus Penyakit Akibat Kerja Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) bahwa pekerja/buruh dan/atau tenaga kerja yang
mengalami penyakit akibat kerja karena Covid-19 berhak atas manfaat Program
Jaminan Kecelakaan Kerja sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.
5. Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
5/XX/AS.00.03.1/II/2021 tentang Penetapan Penyakit Akibat Kerja An. Almh. SH
Pelaksana Operasional Ambulan Gawat Darurat DI bahwa penyakit pneumonia PDP
Covid-19 yang mengakibatkan meninggalnya SH disebabkan oleh pajanan faktor
yang timbul dari aktivitas pekerjaan yaitu sebagai petugas operasional Ambulan
Gawat Darurat DI yang merujuk dan ikut melayani/menangani pasien-pasien Covid-
19 serta melakukan kontak langsung dengan pasien-pasien Covid-19, sehingga
dikategorikan sebagai Penyakit Akibat Kerja dan ditetapkan sebagai Penyakit Akibat
Kerja Almh. SH berhak mendapat manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka ahli waris SH berhak menerima manfaat
Jaminan Kecelakaan Kerja sesuai peraturan perundangan berupa:
1) Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis (sesuai kuitansi yang
dikeluarkan)

69
Kembali ke DAFTAR ISI

2) Santunan berupa uang meliputi:


a) Penggantian Biaya Transportasi peserta yang mengalami kecelakaan kerja.
b) Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) tanggal 16 s.d 19
November 2020.
4 hari x (Rp.4.276.335,- : 30 hari) = Rp.570.179,- (Lima Ratus Tujuh Puluh
Ribu Seratus Tujuh Puluh Sembilan Rupiah).
c) Santunan Kematian.
60% x 80 x Rp.4.276.335,- = Rp.205.264.080,- (Dua Ratus Lima Juta Dua
Ratus Enam Puluh Empat Ribu Delapan Puluh Rupiah)
d) Biaya Pemakaman.
e) Santunan Berkala yang dibayarkan sekaligus.
3) Perhitungan Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja yang wajib dibayarkan oleh
BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan upah yang dilaporkan sebesar
Rp.4.180.921,- (Empat Juta Seratus Delapan Puluh Ribu Sembilan Ratus Dua
Puluh Satu Rupiah) adalah sebagai berikut:
1) Pergantian Biaya Transportasi peserta yang mengalami kecelakaan kerja.
2) Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja
Upah Sehari:
Rp.4.180.921,- : 30 hari = Rp.139.364,-
STMB selama 4 hari
Rp.139.364,- x 4 hari = Rp.557.456,- (Lima Ratus Lima Puluh Tujuh Ribu
Empat Ratus Lima Puluh Enam Rupiah).
3) Santunan Kematian.
60% x 80 x Rp.4.180.921,- = Rp.200.684.208,- (Dua Ratus Juta Enam Ratus
Delapan Puluh Empat Ribu Dua Ratus Delapan Rupiah)
4) Biaya Pemakaman
5) Santunan Berkala yang dibayarkan sekaligus.
4) Karena upah yang terakir diterima Almh. SH dan upah yang dilaporkan ke BPJS
Ketenagakerjaan berada dibawah ketentuan UMP, maka selisih santunan
berupa uang sebesar Rp.4.592.594,- (Empat Juta Lima Ratus Sembilan Puluh
Dua Ribu Lima Ratus Sembilan Puluh Empat Rupiah) wajib dibayarkan oleh
Pemberi Kerja dalam hal ini DI.

70
Kembali ke DAFTAR ISI

Source: https://asliindonesia.net/

71
Kembali ke DAFTAR ISI

BUKAN TERMASUK RUANG LINGKUP JKK

72
Kembali ke DAFTAR ISI

ANALIS LABOR DEMAM SAAT BEKERJA

Analis Labor mengalami demam saat membersihkan limbah cair hingga meninggal dunia ditetapkan
sebagai bukan Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja

1. DATA PESERTA
AS, laki-laki umur 54 tahun adalah tenaga kerja PT. EL (NPP DD001XXX) dengan nomor
referensi 01D00516XXX, bekerja sebagai analis labor.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Sdr. AS mengalami demam saat membersihkan ceceran limbah cair yang telah
merembes/mencuci limbah yang tertumpah dari kolam limbah no 11 ke parit sepanjang
7 KM yang menuju sungai secara manual. Atas kondisi sakit yang dialami Sdr. AS:
a. Tanggal 20 s/d 23 Oktober 2017 yang bersangkutan tidak masuk kerja
b. Tanggal 24 Oktober 2017 sekitar jam 17.00 WIB yang bersangkutan berobat ke RS
Awal Bros Ujung Batu diantarkan oleh anaknya, dalam pemeriksaan tidak ditemukan
adanya luka/unsur ruda paksa serta diagnosa Susp. DHF Gr III + DM Tipe II + Sepsis
dengan DD Ketoasidosis Diabetikum (KAD). Yang bersangkutan kemudian dirujuk ke
RSUD Arifin Ahmad di Pekanbaru, karena fasilitas ICU penuh, yang bersangkutan
dirujuk ke RS Lancang Kuning dan dirawat mulai tanggal 25 Oktober 2017 jam 01.00
WIB kemudian pada jam 20.12 WIB dinyatakan meninggal dunia.
c. Dalam Formulir 3b KK3 yang diisi oleh dr. Abdul Karis SpPD dari RS Lancang Kuning,
yang bersangkutan didiagnosa Sepsis + Acute Kidney Injury (AKI).
Penetapan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Riau Nomor XXX.Disnakertrans.PK4374 menetapkan bahwa Sdr. AS sebagai
kasus Kecelakaan Kerja.

3. ALASAN/PERTIMBANGAN BANDING
Bahwa suatu kasus dinyatakan kecelakaan kerja apabila terdapat unsur ruda paksa yaitu
cedera pada tubuh manusia akibat benda tumpul atau benda keras/tajam yang terjadi
secara tiba-tiba yang tidak diduga sebelumnya diluar kekuasaan manusia dan tidak
disengaja dari luar tubuhnya yang mengakibatkan rasa sakit/luka. Dalam hal ini, Sdr. AS
tidak mengalami trauma/tidak ditemukan unsur ruda paksa. Sdr. AS meninggal dunia
dengan diagnosa Sepsis + Acute Kidney Injury (AKI).

4. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
5/XX/AS.00.01/VII/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja Atau Bukan
Penyakit Akibat Kerja Atas Nama AS Pekerja PT. EL bahwa Sdr. AS meninggal disebabkan
oleh gagal ginjal akut akibat komplikasi penyakit diabetes yang tidak terdeteksi
sebelumnya, dimana penyakit tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain
faktor keturunan/genetika, faktor usia dan faktor bahaya kesehatan (pola hidup), bukan
berhubungan dengan faktor bahaya lingkungan kerja sehingga tidak dikategorikan
Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja.

73
Kembali ke DAFTAR ISI

ADVISOR AFTER SALES SERVICE MENGALAMI SERANGAN PENYAKIT


DI WARUNG

Advisor After Sales Service mengalami serangan penyakit saat sarapan dan minum kopi di warung
seberang kantornya, dan dinyatakan bukan meninggal mendadak atau bukan JKK

1. DATA PEKERJA
MU, no referensi 87G00001XXX laki-laki umur 63 tahun, pekerja PT. BE (NPP GG002XXX)
dengan jabatan sebagai Advisor After Sales Service yang memiliki tanggung jawab
memberikan pelayanan paska penjualan termasuk pengelolaan bengkel, penambahan
gedung baru untuk bengkel dan aktivitas pekerjaan bengkel.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 27 September 2017 jam 07.40 WIB, Bpk. MU tiba di kantor dan seperti
biasa langsung menuju ruangannya. Sekitar jam 09.00 WIB beliau terlihat ngobrol dan
memberikan arahan dengan karyawan dan tukang di halaman depan kantor PT. BE. Lalu
beliau pergi ke warung kopi yang berada di seberang kantor PT. BE. Selang beberapa
waktu Bpk. MU mengalami serangan penyakit di warung kopi. Kemudian yang
bersangkutan dibawa ke RSUD BARI Palembang dan dinyatakan meninggal dunia.

3. ALASAN / PERTIMBANGAN BANDING


1. Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Provinsi Sumatera Selatan Nomor: XXX/718/Nakertrans/20XX tentang Meninggal
Dunia Akibat Kecelakaan Dalam Hubungan Kerja Karyawan PT. BE An. Alm. MU
Tanggal 27 September 2017.
2. Berdasarkan Permenaker RI nomor 26 tahun 2015 Pasal 14 ayat (2) b Tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan
Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah, disebutkan bahwa Peserta yang
meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai Kecelakaan Kerja dan berhak
atas manfaat JKK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan apabila
memenuhi kriteria:
a. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya.
b. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 jam kemudian meninggal dunia.
Dalam hal ini, Sdr. MU mengalami serangan penyakit bukan di tempat kerja sehingga
hal tersebut tidak memenuhi kategori meninggal mendadak sebagaimana diatur
dalam Permenaker Nomor 26 tahun 2015.

74
Kembali ke DAFTAR ISI

4. PENETAPAN BANDING
1. Berdasarkan Pemeriksaan Pegawai Pengawas Pusat bahwa pada tanggal 27
September 2018, Sdr. MU bekerja seperti biasa di lokasi kantor PT. BE yang sedang
memiliki proyek penambahan Gedung baru untuk bengkel. Setiap pagi yang
bersangkutan biasa menerima laporan dari staf nya untuk kemudian memberikan
arahan yang sekaligus merupakan tindak lanjut laporan tersebut. Yang
bersangkutan juga memiliki kebiasaan sarapan pagi (minum teh/kopi) di warung
yang letaknya di seberang PT. BE. Pagi itu saat sedang berada di warung tersebut,
yang bersangkutan mendapat serangan (sesak nafas) dan segera dibawa ke RSUD
Palembang BARI.
2. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang merawat di RSUD Palembang
BARI (dr. Tuty Romayah) Sdr. MU tiba di rumah sakit dalam kondisi meninggal dunia
(dengan diagnosa Dead On Arrival (DOA)).
3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Jo
Pasal 14 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah menyatakan bahwa
“Peserta yang meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai kecelakaan
kerja dan berhak atas JKK sesuai dengan peraturan perundang-undangan, apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyebab penyakit yang dideritanya.
b. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian meninggal
dunia.
4. Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
Kep.XX/Naker-BinwasK3/III/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja MU
Pekerja PT. BE bahwa meninggalnya Sdr. MU tidak dapat dikategorikan sebagai
meninggal mendadak di tempat kerja karena yang bersangkutan mendapat
serangan pada saat sedang berada di warung yang letaknya di seberang tempat
kerjanya, ketika sedang melakukan aktivitas sarapan dan yang bersangkutan
dinyatakan meninggal dunia ketika sampai di RSUD Palembang BARI berdasarkan
pemeriksaan dokter (dr. Tuty Romayah). Kejadian tersebut terjadi pada saat yang
bersangkutan tidak sedang bekerja di tempat kerja, namun sedang sarapan di
warung dan lokasi warung tersebut terpisah dari tempat kerja yang bersangkutan,
sehingga kejadian yang menimpa Sdr. MU tidak memenuhi unsur meninggal
mendadak di tempat kerja dan ditetapkan Bukan Kecelakaan Kerja.

