LP Ogizzzzzz
LP Ogizzzzzz
Diajukan guna untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan penyakit dalam yang diampu oleh:
Disusun oleh:
Ogis Sepnata Rizkiyanto
005221003
GR-4A
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam Pada Tn. S di Ruang Dahlia IV sebagai
persyaratan Praktik Klinik Keperawatan Penyakit Dalam.
Mahasiswa
Mengetahui,
Kepala Ruangan Kepala CI/CE
Ruang Dahlia IV Ruang Dahlia IV
1.
Mengetahui,
2. Kepala Ruangan
3.
Kepala CI/CE
Ruang Dahlia IV
4.
5. Ruang Dahlia IV
Penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Pendahuluan Praktik Keperawatan Penyakit Dalam
(Praktikum) yang disusun sebagai syarat pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Penyakit Dalam program studi
D3 Keperawatan Universitas Airlangga seluruhnya merupakan hasil karya kami sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Laporan Pendahuluan yang kami kutip dari hasil karya orang lain
telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Laporan Pendahuluan ini bukan hasil karya kami sendiri
atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini tepat pada waktunya. Laporan Pendahuluan ini
disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah diamanatkan dan dengan berbagai rintangan kami
mencoba untuk menyelesaikan laporan ini.
Diperlukan waktu yang cukup panjang untuk mendalami sub bab ini sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah banyak membantu dalam
proses penyelesaian laporan ini.
Kami berharap laporan yang kami buat dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaannya.
Penulis
BAB I
KONSEP MEDIS
1.1 Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. ini mengakibatkan infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan
perubahan klinis, bikomia serta seluler yang khas. Sampai saat ini sudah teridentifikasi lima tipe hepatitis
virus yang pasti yaitu: hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya peradangan pada
organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan
hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat- obatan, toksin gangguan metabolik, maupun kelainan
autoimun. Inveksi yang disebabkan virus merupakan penyebab tersering dan terbanyak dari hepatitis akut.
Terdapat 6 jenis virus hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G
(Arif, 2012).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan- bahan kimia yang disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Putri, 2015). Hepatitis merupakan peradangan luas pada jaringan hati
yang menyebabkan nekrosis dan degenarasi sel yang mengenai parenkim, sel-sel kuffer, duktus empedu,
dan pembuluh darah (Prastika, 2016).
1.2 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut (Soerjono. 2011):
1. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A ditularkan melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi feses penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
2. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan cairan tubuh penderita hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana
penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani.
3. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga ditularkan melalui
cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat berhubungan seksual tanpa kondom atau menggunakan
jarum suntik bekas penderita hepatitis C. Jika ibu hamil menderita hepatitis C, bayinya dapat tertular
penyakit ini saat melewati jalan lahir ketika persalinan.
4. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan jenis hepatitis
yang jarang terjadi, tetapi bisa bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam
tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh
lainnya.
5. Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah menular pada
lingkungan yang memiliki sanitasi yang buruk. Salah satunya melalui kontaminasinya pada sumber
air. Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh beberapa hal kondisi berikut:
1.5 Etiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang
dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.
Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi
hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan
suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati (Putri, 2015).
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang
sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus (Putri, 2015)
1.6 Pathway
(maaf yaa aku nda bisaa nanti kamu ss aja oce)
1.7 Komplikasi
1. Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):
2. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan samapai 8 bulan
3. Hepatitis aktif yang kronis
4. Sirosis hepatis
5. Gagal hati dan kematian
6. Karsinoma hepatoseluler primer
1.9 Penatalaksanaan
1) Medis
a) Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien akan merasakan
lebih baik dengan pembatas aktivitas fisik, kecuali diberikan pada mereka dengan
umur orang tua dan keadaan umum yang buruk.
b) Obat-obatan
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat: Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Obat-obatan yang
memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
Interferon α, Lamivudin, dan Ribavirin.
Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia).
Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
Jika penderita tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di berikan
infus glukosa. Jika nafsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat-obatan yang
mengubah susunan feora usus, misalnya neomisin atau kanamycin sampai
dosis total 4-6 mg / hr. Laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan
bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
2) Non Medis
a) Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
b) Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih dialirkan
pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan
aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi
secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai akan
menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV,
HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Ajarkan pasien teknik non farmakologis Membantu pasien mengurangi rasa nyeri.
seperti teknik relaksasi atau napas
dalam, distraksi, serta kompres hangat
atau dingin.
Kolaborasi: Mempertahankan kadar obat,
Berikan analgesik rutin sesuai dengan menghindari puncak periode nyeri.
indikasi.
Evaluasi keefektifan pemberian obat. Memberikan obat berdasarkan aturan.
Berikan lingkungan tenang. Membantu pasien mengurangi stress.
Observasi tanda-tanda vital. Untuk mengetahui perkembangan tanda-
tanda vital pasien.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
Tujuan: ganguan eliminasi urin bekurang atau hilang dalam 5x24 jam
Kriteria hasil:
- Kandung kemih kosong secara penuh
- Intake cairan dalam batas normal
- Bebas dari ISK
- Balance cairan seimbang
Intervensi Rasional
Urinary Retention Care
Lakukan penilaian kemih yang Pengkajian yang komprehensif dapat
komprehensif berfokus pada membantu dalam penatalaksanaan
inkontinensia (misal: output urin, pola yang tepat.
berkemih, fungsi kognitif).
Memantau balance cairan. Balance cairan dapat dijadikan sebagai
indikasi terganggunya eliminasi urin
klien.
Pemasangan selang kateter sesuai Untuk memudahkan klien saat
indikasi. mengalami gangguan eliminasi urin
namun harus disesuaikan dengan
indikasi.
Kolaborasi: Membantu menurunkan gangguan
Pemberian medikasi untuk mengontrol eliminasi urin.
urin.
Observasi tanda-tanda vital. Untuk mengetahui perkembangan tanda-
tanda vital pasien.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah akibat dari efek samping kemoradiasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil:
- Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
- BB ideal sesuai TB
- Tdak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi Rasional
Manajemen Nutrisi
Kaji adanya alergi makanan Menghindari penurunan kondisi tubuh
klien akibat alergi.
Kolaborasi: Membantu menentukan intake nutrisi
secara tepat.
Dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan Meningkatkan nutrisi dalam tubuh.
intake Fe, protein dan vitamin c
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan Mengobservasi balance nutrisi.
kalori.
Berikan informasi tentang kebutuhan Membantu klien menjaga nutrisi
nutrisi. secara mandiri.
Monitor BB, turgor kulit, mual Data melihat perkembangan nutrisi dan
muntah, kadar albumin, konjungtiva tanda-tanda vital klien.
dan TTV.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam tidak terjadi infeksi pada
klien
Kriteria hasil:
- Klien bebas dai tanda dan gejala infeksi
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi Rasional
Kontrol Infeksi
Jaga kebersihan area sekitar klien. Menghindari terjadinya infeksi pada
klien.
Cuci tangan setiap sebelum dan Menghindai infeksi pada klien.
sesudah tindakan keperawatan.
Tingkatkan intake nutrisi. Nutrisi yang adekuat membuat sistem
imunitas klien stabil.
Berikan terapi antibiotik bila perlu. Menghindari munculnya infeksi.
Monitor TTV. Sebagai data pekembangan tanda-
tanda vital klien.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup dan
penampilan akibat efek samping kemoterapi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien dapat menerima
kondisi tubuh
Kriteria hasil:
- Body image positive
- Mempertahankan interaksi sosial
Intervensi Rasional
Peningkatan Citra Tubuh
Kaji secara verbal dan nonverbal Melihat respon klien terhadap citra
respon klien terhadap tubuh. tubuhnya.
Menjelaskan kembali tentang penyakit Membantu meningkatkan pengetahuan
dan pengobatan. klien.
Dorong klien mengungkapkan Mengetahui perasaan klien tentang
perasaan. citra tubuhnya.
Fasilitasi kontak dengan individu lain Akan meningkatkan motivasi klien
dalam kelompok kecil. dalam proses penerimaan citra diri.