Anda di halaman 1dari 2

persyaratan melakukan ijtihad

Para ulama berbeda berpendapat dalam menentukan kriteria siapa saja yang boleh
melakukan ijtihad. Sebenarnya semua orang boleh saja melakukan ijtihad jika orang tersebut
memenuhi persyaratannya. Berikut adalah persyaratan khusus bagi seseorang yang melakukan
ijtihad :

1. Menguasai “ilmu alat" berarti seseorang yang melakukan ijtihad harus mampu
menguasai bahasa Arab beserta ilmu-ilmunya, dikarenakan sumber pokok hukum islam
adalah Al-Qur’an dan sunah yang menggunakan bahasa Arab.
2. Menguasai Al-Qur’an yang merupakan sumber pokok hukum islam. Seorang mujtahid
menguasai ilmu-ilmu yang ada dalam Al-Qur’an termasuk ilmu asbabun nuzul yaitu
latar belakang diturunkannya ayat-ayat Al-Qur’an.
3. Menguasai sunah atau hadis Nabi sebagai sumber hukum islam kedua.
4. Mengetahui Ijmak ulama, melalui ini seorang mujtahid akan mengetahui peristiwa
hukum apa saja yang ketentuan hukumnya telah diijmakkan ulama sehingga orang
tersebut tidak bisa memutuskan hukum yang telah ditentukan.
5. Mengetahui qias, jumhur ulama menyepakati qias digunakan sebagai salah satu cara
menemukan hukum.
6. Mengetahui maqashid al-syari’ah yaitu maksud-maksud ditetapkannya hukum.
7. Mengetahui ushul fikih, seorang mujtahid akan kesulitan dalam melakukan ijtihad jika
tidak mengetahui dengan baik ilmu ushul fikih. Karena ilmu ushul fikih ini mempelajari
hal-hal apa saja yang diperlukan dalam melakukan ijtihad.
8. Mengetahui ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) (Marzuki, 2012).

Lapangan ijtihad

Lapangan ijtihad adalah masalah-masalah yang ketentuan hukumnya tidak dijelaskan


dalam Al-Qur’an dan sunah. Masalah-masalah yang dapat diijtihadkan adalah sebagai berikut :

1. Masalah yang ditunjukkan oleh nash yang zhanniy (tidak pasti) baik dari segi
keberadannya (wurud) maupun dari segi penunjuk terhadap hukum (dalalah).
2. Masalah-masalah baru yang belum ditegaskan hukumnya dalam nash.
3. Masalah-masalah baru belum diijmakkan. Masalah baru yang sudah diijmakkan tidak
boleh dijadikan sebagai sasaran ijtihad karena keputusan ijmak tidak bisa dibatalkan.
4. Masalah-masalah yang diketahui illat hukumnya, karena masalah yang tidak diketahui
illat hukumnya tidak boleh dijadikan sasaran ijtihad seperti ketentuan dalam beribadah
(Marzuki, 2012).

Anda mungkin juga menyukai