Anda di halaman 1dari 10

SISTEM KEKERABATAN SUKU BANGSA KLUET DI ACEH SELATAN

THE KINSHIP SYSTEM OF KLUET ETNICS IN SOUTH ACEH


Essi Hermaliza
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh,
Jln. Twk. Hasyim Banta Muda No. 17 Banda Aceh,
E-mail: essi_hermaliza@yahoo.co.id

ABSTRACT
This research was conducted to analyze and inventoried form of the kinship system of Kluet etnics in South
Aceh focused on Kluet’s society who lived in Kluet Timur subdistrict. To get the accurate data dealing with the
research problem, the researcher used depth interview approach supported by observation technique. It was found
that some actual data inferred that Kluet is unique, particularly in kinship system. They hold patrilineal kinship
system appearing in applying Marga at the end of their name and the main family, also applying matrilineal
kinship system appearing from the larger family and customary events. Kinship system which is a part of local
culture is needed to be preserved as a local cultural heritage; it is inside of the society.
Keywords: Kinship system, Patrilineal, Matrilineal

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan menginventarisir sistem kekerabatan suku bangsa Kluet
di Aceh Selatan yang difokuskan pada masyarakat asli Kluet yang berdiam di Kecamatan Kluet Timur. Untuk
mendapatkan data yang akurat mengenai hal tersebut, digunakan teknik wawancara mendalam yang didukung
dengan teknik observasi. Dari penelitian ini ditemukan beberapa fakta yang menunjukkan keunikan suku bangsa
Kluet dalam hal sistem kekerabatan. Masyarakatnya menganut sistem kekerabatan patrilineal dilihat dari peng-
gunaan marga dan struktur keluarga inti sekaligus menganut sistem kekerabatan matrilineal dilihat dari struktur
keluarga luas dan peran niniak mamak dalam pelaksanaan upacara adat. Sistem kekerabatan yang merupakan
bagian dari budaya lokal perlu dilestarikan sebagai warisan budaya leluhur yang melekat pada diri masyarakat-
nya.
Kata kunci: Sistem kekerabatan, Patrilineal, Matrilineal

PENDAHULUAN keluarga, baik dalam keluarga tersebut maupun


Kebudayaan merupakan karya yang dihasilkan dalam lingkungan masyarakatnya.
dari kehidupan masyarakat, baik itu berupa benda Sistem kekerabatan merupakan bagian yang
konkret maupun abstrak, baik tangible maupun sangat penting dalam struktur sosial. Meyer
intangible. Budaya yang nyata selalu melekat Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan
pada diri masyarakatnya. Di antara beberapa suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk
unsur kebudayaan, keluarga merupakan unsur menggambarkan struktur sosial dari masyarakat
kecil yang sangat memengaruhi struktur sosial yang bersangkutan.1 Kekerabatan adalah unit-
kemasyarakatan karena identitas suatu kelompok unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga
masyarakat bermula dari unit terkecilnya, yaitu yang memiliki hubungan darah atau hubungan
individu yang berasal dari satu keluarga. Keluarga perka­winan (genealogis). Anggota kekerabatan
dalam struktur sosial masyarakat juga merupakan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak,
lembaga yang memiliki sistem kekerabatan yang adik, paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya.2
ikut menentukan tugas dan fungsi anggota Masyarakat umum kita juga mengenal kelompok

Sistem Kekerabatan Suku... | Essi Hermaliza | 123


kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga yang telah berakar dalam sendi kehidupan
luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral. masyarakat berganti dengan budaya baru yang
Dilihat dari alur peran dan fungsi anggota diadopsi dari luar. Yang paling sederhana adalah
keluarga dalam masyarakat, sistem kekerabatan pengaruh dari televisi. Hal baru yang didapat
dapat dibedakan menjadi patrilineal dan matri- dari media elektronik sering kali dengan mudah
lineal. Patrilineal adalah suatu adat masyarakat ditiru oleh masyarakat sehingga dapat menggeser
yang mengatur alur keturunan yang berasal dari kebiasaan yang telah ada. Misalnya memberi
pihak ayah. Sebaliknya, matrilineal adalah suatu panggilan atau dalam masyarakat Kluet disebut
adat masyarakat yang mengatur alur keturunan petuturan, pada seorang anggota keluarga sudah
yang berasal dari pihak ibu.3 diatur dalam sistem kekerabatan setempat. Na-
Dalam hal ini, sistem kekerabatan yang mun, karena pengaruh keren-kerenan, kemudian
dikaji lebih difokuskan pada sistem kekerabatan diikuti panggilan yang baru didengar dari media
yang dianut oleh masyarakat suku bangsa Kluet. pun kemudian diikuti. Hal ini juga menjadi dasar
Kluet adalah satu dari delapan suku bangsa yang dilakukannya penelitian ini.
ada di Provinsi Aceh. Mereka termasuk suku Adapun permasalahan yang dikaji dalam
bangsa minoritas yang tersebar di dua kecamatan: penelitian ini adalah bagaimana bentuk sistem
Kluet Timur dan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh kekerabatan pada suku bangsa Kluet yang
Selatan. tersebar di Kecamatan Kluet Timur. Dalam hal ini,
Kluet adalah suku bangsa yang unik, dikaji pula bagaimana peran dan fungsi anggota
mengingat mereka memiliki budaya yang berbeda keluarga yang sangat penting secara adat dalam
dari suku bangsa yang lain. Komunitas mereka sistem kekerabatan tersebut.
yang berada di lereng jajaran pegunungan bukit Menurut Lowie, kekerabatan adalah hubun-
barisan dan jauh dari pusat kota membuat mereka gan-hubungan sosial yang terjadi antara seseorang
berkembang dalam lingkungan yang alami dan dengan saudara-saudaranya atau keluarganya,
lebih tahan dari dampak modernisasi. Namun baik dari jalur ayahnya maupun ibunya.4 De­ngan
mereka adalah komunitas yang tidak maju karena demikian, sistem kekerabatan adalah sebuah
mereka sangat peduli pada bidang pendidikan kerangka interaksi antara mereka yang merasa
sehingga generasinya menjadi generasi yang mempunyai hubungan kekerabatan. Pusat sistem
diperhitungkan dalam masyarakat yang luas. kekerabatan adalah keluarga, baik keluarga inti
(nuclear family) yang terdiri atas ayah, ibu,
Oleh karena itu, dalam kajian budaya
dan anak-anak mereka, maupun keluarga luas
ini dibahas lebih dalam tentang hal-hal yang
(extended family) yang terdiri atas keluarga inti
berhubungan erat dengan sistem kekerabatan
ditambah kakek, nenek, paman, ­bibi, para sepupu,
suku bangsa Kluet. Dilihat dari pengamatan awal,
kemenakan, dan lain-lain.5 Dalam keluarga itu
masyarakat Kluet menganut sistem kekerabatan
terjadi interaksi peran-peran antaranggotanya
matrilineal, sama halnya seperti masyarakat di
dengan status yang berbeda. Setiap kebuday-
Aceh lainnya. Namun, tentu terdapat banyak
aan memiliki kata-kata, tanda-tanda (labels),
perbedaan yang perlu digali untuk diketahui oleh
lambang-lambang (symbols) yang berhu­bungan
masyarakat luas. Adalah sebuah irony bahwa
dengan status masing-masing anggota dalam
generasi muda saat ini masih kurang mengenal bu-
sistem keke­rabatan.6
dayanya. Namun, upaya publikasi dan sosialisasi
menjadi upaya penting untuk memperkenalkan Menurut teori Levi Strauss 7, sistem ke­
budaya kepada masyarakat, terutama generasi kerabatan sedikitnya terbagi dalam tiga kelas
muda. kerabat yang warganya berinteraksi berdasarkan
sistem simbolik, antara lain: (1) Kerabat karena
Perlu disadari bahwa sejalan waktu, perkem-
hubungan darah; (2) Kerabat karena hubungan
bangan zaman, kemajuan pengetahuan dan
perkawinan; dan (3) Kerabat karena hubungan
teknologi membuat budaya mengalami pergeseran
keturunan. Adapun sistem kekerabatan yang
di beberapa segi. Pada puncaknya, budaya yang
dimaksud dalam penelitian ini difokuskan pada
sejatinya terus ada dalam masyarakat terancam
kerabat karena hubungan darah. Dalam hal ini
hilang karena imbas modernisasi. Banyak hal

