Anda di halaman 1dari 27

K3 PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

DOSEN
Ir. Pungky Dharma Saputra, S.T., M.Si (Han)., M.T., CST., IPM

DISUSUN OLEH
Naufaldy Febryant Hilmansyah (320210404016)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK MILITER
UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pemberi Kasih,
Penabur Ilmu, dan Pelimpah Karunia kepada hamba-Nya karena atas izin-Nya
penulis dapat Menyusun makalah yang berisikan materi “K3 Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal” ini. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
bimbingan, dan semangat kepada penulis sehingga tugas ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
(1) Bapak Ir. Pungky Dharma Saputra, S.T., M.Si (Han), M.T., CST, IPM dan
Bapak Muhammad Hamzah Fansuri, S.T., M.S. selaku dosen Mata Kuliah
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang telah memberi materi dan
pengetahuan dalam menyusun makalah ini.
(2) Keluarga penulis yang tak henti-henti memberi dukungan moral.
(3) Rekan-rekan penulis yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Tentunya, penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dengan rendah hati, penulis sangat terbuka terhadap saran, masukan, serta
kritikan dari pembaca. Akhir kata, penulis juga ingin berterimakasih atas kesediaan
pembaca untuk membaca makalah ini. Besar harapan penulis agar para pembaca
dapat mengambil sedikit ilmu yang bermanfaat dari makalah ini.

Bogor, 29 November 2022

Naufaldy Febryant Hilmansyah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2
BAB I ....................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II ...................................................................................................................... 6
2.1 Definisi K3 Mekanikal dan Elektrikal .................................................................. 6
2.2 Manajemen Pelaksanaan K3 Mekanikal dan Elektrikal di Proyek ......................7
2.3 Tujuan Pelaksanaan K3 Mekanikal dan Elektrikal ............................................. 8
2.4 Sistem Mekanikal dan Elektrikal Suatu Gedung ................................................ 9
2.4.1 Sistem Mekanikal ............................................................................................ 9
2.4.2 Sistem Elektrikal ............................................................................................10
2.5 Bahan-bahan yang Digunakan pada Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal .......12
2.5.1 Kabel Listrik .................................................................................................. 12
2.5.2 MCB .............................................................................................................. 15
2.5.3 Pipa ...............................................................................................................16
2.5.4 T-Dos/Kotak sambung .................................................................................. 18
2.5.5 Las Dop .........................................................................................................18
2.5.6 Saklar ............................................................................................................19
2.5.6 Stop Kontak .................................................................................................. 20
2.6 Pelaksanaan K3 Mekanikal dan Elektrikal ....................................................... 21
2.7 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan ....................................... 22
BAB III ................................................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 24
3.2 Saran ............................................................................................................... 24

2
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

K3 Mekanikal dan Elektrikal merupakan pemahaman tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam penerapannya pada Mekanikal dan
Elektrikal. K3 Mekanikal ditujukan bagi para pekerja yang bekerja pada pekerjaan
lift, pengolahan limbah, dan sanitasi. K3 Elektrikal ditujukan bagi para teknisi
listrik yang terlibat dalam perencanaan, instalasi, dan pemeliharaan bidang
kelistrikan dengan pengalaman di bidang kelistrikan lebih dari 2 tahun. Selain itu,
K3 Mekanikal dan Elektrikal juga di peruntukkan bagi peserta magang.
K3 Mekanikal dan Elektrikal di industri konstruksi berperanan penting
dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja, terutama pada saat ereksi
(pemasangan), operasi, pemeliharaan, dan pembongkaran. Pihak manajemen
industri bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanannya. Tujuan dari
K3 mekanikal dan elektrikal adalah untuk mengurangi resiko kerja, penyakit yang
timbul dari pekerjaan dan penanganannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan K3 mekanikal dan elektrikal?


2. Bagaimana manajemen pelaksanaan K3 mekanikal dan elektrikal pada proyek?
3. Untuk apa pelaksanaan K3 mekanikal dan elektrikal ditujukan?
4. Bagaimana sistem mekanikal dan elektrikal suatu gedung?
5. Apa saja bahan-bahan yang digunakan pada pekerjaan mekanikal dan
elektrikal?
6. Bagaimana pelaksanaan K3 mekanikal dan elektrikal?
7. Bagaimana tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan?

4
1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian K3 mekanikal dan elektrikal.


2. Memahami manajemen pelaksanaan K3 mekanikal dan elektrikal pada proyek.
3. Mengetahui tujuan pelaksanaan K3 mekanikal dan elektrikal.
4. Memahami sistem mekanikal dan elektrikal suatu gedung.
5. Mengetahui bahan-bahan yang digunakan pada pekerjaan mekanikal dan
elektrikal.
6. Memahami pelaksanaan K3 mekanikal dan elektrikal.
7. Memahami tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi K3 Mekanikal dan Elektrikal

K3 Mekanikal dan Elektrikal merupakan pemahaman serta penerapan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pekerjaan instalasi komponen jaringan
dan peralatan sistem utilitas konstruksi, di antaranya yaitu instalasi perpipaan
penyediaan air bersih dan pembuangan air kotor, pengolahan limbah dan
sanitasi, instalasi listrik, instalasi sistem pengkondisian udara, dan instalasi lift.
Mekanikal dan Elektrikal memiliki cakupan pekerjaan listrik dan mekanik,
seperti instalasi listrik, instalasi fire alarm/fighting, sound system, AC, lift, genset,
eskalator, pompa, pemipaan dan design. Bangunan suatu gedung terdiri dari tiga
komponen penting, yaitu struktur, arsitektur dan ME (Mekanikal & Elektrikal).
Ketiganya satu sama lain saling terkait. Jika struktur mengedepankan kekuatan,
arsitek lebih mengedepankan keindahan, maka ME (mekanikal & Elektrikal) lebih
mengedepankan pada fungsi. Sekuat apapun bangunan dan seindah apapun
bangunan, jika tidak ditunjang dengan sistem ME (mekanikal & elektrikal) maka
bangunan tersebut tidak ada fungsinya.
Mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat, dan bahan-bahan teknis baru
banyak diolah dan dipergunakan, sedangkan mekanisasi dan elektrifikasi sedang
diperluas dimana-mana. Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi,
dan modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung juga meningkatkan
intensitas kerja operasional dan tempo kerja para pekerja. Hal-hal ini memerlukan
pengerahan tenaga secara intensif dari para pekerja. Kelelahan, kurang perhatian
akan hal-hal lain, serta kehilangan keseimbangan merupakan akibat buruk dan
menjadi sebab terjadinya kecelakaan. Bahan-bahan yang mengandung racun,
mesin-mesin, alat-alat, dan pesawat-pesawat yang kurang memadai serta
cara-cara kerja yang buruk, kekurangan keterampilan dan latihan kerja, dan tidak

6
adanya pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, merupakan
sumber-sumber bahaya dan penyakit-penyakit akibat kerja. Maka dari itu, perlu
adanya pengetahuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang maju dan tepat.
Selanjutnya, dengan peraturan yang maju akan tercapai keamanan yang baik dan
realistis yang merupakan faktor penting dalam memberikan rasa tenteram.
Kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga kerja yang bersangkutan dapat
meningkatkan mutu pekerjaan, produksi, dan produktivitas kerja.

2.2 Manajemen Pelaksanaan K3 Mekanikal dan Elektrikal di Proyek

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya


disebut Sistem Manajemen K3 merupakan bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien,
dan produktif. Tujuan serta sasaran dari Sistem Manajemen K3 adalah
menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif.
Proyek merupakan sekumpulan aktifitas yang saling berhubungan dari
awal hingga akhir untuk suatu hasil tertentu. Proyek merupakan aktivitas
sementara dari personil, material ataupun sarana untuk mewujudkan
sasaran-sasaran dalam kurun waktu tertentu yang kemudian akan berakhir.
Seluruh kegiatan yang mendukung pelaksanaan proyek memerlukan suatu
manajemen yang biasanya disebut dengan Manajemen Proyek. Manajemen
proyek merupakan suatu usaha untuk mengelola dan mengorganisasikan beragam
sumber daya selama masa pelaksanaan proyek, dengan tujuan untuk

7
mewujudkan sasaran proyek yang meliputi kualitas, waktu, dan biaya sesuai
yang telah ditentukan dalam perencanaan.
Pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan meliputi kegiatan K3 di lapangan
berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja sama dengan instansi yang terkait
K3, yaitu depnaker, polisi, dan rumah sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
a. Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang
melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3
dan yang memiliki resiko kecelakaan.
b. Safety supervisor, yaitu petugas yang ditunjuk oleh manajer proyek untuk
mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3.
c. Safety meeting, yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan safety
patrol maupun safety supervisor.
Pelaporan dan penanganan kecelakaan, terdiri dari:
a. Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan
b. Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat
c. Pelaporan dan penanganan kecelakaan dengan korban meninggal
d. Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan berat

2.3 Tujuan Pelaksanaan K3 Mekanikal dan Elektrikal

Tujuan dari pelaksanaan K3 Mekanikal adalah sebagai berikut:


a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik secara
fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga
kerja.
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja.
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani), dan kemampuan fisik
tenaga kerja.
d. Memberikan pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
menderita sakit.

