Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEPATITIS


DI RUANG DAHLIA IV RSUD DR. SOEGIRI

Diajukan guna untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan penyakit dalam yang diampu oleh:

Dr. Fanni Okviasanti, S. Kep., Ns., M. Kep.

Disusun oleh:
Ogis Sepnata Rizkiyanto
005221003
GR-4A
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam Pada Tn. S di Ruang Dahlia IV sebagai
persyaratan Praktik Klinik Keperawatan Penyakit Dalam.

Telah disetujui dan ditetapkan pada:


Hari:
Tanggal:

Mahasiswa

Ogis Sepnata Rizkiyanto


NIM: 005221003

Mengetahui,
Kepala Ruangan Kepala CI/CE
Ruang Dahlia IV Ruang Dahlia IV

Zunti Masruroh, S. Kep., Ns. Renny Wulan Y, S. Kep., Ns.


NIP: 19750225 200012 2002 NIP: 19820531 200701 2006

Dosen Pembimbing Praktik Klinik Keperawatan Penyakit Dalam

Dr. Fanni Okviasanti, S. Kep., Ns., M. Kep.


NIP: 19860408 200912 2003
LEMBAR KONSULTASI

NO. Hari/Tanggal Masukkan/Saran TTD

1.
Mengetahui,

2. Kepala Ruangan

3.
Kepala CI/CE
Ruang Dahlia IV
4.

5. Ruang Dahlia IV

Zunti Masruroh, S. Kep., Ns. Renny Wulan Y, S. Kep., Ns.


NIP: 19750225 200012 2002 NIP: 19820531 200701 2006

Dosen Pembimbing Praktik Klinik Keperawatan Penyakit Dalam


Dr. Fanni Okviasanti, S. Kep., Ns., M. Kep.
NIP: 19860408 200912 2003
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Pendahuluan Praktik Keperawatan Penyakit Dalam
(Praktikum) yang disusun sebagai syarat pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Penyakit Dalam program studi
D3 Keperawatan Universitas Airlangga seluruhnya merupakan hasil karya kami sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Laporan Pendahuluan yang kami kutip dari hasil karya orang lain
telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Laporan Pendahuluan ini bukan hasil karya kami sendiri
atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.

Lamongan, 22 April 2024

Penulis
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini tepat pada waktunya. Laporan Pendahuluan ini
disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah diamanatkan dan dengan berbagai rintangan kami
mencoba untuk menyelesaikan laporan ini.
Diperlukan waktu yang cukup panjang untuk mendalami sub bab ini sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah banyak membantu dalam
proses penyelesaian laporan ini.
Kami berharap laporan yang kami buat dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaannya.

Lamongan, 22 April 2024

Penulis
BAB I
KONSEP MEDIS

1.1 Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. ini mengakibatkan infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan
perubahan klinis, bikomia serta seluler yang khas. Sampai saat ini sudah teridentifikasi lima tipe hepatitis
virus yang pasti yaitu: hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya peradangan pada
organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan
hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat- obatan, toksin gangguan metabolik, maupun kelainan
autoimun. Inveksi yang disebabkan virus merupakan penyebab tersering dan terbanyak dari hepatitis akut.
Terdapat 6 jenis virus hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G
(Arif, 2012).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan- bahan kimia yang disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Putri, 2015). Hepatitis merupakan peradangan luas pada jaringan hati
yang menyebabkan nekrosis dan degenarasi sel yang mengenai parenkim, sel-sel kuffer, duktus empedu,
dan pembuluh darah (Prastika, 2016).

1.2 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut (Soerjono. 2011):
1. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A ditularkan melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi feses penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
2. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan cairan tubuh penderita hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana
penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani.
3. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga ditularkan melalui
cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat berhubungan seksual tanpa kondom atau menggunakan
jarum suntik bekas penderita hepatitis C. Jika ibu hamil menderita hepatitis C, bayinya dapat tertular
penyakit ini saat melewati jalan lahir ketika persalinan.
4. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan jenis hepatitis
yang jarang terjadi, tetapi bisa bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam
tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh
lainnya.
5. Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah menular pada
lingkungan yang memiliki sanitasi yang buruk. Salah satunya melalui kontaminasinya pada sumber
air. Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh beberapa hal kondisi berikut:

1) Konsumsi alkohol secara berlebihan


Konsumsi alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan pada hati (hepatitis) dan
menimbulkan kerusakan permanen pada sel-sel hati, sehingga fungsi hati akan terganggu.
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal hati dan sirosis.
2) Obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga dapat menyebabkan
peradangan pada hati. Kondisi ini disebut toxic hepatitis.
3) Penyakit autoimun
Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem imun tubuh secara keliru
menyerang sel-sel hati sehingga menimbulkan peradangan dan kerusakan sel.
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi Hepatitis menurut Prastika (2016):
1) Hepatitis Virus
a) Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dan merupakan penyakit endemis di beberapa negara
berkembang. Selain itu hepatitis A merupakan hepatits yang ringan, bersifat akut, sembuh
spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak menyebabkan infeksi kronik. Penularan penyakit
ini melalui fekal oral. Sumber penularannya umumnya terjadi karena pencemaran air minum,
makanan yang tidak dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal
hygiene yang rendah. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya IgM antibody serum
penderita. Gejalanya bersifat akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit kepala, mual dan
muntah, sampai icterus, bahkan sampai menyebabkan pembengkakan hati. Tidak ada
pengobatan khusus untuk penyakit ini tetapi hanya pengobatan pendukung dan menjaga
keseimbangan nutrisi. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
lingkungan, terutama terhadap makanan dan minuman serta melakukan PHBS.
b) Hepatitis B akut
Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus hepatitis B dari golongan virus DNA.
Masa inkubasinya 60-90 hari. Penularannya vertical terjadi pada masa perinatal dan 5% intra
uterine. Penularan horizontal melalui transfuse darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo,
dan transplantasi organ. Gejala hepatitis B akut tidak khas, seperti rasa terlalu lesu, nafsu makan
berkurang, demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus, dan air kencing
warna teh. Diagnosis diteggakkan dengan tes fungsi hati serum transaminase (ALT meningkat),
serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam serum. Pengobatan tidak diperlukan antiviral,
pengobatan umumnya bersifat simtomasis. Pencegahannya : telah dilakukan penapisan darah
sejak tahun1992 terhadap bank darah melalui PMI, Imunisasi yang sudah masuk dalam program
nasional : HBO (<12 jam), DPT/HB1 (2 bulan), DPT/HB2 (3 bulan) DPT/HB3 (4 bulan), dan
menghindari faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penularan.
c) Hepatitis B kronik
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut. Usia saat terjadinya
infeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi
maka 95% akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan bila penularan terjadi
pada usia balita, maka 20-30% menjadi hepatitis B kronik dan bila penularan
saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita hepatitis B kronik.
Hepatitis B kronik ditandai dengan HBsAG (Hepatitis B surface antigen)
positif (> 6 bulan). Selain HBsAG, perlu diperiksa HBeAG (hepatitis B E-
Antigen, anti- HBe dalam serum, kadar ALT (Alanin Amino Transferase),
HBV-DNA (hepatitis B virus-Deoxyribunukleic Acid) serta biopsy hati.
Biasanya tanpa gejala. Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia
7 macam obat untuk hepatitis B. prinsip pengobatan tidak perlu terburu buru
tapi jangan terlambat. Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan
hidup, menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatitis.
d) Hepatitis C
Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi virus hepatitis C
termasuk golongan virus RNA (ribo nucleic acid). Masa inkubasi 2-24
minggu. Penularan hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan
masa perinatal sangat kecil melalui jarum suntik (IDUs, tattoo) transpaltasi
organ, kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungan seks dapat
menularkan tetapi sangat kecil. Kronisitasnya 80% penderita akan menjadi
kronik. Pengobatan hepatitis C: kombinasi pegylated interferon dan ribavirin.
Pencegahan hepatitis C dengan menghindari faktor resiko karena sampai saat
ini belum tersedianya vaksin untuk hepatitis C.
e) Hepatitis D
Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya. Hepatitis D
juga disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk
berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi
virus hepatitis B. tidak ada vaksin tetapi secara otomatis orang akan
terlindungi jika telah diberikan imunisasi hepatitis B.
f) Hepatitis E
Dahulu dikenal sebagai hepatitis non A-non B. etiologi virus hepatitis E
termasuk virus RNA. Masa inkubasi 2-9 minggu. Penularan melalui fecal oral
seperti hepatitis A. diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV
pada penderita yang terinfeksi. Gejalanya ringan menyerupai gejala flu,
sampai icterus. Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus.
Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan
makanan dan minuman. Vaksinasi hepatitis E belum tersedia.
g) Kemungkinan hepatitis F dan G
Masih terdapat perdebatan dalam penelitian hepatitis mengenai kemungkinan
adanya virus hepatitis F. Sedangkan virus hepatitis G adalah suatu flavivirus
RNA yang mungkin menyebabkan hepatitis fulminant. HGV ditularkan
terutama melalui air namun juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Kelompok yang beresiko adalah individu yang telah menjalani transfuse
darah, tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja, pengguna obat melalui
intravena, atau pasien hemodialisis. Beberapa peneliti meyakini bahwa HGV
tidak menyebabkan hepatitis yang bermakna secara klinis sehingga mereka
tidak lagi mempertimbangkan virus ini sebagai virus hepatitis.
h) Hepatitis Kronik
Jika penyakit pasien menetap tidak sembuh secara klinik labolatorik atau
gambaran patologik anatomi dalam waktu 4 bulan. Dikatakan hepatitis kronik
jika kelainan menetap lebih dari 6 bulan. Ada 2 jenis hepatitis kronik, yaitu:
a. Hepatitis kronik persisten biasa yang akan sembuh sempurna
b. Hepatitis kronik aktif yang umumnya berakhir menjadi sirosis
hepatis
i) Hepatitis Fulminan
Hepatitis yang perjalanan penyakitnya berjalan dengan cepat, icterus menjadi
hebat, kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi/ensefalopati dan masuk
ke dalam keadaan koma dan kegagalan hati dan ditemukan tanda-tanda
perdarahan. Biasanya penderita meninggal 1 minggu sampai 10 hari.

1.4 Tanda Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai berikut (Nurarif,
2015):
1. Malaise, anoreksia, mual dan muntah.
2. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, sakit kepala dan mialgia
3. Demam ditemukan pada infeksi HAV
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap.
5. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
6. Nyeri tekan pada hati
7. Splenomegali ringan
8. Limfadenopatik

1.5 Etiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang
dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.
Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi
hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan
suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati (Putri, 2015).
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang
sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus (Putri, 2015)
1.6 Pathway
(maaf yaa aku nda bisaa nanti kamu ss aja oce)
1.7 Komplikasi
1. Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):
2. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan samapai 8 bulan
3. Hepatitis aktif yang kronis
4. Sirosis hepatis
5. Gagal hati dan kematian
6. Karsinoma hepatoseluler primer

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit hepatitis antara
lain (Kowalak, 2016):
1. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH
Meningkat pada kerusakan sel hati dan pada kedaan lain terutama infark miokardium.
2. Bilirubin direk
Meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi.
3. Bilirubin indirek
Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert.
4. Bilirubin serum total
Meningkat pada penyakit hepatoseluler.
5. Protein serum total
Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
6. Masa protombin
Meningkat pada penurunan sintetis prothrombin akibat kerusakan sel hati.
7. Kolesterol serum
Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktusi ductus biliaris

