• Aspek Farmakologi,
• Aspek Farmasetika,
• Aspek Analisis.
Aspek Regulasi: Penggolongan Obat
• Obat Bebas
• Obat Bebas Terbatas
• Obat Keras
• Psikotropika dan Narkotika
• Daftar Obat Wajib Apotek
Aspek Regulasi: Penggolongan Obat
Obat Bebas
→ kriteria:
1. obat yang boleh beredar bebas dan tidak dinyatakan sebagai Narkotika /
Psikotropika / Obat Keras,
2. Jika suatu obat tidak ada dalam penggolongan OK, N, P, OBT tapi ada dalam
monografi FI.
→ Dasar Hukum:
1. SK. Menkes RI No.925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No.1
2. SK. Menkes RI No.8904/A/SK/73, tentang pencabutan asetaminofen / paracetamol dari
OBT menjadi OB
3. SK . Menkes RI No. 6627/A/SK tentang Mengeluarkan Santorium dari OBT 1.
• Dasar hukum:
1. SK Menkes RI No. 6355/Dirjen/SK/69 tentang OBT No.1,
2. SK Menkes RI No. 2193/Dirjen/SK/67 tentang OBT No.2,
3. SK Menkes RI No. 1769/Dirjen/SK/71 tentang OBT No.3,
4. SK Menkes RI No. 639/Dirjen/SK/70 tentang OBT No.4,
5. SK Menkes RI No. 9548/Dirjen/SK/71 tentang OBT No.5,
6. SK Menkes RI No. 6627/Dirjen/SK/69 tentang OBT No.6,
7. SK Menkes RI No. 6294/Dirjen/SK/74 tentang OBT No.7,
8. SK Menkes RI No. 679/Dirjen/SK/69 tentang OBT No.8,
9. SK Menkes RI No. 680/Dirjen/E/68 tentang OBT No.1,
Aspek Regulasi: Penggolongan Obat
Penandaan dalam Kemasan OBT
Aspek Regulasi: Penggolongan Obat
Obat Keras
• Penggolongan:
- Dinyatakan oleh pembuat pada pembungkusnya sebagai
OK
- O. yg digunakan secara parenteral,
- Semua o. baru kec yg dinyatakan oleh Depkes bukan
merupakan OK
- Semua o. yg tidak tercantuk dalam FI dan daftar OK yg
dikeluarkan Depkes,
- O. yg dibeli dalam kemasan bulk.
• Dasar Hukum:
- UU OK (St. 1949 Np.419 tgl 22 Des 1949)
- SK Menkes RI No. 633/Ph/62/b → OK-1
Aspek Regulasi: Penggolongan Obat
Psikotropika
= zat / o., baik alami maupun sintesis bukan narkotika, berkhasiat
psikoaktif mll pengaruh selektif pada SSP yg menyebabkan
perub yg khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Penggolongan:
1. Gol. 1 hanya digunakan untuk iptek, punya potensi kuat,
ketergantungan; spt: brolamfetamine, katinona, lisergida.
2. Gol. 2, berkhasiat pengobatan, dp digunakan untuk iptek dan
obat; potensi kuat, ketergantungan; co: amfetamine,
deksafetamine,
3. Gol 3, berkhasiat pengobatan & byk digunakan dlm terapi
maupun iptek, ketergantungan; co: aminobarbital,
buprenofrina
4. Gol 4, berkhasiat pengobatan & sangat luas digunakan dlm
pengobobatan, potensi ringan, co: alprazolam, benzetamina.
Aspek Regulasi: Penggolongan Obat
Narkotika
Dasar hukum: UU RI No. 35 Tahun 2009
= zat / o. yg berasal dr tanaman / bkn tanaman, baik sintesis / semi-
sintesis, yg dpt menyebabkan penurunan / perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi / menghilangkan rasa nyeri,
menimbulkan ketergantungan.
Penggolongan:
1. Gol 1: dilarang digunakan dalam kesehatan,
potensi kuat, menimbulkan ketergantungan, co:
opium.
2. Gol.2 : digunakan dlm iptek dan berkhasiat
pengobatan tp sbg pilihan terakhir, potensi tinggi,
ketergantungan, co: benzilmorfina.
3. Gol.3 : berkhasiat pengobatan & secara luas
digunakan dlm pengobatan, co: dihidrokodeina.
Daftar Obat Wajib Apotek
= OK yg dpt diperloleh tanpa resep dokter di apotek, harus
diserahkan oleh apoteker dengan pembatasan jumlah o. yg dpt
diserahkan.
• Contoh: Salep Deksametason, pembatasan: 1 tube salep untuk
tiap pasien.
• Dasar hukum:
1. SK Menkes No.347/Menkes/SK/VII/1990 ttg DOWA No.1
2. SK Menkes No.924/Menkes/Per/X/1993 ttg DOWA No.2
3. SK Menkes No.1176/Menkes/SK/X/1999 ttg DOWA No.3
4. SK Menkes No.925/Menkes/SK/X/1993 ttg perub gol.o. no.1
Penandaan = OK
Suplemen Obat
Dasar Hukum: Keputusan Ka.BPOM No. HK.00.05.23.3644
tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan.
Kriteria suplemen:
1. Menggunakan bahan yg memenuhi standar mutu,
2. Keamanan dinilai dari komposisi,
3. Diproduksi dgn menerapkan CPOB,
4. Penandaan mencantumkan info lengkap,
5. Tdk dimaksudkan untuk pangan.
Suplemen Obat
Penandaan:
- “Suplemen makanan”,
- Komposisi,
- Kandungan alkohol, jika ada,
- Ukuran, berat bersih,
- Kegunaan, cara penggunaan.
Larangan:
- Mengandung bahan obat / narkotik / psikotropik,
- Mengandung bahan melebihi batas sesuai yg
tertera pada lampiran.
Aspek Farmakologi
• Indikasi,
• Cara kerja / efek farmakologi,
• Kontraindikasi,
• Efek samping,
• Cara pemakaian / aturan pakai,
• Dosis,
• Interaksi,
• Penyimpanan,
• Penggunaan pada kondisi khusus,
• Peringatan.
Interaksi Obat
1. Interaksi farmakodinamik
b. Distribusi
Co= fenilbutazon dan AINS.
c. Metabolisme
Co = simetidin + teofilin → menghambat degradasi, efek ↑
d. Eliminasi
Informasi
Obat
Aspek Farmasetika
Tujuan terapi Stabilitas obat Kondisi pasien
Kondisi Penyimpanan:
- Dingin : suhu tidak lebih dari 8oC; lemari pendingin memiliki suhu
2C dan 8C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu - 20C dan -
10C
- Sejuk :suhu antara 8C dan 15C
- Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar erkendali adalah
suhu yang diatur antara 15C dan 30C
- Hangat : suhu antara 30C dan 40C
- Panas berlebih : suhu diatas 40C
Kelarutan zat yang tercantum dalam
farmakope dinyatakan dengan istilah
sebagai berikut :
Wadah dan Penyimpanan
• Kemasan tahan rusak
-Pemerian zat
-Sifat zat: stabilitas,
-Rumus kimia, struktur
molekul, BM
-Metode identifikasi
-Metode penetapan kadar
-Kondisi penyipanan
-Syarat
-Kemurnian
MONOGRAFI
Eksipien
• Inet pada konsentrasi yg
digunakan:
• Tidak memiliki efek
farmakologi
• Tidak berinteraksi,
• Meningkatkan
keberterimaan pasien
• Tidak mahal
• Tidak toksik
• Tidak mengganggu dalam
analisis.
MONOGRAFI
Sediaan
• Tergantung jenis
sediaan,
• Tidak semua sediaan
ada
• Memuat stabilitas
sediaan,
• Cara identifikasi
sediaan,
• Penentuan kadar za
dalam sediaan.