8
2.4 Sistem Mekanikal dan Elektrikal Suatu Gedung

Sistem Mekanikal dan Elektrikal (ME) suatu bangunan/gedung sangat


tergantung oleh maksud suatu gedung itu dibangun. ME suatu gedung perkantoran
mempunyai perbedaan dengan gedung rumah sakit, atau bandara, pembangkit
listrik atau pabik. Namun, secara prinsip ME memiliki berbagai persamaan sebagai
berikut.

2.4.1 Sistem Mekanikal

a. Sistem Plumbing
Sistem plumbing merupakan suatu pekerjaan meliputi sistem pembuangan
limbah air buangan (air kotor dan air bekas), sistem venting, air hujan, dan sistem
penyediaan air bersih. Terdapat tiga sistem/saluran yang dikenal sebagai sistem
plumbing, yakni sistem/ saluran air bersih (saluran penampungan air dan saluran
pemadam kebakaran), sistem/ saluran air kotor (saluran pembuang air hujan dan
saluran kotor wc ke septictank), dan sistem/ saluran udara atau gas.

b. Sistem Fire Fighting (Sistem Pemadam Kebakaran)


Sistem fire fighting atau sistem pemadam kebakaran disediakan di gedung
sebagai tindakan preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri
dari sistem sprinkler, sistem hydrant, dan fire extinguisher. Pada tempat-tempat
tertentu juga digunakan sistem fire gas.

c. Sistem Tata Udara (AC/Air Conditioning)


Secara umum, sistem tata udara berfungsi untuk mempertahankan kondisi
udara ruangan baik suhu maupun kelembaban agar udara terasa lebih nyaman.
Kenyamanan dalam suatu ruangan di perkantoran/fungsi gedung lainnya
merupakan kebutuhan psikologis yang mulai banyak diperhatikan pada zaman
modern ini.

9
d. Sistem Transportasi Vertikal (lift)
Sudah menjadi suatu kebutuhan pada bangunan-bangunan tingkat tinggi
diperlukan suatu alat transportasi vertikal, untuk memudahkan transportasi
pengguna serta efisiensi dari bangunan itu sendiri. Sistem transportasi vertikal di
dalam bangunan gedung merupakan suatu sistem peralatan yang digunakan untuk
memindahkan orang/barang dari lantai bawah ke atas atau sebaliknya, yang
disebut dengan lift atau elevator. Lift menurut fungsinya dapat dibagi menjadi
empat, yaitu lift penumpang (passanger elevator), lift barang (fright elevator), lift
uang/makanan (dumb waiters), dan lift pemadam kebakaran (biasanya berfungsi
sekaligus sebagai lift barang).
Untuk menentukan kriteria perancangan lift penumpang, perlu diperhatikan
tipe dan fungsi dari bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai, dan intervalnya.
Sistem penggerak dalam elevator dibedakan dalam sistem gearless yaitu mesin
yang berada di atas dan sistem hydrolic yaitu mesin di bawah yang hanya terbatas
pada 3-4 lantai.

2.4.2 Sistem Elektrikal

a. Sistem Elektrikal/Arus Kuat


Sistem elektrikal merupakan suatu rangkaian peralatan penyediaan daya
listrik untuk memenuhi kebutuhan daya listrik tegangan rendah. Dalam rangkaian
peralatan yang disediakan meliputi sarana penyesuaian tegangan listrik
(trafo/transformator), sarana penyaluran utama (cable feeder) dan panel hubung
utama atau LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel) dan panel distribusi
utama di tiap gedung (SDP/Sub Distribution Panel) dan terakhir panel-panel di tiap
lantai (PP-LP untuk penerangan, Panel Stop Kontak, Panel Stop Kontak UPS,
Panel UPS OK dan PVAC untuk power AC).

