Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV

(Human Immunodeficiency Virus)

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi


Dosen Pengampu : Ns. Dora Samaria, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh :
Kelas C
Kelompok 4

Intan Kusuma W 2110711075


Nurul Madina 2110711092
Medina Zahwa Yuniar 2110711106
Muhamad Faturrachman 2110711113
Dita Amalia Dewi 2110711114

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan adanya rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan HIV (Human
Immunodeficiency Virus” dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat di waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini kami buat untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa Sarjana
Keperawatan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta dalam mata kuliah
Kesehatan Reproduksi.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Namun,
dalam pembuatan makalah ini tentu saja masih terdapat banyak kekurangan. Oleh, karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah ini
ke depannya.

Depok, 04 April 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
D. Manfaat 4
BAB II 5
KONSEP HIV 5
A. Definisi 5
B. Etiologi 5
C. Tanda dan Gejala 6
D. Pathway 7
E. Penatalaksanaan 7
F. Diagnosa Keperawatan 9
G. Intervensi Keperawatan 9
H. Evaluasi Keperawatan 10
BAB III 11
ASUHAN KEPERAWATAN HIV 11
A. Kasus 11
B. Pengkajian 11
C. Analisa Data 14
D. Diagnosa Keperawatan 16
E. Intervensi Keperawatan 16
F. Implementasi Keperawatan 20
G. Evaluasi Keperawatan 23
BAB IV 26
PENUTUP 26
A. Kesimpulan 26
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 28

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS (Acquire Immune Deficiency Sindrom) merupakan kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Rendi &
Margareth, 2012). Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh menurun yang kemudian mengakibatkan AIDS
(Hutapea, 2003).

Jumlah AIDS di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 1987 – Maret 2019 total
115.601 kasus dengan 1.536 kasus perbulan Januari Sampai Maret 2019 , sedangkan
jumlah HIV di Indonesia yang dilaporkan sejak tahun 2005 – Maret 2019 total
338.363 kasus dengan 11.081 kasus perbulan Januari Sampai Maret 2019.

Masalah keperawatan yang muncul pada anak dengan HIV/AIDS salah satunya yaitu
defisit nutrisi, dimana defisit nutrisi merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolism (SDKI DPP PPNI, 2016). Penyebab dari defisit
nutrisi yaitu ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan
metabolism, faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (mis.
Stress, keengganan untuk makan).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HIV?
2. Bagaimana konsep dari penyakit HIV?
3. Apa tanda dan gejala yang dapat muncul pada penderita HIV?
4. Bagaimana HIV menginfeksi tubuh?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan HIV?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep penyakit HIV
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien HIV
3. Mengetahui tanda dan gejala HIV

3
4. Mengetahui cara penatalaksanaan HIV

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Sebagai pengembangan kemampuan mahasiswa dalam hal pemberian asuhan
keperawatan jiwa di komunitas dan menambah pengalaman mahasiswa dalam
merawat klien dengan resiko harga diri rendah di komunitas.

4
BAB II
KONSEP HIV

A. Definisi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih
dan menyebabkan penurunan imunitas manusia (WHO, 2014 dalam Pusdatin
Kemenkes, 2014). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan
gejala kerusakan sistem kekebalan tubuh bukan disebabkan oleh penyakit bawaan
namun disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV) (Ovany et al., 2020). HIV sendiri dapat ditularkan melalui cairan tubuh.
Termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV melalui
beberapa kegiatan berisiko tertentu. Mulai dari hubungan seksual tidak sehat tanpa
kondom, penggunaan alat medis seperti jarum suntik yang tidak steril, transfusi darah,
hingga kehamilan, persalinan, dan menyusui.

B. Etiologi
Acquired ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
Immunodficiency Virus (HIV), yang merupakan golongan dari retrovirus. Retrovirus
mempunyai kemampuan menggunakan RNA nya dan DNA pejamu untuk membentuk
virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang dan utammanya
memunculkan tanda dan gejala AIDS. Ada dua tipe HIV yang dapat menyebabkan
AIDS yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 bermutasi lebih cepat karena replikasinya lebih
cepat. Sedangkan HIV-2, ketidakmampuan dalam menghasilkan kekebalan tubuh
berkembang lebih lambat dan lebih halus dibandingkan dengan yang terinveksi
HIV-1. HIV ditularkan melalui cairan tubuh dengan perilaku berisiko tinggi seperti
hubungan seksual heteroseksual dengan pasangan terinfeksi HIV, penggunaan
narkoba suntikan, dan hubungan homoseksual laki-laki. Orang yang menerima
transfusi darah atau produk darah yang terkontaminasi HIV, anak-anak yang lahir dari
ibu dengan HIV Infeksi, bayi yang mendapat ASI ibu terinfeksi HIV, dan petugas
layanan kesehatan yang terpapar luka jarum suntik yang terkait dengan pasien yang
terinfeksi juga berisiko.

5
C. Tanda dan Gejala

Dilansir dari Healthline, gejala awal HIV dikenal dengan istilah medis sindrom
retroviral akut. Beberapa ciri-ciri HIV tahap awal antara lain:
1. Sakit kepala
2. Demam
3. Badan mudah lelah, padahal tidak banyak beraktivitas dan sudah cukup tidur
4. Nyeri sendi
5. Tidak nafsu makan
6. Kelenjar getah bening bengkak
7. Sakit tenggorokan
8. Ruam
9. Nyeri otot
10. Kerap muncul sariawan di mulut
11. Ada borok atau luka bernanah di alat kelamin
12. Sering berkeringat di malam hari, padahal cuaca tidak bikin gerah
13. Kerap diare
14. Tidak enak badan
15. Mual
Gejala awal HIV bisa berkembang dalam selang dua sampai empat minggu setelah
penderita tertular penyakit ini.

6
D. Pathway

E. Penatalaksanaan

1. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan infeksi HIV.


Infeksi umum trimetroprime-sulfametoksazol, yang disebut pula TMP-SMZ
(bactrim, septra), merupakan preparat antibakteri untuk mengatasi berbagai
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Penderita AIDS yang diobati
dengan TMP-SMZ dapat mengalami efek yang merugikan dengan insiden tinggi
yang tidak lazim terjadi, seperti demam, ruam, leukopenia, trombositopenia
dengan gangguan fungsi renal.

7
2. Terapi antiretrovirus
Saat ini terdapat empat preparat yang sudah disetujui oleh FDA untuk
pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; zidovudin, dideoksinosin,
dideoksisitidin dan stavudin. Semua obat ini menghambat kerja enzim reserve
trancriptase virus dan mencegah virus reproduksi HIV untuk membangun DNA
bagi partikel-partikel virus baru

3. Terapi nutrisi
Pemberian nutrisi yang sehat dan seimbang pada ibu hamil diperlukan bagi
penderita HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi
sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi dan
menjaga orang yang hidup dengan infeksi HIV AIDS tetap aktif dan produktif.
Pada penderita HIV AIDS sudah terjadi sejak stadium dini, defisiensi terjadi
karena HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi zat
gizi. Untuk mengatasi masalah nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka harus
diberi makanan tinggi kalori, tinggi protein, kaya vitamin dan mineral.

4. Penatalaksanaan pencegahan penularan hiv pada ibu hamil ke anak


Cara untuk mencegah penularan hiv pada ibu hamil ke anak (janin) menurut
(setiawan, 2014) adalah untuk mempertahan kesehatan dan status nutrisi ibu,
serta mengobati ibu agar jumlah viral load tetap rendah sampai pada tingkat
yang tidak dapat dideteksi.
Untuk mengurangi penularan dari ibu hamil dengan HIV ke bayi pada masa
antenatal (hamil).
- Konseling dan Tes Antibodi HIV terhadap Ibu
- Pencatatan dan pemantauan ibu hamil
- Pengobatan dan profilaksis antiretrovirus pada ibu terinfeksi HIV.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012) dalam Pedoman Nasional
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak. Tujuan pemberian ARV adalah
sebagai berikut:
- Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat.
- Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan
HIV.
- Memperbaiki kualitas hidup ODHA.

