Anda di halaman 1dari 79

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

FARMASI RUMAH SAKIT

PELAYANAN KEFARMASIAN

DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI

PERIODE 20 DESEMBER - 17 JANUARI 2022

DISUSUN OLEH:

UTAMI PUTRI DAMAYANTI

03.19.001

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALEWANGANG

MAROS

2022
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
FARMASI RUMAH SAKIT

PELAYANAN KEFARMASIAN
DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
PERIODE 20 DESEMBER – 17 JANUARI 2022

OLEH:

UTAMI PUTRI DAMAYANTI 03.19.001

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kerja lapangan

farmasi rumah sakit DIII-Farmasi STIKES Salewangang Maros

Telah diperiksa dan disahkan pada hari ....................... tanggal .......................................

Mengetahui

Apoteker Pembimbing PKL Dosen Pembimbing PKL

apt. Moh Akhsan Nurhady, S.Farm. apt. An Nisaa Nurzak.,S.Farm.,M.Si


NIP: ............................................ NIDN: 09011119104

Ketua Program Studi D-III Farmasi STIKES Salewangan Maros

apt. Arifuddin Yunus.,S.Farm.,M.Si


NIDN: 0905048803
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk ,rahmat dan

hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

ini tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Lporan ini

disusun berdasarkan pengalaman dan ilmu yang kami peroleh selama melaksanakan PKL

di Rumah Sakit Lbuang Bji.

Laporan PKL yang telah kami susun ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas

mahasiswa sebagai penanggung jawaban atas kegiatan PKL di dunia kerja yang berkaitan

dengan peralatan medic.

Kami menyadari bahwa laporan ini tidak akan disususn dengan tanpa adanya

bantuan dengan pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, tidak lupa kami juga mengucapkan

banyak terima klasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam kegiatan PKL

maupun dalam penyusunan laporan ini.Selain itu kami menyadari bahwa laporan PKL ini

masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.

Oleh karena itu, kami mengharap kritikan dan saran yang membangun guna menjadi

acuan agar penulis bisa lebih baik lagi kedepannya. Semoga laporan ini dapat brmanfaaat

bagi kita semua.

Makassar,16 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................4
a. Tujuan umum........................................................................................................4
b. Tujuan khusus......................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
A. Pengertian Rumah Sakit............................................................................................5
B. Peraturan dan Perundang-undangan tentang Rumah Sakit............................................5
C. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit..................................................................................6
D. Persyaratan Pendirian Rumah Sakit............................................................................7
E. Persyaratan Kelengkapan Rumah Sakit.......................................................................8
F. Pengelolaan Rumah Sakit........................................................................................14
G. Instalasi Farmasi Rumah Sakit..................................................................................14
H. Deskripsi Resep, Copy Resep dan Obat....................................................................17
a. Resep................................................................................................................17
b. Copy resep.........................................................................................................18
c. Obat..................................................................................................................19
BAB III...............................................................................................................................25
PELAKSANAAN KEGIATAN PKL.........................................................................................25
A. Deskripsi Umum Lahan Praktik.................................................................................25
a. Latar Belakang Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.......................................25
b. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji..........................................26
c. Fasilitas Pelayanan RSUD...................................................................................26
b. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji........28
B. Deskripsi Kegiatan Praktik........................................................................................29
BAB IV...............................................................................................................................31
PEMBAHASAN...................................................................................................................31

ii
A. Gudang Perbekalan RSUD Labuang Baji...................................................................31
B. Apotek Rawat Jalan RSUD Labuang Baji...................................................................34
C. Apotek IGD (Instalasi Gawat Darurat) RSUD Labuang Baji..........................................35
D. Apotek Rawat Inap RSUD Labuang Baji....................................................................36
E. Apotek Bedah Sentral (OK) RSUD Labuang Baji.........................................................37
F. Skrining Resep.......................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................64
LAMPIRAN........................................................................................................................69

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang diutamakan oleh setiap orang untuk dapat

melakukan setiap kegiatan yang diinginkan. Oleh karena itu untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dibentuklah suatu upaya kesehatan melalui

pembangunan kesehatan. Menurut UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,

Kesehatan adalah keadaan sehat secara fisik,mental spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan,dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis dalam melaksanakan

pembangunan kesehatan diperlukan upaya kesehatan (DepKes RI,2009).

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hal

dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu

seperti diamanatkan dalam UUD 1945 dan dipertegas didalam Undang-undang

tentang kesehatan No 36 Tahun 2009 bahwa kesehatan merupakan hak asasi

manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkn sesuai dengan

cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan

berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka

1
pembentukan sumber daya manusia Indonesia,serta peningkatan ketahanan dan

daya saing bangsa untuk pembangunan nasional (DepKes RI,2009).

Rumah sakit adalah sarana keschatan yang menyelenggarakan pelayanan

paripurna, yang terdiri atas : rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik

yang dilaksanakan selama 24 jam melalui upaya kesehatan perorangan, sesuai

Undang-Undang Republik Indonesia No: 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit. Rumah

sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan strategi dilihat dari konteks jumlah

biaya yang dikeluarkan, dimana sebagian besar dana kesehatan terserap dalam

sektor perumah sakitan baik di Negara yang sudah maju maupun pada Negara

berkembang. RSUD labuan bajo sebagai pusat pelayanan kesehatan di tingkat

provinsi yang merupakan rumah sakit di bawah koordinasi Pemda provinsi harus

mampu berkembang dan menyesuaikan diri dengan pemenuhan kebutuhan dimana

rumah sakit selain sebagai tempat pelayanan paripurna juga diharapkan sebagai

pusat rujukan dan sebagai pusat informasi hidup sehat (DepKes RI,2009).

Kemampuan menejemen yang baik, kualitas dan kuantitas SDM, dan

pembiayaan yang cukup merupakan faktor pendukung yang paling utama dan modal

dasar yang harus dimiliki sehingga fungsi rumah sakit dapat berkiprah dan semakin

dirasakan manfaatnya di tengah-tengah masyarakat yang majemuk dan semakin

modern. Dengan demikian, bila hal itu terwujud RSUD Labuan Bajo disamping akan

mampu meningkatkan kinerjanya juga Kabupaten Pangkep disamping akan mampu

meningkatkan kinerjanya juga akan menambah peningkatan income rumah sakit. Dan

hal ini juga berarti menambah income pendapatan daerah yang bukan tidak mungkin

berdampak pada sektor lain.

2
Profil RSUD Labuan Baji merupakan gambaran umum dan hasil kinerja

RSUD Labuan Baji yang diterbitkan setiap tahun. Profil ini disusun secara sistematis

dalam rangka menampilkan hasil pelayanan dan pendukung pelayanan di RSUD

Labuan Baji. Profil ini diharapkan dapat memberikan gambaran menyentuh dari

kondisi situasi dan kinerja sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi bagi

semua pihak dan sebagai data dasar dalam pengembangan dan peningkatan

pelayanan serta kinerjanya sehingga mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat

semakin meningkat.

Praktek Kerja Lapangan merupakan suatu proses pembelajaran pada unit

kerja nyata sehingga peserta didik mendapat gambaran dan pengalaman kerja secara

langsung dan menyeluruh, tempat yang dapat dijadikan sebagai sarana pelaksanaan

kegiatan PKL salah satunya adalah rumah sakit. Praktek kerja lapangan sangat

memberi manfaat dan berperan bagi mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan

teoritis yang didapat selama mengenyam pendidikan. Kegiatan praktek ini sebagai

penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan kefarmasian sehingga

mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di rumah sakit sehingga

setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi mahasiswa

dan memberikan pengalaman dalam mengetahui dan memahami tugas sebagai Ahli

Madya Farmasi di rumah sakit.

Dengan demikian sebagai seorang farmasis dirasa perlu membekali diri

dengan pengetahuan mengenai pelayanan farmasi di rumah sakit.Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan di rumah sakit. Bagi mahasiswa sangatlah perlu dilakukan

dalam rangka mempersiapkan diri untuk berperan langsung dalam pengelolaan

3
farmasi di rumah sakit dan juga sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang

selama ini didapatkan dari perkuliahan sesuai dengan fungsi dan kompetensi Ahli

Farmasi.

B. Tujuan

a. Tujuan umum

1) Melatih mahasiswa agar mampu beradaptasi dengan dunia kerja.

2) Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang penerapan teori yang

telah dipelajari dibangku kuliah pada permasalahan real di dunia kerja.

b. Tujuan khusus

1) Untuk memahami peran Ahli Madya Farmasi di rumah sakit dalam menunjang

pelayanan kesehatan.

2) Untuk memngamati dan mempelajari kegiatan kefarmasia dan sistem

manajemen pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan obat di rumah

sakit

3) Melaksanakan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta

dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga

merupakan institusi yang dapat memberi keteladan dalam budaya hidup bersih dan

sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI, 2003).Rumah Sakit menurut Pasal 1

UU No. 44 Tahun 2009 adalah Rumah Sakit adalah institusi.

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat.

Menurut WHO rumah sakit adalah institusi yang merupakan bagian integral

dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial berfungsi mengadakan pelayanan

kesehatan yang lengkap, baik kuratif maupun preventif bagi pasien rawat jalan dan

rawat inap melalui kegiatan pelayanan medis serta perawatan.

B. Peraturan dan Perundang-undangan tentang Rumah Sakit

Peraturan dan Perundang undangan tentang Rumah Sakit dituliskan dalam:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

2. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

5
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang

Kefarmasian.

5. Permenkes No.28/PER/1/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Saki

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi NO. 30 Tahun 2017 Tentang

Perubahan Kedua Aas Peraturan Menteri Kesehatan

No.1148/MENKES/PER/VII/2011 Pedagang Besar Farmasi.

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015

Tentang Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Precursor.

9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik.

C. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit pada pasal 4 dan pasal 5 bahwa tugas dan fungsi rumah sakit

yaitu Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4,Rumah Sakit mempunyai fungsi yaitu:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

6
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;dan

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang

kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan meperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

D. Persyaratan Pendirian Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Persyaratan pendirian rumah sakit pada pasal 7 yaitu:

1. Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan. prasarana, sumber

daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.

2. Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah,Pemerintah Daerah, atau swasta.

3. Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari

Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga

Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan

Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud pada ayat

(2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di

bidang perumahsakitan.

Asas dan tujuan rumah sakit pada pasal 2 yaitu Rumah Sakit diselenggarakan

berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan

7
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,

perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Pengaturan

penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan:

2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan

rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;

3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit;dan

4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien,masyarakat,sumber daya manusia

rumah sakit, dan Rumah Sakit.

E. Persyaratan Kelengkapan Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Persyaratan

kelengkapan rumah sakit harus memenuhi yaitu :

1. Lokasi

a. Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(1) harus

memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,keselamatan lingkungan, dan tata

ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan

penyelenggaraan Rumah Sakit.

b. Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan, Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Ketentuan mengenai tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Rencana Tata

8
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota,Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

d. Hasil kajian kebutuhan penyelenggaraan Rumah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus didasarkan pada studi kelayakan dengan menggunakan prinsip

pemerataan pelayanan. efisiensi dan efektivitas, serta demografi.

2. Bangunan

a. Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna,

pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi kesehatan.

b. Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)paling sedikit terdiri

atas ruang:

1) Rawat jalan; 12) Ruang ibadah,ruang tunggu;

2) Ruang rawat inap: 13) Ruang penyuluhan kesehatan

3) Ruang gawat darurat; masyarakat rumah sakit;

4) Ruang operasi; 14) Ruang menyusui;

5) Ruang tenaga kesehatan; 15) Ruang mekanik;

6) Ruang radiologi: 16) Ruang dapur;

7) Ruang laboratorium; 17) Laundry;

8) Ruang sterilisasi; 18) Kamar jenazah;

9) Ruang farmasi; 19)Taman;

10) Ruang pendidikan dan latihan; 20) Pengolahan sampah;dan

11) Ruang kantor dan administrasi; 21) Pelataran parkir yang mencukupi.

9
a. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan

Menteri.

3. Prasarana

a. Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)dapat

meliputi:

1) instalasi air;

2) instalasi mekanikal dan elektrikal;

3) instalasi gas medik;

4) instalasi uap:

5) instalasi pengelolaan limbah;

6) pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

7) petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;

8) instalasi tata udara;

9) sistem informasi dan komunikasi; dan

10) ambulan.

b. Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar

pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan

Rumah Sakit

c. Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan

terpelihara dan berfungsi dengan baik.

d. Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai

10
kompetensi di bidangnya.

e. Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan

berkesinambungan.

f. Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

4. Sumber Daya Manusia

a. Persyaratan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat(1) yaitu Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga

medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan,tenaga kefarmasian,tenaga

manajemen Rumah Sakit,dan tenaga nonkesehatan.

b. Jumlah dan jenis sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus sesuai dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.

c. Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan praktik atau

pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.

d. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan.

e. Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di Rumah Sakit wajib memiliki

Surat Izin Praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki izin

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

11
g. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai

dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit,standar prosedur

operasional yang berlaku,etika profsi menghormati hak pasien dan

mengutamakan keselamatan pasien.

h. Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

i. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing sesuai dengan

kebutuhan pelayanan.

j. Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan alih teknologi dan ilmu

pengetahuan serta ketersediaan tenaga kesehatan setempat.

k. Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya dilakukan bagi tenaga kesehatan asing yang telah memiliki Surat Tanda

Registrasi dan Surat ljin Praktik.

l. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tenaga kesehatan asing pada

ayat (1) ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

5. Kefarmasian

a. Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus

menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu,

bermanfaat, aman dan terjangkau.

b. Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti standar pelayanan

kefarmasian.

12
c. Pengelolaan alat kesehatan,sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah

Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu.

d. Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit harus

wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan Pemerintah.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

6. Peralatan

a. Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi

peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan

mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai.

b. Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan dikalibrasi

secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi

pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

c. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan

harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.

d. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan

sesuai dengan indikasi medis pasien.

e. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh

petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

f. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan

berkesinambungan.

g. Ketentuan mengenai pengujian dan/atau kalibrasi peralatan medis, standar yang

berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan sesuai dengan

13
ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. Pengelolaan Rumah Sakit

Pengelolaan rumah sakit menurut UU No 44 tahun 2009. berdasarkan

pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah

sakit privat.

1. Rumah sakit publik dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah dan

badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola

pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan badan layanan

umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah tidak

dapat dialihkan menjadi rumah sakit privat. Rumah sakit publik dikelola oleh

badan hukum dengan tujuan profil yang berbentuk perseroan terbatas atau

persero.

G. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72

Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit menjelaskan

bahwa:Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan

seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.Standar Pelayanan

Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga

kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan

Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada

pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang

14
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan Farmasi adalah obat,

bahan obat,obat tradisional dan kosmetika. Pengaturan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit.

bertujuan untuk berdasarkan pasal 2 yaitu :

1. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;

2. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

3. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional

dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit berdasarkan pasal 3

yaitu :

1. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai;dan Reagen kimia.

b. pelayanan farmasi klinik.

2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a.pemilihan; e.penyimpanan;

b. perencanaan f. pendistribusian;

kebutuhan; g. pemusnahan dan penarikan;

c.pengadaan; h. pengendalian;dan

d.penerimaan; i. administrasi.

3. Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi:

15
a. pengkajian dan pelayanan Resep:

b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;

c. rekonsiliasi Obat;

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO):

e. konseling:

f. visite;

g. Pemantauan Terapi Obat (PTO):

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO):

j. dispensing sediaan steril;dan

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

4. Pelayanan farmasi klinik berupa dispensing sediaan steril sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf j hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit

yang mempunyai sarana untuk melakukan produksi sediaan steril.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Sediaan Farmasi,Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

6. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus

menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan

Medis Habis Pakai yang aman,bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.

16
7. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

melalui sistem satu pintu.

8. Instalasi Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh

seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.

9. Dalam penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dapat

dibentuk satelit farmasi sesuai dengan kebutuhan yang merupakan bagian

dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

H. Deskripsi Resep, Copy Resep dan Obat

a. Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter

hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk

menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan bagi

pasien (Permenkes RI, 2017).

Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Jika resep tidak jelas atau

tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep tersebut.

Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan.

b. Tanggal penulisan resep (inscriptio).

c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).

d. Nama setiap obat dan komposisinya (praescrippio/ordonatio).

e. Aturan pemakaiain obat yang tertulis (signatura).

17
f. Tanda tangan atau paraf dokterr penulis resep sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (subscriptio).

g. Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.

h. Tanda seru atau paraf dokter untuk setiap resep yang melebihi dosis

maksimalnya (Anief, 2000).

Untuk penyimpanan resep, Apoteker Pengelola Apotik mengatur resep yang

telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep

adalah suatu dokumen dan harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun.

Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya. Resep

yang disimpan melebihi jangka 3 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep

dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh

Apoteker Pengelola Apotik bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang

petugas apotik. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan

sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditanda-tangani oleh

APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik.

b. Copy resep

Menurut Kepmenkes No.280 th 1981,Salinan resep adalah salinan yang

dibuat apoteker, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli

harus memuat pula: nama dan alamat apotek, nama dan SIA, tanda tangan atau

paraf APA, det/ detur untuk obat yang sudah diserahkan atau ne detur untuk obat

yang belum diserahkan, nomor resep, dan tanggal pembuatan. Bagian-bagian

salinan resep:

a. Nama dan alamat apotek.

18
b. Nama dan APA dan nomor SIA.

c. Nama, umur,pasien.

d. Nama dokter penulis resep.

e. Tanggal penulisan resep.

f. Tanggal dan nomor urut pembuatan.

g. Tanda R/.

h. Tanda “det" atau "deteur' untuk obat yang sudah diserahkan "ne det" atau

"ne deteur" untuk obat yang belum diserahkan.

i. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep telah

ditulis sesuai dengan aslinya.

c. Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk empengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Permenkes,

2016)

a. Obat Bebas.(Anief,2010).

Obat bebas adalah Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

Resep dokter. Obat bebas memiliki tanda khusus pada kemasan dan etiket yaitu

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam Contoh: Vitamin C tablet.

19
Gambar 1.Penandaan Obat Bebas

b. Obat Bebas Terbatas. (Anief, 2010).

Obat bebas terbatas adalah Obat keras yang dapat diserahkan oleh

Apoteker tanpa Resep dokter dengan disertai tanda peringatan berupa persegi

panjang berwarna hitam dengan panjang 5 cm dan lebar 2 cm dengan huruf

berwarna putih. Obat bebas terbatas memiliki tanda khusus pada kemasan dan

etiket yaitu lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.Contoh: Betadine

gargle, Dimenhidrinat (Antimo).

Gambar 2.Penandaan Obat Bebas Terbatas.

Gambar 3.Penandaan Peringatan.

c. Obat Keras,(UU Nomor 22 Tahun 1997):

Obat keras adalah Obat yang hanya dapat dibeli di Apotek dengan

Resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam

20
lingkaran merah dengan garis tepi berwama

hitam.Contoh:Captopril,Glibenklamid.

Gambar 4.Penandaan Obat Keras dan Psikotropika

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan

digolongkan menjadi.

1) Psikotropika golongan l.

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan

tidak digunakan dalam terapi,serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: MDMA (3.4-

methylenedioxy methamphetamine).LSD(Asam lisergat dietilamida)

2) Psikotropika golongan II.

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam lerapi

dan/atau untuk tujuan ilmu penge-tahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh:Metamfetamin.

3) Psikotropika golongan III.

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh:Amobarbital.

4) Psikotropika golongan IV.

21
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan sindroma

ketergantungan.Contoh:Diazepam,Klordiazepoksid

d. Obat Narkotika (UU Nomor 22 Tahun 1997)

Narkotika adalah zat atau Obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran,hilang rasa,mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri

dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Gambar 5.Penandaan Obat Narkotika

Menurut Undang-Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika,Narkotika

digolongkan menjadi

1) Narkotika Golongan I

Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan

kesehatan. Dalam jumlah terbatas. Narkotika Golongan I dapat digunakan

untuk kepentingan pengembangan ilmu pengelahuan dan teknologi dan untuk

reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan

persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan

22
Makanan.Contoh: Seluruh bagian tanaman Papaver Somniverum L. kecuali

bijinya.

2) Narkotika Golongan II

Narkotika golongan dua, berkhaslat untuk pengobatan digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi linggi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil.

3) Narkotika Golongan III

Narkotika golongan tiga adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,

tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan penelitian.Contoh:

Kodein, Buprenorfin, Etilmorfin.

e. Prekursor.

Pengelolaan prekursor farmasi terdapat dalam Peraturan Pemerintah

nomor 44 tahun 2010,Peraturan Kepala BPOM nomor 40 tahun 2013 dan

Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2015.Prekursor Farmasi adalah zat atau

bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan

baku/penolong untuk keperluan proses produksi industrifarmasi atau produk

antara, produk ruahan, dan produk jadi Narkotika dan Psikotropika. Prekursor

digolongkan menjadi 2. yaitu Prekursor Tabel I seperti Potassium

Permanganat.1-Fenil 2-Propanon,Asam Asetat Anhidrat, Asam Asetil Antranilat,

Isosafrol. 3,4-Metilendioksifenil 2-Propanon. Piperonalm Safrol. Efedrin,

Pseudoeledrin, Fenil Propanol Amin Hidroklorida, Ergometrin dan Asam Lisergat,

serta Prekursor Tabel II seperti Asam Hidroklorida, Asam Sulfat. Toluen,Dietil

23
Eter, Aseton,Metil Etil Keton, Asam Fenil Asetat. Asam Antranilat dan Piperidin.

Prekursor dalam penggolongan Tabel | merupakan bahan awal dan pelarut yang

sering digunakan dan diawasi lebih ketat dibandingkan Prekursor dalam

penggolongan pada Tabel II.

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN PKL

24
A. Deskripsi Umum Lahan Praktik

a. Latar Belakang Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

RSUD Labuang Baji Makassar didirikan pada tahun 1938 oleh Zending

Gereja Genoformaf Surabaya,Malang dan Semarang sebagai rumah sakit

Zending.RSUD Labuang Baji diresmikan pada tanggal 12 Juni 1938. Pada masa

perang dunia ke ll, rumah sakit ini digunakan oleh pemerintah Kotapraja Makassar

untuk menampung penderita korban perang.Pada tahun 1946-1948,RSUD

Labuang Baji mendapat bantuan dari pemerintah Negara Indonesia Timur(NIT)

dengan merehabilitasi gedung-gedung yang hancur akibat perang.

Kapasitas tempat tidur yang tersedia pada saat diresmikan adalah 25 tempat

tidur. Pada tahun 1949-1951,Zending mendirikan bangunan permanen sehingga

kapasitas tempat tidur menjadi 170 tempat tidur (TT). Pada tahun 1952-1955, oleh

pemerintah daerah Kotapraja Makassar diberikan tambahan beberapa bangunan

ruangan, sehingga kapasitas tempat tidur bertambah menjadi 190 TT.Sejak saat

itulah (1955) RSUD Labuang Baji dibiayai oleh pemerintah daerah tingkat I

Sulawesi Selatan.

Pada tahun 1960, oleh Zending RSUD Labuang Baji diserahkan kepada

pemerintah daerah tingkat I Sulawesi Selatan dan dikelola oleh Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan dengan akreditasi ruma sakit tipe C. Terhitung mulai

tanggal 16 januari 1996, melalui Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No.2

Tahun 1996,kelas rumah sakit ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas B.

b. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

a. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

25
1) Rumah Sakit Unggulan Sulawesi Selatan

b. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

1) Mewujudkan Professional Sumber Daya Manusia

2) Meningkatkan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

3) Memberikan Pelayanan Prima

4) Efisiensi Biaya Rumah Sakit

5) Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan

c. Fasilitas Pelayanan RSUD

a. Instalasi Rawat Darurat(Buka 24 Jam)

Instalasi Gawat Darurat(IGD) RSUD. Labuang Baji melayani penderita

yang tergolong gawat darurat selama 24 jam. namun tidak menutup dipimpin

oleh seorang dokter IGD.

1) Ruangan di Instalasi Gawat 7) Ruang Observasi Bedah

Darurat (IGD) 8) Ruang Tunggu Keluarga

2) Ruang Penerimaan Pasien Pasien

3) Ruang Triase 9) Ruang Dokter Jaga

4) Ruang Resusitasi 10) Ruang Administrasi

5) Ruang Tindakan 11) Ruang Cito Operasi

6) Ruang Periksa 12) Ruang Laboratorium cito.

a. Instalasi Rawat Inap

1) Baji Ampe 2) Baji Ati

26
3) Baji Ati MDR 10) Baji Kamase

4) Baji Ateka (CVCU) (Cardio 11) Baji Gau

Vascular Care Unit) 12) Baji nyawa

5) Mamminasa Baji 13) Kamar Bayi

6) Baji Minasa 14) ICU(Intensive Care Unit)

7) Baji Pamai 15) CVCU( Cardio Vascular

8) NICU Care Unit)

9) RPK

b. Klinik Rawat Jalan

1) Klinik interna 6)Klinik VCT (Voluntary

2) Klinik Bedah Counseling and Test)

- Bedah umum 7) Klinik Paru


- Bedah Plastik
8) Klinik TB MDR
- Bedah saraf
9) Klinik THT
- Bedah digestive
- Bedah Gigi dan mulut 10) Klinik Kulit
- Bedah orthopedi
11) Klinik Psikiatri
- Bedah thoraks dan
12) Klinik ongkologi
Cardiovascular
13) Klinik Saraf
- Bedah Ongkologi
14) Klinik Obgyn
3) Klinik CVCU
15) Klinik Mata
4) Klinik Geritiatri
16) Klinik Gigi
5) Klinik anak

c. Penunjang Medik

1. Radiologi

27
2. Laboratorium patologi klinik

3. Laboratorium Patologi Anatomi

4. Instalasi farmasi

d. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
STRUKTUR ORANISASI INSTALASI FARMASI