10
b. Sistem Penangkal Petir
Secara umum, sistem ini berfungsi untuk memproteksi gedung dan
sekitarnya dari petir. Pekerjaan penangkal petir menyangkut meliputi pemasangan
dan penyediaan instalasi penangkal petir, grounding, dan pembuatan bak kontrol.

c. Sistem Telepon
Sistem telepon berfungsi sebagai alat komunikasi antar instansi dalam
gedung. Sistem ini menggunakan PABX yang berfungsi sebagai sentral
komunikasi telepon di dalam gedung (pelanggan) yang terhubung dengan telkom.

d. Sistem Tata Suara (Sound System)


Sistem tata suara berfungsi sebagai public adress, paging, dan
pengumuman. Sistem ini terdiri dari peralatan untuk memenuhi background music
dan pengumuman darurat.

e. Sistem Fire Protection (Fire Alarm)


Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem
pengindra api) adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi
adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberi peringatan (warning) dalam
sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan
sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem fire fighting).

f. Sistem Data/Jaringan Komputer


Berfungsi sebagai jaringan komputer terintegrasi dalam gedung. Sistem
kabel data atau disebut juga Local Area Network (LAN) merupakan jaringan
komputer yang menghubungkan komputer pc dari workstation untuk memakai
bersama sumberdaya (resource, misalnya printer, internet, dan lain-lain) dan saling
bertukar informasi.

11
g. Sistem MATV (Master Television)
Kebutuhan pengelolaan televisi dalam suatu bangunan menjadi kebutuhan
di perkantoran. Sistem ini dinamakan dengan sistem Master Antena TV (MATV).
Sistem MATV terdiri dari beberapa perangkat penerima (receiver), mixer, dan
penguat sinyal.

h. Sistem CCTV (Close Circuit Television)


Sistem CCTV merupakan bagian dari upaya untuk mempermudah
pekerjaan sekuriti sistem, yang terintegrasi untuk memberikan kemudahan dalam
proses pengontrolan dan pemantauan lebih akurat dan otomatis. Sekuriti sistem
biasanya meliputi pekerjaan untuk mengawasi keluar masuk orang ke gedung,
mengawasi keluar masuk kendaraan dan mengawasi lokasi parkir kendaraan dan
mengamati ruangan-ruangan yang dianggap penting.

2.5 Bahan-bahan yang Digunakan pada Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

2.5.1 Kabel Listrik

Kabel listrik atau kabel penghantar merupakan komponen listrik yang


berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke sumber-sumber beban listrik. Kabel
yang biasa digunakan pada instalasi penerangan biasanya terdapat beberapa jenis
yaitu:
a. Kabel NYA
Kabel NYA digunakan untuk instalasi rumah dan sistem tenaga. Dalam
instalasi rumah digunakan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2. Kabel ini berinti tunggal,
berlapis bahan isolasi PVC, dan sering diaplikasikan untuk instalasi kabel udara.
Kode warna isolasinya berwarna merah, kuning, biru dan hitam. Kabel tipe ini
umum dipergunakan di perumahan karena harganya yang relatif murah. Lapisan
isolasinya hanya satu lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air, dan mudah
digigit tikus. Selain itu, kabel NYA juga tidak boleh dipasang di dalam tanah atau
air.

12
Agar aman dalam menggunakan kabel tipe ini, kabel harus dipasang di
dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi
sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak langsung
tersentuh oleh orang. Kabel NYA memiliki arti yakni N: Kabel jenis standar terbuat
dari tembaga; Y: Berisolasi PVC; dan A: Tunggal.

Gambar 2.1 Kabel NYA


Sumber: pusatantipetir.com

b. Kabel NYM
Kabel NYM merupakan kabel listrik yang berisolasi PVC yang berisi lebih
dari satu kabel NYA. Kabel NYM biasanya terdiri dari 2, 3, atau 4 kabel jenis NYA.
Jenis kabel ini memiliki warna isolasi merah, hitam, kuning, dan biru. Kabel NYM
dapat ditempel pada dinding karena kabel NYM relatif lebih kuat terhadap gesekan.
Kabel NYM juga tidak boleh dipasang di dalam tanah atau air. Kabel NYM memiliki
arti yakni N: Kabel jenis standar terbuat dari tembaga; Y: Berisolasi PVC; dan M:
Berselubung PVC.

