Kerajaan Lamuri - Kelompok 3 (9-12) - SKK1B
Kerajaan Lamuri - Kelompok 3 (9-12) - SKK1B
Dosen Pengampu :
Muhammad Syauqi, M.Pd
Oleh Kelompok 3 :
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya penulis
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa juga sholawat
beriringkan salam kita sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabat beliau yang dimana berkat perjuangan dan pengorbanan merekalah
kita dapat beranjak dari zaman kejahiliyaan yang telah menjadi sejarah ke zaman yang
berilmu pengetahuan seperti saat ini.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya
sehingga makalah dapat diselesaikan. Penulis juga berterimakasih kepada Bapak Muhammad
Syauqi, M.Pd selaku dosen pengampu, serta kepada teman-teman sekalian yang turut membantu
dalam penyusanan makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam. Penulis
berharap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca. Beranjak dari hal tersebut
penulis juga menyadari masih banyak sekali kesalahan dan kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca agar kesalahan
yang terdapat pada makalah ini dapat diperbaiki.
Kelompok 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dokumen dan tulisan beberapa sumber asing dari abad IX-XIII Masehi.
itu menyebutkan nama dua kerajaan di ujung utara pulau Sumatera, yaitu Ramni
(Ramin) dan Ilamuridesam (Lamuri). Dokumen para musafir Arab pada abad ke-9
mungkin merupakan salah satu catatan yang menggambarkan status komersial tempat
itu, termasuk menyebutkan sebuah kerajaan pra-Islam di Aceh. Temukan beberapa
catatan daerah dengan nama "Rami" atau "Ramni" dan juga "Lamri". Nama Lamur
disebutkan
dalam Nāgarakrtāgama (1365 M) sebagai koloni Kerajaan Majapahit yang
menggantikan Śrīwijaya. Dalam dokumen Tionghoa, Lamur disebut sebagai Lan -Li, Lan-
wu-li, Nan-wu-li, Nanpo-li. Bentuk Lamuro lain yang digunakan oleh Marco Polo adalah
La(m)bri(n) (Ajis, 2018).
Islam mulai muncul dalam kerajaan ini yaitu abad ke-14. Namun berbeda
dengan teori yang dikemukakan oleh Djamil yang mengatakan bahwa Islam masuk ke
kerajaan ini pada abad ke-12. Dimana pada abad ke-15 penguasa Lamuri yaitu
Munawwar Syah. Membuat suatu kebijakan dalam menjauhi kerajaan Pidie yang mana
berusaha menguasai seluruh kerajaan Aceh. Lamuri juga pernah mengirim
perwakilannya ke Cina tahun 1286. Dan berlangsung sampai tahun 1412 yang mana
raja Lamuri Muhammad Syah bersama dengan Samudra Kemudian Laksamana Cheng
Ho juga diutus ke Lamuri yang kemudian dilanjutkan anaknya Syah Joha. Dimana
diketahui bahwa Menurut Iskandar, Lonceng Cakra Donya yang bertanggal 1409 yang
bertuliskan Arab dan China merupakan hadiah dari penguasa Cina untuk penguasa
Lamuri (Amirul Hadi, 2006).
d i tu n ju k k a n d e n g a n a d an y a ko n ta k b ud
t ti d ak b e r la n g s u n g d a l am w a k t u si n g k a t ,
1
a y a d e n g a n k e r a ja a n l a in . K e b e s a r a n
y a n g j u g a d i b u k t ik a n d e n ga n a d a n y a b
L am u r
e n t en g -
2
benteng. Kemudian Lamuri berganti nama menjadi Kerajaan Aceh mampu dilestarikan
dan mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Sekitar 75 tahun kemudian terjadi penyerangan Majapahit di Sumatera, diantaranya
yang diserang adalah Samudera dan Lamuri. Setelah penyerangan Majapahit, Lamuri
didatangi oleh Cheng Ho (1414 M).T ernyata sebuah kerajaan masih berdiri. Akibat
peristiwa lebih dari tiga abad yang lalu (serbuan Cola, serbuan Majapahit dan akhirnya
Cheng Ho), Lamuri secara alami jatuh. Akibatnya, beberapa desa bergabung atau
bersatu di bawah kekuasaan seorang pahlawan, raja, atau orang yang dihormati.
Sehubungan dengan hilangnya Lamur, berbagai nama terdengar, di antaranya Daru'l-
Kamal Makuta Alam (Kuta Alam) Aceh [Daru's-Salam] dan nama Daru'd-Dunia juga
disebut-sebut. Bukti arkeologis kerajaan Lamur Ilamuridecam (Aceh) terdapat pada
benteng pertahanan, gerabah, Masjid Tuha Indrapur dan Prasasti Tanjore (1030 M)
Cola Kerajaan Mandala, Tamil, India Rajendracola I Nilakantsansastr dalam
prasastinya. pada masa itu yang juga ditaklukkan atau ditaklukkan oleh Rajendracola
disebut Ilagurudesam. (ISBN, 2022)
Rumusan Masalah
Melihat dari permasalahan di latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.2 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah ini adalah :
3
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah :
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode
Literatur
Merujuk pada Said (2012: 410) menjelaskan tentang “fakta keadaan kerajaan
lamuri ialah ketika ada suatu penemuan pada nisan Plak -plieng dan mempunyai variasi
atau modiikasi jauh dari nisan yang lain, serta keelokan dan kesukaran ragam
coraknya“. Batu Plak-plieng sampai sekarang tidak menjadi bahan dasar pemikiran
masalah kemewahan karya seni rupa di daerah Aceh pada ssat itu. Penelitian
tentang kerajaan Lamuri serta nisan Plak-plieng telah diteliti pada beberapa sisi
sebelumnya serupa dengan Fadlan Bakhtiar pada tesis S2 UNS Solo tahun 2015,
Ahmad Zaki pada arkeologi UIN Ar-Raniry tahun 2016, Dr. Husaini Ibrahim, M.A
dengan PPISB Unsyiah
6
menawarkan karya mereka untuk menjadi inspirasi masa modern untuk memberi
identitas karya seni rupa Aceh.
2.1.1 Hasil
Kerajaan lamuri berada di Banda Aceh saat ini merupakan diantara negeri
tertulis pada prasasti Tanjoredi India Selatan. Tugu ini didirikan raja Rajendra Cola l
tahun 1030 M. Gempuran militernya memperingati suksesnya berbagai negeri di
Sumatera dan Semenanjung Melayu sekitaran tahun 1023 -1024. Pada prasasti ini
dijelaskan sebetulnya raja Cola mengarahkan armada laut cukup besar serta
angkatan perang sangat tangguh untuk melaksanakan serangan tersebut titik
dipaparkan bahwa pasukan Cola menundukkan Kedah, Sriwijaya, Pantai, Melayu,
Mayirudinggam, Ilanggacoram mm Me-wilimbanggam, Walaipanduru, Talaitakkolam,
Mandamalinggam, dan Manakwaram (Said Muhammad, 1961).
Pada prasasti Tanjung dapat dilihat bahwa lamuri telah berdiri. Diteguhkan
informasi kunjungan saudagar Sulaiman, Lamuri telah didirikan paling lambat di
awal abad IX. Kemudian dilain sisi, wisatawan wisatawan Arab yang mampir di
Lamuri belum menyebut pasai serta Peureula”. Kedua negeri Ini telah tertulis oleh
Marco Polo, sesudah memperoleh XIII catatan seorang Arab, IBN Batuta, mengatakan
negeri ini ada setengah abad setelah Marco Polo. Kemudian setelah dua abad Lamuri
disebut dalam tulisan kunjungan Marco Polo. Dapat dilihat beberapa nama kota yang
disebutnya, dapat tumpuan agar dapat dipercaya sebetulnya Marcopolo telah
berkunjung ke Sumatera. Dia menyatakan Lamuri: Lambri ( Juliana, 2022).
Pada dasarnya, penyebutan Lamreh atau lamuri sudah dijelaskan Muhammad
Said pada karya monumentalnya, Aceh Sepanjang Abad Jilid l didapati prasasti yang
dibaktikan Rajendra Cola l tahun 1030 M. Di Tanjore, untuk bukti penyerbuannya di
berbagai daerah maupun negeri di Sumatera dan Semenanjung Melayu sekitaran tahun
1023/1024 M. Dijelaskan pada prsasti sebetulnya diantara negeri yang ditaklukan
adalah Ilamuridecam ialah nama pertama dari Lamuri. Dijelaskan bahwa telah ada
sistem pemerintahan cukup hebat di negeri Aceh di abad 11 M. Seperti dinyatakan
Montana, ada satu kerajaan berada di Lamreh, Krueng Raya, kawasan Timur Aceh,
diketahui dengan sebutan kerajaan Lamuri ( Taran et Al., 2021)
7
2.1.2 Pembahasan
Aceh merupakan satu daerah yang berada di bagian paling barat ujung pulau
Sumatera. Kedudukan Pulau Sumatera sangat strategis di asia Tenggara, dikelilingi oleh
Selat Malaka dan Samudra Indonesia, yang merupakan pintu gerbang laluan
Internasional, sehingga kawasan ini sangat cepat berkembang sebagai kawasan yang
menerima berbagai pengaruh sosial dan kebudayaan. Di daerah tertentu di Sumatera
istilah kampung kadang kala disebut berbeda, seperti halnya di Aceh kampung disebut
Gampong yang diketuai oleh seorang kepala kampung yang bergelar Geuchik.
