LP 13 - Pengkajian Pada Situasi Gawat Darurat
LP 13 - Pengkajian Pada Situasi Gawat Darurat
Dosen Pengampu :
Dr. Fanni Okviasanti, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun Oleh :
Kelompok 1 – GR-4A
1. Ogis Sepnata Rizkiyanto 005221003
2. Firsty Shafira Ananda 005221011
3. Mahathir Muhammad Al Banjari 005221014
4. Laylatun Nadiyah 005221019
5. Izzah Amalia Putri 005221021
Anggota Kelompok 1 :
Ogis Sepnata Rizkiyanto 005221003
Firsty Shafira Ananda 005221011
Mahathir Muhammad Al Banjari 005221014
Laylatun Nadiyah 005221019
Izzah Amalia Putri 005221021
Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan pendahuluan yang kami susun
sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen
Bencana merupakan hasil karya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam laporan
pendahuluan yang kami kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya dengan
jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan. Apabila dikemudian hari terbukti
adanya indikasi plagiat dalam laporan pendahuluan ini maka kami bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Penulis - Kelompok 1
ii
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LAPORAN PENDAHULUAN
PENGKAJIAN PADA SITUASI GAWAT DARURAT
Oleh :
Kelompok 1 – GR-4A
Ogis Sepnata Rizkiyanto 005221003
Firsty Shafira Ananda 005221011
Mahathir Muhammad Al Banjari 005221014
Laylatun Nadiyah 005221019
Izzah Amalia Putri 005221021
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan. Laporan Pendahuluan "Pengkajian Pada Situasi Gawat
Darurat" ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan
Manajemen Bencana.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang terlibat mulai dari
persiapan, penyusunan materi, proses pengerjaan, hingga penyelesaian laporan pendahuluan
ini, terutama kepada Ibu Dr. Fanni Okviasanti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Harapan
kami, informasi dan materi yang terdapat dalam laporan pendahuluan ini dapat berfungsi bagi
pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu, penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan pendahuluan ini. Semoga apa
yang kami tulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan baik secara akademis
maupun praktis dari pembaca agar bisa membuat laporan pendahuluan yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.
Kelompok 1
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................................v
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
KETERAMPILAN KEPERAWATAN..................................................................................3
2.1.1 Pengertian.................................................................................................................3
2.1.2 Tujuan.......................................................................................................................3
2.1.4 Triage........................................................................................................................4
v
2.1.7 Persiapan Lingkungan............................................................................................5
2.2.1 Pengertian.................................................................................................................7
2.2.2 Tujuan.......................................................................................................................8
2.3.1 Pengertian...............................................................................................................13
2.3.2 Tujuan.....................................................................................................................13
2.3.3 Indikasi...................................................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................18
3.2 Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan
selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan.
Karena sifat pelayanan gawat darurat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan
untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan bagi
penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu
diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan
asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan
baik aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak
atau tidak diperkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan.
Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau informasi yang mendasar
pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus berkompeten dalam
melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita
gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan
pengkajian awal yang akan menentukan bentuk pertolongan yang akan diberikan kepada
pasien. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula dapat dilakukan
pengkajian awal sehingga pasien tersebut dapat segera mendapat pertolongan sehingga
terhindar dari kecacatan atau kematian.
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian
primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan
dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Tahapan pengkajian primer meliputi : A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan
menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan dengan
tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation, mengecek sistem
sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability, mengecek status neurologis; E:
Exposure, environmental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia (Holder,
2002).
1
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa
pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi
dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang
dari 10 detik) difokuskan pada Airway Breathing Circulation (ABC). Karena kondisi
kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat
diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari
gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan
cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila
terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen,
lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian primer pada
penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien (Mancini, 2011).
Rumusan Masalah
1.Bagaimana initial assesment pasien trauma?
2. Bagaimana tahapan pengkajian primary survey?
3. Bagaimana tahapan pengkajian secondary survey?
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep pengkajian gawat darurat pada pasien.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang konsep pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa yang
meliputi : primary assessment, secondary assessment, focused assessment,
diagnostic procedure
b. Menyusun format pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa
Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penulisan
berikutnya dan menambah teori-teori baru untuk penulisan mengenai keterampilan
keperawatan gawat darurat dan manajemen bencana pada pengkajian pada situasi
gawat darurat.
2
1.4.2 Manfaat Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat
digunakan oleh program studi D3-Keperawatan untuk mempelajari mengenai
pengkajian pada situasi gawat darurat.
BAB II
KETERAMPILAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PADA SITUASI GAWAT DARURAT
2.1.1 Pengertian
Initial Assessment merupakan pengkajian awal yang dilakukan pada menit
pertama dalam menangani kegawatdaruratan pada pasien trauma yang sangat berat
dan menentukan keselamatan pasien (Suharya et al., 2018). Initial assessment
merupakan suatu siklus penilaian yang dilakukan dengan cepat untuk menangani
pasien gawat dan kritis yang diikuti dengan tindakan resusitasi (Khairari, 2021).
Pengkajian ini dilakukan untuk menemukan dengan segera kondisi pasien yang
mengancam nyawa (Campbell & Alson, 2016).
Initial Assesment meliputi beberapa Elemen (ACS, 2012) :
1. Kesiapan pre hospital dan intra hospital
2. Triase
3. Survei primer (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Survei primer dan resusitasi tambahan
6. Pertimbangan evakuasi pasien
7. Survei sekunder
8. Post resusitasi, monitoring dan re-evaluasi
9. Perawatan definitive
2.1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui secara cepat kondisi korban.
2. Untuk dapat memberikan penanganan yang cepat pada korban yang
mengalami kondisi yang mengancam kehidupan.
3
2.1.3 Jenis Pemeriksaan
● Fase Pra-Rumah Sakit
Umumnya dibagi menjadi 3 kategori pada kegawatdaruratan, yaitu :
penerima pertama, Basic Emergency Medical Technicians (EMT-B), dan
Paramedis Emergency Medical Technicians (EMT-P), selain itu koordinasi
baik antara dokter di RS dengan petugas lapangan akan sangat menguntungkan
pasien dan pada fase pra-rs ini menitik beratkan pada penjaga airway, syok
atau kontrol perdarahan, imobilisasi pasien, dan segera dibawa ke RS terdekat
yang memiliki fasilitas yang memadai (American College of Surgeons, 2008).
● Fase Rumah Sakit
Harus dilakukan dengan perencanaan sesuai dengan fasilitas yang
dibutuhkan oleh pasien gawat darurat saat pasien belum tiba di RS dan suatu
sistem untuk pemanggilan tenaga medis tambahan harus sudah siap seperti
tenaga laboratorium dan radiologi, serta semua tenaga medis yang kontak
langsung dengan pasien harus menghindari kemungkinan penularan penyakit
yang menular seperti hepatitis dan AIDS dengan mengikuti anjuran
menggunakan alat-alat proteksi diri dari pusat kesehatan seperti masker bedah
dan handscoon bila terdapat cairan tubuh pasien (American College of
Surgeons, 2008).
2.1.4 Triage
● Multiple Casualties
Banyaknya korban tidak melewati batas kemampuan RS dan dimana
korban yang mengalami multi trauma atau korban yang mengalami masalah
yang mengancam nyawa pasien akan diprioritaskan penanganannya.
● Mass Casualties
Banyaknya korban tidak melewati batas kemampuan RS dan prioritas
pemberian tindakan pada pasien dapat ditentukan dengan pemberian label
terlebih dahulu pada kondisi pasien ini ditentukan menurut kejadian yang
dialami.
- Label Hijau : Kondisi pasien tidak terluka dan mengalami keluhan yang
mengancam nyawa.
4
- Label Kuning : Kondisi pasien RR < 30x/menit, capillary refill < 2 menit, dan
pasien dalam kondisi sadar.
- Label Merah : Kondisi pasien RR > 30x/menit, denyut nadi radialis teraba
lemah, capillary refill > 2 menit.
- Label Hitam : Kondisi pasien mengalami apnea atau henti nafas > 6 menit.
2.1.5 Persiapan Alat
Alat pelindung diri (APD): masker, sarung tangan.
5
a. Lihat (look) :
- Pergerakan nafas korban, adakah apnea atau takipnea?
- Adakah pergerakan dada – perut waktu bernafas?
- Hitung frekuensi pernafasan korban
- Adakah sianosis?
- Adalah jejas di dada?
b. Dengar (listen) :
- Tempelkan pipi penolong ke hidung korban, sambil mendengarkan
suara nafas korban, apakah normal, menurun, menghilang, atau suara
nafas tambahan.
c. Raba (feel) :
- Apakah ada hawa ekspirasi?
- Palpasi dada korban apakah ada edema torak, nyeri tekan
6
9. Buat keputusan apakah korban dalam kategori :
a. Kritis (Critical) :
Cardiac arrest, Respiratory Arrest
10. Untuk korban yang kritis dan tidak stabil segera di transportasi dan diobati,
dilakukan pencatatan tanda-tanda vital. Bila kondisi korban telah stabil maka
dilakukan survey sekunder.
11. Untuk korban yang resiko tidak stabil dan stabil, dilakukan pencatatan tanda-
tanda vital, dan survei sekunder.
2.2.1 Pengertian
Primary Survey (Penilaian Awal) merupakan usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang
mengancam jiwa. Tingkat kepedulian perawat pada saat menemukan klien yang
membutuhkan primary survey (penilaian awal) sangat mempengaruhi keberhasilan
usaha pertolongan yang akan dilakukan (Marlisa, 2018). Perawat dituntut memiliki
7
pengetahuan dan sikap yang baik kepada semua intervensi dalam pelayanan di
Rumah sakit khususnya primary survey (penilaian awal) yang menyangkut
kehidupan klien.
2.2.2 Tujuan
Tujuan dari primary survey adalah untuk secara cepat mengidentifikasi dan
menangani ancaman kehidupan yang akan terjadi atau yang sebenarnya terhadap
pasien.
8
2. Breathing (Pernapasan)
Pengkajian breathing dilakukan setelah penilaian jalan napas. Jika
pernapasannya membaik, jaga agar jalan nafas tetap terbuka dan periksa
dengan cara berikut :
1) Lihat (Look) yaitu melihat pergerakan naik turunnya dada yang simetris,
jika tidak simetris maka perlu dicari kelainan intra-thorakal atau flail chest.
Amati frekuensi nafas terlalu cepat maupun lambat.
3. Circulation
Gangguan sirkulasi (circulation) terjadi karena cedera otak, dan faktor
ekstrakranial. Gangguan ini terjadi kondisi hipovolemia yang mengakibatkan
pendarahan luar, atau ruptur organ dalam abdomen, trauma dada, tamponade
jantung atau pneumotoraks dan syok septik. (Wahjoepramono, (2005). Oleh
sebab itu, hal yang pertama harus segera dinilai adalah mengetahui sumber
perdarahan eksternal dan internal, tingkat kesadaran, nadi dan periksa warna
kulit dan tekanan darah.
(1) Tingkat kesadaran, yaitu ketika volume darah menurun perfusi otak juga
berkurang yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.
(2) Warna kulit, yaitu berupa wajah yang keabu-abuan dan kulit ekstremitas
yang pucat merupakan tanda hipovolemia.
(3) Nadi, pemeriksaan nadi yang dilakukan pada nadi terbesar seperti
femoralis dan karotis (kanan kiri), untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama.
Dalam keadaan darurat yang tidak tersedia alat-alat, maka secara cepat
dapat memperkirakan tekanan darah dengan meraba pulsasi (Dewi, 2013),
yaitu:
(1) Ketika teraba pulsasi pada arteri radial, maka tekanan darah minimal 80
mmHg sistol.
(2) Ketika teraba pulsasi pada arteri brachial, maka tekanan darah minimal 70
9
mmHg sistol.
(3) Ketika teraba pulsasi pada arteri femoral, maka tekanan darah minimal 70
mmHg sistol.
(4) Ketika teraba pulsasi pada arteri karotis, maka tekanan darah minimal 60
mmHg sistol.
Pengelolaan dalam mengontrol perdarahan menurut (Greenberg dalam
Arsani, 2011), antara lain:
1) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
Perdarahan eksternal segera dihentikan dengan penekanan pada luka.
Cairan resusitasi yang dipakai yaitu Ringer Laktat atau NaCl 0,9% adanya
dua jalur dari intra vena. Pemberian cairan jangan diragukan, karena cedera
sekunder akibat dari hipotensi lebih berbahaya terhadap cedera otak
dibanding edema pada otak akibat adanya pemberian cairan yang
berlebihan.
2) Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah.
3) Pasangkan kateter IV 2 jalur ukuran terbesar sekaligus mengambil sampel
darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita
usia
subur), golongan darah dan crossmatch serta Analisa Gas Darah (BGA).
4) Berikan cairan kristaloid telah dihangatkan dengan tetesan tercepat,
pemasangan PASG/bidai pneumatik untuk mengontrol perdarahan pada
pasien fraktur pelvis.
5) Fraktur pelvis yang mengancam nyawa, cegah adanya hipotermia dengan
posisi tidur yaitu kepala diposisikan datar, cegah head down (kepala lebih
rendah dari leher) karena dapat menyebabkan bendungan vena di kepala
serta menaikkan tekanan intrakranial.
4. Disability
Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap keadaan
neurologis secara cepat. Pemeriksaan neurologis secara cepat yaitu dengan
menggunakan metode AVPU (Alert, Voice respone, Pain respone,
Unrespone). Dalam metode AVPU hal yang dinilai yaitu tingkat kesadaran
dengan memakai skor GCS/PTS, ukuran dan reaksi pupil.
10
Dalam hal ini, penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh adanya
penurunan oksigenasi atau perfusi ke otak serta trauma langsung. Nilai pupil
dilihat dari besarnya isokor, reflek cahaya, awasi adanya tanda-tanda
lateralisasi, evaluasi maupun Re-evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi serta
circulation.
5. Exposure (Paparan)
Dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen, foto thoraks, dan foto abdomen.
11
6) Memberikan posisi yang tepat agar jalan nafas tetap paten
7) Identifikasi dan hilangkan sumbatan.
8) Jika terdapat sumbatan maka lakukan Head tillt, Chin lift, Jaw Trust,
Finger swab, dan suction
9) Intubasi trakhea dengan leher ditahan dan immobilisasi yang netral
b. Breathing
1) Tentukan ada/tidaknya suara pernafasan yang efektif
2) Kaji adanya pergerakan dinding dada yang abnormal/ hilang/ asimetris
3) Evaluasi usaha bantu nafas, adanya penggunaan otot bantu pernafasan,
ekspansi dada atau tidak
4) Kaji adakah pola nafas yang abnormal (Apnea/Dispnea/
Bradipnea/Eupnea/Ortopnea/ Tachipnea)
5) Kaji adakah bunyi nafas yang abnormal (wheezing/crackles/ronchi)
6) Rasakan hembusan nafas penderita
7) Berikan intervensi untuk ventilasi tidak adekuat
8) Berikan bantuan nafas dengan resusitasi/BVM (Bag Valve Mask)
c. Circulation
1) Periksa nadi dengan meraba nadi karotis dan kaji adanya nadi, jumlah,
kualitas, dan karakter nadi
2) Kontrol perdarahan, jika ada
3) Palpasi nadi radial jika diperlukan (ada/tidak, kualitas lemah/kuat,
identifikasi rate lambat/normal/cepat
4) Kaji CRT, warna kulit, Temperature, dan diaphoresis
d. Disability
1) Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya merespon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar
2) Kaji Respon pasien menggunakan AVPU (Alert, Verbal, Pain,
Unresponsive)
3) Kaji pupil apakah isokor atau anisokor
12
e. Exposure
1) Kaji adanya trauma, deformitas, adanya jejas/luka, ukuran luka, dan
kedalaman luka
2) Jika terdapat kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dilakukan
2.3.1 Pengertian
Tindakan penilaian lanjutan setelah survei primer yang dilakukan secara
menyeluruh. Pemeriksaan dilakukan setelah pasien dengan keadaan stabil dan
dipastikan airway, breathing dan circulation membaik. Prinsip survey sekunder
adalah memeriksa ke seluruh tubuh yang lebih teliti dimulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki (head to toe) baik pada tubuh dari bagian depan maupun
belakang serta evaluasi ulang terhadap pemeriksaan tanda vital penderita. Dimulai
dengan anamnesa yang singkat meliputi AMPLE (allergy, medication, past illness,
last meal dan event of injury).
2.3.2 Tujuan
Tujuan dari secondary survey adalah untuk mencari cedera pada pasien
yang mengancam jiwa atau dapat menyebabkan kecacatan.
2.3.3 Indikasi
Secondary survey dilakukan pada pasien yang mengalami trauma dan non trauma.
13
7. Lampu pemeriksaan
8. Termometer
9. Gunting
10. Catatan
11. Alat tulis
14
O = Obat
M = Makanan
P = Penyakit
A = Alergi
K = Kejadian
g) Rahang
Luka, stabilitas, krepitasi.
h) Kulit
Luka, Basah/kering, darah, warna, suhu.
i) Leher
Luka, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang
leher.
6. Periksa Dada
1. Flail chest
2. Nafas diafragma
3. Kelainan bentuk
4. Tarikan antar iga
5. Nyeri tekan
6. Perlukaan
7. Suara ketuk
8. Suara nafas
9. Bunyi jantung
7. Periksa Perut
1. Luka
2. Distensi
3. Tegang
4. Massa
16
5. Gelembung udara
6. Nyeri tekan
7. Bising usus
9. Periksa Pelvis/Genetalia
1. Bentuk
2. Keutuhan tulang
3. Luka
4. Nyeri
5. Bengkak
6. Krepitasi
7. Priapismus
8. Inkontinensia
3.1 Kesimpulan
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum
tindakan/perawatan selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang
berguna bagi kehidupan. Karena sifat pelayanan gawat darurat yang cepat dan tepat,
maka sering dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan
bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang menginginkan
pelayanan secara cepat.Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau
informasi yang mendasar pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat
darurat harus berkompeten dalam melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan
pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan
ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan menentukan bentuk
pertolongan yang akan diberikan kepada pasien. Semakin cepat pasien ditemukan
maka semakin cepat pula dapat dilakukan pengkajian awal sehingga pasien tersebut
dapat segera mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau
kematian.Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai
dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo
waktu yang singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway, Breathing,
Circulation (ABC).
18
3.2 Saran
1. Disarankan kepada pembaca dapat memanfaatkan laporan pendahuluan ini dengan
baik sebagai media pendukung untuk menambah wawasan.
2. Disarankan khususnya kepada mahasiswa kesehatan untuk terus meningkatkan dan
menguasai pengetahuan mengenai pengkajian pada situasi gawat darurat.
3. Disarankan bagi tenaga kesehatan agar dapat mengetahui peranannya dalam
pengkajian pada situasi gawat darurat.
4. Disarankan kepada Institusi, untuk dapat memberikan kemudahan dalam pemakaian
sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Simbolon, H., & Sudharmono, U. (2021). Pelaksanaan Initial Assesment Pada Pasien Trauma
Oleh Mahasiswa Perawat Program Profesi Universitas Advent Indonesia. Jurnal
Kesehatan, 9(2), 8-13.
19