13
Gambar 2.2 Kabel NYM

Sumber: pratamametalindo.com

c. Kabel NYY
Kabel NYY merupakan kabel listrik yang berisolasi PVC, berisi lebih dari
satu kabel, warna dari isolasi luar kabel ini adalah hitam. Kabel listrik jenis NYY
adalah kabel yang boleh di tanam. Kabel NYY memiliki arti yakni N: Kabel jenis
standar terbuat dari tembaga; Y: Berisolasi PVC; dan Y: Berselubung PVC namun
lebih bagus dari NYM.

Gambar 2.3 Kabel NYY

Sumber: globalelektrindo.com

14
2.5.2 MCB

MCB merupakan singkatan dari Miniature Circuit Breaker, Fungsi MCB


pada instalasi penerangan adalah sebagai sistem proteksi atau pengaman dalam
instalasi listrik. MCB memiliki fingsi utama yaitu:
a. Sebagai pemutus arus listrik yang mengarah ke beban.
b. Sebagai proteksi bahan lebih apabila MCB mendeteksi adanya arus listrik
yang melebihi batas.
c. Sebagai proteksi hubung singkat apabila terjadi konsleting atau hubung
singkat arus listrik.

Gambar 2.4 MCB (Miniature Circuit Breaker)

Sumber: fit.labs.telkomuniversity.ac.id

15
2.5.3 Pipa

Gambar 2.5 Ilustrasi macam-macam pipa

Sumber: alkonusa.com

Pipa memiliki fungsi untuk melindungi pemasangan kawat penghantar.


Dengan pemasangan pipa akan diperoleh bentuk instalasi yang baik dan rapi.
Macam-macam pipa instalasi yang digunakan dalam instalasi listrik antara lain:
a. Pipa besi/baja (union)
Pipa union merupakan pipa yang terbuat dari plat besi dan dibuat oleh
pabrik tanpa menggunakan las dan diberi cat meni berwarna merah. Pipa jenis ini
dalam pengerjaannya mudah karena dapat dengan mudah dibengkokkan dalam
keadaan dingin. Selain itu, pipa union juga mudah dipotong dengan menggunakan
gergaji besi. Pipa jenis ini mudah didapat di pasaran dengan harga yang relatif
murah. Dalam instalasi listrik, pada pemasangan pipa union, jika masih dalam
jarak jangkauan tangan harus dihubungkan dengan bumi, kecuali apabila
digunakan untuk menyelubungi kawat pembumian (arde). Pemasangan pipa union
umumnya dipasangkan pada tempat yang kering dengan maksud menghindari
terjadinya korosi atau karat.

16
b. Pipa PVC (plastik)
Selain pipa union yang terbuat dari besi, juga banyak digunakan pipa
pelindung yang terbuat dari pipa bahan PVC atau paralon. Keuntungan
penggunaan pipa PVC ini apabila dibandingkan dengan pipa union antara lain
adalah pipa PVC lebih ringan, mudah pengerjaannya, mudah dibengkokkan, dan
yang lebih penting adalah pipa PVC sendiri merupakan bahan isolasi sehingga
dalam pemasangannya tidak akan mengakibatkan terjadinya hubungan pendek
antara penghantar dengan pipa. Penggunaan pipa PVC sangat cocok untuk
daerah lembab sebab tidak akan menimbulkan korosi. Namun demikian, pipa PVC
memiliki kelemahan yaitu tidak tahan digunakan pada suhu kerja di atas 600°C.
c. Pipa spiral (fleksibel)
Pada instalasi listrik, adakalanya dipasang pipa yang disebut dengan pipa
fleksibel. Pipa ini terbuat dari logam yang mudah diatur dan lentur. Sebagai contoh,
misalnya digunakan sebagai pelindung kabel yang berasal dari dak standar
menuju ke meter pembatas listrik atau juga dipakai sebagai pelindung pada
penghantar instalasi tenaga seperti mesin bubut, pres, dan mesin skraf serta di
kapal laut, dan sebagainya.
d. Pipa-galvanis
Di dalam instalasi listrik pipa galvanis banyak digunakan pada dak standar,
tiang lampu taman. Pipa galvanis ini biasanya juga disebut dengan pipa ledeng.

Maksud dan tujuan dari pemasangan pipa pada instalasi listrik antara lain:
a. Untuk memberikan perlindungan pada penghantar terhadap gangguan
mekanis yang mungkin terjadi pada penghantar.
b. Sebagai tempat untuk meletakkan/menyalurkan kabel penghantar di dalamnya.
c. Untuk mempermudah pembongkaran dan pemasangan kembali penghantar-
penghantar pada waktu perbaikan/penggantian penghantar yang rusak.

17
2.5.4 T-Dos/Kotak sambung

Kotak sambung pada instalasi penerangan berguna sebagai tempat


penyambung/pemeriksa kabel instalasi untuk alat hubung pemakai/bebas dari
penarikan penarikan kabel ke instalasi selanjutnya serta sebagai tempat
pemeriksaan kabel instalasi.

Gambar 2.6 T-Dos

Sumber: sinarlistrik.com

2.5.5 Las Dop

Lasdop merupakan komponen yang berfungsi untuk menutup dan


melindungi sambungan kabel listrik pada sistem instlasi penerangan sehingga
aman dari sentuhan luar. Sebelum disambung dan ditutup dengan lasdop,
sambungan terlebih dahulu dibungkus dengan isolasi.

18
Gambar 2.7 Las Dop

Sumber: inscom.id

2.5.6 Saklar

Gambar 2.8 Saklar

Sumber: fullmoonid.com

Saklar merupakan komponen instalasi listrik yang berfungsi untuk


menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari sumber ke pemakai (beban).
Jenis – jenis saklar yang sering digunakan pada rumah tinggal antara lain:
a. Saklar tunggal
Saklar tunggal merupakan saklar yang berfungsi untuk menyalakan dan
memadamkan sebuah lampu atau sebuah rangkaian lampu yang terhubung

19
secara parelel, misalkan 2 sampai 3 lampu sekaligus yang terhuung secara paralel
yang dikendalikan oleh satu buah saklar.
b. Saklar seri
Saklar seri atau saklar double merupakan saklar yang berfungsi untuk
menyalakan dan mmadamkan dua lampu secara bersamaan atau bergantian.
Saklar seri ini biasanya digunakan pada ruangan yang menggunakan lebih dari
satu buah lampu, contohnya : ruang tamu, ruang keluarga, dan sebagainya.
c. Saklar tukar
Saklar tukar merupakan saklar yang berfungsi untuk menyalakan dan
memadamkan sebuah lampu dari dua tempat tempat yang berbeda. Contoh
penggunaannya adalah seperti pada lorong-lorong pada suatu ruangan, dan juga
penggunaan pada tangga untuk ruangan yang bertingkat.
d. Saklar silang
Saklar silang merupakan saklar yang berfungsi untuk menyalakan dan
memadamkan sebuah lampu dari tiga tempat. Untuk pemasangannya, saklar
silang dipasangkan di antara dua buah saklar tukar untuk pengoperasian dari tiga
tempat.

2.5.6 Stop Kontak

Stop kontak merupakan material instalasi listrik yang berfungsi sebagai


muara penghubung antara arus listrik dengan peralatan listrik. Stop kontak,
sebagian mengatakan outlet, merupakan komponen listrik yang berfungsi sebagai
muara hubungan antara alat listrik dengan aliran listrik. Agar alat listrik terhubung
dengan stop kontak, maka diperlukan kabel dan steker atau colokan yang nantinya
akan ditancapkan pada stop kontak.
Berdasarkan bentuk serta fungsinya, stop kontak dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:

20
a. Stop kontak kecil, merupakan stop kontak dengan dua lubang (kanal) yang
berfungsi untuk menyalurkan listrik pada daya rendah ke alat-alat listrik melalui
steker yang juga berjenis kecil.
b. Stop kontak besar, merupakan stop kontak dengan dua kanal AC yang
dilengkapi dengan lempeng logam pada sisi atas dan bawah kanal AC yang
berfungsi sebagai ground. Saklar jenis ini biasanya digunakan untuk daya
yang lebih besar.
Sedangkan, berdasarkan tempat pemasangannya dikenal dua jenis stop
kontak, yaitu:
a. Stop kontak in bow, merupakan stop kontak yang dipasang di dalam tembok.
b. Stop kontak out bow, yang dipasang di luar tembok atau hanya diletakkan di
permukaan tembok pada saat berfungsi sebagai stop kontak portable.

