Anda di halaman 1dari 57

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, dan karena karunia-Nya,
saya dapat menyelesaikan makalah “K3 PELAPISAN LOGAM” ini.

Saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah


membantu pembuatan laporan ini, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dan
semoga bisa menjadi sumber informasi pada praktek pelapisann logam maupun
pada industri pelapisan logam.

Walaupun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya
selaku mahasiswa berharap kepada Bapak Dosen untuk memberikan kritik dan
saran untuk penyempurnaan makalah “K3 PELAPISAN LOGAM” ini.

Sebagai penulis kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua. Atas perhatian dari semua pihak, kami ucapkan terima kasih.

Bandung, 5 November 2019

Dionisius Herdian Subianto

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ii

BAB 1 …………………………………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………. 4

1.3. Tujuan ………………………………………………………. 4

BAB 2 …………………………………………………………………….. 5

2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja …………. 5

2.2. . Dasar Pemberlakuan …………………………………….. 7

2.3. . Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ….. 9

2.4. . Penyebab Kecelakaan Kerja …………………………… 9

2.5. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja ……………………. 11

2.6. Pentingnya Keselamatan Kerja ………………………….. 13


2.7. Elektroplating ……………………………………………… 14
2.8. Larutan Elektrolit ……………………………………….. 16
2.9 Asam Hidroklorida ………………………………………… 17
2.10. Asam Sulfat ………………………………………………. 18

2.11. Klasifikasi Pelapisan Logam ……………………………… 18

2.12. Tujuan Pelapisan Logam …………………………………. 19

2.13. Kelebihan dan Kekurangan Proses Electroplating ……. 20

ii
BAB 3 ……………………………………………………………………. 21

3.1. Pengertian Pelapisan Logam ………………………………. 21

3.2. Proses Pelapisan Logam …………………………………… 22

3.3. Jenis-jenis Pelapisan Logam ………………………………. 23

3.4. Sumber Limbah …………………………………………….. 29

BAB 4 …………………………………………………………………….. 32

4.1. Alat Pelindung Diri …………………………………………. 32


4.2. Standart Operational Procedure ………………………….. 37

4.3. Penyakit Akibat Kerja …………………………………… 41

BAB 5 …………………………………………………………………… 50

5.1. Kesimpulan ………………………………………………… 50

5.2. Saran ……………………………………………………….. 51

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 52

iii
iv
v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Bagi seorang pekerja dan
perusahaan, keselamatan kerja menjadi hal utama.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 ini juga diatur dalam Undang-
undang Ketenagakerjaan. Perusahaan dan pekerja sama-sama harus
mengetahui tentang keselamatan kerja sesuai standar yang berlaku, salah
satunya dengan menggunakan Alat Pelindung Dri (APD) yang sesuai dengan
standarisasi.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap
faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak
menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan
banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa
sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik
di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan
pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja
perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan
keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan
keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan
pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja,
proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin.
Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan
didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka

1
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu
masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain
di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan,
baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan,
lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Banyak sekali barang-barang yang menggunakanan logam sebagai bahan
utama. Namun penggunaan logam menjadi kurang maksimal jika logam
tersebut mengalami korosi dan cepat aus baik dilihat dari segi kekuatan
fisik/mekanik dan dari segi keindahan. Dengan adanya hal tersebut maka
perlunya dilakukan pelapisan pada logam yaitu untuk meningkatkan sifat
teknis/mekanis dari suatu logam, yang kedua melindungi logam dari korosi,
dan ketiga memperindah tampilan (decorative). Ada beberapa macam cara
pelapisan logam, salah satunya adalah elektroplating. Elektroplating adalah
proses pelapisan logam dengan menggunakan bantuan arus listrik dan
senyawa tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke logam yang
dilapis. Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak, emas,
brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan dan kegunaan masing-masing material.
Perkembangan teknologi rekayasa pelapisan listrik telah banyak
memberikan konstribusi yang cukup signifikan terhadap laju pertumbuhan
industri kecil menengah dan pada saat ini proses electroplating yang dilakukan
oleh Industri electroplating dalam menghasilkan produknya adalah dengan
melapiskan logam krom pada bahan dasar/ baja carbon dengan system satu
lapis atau krom keras yaitu bahan dasar dibentuk kemudian dihaluskan
kemudian langsung diplating dengan krom (Raharjo. 2010). Penggunaan baja
pada masa sekarang ini mengalami kemajuan sangat pesat dan umumnya baja
banyak digunakan untuk alat-alat permesinan, konstruksi, pipa oli /gas,
cetakan kue (obat), peralatan kesehatan, tempat obat, poros-poros mesin
industri pangan, sifat mekanis pada permukaan baja tersebut dapat dinaikan.
Peningkatan sifat-sifat fisis dapat dilakukan dengan proses pelapisan
menggunakan metode electroplating.

2
Sekarang banyak orang mengira bahwa proses elektroplating hanya
berfungsi membuat benda-benda tampak lebih menarik. Pada kenyataannya,
peranan utama elektroplating adalah melindungi logam dari korosi.
Di samping itu, dapat menambah daya tahan gesekan dan menambah
kekerasan. Perkembangan teknologi rekayasa pelapisan listrik (electroplating)
telah banyak memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap laju
pertumbuhan industri kecil dan menengah termasuk bengkel fabrikasi, jasa
alat berat, dan modifikasi berbagai kendaraan. Elektroplating merupakan suatu
teknologi yang relatif mudah dikerjakan dengan menggunakan peralatan yang
sederhana dan membutuhkan pekerja yang relatif sedikit. Kemudahan-
kemudahan ini menarik parawirausahawan untuk bergerak dibidang ini. Pada
dasarnya elektroplating dilakukan dengan maksud memberian perlindungan
terhadap bahaya korosi, membentuk sifat keras permukaan, dan sifat teknis
atau mekanis tertentu, terhadap logam dasar.
Di dunia industri, bukan hanya kekuatan produk yang diinginkan pasar,
tetapi penampilan logam yang menarik akan sangat membantu terhadap
keberhasilan produk di pasaran. Dengan kata lain, suatu produk pelapisan
logam membutuhkan hasil dengan penampilan yang baik, misalnya dikaitkan
dengan penampilan produk yang bagus, mengkilat dan cemerlang. Proses
elektroplating adalah suatu proses pelapisan dimana terjadi pengendapan suatu
lapisan logam tipis pada permukaan yang dilapisi dengan menggunakan arus
listrik. Biasanya proses electroplating dilakukan dalam suatu bejana atau
cawan yang terdiri dari elektroda yang dihubungkan dengan arus listrik searah
(DC) dimana rangkaian ini disebut sel elektrolisa. Adapun logam yang
digunakan sebagai pelapis adalah nikel, kromium, mangan, arsen, platinum,
aurum, plumbun dan lain-lain.

3
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja bahaya yang ditimbulkan dalam proses kerja pelapisan logam?
2. Bagaimana dampak dari kecelakaan pada proses kerja pelapisan logam?
3. Apa saja langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari kecelakaan
pada proses kerja pelapisan logam?