28
B. Deskripsi Kegiatan Praktik

Selama kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) di RSUD Labuang Baji

Makassar mahasiswa masing-masing ditempatkan di instalasi farmasi secara

bergiliran yang dimana waktu gilir setiap 1 minggu yang terbagi atas tiga shift yaitu

pagi pukul 08.00-14.00 wita, siang pukul 14.00-21.00. Mahasiswa bertugas secara

bergiliran di setiap Instalasi Farmasi yaitu Gudang Farmasi,Apotek Rawat

Jalan,Apotek rawat Inap. Apotek UGD/IRD, dan Apotek OK. Sistem bergiliran ini

bertujuan agar mahasiswa mendapatkan tugas di masing-masing tempat dalam

instalasi farmasi,namun ada juga mahasiswa yang tidak mendapatkan jadwal tugas di

salah satu bagian instalasi farmasi. Jadwal penempatan tugas di buat langsung oleh

pembimbing PKL lahan RSUD Labuang Baji Makassar. Adapun kegiatan yang

dilakukan setiap instalasi farmasi rumah sakit yaitu :

1. Apotek IRD/IGD kegiatan yang dilakukan yaitu menyusun perbekalan farmasi,

menyediakan obat dan BMHP untuk pasien, menulis harga obat dan membuat

DO, menulis daftar obat yang digunakan ke buku agenda BPJS untuk pasien

BPJS dan buku agenda Umum untuk pasien UMUM, menyimpan DO di status

pasien untuk arsip rekam medis.

2. Apotek Rawat Jalan kegiatan yang dilakukan yaitu menskrining resep, memberi

nomor antrian ke pasien dan resep, melayani resep pasien rawat jalan dengan

mengambilkan obat dan BMHP. melakukan peracikan obat, .

3. Apotek Rawat Inap kegiatan yang dilakukan yaitu menyusun perbekalan farmasi,

menyediakan paket OK, membawa paket OK ke ruang bersalin, menyediakan

obat dan BMHP pasien.

29
4. Apotek Bedah Sentral/OK kegiatan yang dilakukan yaitu menyiapkan paket

anastesi pasien THT, memberikan alat tambahan paket anastesi (mata pisau

no.22, elektroda, polifix, gudeb hijau). mengambil salep betametason di depo

rawat jalan, stok opname untuk perbekalan farmasi di ruang OK.

5. Gudang Farmasi kegiatan yang dilakukan yaitu mengantarkan obat dan alkes ke

ruang CVCU, menyusun alkes di gudang.menyusun obat yang masuk dari PBF,

membersihkan gudang dan memasukkan obat ketempat yang sudah ketentuan,

memisahkan obat yang termasuk LASA dan HIGH ALERT.

30
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gudang Perbekalan RSUD Labuang Baji

Rumah Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat,atau dapat menjadi tempat penularan

penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

kesehatan.

Tujuan dilakukan praktek kerja lapangan di Rumah Sakit adalah untuk

memperkenalkan mahasiswa tentang pelayanan, manajemen dan administrasi rumah

sakit, menumbuhkan dan meningkatkan sikap professional yang diperlukan

mahasiswa untuk memasuki dunia usaha serta meluaskan wawasan mahasiswa dan

pandangan mahasiswa terhadap jenis-jenis pekerjaan pada tempat dimana

mahasiswa melaksanakan praktek kerja lapangan di Rumah Sakit.

RSUD Labuang Baji Makassar merupakan rumah sakit tipe B, dimana RSUD

Labuang Baji merupakan rumah sakit milik provinsi Sulawesi-selatan yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik Pengelolaan perbekalan

farmasi di RSUD Labuang Baji Makassar, yaitu Perencanaan pengadaan barang.

Perencanaan tahunan di RS Labuang Baji dibuat oleh Kepala Instalasi Farmasi

selanjutnya di ajukan ke bagian perencanaan rumah sakit untuk dimasukkan ke

dalam RBA (Rencana Bisnis Anggaran) Rumah Sakit.Perencanaan dibuat sesuai

dengan kebutuhan yang diperlukan atau dibuat berdasarkan pola komsumsi dan

31
dibuat setelah stok opname di gudang, setiap bulan di gudang melakukan stok

opname.

Pengadaan barang farmasi di RSUD Labuang Baji Makassar dilakukan

secara e-Purchasing yang terdapat di dalam e-katalog obat dan BMHP. e.Purchasing

dilakukan oleh PPTK (Pejabata Pelaksana Teknis Kegiatan) yang diangkat / di Sk kan

oleh Gubernur. Pengadaan secara Hibah/ Dropping dengan melakukan pengadaan

sediaan farmasi secara gratis untuk penyakit TB MDR dan HIV AIDS.

Cara penerimaan barang di RSUD Labuang Baji yaitu rekanan mengirim atau

menyerahkan barang farmasi kepada panitia pemeriksaan dan penerimaan barang

berdasarkan surat pesanan atau Surat Perintah Kerja (SPK).Panitia pemeriksaan dan

penerimaan barang membuat berita acara lalu menyerahkan barang farmasi kepada

penanggung jawab logistik farmasi untuk kebenaran kualitas dan kuantitas barang

serta menandatangani berita acara penerimaan barang.kemudian barang tersebut

diserahkan kepada petugas gudang untuk selanjutnya disimpan.

Setelah barang diterima dan dicek, selanjutnya adalah proses penyimpanan

barang / obat di gudang. Penyimpanan obat harus disesuaikan dengan suhu tertentu

sesuai jenis obatnya. Tetapi tidak semua obat harus disimpan pada suhu tertentu.

adapula obat yang disimpan pada suhu normal. Pengaturan suhu dilakukan dengan

tujuan agar obat yang disimpan digudang. pada saat dilakukan pengepakan obat

dalam keadaan baik atau bagus. Suhu yang tidak sesuai akan merusak obat.

Misalnya saja pada tablet salut gula, apabila tablet salut gula disimpan pada suhu

yang panas, maka obat tersebut dapat meleleh dan tidak dapat digunakan sehingga

32
harus disimpan pada suhu yang sejuk. Selain itu obat yang harus disimpan pada suhu

2-8℃ vaksin, injeksi dan supositoria.

Penyimpanan barang farmasi di gudang RSUD Labuang baji berdasarkan

Abjad (alphabet), FEFO (First Expired First Out), FIFO (First In irst Out) dan

bentuk sediaaan. pendistribusian adalah suatu rangkaian dalam rangka

pengeluaran dan penerimaan obat-obat yang bermutu, terjamin keabsahannya

serta tepat mengenai jenis dan jumlah obat dari gudang farmasi RSUD Labuang

Baji serta merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan

kesehatan.

Pengawasan yang dilakukan di RSUD Labuang Baji Makassar oleh kepala

Instalasi dengan melakukan pengawasan dan bimbingan kepada petugas/ pelaksana

Instalasi farmasi dan memberikan informasi kepada direktur rumah sakit setiap

bulannya atas terlaksananya kegiatan kefarmasian.

Pelaporan di RSUD Labuang Baji Makassar pencatatan dan pelaporan yang

dilaksanakan oleh petugas di Instalasi Farmasi baik laporan harian, bulanan, maupun

tahunan. Laporan-laporan yang dilaksanakan antara lain, yaitu kartu stock. buku

induk sebagai alat control dari mutasi obat setiap bulan,laporan pengadaan obat dan

laporan penggunaan narkotik dan psikotropika (SIPNAP).

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap triwulan dan setiap akhir

tahun. evaluasi penulisan resep setiap tahun dan evaluasi mutu pelayanan

dilakukan setiap akhir bulan. Pelayanan instalasi farmasi RSUD Labuang Baji

Makassar memiliki 4 unit pelayanan, yaitu Apotek rawat inap, apotek rawat jalan, ,

Depo farmasi Instalasi Rawat Darurat (IRD) dan Depo farmasi OK.

33
B. Apotek Rawat Jalan RSUD Labuang Baji

Apotek rawat jalan adalah suatu instalasi farmasi yang melakukan pelayanan

resep pasien rawat jalan dengan pendistribuslan perbekalan farmasi untuk memenuhi

kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit. Apotek rawat jalan melakukan pelayanan

resep mulai pukul 08.00-14.00 wita dengan waktu kerja 6 hari. apotek rawat jalan

melayani pasien BPJS, umum, IOM (Inhealt) dan jasaraharja. Kegiatan apotek rawat

jalan meliputi pelayanan resep yang dimana resep datang dari loket rawat jalan

kemudian farmasis yang bertugas di loket memberikan nomor antrian ke pasian dan

resep. sebelum menyiapkan obat farmasis yang bertugas diloket menskrining resep

yang diterima, jika pasien BPJS penggunaan obat kronik 30 hari farmasis menulis

daftar obat pasien sesuai nomor yang ada di kartu kontrol pasien. Menghitung dosis

obat jika resep racikan dan memberi harga.Setelah resep diskrining kemudian

dilakukan penyiapan obat dan BMHP pasien yang sesuai permintaan dokter di resep.

dilakukan pemberian etiket. Untuk penyiapan obat dan peracikan obat dilakukan

double cek agar tidak terjadi medication error.

Apotek rawat jalan melakukan kegiatan manajerial yaitu:

a. Pengadaan,dilakukan pengampraan dengan membuat permintaan obat dan

BMHP ke gudang farmasi sesuai dengan kebutuhan pasien. Pengampraan

dilakukan setiap hari selasa dan hari kamis dalam satu minggu.

b. Penerimaan, dilakukan pengecekan dengan melihat jumlah obat, nama obat,

expire date, jenis sediaan sesuai daftar obat yang diminta.

c. Penyimpanan, dilakukan dengan cara FIFO dan FEFO dan disimpan sesuai jenis

sediaan obat dan suhu penyimpanan, untuk BMHP disimpan terpisah dengan

34
sediaan obat.

d. Pengendalian, dilakukan dengan cara stock opname yang dilakukan setiap

bulan,bertujuan agar untuk mengetahui jumlah obat yang tersedia dan tanggal

expire date untuk menghidari kekosongan stok dan penggunaan obat yang

expire ke pasien

e. Penarikan dan pemusnahan, dilakukan oleh farmasis yang bertugas di gudang,

yang dimana farmasis menarik obat yang akan kadalursa atau sudah kadaluarsa

dengan dikumpulkan di gudang farmasi dan dilakukan pereturan ke distributor

(PBF).

f. Untuk penggunaan narkotika dilakukan dengan cara perekapan setiap 1 bulan

kemudian rekap dibawa ke gudang selanjutnya IFRS melakukan pelaporan

melalui sipnap. Pelaporan SPM (Standar Pelayanan Minimal) dilakukan untuk

melihat pelayanan apotek ke pasien dengan penilaian kepuasan pasien dengan

memberikan koisioner ke pasien.

C. Apotek IGD (Instalasi Gawat Darurat) RSUD Labuang Baji

Apotek instalasi gawat darurat adalah salah satu depo farmasi yang

dipersiapkan oleh instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) untuk melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya dalam pelayanan,Apotek farmasi IGD/IRD

dikhususkan untuk melayani pasien dalam waktu 24 jam Jadwal dinas petugas

farmasis yang terbagi atas 3 shift yaitu pagi. siang dan malam. Untuk pasien

yang masuh ke IGD dengan keadaan darurat, perawat langsung meminta

sediaan farmasi yang tertulis dalam resep dari dokter ke apotek IGD. Setelah

resep datang petugas apotek IGD melakukan penyiapan BMHP dan alkes lalu

35
diserahkan kepada perawat kemudian ditulis didalam daftar pemakaian

perbekalan farmasi dibuku agenda, membuat daftar obat (DO) dan memberi

harga.

D. Apotek Rawat Inap RSUD Labuang Baji

Apotek rawat Inap adalah apotek yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan

obat dan BMHP untuk pasien yang berada di ruang perawatan. Apotek Rawat

Inap, kegiatan yang dilakukan yaitu dokter menuliskan resep diruangan

perawatan setelah itu perawat mengumpulkan dan mengantarkankartu obat ke

petugas apotek rawat inap. kemudian dilakukan skrining resep oleh petugas

farmasi dirawat inap, jika resep kurang jelas maka dikonfirmasikan ke, setelah

itu, dilakukan penyalinan resep, input data, penyiapan obat. kemudian petugas

administrasi ruangan, menginformasikan obat sudah siap, setelah itu,keluarga

pasien, membawa formulir obat dan surat jaminan ( catatan dari petugas

administrasi pasien jaminan masyarakat tidak mampu,dan konfirmasi keperawat

mengenai status pasien di ruangan Kemudian, diserahkan obatnya dan arsip

yang tertinggal diruangan apotek rawat inap yaitu,resep asli.copy resep,surat

jaminan pelayanan. Kemudian tugas apotek rawat inap mengumpulkan dan

mengantarkan kembali ke perawat.

E. Apotek Bedah Sentral (OK) RSUD Labuang Baji

Depo farmasi (OK) adalah suatu depo yang melakukan pelayanan terhadap

resep obat dan alkes yang digunakan untuk operasi bersifat elekftif atau terencana.

Adapun alur pelayanan farmasi bedah sentral yaitu, pasien dibawah oleh perawat ke

36
kamar bedah, perawat menulis permintaan perbekalan farmasi diformulir pemakaian

obat-obatan dan BMHP untuk pasien. Petugas farmasi menyerahkan perbekalan

farmasi sesuai dengan permintaan yang ada diformulir tersebut. Perawat yang

menerima perbekalan farmasi menandatangani formulir obat-obatan dan alkes untuk

pasien operasi. Setelah selesai di operasi, perbekalan farmasi yang tidak digunakan

dikembalikan oleh perawat ke apotek,lalu petugas farmasi membuat paket operasi

dan paket OK tersebut dimasukkan kedalam berkas rekam medik pasien. Perbekalan

farmasi yang terdapat dipelayanan farmasi bedah sentral (OK) adalah obat-obatan

sediaan injeksi terutama anastesi dan alat kesehatan habis pakai.

37
F. Skrining Resep

1. Resep racikan

Resep racikan (compounding medicine) merupakan suatu obat yang dibentuk


dengan cara mengubah atau mencampur sediaan bahan aktif. Obat racikan biasanya
diracik dalam bentuk sediaan cair, padat maupun semi padat, dan di Indonesia bentuk
racikan yang banyak diresepkan yaitu seperti pulveres atau bentuk sediaan cair yaitu
sirup. Peresepan obat racikan di Indonesia masih sering dilakukan dengan alasan antara
lain dapat menyesuaikan dosis dengan berat badan anak, biaya yang relatif lebih murah,
tidak menimbulkan kekhawatiran pasien apabila komponen terlalu banyak dan
mengurangi efek samping .

a. Administrasi (Kelengkapan Resep)

Bagian Kelengkapan Ada Tidak Keterangan


Resep Resep Ada
Inscriptio Nama Dokter  dr.Mimi Lotisna, Sp.S
SIP  -

Alamat  -
Dokter
No.Telp  081524722959
Tanggal  24/12/21
Penulisan
Resep

38
Subsciptio Paraf/TTD 
Dokter
Prescriptio Tanda R  R/ Gabapentin 150 mg
Nama Obat  Amitripilih 6,25 mg
Dosis 
Bentuk  m.f.caps dtd no.XXI
Sediaan 3 dd I
Jumlah yang 
diminta
Signature Aturan 
Pemakaian
Nama Pasien  Rahmatillah Amin
Umur Pasien  48 tahun
Alamat 
Pasien

b. Pertimbangan Klinis

NO URAIAN PEMBAHASAN
1. Gabapentin Indikasi: Terapi tambahan untuk epilepsi parsial dengan

atau tanpa kejang umumyang tidak dapat dikendalikan

dengan antiepilepsi lain, nyeri neuropati.

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, pankreatitis akut, tidak

efektif pada kejang generalisasi primer, galaktosemia

untuk sediaan kapsul yang mengandung laktosa

Dosis : Dosis Dewasa

Epilepsi: Dosis awal 900-1800 mg/hari, diberikan dalam

2-3 dosis terbagi dosis rumatan 900-3600 mg/hari.

Efek samping : Samnolen, pusing, ataksia, lelah,

nistagmus, sakit kepala, tremor, diplopia,

ambliopia,rhinitis, mual dan muntah, peningkatan BB,

demam, faringitis, mulut/tenggorokan kering,dispepsia,

39
diare, konstipasi, nyeri perut, nyeri punggung, depresi,

insomnia, edema parifer, batuk, gelisah, emosi labil,

kebingungang, dan ruam kulit.

Sumbere : Buku Basic Pharmacology 2019

2. Amitriptyline Indikasi: Depresi, terutama bila diperlukan sedasi.

Kontra Indikasi : Infark miokard yang baru, aritma, mania,

penyakit hati berat.

Dosis : Dosis anjuran untuk depresi: 75-150 mg/hari.

Efek samping : Mulut kering, sedasi, pandangan kabur,

konstipasi, mual, sulit buang air kecil, efek pada

kardiovaskular,berkeringat, tremor, ruam, gangguan

perilaku, bingung,gangguan fungsi seksual, dan

perubahan gula darah.