75
Kembali ke DAFTAR ISI

OPERATOR WATER TREATMENT DITEMUKAN TERGELETAK DI


KAMAR MANDI

Operator Water Treatment ditemukan tergeletak di Kamar Mandi kemudian dirawat dengan diagnosis
Stroke dan meninggal dunia setelah dirawat selama 2 hari, dinyatakan sebagai bukan kecelakaan kerja

1. DATA PEKERJA
MA, nomor referensi 93D02284XXX, laki-laki, umur 48 tahun, pekerja PT. IN (NPP
DD001XXX) dengan jabatan Operator Water Treatment.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada hari Senin tanggal 15 Januari 2018, Sdr. MA bekerja seperti biasa, pada jam 07.00
WIB yang bersangkutan kelihatan dalam keadaan sehat dan tidak mengeluh sakit,
mengikuti briefing seperti biasa, pada sekitar jam 10.05 WIB saat Sdr. Rusmin Naibaho
hendak ke kamar mandi (WC), Sdr. Rusmin Naibaho (rekan kerja yang bersangkutan)
mendengar suara orang mengerang dari kamar mandi sebelah (kamar mandi unit 2),
mendengar suara tersebut Sdr. Rusmin Naibaho tidak jadi masuk ke kamar mandi dan
langsung membuka kamar mandi tempat asal suara tersebut setelah pintu dibuka Sdr.
Rusmin Naibaho melihat Sdr. MA tergeletak di lantai kamar mandi, lalu Sdr. Rusmin
Naibaho memberi tahu teman-teman kerja yang dekat dengan lokasi perihal kejadian
tersebut. Setelah itu Sdr. MA dievakuasi ke tempat terbuka dan ditempatkan di atas
meja pada saat itu yang bersangkutan muntah-muntah, pada saat dievakuasi
berdasarkan keterangan Sdri. Reni Hartono (rekan kerja) yang bersangkutan tidak dapat
berkomunikasi, kemudian yang bersangkutan dibawa ke klinik perusahaan dengan
menggunakan mobil. Di klinik yang bersangkutan ditangani oleh Bidan Marliana Purba,
berdasarkan keterangan Bidan Marliana Purba pada saat tiba di klinik yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadarkan diri dan mengerang kesakitan, tensi
180/120, muntah berwarna hitam, dan muka sembab mata merah, kemudian yang
bersangkutan di rujuk ke RS. Efarina dengan didampingi Bidan Marliana Purba selama
perjalanan menuju RS. Efarina yang bersangkutan muntah-muntah setiap lebih kurang
5 (lima) menit sekali dan muntahnya berwarna hitam, sesampainya di RS. ditangani oleh
dokter dan perawat di IGD RS. Efarina, kemudian yang bersangkutan dirawat di ICU dan
pada tanggal 17 Januari 2018 sekitar jam 00.42 WIB yang bersangkutan dinyatakan
meninggal dunia oleh dokter RS. Efarina.

3. PENETAPAN BANDING
1. Berdasarkan surat keterangan dokter bentuk 3b KK3 yang ditandatangani dokter
spesialis syaraf dr. Julie, Sp.S dan Resume Medis Rs. Efarina Alm. Sdr. MA dirawat
sejak tanggal 15 Januari 2018 s.d 17 Januari 2018 dengan diagnosis Stroke
Haemorargik (Perdarahan yang mengganggu fungsi otak, perdarahan ini
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah), Hemiplegia (lemah atau kelumpuhan
parsial pada satu sisi tubuh yang dapat mempengaruhi lengan, kaki, atau otot
wajah), Hipertensi (Tekanan darah tinggi), Dislipidemia (kondisi yang terjadi saat

76
Kembali ke DAFTAR ISI

kadar lemak dalam aliran darah tinggi), Stress Ulcer (merupakan ulser pada
lambung atau duodenum yang biasanya muncul dalam konteks trauma atau
penyakit sistemik yang hebat. Ulser secara histologi didefinisikan sebagai hilangnya
mukosa saluran cerna yang meluas ke lapisan muskularis mukosa hingga
submukosa atau lebih dalam);
2. Bahwa Pertimbangan medis dokter Mardiansyah Kusuma, Sp.OK (Dokter Penasehat
Wilayah Riau) tanggal 23 Agustus 2018 yang mendiagnosa Alm. MA Stroke
Haemoragik dengan Hipertensi.
3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian,
pengertian Kecelakaan Kerja adalah Kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat
kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja jo pasal
14 ayat (2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 26 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian,
dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah.
4. Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
Kep.XX/Naker-BinwasK3/II/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja Dan
Bukan Penyakit Akibat Kerja An. Alm. Sdr. MA Karyawan PT. IN bahwa Kejadian
meninggalnya Sdr. MA tidak memenuhi unsur Kecelakaan Kerja karena tidak ada
ruda paksa, yang bersangkutan meninggal akibat terkena Stroke Haemoragik,
Hemiplegia, Hipertensi, Dislipidemia, Stress Ulcer, dimana hal tersebut merupakan
penyakit umum yang disebabkan oleh faktor bahaya kesehatan (pola hidup) bukan
disebabkan bahaya di tempat kerja. Meninggalnya yang bersangkutan juga tidak
dapat dikategorikan sebagai meninggal mendadak di tempat kerja karena yang
bersangkutan meninggal dunia sudah lebih dari 24 (dua puluh empat) jam sejak
terjadi serangan/sakit yang dideritanya. Sehingga kejadian meninggalnya Alm. MA
tidak dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja dan ditetapkan sebagai bukan
kecelakaan kerja dan bukan penyakit akibat kerja.

77
Kembali ke DAFTAR ISI

SPV MENDAPAT SERANGAN PENYAKIT DI PERJALANAN

Supervisor proyek diantar ke Rumah Sakit oleh Ojek Online dengan kondisi tidak sadarkan diri dan
dinyatakan meninggal dunia, dinyatakan bukan meninggal mendadak

1. DATA PEKERJA
HA, nomor referensi 15004409XXX, laki-laki, umur 39 tahun, pekerja PT. MA (NPP
16125XXX) dengan jabatan Engineneering Finishing Work SPV.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada hari Senin tanggal 27 Januari 2018 Sdr. HA berangkat bekerja sekitar jam 06.30
WIB dari rumahnya di daerah Klender Jakarta Timur menuju Proyek Menara Jakarta
dengan menggunakan sepeda motor, yang bersangkutan datang ke proyek
pembangunan Menara Jakarta karena ada janji dengan Bapak Sumurung S Hutapea
(Construction Manager) dalam rangka melakukan pengecekan pekerjaan bersama
untuk menentukan dan menyamakan persepsi terhadap standar pekerjaan struktur
proyek Menara Jakarta. Bapak Sumurung S Hutapea menunggu yang bersangkutan dari
jam 08.45 WIB akan tetapi yang bersangkutan tidak kunjung datang, sekitar jam 10.00
WIB Bapak Sumurung S Hutapea mendapat kabar dari Sdr. Haris Budiman bahwa sekitar
jam 08.00 WIB ada kecelakaan di jalan Industri (pintu 8) pasar mobil kemayoran,
korbannya memakai nametag AG dan korban sudah di bawa ke RS. Hermina Kemayoran
oleh tukang ojek online dengan menggunakan mikrolet, kemudian bapak Sumurung S
Hutapea mengecek keadaan korban di RS. Hermina Kemayoran yang ternyata adalah
Sdr. HA, korban sudah dinyatakan meninggal dunia dan sudah ada istri yang
bersangkutan.

3. PENETAPAN BANDING
1. Berdasarkan surat keterangan No: XXX/YANMED/RHSKMY/I/20XX dari RS. Hermina
Kemayoran bahwa pasien Sdr. HA datang ke IGD pada hari Minggu tanggal 27
Januari 2018 jam 08.25 WIB dengan kondisi tidak sadarkan diri diantar oleh ojek
online, kemudian dilakukan pemeriksaan oleh dokter IGD didapati pasien tidak
bernafas, tidak ditemukan denyut nadi, dari monitor EKG tampak gambar VT/VE,
kemudian segera dilakukan tindakan resusitasi berupa defibrital 270 joule dan
resusitasi jantung paru (RJP) oleh dokter jaga, paska defibrilasi monitor EKG tampak
gambaran Pulseless Electrical Activity (PEA), setelah itu dilakukan tindakan intubasi,
diberikan injeksi epinefrin sebanyak 5 (lima) ampul dengan selang waktu 3 (tiga)
menit dan terus dilanjutkan RJP. Tindakan resusitasi dilakukan selama 35 (tiga
puluh lima) menit, pasien tidak memberikan respon, didapat kondisi henti nafas,
henti jantung, gambar EKG asistol /flat line, pupil melebar dan refleks cahaya pada
pupil tidak ditemukan, pasien dinyatakan meninggal dunia jam 09.00 WIB dengan
diagnosa akhir Henti Jantung akibat VT/VE.

78
Kembali ke DAFTAR ISI

2. Bahwa berdasarkan pertimbangan medis dokter Nila Pratiwi Ichsan M.KM (dokter
Penasehat Pusat) menyatakan bahwa Sdr. HA meninggal di RS. Hermina Kemayoran
pada tanggal 27 Januari 2018 jam 09.00 WIB dengan diagnosa akhir henti jantung
VT/VF, yakni kondisi dimana adanya gangguan impuls listrik pada jantung yang
menyebabkan ventrikel jantung berdenyut cepat, pada Sdr. HA kemudian
berproses menjadi asistole (tidak ada aktivitas listrik dan mekanik jantung) serta di
tubuh Sdr. HA tidak ada luka lecet dan luka memar pada tubuh korban.
3. Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
Kep.XXX/Naker-BinwasK3/V/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja Dan
Bukan Penyakit Akibat Kerja An. Alm. Sdr. HA Karyawan PT. MA bahwa:
1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian,
pengertian Kecelakaan Kerja adalah Kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja, kejadian meninggalnya Sdr. HA tidak memenuhi unsur Kecelakaan Kerja
karena tidak ada ruda paksa (tidak ada luka lecet, dan luka memar pada tubuh
korban), yang bersangkutan meninggal karena henti jantung akibat VT/VF, yakni
kondisi dimana adanya gangguan impuls listrik pada jantung yang
menyebabkan ventrikel jantung berdenyut cepat, yang pada Sdr. HA kemudian
berproses menjadi asistole (tidak ada aktivitas listrik dan mekanik pada jantung)
hal tersebut merupakan penyakit umum yang disebabkan faktor bahaya
kesehatan (pola hidup), bukan disebabkan bahaya di tempat kerja, sehingga
tidak dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja.
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian,
pengertian Kecelakaan Kerja adalah Kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja jo pasal 14 ayat (2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 26
Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah
bahwa peserta yang meninggal mendadak ditempat kerja dianggap sebagai
kecelakaan kerja dan berhak atas manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut:
 Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya;
 Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian
meninggal dunia.
Berdasarkan ketentuan diatas meninggalnya Alm. HA juga tidak dapat dikategorikan
sebagai meninggal mendadak di tempat kerja karena Alm. HA mendapat serangan

79
Kembali ke DAFTAR ISI

penyakit bukan di tempat kerja tetapi pada saat dalam perjalanan menuju tempat
kerja (proyek pembangunan Menara Jakarta). Sehingga kejadian meninggalnya Alm.
Sdr. HA tidak dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja dan ditetapkan sebagai
bukan kecelakaan kerja dan bukan penyakit akibat kerja.