Gambar 2.9 Stop Kontak

Sumber: news.indotrading.com

2.6 Pelaksanaan K3 Mekanikal dan Elektrikal

Cara pencegahan kecelakaan K3 adalah dengan memberitahukan terlebih


dahulu berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan
serta cara penanggulangannya. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja salah satunya adalah alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang

21
bersangkutan. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaan adalah sebagai berikut:
a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja.
b. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.
c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
f. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
makanan di perusahaan.
g. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
h. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.

2.7 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan

Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak


diduga yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kejadian
berbahaya lainnya ialah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan, dan
bahaya pembuangan limbah.
Kewajiban melaporkan berlaku bagi pengurus atau pengusaha yang telah
dan yang belum mengikutsertakan pekerjaannya kedalam program jaminan sosial
tenaga kerja berdasarkan Undang-undang No. 3 Tahun 1992. Pengurus atau
pengusaha wajib melaporkan secara tertulis kecelakaan kepada Kepala Kantor
Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali
dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir
laporan kecelakaan sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran I. Penyampaian
laporan dapat dilakukan secara lisan sebelum dilaporkan secara tertulis.

22
Setelah menerima laporan, Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja
memerintahkan pegawai pengawas untuk melakukan pemeriksaan dan pengkajian
kecelakaan. Pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan harus dilaksanakan
terhadap setiap kecelakaan yang dilaporkan oleh pengurus atau pengusaha.
Pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan dilakukan sesuai peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

K3 Mekanikal dan Elektrikal dalam bangunan merupakan sistem-sistem


pendukung bangunan yang memerlukan sebuah sistem mekanis dan sistem yang
memerlukan tenaga listrik. Sistem-sistem pendukung tersebut diaplikasikan dalam
bangunan untuk tujuan menunjang kegiatan yang dilakukan dalam bangunan,
termasuk dalam hal kenyamanan dan keamanan bagi setiap aktivitas dan
pelakunya di dalam bangunan tersebut. Sebagai contoh kecil adalah aktivitas
istirahat, dalam istirahat pastinya kita membutuhkan ruangan yang nyaman, dan
aman untuk mendapatkan istirahat yang bermutu. Untuk membuat ruangan
tersebut aman dan nyaman, diperlukan penerapan ilmu mekanikal eletrikal yaitu
system pengkondisian tata udara, pergantian udara, system tata cahaya dan juga
sistem keamanan seperti fire fighting dan alarm.
K3 Mekanikal dan Elektrikal adalah tidak boleh terlepas dari pekerjaan
instalasi perpipaan penyediaan air bersih dan pembuangan air kotor, engolahan
limbah dan sanitasi, instalasi listrik, instalasi sistem pengkondisian udara, instalasi
lift dan sebagainya. Karena begitu pentingnya, maka pemerintah melalui Menteri
Tenaga kerja telah membuat peraturan dan keputusan mengenai hal tersebut.
Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi resiko akibat dari pekerjaan dan
lingkungan kerja.

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini, besar harapan penulis agar pembaca


memperoleh pemahaman tentang K3 Mekanikal dan Elektrikal. Seiring berjalannya
waktu, keamanan dan kenyaman dalam melakukan pekerjaan perlu semakin

24
ditingkatkan. Penulis memberi saran agar supaya para pengusaha dan tenaga
kerja yang bergerak di bidang mekanikal dan elektrikal semakin memperhatikan
pekerjaan dan untuk pekerja setidaknya harus memiliki pengalaman bahkan
sertifikasi untuk dipekerjakan pada bidang konstruksi.

25
DAFTAR PUSTAKA

BSN, 2000, SNI 04-0225-2000: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000), Jakarta.
Fawzi, D.I., 2015, Perancangan Sistem Mekanikal Elektrikal Plumbing (MEP) pada
Gedung Perawat Stikes, Skripsi, Teknik Elektro, Universitas
Muhammadiyah Surakarta 2015.
Guo, S. J., Tai, C. S., dan Chen, H. C., 2013, The Application of MEP Systems
Installation for Interface Integration in Building Construction, Journal Marine
Science Technology, Vol 21, pp. 15–23. doi:10.6119/JMST-011-0708-1.
Lukmantara, A., 2014, Sistem Elektrikal Gedung,
(http://aloekmantara.blogspot.co.id/2014/05/sistem-elektrikal-gedung).
Wang lie & Liete Vernanda. (2016). “Formalized knowledge representation for
spatial conflict coordination of mechanical, electrical and plumbing (MEP)
systems in new building projects”. journal homepage:
www.elsevier.com/locate/autcon.

26

Anda mungkin juga menyukai