Anda di halaman 1dari 10

Analisis Pengaruh Eksistensi Pabrik Sepatu Nike bagi Kemajuan

Perdagangan Internasional Indonesia

Qathrunnada Asri Pertiwi


Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
Sleman, DIY
Email: qathrunnadaasri.2020@student.uny.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh eksistensi pabrik sepatu Nike khususnya
bagi kemajuan perdagangan internasional Indonesia. Nike, Inc. merupakan salah satu
perusahaan multinasional terbaik dalam produk-produk pada bidang olahraga di dunia. Di
Indonesia, Nike melakukan kontrak dengan beberapa perusahaan manufaktur khusus produk
sepatu seperti PT Adis Dimension Footwear dan PT Pratama Abadi Industri. Metode yang
digunakan untuk menulis artikel ini adalah observasi dan penelitian dokumenter. Hasil
penelitian menunjukkan eksistensi pabrik Nike di Indonesia yang esensial, terutama dalam
menyerap tenaga kerja dan ekspor ke luar negeri. Akan tetapi, karena kondisi politik Indonesia
belum stabil dan banyaknya gejolak buruh pabrik, sejak 2013 banyak pabrik Nike yang pindah
ke Vietnam. Menyikapi hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan membuat
peraturan yang dapat meminimalisir risiko dalam Pasal 8 Peraturan Menaker Nomor 5 Tahun
2023. Dengan demikian, dapat terjaga stabilitas dalam negeri dengan terus memajukan
perdagangan internasional Indonesia.
Kata Kunci: Nike, Perusahaan Multinasional, Ekspor

PENDAHULUAN

Nike, Inc. merupakan salah satu produsen terbaik dalam produk-produk pada bidang
olahraga di dunia. Perusahaan Nike, Inc. merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Produk
unggulannya antara lain pakaian, sepatu, hingga alat-alat olahraga yang digunakan masyarakat
umum hingga para atlet dunia. Selain itu, juga digunakan sebagai pakaian resmi klub sepak
bola dunia seperti F.C Barcelona dan Inter Milan. Logo khas merek Nike sangat terkenal
dengan bentuk seperti tanda centang yang disebut ‘The Swoosh’. Adapun slogan terkenal yang
digunakan yaitu “Just Do It” dan “Take Every Advantage”. Selain untuk kampanye produk,
slogan tersebut juga digunakan Nike untuk mempromosikan brand tribalisme (Santosa, 2020).
Sejarah adanya perusahaan Nike, Inc bermula pada tahun 1964 oleh Phillip Knight
seorang atlet dan pengusaha dari Oregon, Amerika Serikat (Wikipedia, 2022). Ia ingin
membuat perusahaan sepatu lari yang diimpor dari Jepang karena lebih murah. Sejak saat itu,
perusahaan Nike terus berkembang hingga mendirikan kantor pusat dan cabang di negara lain.
Setelah berhasil menguasai setengah pasar di Amerika Serikat, Nike mulai membangun pabrik
di Asia selain Jepang. Negara Asia yang terpilih yaitu Korea Selatan dan Taiwan pada tahun
1972. Pada saat itu pula, Nike mengubah bisnisnya dengan melakukan kontrak dengan
produksi lokal. Dengan begitu, Nike dapat melakukan investasi dengan perusahaan di negara
mitra.

Melalui pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Nike merupakan perusahaan


multinasional. Hal tersebut dapat dilihat dari pola bisnis Nike yang mendirikan kantor pusat di
negara maju seperti Korea Selatan dan mendirikan pabrik di beberapa negara berkembang.
Salah satunya yaitu Indonesia yang telah ada sejak tahun 1988. Di Indonesia, Nike melakukan
kontrak dengan beberapa perusahaan manufaktur khusus produk sepatu seperti PT Adis
Dimension Footwear dan PT Pratama Abadi Industri. Kedua perusahaan tersebut menyerap
ribuan tenaga kerja lokal serta melakukan ekspor ke benua Amerika dan Eropa.

Berdasarkan Joseph Warren, President Director Nike Indonesia, pada September 2022
lalu memaparkan lebih dari 30 persen produksi sepatu Nike berasal dari Indonesia. Hal tersebut
membuat Indonesia menjadi produsen alas kaki terbesar keempat di dunia pada tahun 2019.
Selain itu, juga disebutkan bahwa pertumbuhan dalam jaringan Nike di Indonesia merupakan
yang tercepat. Tidak hanya Nike, banyak perusahaan multinasional yang membangun kantor
cabang dan pabrik di negara berkembang khususnya wilayah Asia Tenggara. Selain Indonesia,
negara berkembang lain yaitu Vietnam dan Thailand.

Top 10 Pabrik Nike Berdasarkan Negara


(Data Nike Tahun 2018)
Negara Jumlah Pabrik
China 136
Vietnam 106
USA 42
Indonesia 44
Taiwan 39
Thailand 36
Brazil 26
Sri Lanka 18
Argentina 17
Italia 16
Tabel 1. Data 10 Pabrik Nike Tahun 2018

Berdasarkan data pada tabel terlihat bahwa 6 dari 10 negara berasal dari Asia. Wilayah
yang luas, banyaknya sumber daya manusia, kemudahan perizinan merupakan beberapa faktor
masuknya perusahaan internasional Selain itu, beberapa pabrik berada di negara berkembang
yang upah tenaga kerja cenderung murah. Berbeda dengan negara maju seperti Korea Selatan
dan Jepang yang tidak cocok untuk mendirikan pabrik dibanding negara berkembang.
Sehingga, kedua negara tersebut dijadikan tempat untuk kantor cabang yang mengatur pabrik-
pabrik di negara berkembang.

Adanya perusahaan multinasional yang memiliki pabrik di Indonesia sangat


mendukung perekonomian, terutama dalam hal ketenagakerjaan dan perdagangan luar negeri.
Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan, Indonesia berada di urutan
ke 6 produk alas kaki ekspor di dunia dengan share 3,88%. Peringkat tersebut turun dari yang
sebelumnya peringkat empat karena banyak pabrik Nike yang direlokasi ke Vietnam. Relokasi
tersebut terjadi sejak tahun 2013 yaitu sebanyak 11 produsen sepatu di kawasan Jakarta dan
Tangerang yang merelokasi pabriknya ke Vietnam. Selain tenaga kerja yang di PHK, hal
tersebut tentunya berdampak pada ekspor produk alas kaki Indonesia yang menurun dari tahun-
tahun sebelumnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh eksistensi
pabrik sepatu Nike bagi kemajuan perdagangan internasional Indonesia.

KAJIAN TEORI

Secara etimologi, istilah perdagangan internasional berasal dari kata dagang dan
internasional. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata dagang berarti kegiatan
menjual maupun membeli barang untuk memperoleh keuntungan. Perdagangan internasional
atau perdagangan antar negara telah ada sejak zaman dulu. Sejak sebelum kemerdekaan,
Indonesia telah membuka perdagangan dengan negara lain baik melalui jalur darat, air, maupun
udara. Selain adanya pertukaran barang dan jasa, terjadi kegiatan bisnis lain yang saling
menguntungkan kedua negara atau lebih.
Perdagangan internasional berbeda dengan jenis perdagangan lainnya seperti
perdagangan domestik yang terbatas hanya satu negara. Begitu juga dengan perdagangan lokal
yang terbatas pada wilayah kabupaten,kota, maupun provinsi. Menurut Christianto (2013),
secara etimologis perdagangan internasional terdiri dari 2 kata yang berarti pertukaran atau
perdagangan antara dua negara atau lebih. Pertukaran tersebut terjadi salah satunya karena
masing-masing negara memiliki sumber daya yang berbeda. Sehingga butuh diadakan
perdagangan yang melibatkan banyak negara selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
juga untuk mencari keuntungan.

Menurut Iskandar Putong dalam Chadziq (2016), perdagangan internasional


merupakan perdagangan antar negara dengan kepribadian hukum dan kedaulatan yang berbeda
dengan pengaturan khusus yang mengikuti prinsip-prinsip standar yang ditetapkan dan diakui
secara internasional. Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa perdagangan internasional
sangat melibatkan pemerintah negara yang terlibat. Selain itu, juga lembaga atau badan
arbitrase dan organisasi seperti WTO (World Trade Organization). Hal tersebut berkaitan
dengan mekanisme ekspor dan impor yang memerlukan sejumlah regulasi untuk menjaga
stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, dalam prosesnya diatur oleh hukum khusus perdagangan
internasional.

Menurut Schmitthoff dalam Aprita (2020), perdagangan internasional diatur oleh


hukum yang berisi sekumpulan aturan yang mengatur hubungan-hubungan komersial yang
sifatnya perdata. Ekspor dan impor di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1995 yaitu pada pasal 1. UU tersebut utamanya mengatur kepabeanan dan ekspor. Selain itu,
terdapat pula kegiatan perniagaan antar negara, antara lain konsinyasi, package deal, dan
border crossing. Maka dari itu, dapat disimpulkan perdagangan internasional yaitu proses
perniagaan dimana masing-masing negara memiliki hak membuat peraturan oleh pemerintah
yang bertujuan untuk menjaga kestabilan ekonomi negara.

Salah satu penerapan perdagangan internasional yaitu munculnya perusahaan


multinasional. Perusahaan multinasional adalah organisasi yang beroperasi di lebih dari satu
negara dan memiliki struktur manajemen yang terdesentralisasi. Juga dikenal sebagai korporasi
multinasional. Perusahaan ini mengupayakan keuntungan yang maksimal yaitu dengan
beroperasi di negara lain. Perusahaan multinasional mendapat manfaat dari skala dan ruang
lingkup ekonomi serta akses ke pasar yang lebih besar. Selain itu, juga bisa mendapatkan
keuntungan dari tarif dan peraturan pajak yang berbeda dari satu negara ke negara lain.
Menurut Rusmadi dalam Syambela (2008), multinational corporate, atau biasanya
disingkat MNC, adalah sebuah perusahaan yang wilayah operasinya terdapat di beberapa
negara serta memiliki fasilitas produksi dan pelayanan diluar negaranya sendiri. Contohnya
seperti kantor cabang Nike yang terletak di Korea Selatan yang membawahi pabrik-pabrik di
Indonesia. Salah satu perusahaan di Indonesia yang memproduksi alas kaki untuk Nike yaitu
PT Pratama Abadi Indusri. Perusahaan tersebut mendapat investasi berupa penanaman modal
asing (PMA) yang berasal dari Korea Selatan (liputan6). Adapun investasi yang diberikan pada
awal pendirian perusahaan sejak tahun 1989 yaitu sebesar $5.000.000.

Menurut Mas’oed, Mohtar (1997), perusahaan multinasional umumnya memiliki


kantor pusat di negara asal mereka dan dikembangkan ke negara lain yaitu dengan
membangun/membeli berbagai aset usaha. Selain itu, MNC juga dapat membuka cabang di
home country atau negara tuan rumah. Adapun menurut Howard V. Perlmutter (1979),
perusahaan multinasional yaitu sekelompok perusahaan yang mempunyai kendali operasi
langsung dari berbagai negara yang berbeda. Umumnya NMC cenderung mengarah kepada
pandangan global akan penguasaan perusahaan secara geosentri.

Seiring berkembangnya globalisasi, banyak perusahaan yang melebarkan sayap ke luar


negeri dan menjadi perusahaan multinasional. Beberapa perusahaan yang terkenal sejak dulu
yaitu Nike.inc, Samsung, dan Honda. Ketiga perusahaan tersebut tentunya ada di Indonesia
dan mengikuti peraturan organisasi dunia terkait perdagangan internasional. Adapun organisasi
yang mengatur adalah World Trade Organization atau WTO. Organisasi tersebut telah ada
sejak tahun 1995 yang merupakan organisasi antar pemerintah dengan tujuan untuk membuat
perdagangan antar negara semakin terbuka (web kemendag). Selain itu, juga menurunkan
bahkan meniadakan hambatan tarif maupun non tarif. Sebelum menjadi WTO, organisasi yang
menangani adalah IMF, IBRD, ITO dan GATT. Berikut ini merupakan tabel perundingan oleh
GATT saat mengambil alih sementara sebelum WTO diresmikan pada 1995.
TAHUN TEMPAT PEMBAHASAN JUMLAH
NEGARA
1947 Geneva Pengurangan 23
Hambatan Tarif

1949 Annecy Pengurangan 13


Hambatan Tarif

1951 Torquay Pengurangan 38


Hambatan Tarif

1956 Geneva Pengurangan 26


Hambatan Tarif

1960-1961 Geneva, Dillon Tarif 26


Round
1964-1967 Geneva, Kennedy Tarif dan anti- 62
Round dumping measures
1973-1979 Geneva, Tokyo Tarif, non-tariff 102
Round measures,
"framework"
agreements
1986-1994 Geneva, Uruguay Tarif, non-tariff 123
Round measures, peraturan,
jasa, services, hak
atas kekayaan
intelektual, tekstil,
pertanian,
pembentuka WTO
dll

Tabel 2. Putaran Perundingan Perdagangan

Selain WTO, di Indonesia melibatkan pemerintah yaitu Kementerian Perdagangan.


Kementerian ini sangat berpengaruh dalam hal regulasi, termasuk bagi para perusahaan
multinasional. Salah satu contohnya yaitu Permendag Nomor 49 Tahun 2020 yang berisi
tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan
Perdagangan Asing. Dengan regulasi tersebut, maka MNC harus memenuhi segala
persayaratan untuk dapat berbisnis di Indonesia. Salah satunya Nike yang bermitra dengan
perusahaan produsen alas kaki di Indonesia. Antara lain yaitu PT Adis Dimension Footwear
dan PT Pratama Abadi Industri.

Produk utama kedua perusahaan tersebut yakni sepatu olahraga dengan kualitas ekspor.
Beberapa negara tujuan ekspor antara lain Jepang, Belgia, Argentina, Amerika, dan China.
Kategori sepatu yang diproduksi antara lain Tenis, Young Athlete (YA), dan Nike Sport Wear
(NSW). Masing-masing perusahaan memiliki lebih dari 8000 karyawan. Bahkan, untuk PT
Pratama Abadi Industri (JX) yang berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat memiliki 22.576
karyawan. Dengan banyaknya tenaga kerja yang diserap tentu skala produksi juga besar. PT
Adis Dimension Footwear sendiri mampu memproduksi 225.000 pasang sepatu per minggu.
Besarnya skala produksi tentu berpengaruh dengan besarnya skala ekspor seperti data survey
BPS di bawah ini (katadata).

Tabel 3. Nilai Ekspor Sepatu Olahraga RI (web bps)

Dapat dilihat bahwa nilai ekspor sepatu olahraga dari Indonesia naik menjadi US$3,32
miliar pada 2020. Selain itu, nilai ekspor tersebut mengalami peningkatan sejak tahun 2016.
Pada tahun 2020 nilai ekspor sepatu atletik ke Amerika Serikat menduduki peringkat satu, yaitu
sebesar 1,02 miliar USD dan volumenya 46,2 ribu ton. Dengan nilai ekspor sepatu olahraga
sebesar 536,1 juta dollar AS, China menduduki peringkat kedua tahun 2019. Selanjutnya yaitu
diikuti dengan Belgia dan Jerman. Menurut data BPS, nilai ekspor alas kaki olahraga Indonesia
ke Jepang mencapai US$192 juta. Pada saat yang sama, nilai ekspor sepatu olahraga ke Inggris
naik menjadi $132,3 juta.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian terdiri dari langkah-langkah yang digunakan untuk mengumpulkan


informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode yang digunakan untuk
menulis artikel ini adalah observasi dan penelitian dokumenter. Observasi dilakukan melalui
media berita terkait eksistensi pabrik sepatu Nike di Indonesia. Metode observasi yang
dimaksudkan adalah analisis dan pengkajian melalui media berita seperti Tempo, Kompas, dan
Detik. Penelitian dokumenter, adalah penggalian informasi dari bahan hukum primer dengan
mempelajari peraturan perundang-undangan dan dokumen yang relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan (Lexi). Berdasarkan deskripsi, dalam penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif yang menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah
penelitian dokumenter. Penelitian dokumen adalah teknik pengumpulan data yang
mengumpulkan dan menganalisis dokumen tertulis, ilustrasi, dan elektronik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Turunnya nilai ekspor sepatu Indonesia terjadi karena beberapa faktor. Berdasarkan
observasi yang dilakukan, salah satu faktor tersebut yaitu kondisi politik Indonesia yang kurang
stabil. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli
Hasan, bahwa sejak tahun 2013 terdapat lebih dari sepuluh pabrik Nike di wilayah Tangerang
dan Jakarta yang direlokasi ke Vietnam (detikfinance). Selain karena kondisi politik yang
dipengaruhi berlangsungnya reformasi, relokasi tersebut juga dipengaruhi oleh masalah tenaga
kerja yaitu upah yang terus meningkat. Oleh karena itu, saat ini Indonesia berada pada posisi
ke enam dalam ekspor industri alas kaki.

Hingga tahun 2021, diperkirakan Indonesia masih sulit untuk mengejar Vietnam dalam
ekspor produk alas kaki. Menurut Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo),
Eddy Widjanarko, Vietnam cenderung lebih unggul karena memiliki EU-CEPA sehingga tarif
bea masuk ke Eropa nol persen (okezone). Adapun tarif Indonesia pada saat itu masih 9%.
Meskipun demikian, pada tahun 2022 PT Pratama Abadi Industri berhasil mengekspor 6.700
sepatu Nike ke Belanda. Total nilai tersebut sangat menguntungkan terutama bagi perdagangan
internasional Indonesia, yaitu sebesar US$ 211.518 (detikFinance). Ekspor tersebut dapat lebih
luas lagi yaitu ke negara UAE melalui perjanjian dagang.

Menurut survey BPS periode tahun 2015-2020, terjadi peningkatan ekspor pada
industri kulit dan alas kaki (katadata). Ekspor sepatu olahraga khususnya mengalami
peningkatan volume pada tahun 2022 yaitu sebesar 60%. Berikut ini merupakan data BPS
disertai tahun, volume ekspor, dan nilainya.
No ľahun Volume Ekspoí / ľon Nilai Ekspoí / US
1 2015 258.433,6 4.853.687.5
2 2016 263.142,2 5.0
3 2017 274.137,5
4 2018 291.954,9
5 2019 262.550
6 2020
7

Tabel 4. Data Volume dan Nilai Ekspor Industri Kulit dan Alas Kaki

Tabel tersebut menunjukkan peningkatan volume dan nilai ekspor dari tahun ke tahun secara
signifikan. Pada tahun 2022 merupakan peningkatan terbesar dan sangat berkontribusi dalam
total capaian jenis industri.

Akan tetapi, peningkatan ekspor tersebut dikhawatirkan turun pada tahun 2023.
Berdasarkan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), memprediksi turunnya ekspor produk
alas kaki Indonesia negara mitra di Amerika Serikat dan Eropa (Bisnis.com). Adapun salah
satu faktor penyebabnya yaitu turunnya perekonomian negara mitra sehingga imbasnya akan
mengurangi ekspor sebesar 50%. Tidak hanya industri alas kaki, ekspor garmen juga diprediksi
akan turun 30%. Maka dari itu, perlu adanya kebijakan pemerintah, khususnya Kementerian
Perdagangan, untuk melindungi ekspor alas kaki Indonesia.

Langkah pemerintah dalam menghadapi isu tersebut salah satunya yaitu mengeluarkan
kebijakan yang melindungi industry alas kaki, yaitu pemotongan gaji buruh maksimal 25%.
Selain itu, kebijakan lain juga dibuat yang dimuat dalam Pasal 8 Peraturan Menaker Nomor 5
Tahun 2023. Poin penting yang pertama yaitu perusahaan industri tertentu yang berorientasi
ekspor dan padat karya yang terkena dampak perubahan perekonomian dunia dapat melakukan
perubahan tingkat upah pekerja/karyawan dengan ketentuan upah yang dibayarkan kepada
pekerja/karyawan paling sedikit 75% dari gaji yang biasanya dibayarkan. Adapun poin penting
kedua yaitu penyesuaian yang disebutkan dalam ayat 1 dilakukan atas dasar kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja. Selain itu, dibuat kriteria industri yang boleh memangkas gai buruhnya.
Dengan demikian, dapat terjaga stabilitas dalam negeri dengan terus memajukan perdagangan
internasional Indonesia.
SIMPULAN

Perusahaan multinasional Nike telah lama berinvestasi di industri alas kaki Indonesia
dan berperan dalam ekspor ke luar negeri. Dua perusahaan yang menjadi penerima Penanaman
Modal Asing (PMA) tersebut yaitu PT Adis Dimension Footwear dan PT Pratama Abadi
Industri. Kencangnya arus ekspor ke negara mitra seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Belgia
mampu membawa Indonesia sebagai negara ekspor alas kaki olahraga peringkat enam.
Meskipun demikian, Indonesia masih bersaing dengan negara lain utamanya Vietnam dalam
ekspor. Maka dari itu, perlu peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk terus
mendorong investor agar mendukung industri alas kaki Indonesia. Sehingga dapat tercapai
perdagangan internasional yang maju dan menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai