Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK HUKUM ADAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Adat


2022/2023

Oleh:

Reihan Wara Nugraha - 2287049

Mochamad Fiqri Julian Saputra - 2287096

Ekel Luluanta Sitanggang - 2387065

Dosen Pengampu:

Christin Septina Basani, S.H.,LL.M

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

2024
• Masyarakat Adat Mentawai
Masyarakat adat yang tinggal di wilayah Mentawai dikenal sebagai suku Mentawai.
Mereka merupakan suku asli yang tinggal di Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat,
Indonesia. Suku Mentawai memiliki kehidupan tradisional yang unik dan kaya akan budaya.
Mereka dikenal dengan tradisi-tradisi seperti tato Mentawai, rumah panggung, dan upacara
adat yang masih dijaga hingga saat ini.
Masyarakat adat suku Mentawai hidup secara berkelompok dalam komunitas-komunitas kecil
yang dikenal sebagai "uma". Mereka memiliki kepercayaan dan nilai-nilai adat yang kuat, serta
menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar sebagai bagian integral dari kehidupan
mereka.
Suku Mentawai juga dikenal dengan keahlian dalam membuat senjata tradisional, seperti
panah dan busur, serta dalam pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat. Mereka juga
memiliki tarian dan musik tradisional yang khas.
Meskipun telah mengalami berbagai pengaruh dari luar, suku Mentawai masih berusaha
menjaga kebudayaan dan tradisi mereka. Pemerintah Indonesia juga telah mengakui hak-hak
masyarakat adat suku Mentawai dan berupaya untuk melindungi keberlangsungan budaya dan
kehidupan.

• Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan di wilayah Mentawai merupakan sistem kekerabatan bilateral, yang
berarti bahwa kedua sisi keluarga, baik dari pihak ayah maupun ibu, memiliki peran yang sama
pentingnya dalam hubungan kekerabatan. Dalam sistem bilateral, garis keturunan dari kedua
orang tua diakui dan penting dalam menentukan hubungan kekerabatan seseorang.
Di wilayah Mentawai, sistem kekerabatan bilateral ini juga disertai dengan sistem
kekerabatan patriarki dan matriarki. Artinya, baik garis keturunan dari pihak ayah maupun ibu
memiliki peran yang sama kuat dalam struktur kekerabatan. Hal ini berbeda dengan sistem
kekerabatan patrilineal (patriarki) yang lebih menekankan garis keturunan dari pihak ayah, atau
sistem kekerabatan matrilineal (matriarki) yang lebih menekankan garis keturunan dari pihak
ibu.
Dalam sistem kekerabatan bilateral di Mentawai, hubungan kekerabatan yang terjalin
sangat kompleks dan melibatkan kedua sisi keluarga secara merata. Hal ini mencerminkan
pentingnya kedua sisi keluarga dalam kehidupan masyarakat Mentawai, serta menjaga
keseimbangan dan keharmonisan dalam hubungan kekerabatan.

• Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat adat suku Mentawai dikenal sebagai agama tradisional
Mentawai. Sistem kepercayaan ini didasarkan pada keyakinan akan adanya roh atau semangat
yang mendiami alam semesta, termasuk alam lingkungan sekitar dan makhluk hidup di
dalamnya. Beberapa aspek penting dalam sistem kepercayaan masyarakat adat Mentawai
meliputi:
1. Kepercayaan akan adanya roh dalam alam semesta: Masyarakat adat Mentawai meyakini
bahwa roh-roh atau semangat yang disebut dengan sebutan "sikerei" hadir dalam alam semesta
dan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ritual dan upacara adat: Masyarakat adat Mentawai melakukan berbagai ritual dan upacara
adat untuk memohon perlindungan dan berkat dari roh-roh, serta untuk menjaga keseimbangan
alam dan kehidupan sosial.

3. Penghormatan terhadap leluhur: Masyarakat adat Mentawai menghormati leluhur mereka


dan meyakini bahwa leluhur memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan
kehidupan dan keberuntungan keluarga.

4. Keterhubungan dengan alam dan lingkungan: Sistem kepercayaan masyarakat adat


Mentawai juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan lingkungan, serta
memperlakukan alam dengan penuh rasa hormat.

5. Peran dukun atau sikerei: Dukun atau sikerei merupakan tokoh penting dalam masyarakat
adat Mentawai yang memiliki keahlian khusus dalam berkomunikasi dengan roh-roh dan
memberikan bimbingan spiritual kepada masyarakat.

Sistem kepercayaan masyarakat adat suku Mentawai merupakan bagian integral dari kehidupan
sehari-hari dan masih dijaga dengan kuat oleh komunitas adat di wilayah Mentawai.

• Sistem Pewarisan
Sistem pewarisan mayorat adalah sistem pewarisanemimpinan atau harta warisan yang
diwariskan kepada anak sulung atau keturunan laki-laki tertua dalam keluarga. Namun, dalam
masyarakat adat suku Mentawai, sistem pewarisan mayorat tidak berlaku.
Di wilayah Mentawai, sistem pewarisan lebih bersifat egaliter atau sama rata antara anak-
anak, tanpa membedakan berdasarkan jenis kelamin atau urutan kelahiran. Artinya, harta
warisan atau kepemimpinan dapat diwariskan kepada semua anak tanpa memandang apakah
mereka laki-laki atau perempuan, dan tanpa memperhatikan urutan kelahiran.
Hal ini mencerminkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan dalam masyarakat adat suku
Mentawai, di mana semua anggota keluarga dianggap memiliki hak yang sama terhadap
warisan dan tanggung jawab dalam keluarga. Sistem pewarisan yang bersifat egaliter ini juga
mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan yang kuat dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai