Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)

“Kesetaraan Gender”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Kelompok

Yang Diampu Oleh Ibu Widya Multisari S.Pd. M.Pd

Disusun Oleh :

1. (230111603669)
2. (230111609392)
3. Virda Salcabillah W (230111609201)

Offering : A1E

UNIVERITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

2024
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)

JAYA TAHUN AJARAN 2024 / 2025

Kelas/ Semester : XI / Genap


Alokasi Waktu : 2 X 1 JP ( Pertemuan 2 )

Topik/ Materi : Kesetaraan Gender

Bidang Layanan :

Strategi Layanan : Layanan dasar / Bimbingan Kelompok

Aspek Perkembangan/SKKPD: Kematangan Emosi


Model , metode , dan Moda : Sosiodrama, moda
Luring Media dan Alat : Naskah
Tujuan Tahap Pengenalan Tahap Akomodasi Tahap Tindakan
Layana
n 1. Peserta didik dapat 3. Peserta 4. Peserta didik/konseli
mengkalsifasikan didik/konseli dapat dapat mengelola
faktor- faktor menampilkan kesetaraan gender (P5)
kesetaraan gender kesetaraan gender
bisa terjadi (C3) (A2)
2. Peserta didik dapat
mengklasifikasikan
proses pembentukan
rasa kesetaraan gender
(C3)
LANGKAH KEGIATAN

Kegiatan g. Pemimpin Kelompok membuka kegiatan dengan salam dan menyapa


anggota kelompok
Awal ( 10 h. Pemimpin kelompok meminta salah satu anggota kelompok untuk
memimpin berdoa
i. Pemimpin kelompok menanyakan kembali hasil pertemuan sebelumnya
Menit )
j. Pemimpin kelompok menjelaskan tujuan, asas dan aturan dalam
kegiatan bimbingan kelompok yang akn dilaksanakan
k. Pemimpin kelompok menjelaskan teknik yang digunakan dalam bimbingan
kelompok yaitu sosiodrama dan membagi peran masingmasing anggota
kelompok.
l. Memasuki tahap transisi, Pemimpin kelompok menjelaskan tugas dan
tanggung jawab masing masing anggota kelompok serta mengajak
mereka untuk aktif
berpartisipasi dalam kegiatan
Kegiatan Inti Tahap persiapan (The warm-up)
a. Peminmpin Kelompok membacakan skenario drama yang akan
diperankan masing-masing anggota kelompok (communication)
b. Masing-masing anggota kelompok mempelajari dan menghayati peran
masing- masing (critical thinking)
c. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok yang
bertugas memainkan perannya (communication)
Tahap pelaksanaan (The action)
a. Anggota kelompok memasuki panggung drama
b. Masing-masing anggota kelompok bermain peran sesuai dengan
tugasnya dan sesuai dengan sesi untuk setiap adegannya. (creative)
Tahap diskusi (The Sharing)
a. Pemimpin kelompok memimpin diskusi berkaitan dengan drama yang
sudah diperankan (collaboration)
b. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok menyampaikan
c. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok menganalisis
factor – factor penghambat dari kesetaraan gender dengan drama
yang sudah dimainkan (critical thinking)
d. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok menyampaikan
hasil analisis nya dan ditanggapi oleh anggota yang lain
(collaboration)
e. Pemimpin kelompok memberi penguatan atas setiap jawaban
anggota kelompok

f. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok menuliskan hasil


analisisnya (LKPD) (creative)
g. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok menyimpulkan cara
mengatasi kesetaraan gender agar dapat mengatur
perilakunya kearah positif
(communication)

Kegiatan a. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok membuat


Penutup kesimpulan yang terkait dengan topik yang sudah didiskusikan
b. Pemimpin kelompok memberikan penguatan dari
kesimpulankesimpulan yang sudah disampaikan oleh anggota
kelompok
c. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk mengisii
instrument hasil penilaian layanan
d. Pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan dengan mengucapkan
terimakasih, berdoa

dan salam

PENILAIAN

4. Penilaian Guru melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses keaktifan peserta


Proses didik selama mengikuti layanan klasikal
d . Mengamati sikap atau atusias peserta didik dalam mengikuti
kegiatan bimbingan klasikal
e . Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan pendapat atau bertanya.
f. Mengamati cara peserta didik memberikan penjelasan dari pertanyaan
guru mengenai perencanaan karir.
5. Penilaian Memperhatikan proses layanan dari aspek siswa dan guru (berdasarkan hasil
Hasil observasi)

6. Tindak Evaluasi setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok mengacu pada

Lanjut tujuan layanan yang sudah dibuat antara lain dari aspek pengenalan,
akomodasi, dan aspek prilaku.
NASKAH SOSIODRAMA

Naskah Drama Pendek tentang Kesetaraan Gender

*Judul:* Setara di Bawah Langit yang Sama

*Tokoh:*

• Rani: Seorang perempuan muda yang ambisius dan ingin mengejar karirnya.
• Doni: Kakak laki-laki Rani yang overprotektif dan selalu ingin mengatur Rani.
• Ibu:Ibu Rani dan Doni yang bijaksana dan selalu berusaha mendamaikan mereka.
• Pak Tono: Ayah Rani dan Doni yang tradisional dan memiliki pandangan bahwa perempuan
harus di rumah.
• Bu Ana: Tetangga Rani dan Doni yang merupakan aktivis perempuan dan selalu vokal
tentang kesetaraan gender.

*Setting:*

Rumah Rani dan Doni di sebuah kota kecil.

*Sinopsis:*

Rani ingin mengejar mimpinya untuk menjadi seorang pengusaha, namun Doni selalu
menentangnya. Doni dan Pak Tono beranggapan bahwa perempuan hanya cocok untuk menjadi
ibu rumah tangga. Ibu dan Bu Ana mencoba menengahi mereka dan menjelaskan tentang
pentingnya kesetaraan gender.

*Adegan 1:*

*INT. KAMAR RANI - SIANG*

Rani sedang duduk di depan laptopnya, mengerjakan proposal bisnisnya. Doni masuk ke
kamarnya dengan marah.

• DONI: Rani! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu masih mengerjakan proposal itu?
Sudah kubilang kamu harus berhenti membuang-buang waktu dan fokus pada
pernikahanmu!

• RANI: Kak, tolong jangan seperti ini. Aku ingin mengejar mimpiku. Aku ingin menjadi
pengusaha yang sukses.
• DONI: Pengusaha? Mimpi apa itu? Kamu perempuan, Rani! Tugasmu itu di rumah,
mengurus suami dan anak. Jangan bertingkah seperti laki-laki!

• RANI: Kak, itu sudah kuno! Di zaman sekarang, perempuan juga bisa berkarir dan mandiri.
Aku tidak ingin hanya menjadi ibu rumah tangga.

Doni dan Rani terus berdebat. Ibu masuk ke kamar mereka dan mencoba menengahi.

• IBU: Doni, Rani, cukup! Kalian berdua harus saling memahami. Rani, boleh saja kamu ingin
mengejar mimpimu, tapi kamu juga harus memikirkan perasaan kakakmu. Doni, kamu
harus mendukung Rani. Perempuan juga punya hak yang sama dengan laki-laki.

• DONI:Tapi Bu, Rani itu perempuan. Dia tidak kuat untuk bekerja di luar sana.

• IBU:Itu salah! Perempuan itu kuat, Doni. Rani mampu melakukan apa yang dia inginkan.

*Adegan 2:*

*INT. RUANG TAMU - SORE*

Rani, Doni, Ibu, dan Pak Tono sedang duduk di ruang tamu. Bu Ana, tetangga mereka, datang
berkunjung.

• BU ANA: Assalamualaikum, selamat sore!

• SEMUA: Waalaikumsalam, Bu Ana!

• BU ANA: Rani, aku dengar kamu ingin menjadi pengusaha? Wah, itu bagus sekali!
Semangat ya, Nak!

• RANI: Terima kasih, Bu Ana. Saya ingin sekali membuktikan bahwa perempuan juga bisa
sukses di dunia bisnis.

• BU ANA: Tentu saja bisa! Perempuan itu hebat. Kita harus selalu memperjuangkan
kesetaraan gender.

• PAK TONO: Tapi Bu Ana, menurut saya, perempuan itu tempatnya di rumah. Tugasnya
mengurus suami dan anak.

• BU ANA: Pak Tono, itu pemikiran yang sudah kuno. Di zaman sekarang, perempuan juga
berhak untuk bekerja dan mengejar mimpinya. Perempuan dan laki-laki itu setara.
• PAK TONO: Hmm, saya masih belum yakin.

• BU ANA: Pak Tono, coba lihat Rani. Dia perempuan yang cerdas dan ambisius. Dia punya
potensi yang besar untuk menjadi pengusaha yang sukses. Kita harus mendukungnya,
bukan malah menghalangi.

Pak Tono terdiam, memikirkan perkataan Bu Ana.

*Adegan 3:*

*INT. KAMAR RANI - MALAM*

Rani sedang duduk di depan mejanya, membaca buku tentang bisnis. Doni masuk ke kamarnya.

• DONI: Rani, maafkan aku atas sikapku tadi. Aku baru saja sadar bahwa aku salah. Kamu
berhak untuk mengejar mimpimu. Aku akan mendukungmu.

• RANI:* Benarkah? Kak, terima kasih banyak! Aku sangat senang mendengarnya.

• DONI:* Aku ingin kamu tahu bahwa aku bangga padamu, Rani. Kamu perempuan yang
kuat dan mandiri. Teruslah berjuang untuk mimpimu.

Rani dan Doni berpelukan.

*Adegan 4:*

*INT. RUANG KERJA RANI - BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN*

Rani sudah menjadi pengusaha yang sukses. Dia memiliki perusahaan sendiri dan
mempekerjakan banyak orang. Doni bekerja di perusaha
MATERI LAYANAN

1. Pengertian Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender adalah keadaan di mana laki-laki dan perempuan memiliki hak, kesempatan,
dan perlakuan yang sama dalam semua aspek kehidupan. Ini berarti bahwa tidak ada
diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dalam hal:
• Pendidikan: Laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pendidikan yang sama, baik
kualitas maupun aksesnya.expand_more
• Pekerjaan: Laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pekerjaan yang sama, dengan
gaji dan yang setara untuk pekerjaan yang setara.
• Kesehatan: Laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan akses layanan kesehatan
yang sama.
• Politik: Laki-laki dan perempuan berhak berpartisipasi dalam politik secara setara.
• Kehidupan keluarga: Laki-laki dan perempuan berhak memiliki hak dan tanggung jawab
yang sama dalam keluarga.
Mengapa Kesetaraan Gender Penting?

Kesetaraan gender penting karena:

• Memperkuat keadilan sosial: Kesetaraan gender memastikan bahwa semua orang


memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi penuh mereka.
• Mempercepat pembangunan: Kesetaraan gender berkontribusi pada pertumbuhan
ekonomi dan pengentasan kemiskinan.expand_more
• Meningkatkan kesejahteraan: Kesetaraan gender berkontribusi pada kesehatan dan
kebahagiaan individu, keluarga, dan masyarakat.
Tantangan Mencapai Kesetaraan Gender

Meskipun telah banyak kemajuan dalam mencapai kesetaraan gender, masih banyak tantangan
yang dihadapi, seperti:

• Diskriminasi gender: Laki-laki dan perempuan masih mengalami diskriminasi di berbagai


bidang kehidupan.expand_more
• Stereotipe gender: Stereotip gender tentang peran laki-laki dan perempuan masih kuat
dan dapat menghambat kesetaraan gender.expand_more
• Kekerasan terhadap perempuan: Kekerasan terhadap perempuan masih menjadi
masalah yang serius di seluruh dunia.
Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Mencapai Kesetaraan Gender?

Kita semua dapat berkontribusi untuk mencapai kesetaraan gender dengan:

• Mempelajari tentang kesetaraan gender: Semakin banyak kita tahu tentang kesetaraan
gender, semakin baik kita dapat mempromosikannya.
• Menantang stereotip gender: Kita dapat menantang stereotip gender dengan
menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan dapat melakukan apa pun yang mereka
inginkan.
• Mendukung organisasi yang memperjuangkan kesetaraan gender: Kita dapat
mendukung organisasi yang bekerja untuk mempromosikan kesetaraan gender di
komunitas kita.
• Berbicara menentang diskriminasi gender: Kita dapat berbicara menentang
diskriminasi gender ketika kita melihatnya terjadi.
• Menjadi contoh yang baik: Kita dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain dengan
menunjukkan perilaku yang setara gender dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Gender

Ketimpangan gender, di mana laki-laki dan perempuan tidak memiliki hak, kesempatan, dan
perlakuan yang sama, adalah sebuah realitas yang masih terjadi di berbagai belahan dunia.
Faktor-faktor yang mendasarinya kompleks dan saling terkait, dan dapat dikategorikan menjadi
beberapa aspek:

1. Faktor Budaya dan Sosial:


• Norma dan Nilai Patriarki: Sistem patriarki, yang menempatkan laki-laki dalam posisi
superior dan perempuan dalam posisi subordinat, masih deeply ingrained dalam banyak
budaya. Hal ini memicu stereotip gender yang membatasi peran dan peluang perempuan.
• Tradisi dan Keyakinan: Tradisi dan keyakinan tertentu, seperti pernikahan dini, poligami,
dan pembatasan akses pendidikan bagi perempuan, dapat memperkuat ketimpangan
gender.
• Kekerasan Terhadap Perempuan: Kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual,
dan bentuk kekerasan lainnya terhadap perempuan dapat berdampak signifikan pada
kesehatan fisik, mental, dan emosional mereka, serta membatasi akses mereka terhadap
pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi sosial.
2. Faktor Ekonomi:
• Kesenjangan Upah: Perempuan sering kali dibayar lebih rendah daripada laki-laki untuk
pekerjaan yang sama, dan memiliki akses yang lebih sedikit ke peluang kerja yang
menguntungkan.
• Beban Kerja Ganda: Perempuan sering kali memiliki tanggung jawab ganda, baik di
rumah tangga maupun di dunia kerja, yang dapat membebani mereka secara fisik dan
mental.
• Kurangnya Akses Terhadap Modal dan Sumber Daya: Perempuan sering kali memiliki
akses yang lebih sedikit terhadap modal, tanah, dan sumber daya lainnya, yang dapat
menghambat usaha ekonomi mereka.
3. Faktor Politik dan Hukum:
• Ketidaksetaraan Representasi Politik: Perempuan masih kurang terwakili dalam posisi
kepemimpinan politik di berbagai tingkatan, yang membatasi suara mereka dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
• Hukum yang Diskriminatif: Di beberapa negara, masih terdapat hukum yang
mendiskriminasi perempuan dalam hal pernikahan, perceraian, hak waris, dan hak
kepemilikan properti.
• Kesenjangan Akses Terhadap Keadilan: Perempuan sering kali mengalami kesulitan
dalam mengakses keadilan, terutama dalam kasus kekerasan dan diskriminasi.
4. Faktor Pendidikan:
• Tingkat yang Lebih Rendah: Di beberapa negara, tingkat menyebabkan perempuan
masih lebih rendah daripada laki-laki, yang dapat membatasi akses mereka terhadap
informasi, peluang pendidikan, dan pekerjaan.
• Kesenjangan Akses Pendidikan Berkualitas: Perempuan di beberapa daerah mungkin
memiliki akses yang lebih sedikit ke sekolah berkualitas, terutama di tingkat pendidikan
tinggi.
• Kurikulum dan Pengajaran yang Bias Gender: Kurikulum dan bahan ajar di sekolah
terkadang masih mengandung bias gender, yang dapat memperkuat stereotip dan
ketidaksetaraan gender.

Anda mungkin juga menyukai