LP Airway - Kel 1
LP Airway - Kel 1
Dosen Pengampu :
Cucuk Rahmadi Purwanto, S.Kp., M.Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok 1 – GR-4A
1. Ogis Sepnata Rizkiyanto 005221003
2. Firsty Shafira Ananda 005221011
3. Mahathir Muhammad Al Banjari 005221014
4. Laylatun Nadiyah 005221019
5. Izzah Amalia Putri 005221021
Anggota Kelompok 1 :
1. Ogis Sepnata Rizkiyanto 005221003
2. Firsty Shafira Ananda 005221011
3. Mahathir Muhammad Al Banjari 005221014
4. Laylatun Nadiyah 005221019
5. Izzah Amalia Putri 005221021
Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan pendahuluan yang kami susun
sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen
Bencana merupakan hasil karya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam laporan
pendahuluan yang kami kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya dengan
jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan. Apabila dikemudian hari terbukti
adanya indikasi plagiat dalam laporan pendahuluan ini maka kami bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Penulis - Kelompok 1
ii
LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN JALAN NAPAS (AIRWAY)
Oleh :
Kelompok 1 – GR-4A
1. Ogis Sepnata Rizkiyanto 005221003
2. Firsty Shafira Ananda 005221011
3. Mahathir Muhammad Al Banjari 005221014
4. Laylatun Nadiyah 005221019
5. Izzah Amalia Putri 005221021
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan. Laporan Pendahuluan "Manajemen Jalan Napas (airway)"
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang terlibat mulai dari
persiapan, penyusunan materi, proses pengerjaan, hingga penyelesaian laporan pendahuluan
ini, terutama kepada Bapak Cucuk Rahmadi Purwanto., S.Kp., M.Kes. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Harapan
kami, informasi dan materi yang terdapat dalam laporan pendahuluan ini dapat berfungsi bagi
pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu, penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan pendahuluan ini. Semoga apa
yang kami tulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan baik secara akademis
maupun praktis dari pembaca agar bisa membuat laporan pendahuluan yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.
Kelompok 1
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan sekaligus pengetahuan bagi perkembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan gawat darurat dan manajemen bencana, serta
menambah referensi bacaan bagi mahasiswa tentang konsep dasar keterampilan
keperawatan dalam penanganan manajemen jalan napas
2
BAB II
KETERAMPILAN KEPERAWATAN MANAJEMEN JALAN NAPAS
2.1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya tindakan ini yaitu untuk membebaskan sumbatan jalan
napas pada klien.
2.1.3 Manfaat
1. Mempertahankan potensi jalan napas
2. Mempertahankan oksigenasi
3. Mempertahankan ventilasi
4. Melindungi paru-paru dari aspirasi
3
maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas. Membuka jalan
napas dengan proteksi cervical :
a) Teknik chin lift atau jaw thrust (untuk membuka jalan napas)
b) Head tilt (dilakukan apabila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien)
c) Jaw thrust
d) Back blow (untuk bayi)
e) Chest thrust (untuk bayi, anak yang gemuk, dan wanita hamil)
4. Head Tilt
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh pangkal lidah, suara nafas
pasien tidak bersih, terdengar suara nafas tambahan berupa “ngorok”
snoring.
5. Chin Lift
Teknik ini dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke
depan. Tindakan ini sering dilakukan bersamaan dengan tindakan head
tilt, disebut sebagai head tlit-chin lif. Teknik ini bertujuan membuka
jalan napas secara optimal, Jari tangan menahan tulang mandibula.
Tidak disarankan chin lift dilakukan pada penderita dengan kecurigaan
patah tulang leher dan sebagai ganti pada kondisi demikian gunakan
teknik jaw thrust.
6. Jaw Thrust
Walaupun head tilt dan chin lift sudah dilakukan seringkali jalan nafas
belum terbuka sempurna maka teknik jaw thrust ini harus dilakukan,
tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya
dilakukan jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
Pada dugaan patah leher yang dilakukan adalah modifikasi jaw thrust
dan fiksasi leher agar tidak ada gerakan lebih. Walaupun teknik ini
menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai untuk pasien
terutama dengan dugaan patah tulang leher.
b) Persiapan Lingkungan
1.Siapkan lingkungan yang tenang
2.Siapkan lingkungan dengan pencahayaan yang cukup
3.Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien
4
c) Prosedur Tindakan
1. Menggunakan ibu jari telunjuk yang disilangkan dan
menekan gigi atas dan bawah. Bila jalan napas tersumbat
karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan
pembersihan manual dengan sapuan jari.
2. Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar lakukan
peniupan udara melalui mulut atau bag.
3. Bila dada tidak mengembang maka kemungkinan
kemungkinan ada sumbatan pada jalan napas dan dilakukan
manuver Heimlich. Manuver Heimlich ini dapat dilakukan
dengan posisi penolong berdiri atau berbaring.
b) Persiapan Lingkungan
1. Siapkan lingkungan yang tenang
2. Siapkan lingkungan dengan pencahayaan yang cukup
3. Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien
c) Prosedur Tindakan
1. Balikkan korban pada sisi kirinya (jangan dilakukan bila ada
cedera leher / tulang belakang.
2. Buka mulut korban dan lihat ke dalam.
3. Masukkan jari ke pipi bagian dalam sampai geraham yang
paling belakang.
4. Bentuk jari seperti kait lalu upayakan pengambilan benda yang
menyumbat tersebut. Hati-hati jangan sampai malah
memasukkan benda tersebut semakin ke dalam.
b) Persiapan Lingkungan
1. Siapkan lingkungan yang tenang
2. Siapkan lingkungan dengan pencahayaan yang cukup
3. Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien
5
c) Prosedur Tindakan
Membebaskan jalan napas dengan teknik manuver heimlich
terdapat dua cara :
A. Posisi berdiri atau duduk
1. Penolong berdiri di belakang korban kemudian lingkari
pinggang korban dengan kedua lengan penolong.
2. Kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan
kepalan pada perut korban (sedikit di atas umbilikus
dan di bawah ujung sternum).
3. Pegang erat kepalan tangan ke perut dengan hentakan
yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisa dan
gerakan yang jelas.
4. Head Tilt
a) Persiapan Pasien
1. Memberi salam pembuka dan memperkenalkan diri
2. Cek identitas klien
3. Memberitahu klien maksud, tujuan, manfaat dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan
4. Memasang sampiran/penutup/tirai
5. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
b) Persiapan Lingkungan
1. Siapkan lingkungan yang tenang
2. Siapkan lingkungan dengan pencahayaan yang cukup
3. Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien
c) Prosedur Tindakan
Letakkan 1 telapak tangan pada dahi pasien, pelan-pelan
tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi ke arah
belakang sehingga kepala menjadi tengadah. Perhatikan cara
head tilt ini sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan
dugaan patah tulang leher.
6
5. Chin Lift
a) Persiapan Pasien
1. Memberi salam pembuka dan memperkenalkan diri
2. Cek identitas klien
3. Memberitahu klien maksud, tujuan, manfaat dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan
4. Memasang sampiran/penutup/tirai
5. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
b) Persiapan Lingkungan
1. Siapkan lingkungan yang tenang
2. Siapkan lingkungan dengan pencahayaan yang cukup
3. Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien
c) Prosedur Tindakan
1. Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang
dagu pasien
2. Angkat dan dorong tulangnya ke depan
3. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari telunjuk dan
diletakkan di bawah dagu
4. Jangan terlalu menegakkan kepala
6. Jaw Thrust
a) Persiapan Pasien
1. Memberi salam pembuka dan memperkenalkan diri
2. Cek identitas klien
3. Memberitahu klien maksud, tujuan, manfaat dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan
4. Memasang sampiran/penutup/tirai
5. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
b) Persiapan Lingkungan
1. Siapkan lingkungan yang tenang
2. Siapkan lingkungan dengan pencahayaan yang cukup
3. Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien
c) Prosedur Tindakan
1. Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan pasien
sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi
atas.
2. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka.
3. Jika perlu gunakan ibu jari ke dalam mulut dan bersama
dengan jari-jari lain tarik dagu ke depan
7
2.2 Manajemen Jalan Napas dengan Alat
2.2.1 Pengertian
Hilangnya tonus otot jalan napas bagian atas menyebabkan lidah dan epiglotis
jatuh ke belakang arah dinding posterior faring. mengubah posisi kepala atau jaw
thrust merupakan teknik yang disukai untuk membebaskan jalan napas. Untuk
mempertahankan jalan napas lapang, jalan napas buatan dapat dimasukkan melalui
mulut atau hidung untuk membuat adanya aliran udara antara lidah dengan dinding
faring bagian posterior. Pasien yang sadar dapat terjadi batuk atau spasme laring
pada saat memasang jalan napas buatan bila reflek laring masih intak. Pemasangan
oral airway terkadang difasilitasi dengan penekanan reflek jalan napas dan kadang
dengan menekan lidah dengan spatel lidah. Manajemen jalan napas dengan alat
adalah membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara secara normal
dengan menggunakan alat.
2.2.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya manajemen napas dengan alat adalah untuk :
1. Memfasilitasi pengangkutan oksigen ke paru-paru
2. Melinungi saluran napas dari kontaminasi darah, cairan, atau makanan
2.2.3 Manfaat
1. Mempertahankan atau memulihkan ventilasi atau pernapasan seseorang
2. Membantu dalam menangani pasien dengan kondisi kritis yang memiliki risiko
tinggi terhadap potensi buruk jaan napas
3. Mempercepat proses perawatan dan meminimalisir risiko teradap pasien
4. Memungkinkan pasien dengan sumbatan jalan napas mendapatkan oksigen dan
pernapasan secara efektif
5. Membantu dalam menangani pasien dengan kondisi traumatik, hiperfleksi, dan
berbagai kondisi yang mempengaruhi jalan napas
8
5. Krikotirotomi
2.2.6 Persiapan Pasien
1. Memberi salam pembuka dan memperkenalkan diri
2. Cek identitas klien
3. Memberitahu klien maksud, tujuan, manfaat dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
4. Memasang sampiran/penutup/tirai
5. Mengatur posisi klien senyaman mungkin
9
g) Yakinkan lidah sudah tertepang pipa orofaring, lihat, dengar, dan
raba napasnya.
Alat ini berbentuk pipa dari karet atau plastik atau silikon yang lembut
dan tidak berbalon yang berfungsi sebagai jalan aliran udara antara lubang
hidung dan faring. Alat ini dapat digunakan pada pasien tidak sadar maupun
sciengah sadar (kesadaran menurun), GCS >10. Alat ini tidak menimbulkan
refleks muntah maupun batuk tetapi tidak berfungsi menyangga lidah seperti
pada orofaring. Teknik pemasangan pipa nasofaring, yaitu :
a) Nilai lubang hidung, septum nasi, tentukan pilihan ukuran pipa.
b) Ukuran pipa yang tepat dapat diperoleh dengan cara mencari pipa
nasofaring yang panjangnya sama dengan jarak dari ujung hidung sampai
ke tragus dan diameternya sesuai dengan jari kelingking tangan kanan
pasien.
c) Pakai sarung tangan.
d) Beri jelly pada pipa dan kalau ada maka tetesi kedua lubang hidung dengan
obat tetes hidung atau larutan vasokonstriktor (misal: efedrin atau Otrivin).
e) Hati-hati dengan kelengkungan tube yang menghadap ke arah depan,
ujungnya diarahkan ke arah telinga.
f) Masukkan pipa nasofaring melalui lubang hidung dengan lembut. Ujung
tajam pipa berada di lateral untuk menghindari plexus Kiesselbach yang
berada pada septum nasi. Bila mengalami sedikit hambatan jangan
dipaksakan, putar sedikit pipa tersebut. Dan bila tetap gagal maka pipa
dicoba dimasukkan melalui lubang hidung satunya.
g) Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk sampai dasar nasofaring, lalu
pasang plester (kalau perlu).
h) Evaluasi: Look- Listen-Feel dan check napas
10
B. Advanced Airway Adjunt
1. Endotracheal Tube
11
k) Pasang pipa orofaring (mayo/guedel tube, atau bite block ) mencegah
pipa tergigit.
l) Periksa posisi ETT apakah masuk dengan benar. Auskultasi suara
pernapasan atau udara yang ditiupkan. Auskultasi segera, dilakukan
paling tidak pada 3 tempat yaitu lapangan auskultasi lapangan paru
bawah kanan-kiri.
m) Amankan posisi (fiksasi) ETT dengan plester.
12
e) Dorong ujung sungkup dengan menempel pada permukaan palatum
sampaï mencapai dinding pharing bagian belakang.
f) Kemudian tangan yang mendorong tersebut ditarik keluar, dan pipa
didorong sampai dirasakan adanya tahanan, ini berarti posisi
sungkup telah berada di hypopharing.
g) Tanda berupa garis hitam pada pipa L.M.A harus lurus dengan
septum nasi.
h) Cuff diisi udara sesuai ukuran (size) dari L.M.A.
i) Pastikan jalan napas dengan mendengarkan suara napas dada saat
atau melihat gerak diberi napas buatan.
j) Pasang blok (bite block) di samping pipa dan fiksasi.
3. Krikotirotomi
Gambar 5. Krikotirotomi
13
dari spuit. Jika sudah keluar gelembung berarti sudah masuk jalan
nafas.
e) Selanjutnya cabut jarum sisakan kanul infus yang di dalamnya.
f) Sambungkan kanul tersebut dengan selang oksigen 100 % O2 > 10
liter per menit untuk selanjutnya pasien diberi oksigen dengan
sistem jet insuflasi (4:1 atau 3:1 tergantung kondisi pasien).
g) Teknik iní hanya bertahan 10-20 menit saja karena jika terlalu lama
akan terjadi penumpukan karbondioksida.
h) Untuk itu tindakan ini perlu dilanjutkan dengan teknik Surgical
Cricothyroidotomy
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen jalan napas mencakup serangkaian maneuver dan prosedur medis
yang dilakukan untuk mencegah dan meringankan obstruksi jalan napas. Manajemen
airway menentukan kondisi jalan napas, sangat mempengaruhi pertukaran oksigen
dan menentukan kadar oksigen dalam darah. Beberapa kasus gagal napas berakhir
dengan pemasangan ventilator mekanik untuk mendukung fungsi pernapasan. Airway
management ialah memastikan jalan napas terbuka. Tindakan paling penting untuk
keberhasilan resusitasi adalah segera melapangkan saluran pernapasan dengan tujuan
untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin
kecukupan oksigenasi jaringan. Dalam pemberian teknik manajemen pernapasan
(airway) terdiri dari 2 cara, yaitu teknik pernapasan tanpa alat dan dengan alat, seperti
pipa orofaring (oropharyngeal tube), pipa nasofaring (nasopharyngeal tube),
endotracheal tube, Laringeal Mask Airway (LMA), dan krikotirotomi.
3.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dalam melakukan asuhan
keperawatan kegawat daruratan pada pasien mengenai manajemen jalan napas
(airway).
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi referensi wawasan mengenai manajemen jalan napas
(airway).
15
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Rifai dan Sugiyarto. 2019. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode
Simulasi Pertolongan Pertama (Management Airway) Pada Penyintas Dengan
Masalah Sumbatan Jalan Nafas Pada Masyarakat Awam Di Kec.Sawit Kab. Boyolali.
Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 2, Desember 2019, hlm 81-82. Poltekkes
Kemenkes Surakarta.
Anderson, E., & Allicya Friska Langi, I. (2022). Tatalaksana Manajemen Jalan Napas
Berdasarkan Early Warning Score (EWS) Di Ruang Perawatan Kritis. Jurnal Skolastik
Keperawatan, 8(1), 41–48. https://doi.org/10.35974/jsk.v8i1.2853
16