1.3. Tujuan
1. Memeberikan informasi mengenai sumber bahaya pada proses pekerjaan
pelapisan logam
2. Mengetahui dampak dari proses pelapisan logam
3. Menjabarkan langkah preventive menghadapi sumber bahaya pada proses
kerja pelapisan logam

4
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan
karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait
dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran
listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,
penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan
dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam
lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan,
lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan
kerja antara lain:
a) Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.

b) Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian


usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi
para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.\

c) Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi


keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana

5
kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.

d) Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah


merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang
terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.

e) Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia


(2000), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
f) Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan
Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang
disediakan oleh perusahaan. Kesehatan pekerja bisa terganggu karena
penyakit, stres, maupun karena kecelakaan. Program kesehatan yang
baik akan menguntungkan para pekerja secara material, selain itu
mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman, sehingga
secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih
produktif.

Apa itu Safety ? Safety berasal dari bahasa Inggris yang artinya
keselamatan. Kata- kata safety sudah sangat popular dan dipahami oleh
hampir semua kalangan. Bahkan sebagian besar perusahaan lebih suka
menggunakan kata safety dari pada keselamatan. Safety dapat diartikan
sebagai suatu kondisi dimana seseorang terbebas dari kecelakaan atau bahaya
baik yang dapat menyebabkan kerugian secara material dan spiritual.

6
Penerapan safety pada umumnya berkaitan dengan pekerjaan sehingga safety
lebih cenderung diartikan keselamatan kerja.

2.2. Dasar Pemberlakuan


Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun
Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang
dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan
Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan
kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti
tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan
bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut
bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan
kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya
dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab
dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam
hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan
landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut
memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan
bagaimana K3 harus diterapkan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3
adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

7
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja

baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.


i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,


binatang, tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi
Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk memperoleh
perlindungan atas:
a) Keselamatan dan kesehatan kerja
b) Moral dan kesusilaan
c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.

8
Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk” melindungi
keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.” (ayat 2),
“Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.”
(ayat 3). Dalam Pasal 87 juga dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen.

2.3. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan
iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik
kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus
dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh
Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari
dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi
biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja.
Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan
dan perusahaan
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas
perusahaan
3. Menghemat biaya premi asuransi
4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab
sosial perusahaan kepada karyawannya

2.4. Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya

9
kecelakaan kerja, yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya
kurang diperhitungkan keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

2. Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja
yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3. Pengaturan Penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4. Pemakaian Peralatan Kerja


a) Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang
baik.

5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai


a) Stamina pegawai yang tidak stabil
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang
rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah,
motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang
cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas
kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya.

10
2.5. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja
Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan
kerja dan menghindari kecelakaan kerja antara lain:
a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)
Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari
dan menganalisa suatu jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan
tersebut ke dalam langkah langkah menghilangkan bahaya yang
mungkin terjadi.

Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa lagkah yang


perlu dilakukan:
1) Melibatkan Karyawan.
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job
hazard analysis. Mereka memiliki pemahaman yang unik atas
pekerjaannya, dan hal tersebut merupakan informasi yang tak ternilai
untuk menemukan suatu bahaya.

2) Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.

Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan


cedera yang pernah terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat
penting. Hal ini merupakan indikator utama dalam menganalisis
bahaya yang mungkin akan terjadi di lingkungan kerja

3) Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.


Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka
ketahui di lingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja
untuk menemukan ide atau gagasan yang bertujuan untuk
mengeliminasi atau mengontrol bahaya yang ada.

4) Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk

11
Pekerjaan Berbahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang
tidak dapat diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin
terjadi dan yang paling tinggi tingkat risikonya. Hal ini merupakan
prioritas utama dalam melakukan job hazard analysis.

5) Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.


Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkahlangkah
yang harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga
kecelakaan kerja dapat diminimalisir.
b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi
kemungkinan kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain)
yang berkaitan dengan program keselamatan dan penanganan hukum
c. Safety Engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan
menghilangkannya

d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara
manusia dengan pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus
dikerjakan, alat-alat dan perkakas yang digunakan, serta lingkungan
kerjanya.

Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
1. Job Rotation
2. Personal protective equipment
3. Penggunaan poster/propaganda
4. Perilaku yang berhati-hati

12
2.6. Pentingnya Keselamatan Kerja
Ada tiga alasan utama mengapa keselamatan kerja tersebut sangan
penting, yaitu :
1) Keselamatan kerja merupakan hak yang paling dasar bagi pekerja. Hak
mendapatkan perlindungan dan keamanan selama berkerja.
2) Keselamatan kerja tersebut merupakan Hak Asasi Pekerja maka perlu
dilindungi oleh Undang-Undang atau aturan-aturan hukum baik
ditingkat nasional maupun internasional.
3) Tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan, untuk
mendukung tujuan tersebut faktor keselaatan kerja menjadi penting
untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kerugian akibat
kecelakaan kerja.

Untuk memahami penyebab dan terjadinya sakit dan celaka, terlebih


dulu perlu dipahami potensi bahaya (hazard) yang ada, kemudian perlu
mengenali (indentify) potensi bahaya, keberadaannya, jenisnya, pola
interaksinya dan seterusnya. Setelah itu perlu dilakukan penilaian (asess,
evaluate) bagaimana bahaya tadi dapat menyebabkan resiko (risk) sakit
dan celaka dilanjutkan dengan menentukan berbagai cara (control,
manage) untuk mengendalikan atau mengatasinya. Dalam konteks
penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat di pengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya :

1. Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban,


laju rambat udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan
udara, dan lain-lain.
2. Faktor kimia, yaitu berupa gas, cairan, uap, debu, asap, dan lain-
lain

13
3. Faktor biologi, baik berupa mikroorganisme, hewan dan tumbuh-
tumbuhan
4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja
5. Faktor mental-fisiologis, yaitu susunan kerja, hubungan diantara
pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan
sebagainya.

2.7. Elektroplating
Elektroplating merupakan proses pelapisan bahan padat dengan
logam lainnya menggunakan bantuan arus listrik melalui suatu elektrolit
dengan tujuan memindahkan partikel logam pelapis ke material yang akan
dilapisi.

Gambar 2.1. Skema proses pelapisan logam (Pria Gautama, 2009: 1)


Prinsip kerja dasar pelapisan logam adalah penempatan ion-ion
logam pelapis diatas substrat yang akan dilapisi melalui metode
elektrolisis yakni dengan adanya arus searah maka senyawa kimia akan
terurai dalam larutan elektrolit. Ion-ion positif akan bergerak ke katoda
dan ion-ion negatif akan bergerak menuju anoda sehingga terjadi pelapisan

14
pada substrat atau benda yang akan dilapisi. Anoda merupakan elektroda
yang menghasilkan elektron sedangkan katoda adalah elektroda yang
menerima elektron yang merupakan tempat pengendapan pada saat
elektroplating. Sebagai anoda digunakan platina karena bersifat inert
sedangkan katodanya merupakan substrat yang dipakai untuk membuat
lapisan tipis, misalnya jika ingin melapisi bahan dengan Cr maka larutan
elektrolitnya asam kromat dan sebagai anodanya adalah Cr (Helmy Alian,
2010).
Reaksi yang terjadi pada katoda adalah sebagai berikut :
Mn+ + ne  M0
Reaksi yang terjadi pada anoda adalah sebagai berikut :
M0  Mn++ ne

Gambar 2.2. Anoda, Katoda dan Elektrokit

Dalam operasi pelapisan, kondisi operasi penting untuk


diperhatikan, karena kondisi tersebut akan menentukan berhasil atau
tidaknya proses pelapisan serta mutu lapisan yang dihasilkan.
Kondisi pelapisan yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Rapat Arus ( Current Density)
Makin tinggi rapat arus, makin tinggi kecepatan pelapisan dan
memperkecil ukuran benda kerja. Bila rapat arus terlalu tinggi maka
lapisannya akan kasar dan nampak hitam.

