Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kereta Api merupakan salah satu transportasi publik di Indonesia yang banyak
diminati dan digunakan oleh masyarakat Indonesia pada saat hari raya lebaran,
tahun baru, liburan sekolah maupun hari-hari biasa. Untuk dapat meningkatkan
pelayanan dan kenyamanan penggunaan kereta api perlu dilakukan perubahan
berbagai aspek salah satunya adalah faktor keselamatan. Faktor keselamatan
tersebut adalah kondisi masinis saat bekerja harus memiliki kesiapan fisik, mental
dan kecakapan profesi. Karena masinis yang bertugas memiliki resiko kelelahan
sehingga dapat menurunkan tingkat kosentrasi dan dapat mengakibatkan kelelahan
pada saat bekerja serta mengganggu kesehatan masinis dalam jangka waktu yang
lama. Faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan masinis salah satu diantaranya
berasal dari getaran (vibrasi) mesin kereta KRD/lokomotif. Efek getaran yang
diterima oleh masinis disebabkan oleh getaran yang terjadi pada saat mesin atau
peralatan dijalankan dengan motor akan memiliki pengaruh yang bersifat mekanis.

Masinis yang bertugas akan menerima getaran (vibrasi) mesin kereta


KRD/lokomotif baik pada saat duduk maupun pada saat posisi berdiri sehingga
dapat menyebabkan kelelahan, ketidaknyamanan serta dapat mempengaruhi kinerja
masinis. Jenis getaran yang dialami masinis merupakan jenis getaran whole body
vibration. Selain dapat menyebabkan kelelahan, masinis yang setiap hari selama
bertugas menerima geteran whole body vibration dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan gangguan kesehatan struktur tulang belakang yang terhubung
sistem syaraf. Untuk mengetahui pengaruh getaran mesin kereta api lokomotif dan
KRD yang diterima oleh masinis terhadap kelelahan perlu dilakukan penelitian dan
hasil dari penelitian tersebut disesuaikan dengan standard nilai baku whole-body
vibration yang terdapat dalam European Directive tahun 2002 mengenai nilai
ambang tingkat getaran yang diizinkan terpapar pada pekerja.

Masinis yang dalam menjalankan tugasnya memiliki tanggung jawab atas


keamanan, dan ketepatan waktu, membutuhkan tingkat tinggi konsentrasi dan

1
kewaspadaan ketika ada sinyal, informasi dan juga trek. Jam kerja masinis yang
tidak teratur dapat menambah beban kerja masinis. Beban kerja masinis dapat juga
dipengaruhi oleh lingkungan kerja fisik seperti kebisingan, getaran atau iklim kabin
nyaman (Kecklund, 1999).

Mengemudi kereta merupakan tugas yang komplek yang mempengaruhi berbagai


aspek fungsi neurokognitif seperti kosentarasi pada setiap rambu-rambu sinyal
kereta dan beban kerja. Masinis kereta yang dalam menjalankan tugasnya sering
mengalami berkurangnya waktu dan dan kualitas tidur dapat mengakibatkan
kelelahan. Berdasarkan hasil investigasi, keadaan masinis dalam kondisi
mengantuk dan lelah pada saat melakukan tugas dapat menyebabkan kecelakaan
(Dorrian 2006).

Berdasarkan data Federal Failroad Administration Pemerintah Prancis (FFA,2013)


dari total 1427 kecelakaan kereta api disebabkan oleh 37,63% oleh faktor pekerja
(human factor), 11,77% kerusakan peralatan (equipment defect), 16,61% penyebab
lainnya (miscellaneous causes), 31,11% kerusakan rel (track defect) dan 2.87%
kegagalan sinyal (signal defect).