8
- Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh.
- Menekan replikasi virus secara maksimal.

F. Diagnosa Keperawatan

1. (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan


makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
2. (D.0020) Diare berhubungan dengan proses infeksi
3. (D.0023) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. (D.0130) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
5. (D.0001) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas
6. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

G. Intervensi Keperawatan

1. Defisit Nutrisi
Tujuan : (L.03030) Status Nutrisi membaik
Intervensi : Manajemen Nutrisi (I.03119)
2. Diare
Tujuan : (L.04033) Eliminasi Fekal membaik
Intervensi : Manajemen Diare (I.03101)
3. Hipovolemia
Tujuan : (L.03208) Status Cairan membaik
Intervensi : Manajemen Hipovolemia (I.03116)
4. Hipertermia
Tujuan : (L.14134) Termoregulasi membaik
Intervensi : Manajemen Hipertermia (I.15506)
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan : (L.01001) Bersihan Jalan Nafas meningkat
Intervensi : Manajemen Jalan Napas (I.01011)
6. Ansietas
Tujuan : (L.09093) Tingkat Ansietas menurun

9
Intervensi : Reduksi Ansietas (I.09134)

H. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan


evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang telah dicapai setelah proses
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan dan
kriteria hasil evaluasi yang telah diharapkan dapat tercapai. Proses evaluasi dalam
asuhan keperawatan didokumentasikan dalam SOAP.
a. Subjektif yaitu respon evaluasi tertutup yang tampak hanya pada pasien yang
mengalami dan hanya dapat dijelaskan serta diverifikasi oleh pasien tersebut.
b. Objektif yaitu respon evaluasi yang dapat dideteksi, diukur, dan diperiksa
menurut standar yang diterima melalui pengamatan, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan medis lainnya
c. Assessment adalah proses evaluasi untuk menentukan telah tercapainya hasil
yang diharapkan
d. Planning adalah penilaian tentang pencapaian tujuan untuk menentukan
rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan assessment.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIV

A. Kasus
Seorang pasien berinisial Ny. T, berusia 28 tahun, datang poliklinik kandungan
dengan keluhan sudah 10 hari demam, menggigil, banyak berkeringat pada malam
hari, nafsu makan turun, pusing, mudah lelah, mual, muntah dan diare 5x/hari disertai
penurunan berat badan. Didapati bercak putih tebal serta sariawan pada rongga mulut.
Pasien juga mengatakan batuk sudah 3 minggu belum sembuh juga, merasa sesak
serta dahak sulit dikeluarkan. Klien mengatakan usia kehamilan 24 minggu, G1P0A0.
Hasil pemeriksaan TTV, TD: 110/60 mmHg, Nadi 74x/mnt, Suhu : 39,5C, RR :
24x/menit. BB sebelum sakit : 60 kg. BB sesudah sakit : 62 kg. TB : 157 cm. Hasil
pemeriksaan auskultasi abdomen didapati bising usus 30x/menit. Pasien mengatakan
pekerja seks komersial (PSK) sejak 5 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan, pasien
dinyatakan positif terkena virus HIV. Hasil pemeriksaan CD4 < 200, Hematokrit :
27%, Leukosit : 14.000, Hemoglobin : 14 gr%. GDS : 100 mg/dL. Pasien terlihat
gelisah saat mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, serta merasa sangat
khawatir terhadap kondisi janinnya.

B. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Keterangan

Kondisi Umum :
1. BB 60 kg sesudah sakit 62 kg
2. TB 157 cm
3. TD 110/60 mmHg
4. Suhu 39,5 ⁰C

Kepala :
1. Rambut Hitam, lurus, dan tampak bersih

2. Mata

11
Konjungtiva anemis, sklera anikterik,
penglihatan baik
3. Hidung
Penciuman baik, tidak ada polip, tidak
ada pembengkakan.
4. Mulut

Mukosa kering, Stomatitis (+),


5. Telinga
Pendengaran baik, tidak ada serumen.

Leher:

a. Inspeksi Tidak ada pembengkakan

b. Palpasi Tidak ada pembesaran KGB

Dada:

Mamae

a. Inspeksi
Simetris.
b. Palpasi
Tidak ada pembengkakan.

Paru

a. Inspeksi
RR = 23 x/menit, tidak ada massa atau
benjolan.

12
b. Palpasi Ekspansi paru menurun, tidak ada nyeri
tekan.

c. Perkusi
Redup

d. Auskultasi
Ronkhi (+) pada paru-paru kanan dan kiri
bawah
Jantung

a. Palpasi (ictus cordis)


Teraba kuat.
b. Perkusi
Tidak ada pembesaran area jantung.
c. Auskultasi
Irama teratur, tidak ada suara tambahan.

Abdomen:

a. Inspeksi Simetris.

b. Auskultasi Bising usus (30x/menit).

c. Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak ada


benjolan.

Ekstremitas Bawah:

a. Inspeksi
Tampak lemah
b. Palpasi
Reflek patella (+)

b. Data Fokus

13
Data Subjektif Data Objektif

● Pasien mengatakan sudah 10 hari ● TD: 110/60 mmHg.


demam ● Nadi 74x/mnt,
● Pasien mengatakan menggigil, ● Suhu: 39,5 C
berkeringat di malam hari ● RR 23 x/menit
● Pasien mengatakan nafsu makan ● BB saat pemeriksaan 50 kg
menurun ● TB 165 cm
● Pasien mengatakan BB semakin ● Konjungtiva Anemis
menurun disertai diare 5x/hari dan ● Auskultasi ronchi pada paru
bercak berwarna putih tebal serta kanan dan kiri bagian bawah
sariawan di rongga mulut ● Ekspansi paru menurun.
● Pasien mengatakan batuk sudah 3 ● Perkusi paru redup
minggu ● Bising usus 30 x/menit
● Pasien mengatakan dahak sulit ● Stomatitis (+)
dikeluarkan ● Mukosa kering
● Pasien mengatakan merasa sedikit ● CD4 <200
sesak ● Hb 10 gr/dL
● Pasien mengatakan pekerja seks ● Ht 27%
komersial (PSK) sejak 5 tahun yang ● Leukosit 14.000.
lalu. ● G1P0A0
● Klien mengatakan usia kehamilan 24 ● Pasien terlihat gelisah
minggu
● Pasien mengatakan merasa sangat
khawatir terhadap kondisi janinnya.

C. Analisa Data

Data Masalah Etiologi

DS : Hipertermia (D. 0130) Proses Penyakit


● Pasien mengatakan SDKI Edisi 1 Halaman
sudah 10 hari demam 284

14
● Pasien mengatakan
menggigil, berkeringat
di malam hari

DO :
● TD: 110/60 mmHg.
● Nadi 74x/mnt,
● Suhu: 39,5 C
● Konjungtiva Anemis

DS : Bersihan Jalan Napas Hipersekresi Jalan


● Pasien mengatakan Tidak Efektif (D. 0149) Napas
batuk sudah 3 minggu SDKI Edisi 1 Halaman
● Pasien mengatakan 18
dahak sulit dikeluarkan
● Pasien mengatakan
merasa sedikit sesak

DO :
● RR 23 x/menit
● Auskultasi ronchi pada
paru kanan dan kiri
bagian bawah

DS : Ansietas (D. 0080) Krisis Situasional


● Pasien mengatakan SDKI Edisi 1 Halaman
pekerja seks komersial 180
(PSK) sejak 5 tahun
yang lalu.
● Klien mengatakan usia
kehamilan 24 minggu
● Pasien mengatakan
merasa sangat khawatir

15
terhadap kondisi
janinnya
DO :
● Pasien terlihat gelisah

D. Diagnosa Keperawatan
● Hipertermia (D. 0130) berhubungan proses penyakit ditandai dengan klien
demam sudah 10 hari, suhu tubuh 39,5 C, suka menggigil dan berkeringat di
malam hari.
● Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D. 0149) berhubungan hipersekresi jalan
napas ditandai dengan klien mengatakan batuk sudah 3 minggu namun dahak
sulit dikeluarkan serta mengatakan merasa sedikit sesak.
● Ansietas (D. 0080) berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
klien mengatakan pekerja seks komersial (PSK) sejak 5 tahun yang lalu
dengan usia kehamilan 24 minggu serta merasa sangat khawatir dan terlihat
gelisah terhadap janinnya.
E. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil

Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia


dengan proses penyakit keperawatan selama 2x24 (l.03115)
jam diharapkan masalah Observasi :
keperawatan Hipertermi - Monitor Suhu tubuh
dapat teratasi dengan - Monitor komplikasi
kriteria akibat hipertermia
hasil:Termoregulasi Terapeutik :
(L.14134) - Sediakan
- Menggigil menurun lingkungan yang
- Tekanan darah dingin
membaik

16
- Hipoksia Menurun - Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
Edukasi :
- Anjurkan tirah

Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan tindakan Latihan Batuk Efektif


Tidak Efektif keperawatan selama 2x24 (l.01006)
berhubungan dengan jam diharapkan masalah Observasi :
hipersekresi jalan napas keperawatan Bersihan - Identifikasi
Jalan Napas Tidak Efektif kemampuan batuk
dapat teratasi dengan - Monitor adanya
kriteria hasil: retensi sputum
Bersihan Jalan Napas - Monitor tanda dan
(L.01001) gejala infeksi
- Batuk efektif saluran napas
Meningkat Terapeutik :
- Produksi Sputum - Atur posisi
Menurun semi-Fowler atau
- Dispnea Menurun Fowler
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik
napas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2

17
detik,kemudian
keluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu
(dibulatkan)selama
8 detik
- Anjurkan
mengulangi tarik
napas dalam hingga
3 kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke-3

Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (l.09326)


dengan krisis situasional keperawatan selama 2x24 Observasi :
jam diharapkan masalah - Identifikasi teknik
Defisit Nutrisi dapat relaksasi yang
teratasi dengan kriteria pernah efektif
hasil: Tingkat Ansietas digunakan
(L.09093) - Identifikasi
- Verbalisasi kesediaan,kemampu
Khawatir akibat an dalam
yang dihadapi penggunaan teknik
Menurun sebelumnya
- Perilaku gelisah - Monitor respons
Menurun terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik :
- Ciptakan
lingkungan tenang

18
tanpa ada
gangguan,dengan
pencahayaan dan
suhu ruangan
nyaman,jika
memungkinkan
- Gunakan nada suara
lembut dengan
irama lambat dan
berirama
- Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
Edukasi :
- Jelaskan
tujuan,manfaat,bata
san,dan jenis
relaksasi yang
tersedia
- Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih

19
F. Implementasi Keperawatan

Tanggal No. Implementasi Respon/Hasil


DX

Minggu, 2 April 1 Mengganti linen Pasien mengatakan lebih


2023 nyaman dengan linen
(09.00) baru, yang bersih dan
tidak lembab

2 Mengatur posisi Pasien mengatakan dapat


semi-Fowler atau Fowler bernafas dengan lebih
nyaman

Minggu, 2 April 1 Memonitor Suhu tubuh Suhu: 39,5 °C


2023
1 Memonitor komplikasi Pasien tidak
(09.15)
akibat hipertermia menunjukkan
tanda-tanda komplikasi
hipertermia

Minggu, 2 April 3 Identifikasi teknik relaksasi Pasien mengatakan tidak


2023 yang pernah efektif pernah melakukan teknik
(10.00) digunakan relaksasi

Minggu, 2 April 3 Ciptakan lingkungan Pasien mengatakan


2023 tenang tanpa ada merasa lebih nyaman
(10.05) gangguan,dengan
pencahayaan dan suhu
ruangan nyaman, jika
memungkinkan

Minggu, 2 April 1 Menganjurkan tirah baring Pasien hanya akan


2023 melakukan aktivitas di
(13.00) bed-nya dan lebih
banyak beristirahat

20
1 Menyediakan lingkungan Pasien dapat beristirahat
yang dingin dengan lebih nyaman

Minggu, 2 April 2 Mengidentifikasi Pasien batuk tidak


2023 kemampuan batuk efektif
(15.00)
2 Memonitor adanya retensi Pasien mengatakan sulit
sputum mengeluarkan dahak, hal
itu dikarenakan sputum
berlebihan

2 Memonitor tanda dan gejala - Pasien mengatakan


infeksi saluran napas batuk sudah 3
minggu
- Pasien mengatakan
dahak sulit
dikeluarkan
- Auskultasi ronchi
pada paru kanan dan
kiri bagian bawah

Senin, 3 April 3 - Gunakan nada suara Pasien bersedia


2023 lembut dengan melakukan teknik
(09.00) irama lambat dan relaksasi nafas dalam
berirama
- Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi
yang tersedia

21
Senin, 3 April 3 - Anjurkan Pasien mengatakan
2023 mengambil posisi merasa lebih nyaman
(09.05) nyaman setelah melakukan
- Anjurkan rileks dan teknik relaksasi nafas
merasakan sensasi dalam dan mengatakan
relaksasi akan melatih kembali
- Anjurkan sering tekniknya
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
- Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi

Senin, 3 April 2 Memonitor adanya retensi Pasien mengatakan


2023 sputum masih sulit
(10.00) mengeluarkan dahak
karenakan sputum
berlebihan

2 Menjelaskan tujuan dan Pasien bersedia


prosedur batuk efektif melakukan latihan batuk
efektif

Senin, 3 April 2 - Menganjurkan tarik Pasien dapat melakukan


2023 nafas dalam melalui batuk efektif dan dapat
(10.10) hidung selama 4 detik, mengeluarkan dahaknya
ditahan selama 2
detik,kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan)selama 8
detik
- Menganjurkan

22
mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
- Menganjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik nafas
dalam yang ke-3

Senin, 3 April 1 Memonitor Suhu tubuh Suhu: 37°C


2023
1 Memonitor komplikasi Pasien tidak
(11.00)
akibat hipertermia menunjukkan tanda dan
gejala komplikasi
hipertermia

G. Evaluasi Keperawatan

Hari/tanggal No. Dx Evaluasi

Minggu, 2 April 1 S:
2023 - Pasien mengatakan sudah 10 hari demam
- Pasien mengatakan menggigil,
berkeringat di malam hari
O:
- TD: 110/60 mmHg.
- Nadi 74x/mnt,
- Suhu: 39,5 C
- Konjungtiva Anemis
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

2 S:
- Pasien mengatakan batuk sudah 3 minggu
- Pasien mengatakan dahak sulit
dikeluarkan

23
- Pasien mengatakan merasa sedikit sesak
O:
- RR 23 x/menit
- Auskultasi ronchi pada paru kanan dan
kiri bagian bawah
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

3 S:
- Pasien mengatakan pekerja seks
komersial (PSK) sejak 5 tahun yang lalu.
- Klien mengatakan usia kehamilan 24
minggu
- Pasien mengatakan merasa sangat
khawatir terhadap kondisi janinnya

O:
- Pasien terlihat gelisah
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Senin, 3 April 1 S:
2023 - Pasien mengatakan sudah tidak demam
- Pasien mengatakan sudah tidak
menggigil, dan berkeringat di malam hari
O:
- TD: 110/60 mmHg.
- Nadi 74x/mnt,
- Suhu: 37.00 °C
- Konjungtiva tidak Anemis
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

2. S:

24
- Pasien mengatakan sudah tidak batuk
- Pasien mengatakan dahak sudah dapat
dikeluarkan
- Pasien mengatakan sudah tidak sesak
O:
- RR: 20x/menit
- Auskultasi ronchi pada paru kanan dan
kiri bagian bawah
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

3. S:
- Pasien mengatakan jauh lebih tenang dan
bisa berpikir positif terhadap kondisi
janinnya
O:
- Pasien terlihat lebih tenang
- Pasien tidak gelisah
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih
dan menyebabkan penurunan imunitas manusia (WHO, 2014 dalam Pusdatin
Kemenkes, 2014). Sedangkan AIDS adalah kumpulan gejala yang dapat timbul ketika
tubuh terinfeksi virus HIV. Umumnya HIV ini tidak akan memunculkan gejala dan
baru akan timbul gejala ketika mereka sudah menyebar.

Tanda gejala yang dapat dialami oleh orang yang terinfeksi HIV adalah sakit kepala,
demam, badan mudah lelah, padahal tidak banyak beraktivitas dan sudah cukup tidur,
nyeri sendi, tidak nafsu makan, dan masih banyak lagi. setiap penderita HIV biasanya
akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda. kebanyakan HIV menyebar dari
berbagai aspek terutama cairan tubuh manusia. pasien dengan HIV tentunya
mempunyai beberapa terapi pengobatan yang harus dilakukan agar mencegah virus
semakin menyebar. adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan seperti obat-obat
untuk infeksi yang berhubungan dengan infeksi HIV, Terapi antiretroviral (ARV),
Inhibitor protease, dan terapi nutrisi.

B. Saran
1. Bagi Penderita HIV/AIDS
Para penderita HIV/AIDS diharapkan untuk aktif di dalam mengikuti
program-program yang diperlukan penderita seperti program pendampingan
terapi ARV (antiretroviral) maupun konseling yang akan memperpanjang
kualitas hidup dalam berbagai aspek-aspek kehidupan baik aspek fisik,
psikologis maupun sosial dan terhindar dari infeksi oportunistik dan
menurunkan tingkat depresi.
2. Bagi individu yang tidak terinfeksi HIV/AIDS
Bagi individu yang tidak terinfeksi HIV/AIDS diharapkan dapat melakukan
pencegahan terhadap penyebab terinfeksinya HIV/AIDS, salah satunya yaitu
hindari penggunaan jarum secara bergantian dan tidak disterilkan serta hindari
perilaku seks bebas. Dengan menghindari hal-hal tersebut dapat terhindar dari
terinfeksinya penyakit HIV/AIDS.

26
3. Bagi pelayanan kesehatan
dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan di institusi yang nantinya dijadikan
bahan masukan untuk melakukan pendidikan kesehatan atau edukasi
kesehatan pada individu yang belum paham mengenai bahayanya penyakit
HIV/AIDS ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aminah D. “Studi Literatur : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiv/Aids Dengan Masalah

Keperawatan Defisiensi Pengetahuan Tentang Infeksi Oportunistik.” Universitas

Muhammadiyag Ponorogo, 2020, pp. 7-48, http://eprints.umpo.ac.id/6122/.

Anwar M. “Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Pasien HIV/AIDS Dengan Pneumonia di Ruang

ICU RSUD Karsa Husada Batu.” Professional Thesis, Universitas Muhammadiyah

Malang., 2020.

Kaat F. “Asuhan Keperawatan Penyakit Hiv/Aids Pada Ny. Y. K Di Ruang Cempaka Rsud

Prof. Dr. W.Z.” Johannes Kupang. KTI, 2019.

Sulistiawati S. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiv/Aids Di Ruang Rawat Inap Penyakit

Dalam Pria Rsup Dr M.Djamil Padang. KTI, 2018.

28

Anda mungkin juga menyukai