80
Kembali ke DAFTAR ISI

HEAD OF CHECKER OF ANALYSIS TERJATUH SAAT BERANGKAT


KERJA

Head of Checker of Analysis terjatuh saat mengendarai sepeda dalam perjalanan berangkat kerja dan
kemudian dinyatakan meninggal dunia akibat serangan penyakit. Kasus ini dinyatakan sebagai Bukan
Meninggal Mendadak dan Bukan JKK

1. DATA PEKERJA
SU, nomor referensi 09021158XXX, laki-laki, umur 51 tahun, tenaga kerja PT. SU (NPP
LL091XXX) bekerja sebagai Head of Checker of Analysis.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
 Pada hari sabtu tanggal 21 September 2019 Sdr. SU berangkat kerja dari mess
karyawan yang terletak di Kelurahan Wirasana Purbalingga dengan mengendarai
sepeda MTB.
 Kegiatan bersepeda biasa dilakukan oleh yang bersangkutan setiap hari Sabtu
menuju ke tempat kerja sekaligus berolahraga, karena setiap hari Sabtu di PT. SU
diadakan kegiatan olahraga.
 Sdr. SU berangkat dari rumah kurang lebih pukul 07.00 WIB dengan menggunakan
sepeda, kemudian pada pukul 07.55 WIB ketika sudah mendekati pintu gerbang
pabrik Sdr. SU didapati tergeletak dan sudah tidak sadarkan diri serta mengeluarkan
banyak air liur dan air kencing.
 Sdr. SU kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat yaitu Rumah Sakit Emanuel di
Klampok Banjarnegara, sesampainya di Rumah Sakit Emanuel sekitar pukul 08.15
WIB Sdr. SU langsung dimasukkan ke ruang IGD untuk diberikan pertolongan.
 Pada saat tiba di rumah sakit Sdr. SU ditangani oleh dr. Darma Juang dan dinyatakan
meninggal dunia (Death On Arrival) pada pukul 08.20 WIB.
 Berdasarkan keterangan dr. Darma Juang, saat tiba di IGD RS Emanuel Sdr. SU sudah
dalam kondisi meninggal dunia. Saat itu dilakukan pemeriksaan fisik dan rekam
jantung. Hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan luka/memar/lebam dan
kecacatan di tubuh Sdr. SU. Hasil pemeriksaan EKG (rekam jantung) menunjukkan
garis lurus yang berarti sudah tidak ada denyut nadi.
 Penetapan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah Nomor: 560/XXX/20XX tentang Penetapan
Santunan Kecelakaan Kerja a.n. SU Pekerja PT. SU menetapkan bahwa meninggalnya
Sdr. SU termasuk dalam kategori kecelakaan kerja.

3. ALASAN / PERTIMBANGAN BANDING


 Bahwa suatu kasus dinyatakan kecelakaan kerja apabila terdapat unsur ruda
paksa yaitu cedera pada tubuh manusia akibat benda tumpul atau benda
keras/tajam yang terjadi secara tiba-tiba yang tidak diduga sebelumnya diluar
kekuasaan manusia dan tidak sengaja dari luar tubuhnya yang mengakibatkan rasa

81
Kembali ke DAFTAR ISI

sakit/luka. Dalam hal ini, Sdr.SU tidak mengalami trauma/tidak ditemukan unsur
ruda paksa

 Permenaker RI nomor 26 tahun 2015 Pasal 14 Ayat (2) b Tentang Tata Cara
Penyelengaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan
Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah, disebutkan bahwa Peserta yang meninggal
mendadak di tempat kerja dianggap sebagai Kecelakaan Kerja dan berhak atas
manfaat JKK sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan apabila
memenuhi kriteria:
a. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyebab dari penyakit yang di deritanya.
b. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 jam kemudian meninggal dunia.
Dalam hal ini, Sdr. SU mengalami serangan penyakit adalah pada saat menuju tempat
kerja, sehingga hal tersebut tidak memenuhi kategori meninggal mendadak
sebagaimana diatur dalam Permenaker nomor 26 tahun 2015.

4. PENETAPAN BANDING
1. Berdasarkan Pemeriksaan Pegawai Pengawas Pusat bahwa pada tanggal 21
September 2019 Sdr. SU berangkat dari rumah menuju ke tempat kerjanya di PT.
SU dengan mengedarai sepeda MTB sekitar Pukul 07.00 WIB, kemudian kurang
lebih pukul 07.55 WIB pada saat perjalanan kurang lebih 200 meter menjelang
sampai di lokasi perusahaan, tiba-tiba Sdr. SU terjatuh ke pinggir jalan, dengan
posisi bahu kiri terlebih dahulu dan tidak sadarkan diri. Sdr. Riswanto, Sdr. Abik Fasa
Rias beserta warga yang kebetulan berada disekitar lokasi kejadian langsung
berusaha menolong Sdr. SU dengan cara mendudukkan. Saat mendapat
pertolongan Sdr. SU sempat sadar, lalu tidak lama memuntahkan cairan putih
(lendir) serta mengeluarkan air seni. Kemudian Sdr. Riswanto, Sdr. Abik Fasa Rias
beserta warga segera membawa Sdr. SU menggunakan mobil pickup menuju RS.
Emanuel untuk mendapatkan pertolongan medis. Setibanya di RS Emanuel kurang
lebih pukul 08.15 WIB Sdr. SU langsung dilarikan ke ruang IGD dengan ditangani
oleh dr. Darma Juang Bakti, namun setelah melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, pada pukul 08.20 WIB, dokter IGD tersebut menyatakan bahwa Sdr. SU telah
meninggal dunia saat tiba ruang IGD (Death On Arrival/DOA) dan dalam
pemeriksaannya oleh dokter tidak ditemukan adanya tanda-tanda cidera atau ruda
paksa.
2. Berdasarkan Surat Pertimbangan Medis nomor XX/X/DPP/20XX oleh Dr. dr. Sudi
Astono, MS selaku dokter penasehat, dijelaskan bahwa kurang lebih pada pukul
07.55 WIB Sdr. SU mengalami serangan penyakit akut atau penyakit jantung
(sebagai salah satu komplikasi yang sering terjadi pada penderita kencing manis
sebagaimana yang dialami Sdr. SU), pada saat mengendarai sepeda menuju
tempat kerjanya sehingga terjatuh dan tidak sadarkan diri, Serangan penyakit
akut tersebut bisa menimbulkan henti jantung di tempat kejadian atau di tengah

82
Kembali ke DAFTAR ISI

perjalanan menuju rumah sakit. Ketika tiba di IGD RS. Emanuel Banjarnegara
pada hari Sabtu tanggal 21 September 2020 pada pukul 08.20 WIB oleh dokter
yang menangani, Sdr. SU dinyatakan sudah dalam keadaan meninggal dunia saat
tiba di ruang IGD (Death on Arrival/DOA) dan Berdasarkan surat keterangan
dokter RS. Emanuel Banjarnegara, pada saat pemeriksaan pada tubuh korban
tidak ditemukan adanya tanda-tanda cidera atau ruda paksa.
3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Jo
Pasal 14 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah menyatakan bahwa
“Peserta yang meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai kecelakaan
kerja dan berhak atas JKK sesuai dengan peraturan perundang-undangan, apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyebab penyakit yang dideritanya.
b. Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian meninggal
dunia.
Serta berdasarkan ketentuan pada romawi II butir 7 Lampiran Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja, dijelaskan
"bahwa suatu kasus dinyatakan kasus kecelakaan kerja apabila terdapat
unsur ruda paksa yaitu cedera pada tubuh manusia akibat suatu peristiwa
atau kejadian (seperti terjatuh, terpukul, tertabrak dan lain-lain).

4. Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:


5/XXX/AS.00.03/XI/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja An. SU
Karyawan PT. SU bahwa meninggalnya Sdr. SU, pekerja/karyawan PT. SU pada
tanggal 21 September 2019 bukan disebabkan oleh kecelakaan tetapi akibat
serangan penyakit akut (serangan jantung). Serangan penyakit sebagai
penyebab meninggalnya Sdr. SU terjadi saat korban masih berada di luar
tempat kerja dan tidak sedang bekerja sehingga meninggalnya Sdr. SU tidak
memenuhi kriteria meninggal mendadak di tempat kerja, sehingga ditetapkan
sebagai bukan kecelakaan kerja.

83
Kembali ke DAFTAR ISI

DIREKTUR KEUANGAN PINGSAN DI TAKSI ONLINE

Direktur keuangan diketahui pingsan saat menaiki taksi online dalam perjalanan berangkat kerja dan
ditetapkan bukan kasus JKK.

1. DATA PEKERJA
DA, nomor referensi 14029864XXX, laki-laki umur 52 tahun, tenaga kerja PT. PL (NPP
18077XXX) dengan jabatan Direktur Keuangan.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
a. Pada tanggal 24 Juli 2019 pukul 09.00 WIB, Sdr. DA berangkat kerja dari rumah di
JI. ME menuju tempat kerja di PT. PL dengan diantar oleh istri yang bersangkutan
Sdri. AR. Sesampainya di JI. Mahakam Sdr. DA melanjutkan perjalanannya menuju
ke tempat kerja dengan menggunakan mobil online, saat menaiki mobil online yang
telah dipesan Sdr. DA tiba-tiba tidak sadarkan diri. Atas kondisi tersebut, Sdr. DA
langsung dibawa ke RS Pertamina oleh istri yang bersangkutan dan dinyatakan
meninggal dunia pada pukul 10.27 WIB. (Death on Arrival).
b. Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kota Administrasi Jakarta Selatan Nomor 7XXX/20XX menetapkan bahwa kematian
Sdr. DA sebagai kasus kecelakaan kerja.

3. ALASAN / PERTIMBANGAN BANDING


a. Bahwa suatu kasus dinyatakan kecelakaan kerja apabila terdapat unsur ruda paksa
yaitu cedera pada tubuh manusia akibat benda tumpul atau benda keras/tajam
yang terjadi secara tiba-tiba yang tidak diduga sebelumnya di luar kekuasaan
manusia dan tidak sengaja dari luar tubuhnya yang mengakibatkan rasa sakit/luka.
Dalam hal ini, Sdr. DA tidak mengalami trauma/tidak ditemukan unsur ruda paksa.
b. Berdasarkan Permenaker RI nomor 26 Tahun 2015 pasal 14 ayat (2) b Tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan
Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah bahwa Peserta yang meninggal
mendadak di tempat kerja dianggap sebagai Kecelakaan Kerja dan berhak atas
manfaat JKK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan apabila
memenuhi kriteria:
1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya.
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 jam kemudian meninggal dunia

Dalam hal ini, Sdr. DA mengalami serangan penyakit adalah di perjalanan sehingga
hal tersebut tidak memenuhi kategori meninggal mendadak sebagaimana diatur
dalam Permenaker Nomor 26 Tahun 2015.