15
b. Tegangan Arus (Voltage)
Digunakan umumnya 3 - 9 Volt. Untuk pelapisan nikel digunakan 6 - 9
Volt. Sebaiknya arus yang digunakan adalah setabil karena dapat
mempengaruhi mutu dari hasil pelapisan.

c. Suhu Larutan
Kenaikan suhu larutan menyebabkan bertambahnya ukuran kristal.
Keuntungannya : - pengurangan garam logam
- mengurangi terserapnya H2
Kerugiannya : - viskositas larutan menurun
- lapisan menjadi kasar
d. PH larutan
Tujuan menentukkan derajat keasaman adalah untuk mengecek
kemampuan larutan dalam menghasilkan larutan yang baik. Larutan bersifat basa
bila PHnya = 11 - 14 dan bersifat asam bila PHnya = 4,5 - 5,6.

2.8. Larutan Elektrolit


Umumnya berupa larutan garam yang logamnya akan dilapiskan
dan mudah larut. Aktivitas ion logam ditentukan oleh konsentrasi garam
logamnya, derajat disosiasi dan konsentrasi unsur lain. Pengaturan PH
dengan penambahan bahan penggabungan (buffer) dimaksudkan untuk
mendapatkan sifat lapisan yang :
a. Kenampakan (Appearance)
b. Keuletan (Ductility)
c. Kekerasan (Hardness)
Larutan elektrolit harus bersifat ;
a. Covering Power
Adalah kemampuan elektrolit untuk mengendapkan logam pada katoda.
b. Throwing Power

16
Adalah kemampuan elektrolit untuk menghasilkan lapisan dengan tebal
yang sama.
c. Levelling
Adalah kemampuan elektrolit untuk menghasilkan lapisan yang lebih tebal
pada lekukan.

2.9 Asam Hidroklorida


Asam hidroklorida adalah asam kuat dan merupakan larutan akuatik dari
gas hidrogen klorida (HCl). Asam ini sangat larut dalam air, asam HCl pekat
mempunyai konsentrasi 12 M mengandung sekitar 38% massa HCl, memiliki
titik didih -85 bau yang tajam pada suhu 25 dan sangat korosif sehingga harus
ada penanganan yang tepat. HCl dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya
sekali sehingga disebut asam monoprotik. H+ akan bergabung dengan molekul
air membentuk ion hidronium, H3O+:
HCL (aq) + H2O (l)  H3O+ (aq) + Cl- (aq)
Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, mengindikasikan
tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka
cukup besar yaitu ̴ 107. Asam hidroklorida juga sulit mengalami reaksi redoks
dan merupakan reagen pengasam yang sangat baik karena pada konsentrasi
menengah cukup stabil untuk disimpan dan konsentrasinya tetap stabil. Pada
konsentrasi pekat asam klorida dapat melarutkan banyak jenis logam dan
menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen.
Cr larut dalam (HCl) encer atau pekat. Jika tak terkena udara, akan terbentuk
ion-ion kromium(II) (Vogel, 1990: 270):

Asam klorida (encer maupun pekat) dan asam sulfat encer, melarutkan nikel
dengan membentuk hidrogen (Vogel, 1990: 281):

17
2.10. Asam Sulfat

Asam sulfat merupakan asam mineral anorganik dan memiliki sifat larut
dalam air dengan semua perbandingan. Asam sulfat ini mempercepat sampel
untuk mengalami oksidasi. Asam sulfat diproduksi dari belerang, oksigen, dan air
melalui proses kontak. Asam sulfat panas melarutkan nikel dengan membentuk
belerang dioksida (Vogel, 1990: 281):

Ni (s) + H2SO4 (aq) + 2H + (aq) → Ni2+ (aq) + SO2 (s) + 2H2O (l)

Asam sulfat pekat panas akan melarutkan kromium dengan cepat, sedangkan asam
sulfat encer reaksinya berlangsung pelan :

2Cr (s) + 6H2SO4 (aq) → 2Cr3+(aq) + 3SO42- (aq) + 6SO2(g) + 12 H2 O (L)

2.11. Klasifikasi Pelapisan Logam

Klasifikasi pelapisan logam antara lain:

1. Secara pelelehan (celup panas/hot dip), Logam pelapis dipanaskan sampai


meleleh, kemudian logam yang akan dilapisi dicelupkan ke dalam logam tersebut
atau dengan cara mengalirkan lelehan logam pelapisan pada logam, yang akan
dilapis, pada proses ini dibutuhkan temperatur tinggi.

2. Secara semprot (metal spraying), adalah dengan menyemprotkan gas


bertekanan tinggi dan panas terhadap logam pelapis, sehingga logam akan meleleh

18
dan membentuk partikel-partikel halus, kemudian melekat pada benda yang
dilapis.

3. Secara spheradizing, merupakan proses sementasi, yaitu dengan cara


membedaki bahan yang akan dilapisi dengan serbuk pelapis, kemudian
dipanaskan sampai dibawah titik leleh.

4. Rich Coating, pelapisan dengan menggunakan debu bahan pelapis yang


dicampur dengan bahan pengikat organic atau bahan anorganik.

5. Secara listrik (electroplating) merupakan proses pelapisan logam atau non


logam dengan menggunakan arus searah (DC) melalui methode elektrolisa. Lapis
listrik memberikan perlindungan logam dengan menggunakan logam tertentu
sebagai pelindung/pelapis misalnya Cupper, nickel, chromium, zinc, kuningan,
perungu.

2.12. Tujuan Pelapisan Logam

1. Meningkatkan ketahanan logam dasar terhadap gesekan (abrasi).

2. Memperbaiki tampak rupa (decorative) misalnya lapis emas, kuningan,


perak, perunggu.

3. Memperbaiki kehalusan permukaan dan toleransi logam dasar misalnya


nikel, chromium.

4. Melindungi logam dasar dari korosi.

• Melindungi logam dasar dengan logam yang lebih mulia misalnya lapis
emas, perak, platina, pada baja.

• Melindungi logam dasar dengan logam yang kurang mulia misal lapis
zinc, cadnium, perak pada baja.

19
2.13. Kelebihan dan Kekurangan Proses Electroplating

Kelebihan dari proses elektroplating antara lain:

1. Temperatur proses rendah.

2. Kondisi proses pada lingkungan atmosfir biasa.

3. Peralatan relatif murah.

4. Komposisi larutan yang digunakan banyak terjual dipasaran.

5. Laju pengendapan cepat.

6. Porositas pada lapisan relatif rendah.

7. Dapat menghasilkan beberapa lapisan.

Kekurangan dari proses elektroplating antara lain:

1. Terbatas pada logam dan paduannya.

2. Perlu perlakuan awal terhadap benda kerja.

3. Terbatas pada benda kerja yang bersifat konduktor.

20
BAB 3
DATA

3.1. Pengertian Pelapisan Logam

Pelapisan logam merupakan pengendapan satu lapisan tipis pada suatu


permukaan logam atau plastik yang biasanya dilakukan secara elektrolit, tetapi
dapat juga hanya menggunakan reaksi kimia di mana diharapkan benda
tersebut akan mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun
ketahanannya, dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan
terhadap sifat fisiknya (Purwanto dan Huda, 2005).

Pada proses pelapisan logam bahan baku yang digunakan adalah logam
yang akan mengalami proses pelapisan logam serta bahan penunjang seperti
air dan pelarut (benzena, trikloroetilen, metil klorida, toluene, karbon tetra
klorida/CCl4, Natrium karbonat, kostik, sianida, boraks, sabun, asam sulfat,
asam hidroklorida, dan sebagainya).

Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan


sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing). Secara sederhana,
electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan
menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna
memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapis.

Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak, emas,
brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan dan kegunaan masing-masing material. Perbedaan utama
dari pelapisan tersebut selain anoda yang digunakan, adalah larutan
elektrolisisnya. Dalam penelitian yang baru belakangan ini (tahun 2004),

21
dilakukan oleh Tadashi Doi dan Kazunari Mizumoto, mereka menemukan
larutan baru (elektrolisis) yang dinamakan larutan citrate ( kekerasan deposit
mencapai 440 VHN)

Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi


suatu material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis
dengan nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap
korosi, serta bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat
mekanik, terjadi perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material
sesudah mengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya.

Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk
meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu logam, yang kedua melindungi
logam dari korosi, dan ketiga memperindah tampilan (decorative)

3.2. Proses Pelapisan Logam :

1. Pembersihan dan pengupasan


Pada tahap awal operasi adalah mempersiapkan logam dengan cara
pembersihan dan pengupasan. Lemak dapat dihilangkan dengan
menggunakan pelarut seperti benzena, trikloroetilin, metil klorida,
toluena, dan karbon. Tetraklorida, atau larutan alkali yang mengandung
natrium karbonat kostip, sianida, borak, sabun, atau pembersih lainnya.

2. Pengasaman
Pengasaman yaitu menghilangkan kerak dan karat dari logam.
Pengasaman ini menggunakan larutan asam sulfat atau asam
hidroklorida.

3. Pelapisan

22
Dalam pelapisan tanpa listrik suatu lapisan diletakkan pada plastik
atau logam dengan daya katalis atau pemindahan. Berbagai campuran
larutan digunakan tetapi paling umum adalah tembaga krom, nikel dan
seng yang dilarutkan bersama sianida asam, alkali dan fosfat.

4. Penyepuhan
Penyepuhan adalah suatu proses pengendapan satu lapisan tipis
oksida pada permukaan logam.

5. Pembilasan
Pembilasan dapat dilakukan dalam penangas lengkap, penangas
mengalir atau pembilasan semprot.

3.3 Jenis-jenis Pelapisan Logam

a. Proses electroplating tembaga -Nikel-Khrom

Proses pelapisan tembaga-nikel-khrom terhadap logam ferro atau


kuningan sebagai logam yang dilapis adalah satu cara untuk melindungi
logam terhadap serangan korosi dan untuk mendapatkan sifat dekoratif.
Cara pelapisan tembaga-nikel-khrom dengan metode elektroplating adalah
sebagai berikut:Pelapisan menggunakan arus searah. Cara kerjanya mirip
dengan elektrolisa, dimana logam pelapis bertindak sebagai
anoda,sedangkan logam dasarnya sebagai katoda. Cara terakhir ini yang
disertai dengan perlakuan awal terhadap benda kerja yang baik
mempunyai berbagai keuntungan dibandingkan dengan cara-cara yang
lain. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :

a. Lapisan relatif tipis.


b. Ketebalan dapat dikontrol.
c. Permukaan lapisan lebih halus.
d. Hemat dilihat dari pemakaian logam khrom.

23
Pengerjaan elektroplating tembaga-nikel-khrom pada dasarnya
terbagi atas tiga proses yaitu perlakuan awal, proses pelapisan dan proses
pengolahan akhir hasil elektroplating.Proses elektroplating ini terdapat tiga
jenis proses pelapisan yaitu yang pertama adalah pelapisan logam dengan
Tembaga, lalu dilanjutkan dengan pelapisan Nikel dan yang terakhir benda
dilapis dengan Khrom.

b. PelapisanTembaga

Tembaga atau Cuprum (Cu) merupakan logam yang banyak sekali


digunakan, karena mempunyai sifat hantaran arus dan panas yang baik.
Tembaga digunakan untuk pelapisan dasar karena dapat menutup
permukaan bahan yang dilapis dengan baik. Pelapisan dasar tembaga
dipelukan untuk pelapisan lanjut dengan nikel yang kemudian yang
kemudian dilakukan pelapisan akhir khrom.

Dalam pelapisan tembaga digunakan bermacam-macan larutan elektrolit,


yaitu :
1. Larutan asam
2. Larutan sianida
3. Larutan fluoborat
4. Larutan pyrophosphat
Diantara empat macam larutan di atas yang paling banyak digunakan
adalah larutan asam dan larutan sianida

Aplikasi yang paling penting dari pelapisan tembaga adalah


sebagai suatu lapisan dasar pada pelapisan baja sebelum dilapisi tembaga
dari larutan asam yang biasanya diikuti pelapisan nikel dan khrom.
Tembaga digunakan sebagai suatu lapisan awal untuk mendapatkan
pelekatan yang bagus dan melindungi baja dari serangan keasaman larutan

24
tembaga sulfat. Alasan pemilihan plating tembaga untuk aplikasi ini
karena sifat penutupan lapisan yang bagus dan daya tembus yang tinggi.

Sifat-sifat Fisika Tembaga


1.Logam berwarna kemerah-merahan dan berkilauan
2.Dapat ditempa, dibengkokan dan merupakan penghantar panas dan
listrik
3.Titik leleh : 1.0830C, titik didih : 2.3010C
4.Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3

Sifat-sifat Kimia Tembaga


1.Dalam udara kering sukar teroksidasi, akan tetapi jika dipanaskan akan
membentuk oksida tembaga (CuO)
2.Dalam udara lembab akan diubah menjadi senyawa karbonat atau karat
basa, menurut reaksi : 2Cu + O2 + CO2 + H2O → (CuOH)2 CO3
3.Tidak dapat bereaksi dengan larutan HCl encer maupun H2SO4encer
4.Dapat bereaksi dengan H2SO4 pekat maupun HNO3 encer dan pekat
Cu + H2SO4 → CuSO4 +2H2O + SO2 Cu + 4HNO3 pekat → Cu(NO3)2
+ 2H2O + 2NO2 3Cu + 8HNO3 encer → 3Cu(NO3)2 + 4H2O + 2NO
5.Pada umumnya lapisan Tembaga adalah lapisan dasar yang harus
dilapisi lagi dengan Nikel atau Khrom. Pada prinsipnya ini merupakan
proses pengendapan logam secara elektrokimia,digunakan listrik arus
searah (DC). Jenis elektrolit yang digunakan adalah tipe alkali dan tipe
asam.

25
Gambar 3.1. Tabel Unsur Alkali Tanah
Larutan Strike menghasilkan lapisan yang sangat tipis. Larutan
strike dapat pula dipakai sebagai pembersih dengan pencelupan pada
larutan sianida yang ditandai dengan keluarnya gas yang banyak pada
benda kerja sehingga kotoran-kotoran yang menempel akan mengelupas.
Larutan ini terutama digunakan pada komponen-komponen dari baja
sebagai lapisan dasar, untuk selanjutnya dilakukan pelapisan tembaga
dengan logam lain.
Formula kecepatan tinggi atau efisiensi tinggi digunakan untuk
plating tembaga tebal, smentara proses Rochelle digunakan untuk
menghasilkan pelapisan yang bersifat antara strike dan kecepatan tinggi.
Garam-garam Rochelle tidak terdekomposisi dan hanya berkurang melalui
drag-out yaitu terikutnya larutan pada benda kerja pada saat pengambilan
dari tanki tinggi disbanding larutan strike sebab kerapatan arus katoda dan
efisiensi penting dalam kecepatan plating. Larutan Rochelle dan kecepatan
tinggi dapat dioperasikan pada temperatur relatif tinggi.
Proses “Pengolahan Awal” adalah proses persiapan permukaan
dari benda kerja yang akan mengalami proses pelapisan logam.Pada
umumnya proses pelapisan logam itu mempunyai dua tujuan pokok adalah
sifat dekorasi, sifat ini untuk mendapatkan tampak rupa yang lebih baik
dari benda asalnya, dan aplikasi teknologi, sifat ini misalnya untuk
mendapatkan ketahanan korosinya, mampu solder, kekerasan, sifat listrik
dan lain sebagainya.Keberhasilan proses pengolahan awal ini sangat
menentukan kualitas hasil pelapisan logam, baik dengan cara listrik, kimia
maupu dengan cara mekanis lainnya.
Proses pengolahan awal yang akan mengalami proses pelapisan
logam pada umumnya meliputi proses-proses pembersihan dari segala
macam pengotor (cleaning proses) dan juga termasuk proses-proses pada
olah permukaan seperti poleshing, buffing,dan proses persiapan
permukaan yang lainnya.Untuk mendapatkan daya lekat pelapisan logam
(adhesi) dan fisik permukaan benda kerja yang baik dari suatu lapisan

26
logam, maka perlu diperhatikan cara olah permukaan dan proses
pembersihan permukaan. Ketidaksempurnaan kedua hal tersebut di atas
dapat menyebabkan adanya garisan-garisan pada benda kerja dan
pengelupasan hasil pelapisan logam.

c. Pelapisan Timan Putih


Pelapisan timah putih pada besi dengan cara listrik (elektroplating)
sudah sangat lama dilakukan untuk kaleng-kaleng makanan, minuman dan
sebagainya. Pelapisan secara listrik pada umumnya sudah menggantikan
pelapisan secara celup panas, karena pelapisan secara celup panas
menghasilkan lapisan yang tebal dan kurang merata (kurang halus)
sedangkan pelapisan secara listrik dapat menghasilkan lapisan yang tipis
dan lebih merata/halus. Dengan keuntungan tersebut pada saat ini lebih
banyak industri yang melakukan pelapisan timah putih secara listrik dari
pada secara celup panas (Hot Dip Galvanizing)..

d. Pelapisan Seng
Seng sudah lama dikenal sebagai pelapis besi yang tahan korosi,
murah harganya, dan mempunyai tampak permukaan yang cukup baik.
Pelapisan senga pada besi dilaksanakan dengan beberapa cara seperti
galvanizing, sherardizing, atau metal spraying. Namun pelapisan secara
listrik (elektroplating) lebih disukai karena mempunyai beberapa
keuntungan bila dibandingkan dengan cara-cara pelapisan yang lain,
diantaranya :
a. Lapisan lebih merata
b. Daya rekat lapisan lebih baik
c. Tampak permukaan lebih baik
Karena beberapa keuntungan itulah maka lebih banyak dilaksanakan
pelapisan secara listrik daripada cara-cara lainnya. Pelapisan seng secara
listrik kadang juga disebut elektro-galvanizing. Larutan elektrolit yang
sering digunakan ada dua macam yaitu larutan asam dan larutan sianida.

27
Bila kedua larutan tersebut dibandingkan maka permukaan lapisan hasil
dari penggunaan larutan sianida adalah lebih baik jika dibandingkan
dengan larutan asam. Namun larutan asam digunakan bila dikehendaki
kecepatan pelapisan yang tinggi dan biaya yang lebih murah.
Larutan lain yang sering digunakan pada pelapisan adalah larutan alkali
zincat dan larutan pyrophosphat.

e. Pelapisan Nikel
Pada saat ini, pelapisan nikel pada besi banyak sekali dilaksanakan
baik untuk tujuan pencegahan karat ataupun untuk menambah keindahan.
Dengan hasil lapisannya yang mengkilap maka dari segi ini nikel adalah
yang paling banyak diinginkan untuk melapis permukaan. Dalam
pelapisan nikel selain dikenal lapisan mengkilap, terdapat juga jenis
pelapisan yang buram hasilnya. Akan tetapi tampak permukaan yang
buram inipun dapat juga digosok hingga halus dan mengkilap. Jenis lain
dari pelapisan nikel adalah pelapisan yang berwarna hitam. Warna hitam
inipun tampak menarik dan digunakan biasanya untuk melapis laras
senapan dan lainnya.

f. Pelapisan Khrom
Selain nikel, maka pelapisan khrom banyak dilaksanakan untuk
mendapatkan permukaan yang menarik. Karena sifat khas khrom yang
sangat tahan karat maka pelapisan khrom mempunyai kelebihaan
tersendiri bila dibandingkan dengan pelapisan lainnya. Selain sifat
dekoratif dan atraktif dari pelapisan khrom, keuntungan lain dari pelapisan
khrom adalah dapat dicapainya hasil pelapisan yang keras. Sumber logam
khrom didapat dari asam khrom, tapi dalam perdagangan yang tersedia
adalah khrom oksida (Cr O3) sehingga terdapatnya asam khrom adalah
pada waktu khrom oksida bercampur dengan air

28
3.4. Sumber Limbah

1. Pembuangan lemak dengan pelarut membuat pelarut itu sendiri menjadi


limbah. Kebanyakan pelarut ini berbahaya bagi lingkungan;

2. Larutan alkali pembersih mengandung padatan tersuspensi, lemak sabun


dengan tingkat pH yang tinggi;

3. Pengasaman menghasilkan pembuangan larutan asam secara berkala,


larutan asam buanan, dan air bilasan dengan pH rendah;

4. Pelapisan logam biasanya mengandung sianida dan logam yang dilapisi;

5. Air bilasan yang biasanya mengandung pelarut-pelarut dan logam-logam


yang digunakan. Sumber utama air limbah adalah larutan pembilasan yang
agak encer dan sering mengandung 5 mg/L – 50 mg/L ion logam beracun;
6. Limbah padat dari hasil pengolahan air buangan berbentuk lumpur. Hasil
lain adalah dari perolehan kembali larutan, logam dan endapan saringan.

3.4. Bahaya Logam Berat :

1. Logam Kadmium (Cd)


Kadmium merupakan logam berat yang bersifat karsinogenik bagi
makhluk hidup. Menurut Ernawati (2010) keracunan kadmium kronis
menyebabkan kerusakan pada fisiologis tubuh, yaitu ginjal, paru-paru,
darah dan jantung, kelenjar reproduksi, indra penciuman, kerapuhan
tulang.

29
2. Logam Besi (Fe)
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia
berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, di mana tubuh
memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe
yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat
mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat tranfusi
darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe (Amazine,
2014).

3. Tembaga (Cu)
Bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan
di atas 0,1 mg/L. Konsentrasi yang aman bagi air minum manusia
tidak lebih dari 1 mg/L. Konsentrasi normal komponen ini di tanah
berkisar 20 mg/L dengan tingkat mobilitas sangat lambat karena ikatan
yang sangat kuat dengan material.

4. Logam timbal (Pb)


Logam timbal (Pb) yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan akan terserap dalam aliran darah, setelah itu timbal akan
dikeluarkan dari tubuh melalui feses dan urine, serta sisanya akan
tersimpan di dalam tubuh terutama pada bagian tulang dan gigi. Timbal
(Pb) mempengaruhi hampir setiap organ dan sistem dalam tubuh termasuk
saluran gastrointestinal, sistem hematopoietik, sistem kardiovaskuler,
sistem saraf pusat dan perifer, ginjal, sistem kekebalan, serta sistem
reproduksi (Whardayani dkk., 2006)

5. Logam Nikel (Ni)

30
Logam ini cenderung lebih beracun pada tumbuhan. Selama masih
mudah diambil oleh tanaman dari tanah, pembuangan limbah yang
mengandung nikel masih sangat perlu diperhatikan. Total nikel yang
terkandung dalam tanah berkisar 5-500 mg/L. Konsentrasi pada air
tanah biasanya berkisar 0,005-0,05 mg/L, dan kandungan pada
tumbuhan biasanya tidak lebih dari 1 mg/L (kering) (Amazine, 2014).

6. Logam Krom (Cr)


Dengan terjadinya pencemaran lingkungan, kadar unsur krom yang
masuk ke dalam tubuh manusia dapat meningkat melebihi kadar normal
(kadar normal: 0,05 mg/kg berat badan), baik melalui makanan maupun air
minum, mencerna makanan yang mengandung kadar kromium tinggi bisa
menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung, muntah, dan
pendarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar,
bahkan dapat menyebabkan kematian (Widowati, 2008).

31
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. Alat Pelindung Diri


a. Alat Pelindung Badan
Jas laboratorium atau Wearpack adalah Alat Pelindung Diri yang
wajib digunakan oleh para pekerja di lingkungan laoratorium maupun
lingkungan industri. Hal ini berarti bahwa jas lab tidak hanya digunakan
oleh para analis tapi juga para pekerja lain yang berada di laboratorium
ataupun lingkungan industri. Sesuai fungsinya penggunaan jas lab
ditujukan agar para pemakainya terhindar dari paparan atau percikan
bahan kimia yang digunakan.
Gambar 4.1. Wearpack

b. Alat Pelindung Mata dan Muka


Perisai wajah dibutuhkan ketika terdapat potensi adanya paparan
zat kimiawi, benda-benda berterbangan dan juga sinar UV terhadap wajah
kita ketika berkerja

32
Safety Glasses merupakan perlindungan paling minimum untuk
mata ketika berkerja dari benda-benda yang berterbangan.

Gambar 4.1. Safety Glasses

Safety Googles dibutuhkan ketika berkerja saat terdapat


kemungkinan mata terkena uap, cipratan, kabut ataupun semprotan dari zat
kimia berbahaya yang mungkin bisa menyerang mata.

Gambar 4.2. Safety Googles

c. Alat Pelindung Telinga


Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat
pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga
(ear muff). APD ini disarankan untuk dipakai apabila tempat anda bekerja
memiliki tingkat kebisingan diatas normal yaitu level kebisingan yang

33
mencapai di atas 85 dB atau lebih. Sedangkan APD ini wajib dipakai
ketika tingkat kebisingan sudah mencapat 90 dB.

Gambar 4.3. Ear Plug & Ear Muff

d. Alat Pelindung Tangan


Sarung Tangan Kain digunakan untuk memperkuat pegangan.
Hendaknya dibiasakan bila memegang benda yang berminyak, bagian-
bagian mesin atau bahan logam lainnya.

Gambar 4.4. Sarung Tangan Kain

34
Sarung Tangan Kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari
ketajaman sudut pada pekerjaan pengecoran. Perlengkapan ini dipakai
pada saat harus mengangkat atau memegang bahan tersebut.

Gambar 4.5. Sarung Tangan Kulit

Sarung Tangan Karet menjaga tangan dari bahaya pembakaran


asam atau melindungi dari cairan pada bak dimana pekerjaan tersebut
berlangsung terutama pada pekerjaan pelapisan logam seperti pernikel,
perkhrom dsb. Sarung tangan karet digunakan pula untuk melindungi
kerusakan kulit tangan karena hembusan udara pada saat membersihkan
bagian-bagian mesin dengan menggunakan kompresor.

35
Gambar 4.6. Sarung Tangan Karet

e. Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa


benda berat, keras atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk
benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu
yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

Gambar 4.7. Alat Pelindung Kaki

36
4.2. Standart Operational Procedure

REVISION
:
STANDART OPERATINAL PROCEDURE
PAGE
ELECTROPLATING
:

Tujuan:

1. Untuk menjelaskan proses startup, operasi, dan kesimpulan yang


diperlukan untuk menggunakan proses electroplating.
2. Proses ini dirancang untuk digunakan oleh para peneliti dalam pelapisan
logam dan penelitian inovatif lainnya yang sedang dipelajari untuk ikatan
logam.

Standart Operatinal Procedure:

• Anda harus memiliki izin dari Pengawas.


• Anda harus telah menerima pelatihan formal dari koordinator proses,
teknisi atau, mahasiswa riset yang terlatih terkait dengan keselamatan dan
operasi proses.

37
• Anda harus membaca dan memahami SOP.
• Anda harus menggunakan proses ini di bawah pengawasan langsung dari
Pengawas, teknisi atau, mahasiswa riset yang terlatih

• Area kontaminasi tidak boleh diakses oleh seseorang yang tidak


memiliki peralatan pelindung yang layak: sarung tangan dan pelindung
mata minimal. Ketika larutan pelapisan tidak terpapar ke udara terbuka
dan disimpan dengan benar, ada sedikit risiko terpapar.
• Pastikan bahwa tanda peringatan ditampilkan di semua pintu masuk lab,
dan semua orang yang bekerja di lab diberi tahu bahwa bahan kimia akan
keluar dan digunakan.
• Sebelum memasuki area kontaminasi, electroplater harus mengenakan
jas lab, pelindung wajah dan pakaian karet.
• Masukkan area pakaian dengan sarung tangan nitril. Kenakan jas lab dan
pastikan kancingnya ada di atas.
• Tempatkan sarung tangan tebal bersih sekunder. Sarung tangan harus
menutupi lengan mantel.
• Tempatkan pelindung mata dan tutup mulut dengan respirator N95
(filter mask).
• Lepaskan celemek karet dari titik gantungnya, tentukan sisi mana yang
merupakan bagian depan dan kencangkan dengan aman di belakang
punggung Anda. Hindari menyentuh sisi depan jika Anda bisa.
• Pasang pelindung wajah penuh.
• Tempatkan penutup kaki (ini harus selalu menjadi langkah terakhir)
• Pada titik ini, pertimbangkan sarung tangan Anda yang terkontaminasi -
kontak fisik tidak boleh dilakukan di luar ruang kerja kontaminasi.
• Saat bekerja dengan Nikel Chrystal, pekerja laboratorium lainnya harus
sangat berhati-hati dan tetap berada di luar area kontaminasi setiap saat.
Periksa keadaan keset penyerap, dan pastikan semprotan penetraktif /
bahan penyerap tambahan ada di lemari asam dan dalam jangkauan.
• Sebelum menyentuh apa pun di dalam tudung asap, buka wadah wafer

38
dan minta mereka dalam jangkauan. Jangan menyentuh wadah begitu
Anda mulai menangani solusi pelapisan. 13. Nyalakan catu daya, pastikan
sakelar di bawah mati. Jika menyala, hidupkan catu daya terlebih dahulu
sebelum menyentuh sakelar.
• Mulai proses pelapisan. Setelah Anda pergi di bawah tudung asap dan
mulai bekerja, jangan membelok dari tempat kerja atau menyentuh apa
pun di luar tudung tanpa mendekontaminasi sarung tangan Anda.

4.3 Job Safety Analisis

No.
Job Safety Analysis Formulir
Revisi 0
Job Order/ Work Reference No: Halaman 1 dari 2
Nama Pekerjaan: Halaman: JSA No. Tanggal: 13 Baru / Revisi :
Memasuki Ruangan 1 dari 1 November Baru
Terbatas 2019
Peralatan : Supervisior:
Analisis oleh :
Bagian: Disetujui oleh: Muhammad Faishal Zaky

APD yang diperlukan : Respirator, body harness, life line, tripot, safety shoes, dll
Langkah Kerja. Potensi Bahaya. Pengendalian.

39
1. Persiapan alat Alat tidak aman Pemeriksaan alat, tidak
menggunakan alat yang
memiliki listrik berarus bolak
balik.

2. Pembersihan dan Zat kimia berbahaya Menggunakan Wear pack/Jas


pengupasan laboratorium, sarung tangan
karet, safety glasses

3. Pengasaman Zat kimia dan gas Menggunakan masker, Wear


berbahaya pack/Jas laboratorium, sarung
tangan karet, safety glasses
dan safety shoes
memasang blower sebagai
jalur keluar masuk udara,
menggunakan gas detector
setiap saat.

4. Pelapisan Tegangan listrik Menggunakan Safety shoes


karet

5. Penyepuhan Cipratan zat kimia Menggunakan sarung tangan


berbahaya karet, wearpack, safety
googles

6. Pembilasan Gas dan uap kimia Menggunakan masker Air


berbahaya filter, safety googles, wear
pack

40
4.3. Penyakit Akibat Kerja

4.5.1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik

jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah oleh

aktivitas kerja ataupun kondisi lain yang berhubungan dengan

pekerjaan. Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain;

silicosis (karena paparan debu silica), asbestosis (karena paparan

debu asbes), low back pain (karena pengangkutan manual), white

finger syndrom (karena getaran mekanis pada alat kerja), dsb.

Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain ;

Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ;

Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif),

Fisika (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya),

Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual),

Psikologi (Stress, dsb).

Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja:

1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.

2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.

3. Pelayanan Kesehatan.

4. Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih
aman, sehat dan ergonomis.

41
4.5.2. PAK Akibat Pelapisan Logam

Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya dengan potensi


alamnya. Selain itu Indonesia juga sedang melakukan pembangunan
negeri. Dalam pembangunan ini, maka banyak muncul industri sebagai
penguat ekonomi. Salah satunya adalah industri pelapisan logam. Industri
ini banyak memberikan manfaat, tetapi juga meninggalkan banyak
pencemaran lingkungan dan penyakit yang menghinggapi para pekerjanya.

Menurut Mukono, dalam jumlah kecil kromium (Cr) dibutuhkan oleh


manusia. Yaitu sebagai obat penguat stamina untuk beraktivitas sehari-hari
dalam jumlah tertentu. Tetapi akan berbahaya kalau berlebihan terpapar
oleh tubuh manusia. Akibatnya dapat berupa penyakit kronis, berlangsung
selama bertahun-tahun, kalau mengenai salah satu organ tubuh.

Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat


menggolongkan kromium sebagai suatu zat yang bersifat karsinogenik.
Pekerja perusahaan yang menggunakan proses pelapisan kromium berisiko
tinggi terimbas pencemaran kromium. Akumulasi uap yang terhirup saat
proses pelapisan kromium bisa menyebabkan sesak napas dan berujung
pada kanker paru-paru. Bukan itu saja, kulit yang terpapar kromium terus
menerus akan menimbulkan ulserasi (borok), ulserasi pada selaput lendir
hidung, vascular effect (pembuluh darah pada aorta rusak), anemia dan
membuat tubuh lesu, menurunkan imunitas tubuh, gangguan reproduksi
dan gangguan ginjal. Sejak 1982, penyakit dermatitis telah menjadi salah
satu dari sepuluh besar penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan potensial
insidens, keparahan dan kemampuan untuk dilakukan pencegahan (NIOSH
1996).

42
Biro statistik Amerika Serikat (1988), penyakit kulit menduduki
sekitar 24% dari seluruh penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Setengah
sampai dua pertiga dermatitis akibat kerja terjadi di pabrik. Walaupun
insiden penyakit dermatitis akibat kerja terus menurun secara perlahan
sejak tahun 1974, hal tersebut diyakini karena tidak diketahui atau karena
kesalahan dalam klasifikasi penyakit. The National Institute of
Occupational Safety Hazards (NIOSH) dalam survei tahunan (1975)
memperkirakan angka kejadian dermatitis akibat kerja yang sebenarnya
adalah 20 -30 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan (Thaha, 1997).

Amerika Serikat mencatat bahwa dermatitis akibat kerja


merupakan 40% dari semua penyakit akibat kerja yang non traumatik. Di
Inggris lebih banyak hari kerja yang hilang karena penyakit dermatitis
kontak dibandingkan dengan hari kerja yang hilang karena penyakit akibat
kerja lainnya. Pada pekerja laki-laki diperkirakan 650.000 hari kerja yang
hilang, sedangkan wanita sebanyak 200.000 hari kerja yang hilang
pertahun (Djarismawati, 2004). Di Amerika Serikat pula, 90% klaim
kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis
kontak. Antigen penyebab utamanya adalah nikel, potasium dikromat dan
parafenilendiamin. Konsultasi ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan
oleh dermatitis kontak.

4.5.3. Kromium

Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas


Vauquelin menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin
menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah
karena adanya unsur baru, yaitu kromium.

43
Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang
berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa
berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun
kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris
menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan
sumber utama kromit hingga sekarang.

Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia


menunjukkan bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa
PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya
diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida ditemukan pada
1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. (Wikipedia)

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang


memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna abu-abu,
berkilau, keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi.

Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium


terdapat pada industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam
bidang industri, khromium diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium
murni dan aliasi besi-besi khromium yang disebut ferokromium sedangkan
logam khromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Khromium
sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan
korosif. Inhalasi khromium dapat menimbulkan kerusakan pada tulang
hidung. Di dalam paru-paru, khromium ini dapat menimbulkan kanker.
Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang mempunyai daya racun
tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi
ionnya. Logam Cr6+ merupakan bentuk yang paling banyak dipelajari
sifat racunnya dikarenakan Cr6+ merupakan toxic yang sangat kuat dan

44
dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis.
(Soemirat, 2002).

Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat keras,


mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih
unsur-unsur transisi deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi yang
terpenting adalah +2, +3 dan +6. jika dalam keadaan murni melarut
dengan lambat sekali dalam asam encer membentuk garam kromium (II).
(Achmad, Hiskia, 1992).

4.5.4. Penyebaran Kromium

Jalur pemajanan kromium melalui:

a. Pernafasan

Cara masuk krom melalui saluran pernafasan adalah dengan


menghirup debu kromium yang dihasilkan dari proses produksi. Krom
(VI) ditemukan di zona pernafasan pada pekerja dibagian pengelasan
dengan konsentrasi antara 3,8-6,6 µgr/m3 .

b. Saluran pencernaan

Cara masuk krom dapat melalui makanan atau tertelan. Kandungan


krom dalam makanan berkisar antara 5-250 µgr/kg. makanan yang
mempunyai kadar kromium tinggi yaitu lada dan ragi bir (Schroeder et al,
1962).

c. Kulit

45
Sifat dari senyawa krom seperti adam kromik, dikromat dan
kromium (VI) selain iritan juga kororsif, bila terjadi kontak langsung dapat
menimbukan alergi. Kromium khususnya kromat, banyak menimbulkan
alergi dan penyebab dermatitis terbesar bagi pekerja.

4.5.5. Bentuk Keracunan Kromium

Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang
terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau
produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu,
jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan
menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan
mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka
panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung
dan paru-paru. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah
yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal,
kerusakan hati, dan bahkan kematian.

a. Efek Klinis

Efek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami


gangguan pernapasan dan juga mengganggu alat pencernaan.
Chromium(Vi) dikenal untuk menyebabkan berbagai kesehatan
mempengaruhi. Ketika chromium merupakan suatu campuran di dalam
produk kulit, itu dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit.
Setelah bernafas chromium(VI) dapat menyebabkan gangguan hidung dan
mimisan.

Lain permasalahan kesehatan yang adalah disebabkan oleh


chromium (VI) adalah:

· Ruam Kulit

46
· Ganggu perut dan borok

· Permasalahan berhubung pernapasan

· Sistem kebal yang diperlemah

· Ginjal Dan Kerusakan Hati

· Perubahan [dari;ttg] material hal azas keturunan

· Kanker Paru-Paru/Tempat terbuka

· Kematian

b. Keracunan Akut

· Bila terhirup / inhalasi

Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan iritasi.

· Bila kontak dengan kulit

Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat


menyebabkan iritasi pada kulit.

· Bila kontak dengan mata

Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat


menyebabkan iritasi pada mata.

· Bila tertelan

47
Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran
pencernaan. Absorbsi dalam jumlah yang cukup dari beberapa senyawa
kromium dapat menyebabkan pusing, haus berat, sakit perut, muntah,
syok, oliguria atau anuria dan uremia yang mungkin bisa fatal.

c. Keracunan Kronis

· Bila terhirup / inhalasi

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa


senyawa kromium dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan
berlobang (perforasi) pada nasal septum, iritasi pada tenggorokan dan
saluran pernafasan bagian bawah, gangguan pada saluran pencernaan, tapi
hal ini jarang terjadi, gangguan pada darah, sensitisasi paru,
pneumoconiosis atau fibrosis paru dan efek pada hati hal ini jarang terjadi.
Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan terjadi akibat paparan
logam.

· Bila kontak dengan kulit.

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa


senyawa kromium dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis,
termasuk eksim “Chrome holes” sensitisasi dan kerusakan kulit dan ginjal.
Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.

· Bila kontak dengan mata

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa


senyawa krom dapat menyebabkan radang selaput mata (konjungtivities)

48
dan lakrimasi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat
paparan logam

4.5.6. Solusi Menghindari PAK oleh Kromium

Mengingat bahaya dan pencemaran yang ditimbulkan oleh


kromium pada industri melalui pemaparan terhadap manusia maupun
limbah yang dihasilkan yang berdampak pada lingkungan, maka pihak
industri diharuskan untuk mengelola limbahnya terlebih dahulu sebelum
dibuang ke lingkungan. Kenyataan ini mendorong pihak industry untuk
memilih cara pengolahan yang efektif yang diharapkan akan mendapatkan
kualitas limbah krom yang memenuhi syarat. Selain itu, penggunaan APD
juga diharapkan mampu mengurangi resiko pemaparan terhadap senyawa
bahaya dalam industry.

49
BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk

menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya

baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,

masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak

melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis

dan emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang

penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai

peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah

kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur

mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di

lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut

sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang

tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak

terjadi kecelakaan kerja.

50
5.2. Saran

-Kesadaran akan pentingnya penerapan K3 haruslah dimulai dari diri

sendiri, seehingga K3 bisa jadi budaya dalam kita beraktifitas

-Mari tingatkan lagi kesadaran akan pentingnya K3

51
DAFTAR PUSTAKA

elektroplating. (2016, November 14). Retrieved from bilmu11:


http://bilmu11.blogspot.com/2016/12/elektroplating.html
Gautama, P. (2009, Agustus 14). pelapisan logam bagian 1. Retrieved from
infometrik.com: http://www.infometrik.com/2009/08/pelapisan-logam-
bagian-1/
mahiroffice. (t.thn.). Membuat Daftar Pustaka Otomatis pada Word. Diambil
kembali dari mahiroffice.com: https://www.mahiroffice.com/membuat-
daftar-pustaka-otomatis-pada-word/
S, A. P., & Irawan, N. A. (2013, Juli 9). Makalah Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Retrieved from ardisukma.blogspot.com:
http://ardisukma.blogspot.com/2013/07/makalah-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja.html
toksikologi kromium. (2012, Desember 22). Retrieved from ahmadkesmas:
http://ahmadkesmas.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none_827.html

52

Anda mungkin juga menyukai