124 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


sistem kekerabatan yang dimaksud meliputi interview (wawancara mendalam) untuk meng-
istilah kekerabatan, keluarga inti, peran dan fungsi umpulkan data primer secara lengkap, akurat, dan
anggota keluarga, keluarga luas, dan peran penting dapat dipercaya/dipertanggungjawabkan kepada
kerabat dalam adat istiadat. masyarakat. Adapun informan yang dipilih adalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengung- tokoh adat/budayawan di wilayah Kluet Timur,
kap unsur-unsur budaya lokal, khususnya bentuk mukim, dan masyarakat asli setempat. Pemilihan
sistem kekerabatan dalam masyarakat Kluet yang informan tersebut dilakukan dengan teknik
menyangkut dengan istilah-istilah kelokalan, purposive karena data yang akurat sepatutnya
peran dan fungsi anggota keluarga tersebut, baik diperoleh dari sumber yang tepat. Selain itu,
dalam keluarga maupun dalam kelembagaan yang digunakan pula teknik observasi pada upacara
lebih luas di masyarakat. tradisi di wilayah setempat guna cross check data
primer yang diperoleh melalui teknik interview,
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini
biasanya bentuk kekerabatan juga tampak dalam
antara lain: menghimpun informasi mengenai
pelaksanaan upacara tradisi. Untuk memperoleh
bentuk sistem kekerabatan Suku Bangsa Kluet dan
data tambahan lainnya diperlukan pula kajian
mengumpulkan/menginventarisir istilah-istilah
dokumentasi. Seluruh hasil pengumpulan data
kelokalan dalam kekerabatan, peran dan fungsi
ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan
anggota keluarga tersebut, baik dalam keluarga
deskriptif.
maupun dalam masyarakat. Sebagaimana dik-
etahui bahwa dalam adat istiadat terdapat kerabat
yang memainkan peranan penting. Inilah yang HASIL DAN PEMBAHASAN
penting untuk digali. Hasil penelitian ini akan
Istilah Kekerabatan
disebarkan dan dipublikasikan kepada masyarakat
secara luas. Kekerabatan adalah lembaga yang bersifat umum
dalam masyarakat dan memainkan peranan penting
pada aturan ting­kah laku dan susunan kelompok.
METODE PENELITIAN la adalah bentuk dan alat hu­bungan sosial. Unsur-
Adapun pemilihan wilayah penelitian dilakukan unsurnya ialah keturunan, perkawinan, hak dan
dengan saksama berdasarkan pertimbangan kewajiban serta istilah-istilah kekerabatan. Secara
wilayah penyebaran masyarakat asli suku bangsa kese­luruhan, unsur ini merupakan suatu sistem
Kluet. Suku bangsa Kluet hidup berkelompok dan dan dapat dilihat sebagai pola tingkah laku dan
terpusat pada satu wilayah. Mereka mendiami sikap para anggota masyarakat. Setiap masyarakat
dua kecamatan: Kluet Timur yang beribu kota mengenal hubungan sosial, baik karena keturunan
kecamatan di Paya Dapur dan Kluet Tengah, darah, akibat perkawinan, maupun karena wasiat.
beribu kota kecamatan di Menggamat. Masing- Jaringan-jaringan hubungan sosial ini merupakan
masing kecamatan terdiri beberapa pemukiman. sebagian dari struktur sosial masyarakat, baik
Penelitian ini difokuskan pada masyarakat asli sederhana maupun kompleks.8
Kluet dipilih Kecamatan Kluet Timur sebagai Sistem kekerabatan dan perkawinan me-
wilayah penelitian. mainkan peranan penting dalam memelihara
Metode yang digunakan dalam kegiatan ikatan kelompok dan solidaritas.2 Sebagai suatu
penelitian, baik yang bersifat penelitian terapan sistem, kekerabatan mempunyai kategori-kategori
maupun hanya inventarisasi dan dokumentasi, sosial yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
sangat erat kaitannya dengan pendekatan yang para anggotanya. Dalam kekerabatan terdapat
digunakan. Metode yang digunakan dalam pene- istilah-istilah yang menunjukkan kedudukan para
litian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu dengan anggota tersebut.
mengumpulkan sebanyak mungkin fakta secara Istilah kekerabatan dapat dibedakan atas
detail dan mendalam mengenai suatu hal untuk istilah kedudukan (term of reference) dan istilah
mendapatkan pemahaman secara menyeluruh. panggilan (term of address) orang-orang. Tabel 1
Penelitian lapangan ini didukung dengan berikut ini mengemukakan istilah-istilah kekera-
teknik wawancara melalui pendekatan depth batan masyarakat Kluet di daerah penelitian.

Sistem Kekerabatan Suku... | Essi Hermaliza | 125


Tabel 1. Istilah-istilah Kekerabatan Masyarakat Kluet
Istilah Indonesia Istilah Kluet Keterangan
Kedudukan Panggilan
Ayah, Bapak Apuk, Apak Pak, Puk Apuk: istilah asli yang terancam
punah
Ibu Mak, Mbuk Mak, Mbuk
Kakak Laki-laki Bapak Uwak, Mambru Uwak, Mambru Dapat juga digunakan: Pakwa,
Adik Laki-laki Bapak Nggi Nggi Pakngah, Pak alang, Pak aming,
Nggi (sesuai urutan kelahiran)
Kakak Laki-laki Ibu Pemamoan Mamo
Adik Laki-laki Ibu Apun Pun
Saudara Perempuan Uwak, Yukwa, Makngah, Yuk, mak, wa, ming, Sesuai urutan kelahiran dari yang
Bapak dan Ibu Yukngah, Yuk-alang, Makpun, pun tertua sampai yang termuda
Aming, Apun (Tanpa menyebut Nama)

Mertua Laki-laki Tuan Tuan


Mertua Perempuan Nukie Nukie
Menantu Laki-laki Kelo Kelo
Menantu Perempuan Permainan Main
Kakek Muwan Muwan
Nenek Ndik Ndik
Saudara Perempuan Ndikwo, Ndikngah, Ndik
Kakek & Nenek alang, Ndik Aming, Ndikpun
Sepupu Turang Turang
Keponakan Bebri Bebri
Kakak Ipar / Saudara Koli Koli
perempuan yang lebih
tua dari pihak istri dan
suami

Kakak Ipar / Saudara


Laki-laki yang lebih
Silih Silih
tua dari pihak istri dan
suami
Adik Ipar Ngi bru Ngi bru
Istri Adik Apun Apun
Suami adik Apun Laki Apun Laki
Anak Me’ Me’
Anak perempuan Na’ Bru Na’ Bru
Cucu Kempu Kempu
Aku, saya Aku, kou, ka-m Aku, kou, ka-m

Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara dengan masyarakat Kluet.

126 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


Berbeda dari masyarakat kebanyakan, ma- Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa secara
syarakat Kluet memiliki kebiasaan yang berbeda vertikal seseorang memiliki keterikatan dekat
dalam hal penyebutan dan pemanggilan kerabat denga­n lima generasi sebelumnya dan lima
tertentu. Dalam masyarakat modern adalah hal gene­rasi sesudahnya. Mereka harus saling mem-
yang lumrah menambahkan nama setelah pang- perhatikan dalam sebuah lingkup keluarga yang
gilan, misalnya Tante Ana, Bibi Aisyah, Paman tidak terpisahkan satu sama lainnya. Hubungan
Abdul, dan lain-lain di mana nama dijadikan sedarah ini sangat kuat, dapat disaksikan dalam
pembeda antara kerabat yang satu dengan lainnya aktivitas masyarakat, masing-masing memiliki
yang berada pada tingkat yang sama. Umpamanya peran dan fungsi yang saling mengikat.
ibu memiliki dua orang adik perempuan maka
nama menjadi pembeda panggilannya, yang Keluarga Inti
seorang dipanggil Tante Santi dan yang satunya
Keluarga inti (nuclear family) biasanya terdiri
lagi dipanggil Tante Lasti.
dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Masyarakat
Namun, kebiasaan menambahkan nama kota seperti Banda Aceh cenderung pada bentuk
adalah hal yang tabu bagi masyarakat Kluet. keluarga ini di mana satu rumah dihuni oleh satu
Penambahan nama dipandang tidak sopan. keluarga inti saja. Bila ada yang berbeda, itu
Oleh karena itu, panggilan dibedakan dengan berarti ada anggota keluarga di luar keluarga inti
urutannya, yaitu: yang ditampung. Biasanya haruslah keluarga dekat
1) Saudara tertua : wak sedarah seperti kakek/nenek, sepupu, keponakan,
2) Saudara Kedua: ngah dan sebagainya apabila diperlukan. Anggota
3) Saudara ketiga: alang keluarga inti ini tergambar dalam bagan berikut
ini:
4) Saudara keempat: aming
5) Saudara kelima: apun
Ayah Ibu
Kelima istilah ini dapat disandangkan
pada istilah tertentu menurut kebutuhan. Jika
orang tersebut adalah saudara perempuan dapat
ditambahkan istilah mak, wak dan yuk. Hal ini
menunjukkan bahwa adab kesopanan dalam
berkeluarga dan bermasyarakat di Kluet masih Kakak Ego Adik
dijunjung tinggi.
Hubungan kekerabatan secara vertikal Dalam suatu keluarga inti, ayah dan ibu
menurut garis keturunan dalam masyarakat Kluet mempunyai peranan penting untuk mengasuh
dapat diuraikan dalam Tabel 2. anak-anak sampai dewasa. Peranan ini sudah