84
Kembali ke DAFTAR ISI

4. PENETAPAN BANDING
a. Berdasarkan Pemeriksaan Pegawai Pengawas Pusat bahwa pada hari Rabu tanggal
24 Juli 2019 sekitar jam 09.00 WIB. Sdr. DA berangkat bekerja dari rumah di JL. ME
menuju kantor PT. PL, dengan diantar Istri (Sdri. AR). Sesampainya di Jl. Mahakam,
Sdr.DA berencana melanjutkan perjalanan dengan transportasi online (mobil).
Sewaktu akan menaiki mobil, Sdr. DA tiba-tiba lemas, kemudian terjatuh,
pengemudi segera menolong yang bersangkutan dan mengangkat yang
bersangkutan ke dalam mobil dan berusaha membangunkan, akan tetapi yang
bersangkutan sudah tidak sadarkan diri. Kemudian pengemudi segera memanggil
istri Sdr. DA yang masih berada tidak jauh dari lokasi kejadian dan memberitahukan
bahwa suaminya tidak sadarkan diri. Kemudian Sdr. DA langsung dibawa ke Rumah
Sakit Pusat Pertamina (RSPP) untuk mendapatkan pertolongan.
b. Berdasarkan surat keterangan dokter pemeriksa di RSPP (dr. Thomas M) dalam
formulir 3b KK II, dinyatakan bahwa berdasarkan anamnesa + 15 menit sebelum ke
RS, OS (Orang Sakit) tiba-tiba lemas, kemudian terjatuh dan tidak sadar. Dari
pemeriksaan fisik tidak ada bagian tubuh yang cedera, pada kolom uraian lain-lain
dituliskan pupil midriasis maksimal RCL (reflek cahaya langsung) -/-, reflek kornea -
/-, A. carotis tidak teraba, A. radialis tidak teraba, meninggal saat tiba atau Death
on Arrival (DOA) pada pukul 10.27 WIB, Sdr. DA dinyatakan meninggal dunia di
depan kerabat/teman kantor, dan dalam pemeriksaan dokter tidak ditemukan
adanya tanda-tanda cidera atau ruda paksa.
c. Berdasarkan hasil pertimbangan medis Dokter Penasehat Pusat (dr. Erwin
Anjasmara Ichsan) Nomor: XX/II/DPP/20XX tentang pertimbangan medis Alm. Sdr.
DA, yang menyatakan bahwa peristiwa yang menimpa Sdr. DA adalah tiba-tiba
lemas dan kemudian terjatuh tidak sadarkan diri pada saat akan menaiki mobil
(taksi online) kemudian yang bersangkutan langsung ke Unit Gawat Darurat (UGD)
Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul
10.27 WIB oleh dr. Thomas M selaku dokter RSPP dengan diagnosa Death On Arrival
(DOA), dan dalam pemeriksaan dokter tidak ditemukan adanya tanda-tanda cidera
atau ruda paksa.
d. Berdasarkan Peraturan Pemerinatah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Jo.
Pasal 14 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah bahwa Peserta yang
meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai Kecelakaan Kerja dan
berhak atas manfaat JKK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
apabila memenuhi kriteria:
1) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya.
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian meninggal
dunia.

85
Kembali ke DAFTAR ISI

Berdasarkan ketentuan pada romawi II butir 7 Lampiran Keputusan Menteri Tenaga


Kerja dan Transmigrasi Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian
Kasus kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja, dinyatakan bahwa “suatu kasus
dinyatakan kasus kecelakaan kerja apabila terdapat unsur ruda paksa yaitu cedera
pada tubuh manusia akibat suatu peristiwa atau kejadian (seperti terjatuh,
terpukul, tertabrak dan lain-lain)”.
e. Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
5/XX/AS.00.01/I/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja / Bukan Penyakit
Akibat Kerja (PAK) A.n. Sdr. DA Karyawan PT. PL bahwa kejadian meninggalnya Sdr.
DA tidak memenuhi unsur Kecelakaan Kerja. Meninggalnya yang bersangkutan juga
tidak memenuhi kriteria sebagai kasus meninggal mendadak di tempat kerja karena
yang bersangkutan mendapat serangan penyakit saat tidak sedang bekerja dan
tidak di tempat kerja sehingga kejadian meninggalnya Sdr. DA ditetapkan sebagai
Bukan Kecelakaan Kerja sehingga tidak berhak atas manfaat Jaminan Kecelakaan
Kerja.

86
Kembali ke DAFTAR ISI

OPERATOR MESIN MENDAPAT SERANGAN SAKIT DI PESAWAT

Operator mesin mendapat serangan penyakit saat berada di Pesawat dalam perjalanan menuju tempat
tugas dan akhirnya meninggal dunia, kasus ini dinyatakan sebagai kasus Bukan meninggal mendadak
dan Bukan JKK

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


PT. PE (NPP J1010XXX), an. KU nomor referensi 09009887XXX, laki-laki umur 33 tahun,
dengan jabatan sebagai Operator II FCCU (Fluidized Cracking Catalityc Unit) yang
menjalankan tugas belajar di PEM (Politeknik Energi dan Mineral) Cepu TMT 28 Juli 2017
s.d. 18 Juli 2018.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 12 Juli 2018 Sdr. KU kembali ke PEM Cepu, setelah menjalankan izin untuk
pulang ke Palembang dari PEM Cepu tmt 27 Juni 2018 s.d. 13 Juli 2018 dikarenakan
sudah tidak ada kuliah dan hanya menunggu wisuda (hal serupa juga dilaksanakan oleh
siswa lainnya). Yang bersangkutan melakukan perjalanan dari Bandara Sultan Mahmud
Badaruddin II Palembang ke Surabaya menggunakan pesawat Lion Air (JT0857) dan akan
dilanjutkan ke PEM Cepu melalui perjalanan darat. Namun berselang 20 menit setelah
pesawat lepas landas Sdr. KU mengalami sakit sehingga pesawat memutar kembali ke
bandara SBM II Palembang dan yang bersangkutan segera dievakuasi oleh petugas
kesehatan bandara SBM II Palembang ke Rumah Sakit Myria.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang memeriksa di Rumah Sakit Myria
Palembang (dr. Susilawati), Sdr. KU tiba di rumah sakit dalam kondisi meninggal dengan
diagnosa Death on Arrival (DOA).

3. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
5/XXX/AS.00.01/IX/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja An. KU Pekerja PT.
PE bahwa ‘Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian jo. Pasal 14
ayat (2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan
Hari tua Bagi Peserta Penerima Upah, bahwa peserta yang meninggal mendadak di
tempat kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja dan berhak atas manfaat Jaminan
Kecelakaan Kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut: Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja tiba-tiba
meninggal dunia tanpa melihat penyebab dan penyakit yang dideritanya.
Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit kemudian
langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau rumah sakit dan tidak
lebih dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian meninggal dunia.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka meninggalnya Sdr. KU tidak dapat dikategorikan
sebagai meninggal mendadak di tempat kerja karena yang bersangkutan mendapat

87
Kembali ke DAFTAR ISI

serangan sakit pada saat sedang berada di pesawat Lion Air (JT0857), ketika sedang
melakukan perjalanan ke tempat pendidikan di PEM Cepu, dan yang bersangkutan
dinyatakan meninggal dunia ketika sampai di Rumah Sakit Myria Palembang
berdasarkan pemeriksaan dokter (dr. Susilawati). Kejadian tersebut terjadi pada saat
yang bersangkutan tidak sedang bekerja di tempat kerja, sehingga kejadian yang
menimpa Sdr. KU tidak memenuhi unsur meninggal mendadak di tempat kerja dan
ditetapkan Bukan Kecelakaan Kerja.

88
Kembali ke DAFTAR ISI

FOREMAN GOLDROOM MENGELUHKAN SAKIT PASKA BERHENTI


BEKERJA

Foreman Goldroom mengeluhkan sakit pinggang yang diakibatkan oleh riwayat pekerjaannya dan kasus
ini dinyatakan bukan PAK

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


MU, nomor referensi 11025853XXX, laki-laki, umur 41 tahun, mantan pekerja PT. JR
(NPP TT001XXX) dengan jabatan Foreman Goldroom dengan deskripsi pekerjaan antara
lain setiap seminggu sekali melakukan washing dan smelting di area Gold Room,
membantu Housekeeping di Area Plant, membantu Pengangkatan Material dengan alat
Forklift, membantu Mixing Reagent, semisal Cyanide, Lime, Alid, serta
membantu/mengganti Operator Plant jika Operator yang bertugas berhalangan hadir.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Bahwa sebelum bekerja di PT. JR, Sdr. MU pernah bekerja di PT. NE pada tahun 1998
sampai dengan tahun 2004, dan pernah bekerja di PT. AV pada tahun 2005 sampai
dengan 2011. Selanjutnya pada tahun 2011 sampai 2016 Sdr. MU bekerja di PT. JR.
Pada saat bekerja di PT. JR, Sdr. MU mengalami keluhan subyektif berupa badan terasa
tegang, tangan dan jari selalu bergetar, nyeri dada kanan dan kiri, sakit pinggang, sering
sakit kepala pada saat kondisi lelah, tremor pada mata dan sering sariawan.

3. PENETAPAN BANDING
Hasil pemeriksaan dokumen didapat data-data sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan monitoring biologi terhadap
logam merkuri di bulan Oktober Tahun 2018 terhadap para rekan kerja yang
bersangkutan di lokasi kerja Gold Room yang dilakukan oleh Laboratorium Klinik
Prodia Jl. Sam Ratulangi No. 72 Manado menunjukkan nilai yang lebih rendah dari
nilai rujukan tertinggi;
b. Berdasarkan Laporan Hasil Pengukuran, Pengujian Lingkungan Kerja, Asap/Uap
Logam Berat (Cd, Cr, & Pb), Sinar Radiasi Ultra Violet dan Kualitas Udara Ambien
(CO, NH3, NO2, SO2, dan Debu) yang dilakukan oleh UPTD Keselamatan Kerja dan
Hiperkes menunjukkan bahwa logam berat pada Gold Room berada dibawah nilai
ambang batas;
c. Berdasarkan Hasil Analisa Laporan di PT. JR yang dilakukan oleh PT. Sucofindo dan
tertuang dalam Report of Analysis dengan Nomor Certificate No. 54XXX/DBBPAI
menunjukkan bahwa logam berat pada Gold Room berada dibawah nilai ambang
batas;
d. Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter Penasehat, dr. Erwin Anjasmara yang
tertuang dalam Pertimbangan Medis Sdr. MU menyatakan bahwa keluhan
subyektif dengan Multiple Differential Diagnosis yang dialami oleh Sdr. MU
disebabkan oleh karena akumulasi paparan logam berat (merkuri) yang bersifat
kronis sebelum yang bersangkutan bekerja di PT. JR.

89
Kembali ke DAFTAR ISI

Berdasarkan pasal 1 Peraturan Presiden No. 7 tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat
Kerja yang dimaksud dengan Penyakit Akibat Kerja yang dimaksud dengan Penyakit
Akibat Kerja selanjutnya disingkat PAK (Occupational Disease) adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja. Selanjutnya berdasarkan pasal
2 Peraturan Presiden tersebut menyatakan bahwa pekerja yang didiagnosis menderita
Penyakit Akibat Kerja berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat JKK
meskipun hubungan kerja telah berakhir.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor: R-
5.XXX/AS.00.01/VI/20XX tentang Penetapan Bukan Penyakit Akibat Kerja A.N MU
Pekerja PT. JR bahwa “penyakit yang diderita oleh Sdr. MU adalah bukan Penyakit
Akibat Kerja (Occupational Disease) namun dapat dikategorikan sebagai Penyakit
Terkait Kerja (Work Related Disease). Penyakit Terkait Kerja adalah penyakit yang
kambuh/dicetuskan/diperberat/diperparah oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja
dimana penyakit tersebut sudah diderita oleh yang bersangkutan sebelum bekerja.

90
Kembali ke DAFTAR ISI

PERANGKAT DESA MENGALAMI KECELAKAAN SAAT MEMBELI


MAKANAN

Perangkat desa mengalami kecelakaan saat membeli makanan untuk keluarganya, dinyatakan bukan JKK

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


SU, Nomor Referensi 15031635XXX, laki-laki, umur 64 tahun, perangkat desa di Desa GA
(NPP 15049XXX) dengan jabatan sebagai Danton Linmas.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 17 Juli 2016, Sdr. SU mendapat tugas mengamankan kegiatan komunitas
RX King di Desa GA. Jam 13.00 WIB setelah selesai menjalankan tugas tersebut, yang
bersangkutan mendapatkan tugas berikutnya dari Kepala Desa untuk melakukan
pengamanan pada acara halal bihalal di RT 3/RW 1. Sekitar jam 15.00 WIB, Sdr. SU pergi
meninggalkan lokasi tugas penjagaan halal bihalal untuk membeli makan bagi dirinya
dan istrinya. Pada jam 16.30 WIB, dalam perjalanan kembali dari membeli nasi, yang
bersangkutan mengalami kecelakaan terserempet truk dan terlindas ban belakang truk
di Jl. Lingkar Selatan Trt Ds. Tanjungkarang, Kec. Jati, Kudus.
Akibat kecelakaan tersebut Sdr. SU menderita Crush Injury pada lengan kiri sampai
bagian atas siku dan mendapat perawatan di RS. Mardi Rahayu Kudus. Sdr. SU harus
menjalani 2 (dua) kali tindakan amputasi dalam 3 (tiga) kali masa rawat inap di RS. Mardi
Rahayu Kudus.

3. PENETAPAN BANDING
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian,
pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja
atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
Kep.XX/Naker-BinawasK3/I/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja SU
Perangkat Desa GA bahwa “kecelakaan yang dialami oleh Sdr. SU pada tanggal 17 Juli
2016 tidak dapat dikategorikan Kecelakaan Kerja karena terjadi pada saat Sdr. SU
membeli makanan untuk dirinya dan istrinya di warung yang jaraknya +7KM dari lokasi
halal bihalal. Kegiatan membeli nasi yang dilakukan yang bersangkutan tidak ada
kepentingan untuk perusahaan dan jalan yang dilalui oleh yang bersangkutan adalah
jalan yang tidak biasa dilalui dalam perjalaan dari rumah menuju ke tempat kerja atau
sebaliknya dan bukan saat sedang melakukan pekerjaannya serta tidak berhubung
dengan hubungan kerja.

91
Kembali ke DAFTAR ISI

OPERATOR EXCAVATOR JATUH TERHEMPAS DI ATAS RODA


EXCAVATOR

Operator Excavator jatuh terhempas di atas roda excavator yang mengakibatkan keluhan sakit pinggang
dan dinyatakan sebagai bukan JKK dan Bukan PAK

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


PA, Nomor Referensi 07S00151XXX, laki-laki, umur 31 tahun, mantan pekerja PT. GR
(NPP SS033XXX) dengan jabatan sebagai operator excavator dan melakukan
pemeliharaan antara lain memeriksa bahan bakar, pelumas, air pendingin dan accu.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada tanggal 6 Februari 2013, yang bersangkutan masuk kerja shift malam sejak jam
19.00 WIB – 07.00 WIB. Pada tanggal 7 Februari 2013, pagi hari setelah shift, Sdr. PA
berniat turun dari excavator untuk pulang, tetapi karena keadaan licin setelah hujan
semalaman yang bersangkutan terpeleset dan jatuh terhempas di atas track/roda
excavator. Sdr. PA kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada Bpk. Munir selaku
Supervisor melalui radio namun tidak mendapat respon. Sejak kejadian tersebut, Sdr.
PA merasakan sakit mulai pinggang sampai kram di kaki tetapi masih berusaha
memaksakan masuk bekerja seperti biasa. Sdr. PA melaporkan keadaannya kepada
manajemen Perusahaan, yang kemudian memberikan ijin standby pada bulan
September 2013. Pada Bulan Oktober 2013, Sdr. PA mendapatkan mutasi ke Kabupaten
Melak, namun karena merasa sakit, ia sempat mendapat perawatan inap di RS.
Dirgahayu. Pada tahun 2016, Sdr. PA melaporkan dugaan kecelakaan kerja sebagai
penyebab penyakit yang dideritanya.

3. PENETAPAN BANDING
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter Spesialis Syaraf RS. Dirgahayu dan hasil CT
Scan atas nama PA tanggal 16 Agustus 2013, Sdr. PA menderita Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) pada daerah L4-5 dan L5-S1 posterior medial agak sinistra.
b. Berdasarkan Ringkasan Perawatan Pasien Pulang/Resume atas nama PA dari
Dokter Spesialis Syaraf RS. Dirgahayu, dr. Eliawati, tanggal 28 Oktober 2013, Sdr. PA
menderita penyakit HNP + Cephalgia dan membutuhkan rawat inap sejak tanggal
28 Oktober – 4 November 2013 dan terapi rutin. Sdr. PA kemudian mendapat ijin
istirahat sakit berdasarkan Surat Keterangan Dokter sejak tanggal 5 November 2013
s.d 11 November 2013.
c. Berdasarkan Surat Keterangan Pasien an. PA dari dr. Eliawati, RS. Dirgahayu tanggal
17 Maret 2016, Sdr. PA didiagnosa menderita Hernia Nukleus Pulposus (HNP) VL4-
5 sehingga membutuhkan pengobatan dan fisioterapi.
d. Berdasarkan Surat Keterangan Pasien an. PA dari RS. Dirgahayu tanggal 31 Agustus
2016, Sdr. PA memeriksakan diri kembali kepada dr. Eliawati dengan keluhan
keterbatasan aktivitas dalam mengangkat barang berat dan tidak dapat terlalu
lama duduk.

92
Kembali ke DAFTAR ISI

e. Berdasarkan hasil CT Scan atas nama PA dari Dokter Spesialis Syaraf RSUD Abdul
Wahab Sjahranie dr. H.M Lutfhi , Sp.S tanggal 20 September 2016, Sdr. PA
menderita Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dengan kesan bulging disc VL 3-4 dan
asimetrical bulging disc kiri VL 4-5.
f. Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter Penasehat, dr. Erwin Anjasmara, yang
dituangkan dalam Pertimbangan Medis Sdr. PA, Sdr. PA menderita Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) pada Vertebrae L4-L5 dengan penyebab yang tidak diketahui oleh
karena tidak ada hasil rekam medis awal, berkala dan khusus, serta tidak ditemukan
juga adanya laporan kejadian kecelakaan di perusahaan dan klaim Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) ke BPJS Ketenagakerjaan.
g. Berdasarkan keterangan pengurus PT. GR, Oddy Johanson, yang bersangkutan tidak
mengetahui adanya laporan kejadian kecelakaan yang dialami oleh Sdr. PA tanggal
7 Februari 2013. Sdr. PA hanya menginformasikan tentang penyakit HNP yang
dideritanya namun tidak memberi informasi mengenai kejadian penyebab penyakit
tersebut. Pada tahun 2016, Sdr. PA baru melaporkan kepada manajemen
Perusahaan bahwa penyakit HNP yang dideritanya disebebkan oleh kecelakaan
jatuh terhempas di track/roda excavator yang terjadi tanggal 7 Februari 2013.
h. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah
menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
i. Sesuai Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
Kep.XX/Naker-BinwasK3/III/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja Sdr.
PA Mantan Pekerja PT. GR bahwa “berdasarkan hasil pemeriksaan dokter spesialis
syaraf dari RS. Dirgahayu, RSUD Abdul Wahab Sjahranie, dan Pertimbangan Medis
Dokter Penasehat dr. Erwin Anjasmara, Sdr. PA didiagnosa menderita Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) tanpa ditemukannya bekas cedera atau rudapaksa
sehingga penyakit HNP tersebut bukan disebabkan oleh kecelakaan jatuh
terhempas diatas track/roda excavator, namun penyakit tersebut dapat
disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor usia dan faktor bahaya kesehatan
(pola hidup), sehingga penyakit yang diderita Sdr. PA tidak berhubungan dengan
Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja dan ditetapkan Bukan Kecelakaan Kerja
dan Bukan Penyakit Kerja.

93
Kembali ke DAFTAR ISI

LIGHTINGMAN PINGSAN SAAT NAIK OJOL

Lightingman mengalami pingsan saat naik ojol dalam perjalanan pulang dan meninggal dunia saat diberi
pertolongan di rumah warga, kasus ini dinyatakan bukan meninggal mendadak dan bukan JKK

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


LA, no referensi 10029708XXX, laki-laki, umur 43 tahun, karyawan/pekerja PT. SU (NPP
NN131XXX) dengan jabatan Ligthingman adapun Job discription yang bersangkutan
adalah melakukan setting lampu studio dan mengatur tingkat penerangan sesuai
dengan tampilan TV.

2. KRONOLOGIS
Pada hari Senin tanggal 4 Februari 2019 Sdr. LA masuk bekerja pada pukul 05.09 WIB
ke Gedung GR, sekitar pukul 10.00 WIB Sdr. Latip merasa kurang sehat dan ingin
pulang ke rumah di daerah SI dengan menggunakan ojek online yang dikendarai oleh
Sdr. Edeit. Saat dibonceng oleh Sdr. Edeit. Sdr. LA meminta izin untuk berpegangan
pada badan Sdr. Edeit dan menceritakan bahwa dia sedang tidak enak badan. Ketika
dalam perjalanan dan hendak masuk Gang SI Sdr. Ediet menanyakan letak rumah Sdr.
LA, dijelaskan oleh Sdr. LA arah rumahnya di daerah SI, Sebelum sampai di alamat
rumah yang dituju, Sdr. LA yang masih dibonceng tiba-tiba lemas, kemudian Sdr. Edeit
segera memegang Sdr. LA dan menghentikan sepeda motor yang dikendarainya. Sdr.
Ediet dibantu pengemudi motor dibelakangnya untuk membopong Sdr. LA turun dari
motor dan membawa Sdr. LA ke pinggir jalan (teras rumah Sdr. Joko Rohadi),
kemudian oleh warga Sdr. LA di berikan minyak angin. Sdr. Joko Rahadi menghubungi
Linmas Simomulyo, kemudian Linmas mengontak Unit Reaksi cepat (URC) dan Polisi.
URC dan Kepolisian Sektor Sukomanunggal serta Inafis Polres hadir di tempat kejadian
dan korban segera dibawa ke RS. Soetomo, sedangkan Sdr. Edit dibawa ke polsek
Sukomanunggal.

3. PENETAPAN BANDING
a. Bahwa berdasarkan Pemeriksaan Jenazah, Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soetomo Nomor XX/301.2.24/3/IV/20XX, sebagai berikut: ditemukan lebam mayat
pada leher, punggung bawah, berwarna biru keunguan dan hilang dengan
penekanan, ditemukan kaku mayat pada otot-otot mata dan rahang bawah, tidak
ditemukan tanda-tanda pembusukan, perkiraan saat kematian antara pukul 09.30
s.d. 13.30 WIB tanggal 4 Februari 2019, pada mata, dahi, hidung, telinga, dagu dan
leher tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, Pada punggung, pantat dan panggul
tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan medis dokter penasehat Pusat (dr. Nila Pratiwi
Ichsan, MKM) dinyatakan bahwa Bpk. LA mengalami serangan penyakit yang
menyebabkan kematian, dengan perkiraan waktu kematian tanggal 4 Februari
2019 antara pukul 09.30 — 13.30 WIB;

94
Kembali ke DAFTAR ISI

c. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian,
pengertian Kecelakaan Kerja adaiah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjaianan dari rumah menuju
tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh Iingkungan kerja,
jo Pasal 14 ayat (2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I Nomor 26 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian, dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah.
d. Sesuai Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
5/XXX/AS.00.01/VIII/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja Dan Bukan
Penyakit Akibat Kerja An. Alm. Sdr. LA Karyawan PT. SU bahwa kejadian
meninggalnya Sdr. LA tidak memenuhi unsur Kecelakaan Kerja karena tidak ada
ruda paksa, yang bersangkutan meninggal akibat serangan penyakit, dimana hal
tersebut merupakan penyakit umum yang disebabkan oleh faktor bahaya
kesehatan (pola hidup), bukan disebabkan bahaya di tempat kerja. Meninggalnya
yang bersangkutan juga tidak dapat dikategorikan sebagai meninggal mendadak di
tempat kerja karena yang bersangkutan mendapat serangan penyakit tidak di
tempat kerja tetapi saat sedang menumpang Ojek sepeda motor pulang kerumah.
Sehingga kejadian meninggalnya Alm. LA tidak dapat di kategorikan sebagai
kecelakaan kerja dan ditetapkan sebagai bukan kecelakaan kerja dan bukan
Penyakit Akibat Kerja.

95
Kembali ke DAFTAR ISI

HR MANAGER KEHILANGAN DAYA PENGLIHATAN MATA


KANANNYA

HR manager mengeluhkan kehilangan daya penglihatan mata kanannya setelah aktivitas


menyusun materi pelatihan menggunakan computer selama 2 hari dan dinyatakan Bukan
Penyakit Akibat Kerja

1. DATA YANG MENGAJUKAN BANDING


BA, nomor referensi 16028103XXX, laki-laki, umur 48 tahun, tenaga kerja PT. PA (NPP
LL002XXX) bertugas sebagai HRD Manager

2. KRONOLOGIS
a. Awal Juni 2016, Sdr. BA mendapatkan tugas untuk menyusun materi pelatihan
selama 2 (dua) hari penuh. Setelah mengerjakan tugas tersebut, yang bersangkutan
merasa penglihatan pada mata kanannya menjadi kabur dan seperti berpasir.
b. Tanggal 14 Juni 2016, Sdr. BA memeriksakan mata dan didiagnosa mengalami Ablasio
Retina atau lepasnya retina mata dari lapisan dalamnya sehingga disarankan untuk
menjalani tindakan operasi retina sebagaimana tertuang dalam Resume Medis
tanggal 4 November 2011. Namun karena keterbatasan dana tindakan operasi retina
tidak dilakukan.
c. Tanggal 22 Maret 2018, Sdr. BA kembali memeriksakan mata kanannya ke Candi Eye
Centre didiagnosa retinal detachment atau retinal break (lepasnya retina mata)
sebagaimana tertuang dalam Resume Medis dari Candi Eye Centre.
d. Tanggal 15 Januari 2020, Sdr. BA kehilangan daya penglihatan pada mata kanannya
dan kembali memeriksakan mata kanannya di Klinik Mata Nusantara hingga
didiagnosa ablatio retina total.

3. PENETAPAN BANDING
a. Berdasarkan Pertimbangan Medis Dokter Penasehat Pusat, dr. Erwin Anjasmara,
penyakit ablatio retina pada mata kanan yang diderita oleh Sdr. BA bukan merupakan
penyakit akibat kerja dengan pertimbangan antara lain:
i) Antara pajanan faktor bahaya lingkungan (yang timbul dari aktivitas menyusun
materi pelatihan pekerja PT. PA) dengan diagnosa klinis tidak memiliki hubungan
sebab akibat yang signifikan;
ii) Penyakit terjadi dengan interval waktu yang tidak sesuai antara lamanya pajanan
dengan terjadinya penyakit;
iii) Dosis waktu pajanan dengan respon tidak sesuai (pajanan sinar radiasi layar
komputer selama 2 hari dalam jam kerja bukan merupakan pajanan yang dapat
menyebabkan ablasio retina)
b. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,

96
Kembali ke DAFTAR ISI

termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalan dari rumah menuju tempat kerja
atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
c. Sesuai Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
5/XX/AS.00.03.1/I/20XX tentang Penetapan Bukan Penyakit Akibat Kerja An. BA
Pekerja PT. PA bahwa penyakit ablasio retina yang menyebabkan hilangnya daya
penglihatan pada mata kanan Sdr. BA dikategorikan bukan Kecelakaan Kerja dan
Bukan Penyakit Akibat Kerja karena terjadi bukan disebabkan pajanan faktor bahaya
lingkungan yang timbul dari aktivitas menyusun materi pelatihan PT. PA.

97
Kembali ke DAFTAR ISI

TENAGA CUTTING DITEMUKAN PINGSAN DALAM PERJALANAN


PULANG
Tenaga cutting ditemukan oleh warga dalam kondisi tersungkur/jatuh, tidak sadarkan diri dan tidak
terdapat cedera/luka pada bagian tubuh di jalan.

1. DATA PEKERJA
MA, nomor referensi 91N02037XXX, laki-laki umur 51 tahun, tenaga kerja PT. UN (NPP 000XXX)
dengan jabatan sebagai staf bagian cutting.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
a. Pada hari Kamis tanggal 31 Januari 2019 Sdr. MA bertugas pada shift II (14.00 –
22.00 WIB), setelah selesai bekerja dan melakukan absensi, Sdr. MA pulang menuju
rumahnya dengan berjalan kaki. Di tengah perjalanan menuju rumah sesampainya
di area pasar Desa Kedungrejo, Kecamatan Waru, Sdr. MA ditemukan oleh warga
dalam kondisi tersungkur/jatuh, tidak sadarkan diri dan tidak terdapat cedera/luka
pada bagian tubuh pada jam 22.05 WIB. Kemudian Sdr. MA ditolong warga dan
diantar ke RS Mitra Keluarga Waru.
b. Sesampainya di UGD RS Mitra Keluarga Waru, segera dilakukan pertolongan kepada
Sdr. MA oleh tim dokter dan tim dokter yang merawat menyatakan bahwa Sdr. MA
meninggal dengan diagnosa Death On Arrival (DOA) sesuai Resume Medis RS Mitra
Keluarga tanggal 11 Maret 2020.
c. Sesuai dengan Penetapan Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Timur Nomor: 560/4XXX/108.5/20XX tentang
Penetapan Kecelakaan Kerja Atau Bukan Kecelakaan Kerja An. Sdr. MA Karyawan
PT. UN menetapkan bahwa meninggalnya Sdr. MA dikategorikan Meninggal Dunia
Akibat Kecelakaan Kerja Dalam Hubungan Kerja.

3. ALASAN/PERTIMBANGAN BANDING
a. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah
b. Pasal 1 angka 9 disebutkan bahwa Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi
dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
c. Pasal 14 ayat (2) bahwa “Peserta yang meninggal mendadak di tempat kerja
dianggap sebagai Kecelakaan Kerja dan berhak atas manfaat JKK sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1) Pekerja pada saat bekerja ditempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya;

98
Kembali ke DAFTAR ISI

2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit


kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian meninggal
dunia.”
d. Dalam hal ini Sdr. MA tidak mengalami kecelakaan kerja dalam hubungan kerja
karena tidak ditemukan cedera/luka pada bagian tubuh Sdr. MA dan tidak
memenuhi kriteria meninggal mendadak karena kejadiannya terjadi tidak saat
bekerja dan tempat kejadian bukan tempat kerja.

4. PENETAPAN BANDING
a. Berdasarkan Pertimbangan Medis Dokter Penasehat Pusat, dr. Muzakir, Sdr. MA
mengalami henti jantung yang dapat disebabkan oleh penyakit tekanan darah
tinggi (hipertensi) pada saat berjalan kaki menuju rumahnya hingga ditemukan
tidak sadarkan diri dan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 31 Januari 2019
jam 22.45 WIB.
b. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian J.o
Pasal 14 ayat (2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian
dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah, menyatakan bahwa Pekerja
yang meninggal mendadak di tempat kerja dianggap sebagai kecelakaan kerja dan
berhak atas manfaat jaminan kecelakaan kerja apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Pekerja pada saat bekerja ditempat kerja tiba-tiba meninggal dunia tanpa
melihat penyebab dari penyakit yang dideritanya;
2) Pekerja pada saat bekerja di tempat kerja mendapat serangan penyakit
kemudian langsung dibawa ke dokter, atau unit pelayanan Kesehatan atau
rumah sakit dan tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam kemudian meninggal
dunia.”
Berdasarkan ketentuan di atas, kejadian meninggalnya Sdr. MA tersebut tidak
dikategorikan sebagai meninggal mendadak saat sedang bekerja di tempat kerja
karena yang bersangkutan mendapat serangan penyakit saat sedang tidak bekerja
dan saat sedang tidak di tempat kerja. Yang bersangkutan meninggal karena henti
jantung yaitu keadaan ketika jantung tidak berfungsi seperti biasanya dan tiba-tiba
berhenti berdetak dalam perjalanan pulang menuju rumahnya dari tempat kerja.
Hal tersebut merupakan penyakit umum yang disebabkan oleh faktor bahaya
kesehatan (pola hidup), bukan disebabkan bahaya di tempat kerja.
c. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 609 tahun
2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
Kerja pada romawi II, angka 7 menyatakan bahwa Kecelakaan Kerja adalah
kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit
yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Bahwa suatu kasus dinyatakan kasus

99
Kembali ke DAFTAR ISI

kecelakaan kerja apabila terdapat unsur ruda paksa yaitu cedera pada tubuh
manusia akibat suatu peristiwa atau kejadian (seperti terjatuh, terpukul, tertabrak
dan lain-lain).

d. Sesuai Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:


5/XXX/AS.00.03/IV/20XX tentang Penetapan Bukan Kecelakaan Kerja Dan Bukan
Penyakit Akibat Kerja An. MA Pekerja PT. UN bahwa “kejadian meninggalnya Sdr.
MA tidak memenuhi unsur Kecelakaan Kerja karena tidak ada ruda paksa (tidak
ditemukan luka atau cidera pada tubuh korban) yang signifikan sebagai penyebab
meninggalnya korban dan tidak masuk kategori meninggal mendadak yang
dianggap sebagai kecelakaan kerja. Meninggalnya Sdr. MA tidak dikategorikan
sebagai Kecelakaan Kerja dan ditetapkan sebagai Bukan Kecelakaan Kerja dan
Bukan Penyakit Akibat Kerja.

100
Kembali ke DAFTAR ISI

Source: inspirilo.com

101
Kembali ke DAFTAR ISI

BUKAN PESERTA

102
Kembali ke DAFTAR ISI

PEKERJA SEMI SKILL TERJATUH DARI LANTAI 4

Pekerja semi skill terjatuh dari ketinggian saat bekerja hingga mengakibatkan cacat fungsi dan ditetapkan
sebagai kecelakaan kerja dan karena saat kejadian belum terdaftar peserta maka Perusahaan wajib
membayarkan santunan sesuai ketentuan yang berlaku

1. DATA PEKERJA
JA mantan karyawan PT. AN dengan jabatan semi skill.

2. KRONOLOGIS SINGKAT
Pada hari Selasa tanggal 8 Oktober 2013 sekitar jam 09.00 WIB di area project MB#24
LPPPI-Jambi Sdr. Rolen Sinaga dan Sdr. JA sedang melakukan aktivitas erction material
(bracing) dari lantai dasar ke lantai 4, secara tiba-tiba karena greeting yang bergeser
menyebabkan Sdr. Rolen Sinaga dan Sdr. JA terjatuh, dimana Sdr. Rolen Sinaga jatuh
sampai ke lantai 2 dan Sdr. JA jatuh di lantai 3, kemudian kedua-duanya dibawa ke RS
Cipta Medika untuk mendapatkan pertolongan pertolongan dimana Sdr. Rolen Sinaga
tidak dapat tertolong lagi dan meninggal dunia seketika sedangkan Sdr. JA langsung
dibawa ke RS DKT Jambi untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

3. PENETAPAN BANDING
Sesuai dengan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor:
5/XXX/AS.00.01/VII/20XX tentang Penetapan Kecelakaan Kerja A.N. Sdr. JA Mantan
Karyawan PT. AN bahwa “Kejadian yang menimpa Sdr. JA adalah saat yang
bersangkutan sedang melaksanakan pekerjaannya yaitu melakukan aktivitas bracing di
tempat kerja sehingga kejadian tersebut dikategorikan sebagai kecelakaan kerja dan
ditetapkan sebagai Kecelakaan Kerja”.
Berdasarkan hasil pertimbangan medis Dokter Penasehat Pusat (dr. Erwin Anjasmara
Ichsan) Nomor : XX/X/DPP/20XX tentang pertimbangan medis Sdr. JA yang menyatakan
bahwa akibat kasus kecelakaan yang bersangkutan mengalami kehilangan kemampuan
kerja fisik sebesar 26% dengan nilai cacat sesuai tabel Lampiran II Peraturan Pemerintah
adalah 20%.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang bersangkutan berhak menerima
santunan Kecelakaan Kerja berupa:
a. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;
b. Biaya pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit;
c. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) dari 9 Oktober s.d. 15 Oktober
2013 dan 1 November 2013 s.d. 31 Desember 2013:
STMB bulan Oktober 2013 = 7 hari
STMB bulan November 2013 = 30 hari
STMB bulan Desember 2013 = 30 hari
STMB = 67 hari

103
Kembali ke DAFTAR ISI

 Maka santunan STMB yang bersangkutan sesuai peraturan perundangan


adalah:
= 67 x (Rp.1.300.000,- : 30) x 100% = Rp. 2.903.333,-
 Santunan cacat hilangnya kemampuan kerja fisik sebesar 26%:
= 20% x 80 x Rp.1.300.000,- = Rp.20.800.000,-
Jumlah seluruhnya adalah Rp.23.703.333,- (Dua Puluh Tiga Juta Tujuh Ratus Tiga
Ribu Tiga Ratus Tiga Puluh Tiga Rupiah).

d. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari BPJS Ketenagakerjaan Pusat bahwa Sdr.
JA baru didaftarkan sebagai peserta pada tanggal 8 Oktober 2013 jam 12.24 WIB,
sehingga pada saat kecelakaan, yaitu tanggal 8 Oktober 2013 jam 9.00 WIB, Sdr. JA
belum terdaftar sebagai peserta Program Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan,
maka PT. AN wajib membayarkan manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

104
Kembali ke DAFTAR ISI

Source: https://fpedia.id/

105
Kembali ke DAFTAR ISI

DISKUSI KASUS TAMBAHAN

106
Kembali ke DAFTAR ISI

PERUBAHAN UPAH DALAM PERHITUNGAN SANTUNAN


1. DATA PESERTA
PA, nomor referensi 10001308XXX, laki-laki umur 39 tahun, pekerja PT AD (NPP
DD050XXX).

2. KRONOLOGIS
a. Pada tanggal 16 Juli 2018 sekitar pukul 09.15 WIB Sdr. PA mengalami kecelakaan
pada saat bekerja yaitu mata terkena serbuk buah sawit.
b. Setelah dilakukan pengobatan dan perawatan, status akhir kasus kecelakaan kerja
tersebut adalah cacat sebagian fungsi mata sebelah kiri sebesar 95% berdasarkan
hasil pertimbangan medis Dokter Penasehat Provinsi Riau nomor:
XXX/DP/Wil.Riau/IV/20XX.
c. Penetapan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Riau Nomor: 560/Disnakertrans.PK-WIL.III/Tap-
Was/VI/20XX/1XXX tentang Perhitungan dan Penetapan Santunan Kecelakaan
Kerja atau Bukan Kecelakaan Kerja A.n. PA Pekerja PT. AD menetapkan bahwa:
1) Kecelakaan yang dialami PA adalah kecelakaan kerja.
2) Perhitungan Santunan Cacat Kecelakaan Kerja:
a) Berdasarkan upah terakhir yang dilaporkan perusahaan ke BPJS
Ketenagakerjaan (Rp.2.527.812,-) adalah sebesar Rp.67.239.799,- dan
wajib dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan kepada tenaga kerja.
b) Berdasarkan UMK Kabupaten Bengkalis Tahun 2018 (Rp.2.919.458,35)
adalah sebesar Rp.77.657.592,-.
c) Selisih perhitungan santunan cacat berdasarkan upah terlapor dengan
berdasarkan UMK Kabupaten Bengkalis sebesar Rp.10.417.793,- menjadi
tanggung jawab perusahaan.
d. Terhadap penetapan diatas, telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Pada tanggal 16 Juni 2020 BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang DU telah
melakukan pembayaran hak santunan kecelakaan kerja tersebut kepada Sdr.
PA dengan jumlah sebesar Rp.67.239.799,-
2) Pada Tanggal 17 Juni 2020 PT AD menyatakan keberatan untuk membayarkan
selisih santunan cacat serta meminta BPJS Ketenagakerjaan untuk
membayarkan selisih tersebut dengan alasan perusahaan telah membayarkan
rapel kekurangan pelaporan upah pada bulan Juli 2018 untuk perhitungan upah
sejak Januari s.d Juni 2018. Pernyataan keberatan tersebut disampaikan
melalui surat kepada Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja Provinsi
Riau Nomor: AD-KM/VI/2020-2.
e. Tanggal 8 September 2020, BPJS Ketenagakerjaan Cabang DU menerima
Penetapan Ulang Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Riau Nomor: 560/Disnakertrans.PK/2XXX Tentang Perhitungan dan
Penetapan Santunan Cacat Atas Nama PA Pekerja/Buruh PT. AD yang menyatakan

107
Kembali ke DAFTAR ISI

bahwa kekurangan santunan manfaat sebesar Rp.10.417.793,- menjadi kewajiban


BPJS Ketenagakerjaan.

3) PERBEDAAN PENDAPAT
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Pasal 32 ayat (1)
menyatakan bahwa upah sebagai dasar pembayaran JKK adalah Upah terakhir Pekerja
pada saat kecelakaan terjadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19. Berdasarkan
ketentuan tersebut maka pembayaran rapel upah yang dilakukan bersamaan dengan
pembayaran iuran dan berlaku surut merupakan komponen yang terpisah dengan
upah yang dilaporkan sehingga rapel upah tidak diperhitungkan sebagai dasar upah
untuk menghitung manfaat JKK.

4. ARAHAN DEPDIR KOP


a. Berdasarkan pengecekan dokumen dan hasil analisa atas kasus tersebut, Deputi
Direktur Bidang Kebijakan Operasional Program menyimpulkan tidak perlu
mengajukan banding ke Kementerian Ketenagakerjaan RI dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1) PT AD merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri perkebunan
sehingga perusahaan melaksanakan pembayaran upah pekerja mengikuti
ketentuan Upah Minimum Sektor Pertanian/Perkebunan (UMSP).
2) UMSP Tahun 2018 baru ditetapkan pada tanggal 15 Mei 2018 melalui
Keputusan Gubernur Riau Nomor: Kpts.373/V/2018 dengan ketentuan sebagai
berikut:
 UMSP Provinsi Riau Tahun 2018 adalah sebesar Rp2.617.500,-/bulan dan
berlaku surut mulai tanggal 1 Januari 2018.
 Perusahaan yang berada pada wilayah dengan nilai Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) Tahun 2018 lebih tinggi dari Upah Minimum Sektor
Pertanian/Perkebunan, maka menggunakan Upah Minimum
Kabupaten/Kota tersebut.
3) Perusahaan baru menerima surat Keputusan Gubernur Riau Nomor:
Kpts.373/V/2018 pada akhir bulan Juni 2018 dan segera melakukan tindak
lanjut dengan mengeluarkan memo tertanggal 25 Juni 2018 untuk menaikkan
upah seluruh karyawan terhitung mulai Januari 2018 sesuai dengan UMK
Kabupaten Bengkalis. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan taat
menjalankan aturan dari pemerintah.
4) Perusahaan telah melakukan penyesuaian upah Sdr. PA dengan membayarkan
rapel upah bulan Januari s.d. Juni 2018 dengan nominal yang sama yaitu
sebesar Rp2.475.876,- kepada tenaga kerja dan BPJS Ketenagakerjaan.
5) Perhitungan iuran BPJS Ketenagakerjaan atas rapel upah tersebut dihitung
berdasarkan total rate iuran untuk semua program yang diikuti yaitu untuk
program JKK, JKM, JHT dan JP.
6) Rapel tersebut diberikan kepada seluruh tenaga kerja yang ada di perusahaan
tersebut tidak hanya rapel upah untuk Sdr. PA. Hal ini sesuai dengan Perjanjian
Kerjasama Nomor: 13/GAPKI/BKS-PPS/I/2018 tanggal 11 Januari 2018 antara

108
Kembali ke DAFTAR ISI

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau dengan


Federasi Pekerja Pertanian dan Perkebunan SPSI Provinsi Riau, Pasal 2 yang
menyebutkan bahwa seluruh anggota pekerja pertanian dan perkebunan
dijamin menerima upah sesuai UMSP dan UMK tahun 2018.
7) Rapel tersebut dibayarkan bersamaan dengan gaji tenaga kerja bulan Juli 2018
dan pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan bulan Juli 2018.
8) Dari pengecekan pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan selama 5 tahun
terakhir, terlihat bahwa setiap tahun perusahaan melakukan rapel upah pada
bulan tertentu setelah terbitnya Keputusan Gubernur tentang penetapan
UMSP pada tahun tersebut.

Laporan Upah dan Rapel PT AD


Kode Iuran BLTH Upah Rapel Dasar / Keterangan Tanggal Kep
Kep. Gub. Riau tentang UMSP
920040902062602 Mar-20 2.835.347.122 438.587.483 18/03/2020
No.Kpts.599/III/2020
Kep. Gub. Riau tentang UMSP
919051307807790 Apr-19 2.743.065.200 229.873.218 25/03/2019
No.Kpts.661/III/2019
Kep. Gub. Riau tentang UMSP
918081906062758 Jul-18 2.566.594.384 2.133.973.848 15/05/2018
No.Kpts.373/V/2018
Kep. Gub. Riau tentang UMSP
No.120/I/2017
17061758325710 May-17 2.901.667.568 1.527.555 26/01/2017
Rapel iuran digabung dengan
upah bulan Mei 2017
Kep. Gub. Riau tentang UMSP
16072152786264 Jun-16 2.647.492.900 1.130.097.240 01/01/2016
No.No:573 Tahun 2016

Laporan Upah dan Rapel Sdr. PA


BLTH Upah Rapel Keterangan
Rapel kekurangan upah Jan-Feb 2020
Mar-20 3.284.357 511.550
sebesar Rp255.775,-/bulan
Feb-20 3.028.582 -
Rapel kekurangan upah Jan-Mar 2019
Apr-19 3.028.582 258.372
sebesar Rp86.124,-/bulan
Mar-19 2.942.458 -
Rapel kekurangan upah Jan-Jun 2018
Jul-18 2.940.458 2.475.876
sebesar Rp412.646,-/bulan
Jun-18 2.527.812 -
Upah Mei 2017 sebesar Rp2.527.812,-
May-17 3.295.060 - ditambah rapel kekurangan upah Jan-
Apr 2017 sebesar Rp191.812,-/bulan
Apr-17 2.336.000 -
Rapel kekurangan upah Jan-Mei 2016
Jun-16 2.336.000 1.001.580
sebesar Rp166.930,-/bulan
May-16 2.141.500 -

9) Dasar upah yang digunakan untuk menghitung manfaat JKK pada Penetapan
Ulang Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Riau Nomor: 560/Disnakertrans.PK/2XXX Tentang Perhitungan dan Penetapan
Santunan Cacat Atas Nama PA Pekerja/Buruh PT. AD adalah menggunakan UMK
Kabupaten Bengkalis yaitu sebesar Rp2.919.458,35.

109
Kembali ke DAFTAR ISI

b. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan


adanya unsur fraud dalam kasus ini, sehingga kekurangan santunan manfaat JKK
sebagaimana dimaksud dalam butir 4 dapat dibayarkan oleh BPJS
Ketenagakerjaan.
c. Pertimbangan yang diberikan untuk penyelesaian kasus Sdr. PA ini tidak dapat
diberlakukan pada kasus yang lain, karena setiap kasus JKK bersifat unik sehingga
untuk penyelesaian kasusnya harus memperhatikan dokumen pendukung, hasil
pengecekan dan analisa kasus, history kasus, pembayaran iuran maupun data
kepesertaan.

110
Kembali ke DAFTAR ISI

KLAIM JHT SALAH BAYAR

1) URAIAN KASUS
a. Terdapat pengajuan klaim JHT atas nama YE dengan nomor referensi
01D20212XXX pada tanggal 18 Desember 2019 di Kantor Cabang BA. Oleh Ibu YU
selaku CSO dilakukan pengecekan dan ditemukan bahwa nomor referensi tersebut
sudah pernah diklaim di Kantor Cabang PA pada tanggal 10 April 2018.
b. Selanjutnya pihak BPJS Ketenagakerjaan Cabang BA melakukan pengecekan berkas
dari Kantor Cabang PA. Kemudian dilakukan kunjungan ke rumah tenaga kerja dan
PT. RU untuk melakukan wawancara dan verifikasi berkas asli dari Ibu YE.
c. Hasil pengecekan berkas didapatkan beberapa perbedaan antara dokumen asli
dan dokumen yang diajukan di Kantor Cabang PA antara lain:
1. Pada KTP Ibu YE ditemukan perbedaan tahun percetakan KTP dan tanda
tangan;
2. Kartu Keluarga terdapat perbedaan tanda tangan Bapak RI selaku Kepala
Keluarga, dan perbedaan ukuran stempel dari Disdukcapil;
3. Adanya pengajuan surat keterangan kehilangan kartu NPWP dan kartu BPJS
Ketenagakerjaan dengan nomor referensi 01D20212XXX yang diterbitkan
oleh Kepolisian Sektor Serang dan PT. RU. Telah dikonfirmasi bahwa
sebelumnya Ibu YE tidak pernah kehilangan apapun;
4. Terdapat surat pengalaman kerja dari PT. RU dengan format nomor surat yang
berbeda. Jabatan yang tertera adalah Planner, sedangkan posisi Ibu YE adalah
Production Trainer. Surat pengalaman kerja ditandatangani oleh Bapak
Marianus M Aritonang pada tanggal 22 Juni 2016. Telah dikonfirmasi oleh
pihak PT. RU bahwa Bapak Marianus M Aritonang telah meninggal pada tahun
2015;
5. Terdapat perbedaan foto yang signifikan antara foto KTP Disdukcapil dan
orang yang mengajukan klaim.
6. Terdapat Surat Kehilangan Kepolisian Nomor: B/XXX/SKKB/III/20XX/Sek
tanggal 12 Maret 2018 yang telah jatuh tempo pada tanggal 27 Maret 2018
dan sudah tidak berlaku saat pengajuan klaim. Surat Keterangan Kehilangan
Kartu peserta tersebut terindikasi dipalsukan, dibuat pada tanggal 9 April
2018 atau sehari sebelum proses klaim diajukan.

2) TINDAK LANJUT PENYELESAIAN


a. Kantor Cabang BA bersurat kepada Kantor Wilayah SU dan selanjutnya
diekskalasikan kepada Depdir KOP;
b. Depdir KOP mengirimkan Memo Nomor : ME/XXX/0320XX perihal Dugaan Klaim
JHT Salah Bayar a.n. YE KPJ 01D20212XXX kepada SPI untuk dilakukan Audit Tujuan
Tertentu Atas Indikasi Klaim JHT Salah Bayar pada Kantor Cabang PA;
c. Berdasarkan Audit Tujuan Tertentu Atas Indikasi Klaim JHT Salah Bayar pada
Kantor Cabang PA yang dilakukan oleh Satuan Pengawas Internal, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:

111
Kembali ke DAFTAR ISI

 Bahwa terdapat pengajuan pembayaran klaim Jaminan Hari Tua (JHT) atas
nama Peserta YE dengan Nomor Referensi 01D20212XXX yang merupakan
Tenaga Kerja PT. RU pada tanggal 18 Desember 2019 di BPJS
Ketenagakerjaan Kantor Cabang BA;
 Bahwa setelah dilakukan pengecekan pada Sistem Aplikasi oleh CSO Kantor
Cabang BA, diketahui telah terjadi pembayaran klaim JHT atas data Peserta
sebagaimana dimaksud diatas di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang PA
pada tanggal 10 April 2018;
 Bahwa klaim JHT atas nama Peserta YE yang diproses oleh Kantor Cabang
PA sebagaimana dimaksud di atas adalah klaim JHT salah bayar kepada
orang yang tidak berhak;
 Bahwa kesimpulan klaim JHT salah bayar yang diperoleh sebagaimana
dimaksud di atas adalah berdasarkan:
1. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Satuan Pengawas Internal
2. Hasil cek kasus bersama yang dilakukan oleh Deputi Direktur Wilayah
BA dan Deputi Direktur Wilayah SU, dengan laporan hasil cek kasus yang
disampaikan kepada Deputi Direktur Bidang Kebijakan Operasional
Program melalui Surat Nomor: B/XXX/0320XX perihal Hasil Pengecekan
Kasus Klaim JHT a.n. Ibu YE.
 Bahwa pada kasus klaim JHT salah bayar yang dilakukan oleh petugas
pelayanan Kantor Cabang PA, tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan
dan lebih kepada unsur kelalaian.
 Bahwa petugas pelayanan Kantor Cabang PA sebagaimana dimaksud di atas
bersedia untuk mengembalikan saldo klaim JHT salah bayar yang telah
ditetapkan atas nama YE.

3) PENYELESAIAN KLAIM
Dalam hal telah terdapat kesimpulan terjadinya kesalahan pembayaran klaim JHT,
maka perlu segera ditindaklanjuti untuk dapat dilakukan pembayaran klaim JHT kepada
Peserta yang berhak dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Deputi Direktur Wilayah BA diminta untuk mengkoordinasikan kepada Kantor
Cabang PA untuk melakukan pembatalan atas klaim JHT yang telah dibayarkan
atas nama YE dengan Nomor Referensi 01D20212XXX.
b. Deputi Direktur Wilayah SU diminta untuk mengkoordinasikan kepada Kantor
Cabang BA untuk melakukan rekonstruksi saldo JHT atas nama YE dengan Nomor
Referensi 01D20212XXX setelah dilakukan pembatalan klaim sebagaimana
dimaksud pada poin 1.
c. Sesuai dengan Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/23/092017 tentang Petunjuk Teknis Pembayaran Manfaat Program
Jaminan Hari Tua dan Program Jaminan Pensiun, Kantor Cabang BA diminta untuk
melakukan penetapan dan pembayaran ulang JHT kepada Peserta yang berhak
paling lama 3 (tiga) hari sejak dilakukannya rekonstruksi saldo.
d. Proses pembayaran klaim JHT kepada Peserta yang berhak agar dapat dilakukan
dalam waktu maksimal 15 (lima belas) hari kerja setelah Surat ini diterima.

112
Kembali ke DAFTAR ISI

e. Apabila proses pembayaran klaim JHT kepada Peserta yang berhak telah
dilakukan, maka diminta kepada Kantor Cabang BA untuk melaporkannya kepada
Deputi Direktur Bidang Kebijakan Operasional Program.
f. Dalam hal menindaklanjuti pengembalian saldo klaim JHT salah bayar
sebagaimana dimaksud di atas, diminta kepada Deputi Direktur Wilayah BA agar
memerintahkan kepada Kepala Kantor Cabang TA untuk melakukan penagihan
kepada petugas pelayanan dimaksud yang saat ini sudah ditempatkan di Kantor
Cabang TA dan memproses pengembalian saldo.

4) MITIGASI RESIKO
Untuk memastikan kasus salah bayar klaim JHT tidak terulang kembali, diminta kepada
petugas pelayanan untuk:
 Memastikan setiap dokumen persyaratan klaim JHT yang diserahkan oleh Peserta
adalah dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
 Lebih berhati-hati apabila menerima pengajuan klaim JHT dari luar wilayah domisili
Kantor Cabang Pelayanan dan melakukan verifikasi tambahan dengan melakukan
konfirmasi kepada pihak eksternal terkait apabila dibutuhkan.
 Melakukan pengecekan terhadap histori koreksi data dan histori cetak kartu yang
terdapat pada Customer Information File.

113
Kembali ke DAFTAR ISI

Source: isengnulis.com

114
Kembali ke DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA/PERATURAN YANG BERLAKU


1. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
2. Kepmenaker RI nomor 609 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelesaian Kasus
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja.
3. Peraturan Pemerintah nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan
Jaminan Hari tua Bagi Peserta Penerima Upah.
5. Peraturan Presiden No. 7 tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja.

115

Anda mungkin juga menyukai