Paper Sektor Manufaktur
Paper Sektor Manufaktur
COVID 19
Wafi Muhammad (2261201136), Manajemen
Pembahasan:
Sektor primer menyediakan bahan baku lewat kegiatan ekstraksi dan pengumpulan
sumber daya alam. Sektor ini meliputi pertanian, kehutanan, pertambangan, dan
perikanan. Sementara perusahaan manufaktur pada sektor sekunder menghasilkan
produk jadi yang dapat digunakan ataupun terlibat dalam konstruksi. Sektor tersier
adalah sektor yang cakup industri jasa, kegiatannya meliputi pengangkutan, distribusi,
dan penjualan barang. Perusahaan manufaktur dikenal sebagai perusahaan yang
menyediakan produk yang dibutuhkan oleh pasar. Semakin besar permintaan pasar,
semakin banyak juga proses produksi yang akan dilakukan oleh pihak tersebut. Proses
produksi dalam perusahaan tersebut akan melibatkan berbagai faktor. Mulai dari sumber
daya manusia, sumber daya alam, hingga alat mesin-mesin besar. Karena sifatnya yang
menjual sebuah produk, kegiatan bisnis ini bisa dikategorikan ke dalam perusahaan
dagang. Lalu, apa sebenarnya pengertian perusahaan manufaktur?
Sebagaimana yang kita ketahui perusahaan manufaktur akan bergerak jikalau adanya
pesanan ataupun perminataan datang dalam jumlah besar, oleh karna itu dibutuhkan
pekerja yang handal / professional yang dapat membantu berjalannya pekerjaan dengan
baik.
Selain itu, menurut Airlangga, industri manufaktur dinilai lebih produktif dan bisa
memberikan efek berantai secara luas sehingga mampu meningkatkan nilai tambah
bahan baku, memperbanyak tenaga kerja, menghasilkan sumber devisa terbesar, serta
penyumbang pajak dan bea cukai terbesar.
Perlu diketahui bahwa nilai MVA atau Manufacturing Value Added untuk industri
manufaktur Indonesia berada di posisi paling atas di antara negara ASEAN dengan
pencapaian sebesar 4,5%. Sedangkan secara global, manufaktur Indonesia berada di
peringkat ke-9 dari seluruh negara di dunia. Menurut Airlangga, salah satu alasan
mengapa industri manufaktur Indonesia menjadi yang terbesar se-ASEAN adalah
karena sistem perekonomian di Indonesia sudah termasuk dalam kelompok one trillion-
dollar club yang jelas berbeda dengan negara lainnya di ASEAN.
Dampak wabah virus Corona (Covid-19) turut memukul dan menyeret turun kinerja
manufaktur sejumlah negara di Asia, setelah merontokkan aktivitas manufaktur di Cina.
Bagaimana dampaknya ke industri manufaktur di Indonesia?
Survei manajer pembelian yang dirilis oleh IHS Markit pada waktu itu menunjukkan
data penurunan tajam dalam produksi Korea Selatan dan Jepang.
Sementara itu, PMI manufaktur Taiwan turun ke bawah level 50, batas pemisah antara
ekspansi dan kontraksi, Thailand dan Malaysia tetap bertahan di bawah level 50, dan
PMI Vietnam turun ke level terendah lebih dari enam tahun di 49. Data sentimen
manufaktur tersebut menunjukkan bagaimana virus Corona berdampak di seluruh
kawasan Asia, mengganggu rantai pasokan dan menekan permintaan.
Sebelumnya, menurut data yang dirilis Biro Statistik Nasional Cina pada Sabtu pekan
lalu menunjukkan indeks manufaktur di negara tirai bambu itu terperosok ke 35,7.
Angka itu merupakan rekor terendah dibanding level 50 pada Januari tahun ini.
Kepala Ekonom Bloomberg untuk wilayah Asia Chang Shu berharap PMI Cina akan
meningkat dalam beberapa bulan mendatang. "Namun gangguan terus-menerus pada
rantai pasokan dan pelemahan ekonomi China dapat menekan negara-negara regional
untuk beberapa waktu. Diperkirakan akan ada dukungan kebijakan di China dan seluruh
Asia,” katanya.
Penurunan tajam ini menandakan kontraksi untuk kuartal pertama yang lebih buruk dari
perkiraan, dengan ekonom Nomura Holdings Inc. memproyeksikan ekonomi Negeri
Tirai Bambu akan menyusut 2,5 persen pada kuartal I/2020 dari periode sebelumnya.
Menyusul data PMI yang dirilis IHS Markit itu, pasar global semakin dilanda
kekhawatiran atas dampak virus corona.
Baik pasar ekuitas dan imbal hasil obligasi merosot pada perdagangan pagi ini, Senin, 2
Maret 2020. Bursa saham Jepang dibuka lebih rendah 1,3 persen dan indeks futures
S&P 500 AS merosot lebih dari 1 persen. Sinyal dari bank sentral AS Federal Reserve
pada Jumat pekan lalu yang membuka peluang pelonggaran kebijakan tak memberi
dorongan positif yang signifikan.
Pelaku usaha merinci sejumlah kondisi akibat tekanan dari melunjaknya kasus Covid-19
yang membuat pemerintah menginjak rem darurat dalam beberapa pekan terakhir ini.
Seiring dengan hal itu, hari ini IHS Markit pun melaporkan perolehan Purchasing
Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Juli yang berada di posisi
kontraksi 40,1. Hal itu setelah delapan bulan berturut-turut mencatatkan level ekspansif
di atas poin 50 sejak Juni 2020 lalu. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan mayoritas pelaku usaha saat ini harus merasakan
dampak negatif. Industri manufaktur bahkan tak sedikit yang terancam kembali
melakukan pengurangan karyawan.
Arsjad mencontohkan pada industri tekstil dan produk tekstil atau TPT yang saat ini
sulit menjalankan produksi dengan ketentuan yang berlaku. "Industri TPT ingin sekali
dapat bekerja dengan protokol kesehatan ketat agar tidak perlu merumahkan
karyawannya. Bahkan, industri keramik juga melaporkan bahaya ancaman merumahkan
hingga 20.000 pegawai tanpa gaji," katanya kepada Bisnis, Senin (2/8/2021). Arsjad
menyebut sektor industri yang berorientasi ekspor juga terancam tidak dapat memenuhi
kebutuhan pembelinya jika hanya sedikit yang masuk. Belum lagi, adanya kewajiban
penutupan wilayah kerja jika ada yang terinfeksi juga semakin menyulitkan industri.
Di luar sektor manufaktur, Arsjad juga mendapati laporan dari sektor transportasi yang
menjadi sektor paling berat jika pendemi terus berlangsung. Selanjutnya tentu sektor
terkait yakni hotel, restoran, kafe atau Horeka. "Sektor ritel terutama mall juga
melaporkan ancaman akan PHK 30 persen dari total pegawai di mall sekitar 280.000
pegawai sedangkan supermarket malahan sudah berguguran selain karena pendemi juga
karena pola belanja yang berubah seperti Giant yang sudah resmi tutup," ujarnya.
Arsjad menilai dengan tekanan yang berat tersebut industri masih tetap harus
membayarkan beban operasional wajib mulai dari listrik, pinjaman, hingga gaji
karyawan. Oleh karena itu, menurutnya, Kadin akan tetap berupaya menjadi jembatan
bagi pemerintah, pengusaha, pekerja dalam menghubungkan kesenjangan antara
pendapatan yang hilang dan kewajiban yang masih ada. "Pada prinsipnya, kami juga
memahami saat ini seluruh pihak baik pemerintah, pekerja, dan masyarakat sama-sama
banyak yang kehilangan pendapatan," ujarnya.
"Sebelum Covid ditargetkan tumbuh 5,3 persen (PDB) dan kita kemudian
berakhir minus 2,07 persen. Maka, nilai ekonomi yang hilang akibat Covid
estimasi sekitar Rp 1.356 triliun atau 8,8 persen dari PDB 2020," ujarnya saat
Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021 secara virtual, Kamis (29/4).
Menurutnya, kebijakan APBN yang ekspansif masih akan berlanjut pada 2021.
Hal ini ditandai target belanja negara tumbuh enam persen atau sebesar Rp 156,5
triliun dan penguatan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) senilai Rp
699,43 triliun.
Defisit APBN pada 2020 sebesar 6,1 persen dari PDB. Adapun kondisi ini
ditekankan kebijakan ekspansif pemerintah yang menyebabkan belanja negara
tumbuh 12,3 persen atau sebesar Rp 284,2 triliun.
“Sebagai pembina industri, Kemenperin berupaya mencari jalan keluar dari masalah
yang dihadapi para pelaku industri selama masa tanggap darurat Covid-19. Upaya itu
dilakukan melalui kebijakan-kebijakan yang kami buat, agar industri manufaktur tetap
berkontribusi positif terahadap perekonomian dan tetap bertahan hingga Covid-19
berakhir,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam diskusi
bersama wartawan industri, Selasa (21/4).
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh sektor industri yang terdampak oleh Covid-
19 antara lain penundaan kontrak atau bahkan tak sedikit yang mengalami pembatalan
pesanan. Hal tersebut menimbulkan multiplier effect karena industri mengalami
penurunan utilisasi sehingga berimbas pada pengurangan pegawai, bahkan berpotensi
terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Permasalahan lainnya adalah kelangkaan
dan naiknya harga bahan baku karena terbatasnya akses dari negara asal.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kemenperin sudah memetakan industri yang terdampak
akibat penyebaran Covid-19, sehingga perlu diberi perhatian lebih.“Hasil pemetaan
menunjukkan 60% industri suffer sedangkan 40% dalam kondisi moderat dan high
demand,” tuturnya.
Saat ini, sektor dengan permintaan tinggi meliputi industri alat kesehatan, farmasi, serta
makanan dan minuman. Menurut Menperin, sektor industri tengah melakukan
refocusing untuk membantu upaya pemerintah dalam memperkuat sektor industri
kategori high demand dan sesuai dengan arahan Presiden yang menghendaki kebutuhan
tersebut diharapkan dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri.
“Kami yakin terhadap potensi dan kemampuan industri dalam negeri untuk memenuhi
permintaan yang tinggi. Dan dalam industri farmasi, obat dan vitamin, kami terus
mendorong agar berbasis herbal, karena negara kita kaya dengan tumbuhan herbal dan
rempah-rempah. Dengan demikian nilai tambahnya ada di negara kita sendiri, sehingga
dalam jangka panjangnya kemandirian industri farmasi dan obat-obatan bisa dicapai,”
jelasnya.
Selain itu, dalam periode Januari-Februari 2020, terdapat lonjakan yang cukup tinggi
terkait pemberian izin usaha khususnya di sektor kesehatan seperti hand sanitizer,
disinfektan, Alat Pelindung Diri (APD), dan masker non-medis. Untuk hand sanitizer,
terdapat kenaikan izin edar sebesar 180 persen sedangkan untuk APD sebesar 560
persen.
Kebutuhan APD medis di Tanah Air diperkirakan jumlahnya mencapai 16 juta potong
per bulan. Dalam menjawab tantangan market yang tinggi, saat ini ada 36 perusahaan
tekstil yang memproduksi APD, beberapa di antaranya dari awal sudah memproduksi
APD dan lainnya melakukan diversifikasi produk. Diperkirakan paling lambat awal Mei
2020 kapasitas produksinya mencapai 18 juta potong APD medis per bulan.“Ini bisa
jadi momentum kebangkitan industri alat kesehatan dan farmasi, serta industri makanan
dan minuman yang ada di Indonesia,” papar Menperin.
“Diharapkan dengan adanya soft loan, pengusaha bisa memberikan THR kepada
karyawan tanpa mencicil,” papar Menperin.
strategi kedua, yang mana merupakan inti dari penguatan kapasitas SDM yang unggul
dan berdaya saing melalui fasilitas kewirausahaan, selain dapat juga untuk memulihkan
kegiatan usaha yang terdampak akibat pandemi. Akan tetapi lebih difokuskan untuk
dapat merubah pola kewirausahaan yang lebih berbasis ekonomi digital dan ekonomi
kreatif. Maka, dalam hal ini termasuk kewirausahaan yang bersifat start-up business,
yang dapat dimulai dari usaha mikro dan menengah, sebelum dikembangkan lebih lanjut
lagi untuk menjadi usaha ekonomi digital dan kreatif yang berbasis industri yang lebih
berdaya saing.
Selanjutnya, strategi ketiga yang terkait dengan optimalisasi sumber kekayaan alam,
terutama dengan mempertimbangkan potensi sumber kekayaan alam yang dijadikan
basis untuk pengembangan ekonomi keratif, yang diharapkan dapat memanfaatkan
potensi sumber kekayaan alam di daerah, seklaigus dapat meningkatkan nilai tambah
(added value) yang dimilikinya, serta dikombinasikan dengan ekonomi digital agar
pemasarannya lebih luas lagi jaringannya, agar dapat menjangkau potensi pasar dan
konsumennya yang berskala nasional, regional, dan bahkan bisa global.Berhubungan
itu.
maka strategi keeempat sangat diperlukan pada giliran berikutnya, yamg ditunjukkan
untuk mendapat mengembangkan dan memperluas jaringan yang tidak hanya untuk
pemasaran, namun yang lebih diperlukan adalah perluasan kerja sama yang diperlukan
untuk dapat meningkatkan kapasitas usaha yang sangat memerlukan dukungan
permodalan dan peningkatan kapasitas produksi yang sulit dilakukan oleh para
pengusaha mikro dan menengah secara mandiri, maka memerlukan dukungan jaringan
kerja sama untuk dapat mengatasi keterbatsan yang dihadapinya, terutama bagi pelaku
start-up (baru memulai usaha) yang dimana masih memerlukan bimbingan dan fasilitas
yang dapat diberikan kepadanya tidak hanya diberikan oleh pemerintah, namun juga
oleh pelaku usaha besar melalui pola kemitraan yang sifatnya pemberdayaan bagi usaha
start-up (baru memulai usaha) untuk dapat berkembang setelah bangkit dari
keterpurukan akibat dampak pandemi Covid-19.Terakhir,
strategi kelima, yaitu melalui pengembangan inovasi dan kreativitas yang merupakan
syarat utama untuk dapat berkembangnya pulih, bangkit dan berkembangnya usaha
perekonomian yang terdampak bencana pandemi Covid-19 secara berkelanjutan.
Inovasi dan kreativitas merupakan kunci untuk dapat lebih menciptakan nilai tambah
dan daya akselerasi yang diperlukan untuk proses pemulihan sekaligus pengembangan
lebih lanjut dari usaha perekonomian yang terdampak bencana pandemi Covid-19. Ini
sangat sejalan dengan jenis start-up business yang difokuskan pada ekonomi digital dan
ekonomi kreatif pada era industri, yang tidak lagi berbasis pada pola kewirausahaan
yang konvensional, tetapi memerlukan terobosan dan lompatan yang dapat dilakukan
melalui dukungan inovasi dan kreativitas yang dibangun dengan basis potensi sumber
kekayaan yang telah dijadikan strategi ketiga untuk pengembangan sumber daya unggul
dan berdaya saing yang berbasis industri dalam mendukung proses pemulihan ekonomi
akibat bencana pandemi Covid-19 yang berkelanjutan.
Kesimpulan
Industri manufaktur jadi salah satu sektor yang selama ini berperan penting dalam
menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, pandemi COVID-19 membawa
dampak yang signifikan bagi aktivitas industri manufaktur di Indonesia. Menurut Plt.
Dirjen KPAII Kementerian Perindustrian, Yan Sibarang Tandiele kondisi ini diharapkan
dapat menjadi momentum untuk mengevaluasi berbagai kebijakan dalam negeri
sehingga efektif mendorong ketahanan dan pertumbuhan industri nasional.
Oleh karena itu dalam kondisi pandemi sektor industri diharapkan tetap semangat dan
merebut peluang untuk memperkuat struktur manufaktur dan mewujudkan kemandirian
industri nasional. Oleh karena itu, pemerintah bersama stakeholder terkait terus
menjalin sinergi untuk mendorong ketahanan industri nasional.
Maka hendaklah pemerintah menaikkan secara masif kualitas SDM agar semakin cepat
laju perkembangan ekonomi sektor manufaktur di RI, dengan adanya pembelajaran-
pembelajaran khusus dari masa sdekolah sampai jenjang professional.
DAFTAR PUSTAKA
BIBLIOGRAPHY Ayu, I. (2021, agustus 2). Berat, Begini Gambaran Kondisi Industri Manufaktur
Saat ini. Retrieved desember 27, 2022, from ekonomi.bisnis:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210802/257/1424844/berat-begini-gambaran-
kondisi-industri-manufaktur-saat-ini
Idris, M. (2021, july 16). money.kompas. Retrieved desember 27, 2022, from money.kompas:
https://money.kompas.com/read/2021/07/16/235100926/apa-itu-perusahaan-
manufaktur--pengertian-sistem-kerja-dan-contohnya
Intan, N. (2021, april 29). Sri Mulyani: Kerugian Ekonomi Akibat Covid Rp 1.356 Triliun.
Retrieved desember 27, 2022, from republika:
https://www.republika.co.id/berita/qsba9e383/sri-mulyani-kerugian-ekonomi-akibat-
covid-rp-1356-triliun
Widyastuti, R. A. (2020, maret 2). Bagaimana Dampak Virus Corona terhadap Indeks
Manufaktur RI? Retrieved desember 27, 2022, from bisnis.tempo:
https://bisnis.tempo.co/read/1314417/bagaimana-dampak-virus-corona-terhadap-
indeks-manufaktur-ri
Syarif, M. (2020, april 21). Strategi Optimalkan Manufaktur di Tengah Pandemi Covid-19.
Retrieved desember 27, 2022, from neraca:
https://www.neraca.co.id/article/130770/strategi-optimalkan-manufaktur-di-tengah-
pandemi-covid-19
Kementrian PPN / Bapenas. (2020, juni 24). Sektor Manufaktur Bantu Dorong Pemulihan
Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19 di 2021. Retrieved desember 27, 2022, from
bappenas: https://www.bappenas.go.id/id/berita/sektor-manufaktur-bantu-dorong-
pemulihan-ekonomi-pasca-pandemi-covid-19-di-2021