Tabel 2. Garis Keturunan Masyarakat Kluet secara Vertikal


Istilah Indonesia Istilah Kluet Posisi
- Nini (+5)
- Unyang (+4)
- Ucuk (+3)
Kakek, Nenek Ndik, Muwan (+2)
Bapak, Ibu Apuk, Mbuk (+1)
Aku, Saya Aku, Kou, Ka-m ( 0)
Anak Me’ (-1)
Cucu Kempu (-2)
Cicit Kempu (-3)
- Kempu (-4)
- Kempu (-5)
Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara dengan masyarakat Kluet

Sistem Kekerabatan Suku... | Essi Hermaliza | 127


menjadi tanggung jawab ayah dan ibu untuk masyarakatnya pernah menenggelamkan Tanah
memenuhi segala kebutuhan keluarga seperti Kluet terdahulu. Sementara itu, keturunan dari
kebutuhan akan sandang pangan, kesehatan, dan pendatang asal Sumatra Barat menggunakan
pendidikan. Tanggung jawab seorang ayah berupa identitas dengan marga Caniago, marga Kerinci,
pemberian nafkah kepada istri dan anak-anaknya dan marga Bencawan yang dibawa dari tanah
serta mendidik anaknya bila sudah besar untuk asalnya. Dapat diartikan, bahwa kelompok marga
dapat mewarisi tanggung jawab keluarga di Pinim Sikulat ini asalnya adalah pendatang dari
kemudian hari. Sementara itu, tanggung jawab Sumatra Barat, kemudian membaur dengan
seorang ibu yaitu memenuhi kebutuhan dalam masyarakat setempat.
rumah tangga adalah mempersiapkan makanan, Untuk pendatang dari Aceh terdapat nama-
mengasuh dan merawat anak serta memelihara nama marga: Pinim Peugume, Pinim XXVI
kebersihan rumah tangga. Mukim, Pinim Bintang, dan Pinim Memulang.
Kelihatan di sini bahwa sebagian besarnya meru-
Sistem Marga dalam Keluarga Inti pakan cabang marga Pinim yang telah ada. Marga
Dilihat dari struktur garis keturunan dan keke­ pendatang, baik dari Aceh maupun dari Sumatra
rabatan, masyarakat Kluet memiliki kesamaan Barat ini, bukanlah warga pendatang setelah tahun
dengan struktur garis keturunan dan kekerabatan 1599. Umumnya marga itu adalah bagi pendatang
masyarakat Aceh pada umumnya, yaitu patrilineal sebelumnya yang kemudian terus berbaur
yang mengikuti garis ayah. Fakta ini dapat dengan masyarakat setempat. Pembauran tersebut
dibuktikan dengan penggunaan marga di belakang berbentuk kekeluargaan, adat kebiasaan dalam
nama setiap anak dari setiap keluarga. Marga kehidupan sehari-hari, bahasa dan sebagainya.
yang disandang adalah mengikuti marga dari Sementara pendatang setelah tahun 1599 meng-
pihak ayah/bapaknya. Karena pengelompokan gunakan adat kebiasaan sehari-hari dan bahasa
masyarakat berdasarkan tempat tinggal, asal sendiri, seperti dari daerah asalnya. Demikian
keturunan dan sebagainya, berkembanglah sistem pula halnya dengan marga Pinim Sikulat. Marga
marga dalam masyarakat. Secara garis besar ada ini adalah hasil pembauran masyarakat bermarga
6 (enam) kelompok yang dinyatakan dengan Pinim dengan pendatang dari Sumatra Barat.
marga, yaitu: Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa
1) Marga Pelis Marga Seliyan dan Pelis adalah marga masyarakat
2) Marga Pinim asli yang lebih dulu ada dibanding marga lain
di Tanoh Keluwat. Sementara itu, empat marga
3) Marga Seliyan
lainnya datang dan menetap menjadi bagian dari
4) Marga Bencawan
masyarakat setempat. Mereka berbaur dan
5) Marga Caniago menikah dengan masyarakat Kluet sehingga
6) Marga Kerinci menghasilkan marga-marga tertentu. Namun,
Menurut sejarahnya, masing-masing marga kehadiran keempat marga tersebut telah diku-
tersebut ada yang dirujuk pada personel tertentu kuhkan menjadi masyarakat asli Kluet karena
yang merupakan cikal bakalnya. Artinya, semua mereka berbaur dengan masyarakat setempat
marga tersebut merupakan keturunan dari jauh sebelum sistem dokumentasi ada di dunia.
tokoh tertentu. Tersebutlah kisah bahwa suku Pencampuran mereka juga telah melekat pada
Pinim merupakan keturunan dari ‘Imam Gerdung’ identitas Kluet sebagai suatu suku yang berbeda
pendatang dari Pasai. Sementara marga Seliyan dengan suku lain.
keturunan dari Raja Enggang bergelar Teuku Sebagaimana semestinya, marga yang
Imam Balai atau adiknya Raja Lembing dari digunakan secara turun-temurun adalah marga
Aceh. Ada pula marga itu didasarkan pada yang disandang oleh ayah/bapaknya. Akan tetapi
rombongan yang menjadi cikal-bakalnya. Marga jika ia menikah dengan menduduk asli setempat
Pelis diyakini oleh masyarakat Kluet berasal maka marga pun ikut dikawinkan dengan
dari kelompok masyarakat yang selamat dari identitas lainnya. Ketika seorang anak terlahir
banjir Laut Bangko yang menurut mitologi maka marganya mengikuti kedua marga dari ayah

128 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


dan ibunya. Misalnya seorang bermarga Pinem padi, menanam benih padi, menyiangi tanaman
menikah dengan perempuan dari Aceh, itulah padi, menjaga tanaman padi yang sedang berbuah
kemudian dikenal marga seperti Pinem Meraxa. dari gangguan burung, memanen padi, mengum-
Ada pula Pelis Bencawan, dan lain sebagainya. pulkan padi untuk diinjak-injak men­jadi gabah,
Jadi terdapat sistem kekerabatan ganda dalam merawat karung dan tikar tempat menjemur padi,
sistem keturunannya. dan menumbuk padi.
Perlu pula dijelaskan bahwa dalam masyara­ Peran suami dalam rumah tangga boleh
kat Kluet sangat dilarang untuk menikah dengan dikatakan hanya se­bagai pengawas istrinya dalam
saudara sesuku sehingga adat mengatur bahwa melaksanakan pendidikan anak­-anak mereka
masyarakat Kluet harus mencari jodoh di luar dan dalam pengaturan rumah tangga. Sementara
marganya. Itulah sebabnya perkembangan marga peran utama istri sebagai ibu rumah tangga ialah
di Kluet tidak berhenti sampai sekarang. Dapat mema­sak, mengatur rumah tangga dan mendidik
disimpulkan bahwa masyarakat Kluet menganut anak-anaknya. Karena pendidikan anak dilakukan
sistem perkawinan exogamy, yaitu sistem perka­ oleh ibu, ayah jarang menegur anaknya secara
winan ke luar marga. lang­sung kalau anak itu bertingkah laku kurang
tepat. Ayah lebih dulu menegur ibu, kemudian ibu
Peran Anggota Keluarga Inti menegur dan memarahi anak­nya. Demikian juga
kalau anak itu memerlukan sesuatu dari ayahnya.
Setiap anggota keluarga inti, dalam hubungan
la lebih dulu berhubungan dengan ibunya yang
sosial antarmereka, mempunyai sejumlah hak
kemu­dian menyampaikan keinginan anaknya
dan kewajiban yang berkait­an dengan tingkah
kepada ayahnya. Jadi ibu berperan sebagai
laku dan fungsinya yang disebut peran. Peran ini
mediator komunikasi antara anak dengan ayahnya
sifatnya berpasangan. Dalam hubungan sosial,
dan sebaliknya. Untuk jelasnya dapat dilihat pada
sepasang peran adalah simetris, misalnya suami-
bagan berikut ini:
istri, ayah-ibu, orang tua dan anak. Apabila salah
seorang memasuki peran ini, ia yakin akan
terto­long untuk mencapai beberapa tujuannya. Ayah
Peran anggota keluarga inti, terutama suami-
Jawaban
istri, dalam masyarakat Kluet yang umumnya
adalah petani adalah jelas. Suami pada umumnya, Ibu Permintaan
melakukan peran di luar dan istri di dalam rumah
tangga. Namun istri, berkenaan dengan pekerjaan
di sawah menjadi tanggung jawab istri, artinya
untuk peran yang satu ini istri juga mempunyai
peran di luar rumah tangga. Anak

Peran luar suami yang berkaitan dengan


pekerjaan sawah ialah menyiapkan kerbau untuk
membajak sawah, mengangkut potongan padi Keluarga Luas
yang telah dikumpulkan oleh istri. Pekerjaan yang
Keluarga luas ialah kesatuan sosial atau
berhubungan dengan tenaga yang berat di sawah
kelompok yang ter­diri dari semua orang laki-laki
biasanya dikerjakan oleh suami. Namun, dalam
dan perempuan karena ikatan keturunan atau
hal ini khusus untuk sawah memang lebih dari
perkawinan yang dihitung secara unilineal,
enam puluh persen pekerjaannya dikerjakan oleh
yaitu menurut garis keturunan pihak bapak
pihak perempuan, khususnya para istri. Sementara
(laki-laki) saja atau pihak ibu (perempuan) saja
itu, suami berter­nak kerbau, sapi, kambing dan
atau keduanya (bilineal atau bilateral).9
berkebun. Ada pula yang men­jadi pedagang,
pegawai, dan sebagainya. Meski memiliki keluarga inti, sesungguhnya
masyarakat Kluet adalah tipe masyarakat yang
Peran luar istri lainnya adalah mengantar
menganut sistem keluarga luas. Perhatikan
nasi ke kebun untuk sua­minya, memeram bibit
penuturan seorang informan bernama Ibu Yana

Sistem Kekerabatan Suku... | Essi Hermaliza | 129


(45) yang berprofesi sebagai seorang guru berikut Sebaliknya, niniak mamak dalam pemaha-
ini: man masyarakat Kluet merupakan bagian dari
sistem kekerabatan dari pihak ibu yang meliputi
“... kami di rumah tinggal beramai-ramai dan kakek dan saudara laki-laki dari pihak ibu, baik
rukun di rumah rungko apuk. Kami biasanya
kandung maupun sepupu termasuk saudara laki-
tidur di ruang tengah di atas tikar bersama sau-
dara perempuan lainnya di rumah. Sedangkan laki yang satu derajat di atasnya. Dalam upacara
suami dan saudara laki-laki tidur di serambi daur hidup ninak mamak memegang peranan
depan, tapi sebagian yang masih bujang ada penting dan selalu diperlukan persetujuannya.
yang tidur di langgar. Masak juga kami tanggung Mengabaikan status ninak mamak dapat menyisi-
sama-sama. Siapa yang ada rezeki dialah yang hkan seseorang dari alur kekerabatannya.
belanja. Yang lain saling bantu saja ....”
Sebagaimana yang diutarakan oleh Halimul-
lah (45), Camat Kluet Timur:
Sistem Kekerabatan dalam Upacara
“Sukses-gagalnya upacara adat ditentukan oleh
Tradisi peran wali dan niniak mamak, malu-senangnya
Dalam sistem kekerabatan suku bangsa Kluet wali dan niniak mamak yang menanggung.
dikenal istilah niniak mamak dan wali. Meski ini Beban adat mutlak dipangku wali dan niniak
menunjukkan pengaruh budaya Aceh dan Aneuk mamak. Misalnya ketika seorang anak laki-laki
Jamee, keduanya memainkan peranan yang sangat yang telah cukup umur hendak menikah, ia hanya
dapat menyampaikan kepada kakeknya, lalu
penting dalam ritual upacara tradisi. Kedua posisi
si kakek akan bermufakat dengan wali. Wali
tersebut bahkan lebih penting dari orang tua. yang memutuskan dan menyetujui. Sedangkan
Kata wali berasal dari bahasa Arab dari akar upacaranya akan dikoordinir oleh niniak
kata wala dan waliyan. Wala artinya seseorang mamak.”
yang dekat. Waliyan artinya me­merintah, mengua-
sai, dan melindungi seseorang. Dalam penggunaan Di sisi lain, niniak mamak juga berperan
biasa kata wali berarti pelindung (protektor).10 Hal dalam kegiatan tradisi di luar upacara tradisi
ini sesuai dengan hukum Islam yang menetapkan daur hidup. Semisal upacara adat membangun
bahwa: rumah, dalam upacara tersebut seutuhnya menjadi
tanggung jawab niniak mamak. Simak pepatah
“Wali adalah laki-laki, ditentukan menurut aneuk jamee berikut ini:
garis keturunan bapak yang dapat menjadi wali
Kok indak ado kayu, janjang dikapiang
nikah menurut urutan yang telah ditetapkan
Kok indak ado ameh, bungka diasah
dan berhak menerima warisan menurut aturan
Kok indak ado tanah, ko balakang niniak mamak
tersebut. Mereka adalah bapak, kakek ke atas;
tampek managakkan rumah
saudara laki-laki seibu atau sebapak saja, anak
laki-laki dari saudara laki-laki seibu bapak Maksud dari pernyataan tersebut adalah
atau sebapak saja ke bawah, paman kandung
apabila tidak mendapatkan tanah maka punggung
atau sebapak saja dan anak-anak mereka ke
bawah.11 niniak mamak pun rela dijadikan tempat untuk
mendirikan rumah. Statement hiperbola tersebut
Pemahaman wali dalam masyarakat suku mencerminkan rasa tanggung jawab niniak ma-
bangsa Kluet berbeda. Wali menurut seorang mak terhadap kemenakannya. Ini menggambarkan
pemuka adat Kluet, Bahauddin (Ketua Adat bahwa tanggung jawab yang diemban seorang
Kemukiman Kluet Timur, 53). Wali diartikan niniak mamak sangat besar bagi kemenakannya.
laki-laki dari pihak ayah, mulai dari kakek dan Niniak Mamak dalam bahasa Kluet juga
seluruh saudara laki-laki ayah baik yang kandung disebut Pemamoan, khususnya paman dari pihak
maupun sepupu. Namun, yang memegang peranan ibu (saudara laki-laki dari pihak ibu). Ia dituntut
paling penting adalah kakek dan saudara kandung untuk membimbing dan mengawasi kemenakan-
ayah. Oleh karena itu, dilihat dari segi kelompok nya sejak kecil sampai berkeluarga bahkan hingga
laki-laki yang bertempat tinggal dalam satu daerah generasi berikutnya dilahirkan.
atau lokal maka wali adat dapat dikatakan bersifat Sementar itu, yang menyangkut upacara
patrilokal. tradisi daur hidup didominasi oleh wali sebagai

130 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


penanggung jawabnya. Mulai dari kelahiran DAFTAR PUSTAKA
sampai kematian. Tidak ada yang dapat meng- 1
Patrilineal. 2010. (http//:www.wikipedia.com/
gantikan tugas dan fungsi mereka selama hayat patrilineal, diakses 4 Januari 2010).
dikandung badan. 2
Mansur, M. Y. 1988. Sistem Kekerabatan dan Pola
Pewarisan. Jakarta: PT. Pustaka Grafika Kita.
KESIMPULAN 3
Matrilineal. 2010. (http//:www.wikipedia.com/
patrilineal, diakses 4 Januari 2010).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan 4
Fox, R. 1978. Keluarga dan Perkawinan.Alih bahasa
bahwa suku bangsa Kluet menganut bentuk Suffian Sahuri. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
sistem kekerabatan patrilineal dan matrilineal. dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia.
Dilihat dari sistem marga dan budaya perkawinan 5
Turner, J. H. 1987. Studying The Human System.
exogamy, yaitu sistem perkawinan ke luar marga, California: Good Year Publishing.
dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya sistem 6
Hoebel, E. A. and E. L. Frost. 1976. Cultural and Social
kekerabatan patrilineal dipegang teguh oleh Antropology. New York: Mc. Graw-Hill.
masyarakat setempat. Akan tetapi, dilihat dari 7
Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi I.
eksistensi keluarga luas serta peran dan fungsi nin- Jakarta: Universitas Indonesia Press.
iak mamak yang sangat penting dalam tatalaksana 8
Enggan, F. 1972. Kinship: Introduction. International
upacara adat juga menunjukkan bahwa mereka Encyclopedia of Social Science, Volume 8. New
juga menganut sistem kekerabatan matrilineal. York: Mac Millan & The Free Press.
9
Ernest, L. S. 1972. Manual for Kinship (second
edition). New York: Holt Rinehart Winston.
SARAN 10
Junus, H. M. 1968. Hukum Perkawinan dalam Islam.
Dari hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa Jakarta: Al Hidajah.
saran, baik kepada masyarakat maupun para 11
Dofier, Z. 1982. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.
pengambil kebijakan serta pihak lain yang
concern terhadap budaya lokal, antara lain:
1) Proses inventarisasi budaya lokal harus
diteruskan sebagai upaya penggalian nilai-
nilai luhur lokal yang ada di setiap suku
bangsa.
2) Perlu dilakukan publikasi dan sosialisasi
kepada masyarakat agar memahami pen-
tingnya budaya lokal sebagai aset budaya
bangsa sehingga istilah lokal yang selama
ini digunakan dalam sistem kekerabatan
masyarakat Kluet perlu dilestarikan agar
tidak hilang dan terganti dengan budaya
pendatang.
3) Perlu dilakukan penyebaran informasi
kepada generasi muda bahwa budaya lokal
merupakan bagian dari budaya yang melekat
pada diri masyarakatnya yang membentuk
jati diri bangsanya.

Sistem Kekerabatan Suku... | Essi Hermaliza | 131


132 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011

Anda mungkin juga menyukai