Sumbere : Buku Basic Pharmacology 2019

c. Perhitungan Bahan

150
Gabapentin 150 mg = x 21 = 10,5 tablet
300

6,25
Amitriptyline 6,25 mg = x 21 = 5,25 tablet
25

d. Farmakologi

Pada resep tersebut terdapat 2 obat yang diminum yaitu gabapentin dan

amitrptylin. Gabapentin menghambat pelepasan neurotransmiter di daerah

presinaptik, sehingga menghalangi nerotransmisi patologis seperti yang terlihat

40
pada pasien dengan gangguan kejang atau nyeri neuropati. Sedangkan

amitrptyilin bekerja meninngkatkan kadar serotonin dan norepinefrin dengan

menghambat abilan Kembali kedua neurotransmister tersebut pada sinaps.

e. Farmakokinetik

No Nama Obat Keterangan

1. Gabapentin Absrobsi :  gabapentin oral akan diabsorbsi oleh

organ pencernnaan dengan mekanisme transport

terfassilitasii. Melaluii mekanisme ini maka

biovailbilitas dosis. Namun dalam kisaran dosis

yang di rekomendasikan 300 hingga 600 mg,

perbedaan biovaibilitas relative kecil.

Distribusi : gabapentin tidak terikat protein.

Gabapentin tidak menginduksi enzim hati atau

menghambat metabolism obat antieppiplepsi

lainnya.

Metabolisme :  gabapentin tidak di metabolisme

Ekskresi : di eksresikan di urine dalaml bentuk

tidak berubah. Waktu paruh eliminassi adalah 5-

7 jam. Gabapentin bisa di eliminassi melalui

hhemodialisis

Sumber : MIMS, 2021

2. Amitriptyiline Absrobsi : diabsorbsi dedngan baik pada traktur

gastrointestinal. Kadar dalam darah mencapaii

41
puncak setelah 4-6 jam konsumsi oral.

Bioavabilitas adalah 43-46. Amitriptyline besifat

lipofilik.

Distribusi : amitripthyline terikatt pada protein

plasma 96% yakni glikoprotein a1-acid dan

albumin. Obat ini melewati sawar darah

plassenta dan terdistribusi pada ASI.

Amitripthylione yang tidak terrikat pada protein

plasma dapat menebus sawarr darah otak.

Metabolisme : dimetabolisme di hati

membetnuk metabolit notriptilin melalui

dimetilisasi. Metabolism juga melibatkan proses

hidroksilassi oleh CYP2D6 dan n-oksidasi serta

enzim CYP2C19,

Ekskresi : melalui urin dalam bentuk metabolit

nortriptilin, baik dalam keadaan bebas atau

konjugasi dengan glukoronida atau sufat. Hanya

Sebagian kecil yang dieksresikan dalam bentuk

amytrptyiliin. Sebagian keccil obat ini di

eksresikan melalui feses

Sumber : Medscape, Amitriptyilin. 2017

42
2. Resep Non Racikan
Pelayanan resep non racikan adalah pelayanan resep obat tanpa melalui
proses peracikan obat.Proses pelayanan resep non racikan terbagi dalam dua
kategori waktu, yaitu waktu pelayanan dan waktu tunggu. Waktu pelayanan adalah
waktu yang dibutuhkan petugas untuk menyelesaikan satu resep pada setiap
proses pelayanan. Sedangkan waktu tunggu adalah waktu tunda atau idle sebuah
resep tidak dilakukan pelayanan.

a. Administrasi (Kelengkapan Resep)

Bagian Kelengkapan Ada Tidak Keterangan


Resep Resep Ada
Nama Dokter  drg.Andi Arfandi A,Sp.Bm
SIP  -
Alamat Dokter  -
Inscriptio No.Telp  -
Tanggal  24/12/21
Penulisan
Resep
Subsciptio Paraf/TTD 
Dokter
Prescriptio Tanda R 

43
Nama Obat  R/
Dosis  Cefixime tab 200 mg no.x
Bentuk  2 dd 1
Sediaan
Jumlah yang  Paracetamol tab 500 mg
diminta no.xv
Aturan  3 dd 1
Pemakaian
Signature Nama Pasien  Indar yuliana musa
Umur Pasien 
Alamat Pasien 

i. Pertimbangan Klinis

NO URAIAN PEMBAHASAN

44
1. Cefixime Indikasi: infeksi yang disebabkan oleh patogen

yang sensitif terhadap cefixime pada penyakit ISK

tanpa komplikasi.

Kontra Indikasi: Hipersensitivitas terhadap

cephalosporin.

Dosis : Dosis lazim

 Dewasa & Anak >12 tahun atau berat ≥30kg:

2x50 – 100 mg sehari

 Gonorea: 400 mg dosis tunggal

 Anak BB <30 kg: 2x1,5 – 3 mg/kgBB sehari.

 Demam thipoid pada ana, 10-15 mg/kg/hari

selama 2 pekan

Efek samping : Gangguan pada cerna,Reaksi

Hipersensitivitas, dan gangguan fungsi hati.

Sumbere : Buku Basic Pharmacology 2019

2. Paracetamol Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, demam.

Kontra indikasi : hipersensitif, gangguan hati

Dosis : dewasa : 500 mg – 1000 mg per kali,

diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4 g per hari

Anak < 12 tahun : 10 mg/kg/BB/ kali (bila ekterik : 5

mg /kg/BB/kali) diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4

dosis sehari

Efek samping : reaksi alergi, ruam kulit berupa

45
eritema atau urtikaria, kelainan darah, hipotensi,

kerusakan hati.

Sumber : Buku Basic Pharmacology 2019

ii. Farmakology

Pada resep tersebut terdapat 2 obat yang diminum yaitu cefixime dan

paracetamol tablet. Cefixime memiliki mekanisme kerja dengan mengikat 1 atau

lebih protein pengikat penisilin, ia menghentikan sintesis dinding sel bakteri dan

menghambat pertumbuhan bakteri. Paracetamol tablet Bekerja pada hipotalamus

untuk menghasilkan antipiresis dapat bekerja perifer untuk memblokir impuls nyeri,

generasi; juga dapat menghambat sintesis prostaglandin, di SSP.

iii. Farmakokinetik

No Nama Obat Keterangan

1. Paracetamol Absrobsi : Diserap dengan baik setelah pemberian

oral dan rektal. Waktu untuk konsentrasi plasma

puncak: Kira-kira 10-60 menit (oral); 15 menit (IV);

kira-kira 2-3 jam (rektal).

Distribusi : idistribusikan ke sebagian besar jaringan

tubuh. Melewati plasenta dan memasuki ASI. Ikatan

protein plasma: Kira-kira 10-25%.

Metabolisme : Terutama dimetabolisme di hati melalui

konjugasi glukuronat dan asam sulfat. N-acetyl-p-

46
benzoquinone imine (NAPQI), metabolit minor yang

diproduksi oleh CYP2E1 dan CYP3A4, selanjutnya

dimetabolisme melalui konjugasi dengan glutathione

di hati dan ginjal.

Ekskresi : Terutama melalui urin (<5% sebagai obat

yang tidak berubah; 60-80% sebagai metabolit

glukuronida dan 20-30% sebagai metabolit sulfat).

Waktu paruh eliminasi: Kira-kira 1-3 jam.

Sumber : MIMS, 2021

2. Cefixime Absrobsi : Bioavailabilitas: 40-50%, Rata-rata

konsentrasi plasma puncak: ~2 mcg/mL,(tablet 200

mg tunggal);~3,7 mcg/mL (tunggal 400,mg-

tablet)D,Waktu puncak plasma : 2-6 jam (suspensi

tunggal 200mg, 400,mg-tablet atau 400mg); 2-5 jam,

(suspensi tunggal 200 mg); 3-8 jam (tunggal 400,mg-

kapsul),Makanan mengurangi penyerapan setelah

pemberian kapsul sebesar ~15% berdasarkan AUC

dan 25%, berdasarkan konsentrasi plasma puncak.

Distribusi : secara luas ke seluruh tubuh dan

mencapai, konsentrasi terapeutik di sebagian besar

jaringan dan, cairan tubuh, termasuk sinovial,

perikardial, pleura, dan peritoneal; empedu, dahak,

dan urin; tulang,,miokardium, kandung empedu, kulit,

47
dan jaringan lunak.