Hasil analisis kajian taksonomi kecelakaan kereta api di Indonesia dengan


menggunakan human factor analysis and classification system (HFACS) dan
menggunakan data 35 laporan investigasi kecelakaan dari Komisi Nasional
Keselamatan Transportasi (KNKT) penyebab terjadinya kecelakaan masuk
kedalam kategori reconditions for unsafe acts (44%), organizational factors
(27%), supervisory factors (18%), operator acts (10%), dan outside factors (1%).
Dari hasil analisis seluruh kejadian kecelakaan, sebagian besar faktor penyebab
kecelakaan masuk dalam level precondition for operator acts. Dari level ini, faktor
teknologi mendominasi seperti kerusakan pada sarana dan prasarana. Faktor lain
yang juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan terutama tumbukan antar Kereta
Api (KA) yaitu kelelahan yang dialami oleh masinis, baik kelelahan mental ataupun
kelelahan fisik (Iridiastadi, 2012).

Menurut Thomas (2010) kondisi lintasan rel yang rusak, mesin atau roda yang rusak
dan kesalahan pekerja dapat juga menyebabkan kecelakaan kerata api. Namun 75
% dari penyebab kecelakaan kereta tersebut disebabkan oleh kelelahan pekerja.

2
Terdapat hubungan antara kecelakaan kereta api dan kelelahan masinis seperti
waktu bekerja, siklus kerja-tidur dan shift kerja

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh faktor lingkungan fisik kabin masinis pada lokomotif dan
kereta diesel 2 terhadap tingkat kelelahan masinis yang bekerja didalam kereta.
2. Mengetahui hubungan variabel-variabel individu masinis terhadap pengaruh
kelelahan masinis.

1.3 Rumusan Masalah


Pada saat mesin atau peralatan dijalankan dengan motor akan menyebabkan getaran
sehingga memiliki pengaruh yang bersifat mekanis. Pekerja yang bekerja dengan
menggunakan mesin akan mendapatkan efek getaran dari mesin tersebut. Efek
getaran yang diterima pekerja akan mengakibatkan meningkatkan kelelahan pada
pekerja, peredaran darah, gangguan saraf, menurunkan ketajaman penglihatan, kelainan
pada otot, dan tulang, mempengaruhi.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian Analisis Pengaruh Getaran Mesin Kereta Api Terhadap
Kelelahan Masinis dilaksanakan dengan lingkup studi di kereta lokomotif dan
kereta rel diesel. Pengambilan data getaran mesin kereta api dan kelelahan masinis
yang akan dilakukan pada :
a. Kereta Lokomotif dilakukan di PT.KAI DAOP II Bandung dengan rute
kereta Bandung-Jakarta
b. Kereta Rel Diesel dilakukan di PT.KAI DAOP II Bandung dengan rute
kereta Bandung-Cicalengka

3
1.5 Hipotesis

Penelitian ini dilakukan dengan hipotesis

1. Efek vibrasi mesin kereta yang diterima masinis dipengaruhi oleh jenis kereta

2. Tingkat kelelahan masinis disebabkan oleh faktor lingkungan fisik (vibrasi, suhu
dan intensitas bising) kabin masinis

3. Tingkat kelelahan masinis dipengaruhi profil (masa kerja, umur, berat badan)
dari masing-masing masinis.

Pengukuran kelelahan pada masinis akan dilakukan sebelum masinis terpapar


getaran mesin dan sesudah terpapar getaran mesin. Sebagai pembanding dilakukan
pengukuran kelelahan pada karyawan dengan paparan getaran yang relatif lebih
kecil durasinya yaitu pada masinis langsir.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Laporan Tesis ini terdiri dari 5 bab, dan masing – masing bab adalah sebagai
berikut

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penulisan tesis, perumusan


masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai teori – teori dari berbagai literature yang
mendasari dilakukannya penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini menjelaskan mengenai pelaksanaan pendekatan variabel penelitian,
wilayah penelitian, penyusunan instrumen penelitian, pelaksanaan survey,
serta cara pengolahan dan analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh serta analisis data dan
pembahasannya berdasarkan teori dan literature.

4
BAB V KESIMPULAN

Bab ini menjelaskan mengenai analisis data dan pembahasan pada Bab
sebelumnya serta saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya di masa
yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai