Anda di halaman 1dari 4

MENGURAIKAN KECOCOKAN TEORI BEHAVIORISME,

TEORI NATIVISME, DAN TEORI KONSTRUKTIVISME


DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DALAM
IMPLEMENTASI KURIKULUM

OLEH:
NUR SIAWATI A1M123064

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
PEMBAHASAN

1. Definisi Ketiga Teori

A. Teori Behaviorisme
Menurut teori belajar behaviorisme atau aliran tingkah laku, belajar
diartikan sebagai proses perubahan tingkahlaku sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon. Belajar tidaknya seseorang tergantung pada faktor-
faktor yang diberi lingkungan. Beberapa ilmuan yang termasuk pendiri sekaligus
penganut behavior antara lain adalah Thomdike, Watson, Hull, Guthrie dan
Skinner.

B. Teori Nativisme
Teori nativisme merupakan salah satu aliran dalam pendidikan yang
berpandangan bahwa setiap anak yang lahir telah membawa bakat tersendiri dan
akan berkembang masing-masing menurut bakat yang dibawanya sejak ia lahir.
Tokoh aliran nativisme adalah Schopenhauer.

C. Teori Konstruktivisme
Teori kontruktivisme memahami belajar sebagai proses pembentuk
(kontruksi) pengetahuan oleh si pelajar itu sendiri. Pengetahuan ada didalam
seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Sebagai suatu teori
pembelajaran, konstruktivisme muncul belakangan setelah behaviorisme dan
kognitivisme walaupun semangat konstruktivisme sendiri sudah muncul sejak
awal abad 20 diantaranya melalui pemikiran John Dewey. Dua tokoh penting
pembentukan teori konstruktivisme adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky.
2. Memaparkan Kecocokan Ketiga Teori dengan Pembelejaran Bahasa
dalam Implementasi Kurikulum
Kecocokan dari ketiga teori diatas, yaitu teori behaviorisme, teori
nativisme, dan teori konstruktivisme dengan pembelajaran bahasa dalam
implementasi kurikulum adalah ketiga teori diatas berbicara soal perubahan
tingkahlaku akibat adanya stimulus dan respon, semua anak membawa bakat
tersendiri, dan belajar sebagai pembentuk diri atau pengetahuan.
Berbicara soal pembelajaran bahasa, poin-poin yang mencakupnya yaitu
keterampilan mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. ketika
menerapkan teori belajar behaviorisme maka kemampuan menyimak maupun
berbicar kita akan berubah karena adanya stimulus berupa bahan atau materi
simakan yang dapat menciptakan berbagai macam tanggapan atau respon,
semakin itu dibiaskan maka akan berpengaruh pada cara berpikir kita yang lebih
kritis dan cara bicara kita yang lebih efektif.
Selanjutnya yaitu, menerapkan teori nativsme. Kita tahu sendiri bahwa
setiap manusia pasti memiliki bakat dan keahlian dibidangnya masing-masing,
sehingga bakat tersendiri tersebut dapat dikembangkan lebih baik lagi. Dan yang
terakhir adalah teori konstruktivisme yang merujuk pada pembentukan
pengetahuan akibat belajar, jika kita sadari, bahwasannya dengan seringnya kita
menyimak dan membaca dengan penuh pemahaman maka secara tidak langsung
otak kita telah dibentuk dengan pengetahun, akibatnya adalah kita dapat
memahami bahan simakan dengan baik, mampu berpikir kritis, meningkatkan
keterampilan, dan mampu menciptakan suatu karya.
Jadi, dengan memiliki kemampuan berpikir kritis, kemampuan berbicara
interpersonal yang baik, meningkatkan keterampilan yang dimiliki, meningkatkan
bakat dan keahlian dibidangnya masing-masing, serta mampu menciptakan suatu
karya, maka itulah implementasi dari suatu kurikulum. Suatu implementasi
kurikulum dapat dikatakan berhasil jika dapat melahirkan generasi-generasi yang
memiliki kemampuan seperti diatas.

Anda mungkin juga menyukai