Tinjauan Pustaka 6 Fiks Edit Rev 1
Tinjauan Pustaka 6 Fiks Edit Rev 1
id
A. Susu Sapi
Susu merupakan pangan asal ternak yang memiliki kandungan gizi
lengkap dan seimbang, serta mutu gizi proteinnya lebih tinggi daripada protein
nabati. Secara ilmiah susu dapat didefinisikan sebagai hasil sekresi kelenjar
ambing mamalia atau cairan yang diperoleh dari pemerahan ambing sapi sehat,
tanpa dikurangi atau ditambahkan sesuatu (Dwidjoseputro, 2005). Konsumsi susu
dan olahannya sangat berperan terhadap peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia yang masih rendah. Tingkat konsumsi susu masyarakat
Indonesia masih terbilang rendah. Jika dibandingkan negara Asia lainnya,
Indonesia masih tertinggal (Wahniyathi et al., 2014).
Susu menjadi bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan
manusia karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Berbagai macam produk olahan
susu diantaranya yaitu es krim, yogurt, keju, kefir. Susu mudah sekali rusak oleh
lingkungan, baik oleh temperatur atau udara sekitarnya sehingga perlu
penanganan pada waktu pemerahan ataupun setelah pemerahan agar diperoleh
susu yang berkualitas baik, memenuhi standar susu yang ditentukan dan masih
layak dikonsumsi (Soeparno et al., 2001).
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
C. Penggumpalan Susu
Penggumpalan atau pengentalan merupakan salah satu sifat susu yang
paling khas. Penggumpalan dapat disebabkan oleh kegiatan enzim atau
penambahan asam. Penggumpalan oleh asam dikendalikan oleh pH, partikel
kasein berada pada titik isoelektik pada pH 4,6. Afinitas partikel terhadap air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
a b c
Gambar 1. Jenis Daun Cincau (a. daun cincau hitam, b. daun cincau
hijau pohon, c. daun cincau hijau rambat) (Rachmawati, 2009).
Ada empat jenis tanaman cincau menurut Pitojo dan Zumiyati (2005),
yaitu cincau hijau baik jenis cincau hijau rambat (Cyclea barbata) maupun cincau
hijau pohon (Premna oblongifolia), cincau perdu (Premna serratifolia), cincau
hitam (Mesona palustris), dan cincau minyak (Stephania hermandifolia). Cincau
hijau lebih digemari masyarakat karena memiliki daun yang bersifat tipis dan
lemas sehingga lebih mudah diremas. Terdapat dua varietas cincau hijau rambat,
yaitu cincau hijau rambat yang berbulu dan tanpa bulu. Daun cincau hijau
berbulu tidak berbau, tidak berasa, tetapi berlendir. Helaian daunnya berwarna
hijau kecoklatan dan berbentuk jantung. Ujung daun runcing berbentuk runcing
dan berambut halus pada permukaan daun (Shodiq, 2012).
Cincau merupakan salah satu bahan makanan yang berbentuk gel dan
termasuk ke dalam pangan fungsional. Cincau bermanfaat bagi kesehatan karena
cincau mengandung banyak mineral terutama kalsium dan fosfor, rendah kalori,
namun tinggi serat dan vitamin C (Pitojo dan Zumiati, 2005). Hidrokoloid atau
hidrofilik koloid merupakan polimer-polimer rantai panjang yang mempunyai
sifat larut atau terdispersi dalam air, mampu mengentalkan larutan atau
membentuk gel dari larutan tersebut (Pomeranz, 1991). Daun cincau hijau
varietas berbulu merupakan tanaman tropis yang banyak digunakan untuk
menggumpalkan senyawa organik seperti air disebabkan oleh adanya
polisakarida pektin (Artha, 2001). Pektin pada tanaman sebagian besar terdapat
pada lamela tengah dinding sel (Nurdin dan Suharyono, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
hilangnya cairan pada produk akan mengurangi bobot cincau, sehingga akan
menurunkan mutu cincau (Supriyadi, 1991). Salah satu teknik pascapanen untuk
mempertahankan mutu adalah penyimpanan pada suhu rendah
(Rina dan Asiani, 1992).
Perbedaan lama pengentalan cincau dikarenakan, proporsi volume air dan
daun yang digunakan dalam pembuatan cincau bervariasi. Konsentrasi bahan
pembentuk gel akan mempengaruhi derajat hidrasi koloid, sehingga akan
mempengaruhi kecepatan terjadinya gel dan kekokohan gel. Semakin sedikit
volume air yang digunakan dalam pembuatan cincau, maka ekstrak yang
dihasilkan akan lebih kokoh dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit. Hal ini
diduga karena adanya logam divalen seperti Ca dalam jumlah yang tinggi,
dimana Ca tersebut akan berikatan dengan pektin, sehingga membentuk Ca-
pektat yang tidak larut di dalam air dan menghasilkan kekentalan pada cincau
(Sunanto, 1995).
lebih sedikit (Achyadi, 2009). Menurut Pricilla dan Estiasih (2012) semakin
tinggi konsentrasi daun maka kandungan klorofil tinggi sehingga menyebabkan
rendahnya kadar lemak. Tingginya konsentrasi daun diikuti kandungan fenol
yang juga tingi sehingga dapat menurunkan protein (Maitimu, 2013). Hidrolisis
polisakarida pembentuk cincau menyebabkan kehilangan air selama
penyimpanan (Ningtyas et al., 2011). Kehilangan air pada cincau akan
memengaruhi kadar abu. Kadar abu akan meningkat karena air yang keluar dari
dalam produk semakin besar (Handayani, 2015). Banyaknya cairan yang
dikeluarkan oleh produk menunjukkan bahwa protein belum mampu mengikat air
secara optimal. Rendahnya kemampuan protein dalam mengikat air akan
mempengaruhi pembentukan gumpalan susu (Murti, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HIPOTESIS
commit to user
13