Metabolisme : -

Ekskresi : Urine (50% sebagai obat tidak berubah),

feses (10%)

Sumber : MIMS 2021

3. Resep Poli Farmasi

Polifarmasi didefinisikan sebagai penggunaan satu pengobatan untuk


menangani efek-efek samping akibat pengobatan yang lain atau juga peningkatan
jumlah pengobatan yang digunakan hingga mencapai 5 atau lebih jenis obat. Obat
topikal dan herbal tidak termasuk dalam kriteria polifarmasi. Vitamin dan mineral
yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan juga tidak termasuk dalam
pengukuran polifarmasi disebabkan karena keterlibatannya yang tidak konsisten
dalam polifarmasi.

a. Administrasi (Kelengkapan Resep)

Bagian Kelengkapan Ada Tidak Keterangan


Resep Resep Ada

Nama √ dr. Jamaluddin M, Sp.P(K)


Dokter

SIP √ -

Alamat √ -
Inscriptio Dokter

No.Telp √ 085255473037

Tanggal √ 7/1/2022
Penulisan
Resep

48
Subsciptio Paraf/TTD √
Dokter

Tanda R √ R/ Retaphyl No. XV

Nama Obat √ S 3dd1

Dosis √ Methyl Prednisolon 8 mg No.


Prescriptio XV
Bentuk √
S 3dd1
Sediaan
Combiven No. IX
Jumlah yang √
diminta S 3dd1

Aturan √ N-ace No. xv


Pemakaian
Amlodipin 10mg No. V

S 1dd1

Candesartan 8 mg No. V

S 1dd1
Signature
Nama √ Anwar
Pasien

Umur Pasien √ 71 tahun

Alamat √
Pasien

b. Pertimbangan Klinis

NO URAIAN PEMBAHASAN

1. Retaphyl Komposisi: teofilin

Indikasi : obstruksi saluran napas reversibel, asma

akut berat

49
Kontra indikasi : hipersensitif, porfiria

Dosis : Dewasa: 130-150 mg, jika diperlukan dapat

dinaikkan menjadi 2 kalinya.

Anak: 6-12 tahun: 65-150 mg, kurang dari 1 tahun:

65-75 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan

Efek samping : takikardia, palpitasi, mual dan

gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala,

stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan

konvulsi

Sumber : Basic Pharmacology & Drug Notes

2. Methyl Prednisolon Komposisi : Methyl Prednisolon

Indikasi : Sebagai anti inflamasi atau imunosupresi

pada beberapa penyakit hematologi, alergi,

inflamasi, neoplasma maupun autoimun.

Dosis : Dosis umum dewasa: 4 - 48 mg/hari dalam

dosis terbagi

Dosis umum anak: anti inflamasi: peroral IV dan

IM:0,5-1,7/mg/kgBB/hari diberikan dalam dosis

terbagi.

Cedera spinal akut: dalam bentuk sodium suksinat

diberikan 30 mg/kgBB dosis selama 15 menit diikuti

45 menit kemudian dengan dosis rumatan lewat

infus kontinyu 5,4 mg/kgbb/jam selama 23 jam

50
Kontraindikasi : Kontraindikasi Absolut: tidak ada

kontraindikasi relatif: diabetes melitus tukak

peptik/duodenum infeksi berat hipertensi, atau

gangguan sistem kardiovaskuler lainnya.

Efek samping : Reaksi alergi,Miopati

akut,Hipertensi,Tukak peptic,Jerawat,Kelemahan

otot,Penurunan darah.

Sumber: Basic Pharmacology & Drug Notes

3. Combivent Komposisi : ipratropium bromide + salbutamol

Indikasi : untuk pengelolaan bronkospasme

reversibel yang terkait dengan penyakit saluran

napas obstruktif pada pasien yang membutuhkan

lebih dari satu bronkodilator.

Dosis : 1 unit dosis vial tiga atau empat kali sehari.

Kontraindikasi : pada pasien dengan kardiomiopati

obstruktif hipertrofik atau takiaritmia. COMBIVEN

juga dikontraindikasikan pada pasien dengan

riwayat hipersensitivitas terhadap atropin atau

turunannya atau komponen produk lainnya.

Efek samping : Efek samping yang paling sering

dilaporkan dalam uji klinis adalah sakit kepala, iritasi

tenggorokan, batuk, mulut kering, gangguan

motilitas gastrointestinal (termasuk sembelit, diare

51
dan muntah), mual, dan pusing.

Sumber: MIMS Online

4 N-Ace Komposisi : N-asetilsistein

Indikasi : terapi hipersekresi mukus kental dan tebal

pada saluran pernapasan.

Dosis : Dewasa: 3x1 Kapsul sehari

Kontraindikasi : hipersensitif terhadap N-

asetilsistein.

Efek samping : pada penggunaan sistemik:

menimbulkan reaksi hipersensitif seperti urtikaria

dan bronkospasme (jarang terjadi). Pada

penggunaan aerosol, iritasi nasofaringeal dan

saluran cerna seperti pilek (rinore), stomatitis, mual,

muntah.

Sumber: Basic Pharmacology & Drug Notes

5 Amlodipin Komposisi : Amlodipin

Indikasi : hipertensi, profilaksis angina.

Dosis : hipertensi atau angina, dosis awal 5 mg

sekali sehari; maksimal 10 mg sekali sehari.

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap CCB

dihidropiridin, syok kardiogenik angina pektoris tidak

stabil stenosis aorta yang signifikan

52
Efek samping : Edema pretibiol, gangguan tidur,

sakit kepala, letih, hipotensi, tremor, aritmia,

takikardi, mual, nyeri perut, ruam kulit, wajah

memerah.

(Sumber : Basic Pharmacology & Drug Notes)

6 Candesartan Komposisi : Candesartan

Indikasi : hipertensi; kombinasi dengan HCT:

Pengobatan hipertensi yang tidak dapat terkontrol

dengan kandesartan sileksetil atau HCT sebagai

monoterapi.

Dosis : hipertensi; kombinasi dengan HCT:

Pengobatan hipertensi yang tidak dapat terkontrol

dengan kandesartan sileksetil atau HCT sebagai

monoterapi.

Kontraindikasi : ibu menyusui

Efek samping : vertigo, sakit kepala; sangat jarang

mual, hepatitis, kerusakan darah, hiponatremia,

nyeri punggung, sakit sendi, nyeri otot, ruam,

urtikaria, rasa gatal.

(Sumber : Basic Pharmacology & Drug Notes)

c. Farmakologi

53
Retaphyl: Teofilin adalah xanthine yang merangsang pernapasan, melemaskan

otot polos bronkus (bronkodilatasi), dan menekan respons saluran udara terhadap

rangsangan (aktivitas profilaksis non-bronkodilator). Meskipun mekanismenya

belum sepenuhnya dipahami, diharapkan untuk memberikan efeknya melalui

penghambatan fosfodiesterase dan peningkatan cyclic adenosine monophosphate

(cAMP) intraseluler. (Sumber: MIMS Online)

Metilprednisolon:Mengikat dan mengaktifkan reseptor glukokortikoid intraseluler.

Reseptor glukokortikoid yang diaktifkan berikatan dengan daerah promotor DNA

(yang dapat mengaktifkan atau menekan transkripsi) dan mengaktifkan faktor

transkripsi yang mengakibatkan inaktivasi gen melalui deasetilasi histon. (Sumber:

MIMS Online)

Combivent : memberikan pelepasan simultan ipratropium bromida dan salbutamol

sulfat yang memungkinkan efek aditif pada reseptor muskarinik dan beta2-

adrenergik di paru-paru yang menghasilkan bronkodilatasi yang lebih unggul

daripada yang diberikan oleh masing-masing agen tunggal. (Sumber: MIMS

Online)

N- ACE: Acetylcysteine mengerahkan aksi mukolitik melalui gugus sulfhidril

bebasnya yang membuka ikatan disulfida dalam mukoprotein, sehingga

menurunkan viskositas lendir. Ini adalah prekursor glutathione yang berfungsi

sebagai substrat untuk sintesis glutathione dalam tubuh. Dalam toksisitas

parasetamol, asetilsistein bertindak sebagai agen hepatoprotektif dengan

54
memulihkan glutathione hati, berfungsi sebagai pengganti glutathione, dan

meningkatkan konjugasi sulfat nontoksik parasetamol. (Sumber: MIMS Online)

Amlodipin: Amlodipine, dihydropyridine Ca-channel blocker, mengurangi resistensi

pembuluh darah perifer dan tekanan darah dengan merelaksasi otot polos

pembuluh darah koroner dan vasodilatasi koroner melalui penghambatan

masuknya ion Ca ke otot polos jantung dan pembuluh darah. . (Sumber: MIMS

Online)

Candesartan: Candesartan adalah antagonis reseptor angiotensin yang mengikat

reseptor angiotensin II AT1 di banyak jaringan (misalnya otot polos pembuluh

darah, kelenjar adrenal), sehingga menghambat pengikatan angiotensin II ke

reseptor yang menyebabkan pemblokiran vasokonstriksi dan pelepasan

aldosteron. (Sumber: MIMS Online)

d. Farmakokinetik

No Nama Obat Keterangan

1. Retaphyl Distribusi : Didistribusikan ke seluruh tubuh

kecuali di jaringan lemak. Melewati plasenta

dan memasuki ASI. Volume distribusi: Sekitar

0,45 (kisaran: 0,3-0,7) L/kg. Ikatan protein

plasma: Sekitar 40-60%, terutama pada

albumin.

Metabolisme : Dimetabolisme di hati melalui

demetilasi oleh CYP1A2 menjadi 3-

methylxanthine (aktif) dan 1 methylxanthine,

55
dan melalui hidroksilasi oleh CYP2E1 dan

3A3 menjadi asam 1,3-dimethyluric. 1-

methylxanthine mengalami hidroksilasi lebih

lanjut oleh xanthine oxidase menjadi asam 1-

methyluric. Sekitar 6% dimetabolisme melalui

N-metilasi menjadi kafein (aktif).

Ekskresi : Terutama melalui urin (kira-kira

10% sebagai obat yang tidak berubah).

Waktu paruh eliminasi: 8,7 (kisaran: 6,1-12,8)

jam (dewasa sehat).

Sumber : MIMS, 2021

2. Methyl Absrobsi :  Cepat diserap (oral); diserap dari


Prednisolon
sendi selama seminggu tetapi lebih lambat

diserap setelah injeksi IM dalam (sebagai

asetat); cepat diserap setelah injeksi IM (Na

suksinat ester). Waktu untuk mencapai

konsentrasi plasma puncak: 2 jam (Na

suksinat ester).

Distribusi : Distribusi cukup cepat (lisan).

Melintasi plasenta. Volume distribusi: 0,7-1,5

L/kg.

Metabolisme : -

Ekskresi : Waktu paruh plasma: 3,5 jam

56
Sumber : MIMS Online

3. Combiven Absorbsi : Ekskresi ginjal kumulatif (0-24 jam)

ipratropium (senyawa induk) diperkirakan

46% dari dosis yang diberikan secara

intravena, di bawah 1% dari dosis oral dan

sekitar 3-13% dari dosis inhalasi.

Berdasarkan data ini, total bioavailabilitas

sistemik dosis ipratropium bromida oral dan

inhalasi diperkirakan masing-masing sebesar

2% dan 7 hingga 28%. Mempertimbangkan

hal ini, porsi dosis tertelan dari ipratropium

bromide tidak secara relevan berkontribusi

terhadap paparan sistemik.

Distribusi : Parameter kinetik yang

menggambarkan disposisi ipratropium

dihitung dari konsentrasi plasma setelah i.v.

administrasi. Penurunan biphasic yang cepat

dalam konsentrasi plasma diamati. Volume

distribusi nyata pada kondisi tunak (Vdss)

kira-kira 176 L≈( 2,4 L/kg). Obat ini minimal

(kurang dari 20%) terikat pada protein

plasma. Data nonklinis menunjukkan bahwa

ipratropium amina kuaterner tidak melewati

57
plasenta atau sawar darah otak. Metabolit

urin utama mengikat dengan buruk reseptor

muskarinik dan harus dianggap tidak efektif.

Metabolisme :  -

Ekskresi :  Waktu paruh fase eliminasi

terminal adalah sekitar 1,6 jam.

4 N- ACE Absorbsi : Cepat diserap dari saluran

pencernaan. Ketersediaan hayati: 4-10%

(oral). Waktu untuk mencapai konsentrasi

plasma puncak: 1-2 jam (larutan oral), 1-3,5

jam (tablet effervescent).

Distribusi : Melintasi plasenta dan terdeteksi

dalam darah tali pusat. Volume distribusi:

0,47 L/kg. Ikatan protein plasma: 66-87%.

Metabolisme : Dimetabolisme di hati dan

metabolisme di dinding usus untuk

membentuk sistein dan disulfida; sistein

selanjutnya dimetabolisme untuk membentuk

glutathione dan metabolit lainnya. Mengalami

metabolisme lintas pertama yang ekstensif.

Ekskresi : Melalui urin (13-38%). Waktu paruh

eliminasi: 6,25 jam untuk total asetilsistein

(oral); 2-6 jam (IV).

58
Sumber : MIMS Online

5 Amlodipin Absorbsi: Diserap dengan baik dari saluran

pencernaan. Ketersediaan hayati: Sekitar 60-

65%. Waktu untuk mencapai konsentrasi

plasma puncak: 6-12 jam.

Distribusi: Melewati plasenta dan memasuki

ASI. Volume distribusi: 21 L/kg. Ikatan protein

plasma: Sekitar 98%.

Metabolisme: Dimetabolisme secara ekstensif

di hati menjadi metabolit tidak aktif.

Ekskresi :Melalui urin (60% sebagai metabolit,

10% sebagai obat yang tidak berubah).

Waktu paruh eliminasi terminal: 35-50 jam.

Sumber : MIMS Online

6 Candesartan Absorbsi : Cepat dan sepenuhnya diserap

dari saluran pencernaan setelah konversi.

Ketersediaan hayati: 15%. Waktu untuk

mencapai konsentrasi plasma puncak: 3-4

jam.

Distribusi : Memasuki ASI. Volume distribusi:

0,13 L/kg. Ikatan protein plasma: >99%.

Metabolisme : Cepat diubah melalui hidrolisis

ester menjadi candesartan aktif selama

59
penyerapan dari saluran pencernaan;

dimetabolisme di hati (minor) melalui O-

deethylation menjadi metabolit tidak aktif.

Ekskresi : Melalui feses (67%); urin (33%;

26% sebagai obat yang tidak berubah).

Waktu paruh eliminasi: 5-9 jam.

Sumber : MIMS Online

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Organisasi di RSUD Labuang Baji Makassar dikepalai oleh seorang direktur

dengan memiliki wakil direktur dari tiap bagian dan sub bagian. Dimana Instalasi

Farmasi Rumah Sakit yang dikepalai oleh seorang apoteker untuk mengkoodinir unit-

unit farmasi.

2. Tugas dan fungsi RSUD Labuang Baji Makassar yaitu,pelayanan kesehatan

meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

memiliki tugas mengelola mulai dari perecenaan, pengadaan, penyimpanan,

penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada pasien sampai pengendalian

perbekalan farmasi.

3. Cara perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan secara langsung

berinteraksi pada pasien sedangkan untuk pasien rawat inap dilakukan oleh perawat

60
dan untuk pasien IGD dengan pelayanan kepada perawat atau anggota keluarga

pasien.

4. Cara pengolahan perbekalan farmasi di Rumah Sakit yang meliputi perencanaan

yang disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan, pengadaan yang dilakukan

dengan cara E.Purchasing,penerimaan dengan cara rekanan mengirim, penyimpanan

dengan cara penyusunan sesuai abjad,FIFO dan FEFO serta penyimpanan

disesuaikan dengan suhu.

B.Saran

Diharapkan peningkatan perhatian kepda pasien mengenai cara penggunaan obat

dan indikasi obat pada saat penyerahan obat kepada pasien.

61
62
DAFTAR PUSTAKA

Aniel,M. 2000, llmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Aniel,M., 2010. Penggolongan Obat.Gadijah Mada University 9-10.Pross :Yogyakarta

Depkes RI. (1999). Keputusan MENKES RI Nomor 1333/MENKES/SK/XI/1999 tentang

Standar Pelayanan Rumah Sakit.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2009.Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor. Jakarta.

Depkes RI, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015

tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,

Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pedoman Konseling Pelayanan

Kefarmasian di Sarana Kesehatan, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Depkes RI, Jakarta

Halodoc, (2022) www.halodoc.com [online]. Diakses pada tanggal 15 Januari 2022

MIMS Online, (2022) https://www.mims.com/indonesia/drug/info. (Diakses 2022)

Notes, T.M.M. (2019).Basic Pharmacology & Drug Notes.MMN Publishing.Makassar..

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Apotek.Departemen Kesehatan RI.Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Prekursor

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Obat Keras,

Psikotropika dan Narkotika.

63
Alur Pelayanan Resep

1. Alur Rawat Jalan RSUD Labuanng Baji

Penerimaan resep

Skrining resep

Menyiapkan obat dan BMHP

Memberikan etiket

Melakukan QC pengecekan obat

Melakukan penyerahan obat disertai PIO

64
2. Alur IGD/IRD RSUD Labuanng Baji

Pasien/keluarga pasien

Melakukan registrasi

Perawat

Resep

Memberikan etiket

Penyiapkan BMHP dan obat

Penyerahan BMHP dan obat ke perawat dan keluarga


pasien

65
3. Alur Rawat Inap RSUD Labuanng Baji

Penerimaan resep

Analisis resep

Penyalinan resep dan input data

Penyiapan obat

Penyerahan obat

66
LAMPIRAN
1. Apotek Rawat Jalan

67
2. Apotek Rawat Inap

68
69
3. Apotek IRD

70
71
4. Apotek OK

72
5. Gudang

73
74

Anda mungkin juga menyukai