1.9 Penatalaksanaan
1) Medis
a) Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien akan merasakan
lebih baik dengan pembatas aktivitas fisik, kecuali diberikan pada mereka dengan
umur orang tua dan keadaan umum yang buruk.
b) Obat-obatan
 Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
 Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat: Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
 Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Obat-obatan yang
memetabolisme hati hendaknya dihindari.
 Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
 Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
 Interferon α, Lamivudin, dan Ribavirin.
 Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia).
 Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
 Jika penderita tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di berikan
infus glukosa. Jika nafsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
 Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat-obatan yang
mengubah susunan feora usus, misalnya neomisin atau kanamycin sampai
dosis total 4-6 mg / hr. Laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan
bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
2) Non Medis
a) Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
b) Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih dialirkan
pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan
aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi
secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai akan
menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV,
HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Keperawatan

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah akibat dari efek samping kemoradiasi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup dan
penampilan akibat efek samping kemoterapi.
2.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Tujuan: menghilangkan/mengurangi nyeri yang dirasakan klien dalam 3x24 jam
Kriteria hasil:
- Nyeri hilang/berkurang
- TTV dalam batas normal
Intervensi Rasional
Manajemen Nyeri
Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan Membantu dalam evaluasi gejala nyeri
karaktersitik nyeri. kanker yang dapat melibatkan visera,
saraf atau jaringan tulang.
Kaji pernyataan verbal dan nonverbal Ketidaksesuaian antara verbal dan
nyeri pasien. nonverbal menunjukan.derajat nyeri.

Ajarkan pasien teknik non farmakologis Membantu pasien mengurangi rasa nyeri.
seperti teknik relaksasi atau napas
dalam, distraksi, serta kompres hangat
atau dingin.
Kolaborasi: Mempertahankan kadar obat,
Berikan analgesik rutin sesuai dengan menghindari puncak periode nyeri.
indikasi.
Evaluasi keefektifan pemberian obat. Memberikan obat berdasarkan aturan.
Berikan lingkungan tenang. Membantu pasien mengurangi stress.
Observasi tanda-tanda vital. Untuk mengetahui perkembangan tanda-
tanda vital pasien.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
Tujuan: ganguan eliminasi urin bekurang atau hilang dalam 5x24 jam
Kriteria hasil:
- Kandung kemih kosong secara penuh
- Intake cairan dalam batas normal
- Bebas dari ISK
- Balance cairan seimbang
Intervensi Rasional
Urinary Retention Care
Lakukan penilaian kemih yang Pengkajian yang komprehensif dapat
komprehensif berfokus pada membantu dalam penatalaksanaan
inkontinensia (misal: output urin, pola yang tepat.
berkemih, fungsi kognitif).
Memantau balance cairan. Balance cairan dapat dijadikan sebagai
indikasi terganggunya eliminasi urin
klien.
Pemasangan selang kateter sesuai Untuk memudahkan klien saat
indikasi. mengalami gangguan eliminasi urin
namun harus disesuaikan dengan
indikasi.
Kolaborasi: Membantu menurunkan gangguan
Pemberian medikasi untuk mengontrol eliminasi urin.
urin.
Observasi tanda-tanda vital. Untuk mengetahui perkembangan tanda-
tanda vital pasien.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah akibat dari efek samping kemoradiasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil:
- Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
- BB ideal sesuai TB
- Tdak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi Rasional
Manajemen Nutrisi
Kaji adanya alergi makanan Menghindari penurunan kondisi tubuh
klien akibat alergi.
Kolaborasi: Membantu menentukan intake nutrisi
secara tepat.
Dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan Meningkatkan nutrisi dalam tubuh.
intake Fe, protein dan vitamin c
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan Mengobservasi balance nutrisi.
kalori.
Berikan informasi tentang kebutuhan Membantu klien menjaga nutrisi
nutrisi. secara mandiri.
Monitor BB, turgor kulit, mual Data melihat perkembangan nutrisi dan
muntah, kadar albumin, konjungtiva tanda-tanda vital klien.
dan TTV.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam tidak terjadi infeksi pada
klien
Kriteria hasil:
- Klien bebas dai tanda dan gejala infeksi
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi Rasional
Kontrol Infeksi
Jaga kebersihan area sekitar klien. Menghindari terjadinya infeksi pada
klien.
Cuci tangan setiap sebelum dan Menghindai infeksi pada klien.
sesudah tindakan keperawatan.
Tingkatkan intake nutrisi. Nutrisi yang adekuat membuat sistem
imunitas klien stabil.
Berikan terapi antibiotik bila perlu. Menghindari munculnya infeksi.
Monitor TTV. Sebagai data pekembangan tanda-
tanda vital klien.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup dan
penampilan akibat efek samping kemoterapi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien dapat menerima
kondisi tubuh
Kriteria hasil:
- Body image positive
- Mempertahankan interaksi sosial
Intervensi Rasional
Peningkatan Citra Tubuh
Kaji secara verbal dan nonverbal Melihat respon klien terhadap citra
respon klien terhadap tubuh. tubuhnya.
Menjelaskan kembali tentang penyakit Membantu meningkatkan pengetahuan
dan pengobatan. klien.
Dorong klien mengungkapkan Mengetahui perasaan klien tentang
perasaan. citra tubuhnya.
Fasilitasi kontak dengan individu lain Akan meningkatkan motivasi klien
dalam kelompok kecil. dalam proses penerimaan citra diri.

2.4 Implementasi Keperawatan


Melakukan intervensi atau tindakan keperawatan yang sudah direncanakan untuk pasien
sesuai jadwal dan bertahap agar diperoleh hasil yang diinginkan. Pelaksanaan merupakan
pengelolaan dari perwujudan rencana tindakan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu
validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan dan mengumpulkan data.

2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang dilaksanakan
dengan sengaja dan terus-menerus yang dilakukan oleh perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya dengan tujuan untuk memenuhi apakah tujuan dan rencana keperawatan terapi atau
tidak serta untuk melakukan pengkajian ulang, sehingga didapat penilaian sebagai berikut:
1. Tujuan tercapai: Klien mampu melakukan/menunjukan perilaku pada waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian: Klien mampu menunjukan perilaku tetapi hanya sebagian dari
tujuan yang diharapkan.
3. Tujuan tidak tercapai: Bila klien tidak mampu atau tidak sama sekali menunjukan perilaku
yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan bisa dalam bentuk catatan perkembangan dengan
menggunakan metode SOAP:
S (Subjektif): data berdasarkan keluhan pasien/keluarga pasien.
O (Objektif): data berdasarkan hasil pengukuran/observasi langsung kepada pasien
A (Assessment): masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja terjadi akibat
perubahan status kesehatan yang telah teridentifikasi datanya dalam data
subjektif dan objektif.
P (Planning): perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau menambah rencana tindakan keperawatan

2.6 Nursing Pathway


DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis.Yogyakarta:
Mediaction.
Cervical Center. (2017). Kanker Serviks.
Darmawati. (2015). Cervical Cancer in Productive Women. Idea Nursing Journal Vol 1 No 1, 9-
10.
Novelia, D. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Serviks Post Kemoterapi
di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang. KARYA
TULIS ILMIAH.
Tim Cancer Helps. (2010). Stop Kanker. Jakarta Selatan: PT. AgroMedika Pusaka.
American Cancer Society. 2019. What Are the Key Statistics About Cervical Cancer?.
https://www.cancer.org/cancer/cervicalcancer/about/key-statistics.html
Balitbangkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riske sdas%202013.pdf
Balitbangkes. 2018. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/info- 11
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
Bustan, MN. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Brownson, Ross C et al. 1993. Chronic Disease Epidemiology and Control, American Public
Health Association
Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara, Jakarta:
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim,
Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2015. Info Datin, Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/i
nfodatin-kanker.pdf diakses tanggal 26 Oktober 2018
Kemenkes RI. 2015. Situasi Terkini Kanker, Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi Dini Kanker
Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara.
http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/Buku_Pandu an_Pelaksanaan_IVA-
SADANIS_2015.pdf
Komite Penangulangan Kanker Nasional. 2010. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Kanker Serviks. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKServiks.pdf
WHO. 2019. Human papillomavirus (HPV) and cervical cancer. https://www.who.int/en/news-
room/fact-sheets/detail/human-papillomavirus-(hpv)-and-cervical-cancer

Anda mungkin juga menyukai