Gabungan dari beberapa buah Gampong di Aceh disebut Muklim dengan ketuanya
Imum Mukim (Al-Asyi, 2019).
Kerajaan lamuri yang berada di Banda Aceh saat ini merupakan salah satu negeri
yang tertulis pada prasasti Tanjoredi India Selatan. Tugu itu dibangun oleh raja
Rajendra Cola l pada tahun 1030 M. Untuk mengenang sukses gempuran militernya ke
berbagai negeri di Sumatera dan Semenanjung Melayu sekitaran tahun 1023-1024.
Pada prasasti ini dijelaskan bahwa raja Cola mengarahkan armada laut yang besar serta
angkatan perang yang tangguh untuk melaksanakan serangan tersebut titik dipaparkan
bahwa pasukan Cola menundukkan Kedah, Sriwijaya, Pantai, Melayu, Mayirudinggam,
Ilanggacoram mm Me-wilimbanggam, Walaipanduru, Talaitakkolam, Mandamalinggam,
dan Manakwaram(Adab et al., 2021).
Pada prasasti Tanjung dapat dilihat bahwa lamuri telah berdiri. Diteguhkan oleh
laporan hasil perjalanan saudagar Sulaiman, Lamuri sudah ada paling lambat di abad
IX. Di lain pihak, wisatawan wisatawan Arab yang mampir di Lamuri Masih tidak
menyebut pasai dan Peureula”. Kedua negeri Ini baru tertulis oleh Marco Polo, sesudah
memperoleh XIII catatan seorang Arab, IBN Batuta, mengatakan negeri ini ada setengah
abad setelah Marco Polo. Nama lamuri ada di dalam catatatn perjaanan marcopolo yang
melihat ada naman ama kota yang disebutnya, dapat alasan untuk mempercayai bahwa
Marcopolo telah berkunjung ke Sumatera. Dia menyatakan Lamuri: Lambri.
adalah nama awal dari Lamuri. Dijelaskan telah terjadi suatu jaringan pemerintahan
8
yang teguh di Aceh pada abad M. Pernyataan Montana ia menyatakan menemukan
sebuah kerajaan yang terpusat di lamreh, krueng raya, wilayah yang timur Aceh.
Islam mulai muncul dalam kerajaan ini yaitu abad ke-14. Namun berbeda dengan
teori yang dikemukakan oleh Djamil yang mengatakan bahwa Islam masuk ke kerajaan
ini pada abad ke-12. Dimana pada abad ke-15 penguasa Lamuri yaitu Munawwar Syah.
Membuat suatu kebijakan dalam menjauhi kerajaan Pidie yang mana berusaha
menguasai seluruh kerajaan Aceh. Lamuri juga pernah mengirim perwakilannya ke
Cina tahun 1286. Dan berlangsung sampai tahun 1412 yang mana raja Lamuri
9
Muhammad Syah bersama dengan Samudra Kemudian Laksamana Cheng Ho juga
diutus ke Lamuri yang kemudian dilanjutkan anaknya Syah Joha. Dimana diketahui
bahwa Menurut Iskandar, Lonceng Cakra Donya yang bertanggal 1409 yang bertuliskan
Arab dan China merupakan hadiah dari penguasa Cina untuk penguasa Lamuri (Amirul
Hadi, 2006).
Dampak dari kejadian yang terjadi lebih tiga abad yang lalu (penyerangan Cola,
penyerangan Majapahit dan kemudian Cheng Ho) membuat Lamuri jadi lemah.
Dampaknya, sebagian daerah disatukan kembali yang dipimpin oleh seorang raja
terdengar beberapa nama seiring akan hilangnya Lamuri, seperti Daru'l-Kamal, Makuta
Alam (Kuta Alam ), [Daru's-Salam], kemudian disebut juga dengan nama Daru'd-Dunia.
Di ujung abad ke-15, pusat Kerajaan Lamuri dialihkan ke Makota Alam, dikarenakan
terjadinya penyerangan dari Pidie. Semenjak itu, Lamuri lebih diketahui sebagai
Kerajaan Makota Alam. Sementara kerajaan Aceh, yang waktu itu berpusat di Darul
Kamal disebut kerajaan Aceh Darul Kamal. Dua kerajaan yang sangat sulit akur tersebut
Cuma dibatasi oleh Krueng Aceh. Pada Hikayat Aceh, diterangkan bahwa perselisihan
dua kerajaan tersebut berakhir sesudah Raja Syamsu Syah dari Kerajaan Makota Alam
menjodohkan putranya, Ali Mughayat Syah, dengan putri Raja Darul Kamal(ISBN,
2022).
Tetapi, pada saat dilaksanakan pawai untuk membawa mas kawin, Darul Kamal
disergap sampai mengakibatkan para penguasa dan sultannya wafat. Akhirnya, Sultan
Syamsu Syah
putranya, menjabat sabagai
Ali Mughayat pemerintah
Syah, naik takhta dandari dua kerajaan
mengalihkan tersebut.
pusat Di tahun
kerajaannya 1516,
ke Banda
10
Aceh. Semenjak itu, dua kerajaan yang disatukan itu dikenal dengan sebutan kerajaan
Aceh Darussalam. Perjalanan berikutnya, dikatakan bahwasannya kerajaan Lamuri
runtuh karena timbulnya kerajaan Aceh Darussalam, dan beberapa abad selanjutnya
juga runtuh karena ekspansi Belanda. Sesudah berakhirnya penjajahan Belanda di
nusantara, wilayah Indonesia dibagi dalam beberapa Provinsi. Provinsi Aceh dibentuk
dan daerah peninggalan Kerajaan Lamuri sekarang ini jadi bagian dari Kabupaten Aceh
Besar.
1. Nisan Plak-Plieng
Pada umumnya nisan Plak-Plieng terlihat seperti batu tegak atau tugu
berbentuk persegi panjang dengan ujung-ujung yang semakin runcing. Menurut
keterangan warga, batu nisan itu disebut batu nisan Plak-plieng. “Batu nisan
kemungkinan merupakan bentuk peralihan dari zaman pra-Islam ke zaman Islam.
Beberapa peneliti sepakat bahwa nisan ini digunakan pada makam orang-orang
terkenal atau ulama Aceh dari abad ke- 16 atau sebelumnya.” Penulisan Cerita) dan
yang tanpa prasasti (Ajis, 2018).
Masjid Tuha Indrapuri merupakan salah satu masjid bersejarah di Aceh yang
terletak di Desa Pasar Indrapuri, Kecamatan Indrapuri, Provinsi Aceh Besar, dan saat
ini menjadi salah satu peninggalan Masjid Tuha Indrapuri yang terletak di Desa Pasar
Indrapuri, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Masjid ini tidak jauh dari
kota Banda Aceh di provinsi Aceh, sekitar 25 kilometer arah utara. Bangunan masjid
ini meliputi area seluas 33.875 meter persegi dan berada 4,8 meter di atas
permukaan
merupakan laut, berjarak
masjid sekitarmengalami
yang telah 150 meter evolusi
dari tepibudaya
Sungai dan
Keruacchi.
revolusiMasjid ini
ideologi.
11
Disebut evolusi karena peralihan dari candi (tempat ibadah umat Hindu) ke masjid
terjadi secara alami dan tanpa kekerasan setelah sekian lama mengalami perubahan
budaya di masyarakat. Bangunan masjid ini dibangun pada abad ke-10 Masehi.
Masjid Indrapuri merupakan pendahulu sebelum ajaran Islam masuk ke Aceh
(Wibowo et al., 2020). Baik sumber sejarah maupun bukti arkeologis tidak
menjelaskan dengan jelas asal muasal pembangunan masjid tersebut. Namun, jika
dilihat dari papan buletin
yang dibuat oleh pengurus masjid, masjid ini awalnya merupakan benteng yang
dibangun pada masa Kerajaan Ramuri pada abad ke-11. Namun dari informasi
tersebut, terdapat bukti tertulis bahwa bangunan tersebut berasal dari abad ke-11.
Sumber lisan menyebutkan bahwa masjid ini telah ada sejak zaman Iskandar Muda
(abad ke-17), yang dapat dianggap benar mengingat perkembangan Islam yang pesat
di wilayah Aceh, dan sumber tertulis dapat dilihat dari pilar yang menopang atap
masjid yang berjenjang masjid pertama di atas kayu, disebut blandar dalam arsitektur
Jawa, ditemukan pada hijriah tahun 1107 (Hasan Muarif Ambary, 1985)
3.keramik
4. Benteng indrapatra
12
yang digunakan
penghasil olehpotensial
lada yang tentara melawan pelaut asing.
saat itu. Banyak Ingat,asing
penjelajah Acehmencoba
adalah daerah
menginvasi
13
daerah tersebut. Benteng Indrapatra terdiri dari satu benteng utama seluas 4.900
meter persegi dan tiga benteng lain yang lebih kecil. Bangunan benteng terbuat dari
balok-balok besar batu gunung. Batu-batu tersebut dikatakan telah disatukan dengan
campuran batu kapur, cangkang kerang, tanah liat, dan putih telur (Fitri et al., 2016)
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Lamur di Aceh Besar saat ini merupakan kerajaan tertua di Aceh. Lamur
didirikan paling lambat awal abad ke-8 dengan laporan perjalanan perdagangan Sulaiman.
Kerajaan Lamur letaknya sangat strategis sebagai pusat niaga, terdapat lautan di bawah
gunung yang dijadikan pelabuhan, sehingga tidak heran jika kerajaan ini banyak singgah,
kapal barang dunia menjadi pusat pergerakan ekonomi antar bangsa pada zaman dahulu.
Awalnya, kerajaan Lamur bukanlah kerajaan Islam, namun beberapa batu nisan yang
dipelajari oleh para arkeolog menunjukkan perkembangan dari India ke Islam dari
perspektif budaya dengan ditemukannya artefak berusia ratusan tahun dari berbagai
negara, yang membuktikan adanya hubungan dengan negara tetangga seperti Cina,
Vietnam, Thailand, dan India.
3.2 Saran
Penulisan artikel ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi pokok bahasan maupun
kelompok. Penulis berharap kedepannya banyak dilakukan penelitian dengan topik
serupa, tidak hanya menjelaskan dasar hukumnya saja. Namun sebaiknya lebih detail juga
dalam pemahaman yang lebih kuat, agar masalah yang dikaji lebih luas.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adab, M. F., Humaniora, D., Sejarah, J., & Islam, K. (2021). Eksistensi Kerajaan Aceh
Darussalam Pasca Pengasingan Sultan Muhammad Daud Syah Nita Juliana.
Amirul Hadi. (2006). Respons Islam Terhadap Hegemoni Barae Aceh Vs Portugis (1500-
1579).
Auliahadi, A., & Nofra, D. (2019). Tumbuh Dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam Di
Sumatera Dan Jawa. Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama Dan Humaniora,
Fitri, N., Yusibani, E., & Yufita, E. (2016). Identifikasi Kandungan Material Perekat
pada Benteng Purba di Kawasan Aceh Besar Menggunakan XRF. Journal of Aceh
Physics Society (JAcPS), 5( 2), 14–18. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JAcPS
ISBN. (2022). Sejarah jalur Rempah Dan maritim aceh Pesisir Timur-Utara.
Juliana, N. (2022). THE KINGDOM OF ACEH DARUSSALAM AFTER THE EXILING OF SULTAN
MUHAMMAD DAUD SHAH ( 1906-1942 ) KERAJAAN ACEH DARUSSALAM PASCA
PENGASINGAN SULTAN MUHAMMAD DAUD SYAH ( 1906-1942 ) Abstrak Pendahuluan
16
Said Muhammad. (1961). Aceh Sepanjang Abad.
Taran, J. P., Tinggi, S., Islam, A., Teungku, N., & Meulaboh, D. (2021). IMPORTANT FINDINGS
OF DISTRIBUTION OF CERAMICS IN LAMREH AND UJONG PANCU , ACEH Pendahuluan
Penelitian Kabupaten Aceh Geohazard dilakukan Aceh sejak Besar , Agustus yang
Project ( AGP ) pada International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies dengan (
. 2(2), 4–
9.
Wibowo, A. D., Izziah, & Nasution, B. (2020). Studi Tingkat Kenyamanan Termal
Berdasarkan Persepsi Pengguna ( Studi Kasus : Masjid Tuha Indrapuri ). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Arsitektur Dan Perencanaan, 4(1).
Koestoro, L. P. (2017). Gampong Pande, Situs Penting di Ujung Utara Pulau Sumatera.
Berkala Arkeologi SANGKHAKALA, 19(2), 75. https://doi.org/10.24832/sba.v19i2.27
17